Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Palembang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan dan
termasuk dalam salah satu kota metropolitan di Indonesia. Kota Palembang
terkenal sebagai kota industri dan perdagangan. Banyak event yang
diselenggarakan di Kota Palembang, mulai dari event nasional bahkan event
internasional, seperti ; SEA Games 2011, Islamic Solidarity Games (ISG) 2013,
Final Indonesia Super League (ISL) 2014, Festival Film Indonesia (FFI) 2014,
Musi Triboatton 2016 dan Asian Games 2018 yang nantinya akan dilaksanakan di
Kota Palembang.
Terpilihnya Kota Palembang sebagai tuan rumah Asian Games 2018
bersama DKI Jakarta, diharapkan dapat mendatangkan para wisatawan ke Kota
Palembang. Dalam upaya meningkatkan fasilitas, sarana, dan prasarana untuk
para wisatawan yang datang ke Kota Palembang, membuat pembangunan di Kota
Palembang terus bertambah. Salah satunya adalah dibangunnya hotel-hotel kelas
atas di Kota Palembang. Untuk itu PT. Ulima Baselio selaku owner memutuskan
untuk membangun hotel THE 1O1 (baca: one o one) di Kota Palembang dan
bekerja sama dengan PT. Majumapan Bangunindo sebagai kontraktor.
Hotel merupakan salah satu jenis akomodasi yang sangat dikenal oleh
masyarakat, di samping akomodasi komersil lainnya. Usaha perhotelan sekarang
ini sudah merupakan suatu industri hotel yang memerlukan sumber dana dan
sumber daya manusia dalam jumlah besar, dengan resiko kerugian atau
keuntungan yang besar pula. (Surachman, 1987)
Dalam upaya membangun hotel THE 1O1 di Kota Palembang, adapun
pekerjaan pelaksanaan pembangunannya meliputi pelaksanaan pekerjaan
arsitektural, struktur, mekanikal dan elektrikal, tata lingkungan hingga desain
interior.
Pembangunan gedung diselenggarakan melalui berbagai tahapan pekerjaan
konstruksi. Pekerjaan konstruksi adalah rangkaian kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan beserta pengawasan yang meliputi pekerjaan arsitektural, struktur,

1
mekanikal dan elektrikal, serta tata lingkungan beserta kelengkapannya masing-
masing dalam mewujudkan suatu bangunan (KEPPRES No.19/1999).
Dalam sebuah pekerjaan konstruksi, aspek finishing dan interior juga
berperan penting. Finishing bangunan adalah pekerjaan yang berkaitan dengan
penutupan, pelapisan, serta membuat tampilan bangunan menjadi tampak indah.
Pekerjaan ini dilaksanakan setelah semua proses pembuatan struktur selesai
dilakukan. Jadi, finishing adalah proses paling akhir dari keseluruhan rangkaian
pembuatan bangunan.
Pekerjaan finishing adalah pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan
pembangunan dalam rangka menutupi, melapisi dan memperindah dari sebuah
bangunan atau konstruksi tersebut. Dalam rangka melakukan efisiensi terhadap
pekerjaan finishing maka kesalahan-kesalahan pekerjaan awal harus dihindari.
(Gatut, 2001)
Secara garis besar jenis pekerjaan finishing ini terdiri dari dua bagian yaitu
finishing kering dan basah. Pekerjaan finishing basah yaitu pekerjaan finishing
yang dalam aplikasinya menggunakan air sebagai medianya yang meliputi
pasangan batu bata, plesteran,acian, pasangan tegel keramik, pasangan granit dan
pekerjaan pengecatan. Sedangkan pekerjaan finishing kering yaitu pekerjaan yang
dalam aplikasinya tidak menggunakan air sebagai medianya yang meliputi :
pekerjaan wallpaper, dinding partisi, karpet, dinding enamel dan sebagainya.
(Danang, 2007)
Setelah menyelesaikan pekerjaan finishing, kemudian dilanjutkan dengan
pekerjaan interior. Dalam sebuah pembangunan hotel, pekerjaan interior juga
sangat penting untuk menata apa yang ada di dalam sebuah gedung. Pekerjaan
interior ini juga dapat memperkaya nilai estetika dan meningkatkan aspek
psikologis dari isi ruangan itu sendiri.
Pekerjaan interior meliputi : pekerjaan pemasangan panel kayu, gypsum,
kaca, hpl, furnitur dan sebagainya. Interior memiliki peran yang sangat penting
dalam mewujudkan kelengkapan suatu bangunan. Oleh karena itu, sangat perlu
untuk meninjau pekerjaan finishing dan interior dalam pembangunan sebuah
bangunan. Untuk itu, penulis mempertimbangkan menggunakan tema pekerjaan
finishing dan interior sebagai bahan penyusunan Laporan Kerja Praktik dengan

2
judul: “PELAKSANAAN PEKERJAAN FINISHING DAN INTERIOR
PADA BAGIAN LOBBY PEMBANGUNAN HOTEL THE 1O1
PALEMBANG.”

