OLEH
KELOMPOK 2
Fadhli Ibrahim Siregar
171401006
Bagus Setiawan
171401012
Weliansyah Arundhani
171401018
Zidane Fathur Rahman Lubis
171401033
Charli
171401066
M. Aulia Ramadhan
171401099
Partai politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau
berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
pengkajian tentang partai politik memang merupakan suatu perkara yang senantiasa
harus diajukan, mengingat banyak sekali keprihatinan atas kondisi partai politik saat
ini, khususnya di Indonesia. Terdapat banyak kejadian-kejadian yang berupa
penyimpangan dan penipuan serta korupsi politik dalam praktik-praktik yang dilakukan
oleh elite politik terhadap partai.
Sistem Kepartaian di Indonesia sendiri saat ini menganut sistem multipartai. Aturan
ini tersirat dalam pasal 6A (2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil
presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Frasa gabungan
partai politik mengisyaratkan paling tidak ada dua partai atau lebih yang bergabung
untuk mengusung seorang calon pasangan presiden dan wakil presiden dan bersaing
dengan calon lain yang diusulkan partai-partai lain. Ini artinya sistem kepartaian di
Indonesia harus diikuti oleh minimal 3 partai politik atau lebih.
Sistem Dwi Partai biasa diartikan bahwa terdapat dua partai diantara beberapa partai,
yang berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam pemilihan umum secara
bergiliran dan demikian memiliki kedudukan yang dominan. Dalam sistem ini partai
dibagi menjadi dua yakni, pertama, partai yang berkuasa (karena menang dalam
pemilihan umum) dan yang kedua, partai oposisi (partai yang kalah dalam pemilu).
Dalam sistem ini partai yang kalah bertindak sebagai loyal opposition bagi pihak
yang menang. Dalam persaingan memenangkan pemilihan umum kedua partai akan
berusaha untuk merebut dukungan orang-orang yang berada di tengah kedua partai
tersebut dan sering dinamakan pemilih terapung (floating voter) atau pemilih tengah
(median voter).
Negara-negara yang menganut sistem Dwi Partai diantaranya adalah Inggris dengan
Partai Buruh dan Partai Konservatif yang mendominasi di daratan Inggris, sementara
Partai Demokrat dan Partai Republik yang mendominasi di Amerika Serikat.
2. Teori dan Konsep Multi Partai
Dengan banyaknya jumlah partai yang ada, besar kemungkinan tidak ada partai
yang mendominasi sistem kepartaian di negara yang memberlakukan sistem partai
Multi Partai. Sehingga, umumnya sistem ini dianggap cara paling efektif dalam
merepresentasikan keinginan rakyat yang beranekaragam ras, agama, atau suku. Dan
lebih cocok dengan pluralitas budaya dan politik di banding Dwi Partai.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Multi Partai
1. Dalam pembuatan kesepakatan mengenai Konstitusi/UU/ataupun aturan-aturan,
sangat sulit untuk mencapai kata sepakat, karena masing-masing partai politik
dengan jumlahnya yang banyak juga mewakili kepentingan partai nya masing-
masing. Pada tahun 1955 di Indonesia, ketika Konstituante dibentuk untuk tujuan
penyusunan UUD baru, yang ada malah suhu politik kian panas.
2. Tidak adanya suara mutlak atau tidak adanya suara mayoritas juga menimbulkan
permasalahan baru, yaitu pemerintahan yang berkuasa akan kesulitan dalam
menjalankan program pemerintahannya. Pemilu 1955 yang Liberal, karena
terlalu banyak partai sehingga tidak ada suara mayoritas mutlak sebagai
pegangan atau modal pemerintahan berkuasa untuk memantapkan programnya
secara penuh.
3. Rentan terhadap perpecahan. Ketika masing-masing partai menekankan
pandangannya masing-masing, besar kemungkinan akan terjadi perpecahan,
yang mungkin saja berujung pada berbagai kemungkinan, entah itu pemisahan
wilayah, atau bahkan perang saudara.
Sistem Dwi Partai sejatinya menjanjikan sebuah sistem dimana negara dengan
pemerintah yang berkuasa dapat dengan tenang mengatur negara nya, dan dapat
berdampak positif pada banyak aspek didalam negara tersebut. Indonesia dalam
sejarahnya sudah menjalani masa dimana pemerintah yang berkuasa memiliki kekuatan
yang cukup untuk memastikan bahwa segala program yang dicanangkannya bisa
terwujud tanpa harus menghadapi penolakan dari banyak pihak, yang bisa
menggagalkan program tersebut. Namun tetap saja, terdapat celah dimana program
tersebut justru bukan malah untuk mensejahterakan bangsa dan negara, melainkan
untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok tertentu.
Sistem Multi Partai menganggap bahwa setiap suara haruslah diwakili bahkan yang
terkecil sekalipun, tujuannya adalah agar setiap warga negara merasa memiliki wakil
untuk membela setiap hak dan kepentingan masing-masing kelompok. Idealisme
dimana anggapan bahwa semua kepentingan bisa diwakili, adalah semu belaka. Banyak
kemungkinan terjadinya perdebatan antarkepentingan yang satu dengan yang lain.
C. Argumentasi
‘Dinasti Cendana’ milik Presiden Soeharto pada masa itu diperkaya dari periode ke
periode, korupsi masih sarat terjadi, politik uang dan kepentingan juga masih banyak
ditemukan. Sehingga mau tidak mau, ketika waktu berlalu kesenjangan sosial di
masyarakat mulai tampak.
