PENDAHULUAN
1
mekanikal dan elektrikal, serta tata lingkungan beserta kelengkapannya masing-
masing dalam mewujudkan suatu bangunan (KEPPRES No.19/1999).
Dalam sebuah pekerjaan konstruksi, aspek finishing dan interior juga
berperan penting. Finishing bangunan adalah pekerjaan yang berkaitan dengan
penutupan, pelapisan, serta membuat tampilan bangunan menjadi tampak indah.
Pekerjaan ini dilaksanakan setelah semua proses pembuatan struktur selesai
dilakukan. Jadi, finishing adalah proses paling akhir dari keseluruhan rangkaian
pembuatan bangunan.
Pekerjaan finishing adalah pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan
pembangunan dalam rangka menutupi, melapisi dan memperindah dari sebuah
bangunan atau konstruksi tersebut. Dalam rangka melakukan efisiensi terhadap
pekerjaan finishing maka kesalahan-kesalahan pekerjaan awal harus dihindari.
(Gatut, 2001)
Secara garis besar jenis pekerjaan finishing ini terdiri dari dua bagian yaitu
finishing kering dan basah. Pekerjaan finishing basah yaitu pekerjaan finishing
yang dalam aplikasinya menggunakan air sebagai medianya yang meliputi
pasangan batu bata, plesteran,acian, pasangan tegel keramik, pasangan granit dan
pekerjaan pengecatan. Sedangkan pekerjaan finishing kering yaitu pekerjaan yang
dalam aplikasinya tidak menggunakan air sebagai medianya yang meliputi :
pekerjaan wallpaper, dinding partisi, karpet, dinding enamel dan sebagainya.
(Danang, 2007)
Setelah menyelesaikan pekerjaan finishing, kemudian dilanjutkan dengan
pekerjaan interior. Dalam sebuah pembangunan hotel, pekerjaan interior juga
sangat penting untuk menata apa yang ada di dalam sebuah gedung. Pekerjaan
interior ini juga dapat memperkaya nilai estetika dan meningkatkan aspek
psikologis dari isi ruangan itu sendiri.
Pekerjaan interior meliputi : pekerjaan pemasangan panel kayu, gypsum,
kaca, hpl, furnitur dan sebagainya. Interior memiliki peran yang sangat penting
dalam mewujudkan kelengkapan suatu bangunan. Oleh karena itu, sangat perlu
untuk meninjau pekerjaan finishing dan interior dalam pembangunan sebuah
bangunan. Untuk itu, penulis mempertimbangkan menggunakan tema pekerjaan
finishing dan interior sebagai bahan penyusunan Laporan Kerja Praktik dengan
2
judul: “PELAKSANAAN PEKERJAAN FINISHING DAN INTERIOR
PADA BAGIAN LOBBY PEMBANGUNAN HOTEL THE 1O1
PALEMBANG.”
1.2 Tujuan
Salah satu tujuan yang dicapai dari praktik kerja lapangan ini adalah cara
menerapkan berbagai ilmu yang telah diperoleh dari proses pembelajaran di
kampus secara langsung ke lapangan. Selain itu, kerja praktik ini secara langsung
dapat mengasah dan mengembangkan soft skill mahasiswa yang jarang didapat
ketika penulis melaksanakan kegiatan belajar - mengajar di lingkungan kampus.
Dalam kerja praktik ini, penulis secara langsung berhadapan dengan
berbagai tingkatan pekerja dalam dunia konstruksi, mulai dari manajer proyek,
drafter, mandor hingga tukang.
Tujuan lain dari kerja praktik ini juga untuk mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah (problem solving) berbagai masalah yang terjadi baik yang
terduga maupun yang tidak terduga di lapangan.
1.4 Metodologi
Adapun metodologi yang digunakan dalam penyusunan laporan ini, antara
lain:
1. Metode Observasi (Pengamatan). Dalam metode observasi ini penulis
melakukan pengamatan proses pekerjaan yang berlangsung di proyek
pembangunan hotel THE 1O1 di Palembang.
3
2. Metode Interview (Wawancara). Dalam metode interview ini pelaksanaannya
dilakukan dengan cara mewawancara secara langsung kepada semua pihak
yang terlibat dalam proses pembangunan dan manajemen konstruksi.
3. Metode Instrumen. Dalam metode instrumen pelaksanaan dilakukan dengan
menggunakan alat bantu seperti kamera ataupun alat tulis yang digunakan
untuk mendapatkan data-data ataupun informasi mengenai pembangunan
gedung hotel THE 1O1 di Kota Palembang.
4. Metode Pustaka (Literatur). Dalam metode pustaka, kegiatan yang dilakukan
yaitu mencari informasi dengan mengumpulkan data mengenai pembangunan
hotel THE 1O1 di Kota Palembang yang didapatkan dari internet, jurnal, dan
buku sebagai bahan referensi dan literatur serta perbandingan antara teori dan
praktik lapangan.
5. Konsultasi. Konsultasi yang dilakukan berupa diskusi terhadap pihak
pelaksana pembangunan hotel THE 1O1 di Kota Palembang dan juga
melakukan diskusi dengan dosen pembimbing.
4
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Berisi penjelasan tentang hasil analisa kerja praktik di lapangan yang
kemudian dievaluasi dengan teori yang dipelajari dan juga membahas hasil data-
data yang telah didapatkan selama mengikuti kerja praktik di lapangan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi rangkuman dari hasil pengamatan pekerjaan finishing dan
interior pada pembangunan hotel THE 1O1 di Palembang, serta memberikan
saran dan solusi terhadap kekurangan yang terdapat pada pembangunan hotel
THE 1O1 Palembang di bagian lobby yang ditujukan untuk perbaikan pekerjaan
pada masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
1.6 Kerangka Berfikir
LATAR BELAKANG
PERUMUSAN MASALAH
STUDI LITERATUR
DATA OBJEK
• Buku tentang finishing • Data internal proyek
• Buku tentang Interior • Dokumentasi
• Ebook tentang finishing & • Wawancara
interior
6
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
7
Peta lokasi adalah sebagai berikut :
3. Lingkungan sosial
Dekat dengan perumahan penduduk, fasilitas pendidikan serta fasilitas umum
lainnya.
8
2.3 Organisasi Proyek
Dalam pembangunan suatu proyek, dilakukan beberapa tahapan kerja yaitu
mulai dari tahap perencanaan, survei lapangan sampai dengan pelaksanaan
proyek. Pelaksanaan dan pembangunan proyek dapat berjalan baik, maka
dilibatkan banyak pihak dalam pelaksanaan tersebut. Berikut adalah struktur
organisasi atau pihak yang dilibatkan dalam proyek beserta perannya :
9
2.3.2 Konsultan Mekanikal Elektrikal (ME)
Konsultan mekanikal elektrikal adalah badan hukum yang bergerak pada
jasa bidang perencanaan system yang ada di dalam sebuah gedung atau bangunan
yang tidak dapat dipisahkan dari pemakaian gedung. Mekanikal dan elektrikal
memiliki cakupan pekerjaan listrik dan mekanik, contoh seperti instalasi listrik,
instalasi fire alarm atau fighting, sound system, ac, lift, genset, eskalator, pompa,
pemipaan dan design. Konsultan mekanikal elektrikal dalam proyek ini adalah PT.
Policipta Multi desain.
Adapun tugas-tugas dari Konsultan Mekanikal Elektrikal (ME) yaitu :
• Melakukan pengawasan terhadap cara kerja kontraktok mekanikal elektrikal.
• Mengawasi dan mengontrol Supervisor kontraktor Mekanikal Elektrikal.
• Membuat laporan mingguan di bidang Mekanikal Elektrikal.
• Memeriksa rencana kerja kontraktor dan sub-kontraktor dalam bidang
Mekanikal Elektrikal.
• Memberikan teguran kepada Supervisor kontraktor Mekanikal Elektrikal
ataupun sub-kontraktor bila ada penyimpangan pekerjaan di bidang
Mekanikal Elektrikal.
10
2.3.4 Kontraktor Pelaksana
Kontraktor merupakan perusahaan atau badan hukum yag telah memenuhi
persyaratan administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah disiapkan oleh
pemerintah Republik Indonesia, yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar kerja (shop drawing), peraturan-
peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh perencana.
Dalam proyek ini yang ditunjuk sebagai kontraktor pelaksana adalah PT.
Majumapan Bangunindo. Secara umum tugas kontraktor adalah :
• Membuat metode/cara kerja pembangunan proyek.
• Menyiapkan tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan dan segala sesuatu yang
digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
• Melaksanakan pekerjaan berdasarkan keahlian dan pengalaman yang dimilki
sesuai dengan gambar rencana yang dibuat oleh konsultan perencana dan
tidak keluar dari spesifikasi kerja yang telah disetujui.
• Berkewajiban melaksanakan pekerjaan seperti yang diinstruksikan oleh
owner.
• Menyerahkan pekerjaan apabila pekerjaan telah selesai secara keseluruhan
kepada owner.