1.2 Tujuan
Salah satu tujuan yang dicapai dari praktik kerja lapangan ini adalah cara
menerapkan berbagai ilmu yang telah diperoleh dari proses pembelajaran di
kampus secara langsung ke lapangan. Selain itu, kerja praktik ini secara langsung
dapat mengasah dan mengembangkan soft skill mahasiswa yang jarang didapat
ketika penulis melaksanakan kegiatan belajar - mengajar di lingkungan kampus.
Dalam kerja praktik ini, penulis secara langsung berhadapan dengan
berbagai tingkatan pekerja dalam dunia konstruksi, mulai dari manajer proyek,
drafter, mandor hingga tukang.
Tujuan lain dari kerja praktik ini juga untuk mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah (problem solving) berbagai masalah yang terjadi baik yang
terduga maupun yang tidak terduga di lapangan.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup yang diambil dalam Praktik Kerja Lapangan (PKL)
disesuaikan dengan jadwal penempatan di lapangan yang terhitung dari bulan Juli
2016 hingga Januari 2017, yaitu pekerjaan finishing (penutup lantai, pelapis
dinding dan pemasangan plafond) dan interior (pemasangan hpl dan furniture)
pada pembangunan hotel THE 1O1 di Kota Palembang.

1.4 Metodologi
Adapun metodologi yang digunakan dalam penyusunan laporan ini, antara
lain:
1. Metode Observasi (Pengamatan). Dalam metode observasi ini penulis
melakukan pengamatan proses pekerjaan yang berlangsung di proyek
pembangunan hotel THE 1O1 di Palembang.

3
2. Metode Interview (Wawancara). Dalam metode interview ini pelaksanaannya
dilakukan dengan cara mewawancara secara langsung kepada semua pihak
yang terlibat dalam proses pembangunan dan manajemen konstruksi.
3. Metode Instrumen. Dalam metode instrumen pelaksanaan dilakukan dengan
menggunakan alat bantu seperti kamera ataupun alat tulis yang digunakan
untuk mendapatkan data-data ataupun informasi mengenai pembangunan
gedung hotel THE 1O1 di Kota Palembang.
4. Metode Pustaka (Literatur). Dalam metode pustaka, kegiatan yang dilakukan
yaitu mencari informasi dengan mengumpulkan data mengenai pembangunan
hotel THE 1O1 di Kota Palembang yang didapatkan dari internet, jurnal, dan
buku sebagai bahan referensi dan literatur serta perbandingan antara teori dan
praktik lapangan.
5. Konsultasi. Konsultasi yang dilakukan berupa diskusi terhadap pihak
pelaksana pembangunan hotel THE 1O1 di Kota Palembang dan juga
melakukan diskusi dengan dosen pembimbing.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Mengungkapkan tentang apa yang melatarbelakangi dari pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan (PKL), latar belakang pembangunan hotel THE 1O1 di
Kota Palembang, serta penguraian tentang tujuan, ruang lingkup, metodologi, dan
sistematika penulisan yang diambil selama Praktik Kerja Lapangan (PKL).

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK


Berisi tentang data umum dan teknis proyek, rencana pelaksanaan proyek,
struktur organisasi proyek dan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek tersebut.

BAB III LANDASAN TEORI


Berupa bahasan mengenai landasan dasar yang berkaitan dengan bagian
pekerjaan finishing dan interior.

4
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Berisi penjelasan tentang hasil analisa kerja praktik di lapangan yang
kemudian dievaluasi dengan teori yang dipelajari dan juga membahas hasil data-
data yang telah didapatkan selama mengikuti kerja praktik di lapangan.

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi rangkuman dari hasil pengamatan pekerjaan finishing dan
interior pada pembangunan hotel THE 1O1 di Palembang, serta memberikan
saran dan solusi terhadap kekurangan yang terdapat pada pembangunan hotel
THE 1O1 Palembang di bagian lobby yang ditujukan untuk perbaikan pekerjaan
pada masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
1.6 Kerangka Berfikir

LATAR BELAKANG

• Pembangunan Hotel THE 1O1 di Palembang.