Sementara untuk sistem Multi Partai, menyatakan bahwa tidak adanya kekuasaan
absolut ataupun dalam hal ini otoriter, membuat semua orang bisa ikut berpartisipasi
dalam mengawasi pemerintahan negara. Indonesia sebagai negara pluralisme akan lebih
baik jika sistem partainya memiliki masing-masing suara untuk diwakilkan dan
disampaikan kepada negara secara kolektif.
Kelemahan sistem Multi Partai, dengan berbagai perpecahan yang mungkin terjadi,
sebenarnya juga tergantung dengan bagaimana latarbelakang dan juga profil dari setiap
komponen-komponen yang terlibat dalam sistem Multi Partai tersebut. Indonesia pada
dasarnya sudah menekankan pentingnya toleransi, pentingnya kebersamaan, dan juga
saling menghargai. Hal ini menjadi poin penting, dikarenakan ada satu hal yang
mempersatukan kita walaupun dengan berbagai perbedaan pendapat ataupun
latarbelakang kita, kita tetap dipersatukan dalam satu wadah yaitu Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan adanya Pancasila.
Lampiran
o “Sistem Multi Partai menyalurkan aspirasi masyarakat. Mengapa bisa ada konflik
SARA?” (Alex – Kelompok 5)
“Sistem Multi Partai memungkinkan setiap kelompok masyarakat untuk bisa
menyalurkan suara nya atau pandangannya kepada pemerintahan yang ada. Dan hal
ini tidak menutup kemungkinan munculnya gesekan antara suara yang satu dengan
suara yang lain. Ketika masyarakat ataupun kelompok masyarakat dalam sistem
tersebut tidak bisa untuk mengutamakan kepentingan umum atau dalam hal ini
pemerintahan, maka bisa saja menjerumuskan kepada konflik yang menyangkut
SARA, karena membawa kepentingan entah itu Suku, Agama, dan lain sebagainya.”
o “Mengapa Multi Partai lebih baik dari Dwi Partai untuk diterapkan di Indonesia?”
(Alfian – Kelompok 5)
“Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman dalam
masyarakatnya, entah itu bahasa, agama, ras, suku, dan lain sebagainya. Sehingga
merupakan hal yang lebih baik, jika masing-masing secara garis besar kelompok-
kelompok masyarakat tersebut bisa membentuk suatu wadah untuk menampung
pandangan atau suara mereka untuk disampaikan kepada sistem pemerintahan yang
ada di Indonesia.”
o “Mengapa jumlah negara yang menganut sistem multipartai sedikit yang besar dan
kuat?” (Yulfahreza – Kelompok 6)
“Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sistem multi partai rentan terhadap
perpecahan jika tidak suatu hal yang bisa menyatukan negara tersebut secara
fundamental atau mendasar. Selain itu, didalam pemerintahan sistem multi partai,
pihak yang memerintah belum tentu bisa melaksanakan kebijakannya dengan bebas
karena tidak adanya suara mayoritas yang dimenangkan oleh satu partai pun,
sehingga tekanan yang diberikan oleh partai lainnya mungkin saja bisa mengganggu
proses kerja dari sistem yang sudah disusun oleh pemerintahan yang berlaku, dan
berimbas pada lambatnya perkembangan yang dialami oleh negara tersebut.”
o “Mengapa di era Orde Baru, Golkar tidak disebut sebagai partai?” (Yuni –
Kelompok 7)
“Ini merupakan termasuk sebuah intrik politik yang dibangun oleh Penguasa Orde
Baru, ketika Presiden Soeharto memutuskan untuk mengurangi jumlah partai yang
ada di Indonesia. Ia yang sejatinya disponsori oleh Golongan Karya yang isinya
adalah para aparatur negara kebanyakan diantaranya ABRI (TNI dan POLRI),
memutuskan untuk jumlah partai di Indonesia hanyalah 2 saja dengan ditambah satu
barisan Golongan, dengan tujuan yang bisa kita lihat, untuk menguasai pemilu yang
diselenggarakan di Indonesia pada masa itu. Berkurangnya jumlah lawan politik
Golkar memberikan mereka kekuasaan untuk bisa mengatur awal dan akhir dari
pemilu yang diselenggarakan oleh negara pada masa itu”
o “Apa dampak yang ditimbulkan andai saja Indonesia menerapkan Dwi Partai saat
ini?” (Mailan Ronny – Kelompok 5)
“Kemungkinan akan banyak masyarakat merasa bahwa, sistem perpolitikan di
Indonesia tidaklah bisa mewakili setiap pandangan yang ada di Indonesia sendiri,
karena terbatasnya jumlah partai politik untuk bisa mewakili suara mereka.”
o “Sistem pemerintahan mana yang lebih bagus, era Orde Baru atau Reformasi?
(Egi – Kelompok 6)
“Jika ditinjau dari bagaimana sistem perpoiltikannya, tentunya era Reformasi
menjadi pilihan yang lebih baik, dikarena transparansi di pemerintahan sudah mulai
ada, lalu masyarakat juga bisa berkontribusi langsung terhadap sistem perpolitikan
bangsa dan ikut mengawasi bagaimana pemerintahan yang menjalankan kebijakan-
kebijakannya.”
B. Pembagian Tugas
1. Fadhli Ibrahim Siregar
- Menyusun pembahasan untuk Teori dan Konsep
2. Bagus Setiawan
- Menyusun pembahasan untuk Argumentasi
3. Weliansyah Arundhani
- Menyusun pembahasan untuk Teori dan Konsep
4. Zidane Fathur Rahman Lubis
- Menyusun pembahasan untuk Data Fakta
5. Charli
- Menyusun pembahasan untuk Latarbelakang
6. M. Aulia Ramadhan
- Menyusun pemabahasan untuk Argumentasi