Dalam suatu perusahaan kontraktor, biasanya terdiri dari personil yang
memiliki tugas dan wewenang masing-masing, diantaranya :
1. Project Manager (Kepala Proyek)
Project manager atau manajer proyek (kepala proyek) adalah orang yang
diberi wewenang dan tanggung jawab oleh kontraktor untuk memimpin,
mengatur dan mengawasi serta membuat keputusan yang terbaik dalam
pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Manager proyek adalah pemegang
kekuasaan tertinggi pada organisasi di lapangan pada suatu proyek yang
bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan dan penutupan proyek.
Tugas Project Manager (PM) adalah :
• Memimpin rapat kontraktor dan mengkoordinasi semua pelaksanaan
pekerjaan kontraktor.
• Mendelegasikan detail rencana kerja, serta mengontrolnya secara berkala.
11
• Melaksanakan program pengendalian mutu, waktu dan biaya pelaksanaan
proyek termasuk penerapan standarisasi.
• Menerapkan program kebersihan, kerapihan dan kedisiplinan.
• Mengontrol proyek yang dikerjakan agar sesuai dengan yang diharapkan.
2. Kepala Pelaksana
Dalam kegiatan pelaksanaan pekerjaan proyek, bagian kepala pelaksana
mempunyai tugas yang berhubungan langsung dengan pekerjaan yang
dilakukan di lapangan. Tugas dari kepala pelaksana adalah sebagai berikut :
• Melaksanakan semua tugas yang diberi manajer proyek.
• Memberi pengarahan kepada pelaksana atau tukang di lapangan.
• Mengawasi pekerjaan para pelaksana atau tukang.
• Memeriksa semua pekerjaan yang telah dilakukan pelaksana atau tukang.
• Menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan gambar kerja yang telah diberikan.
3. Pelaksana Lapangan
Tugas dan kewajibannya, antara lain:
• Menyimpan gambar kerja dengan baik, tidak boleh merubah/mencoret tanpa
seizin atasan langsung.
• Melaksanakan pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan rencana mutu
proyek (instruksi kerja), speksifikasi teknis dari pelanggan dan gambar kerja
yang diterimanya dengan mengarahkan tukang/sub kontraktor dan
pekerjanya hingga didapat pekerjaan yang bermutu, tepat waktu dan biaya
yang seefisien mungkin.
• Melaksanakan tindakan koreksi dan pencegahan.
• Membuat dan melaksanakan detail program kerja berdasarkan program
harian/mingguan/bulanan yang ada serta melaporkan prestasi kerja kepada
manajer proyek.
• Membuat opname prestasi pekerjaan bersama-sama manajer proyek dan sub
kontraktor (bila ada) yang bersangkutan untuk keperluan tagihan dan lain-
lain.
12
• Menyelenggarakan pencatatan-pencatatan atas tindakan yang telah
dikerjakan baik kualitatif maupun kuantitatif untuk dapat membuat laporan
mingguan mengenai:
• Pemakaian bahan, mesin-mesin/alat-alat dalam pekerjaan yang sedang
dilaksanakan.
• Penggunaan persekot karya yang dipercayakan kepadanya.
• Perhitungan upah dan hari perkerjaan.
• Kemajuan pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
• Mengumpulkan bukti-bukti penerimaan/pengeluaran tertulis akibat bahan/
material, alat dan keperluan lainnya kepada manajer proyek sehingga
pertanggung jawaban akan terlihat di dalam cash flow perusahaan.
4. Logistik Proyek
Logistik proyek merupakan petugas yang bertugas melakukan pembelian
produk yang dibutuhkan dalam suatu proyek dan mengelola ketersediaan
barang dalam jumlah yang cukup saat pekerjaan proyek berlangsung sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam surat permintaan. Tugas dan tanggung
jawab :
• Bertanggung jawab kepada project manager.
• Bertanggung jawab terhadap pengadaan jumlah dan mutu material yang
diperlukan dalam pelaksanaan proyek tepat pada waktunya.
• Menjaga keamanan material dan alat-alat yang disimpan di dalam gudang.
• Mengurus dan bertanggung jawab terhadap semua surat-surat transaksi
peralatan maupun material sebagai arsip.
• Membuat laporan keuangan, absensi pegawai dan tenaga kerja.
• Mengawasi pengadaan, pemakaian dan penempatan material di gudang.
• Mengadakan pengecekan atas kebenaran barang yang datang dari rekanan
harus sesuai dengan yang diminta.
• Menerima dan mengeluarkan barang.
13
5. Drafter
Drafter adalah orang yang bekerja membuat gambaran dalam suatu proyek
berupa gambar kerja teknik sehingga dapat dengan jelas dimengerti orang lain.
Adapun tugas dari drafter adalah sebagai berikut :
• Menyesuaikan gambar kerja dengan kondisi lapangan yang ada.
• Menggambar gambar pelaksanaan atau gambar kerja suatu proyek.
• Melakukan revisi gambar kerja saat terjadi perubahan desain atau gambar.
• Membuat gambar akhir pekerjaan.
6. Administrator
Administrator bertugas dalam segala kegiatan administrasi proyek sehingga
pelaksanaan proyek dapat berjalan lancar dari awal sampai akhir pembangunan.
Adapun tugas dari administrartor didalam proyek adalah sebagai berikut :
• Membuat data kepegawaian, laporan keuangan dan laporan kas proyek.
• Menerima dan memproses tagihan yang datang.
• Menyelesaikan pembayaran dan perpajakan.
14
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Hotel
Hotel merupakan salah satu jenis akomodasi yang sangat dikenal oleh
masyarakat, di samping akomodasi komersil lainnya. Usaha perhotelan
sekarang ini sudah merupakan suatu industri hotel yang memerlukan sumber
dana dan sumber daya manusia dalam jumlah besar, dengan resiko kerugian
atau keuntungan yang besar pula. (Surachman, 1987)
Pengertian hotel menurut SK Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
No. KM 37/PW. 340/MPPT-86 dalam Sulastiyono (2011), adalah "Suatu jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk
menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa penunjang
lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa hotel adalah
salah satu jenis akomodasi sebagai sarana pendukung kegiatan pariwisata dan
bisnis. Hotel memerlukan modal usaha yang besar dan didukung oleh tenaga kerja
yang memiliki keterampilan baik dalam bidang perhotelan, dengan pengelolaan
yang dilakukan secara professional.
15
2. Superior Room (Sup) / Premium Room
Superior Room ini memiliki definisi yang berbeda-beda di setiap hotel.
Terkadang merupakan kamar standard dengan ukuran dan fasiltias yang lebih.
Terkadang kamar ini merujuk ke kamar khusus dengan pemandangan atau lokasi
yang lebih baik. Biasanya dikenal juga dengan nama premium room.
3. Deluxe Room (Dlx)
Deluxe Room merupakan kamar dengan kelas menengah. pada desainnya
terlihat lebih berkelas baik dari penampilan, ukuran dan lokasinya. Akan tetapi,
dalam beberapa hotel terkadang kamar tipe deluxe dikategorikan di bawah kamar
tipe superior.
4. Junior Suite Room (Jrste) / Studio (Stu)
Kamar ini merupakan kamar dengan kelas yang mahal, biasanya terdiri dari
ruangan besar yang dimana ruang tidur dan ruang duduk (seating area) terpisah.
Kamar tipe junior suite bisa di bilang sama dengan kamar tipe studio. Hanya saja
ukuran kamar tipe studio lebih besar karena adanya tambahan dapur dan fasilitas
memasak di dalamnya, dan harganya-pun terkadang lebih mahal daripada kamar
tipe suite.
5. Suite Room (Ste)
Kamar Tipe Suite Room merupakan kamar dengan kelas paling atas, tipe ini
mirip dengan apartemen kecil di dalam sebuah hotel. Kamar ini memiliki ukuran
yang jauh melebihi ukuran standard, di dalamnya terdapat ruang tidur, ruang tamu
dan ruang memasaknya sendiri. Biasanya kamar ini digunakan oleh orang-orang
bisnis dan keluarga yang tinggal di hotel untuk periode yang agak lebih lama.
6. Presidential / Penthouse Room
Presidential Suite merupakan kamar yang lebih luas dari suite room.
Biasanya dikenal juga dengan nama penthouse yang dimana merupakan lantai
teratas dari hotel. Kamar ini memiliki ruangan yang lebih besar, pemandangan
dan perlengkapan terbaik yang ditawarkan sebuah hotel dan merupakan kamar
termahal dari suatu hotel.
16
3.2 Lobby
Lobby adalah ruang dekat pintu masuk hotel, gedung bioskop dan
sebagainya yang dilengkapi dengan beberapa meja dan kursi yang berfungsi
sebagai ruang duduk/ruang tamu. (KBBI Balai Pustaka, 1995).
Hotel harus mempunyai lobby sebagai tempat pusat aktivitas para tamu. Di
tempat ini tamu melakukan check in, meminta informasi, membayar rekening
tamu dan juga bersosialisasi dengan tamu lainnya. Setiap tamu yang menginap di
hotel pasti melewati lobby.