• Peran penting pekerjaan Finishing dan Interior pada proses pembangunan.

PERUMUSAN MASALAH

• Bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan finishing


dan interior pada lobby Hotel 1O1 Palembang.
• Perbandingan antara teori yang didapat di kampus
dengan praktik kerja di lapangan.

STUDI LITERATUR
DATA OBJEK
• Buku tentang finishing • Data internal proyek
• Buku tentang Interior • Dokumentasi
• Ebook tentang finishing & • Wawancara
interior

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir


( Sumber : Analisis Penulis )

6
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1 Data Umum Proyek


2.1.1 Garis Besar Proyek
Nama Proyek : Pembangunan Hotel THE 1O1 Palembang
Kegiatan : Pembangunan Penginapan
Lokasi : Jalan Rajawali No. 14, Palembang
Nilai Kontrak : Rp. 44.878.466.327,- (Empat Puluh Empat Milyar
Delapan Ratus Tujuh puluh Delapan Juta Empat
Ratus Enam Puluh Enam Ribu Tiga Ratus Dua
Puluh Tujuh Rupiah)
Waktu Pelaksanaan : 20 Agustus 2015 - 29 Desember 2016
Pemilik Proyek : PT. Ulima Baselio
Konsultan M & E : PT. Policipta Multidesain
Kontraktor Pelaksana : PT. Majumapan Bangunindo
Konsultan Struktur : PT. Biro Desain Wardhana

2.1.2 Jenis Pekerjaan


Jenis pekerjaannya adalah pekerjaan finishing dan interior. Dimana pada
laporan ini hanya akan berpusat pada pekerjaan penutup lantai, pelapis dinding
dan pemasangan plafond, hpl dan furniture.

2.1.3 Kondisi Lingkungan


Berikut adalah kondisi lingkungan proyek :
1. Lingkungan fisik
a. Lokasi proyek berada di kawasan dengan tingkat keramaian penduduk dan
lalu lintas yang cukup padat.
b. Lokasi proyek berada di jl. Rajawali no. 14, 9 ilir, kota Palembang.

7
Peta lokasi adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Peta Lokasi Proyek


( Sumber: BAPPEDA Kota Palembang )

2. Lingkungan lalu lintas


Lokasi proyek berada pada Jalan Rajawali Palembang yang merupakan jalan
arteri dengan dua jalur, sehingga lokasi proyek terbilang cukup strategis. Untuk
pencapaian ke proyek juga dapat melalui jalan pipit 1 berada pada belakang site,
sehingga tidak menyebabkan kemacetan dan tidak mengganggu dan menghambat
aktifitas lalu lintas di sekitar lokasi proyek.

3. Lingkungan sosial
Dekat dengan perumahan penduduk, fasilitas pendidikan serta fasilitas umum
lainnya.

2.2 Data Teknis Gedung


Luas Bangunan : 2268 m²
Jenis Bangunan : Bangunan Penginapan
Jenis Pondasi : Pondasi Tiang Pancang
Kontruksi : Beton bertulang

8
2.3 Organisasi Proyek
Dalam pembangunan suatu proyek, dilakukan beberapa tahapan kerja yaitu
mulai dari tahap perencanaan, survei lapangan sampai dengan pelaksanaan
proyek. Pelaksanaan dan pembangunan proyek dapat berjalan baik, maka
dilibatkan banyak pihak dalam pelaksanaan tersebut. Berikut adalah struktur
organisasi atau pihak yang dilibatkan dalam proyek beserta perannya :

2.3.1 Pemilik Proyek (Owner)


Pemilik proyek (owner) disebut juga pemberi tugas adalah bagian paling
utama dalam organisasi proyek konstruksi. Pemilik merupakan pengguna dari jasa
perusahaan kontruksi yang akan mengimplementasikan ide dan rancangan teknis
menjadi bangunan fisik, yang dalam proyek ini adalah PT. Ulima Baselio.
Owner selaku pemberi tugas adalah perorangan atau badan instansi
(lembaga) baik pemerintah maupun swasta yang memberi tugas atau pekerjaan
atas biaya yang dibutuhkan, yang mempunyai tugas dan wewenang sebagai
berikut:
• Owner menunjuk langsung kontraktor pelaksana yang dapat dipercayakan
untuk melaksanakan proyek atau dapat juga diadakan pelelangan atau tender.
• Berkonsultasi dengan konsultan perencana owner mengawasi, memantau dan
mengendalikan pekerjaan kontraktor melalui konsultan pengawas.
• Memberikan keputusan dan instruksi yang berkaitan erat dengan perubahan
pekerjaan, waktu pelaksanaan dan biaya.
• Menandatangani surat perintah kerja dan surat perjanjian dengan kontraktor.
• Menyediakan lokasi tempat dimana proyek akan dikerjakan dan proses
perizinan seperti IMB.
• Mengesahkan atau menolak perubahan-perubahan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
• Membayar semua pihak yang diberi tugas dalam pelaksanaan proyek.
• Menerima hasil pekerjaan sesuai dengan perjanjian.

