Laporan Kasus Bronkopneumoni
Laporan Kasus Bronkopneumoni
BRONKOPNEUMONI
Disusun Oleh
Alif Romadhon
Pembimbing
Sp. A, M.Kes
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Istilah pneumoni mencakup setiap keadaan radang paru dimana beberapa seluruh
alveoli terisi dengan cairan dan sel-sel darah. Pneumoia hingga saat ini masih
tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak-anak dinegara berkembang.
Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia
dibawah 5 tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak didunia ,
lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian
besar terjadi diafrika dan asia tenggara. Insiden pneumonia dinegara berkembang
yaitu 30-45% per 1000 anak dibaawah usia 5 tahun, 16-22% per 1000 anak pada
usai 5-9 tahun, dan 7-16% per 1000 anak pada anak yang lebih tua.
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
No RM : 914902
Ayah
Nama : Tn. D
Umur : 42 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Ibu
Nama : Ny. C
Umur : 40 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
B. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Ibu pasien mengaku menderita penyakit bronchitis sejak hamil anak ke II,
sudah berobat, tetapi tidak pernah kontrol lagi setelah obat habis.
d. Riwayat kehamilan
e. Perawatan antenatal
- Ibu kontrol secara teratur ke bidan setiap bulan. Tidak ada masalah selama
kehamilan dan janin di dalam kandungan dinyatakan sehat.
g. Riwayat persalinan
Persalinan : Dirumah
Ketuban : jernih
Keadaan bayi
Panjang badan : 44 cm
Menurut Ibu, bayinya langsung menangis dan kulit bayi berwarna merah. Tidak
ada cacat.
Riwayat Nutrisi
C. Pemeriksaan fisis
Tanda-tanda Vital :
Kepala :
Thorax :
Jantung
Paru-paru
Paru (depan)
Abdomen
D. Differential Diagnosis
o Bronkiolitis
o Bronkopneumoni
o Wheezing Infant
E. Pemeriksaan Penunjang
2. Radiologi
F. Diagnosis Kerja
Bronkopneumoni
G. Penatalaksanaan
Colsancetin 4 x 100
Dexamethason 3 x ¼
Cefotaxim 3 x 200
Ottopan 3 x 0,6
A. FOLLOW UP
02-03-2014
S: demam + , batuk +, sesak +, muntah +
O: TTV: Suhu : 37,8 oC
Nadi : 136 x/menit
RR : 68 x/menit
Kepala : UUB tidak cekung
Nafas cuping hidung -
Bibir sianosis -
Thorax : Paru : simetris, retraksi +/+, ronki+/+, wheezing -/-
Cor : dbn
Abdomen : dbn
A : Bronkopneumonia
P : IVFD KAEN I B 20 tpm (mikro)
Colsancetin 4 x 100
Dexamethason 3 x ¼
Cefotaxim 3 x 200
Ottopan 3 x 0,6
FOLLOW UP
03-03-2014
S: demam - , batuk +, sesak +, muntah -
O: TTV: Suhu : 37,3 oC
Nadi : 130 x/menit
RR : 58 x/menit
Kepala : UUB tidak cekung
Nafas cuping hidung -
Bibir sianosis -
Thorax : Paru : simetris, retraksi +/+, ronki +/+, wheezing -/-
Cor : dbn
Abdomen : dbn
A : Bronkopneumonia
P : IVFD KAEN I B 20 tpm (mikro)
Colsancetin 4 x 100
Dexamethason 3 x ¼
Cefotaxim 3 x 200
Ottopan 3 x 0,6
FOLLOW UP
04-03-2014
S: demam - , batuk +, sesak -, muntah -
O: TTV: Suhu : 36,7 oC
Nadi : 128 x/menit
RR : 46 x/menit
Kepala : UUB tidak cekung
Nafas cuping hidung -
Bibir sianosis -
Thorax : Paru : simetris, retraksi -/-, ronki -/-, wheezing -/-
Cor : dbn
Abdomen : dbn
A : Bronkopneumonia
P : IVFD KAEN I B 20 tpm (mikro)
Colsancetin 4 x 100
Dexamethason 3 x ¼
Cefotaxim 3 x 200
Ottopan 3 x 0,6
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
a. pneumonia lobaris
b. pneumonia intertitialis (bronkiolitis)
c. pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
WHO memberikan pedoman klasifikasi pneumonia, sebagai berikut :
Staphylococcus aureus
Streptococcus pneumoniae9
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda klinis bervariasi tergantung kuman penyebab, usia pasien,
status imunologis pasien, dan beratnya penyakit. Manifestsi klinis bisa sangat
berbeda, bahkan pada neonatus mungkin tanpa gejala. Gejala dan tanda pneumonia
meliputi gejala infeksi pada umumnya demam, menggigil, sefalgia, rewel, dan
gelisah. Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan gastrointestinal seperti