Adapun pengertian lobby lainnya, yaitu:
• Lobby adalah tempat luas yang menetap/permanen dan memusat pada
penerimaan tamu dan fasilitas umum (Lawson, 1997).
• Lobby adalah salah satu departemen di hotel yang secara operasional
berhubungan langsung dengan tamu (Darsono, 1992).
17
3.2.2 Sifat dan Letak Lobby
Menurut (Agustinus D, 1992), sifat dan letak lobby dibagi menjadi 2 jenis
sebagai berikut :
• Lobby Kecil, yaitu ruang yang disediakan untuk bersantai bagi para tamu
yang menginap. Biasanya terletak ditempat yang agak dalam, agak jauh dari
pintu karena memang diperuntukkan khusus bagi tamu hotel. Pada
umumnya lobby kecil diletakkan pada tempat yang mudah dicapai dari pintu
masuk ke dalam ruang kamar hotel.
• Lobby Besar, yaitu ruang yang disediakan bagi tamu yang berkunjung dan
sifatnya sementara.
Kebutuhan ruang lobby berbeda-beda pada setiap hotel, tergantung jenis
hotel tersebut. Misalnya lobby pada city hotel tidak membutuhkan ruang yang
luas, sedangkan lobby pada resort hotel biasanya justru sebaliknya. Penataan
ruang lobby sebaiknya lebih menonjol daripada ruang lain, yang dapat dilihat dari
finishing, warna, material, pencahayaan dan dekorasinya.
3.3 Finishing
Pekerjaan finishing adalah pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan
pembangunan dalam rangka menutupi, melapisi dan memperindah dari sebuah
bangunan atau konstruksi tersebut. Dalam rangka melakukan efisiensi terhadap
pekerjaan finishing maka kesalahan-kesalahan pekerjaan awal harus dihindari.
(Gatut, 2001)
Dalam sebuah pekerjaan konstruksi aspek finishing berperan penting.
Finishing bangunan adalah pekerjaan yang berkaitan dengan penutupan,
pelapisan, serta membuat tampilan bangunan menjadi tampak indah. Pekerjaan ini
dilaksanakan setelah semua proses pembuatan struktur selesai di lakukan. Jadi
finishing adalah proses paling akhir dari keseluruhan rangkaian pembuatan
bangunan. (A.G. Tamrin, 2008)
Dengan perkembangan teknologi industri konstruksi yang semakin pesat
pada saat ini, maka pekerjaan finishing juga mengalami perkembangan baik pada
pekerjaan finishing dinding, finishing lantai, maupun finishing plafond. Dalam hal
ini, finishing mempunyai pengertian dari tahap akhir dalam pengerjaan sebuah
18
proyek pembangunan, yang fungsinya adalah untuk memberikan rasa nyaman dari
bangunan dan menjadikannya lebih indah.
Pekerjaan finishing dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Pekerjaan Finishing Basah
Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang berhubungan dengan air dalam
pengolahanya, seperti :
• Pekerjaan pemasangan bata
• Pekerjaan plesteran dan pengacian
• Pekerjaan tegel atau keramik
• Pekerjaan granit atau marmer
• Pekerjaan pengecatan
• Pekerjaan batu alam
•
2. Pekerjaan Finishing Kering
Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang tidak berhubungan dengan air, seperti:
• Pekerjaan dinding partisi
• Pekerjaan dinding kaca
• Pekerjaan dinding wallpaper
• Pekerjaan pemasangan pintu, jendela dan sebagainya.
3.4 Interior
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), Interior adalah bagian dalam
gedung atau ruang, tatanan perabot atau hiasan di dalam ruang bagian dalam
gedung. Berdasarkan kehidupan sehari-hari interior sering dikaitkan dengan
arsitek sehingga mempunyai arti pengaturan perabot, dinding, plafond, lantai, dan
aksesoris ke dalam suatu ruang yang berada di dalam sebuah bangunan.
Menurut Francis D. K. Ching (2002) pengertian desain interior adalah :
Interior design is the planning, layout and design of the interior space
within buildings. These physical settings satisfy our basic need for shelter and
protection, they set the stage for and influence the shape of our activities, they
nurture our aspirations and express the ideas which accompany our action, they
19
affect our outlook, mood and personality. The purpose of interior design,
therefore, is the functional improvement, aesthetic enrichment, and psychological
enhancement of interior space.
Definisi di atas menjelaskan bahwa desain interior adalah sebuah
perencanaan tata letak dan perancangan ruang dalam di dalam bangunan. Keadaan
fisiknya memenuhi kebutuhan dasar kita akan naungan dan perlindungan,
mempengaruhi bentuk aktivitas dan memenuhi aspirasi kita dan mengekspresikan
gagasan yang menyertai tindakan kita, disamping itu sebuah desain interior juga
mempengaruhi pandangan, suasana hati dan kepribadian kita. Oleh karena itu
tujuan dari perancangan interior adalah pengembangan fungsi, pengayaan estetis
dan peningkatan psikologi ruang interior.
2. Bentuk (form)
Bentuk merupakan unsur seni. Pada dasarnya bentuk adalah suatu sosok
geometris dua atau tiga dimensi yang memungkinkan pengguna ruang untuk
menangkap keberadaan sebuah benda dan memahaminya dengan persepsi.
Terdapat tiga bentuk primer yaitu lingkaran, segitiga dan bujur sangkar.
20
Lingkaran merupakan suatu sosok terpusat ke arah dalam, pada umumnya
bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya.
Penempatan sebuah lingkaran pada pusat suatu bidang akan memperkuat sifat
alaminya sebagai poros.
Segitiga menunjukkan stabilitas. Jika salah satu sisinya menjadi penumpu
segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Namun jika salah satu sudutnya
yang menjadi penumpu segitiga juga dapat tampak seimbang dalam tahap yang
sangat kritis atau tampak tidak stabil dan cenderung jatuh pada sisinya.
Bujur Sangkar menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Merupakan
bentuk yang statis, netral dan tidak mempunyai arah tertentu. Bentuk-bentuk
segiempat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar, yang
berubah dengan adanya penambahan tinggi atau lebarnya.
a. Organisasi Bentuk
Berikut ini beberapa bentuk dapat ditambahkan dan dikelompokkan dalam
beberapa kategori pengorganisasian :
• Bentuk yang ditambahkan..
• Bentuk terpusat, terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengitari
bentuk dominan yang berada di tengah.
• Bentuk liner, terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur dalam suatu deret yang
berulang.
• Bentuk radial, yaitu komposisi dari bentuk-bentuk yang diatur dalam suatu
deret dan berulang.
• Bentuk cluster, yaitu bentuk-bentuk yang saling berdekatan atau bersama-
sama menerima kesamaan visual.
• Bentuk grid, yaitu bentuk-bentuk modular yang hubungannya satu sama
lain diatur oleh grid-grid tiga dimensi.
b. Elemen Pembentuk Ruang
Ruangan interior dibentuk oleh beberapa bidang dua dimensi, yaitu lantai,
dinding, plafond serta bukaan pintu dan jendela. Menurut Wicaksono dan
Tisnawati (2014), apabila salah satu diantaranya tidak ada maka tidak dapat
disebut sebagai interior karena ruangan tersebut tidak dapat berfungsi dan
21
dipergunakan dengan baik. Secara tiga dimensional, terdapat empat elemen dasar
pembentuk interior yang terdiri dari tiga bidang dimensional (3D) yang akan
membentuk volume (panjang x lebar x tinggi) sebuah ruangan :
• Lantai sebagai bidang bawah
• Dinding sebagai bidang tengah/ penyekat
• Plafond sebagai bidang atas
• Berbagai bukaan yang dapat diaplikasikan ke dalam tiga bidang
dimensional diatas
• Elemen pengisi ruang yang disebut juga perabot/furniture, biasanya
berwujud kursi, meja, ranjang, lemari, lukisan, vegetasi, lampu dll.
3. Bidang (shape)
Bidang adalah sebuah luasan yang tertutup dengan batas-batas yang
ditentukan oleh unsur-unsur lainnya yaitu garis, warna, nilai, tekstur dan lain lain.
Dua garis sejajar yang dihubungkan kedua sisinya akan membentuk sebuah
bidang. Bidang hanya terbatas pada dua dimensi yaitu panjang dan lebar. Bidang
geometris seperti lingkaran, persegi panjang, segiempat, segitiga, dan sebagainya
memiliki sebuah batasan yang jelas. Sebuah bidang dibentuk oleh beberapa garis.
Ciri-ciri permukaan suatu bidang adalah warna dan tekstur yang akan
mempengaruhi bobot visual dan stabilitasnya. Bidang juga berfungsi untuk
menunjukkan batasan sebuah ruangan. Menurut jenisnya, sebuah bidang terdiri
atas tiga bagian yaitu :
• Bidang atas, dapat diumpamakan sebagai bidang atap. Bidang atas
merupakan unsur utama suatu bangunan yang melindunginya dari unsur-
unsur iklim. Bidang atas juga merupakan bidang langit-langit yang
menjadi unsur pelindung ruang di dalam arsitektur.