9
2.3.2 Konsultan Mekanikal Elektrikal (ME)
Konsultan mekanikal elektrikal adalah badan hukum yang bergerak pada
jasa bidang perencanaan system yang ada di dalam sebuah gedung atau bangunan
yang tidak dapat dipisahkan dari pemakaian gedung. Mekanikal dan elektrikal
memiliki cakupan pekerjaan listrik dan mekanik, contoh seperti instalasi listrik,
instalasi fire alarm atau fighting, sound system, ac, lift, genset, eskalator, pompa,
pemipaan dan design. Konsultan mekanikal elektrikal dalam proyek ini adalah PT.
Policipta Multi desain.
Adapun tugas-tugas dari Konsultan Mekanikal Elektrikal (ME) yaitu :
• Melakukan pengawasan terhadap cara kerja kontraktok mekanikal elektrikal.
• Mengawasi dan mengontrol Supervisor kontraktor Mekanikal Elektrikal.
• Membuat laporan mingguan di bidang Mekanikal Elektrikal.
• Memeriksa rencana kerja kontraktor dan sub-kontraktor dalam bidang
Mekanikal Elektrikal.
• Memberikan teguran kepada Supervisor kontraktor Mekanikal Elektrikal
ataupun sub-kontraktor bila ada penyimpangan pekerjaan di bidang
Mekanikal Elektrikal.

2.3.3 Konsultan Struktur


Konsultan struktur atau konsultan pengawas adalah suatu badan hukum
yang bergerak pada jasa bidang merencanakan dan merancang struktur yang
sesuai dengan keinginan pemilik proyek melalui kontraktor utama. Yang
bertindak sebagai konsultan struktur dalam proyek pembangunan hotel THE 1O1
Palembang adalah PT. Biro Desain Wardhana.
Tugas konsultan pengawas antara lain :
• Membuat perhitungan seluruh proyek berdasarkan teknis yang telah di
terapkan sebelumnya.
• Membuat rancangan detail yang meliputi pembuatan gambar-gambar detail
serta rincian volume pekerjaan.
• Memberikan penjelasan atas permasalahan yang timbul selama masa
kontruksi.

10
2.3.4 Kontraktor Pelaksana
Kontraktor merupakan perusahaan atau badan hukum yag telah memenuhi
persyaratan administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah disiapkan oleh
pemerintah Republik Indonesia, yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar kerja (shop drawing), peraturan-
peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh perencana.
Dalam proyek ini yang ditunjuk sebagai kontraktor pelaksana adalah PT.
Majumapan Bangunindo. Secara umum tugas kontraktor adalah :
• Membuat metode/cara kerja pembangunan proyek.
• Menyiapkan tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan dan segala sesuatu yang
digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
• Melaksanakan pekerjaan berdasarkan keahlian dan pengalaman yang dimilki
sesuai dengan gambar rencana yang dibuat oleh konsultan perencana dan
tidak keluar dari spesifikasi kerja yang telah disetujui.
• Berkewajiban melaksanakan pekerjaan seperti yang diinstruksikan oleh
owner.
• Menyerahkan pekerjaan apabila pekerjaan telah selesai secara keseluruhan
kepada owner.
Dalam suatu perusahaan kontraktor, biasanya terdiri dari personil yang
memiliki tugas dan wewenang masing-masing, diantaranya :
1. Project Manager (Kepala Proyek)
Project manager atau manajer proyek (kepala proyek) adalah orang yang
diberi wewenang dan tanggung jawab oleh kontraktor untuk memimpin,
mengatur dan mengawasi serta membuat keputusan yang terbaik dalam
pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Manager proyek adalah pemegang
kekuasaan tertinggi pada organisasi di lapangan pada suatu proyek yang
bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan dan penutupan proyek.
Tugas Project Manager (PM) adalah :
• Memimpin rapat kontraktor dan mengkoordinasi semua pelaksanaan
pekerjaan kontraktor.
• