Anda di halaman 1dari 3

Menguak Misteri Makna Guru Kewirausahaan dalam Sosialisasi Spektrum dan Struktur

Kurikulum SMK.

Oleh Zainul Ikhsan Hakim – 05 Juli 2018

Indonesia adalah negara kepulauan –Zamrud Khatulistiwa– terbentang dari Sabang


sampai Merauke, negara dengan beragam adat istiadat, ras, suku bangsa dan agama
dan negara yang dipersatukan oleh konsep bhinneka tunggal ika. Berbagai macam
persoalan masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama-sama
secara matang, tak terkecuali dunia pendidikan. Sedikit menyambung tulisan saya
yang sebelumnya, sejarah merupakan masa lalu yang sudah tidak mungkin
terlupakan. Kehadiran Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 bak pisau bermata dua.
Kehadiran peraturan SMK juga membawa perubahan terhadap proses yang
berlangsung dalam dunia pendidikan, khususnya SMK. Bak pergantian tahun secara
rutin, kurikulum yang ada di Indonesia belakangan ini juga berganti secara rutin. Kita
mengetahui bersama Masehi memiliki tahun baru yang dirayakan setiap tanggal 1
Januari dan Hijriah (tahun Islam) dengan tahun baru Islamnya setiap tanggal 1
Muharram. Kurikulum –khususnya SMK– sepertinya tidak mau kalah dan ketinggalan
jauh dari zaman NOW, dikenang setiap tahun.

Lagi-lagi sejarah Indonesia mencatat bahwa 3 tahun belakangan secara berturut-


turut, kurikulum SMK mengalami pergantian, bermetamerfose ke dalam bentuk
“REVISI” –Revisi 2016, Revisi 2017 dan Revisi 2018–. Secara resmi Kurikulum SMK 2018
mulai digunakan pada tahun ajaran 2018/2019 dengan terbitnya 2 peraturan baru,
yaitu 1). Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 06/D.D5/KK/2018 tentang Spektrum Keahlian
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dan 2).
Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 07/D.D5/KK/2018 tentang Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) pada tanggal
07 Juni 2018. Peraturan ini menyatakan bahwa spektrum SMK tahun 2016 dan struktur
kurikukum SMK tahun 2017 sudah tidak berlaku lagi. Lalu pertanyaannya adalah
bagaimana dengan KI/KDnya? Secara logika, pada saat terdapat perubahan pada
struktur kurikulum, KI/KD semestinya juga berubah disahkan melalui Surat Keputusan
sebagai bentuk legalitas. KI/KD inilah yang masih sedang digarap oleh pemerintah
dan untuk sementara masih menggunakan KI/KD tahun 2017.

Terkait dengan Kurikulum SMK 2018, pada hari Kamis, 05 Juli 2018 pukul 10.00 WIB
telah berlangsung vicon (video conference) spektrum dan struktur kurikulum 2018.
Konferensi tersebut dihadiri oleh Direktorat Jenderal SMK dan beberapa tokoh atau
pejabat sebagai nara sumber dengan peranan yang sangat penting terkait langsung
dengan masalah sertifikasi. Sebut saja Pak Andin dan Pak Nasaruddin dari Direktorat
Jenderal GTK, Pak Joharis dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan dan Pak Dadan Sukma
dari Dapodik. Konferensi ini membahas tentang implementasi spektrum dan struktur
kurikulum 2018 dan sinkronisasi antara Dapodik dan GTK, duo sejoli yang mendapat
perhatian besar dari kalangan pendidikan bak artis yang lagi naik daun. Dari sekian
peserta, saya melihat Produk Kreatif dan Kewirausahaan banyak dipertanyakan dan
menjadi top problem.

Dari hasil konferensi tersebut, ada satu hal yang sangat menarik perhatian saya dan
menjadi bahan pertanyaan juga dari orang lain, yaitu tentang Produk Kreatif dan
Kewirausahaan, menarik perhatian saya untuk mencoba mengkaji makna di dalamnya.
Selain Guru Produktif, ada yang menyimpulkan bahwa Produk Kreatif dan
Kewirausahaan hanya linear diajarkan oleh Guru Kewirausahaan, sedangkan guru lain
–Fisika, Kimia, Biologi, Ilmu Pengetahuan Alam– tidak linear. Guru tersebut linear jika
mengajar Prakarya dan Kewirausahaan. Yang menjadi pertanyaan saya adalah apakah
1). Guru Kewirausahaan yang dimaksud adalah guru yang bersertifikasi kewirausahaan
ataukah 2). boleh guru lain yang mengajar kewirausahaan yang bidang studi
sertifikasinya linear dengan Prakarya dan Kewirausahaan. Contoh nyatanya adalah
sebuah SMK yang ada di Kabupaten Sumbawa. Ada 7 orang guru yang diberi jam
Produk Kreatif dan Kewirausahaan dimana 1 orang bersertifikasi murni Kewirausahaan
sedangkan yang lainnya bersertifikasi Ekonomi, Fisika, Biologi dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Jika Guru Kewirausahaan yang dimaksud adalah pada poin 1, artinya hanya 1
guru yang boleh mengajar Produk Kreatif dan Kewirausahaan, sedangkan jika poin 2
artinya semuanya guru yang bidang studi sertifikasinya linear dengan Prakarya dan
Kewirausahaan bisa mengajar –tertuang dalam Permendikbud Nomor 46 Tahun 2016
dan akan direvisi kembali–. Dengan kata lain ada banyak guru yang terancam
sertifikasi. Yang saya pahami dari Permendikbud Nomor 46 Tahun 2016 adalah bahwa
Bidang Studi Sertifikasi Ekonomi, Fisika, Biologi dan Ilmu Pengetahuan Alam linear
dengan Prakarya dan Kewirausahaan. Bagaimana perubahan dari peraturan ini, kita
menunggu saja peraturan revisi tentang penataan linearitas. Apakah jawaban dari
misteri ini, kita lihat saja. Semoga apa yang menjadi analisa selama ini sudah sesuai
dengan ekspektasi, sehingga sertifikasi dapat berjalan lancar tanpa kendala.

Di akhir tulisan ini, poin penting yang ingin saya sampaikan adalah bahwa dengan
memahami secara baik aturan-aturan yang berlaku dan juga pedoman-pedoman
yang ada, beberapa masalah terselesaikan. Menurut saya, dalam melakukan analisa
kebutuhan guru sehingga memperoleh kesimpulan kekurangan atau kelebihan guru,
tidak hanya dengan melihat secara sekilas struktur yang ada. Ada komponen-
komponen penunjang yang dijadikan sebagai elemen. Untuk mudahnya, saya berikan
ilustrasi. Katakanlah di tingkat 11 ada 12 rombongan belajar. Secara sekilas terlihat
bahwa Produk Kreatif dan Kewirausahaan memiliki jam total sebanyak 84 jam (7 jam x
12 rombel) , sertifikasi aman untuk 3 orang guru. Apabila ada 6 orang guru sertifikasi
dan satuan pendidikan tersebut memang benar-benar membutuhkan, maka tanpa
melanggar aturan ke-6 guru tersebut masih memenuhi minimal 24 jam (28 jam/
guru). Hal ini berlaku untuk semua Mata Pelajaran C2 dan C3 Produktif.

Pustaka:

1. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan Nomor 06/D.D5/KK/2018 tentang Spektrum Keahlian Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
2. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 07/D.D5/KK/2018 tentang Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

Anda mungkin juga menyukai