• Bidang dinding, bidang-bidang dinding vertikal secara visual paling aktif
dalam menentukan dan membatasi ruang.
• Bidang dasar, memberikan pendukung secara fisik dan menjadi dasar
bentuk-bentuk bangunan secara visual. Bidang lantai merupakan
pendukung kegiatan pengguna di dalam bangunan.
22
4. Ruang (space)
Ruang adalah sebuah bentuk tiga dimensi tanpa batas karena objek dan
peristiwa memiliki posisi dan arah relatif. Ruang dapat juga berdampak pada
perilaku manusia dan budaya, menjadi faktor penting dalam arsitektur, dan akan
berdampak pada desain bangunan dan struktur. Ruang memiliki panjang, lebar
dan tinggi; bentuk; permukaan; orientasi serta posisi. Sebuah bidang yang
dikembangkan (menurut arah, selain dari yang telah ada) berubah menjadi ruang.
Sebagai unsur tiga dimensi di dalam perbendaharaan perancangan arsitektur,suatu
ruang dapat berbentuk padat. Dalam hal ini ruang yang berada di dalam atau
dibatasi oleh bidang-bidang akan dipindahkan oleh massa atau ruang kosong.
5. Cahaya (light)
Cahaya mempengaruhi penataan interior dalam hal :
• Menentukan atmosfer ruang
• Mempengaruhi mood pengguna
• Mendukung fungsi ruang
Pada perancangan interior, jenis tata cahaya dapat dibagi menjadi
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
a. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah proses menempatkan jendela, bukaan, dan
permukaan reflektif lainnya sehingga pada siang hari ruangan tersebut dapat
menyediakan cahaya alami yang efektif ke dalam ruangan.
b. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan terkait dengan penemuan ornamen sumber cahaya itu
sendiri. Menurut perletakannya, pencahayaan dibagi menjadi :
• Lampu lantai
• Lampu dinding
• Lampu plafon
Faktor faktor tata cahaya dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
• Distribusi intensitas cahaya dari armatur
• Perbandingan antara keluaran cahaya dari lampu dalam armatur
• Reflektansi cahaya dari langit langit, dinding, lantai
23
• Pemasangan armatur, apakah menempel atau digantung di langit-langit
• Dimensi atau ukuran luas ruangan
Tema tata cahaya dapat dibagi menjadi 5, yaitu :
• Tematik romantis, digunakan untuk menimbulkan kesan romantis pada
ruangan. Hal ini bisa dilakukan melalui penggunaan tata cahaya temaram
dengan intensitas rendah ataupun penempatan indirect lighting pada jarak
dan pola tertentu.
• Tematik rustik/naturalis, digunakan untuk menimbulkan kesan seolah olah
seseorang sedang berada di alam. Hal ini bisa dilakukan dengan jenis tata
cahaya alami seperti lilin, lampu templok, obor dengan dipadukan dengan
penggunaan perabot yang alami.
• Tematik ekshibisi, digunakan untuk memamerkan atau memajang produk
atau karya seni tertentu. Hal ini bisa dilakukan dengan penataan direct
lighting dan indirect lighting.
• Tematik sunlit, dikenal dengan konsep less is more yang menggunakan
cahaya buatan sesedikit mungkin serta memaksimalkan masuknya cahaya
alami ke dalam ruangan.
• Tematik amenities, dihasilkan dari penggabungan penataan suara, cahaya,
air, udara, vegetasi, dan warna dalam satu skema yang akan memberi nilai
tambah terhadap kualitas penataan sebuah ruangan.
6. Warna (color)
Semua warna dapat menimbulkan efek psikologis tertentu terhadap orang
yang melihatnya. Dalam ilmu arsitektur dan interior, setiap warna dapat
menimbulkan kesan berbeda-beda terhadap keberadaan sebuah ruang, seperti
kesan gelap terang yang dapat mempengaruhi keberadaan sebuah ruangan. Jenis
warna dapat dibagi menjadi tiga yaitu warna primer, warna sekunder dan warna
tersier. Tujuan dari warna adalah :
• Menciptakan suasana
• Menunjukkan kesatuan atau keragaman
• Mengungkapkan karakter bahan
• Mendefinisikan bentuk
24
• Mempengaruhi proporsi
• Mempengaruhi skala
• Memberikan kesan berat
7. Pola (pattern)
Pola adalah desain dekoratif yang dipergunakan secara berulang. Pola juga
dapat disebut sebagai susunan dari sebuah desain yang sering ditemukan dalam
sebuah objek. Motif garis horizontal akan memperluas kesan ruangan, sedangkan
motif garis vertikal akan meninggikan kesan ruangan.
8. Tekstur (texture)
Tekstur adalah nuansa,penampilan, atau konsistensi permukaan suatu zat.
Tekstur juga berkaitan dengan material dan bahan yang digunakan.
9. Furniture
Furniture atau mebel adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua
barang seperti kursi, meja, dan lemari. Mebel berasal dari kata movable, yang
artinya bisa bergerak. Pada zaman dahulu meja kursi dan lemari relatif mudah
digerakkan dari batu besar, tembok, dan atap. Sedangkan kata furniture berasal
dari bahasa Prancis furniture (1520-30 Masehi). Furniture mempunyai asal kata
fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan. Walaupun mebel
dan furniture punya arti yang beda, tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi,
lemari, dan seterusnya. Salah satu bahan pembuatan furniture adalah kayu,
berbagai jenis yaitu kayu jati, mahoni, sungkai, pinus, ramin cedar, kayu triplek
atau multipleks, kayu particel board. (Khana, 2015)
• Klasifikasi Furniture
➢ Furniture knockdown adalah sebuah kontruksi pada produk mebel yang
dalam pembuatannya menggunakan sistem lepasan atau bongkar pasang.
Atau cara gampangnya, furniture knockdown dapat diartikan sebagai
furniture yang bisa dibongkar pasang (dibongkar lalu dirakit kembali).
Jadi kekuatan pada furniture knockdown sebagian besar berasal dari baut
atau sekrup yang digunakan untuk merekatkan komponen-komponen antar
25
bagian, sebab dalam konstruksi ini tidak menggunakan lem sama sekali
pada sambungan antar komponennya.
➢ Furniture multifungsi memiliki lebih dari 1 fungsi dalam satu benda.
Furniture jenis ini cocok untuk ruangan yang sempit seperti apartemen
tipe studio. Contohnya adalah sebuah sofa yang dapet menjadi tempat
tidur
➢ Loose furniture adalah jenis furniture yang sangat umum, furniture ini
memiliki banyak jenis bentuk dan dapat dipindahkan dengan mudah.
➢ Indoor furniture adalah semua jenis furniture yang hanya dapat digunakan
dalam ruangan, seperti sofa. Jenis furniture ini biasanya tidak memiliki
finishing yang tahan terhadap cuaca panas/hujan.
➢ Outdoor furniture adalah jenis furniture yang dapat digunakan di luar
ruangan, biasanya terbuat dari material yang tahan panas dan hujan.
Furniture ini juga memiliki finishing yang tahan panas, air dan lembab.
➢ Built in furniture adalah jenis furniture yang dibuat khusus dalam area
tertentu sehingga ukurannya tepat dan tidak dapat dipindah-pindahkan.
Jenis furnitur ini banyak digunakan agar dapat menggunakan area dengan
maksimal, dan dapat dibuat sesuai keinginan kita.
➢ Recycled material furniture adalah jenis furniture yang menggunakan
bahan bekas/recycled material sebagai bahan bakunya
3.5 Lantai
Lantai adalah bidang datar dan dijadikan sebagai alas dari ruang dimana
aktivitas manusia dilakukan di atasnya dan mempunyai sifat atau peranan sendiri
sendiri yaitu untuk mempertegas fungsi ruang. (Suptandar, 1999).
Lantai adalah bidang ruang interior yang datar dan mempunyai dasar yang
rata. (Ching, 1996). Lantai merupakan elemen pembentuk ruang, yang
berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati maupun beban hidup.
Beban mati yaitu beban yang berasal dari konstruksi bangunan itu sendiri dan juga
dari perabot yang mengisi bangunan atau ruang tersebut, sedangkan beban hidup
yaitu beban yang berasal dari manusia yang menampati bangunan atau ruangan
tersebut.
26
Selain berfungsi sebagai penutup ruang bagian bawah, lantai berfungsi
sebagai pendukung beban dan benda-benda yang ada diatasnya seperti perabot,
manusia sebagai civitas ruang, dengan demikian dituntut agar selalu memikul
beban mati atau beban hidup berlalu lalang diatasnya serta hal-hal lain yang
ditumpahkan diatasnya. (Mangunwijaya, 1980).
3.6 Dinding
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang membatasi satu ruang
dengan ruang yang lainnya. Dinding memiliki fungsi sebagai pembatas ruang luar
dengan ruang dalam, sebagai penahan cahaya, angin, hujan, debu dan lain-lain
yang bersumber dari alam, sebagai pembatas ruang di dalam rumah, pemisah
ruang yang bersifat pribadi dan ruang yang bersifat umum dan sebagai fungsi
artistik tertentu. (Sahid,2010)
27
(besi beton). Bahan dinding struktur yang biasa digunakan pada suatu bangunan
adalah batu bata.
2. Dinding non-struktural
Dinding ini adalah dinding yang tidak menopang beban, hanya sebagai
pembatas, apabila dinding ini dirobohkan maka bangunan tetap berdiri. Beberapa
material dinding non-struktural diantaranya seperti batu bata, batako, bata ringan,
kayu dan kaca.
3. Dinding partisi atau Penyekat
Dinding penyekat adalah batas vertical yang ada di dalam ruangan
(interior). Bahan-bahan yang digunakan untuk dinding partisi ini antara lain
gypsum, papan kalsium, triplek dan kayu.
Warna pada dinding juga berpengaruh pada kesan ruang, warna-warna yang
mengkilat lebih banyak memantulkan sinar sebaliknya warna buram kurang
memantulkan sinar. Warna-warna yang terang memberikan kesan ringan dan luas
pada suatu ruang, sedangkan warna gelap memberikan kesan berat dan sempit.
(Suptandar, 1982).
Selain warna, dinding juga merupakan bidang yang secara leluasa dapat
dihias sesuai dengan selera. Cara menghias dinding menurut Suptandar (1982)
yaitu dengan cara :
• Membuat motif-motif dekorasi dengan digambar, dicat, dicetak, diaplikasikan
dan dilukis secara langsung di dinding.
• Dinding ditutup atau dilapisi dengan bahan yang ornamentik atau dengan
memasang hiasan-hiasan yang ditempel pada dinding.
28
3.6.3 Bahan-Bahan Pelapis Dinding
• Batu : bermacam-macam batu alam, asbes, coraltex, marmer.
• Cat : bermacam-macam cat tembok, chemistone.
• Fiberglass : Flexiglass, Paraglass.
• Gelas : cermin, kaca (kaca being, kaca rayben, kaca es dsb).
• Kain : batik, sutra
29
3.8 Spesifikasi Teknis Arsitektur
Berikut adalah persyaratan teknis spesifikasi teknis arsitektur pada proyek
pembangunan hotel THE 1O1 Palembang.
1. Standar Yang Berlaku
Semua pekerjaan harus dilakukan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis dalam persyaratan Normalisasi Indonesia (NI),
Standar Industri Indonesia (SII) dan peraturan nasional maupun peraturan-
peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan antara lain :
NI 2 (1971) Peraturan Beton Bertulang Indonesia
NI 3 (1970) Peraturan Umum Untuk Bahan Bangunan di Indonesia
NI 8 (1974) Peraturan Semen Portland Indonesia
NI 5 (1961) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
Untuk pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar di atas, maka
diberlakukakn standar-standar nasional ataupun internasional yang berlaku atas
pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidaknya berlaku standar-standar persyaratan
teknis dari negara-negara asal bahan atau pekerjaan yang bersangkutan.
30
Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan dalam
NI8 dan PUBI 1982.
• Bahan – Bahan
a. Semen Portland harus dari kualitas terbaik dan memenuhi persyaratan dalam
NI8, S1181 dan ASTM.
b. Pasir harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalama PUBI 1982 pasal
11.
c. Air harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PUBI 1982.
• Contoh-contoh
Pemborong harus menyerahkan contoh bahan yang akan digunakan kepada
pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
• Pelaksanaan
a. Lantai screed dilakukan pada dasar lantai yang telah dibersihkan dari segala
kotoran, deu dan bebas dari pengaruh pekerjaan yang lain.
b. Bahan lantai screed merupakan campuran dari bahan PC (Portland Cement)
dengan pasir yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
c. Tebal adukan screed mimial 2,5 cm dari adukan 1 pc : 4 pasir. Permukaan
lantai screed harus betul-betul rata dengan kemiringan sesuai ketentuan dan
tidak cacat.
d. Sebelum lantai screed dilakukan alas lantai screed harus dibersihkan dengan
air bersih detelah bersih alas lapisan dilapis cairan semen (air semen)
maksimum 20 menit, selanjutnya lapisan screed dapat dilakasanakan.
e. Seluruh permukaan lantai screed dilapis acian dari bahan adukan semen murni.
f. Screed harus dibasahi selama 7 hari.
Untuk pemasangan bahan-bahan finishing lantai dapat dipasang minimum
setelah 2 (dua) minggu atau setelah mendapat persetujuan pengawas.
31
b. Pekerjaan dilaksanakan pada tempat-tempat atau bagian bangunan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.
• Pengendalian Pekerjaan
Pekerjaan pasangan beton finish atau topping concrete ini harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
NI – 2 – 1971 NI – 8 – 1974 SII – 0013/81
NI – 3 – 1970 SII – 0051 – 74
NI – 5 – 1961 SII – 0136 – 84
• Bahan- Bahan
a. Agregat Pasir dan Koral
Agregat harus terdiri dari gradasi yang sama dan sesuai dengan persyaratan di
dalam NI–2 bab 3.3.
b. Portland Cement
- Semen yang digunakan harus dari mutu yang disyaratkan dalam NI-8 BAB 3.2.
- Pemborong diharuskan menggunakan semen dari satu merk saja untuk seluruh
pekerjaan topping concrete.
- Penyimpanannya harus pada tempat yang tertutup dengan lantai terangkat oleh
ganjal.
c. Pembesian atau Penulangan
Penulangan besi yang digunakan adalah U-24 atau digunakan baja anyaman
(wiremesh) diameter 4-5 mm dan ukuran anyaman maksimum 10 x 10 cm dari
merek BRC atau lionmesh.
d. Air
Air yang digunakan harus bersih dan memenuhi persyaratan dalam NI-2 BAB
3.7.
• Contoh – Contoh
Pemborong harus menyerahkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan
kepada pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.
• Pelaksanaan
a. Campuran beton yang digunakan adalah campuran beton 1:2:3 yaitu 1 semen :
2 pasir : 3 split.
32
b. Sebelum mulai pekerjaan pengecoran beton finish (topping concrete),
permukaan beton slab yang akan di cor harus dibersihkan dari debu dan
kotoran-kotoran yang mengandung minyak atau lemak.
c. Pemasangan wiremesh digelar setelah slab sudah dalam keadaan bersih dan
siap untuk di cor dengan adukan beton.
d. Pemborong harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek maupun anker-anker
yang diperlukan pada kolom-kolom, balok-balok beton yang akan berhubungan
dengan konstruksi diatasnya.
e. Beton cor tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian 1 meter dan harus
menggunakan peralatan khusus yaitu elephant chute atau tremi yang telah
disetujui oleh pengawas.
f. Pengecoran harus sesuai dengan persyaratan PBI – 1971.
g. Sesudah pengecoran, lapisan beton ini harus dipadatkan dengan penggetar
(internal concrete vibrator) dengan dibantu alat penyendokan dan perajakkan.
h. Penggetar atau vibrator tidak boleh digunakan untuk memasukkan beton
kedalam cetakan beton, dan kecepatan getaran : vibrator dalam aduk beton
harus tetap berkisar antara 7.000 impuls/menit.
33
• Bahan – Bahan
a. Kayu pada umumnya harus kering, baik kering alami ataupun proses (dry kiln).
Kadar air maksimum 12% untuk tebal kayu sampai dengan 7 cm dan 20%
untuk tebal kayu di atas 7 cm.
b. Kayu merbau kering proses (dry kiln) dari kelas awet, kelas kuat I. Plywood
finish standart, dari ukuran 122 x 244 cm, dengan ketebalan antara 6mm-
18mm, sesuai yang ditunjukkan pada gambar-gambar. Semua jenis plywood
harus dari jenis yang menggunakan perekat tahan air atau waterproof.
c. Pelapis plastic atau high pressure laminate, tebal 1,5 mm - 2 mm dengan finish
matte (buram), setaraf dengan Formica (USA), Duropal (Jerman) atau Resopal
(Jerman).
d. Perekat tahan air dari jenis rakoll, herferin, aica aibon, dan lain-lain yang
setara.
e. Pengikat-pengikat
Pengikat berupa paku, mur baut, kawat, sekrup dan lain-lain, harus digalvanisir
sesuai dengan NI 5.
• Contoh-contoh
Pemborong harus mengajukan contoh dari bahan yang akan dipakai untuk
mendapatkan persetujuan pengawas.
• Pelaksanaan
a. Kayu-kayu bermotif harus mempunyai 4 (empat) sisi permukaan yang rata dan
lurus-lurus delam ukuran-ukuran yang sesuai dengan persyaratan Digambar
digunakan untuk plint dan langit-langit.
b. Kayu-kayu harus utuh, tanpa cacat atau celah seperti mata kayu, lubang-lubang
dan sebagainya.
c. Kayu-kayu harus dikerjakan mengikuti pola-pola seperti yang tertera pada
gambar-gambar atau yang dipersyaratkan atau atas petunjuk pengawas.
d. Sebelum pemasangan kayu-kayu harus sudah melalui proses pengawetan dan
telah diberi bahan anti rayap sesuai spesifikasi dan disetujui pengawas.
e. Bahan cat yang dipakai sesuai pekerjaan cat.
f. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang kayu terbaik dengan
standar pengerjaan yang disetujui pengawas.
34
g. Untuk profil Panjang seperti kusen dan sabagainya, digunakan mesin-mesin.
h. Semua lubang-lubang atau cacat di tempat bekas paku, baut dan permukaan
sambungan-sambungan dan lain-lain harus ditutup dengan dempul sealer
hingga rapih kembali.
35
• Pelaksanaan
a. Campuran plester
- Pengetasan untuk mendapatkan perbandingan campuran plester dapat
dilaksanakan dalam waktu 1 minggu sebelum pelaksanaan dimulai, dan tidak
ada penambahan waktu lagi untuk itu.
- Plesteran dengan campuran 1 semen : 4 pasir digunakan pada daerah-daerah
seluruh dinding bata, campuran 1 semen : 3 pasir digunakan pada balok plat
dinding beton seperti ditunjukkan dalam gambar.
- Plester dengan campuran 1 semen : 2 pasir digunakan pada daerah-daerah
basah untuk kedap air seperti daerah toilet setinggi 180 cm dari lantai dan
daerah lainnya setinggi 20 cm dari lantai untuk lantai 2 dan seterusnya,
sebagaimana ditunjukkan dalamgambar.
- Plester boleh dicampur dengan bahan additive untuk mencegah keretakan yang
tidak diinginkan. Untuk dapat menggunakan bahan tersebut, pemborong
terlebih dulu harus mengajukan kepada pengawas agar mendapatkan
persetujuannya.
b. Acian
- Adukan untuk plesteran sebaiknya dilakukan dengan mesini (molen).
Masukkan setengah dari jumlah air dan pasir untuk adukan lebih dahulu
kedalam molen, kemudian tambahkan semen dan setengah bagian sisa dari air
dan pasir.
- Pengadukan dalam molen dilaksanakan dalam waktu 2 menit. Pengadukan
tanpa mesin hanya boleh dilakukan bilamana disetujui oleh pengawas.
- Adukan harus selalu plastis. Aduk ulang (retempering) dengan penambahan air
boleh dilakukan sebagaimana diperlukan.
- Adukan yang berumur lebih lama dari pada 2 jam sejak pencampurannya, tidak
boleh diaduk ulang dan tidak boleh dipergunakan lagi.
c. Pelaksanaan plesteran adukan pasangan bata : lihat pekerjaan pemasangan bata.
- Bersihkan permukaan dinding bata dari noda-noda debu, minyak, cat dan
bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plester.
36
- Untuk mendapatkan permukaan yang merata dan ketebalan sesuai dengan yang
diisyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat terlebih
dahulu “kepala” plesteran.
- Pasang lapisan plester setebal yang diisyaratkan (15 mm). Ratakan dengan
roskam kayu. Basahkan terus selama 3 hari.
- Sekeliling kusen pintu bagian dalam harus diberikan plesteran tali air seperti
dinyatakan dalam gambar kerja.
- Seluruh plesteran dinding bagian bawah dibuat sponning sesuai tempat dan
ukuran-ukuran serta dicat doff seperti yang dinyatakan dalam gambar-gambar.
6. Pasangan Keramik
• Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, dan tenaga untuk
pemasangan lantai keramik seperti yang ditunjuk dalam gambar.
• Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan harus sesuai standar-standar yang ditetapkan dalam :
NI 2 1971
NI 8 1972
NI 3 1970
SII 0241 1970
• Bahan-Bahan
a. Lantai keramik
Lantai keramik ukuran 20x20 cm, 30x30 cm, dan 50x50 cm lantai paling tinggi
10 cm, dan nosing 10x20 cm berwarna, kwalitas seperti yang diproduksi roman
atau yang setara, dipasang pada daerah-daerah seperti tertera dalam gambar.
Warna dan pola-pola akan ditentukan kemudian dan dengan persetujuan
pengawas.
b. Bahan Perekat dan Pengisi Nat
Bahan additive campuran perekat untuk lantai keramik yang dipergunakan
untuk pemasangan pada dinding dan lantai adalah KERABOND produksi
MAPEI dan AM30 MORTAFLEX fix dan disetujui pengawas. Sedangkan
untuk lantai homogeneous tile produksi MAPEI. Bahan pengisi nat jalur
37
sambungan yang dipergunakan adalah KERA-COLOR produksi MAPEI atau
AM 50 COLORED grout atau yang setaraf dan disetujui pengawas.
Pada prinsipnya jenis bahan perekat dan pengisi nat, harus menggunakan
satu merek saja.
• Contoh-contoh
Pemborong harus mengadakan menyerahkan contoh-contoh lantai keramik
yang akan dipakai kepada pengawas untuk mendapat persetujuannya. Adapun
pemborong menyediakan tambahan ± 3% untuk tiap jenis keramik guna
pemeliharaan pemilik bangunan.
• Pelaksanaan
a. Permukaan dinding, beton atau conclock harus diberi plester yang rata dulu,
sebelum lapisan lantai keramik dipasangan.
b. Nat-nat lantai keramik tidak boleh melebihi 4 mm.
c. Apabila diperlukan pemotongan, harus menggunakan mesin pemotong keramik
dan sudut tepinya digurinda hingga halus dan rata.
d. Pemborong harus mendapatkan persetujuan dari pengawas pada saat
menentukan awal pemasangan lantai keramik.
e. Keramik yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, utuh, tidak retak atau
cacat.
f. Nat harus diisi dengan bahan pengisi sesuai ketentuan dalam persyaratan
bahan, warna sesuai dengan warna keramik yang dipasang.
g. Pengisian nat dengan bahan grouting dilaksanakan paling sedikit 4 (empat) hari
setelah pemasangan keramik mengering .
h. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
hingga rapih dan bersih.
i. Hasil pemasangan keramik harus dilindungi dari hal-hal yang dapat
menimbulkan kerusakan atau cacat, bila hal ini terjadi sebelum penyerahan
pekerjaan maka harus diperbaiki atas biaya pemborong.
j. Perbedaan level dari satu keramik ke keramik lain tidak diperkenankan.
38
7. Pasangan Marmer
• Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, dan tenaga untuk
pemasangan lantai atau dinding marmer seperti yang ditunjuk dalam gambar.
• Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan harus sesuai standar-standar yang ditetapkan dalam :
NI 2 1971
NI 3 1970
NI 8 1972
SII 0241 1970
• Bahan-Bahan
a. Marmer Slab
Marmer slab dipasang pada daerah-daerah seperti tertera dalam gambar. Warna
dan pola-pola akan ditentukan kemudian dan dengan persetujuan pengawas.
b. Bahan Perekat dan Pengisi Nat
Bahan additive campuran perekat untuk lantai marmer yang dipergunakan
untuk pemasangan pada dinding dan lantai adalah KERABOND produksi
MAPEI dan AM30 MORTAFLEX fix dan disetujui pengawas. Bahan pengisi
nat jalur sambungan yang dipergunakan adalah KERA-COLOR produksi
MAPEI atau AM 50 COLORED grout atau yang setaraf dan disetujui
pengawas.
Pada prinsipnya jenis bahan perekat dan pengisi nat, harus menggunakan
satu merek saja.
• Contoh-contoh
Pemborong harus mengadakan menyerahkan contoh-contoh marmer yang
akan dipakai kepada pengawas untuk mendapat persetujuannya.
• Pelaksanaan
a. Permukaan dinding, beton atau conclock harus diberi plester yang rata dulu,
sebelum lapisan marmer dipasangan.
b. Nat-nat lantai marmer tidak boleh melebihi 4 mm.
39
c. Apabila diperlukan pemotongan, harus menggunakan mesin pemotong marmer
dan sudut tepinya digurinda hingga halus dan rata.
d. Pemborong harus mendapatkan persetujuan dari pengawas pada saat
menentukan awal pemasangan marmer.
e. Marmer yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, utuh atau cacat.
f. Nat harus diisi dengan bahan pengisi sesuai ketentuan dalam persyaratan
bahan, warna sesuai dengan warna marmer yang dipasang.
g. Pengisian nat dengan bahan grouting dilaksanakan paling sedikit 4 (empat) hari
setelah pemasangan marmer mengering .
h. Marmer yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
hingga rapih dan bersih.
i. Hasil pemasangan marmer harus dilindungi dari hal-hal yang dapat
menimbulkan kerusakan atau cacat, bila hal ini terjadi sebelum penyerahan
pekerjaan maka harus diperbaiki atas biaya pemborong.
j. Perbedaan level tidak diperkenankan.
40
- Bahan Perekat dan Pengisi Nat
Bahan additive campuran perekat untuk batu alam yang dipergunakan untuk
pemasangan pada dinding dan lantai adalah KERABOND produksi MAPEI
dan AM30 MORTAFLEX fix dan disetujui pengawas. Bahan pengisi nat jalur
sambungan yang dipergunakan adalah KERA-COLOR produksi MAPEI atau
AM 50 COLORED grout atau yang setaraf dan disetujui pengawas.
Pada prinsipnya jenis bahan perekat dan pengisi nat, harus menggunakan
satu merek saja.
• Contoh-contoh
Pemborong harus mengadakan menyerahkan contoh-contoh batu alam
yang akan dipakai kepada pengawas untuk mendapat persetujuannya.
• Pelaksanaan
a. Permukaan dinding, beton atau conclock harus diberi plester yang rata dulu,
sebelum lapisan batu alam dipasangan.
b. Nat-nat batu alam tidak boleh melebihi 4 mm.
c. Apabila diperlukan pemotongan, harus menggunakan mesin pemotong batu
alam dan sudut tepinya digurinda hingga halus dan rata.
d. Pemborong harus mendapatkan persetujuan dari pengawas pada saat
menentukan awal pemasangan batu alam.
e. Batu alam yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, utuh, tidak retak atau
cacat.
f. Nat harus diisi dengan bahan pengisi sesuai ketentuan dalam persyaratan
bahan, warna sesuai dengan warna batu alam yang dipasang.
g. Pengisian nat dengan bahan grouting dilaksanakan paling sedikit 4 (empat) hari
setelah pemasangan batu alam mengering .
h. Batu alam yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
hingga rapih dan bersih.
i. Hasil pemasangan batu alam harus dilindungi dari hal-hal yang dapat
menimbulkan kerusakan atau cacat, bila hal ini terjadi sebelum penyerahan
pekerjaan maka harus diperbaiki atas biaya pemborong.
j. Perbedaan level tidak diperkenankan.
41
9. Pekerjaan plafond & partisi gypsum
• Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan dan peralatan yang digunakan
untuk melaksanakan pembuatan dan pemasangan pekerjaan langit-langit partisi
dari gypsum seperti yang dijelaskam dalam gambar.Pekerjaan ini dilaksanakan
pada langit-langit & dinding pratisi bangunan seperti yang ditunjuk dalam
gambar.
• Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan harus sesuai standar-standar yang ditetapkan dalam :
NI 3 1970
NI 5 1961
NI 0189 78
SII 0404 80
SII 0695 82
• Bahan-Bahan
a. Bahan yang digunakan jenis bahan, gypsum board yang bermutu baik produksi
BRS GYPSUM BOARD, JAYA PLASTER BOARD atau setara.
b. Pengikat berupa paku, mur, baut, kawat, sekrup dan lain-lain harus digalvanisir
sesuai dengan NI-5 Bab VI Pasal IN, 15 dan 17.
c. Bahan perekat tahan air yang digunakan setara dengan HERILERIN
d. Finishing langit langit digunakan bahan Cat Acrilyc Emulsion Paint produk
Dulux atau setara.
e. Rangka langit-langit
f. Rangka langit-langit dari bahan metal galvanis juga ontuk penggantung rangka.
• Contoh-contoh
- Pemborong harus menyerahkan contoh-contoh bahan kepada pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya.
- Rangka aluminium/galvanis steel.
- Rangka langit-langit dari bahan aluminium digunakan dan digalvanis steel
dengan tinggi maximum 40 mm digunakan setaraf dengan produksi donn atau
chicago mettalic dan yang disetujui oleh pengawas.
42
• Pelaksanaan
a. Sebelum dilaksanakan pemasangan langit-langit, pekerjaan lain yang berada di
atasnya harus sudah terpasang seperti misalnya pipa-pipa, kabel dan lain-lain.
b. Bilamana dikehendaki. Pemborong wajib membuat mock-up sesuai dengan
petunjuk Pengawas sebelum pekeriaan mulai dipasang.
c. Penyimpanan bahan rangka, gypsum board dan materal lain ditempat pekerjaan
harus diletakkan pada ruang tempat dengan sirkulasi udara yang baik, kering
dan tidak lembab serta tidak terkena cuaca langsung.
d. Harus diperkirakan semua sambungan dalarn pemasangan klos, baut, angker-
angker dan penguat lain yang diperlukan hingga tenjamin kekuatannya dengan
memperhatikan menjaga kerapian terutama untuk bidang-bidang tampak tidak
boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
e. Semua unit-unit plafond gypsum harus terpasang rapi dan kuat sesuai dengan
pola gambar rencana.
f. Penyambungan plafond gypsum dengan gypsum atau celah ukan dengan las
gypsum sehingga permukaannya rata dan bebas dari bekas-bekas sambungan.
g. Pengecatan
- Langit-langit gypsum yang sudah terpasang harus dicat dengan Cat Acrylic
Emulsion Paint (AEP)
- Hasil pengecatan gypsum board pada langit harus rata, bersih tidak belang, dan
warna yang rata.
43
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
44
4.2.1 Jenis Bahan Penutup Lantai
Adapun jenis material penutup lantai yang digunakan pada area lobby
pembangunan hotel THE 1O1 Palembang dapat dilihat pada tabel IV.1 :
Tabel IV.1 Spesifikasi Bahan
Lokasi
No Spesifikasi Bahan Tipe/Warna
Pemasangan
✓ Asini Silver (Grey)
1. Marmer Import Ex. Fageti Lobby
✓ Snow White (White)
2. Ht. Ex. Niro Granite Marmo Blanc GMA 25 Front Office
3. Andesit Polish Restaurant
4. Marmer Nero Marquina Smoking Area
Chrysant Grey, 40x40
5. Keramik Ex. Roman Kitchen
G447314 – Gol 4
( Sumber: Dokumen Proyek, 2016 )
45
4.2.2 Pekerjaan Lantai Screed
Pada pemasangan penutup lantai yang dilakukan di lapangan, pekerjaan
yang pertama dilakukan adalah proses pekerjaan lantai screed. Setelah proses
pekerjaan lantai screed selesai, dilanjutkan dengan pemasangan penutup lantai.
46
menggunakan benang dan paku sebagai acuan pemasangan marmer. Marmer yang
digunakan pada bagian lobby yaitu marmer Fageti dengan warna Asini Silver
(Grey) dan Snow White (White) berukuran 150 cm x 200 cm. Selanjutnya
melakukan pemotongan marmer sesuai pola yang ditentukan dengan mesin
khusus dan sudut tepinya dihaluskan dengan gurinda.
47
Marmer yang sudah dipasang diratakan kembali permukaannya
menggunakan palu karet. Selanjutnya setelah marmer terpasang rapih,
menambahkan adukan tile grout untuk mengisi siar-siar/nat pada marmer dengan
warna yang senada dengan marmer yang digunakan.
48
3. Pemasangan Lantai Granit
Pada pemasangan lantai granit yang dilakukan di lapangan, pekerjaannya
dilakukan setelah proses pekerjaan lantai screed. Proses pekerjaan lantai granit
diawali dengan menentukan elevasi lantai dengan menggunakan waterpass dan
menggunakan benang dan paku sebagai acuan pemasangan granit. Granit yang
digunakan pada bagian front office yaitu granit Ex. Niro Granite dengan tipe
Marmo Blanc GMA 25 yang berukuran 60 cm x 60 cm.
Proses pekerjaan lantai granit dikerjakan dengan cara memberi mortar uzin
yang dicampur dengan adukan semen dan pasir pada lantai yang akan dipasang
granit sebagai perekat. Bagian lantai yang sudah diberi perekat kemudian
diratakan agar granit yang akan dipasang dapat merekat dengan baik pada lantai.
Granit yang sudah dipasang diratakan kembali permukaannya dengan
menggunakan palu karet. Selanjutnya setelah granit telah terpasang rapih,
menambahkan adukan tile grout untuk mengisi siar-siar/nat pada granit dengan
warna yang senada dengan granit yang digunakan.
49
diratakan agar andesit yang akan dipasang dapat merekat dengan baik pada lantai.
Andesit yang sudah dipasang diratakan kembali permukaannya dengan
menggunakan palu karet. Selanjutnya setelah andesit telah terpasang rapih,
menambahkan adukan tile grout untuk mengisi siar-siar/nat pada andesit dengan
warna yang senada dengan andesit yang digunakan.
50
Sebelum proses pekerjaan plester dinding dilakukan bersihkan terlebih
dahulu bagian bidang dinding yang akan diplester. tahap awal yang dilakukan
pada proses pekerjaan plester adalah menyiapkan adukan untuk lantai screed
dengan perbandingan 1:4 dengan campuran pasir, semen portland dan air.
Selanjutnya membuat blok-blok (kepala) plesteran dengan ketebalan 1,5 cm yang
telah disesuaikan agar mendapatkan permukaan yang merata.
51
Tahap awal proses pekerjaan pengacian pada dinding yang dilakukan di
lapangan yaitu melakukan persiapan permukaan yang hendak diaci dengan cara
membersihkan permukaan yang tidak rata atau yang mengalami kerusakan.
Selanjutnya melakukan penyiraman pada dinding yang akan diaci dengan air
untuk mempercepat proses perekatan, dilanjutkan dengan membuat adukan acian
dari campuran semen portland dan air untuk diaplikasikan ke dinding.
52
4.3.3 Pekerjaan Pengecatan Dinding
Pekerjaan pengecetan pada dinding dapur yang ada di lapangan dikerjakan
setelah tahap pekerjaan pengacian selesai dikerjakan dan telah benar-benar kering.
Pada pekerjaan pengecatan di dapur hotel THE 1O1 Palembang cat yang
digunakan adalah cat Dulux (easy clean).
Proses pekerjaan pengecatan dinding yang dilakukan di lapangan diawali
dengan memastikan acian pada dinding yang sudah benar-benar kering dan halus.
Untuk bagian dinding yang berlubang atau retak ditambal dengan plamir dan
amplas. Selanjutnya melakukan pengecatan dasar dengan alat rol pada bidang
yang luas dan dengan kuas untuk permukaan bidang yang sempit dan dilanjutkan
dengan melakukan pengulangan pengecatan hingga merata. Setelah itu melakukan
pengecatan tahap akhir dan lakukan pengulangan hingga merata.
53
Langkah-langkah yang dikerjakan di lokasi sama seperti pekerjaan
pengacian hanya ada perbedaan pada bahan yang digunakan. Untuk pekerjaan
dinding concrete expose menggunakan bahan semen instan yang diberi air lalu
dicampur dengan menggunakan mesin pengaduk, selanjutnya semen bisa
langsung diaplikasikan pada bagian dinding yang ingin dibuat menjadi dinding
concrete expose.
Setelah itu ratakan dan haluskan dengan roskam kayu/roskam besi dan
didiamkan sampai benar-benar kering. Untuk menghaluskannya kembali gunakan
kertas bekas semen atau amplas dan digosokkan ke permukaan hingga acian
benar-benar halus.
54
4.3.5 Pekerjaan Pemasangan High Preassure Laminate (HPL)
Pekerjaan pemasangan high preassure laminate (HPL) pada area dinding
lobby dan restaurant yang ada di lapangan dikerjakan untuk melapisi gypsum agar
tampilan interior terkesan lebih indah dan dapat menambah nilai estetika.
Sebelum melakukan proses pekerjaan pemasangan high preassure laminate
(HPL), terlebih dahulu siapkan pekerjaan dibagian bawahnya yaitu pemasangan
dan pemotongan plywood, membersihkan dinding yang akan dipasang rangka
untuk pemasangan plywood, memotong batangan besi hollow menggunakan
gunting metal sesuai ukuran yang akan dipasang sebagai penyangga/pengunci.
Pemasangan besi hollow ditiap sisi bagian dinding yang akan dilapisi plywood
dengan jarak yang telah disesuaikan pada gambar rencana. Besi hollow yang
digunakan berukuran 15 mm x 30 mm tebal 1,1 mm.
55
Gambar 4.21 Pemasangan HPL
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
56
4.4 Pekerjaan Pemasangan Plafond (Langit-langit)
Pekerjaan pemasangan plafond yang dilakukan di ruangan lobby dan
restaurant hotel THE 1O1 Palembang. Proses pemasangan plafond tidak memakan
waktu terlalu lama seperti pekerjaan dinding dan lantai.
Tahapan pertama yang dilakukan dalam pekerjaan pemasangan plafond
diawali dengan memastikan pemasangan mekanikal elektrikal yang berada
diatasnya telah selesai dikerjakan.
.
Gambar 4.25 Pekerjaan Pemasangan Rangka Plafond
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
57
Gambar 4.26 Pekerjaan Pemasangan Gypsum Board
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)
Setelah semua proses selesai dan kondisi pekerjaan plafond sudah benar-
benar bersih, dilanjutkan dengan memasang lampu dan aksesoris lainnya. Hal ini
bertujuan untuk menghindari kap lampu dari terkena cat maupun compound.
58
• Pekerjaan Pemasangan High Preassure Laminate (HPL)
Pekerjaan pemasangan high preassure laminate (HPL) pada area plafond
lobby dan restaurant yang ada di lapangan dikerjakan untuk menghias plafond
agar tampilan interior terkesan lebih indah dengan penambahan panel-panel HPL
dan dapat menambah nilai estetika.
Sebelum melakukan pekerjaan pemasangan high preassure laminate (HPL),
melakukan pekerjaan dibagian bawahnya terlebih dahulu yaitu pemotongan
plywood yang nantinya akan dilapisi HPL, plywood yang digunakan berukuran
120 cm x 240 cm dengan ketebalan 12 mm. Dilanjutkan dengan memasang pola
ditiap bagian plafond yang akan dipasang HPL dengan mengunakan sekrup/paku.
Jarak antar pola 30 cm dan lebar pola.
59
Setelah itu membersihkan HPL dari sisa-sisa lem dan kotoran agar bersih.
60
✓ High preassure laminate (HPL)
Proses pekerjaan pemasangan HPL pada meja pantry dan meja kasir di
bagian restaurant. Sebelum melakukan pekerjaan pemasangan high preassure
laminate (HPL), melakukan pembuatan meja terlebih dahulu menggunakan
bahan plywood dengan ukuran lebar meja 60 cm x 120 cm dan tinggi meja 100
cm untuk meja kasir, kemudian lebar meja 60 cm x 140 cm dan tinggi meja 90
cm untuk meja pantry. Setelah itu melakukan pemasangan HPL pada meja
menggunakan lem PPVC dan dialnjutkan dengan membuat ukiran pada meja.
✓ Marmer
Pemasangan marmer sebagai furniture pada lobby hotel THE 1O1
Palembang dilakukan pada meja untuk resepsionis dan meja untuk bar agar
menambah kesan industrial sesuai dengan interior lobby. Sebelum melakukan
pekerjaan pemasangan marmer, tahap pertama yang dikerjakan yaitu membuat
meja terlebih dahulu menggunakan bahan kayu halus (papan) dengan ukuran
panjang 722 cm dan tinggi meja 110 cm untuk meja resepsionis, kemudian
panjang 304 cm dan tinggi meja 112 cm untuk meja bar.
61
Setelah selesai pembuatan meja, selanjutnya melakukan pemasangan
marmer pada meja dengan menggunakan lem epoxy. Marmer yang digunakan
marmer Fageti Snow White (White) dan marmer Nero Marquina yang
berukuran 150 cm x 200 cm yang telah dipotong sesuai pola yang ditentukan
dengan mesin khusus dan sudut tepinya dihaluskan dengan gurinda.
62
✓ Lampu gantung
Penggunaan lampu gantung pada lobby dan restaurant hotel THE 1O1
Palembang menciptakan kesan industrial yang lebih natural dan simpel.
✓ Sofa
Pada ruang tunggu lobby dipasang sofa-sofa dengan warna-warna yang
telah disesuaikan dengan desain interior lobby hotel THE 1O1 Palembang
63
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja lapangan yang dilakukan pada proyek
pembangunan hotel THE 1O1 Palembang, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan teknis yang ada pada proses finishing pembangunan hotel THE
1O1 Palembang terdapat beberapa perbedaan dalam penggunaan alat, bahan
dan waktu pengerjaan dari spesifikasi teknis arsitektur yang telah
ditentukan. Adapun perbedaan terletak pada; pekerjaan penutup lantai Pada
pekerjaan ini menggunakan bahan perekat penutup lantai dengan campuran
adukan semen, pasir dan air yang di mix dengan semen mortar uzin.
Seharusnya pada spesifikasi teknis arsitektur yang ada disebutkan
menggunakan perekat Kerabond Mapei dan AM30 Mortaflex.
2. Pekerjaan pelapis dinding pada pembangunan hotel THE 1O1 Palembang
melakukan pemborosan karena dinding yang di lapisi panel HPL diplester
dan diaci terlebih dahulu.
3. Pekerjaan pemasangan plafond pada pembangunan hotel THE 1O1
Palembang sudah sesuai dengan prosedur yang ada di spesifikasi teknis
arsitektur, namun bentuk plafond kurang menarik dan terlihat monoton.
4. Pekerjaan perletakkan furniture pada pembangunan hotel THE 1O1
Palembang sudah dikerjakan sesuai keinginan owner, namun terdapat
perubahan jenis furniture dari gambar perencanaan yang ada seperti
pemilihan kursi pada ruang tunggu lobby. Hal yang disebabkan yaitu sulit
mencari fabrikasi di kota Palembang..
5. Berdasarkan teknis yang telah dilakukan pada lokasi pembangunan hotel
THE 1O1 Palembang sebagian besar proses pekerjaan telah sesuai dengan
spesifikasi teknis arsitekturnya.
64
5.2 Saran
Setelah kurang lebih selama 6 bulan kerja praktek lapangan melakukan
observasi, pengamatan dan wawancara pada pembangunan Hotel THE 1O1
Palembang. Pada saat pelaksanaan pekerjaan kontraktor pelaksana maupun
pengawas kerja sesuai masing-masing, namun terdapat kesalahan pada
penggunaan material tidak sesuai dengan spesifikasi teknis arsitektur yang telah
dibuat. Seharusnya kontraktor harus mengikuti seluruh peraturan yang telah
dibuatnya pada spesifikasi teknis arsitektur, mulai dari penggunaan material yang
telah ditentukan sampai dengan tata cara proses pekerjaan yang berlangsung
.
65
66
66