muntah, kembung, diare, atau sakit perut. 2
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi
saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi
terus-menerus, sesak, kebiruan sekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang
(pada bayi), dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi
yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala non spesifik seperti
hipotermi, penurunan kesadaran, kejang atau kembung. Anak besar kadang
mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen disertai muntah.2,3
2. Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan kelompok
umur tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi dinding
dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih besar jarang
ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah takipneu, retraksi,
sianosis, batuk, panas, dan iritabel.2
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk (non
produktif / produktif), takipneu dan dispneu yang ditandai dengan retraksi
dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai
panas, batuk (non produktif / produktif), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi
dan letargi.2,3
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah pada pneumonia umumnya didapatkan Lekositosis
hingga > 15.000/mm3 seringkali dijumpai dengan dominasi netrofil pada hitung
jenis. Lekosit > 30.000/mm3 dengan dominasi netrofil mengarah ke pneumonia
streptokokus. Trombositosis > 500.000 khas untuk pneumonia bakterial.
Trombositopenia lebih mengarah kepada infeksi virus. Biakan darah merupakan
cara yang spesifik namun hanya positif pada 10-15% kasus terutama pada anak-
anak kecil.2
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
Foto toraks (AP/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Foto AP dan lateral dibutuhkan untuk menentukan lokasi
anatomik dalam paru. Infiltrat tersebar paling sering dijumpai, terutama pada
pasien bayi. Pada bronkopneumonia bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu
atau beberapa lobus. Jika difus (merata) biasanya disebabkan oleh Staphylokokus
pneumonia.3
Dasar diagnosis pneumonia menurut Henry Gorna dkk tahun 1993 adalah
ditemukannya paling sedikit 3 dari 5 gejala berikut ini :
a. sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
b. panas badan
c. Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
d. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
e. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)3
PENATALAKSANAAN
1. Pemberian oksigen 2-4 L/menit melalui kateter hidung atau nasofaring. Jika
penyakitnya berat dan sarana tersedia, alat bantu napas mungkin diperlukan
terutama dalam 24-48 jam
2. Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Cairan yang diberikan
mengandung gula dan elektrolit yang cukup.
3. Koreksi kelainan elektrolit atau metabolik yang terjadi.
4. Mengatasi penyakit penyerta.
5. Pemberian terapi inhalasi dengan nebulizer bukan merupakan tata laksana
rutin yang harus diberikan. 2
Tatalaksana pneumonia sesuai dengan kuman penyebabnya. Namun karena
berbagai kendala diagnostik etiologi, untuk semua pasien pneumonia diberikan
antibiotik secara empiris. Walaupun sebenarnya pneumonia viral tidak
memerlukan antibiotik, tapi pasien tetap diberi antibiotik karena kesulitan
membedakan infeksi virus dengan bakteri. 2
KOMPLIKASI
DIAGNOSA BANDING
a. Bronkiolitis
b. Aspirasi pneumonia
c. Tb paru primer
PROGNOSIS
Pada era sebelum ada antibiotik, angka mortalitas pada bayi dan anak kecil
berkisar dari 20% sampai 50% dan pada anak yang lebih tua dari 3% sampai 5%. 13
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai kurang dari 1%, anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang
datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.2
PENCEGAHAN
2. Alsagaff, Hood dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu
Penyakit Paru dan Saluran Napas FK Unair : Surabaya.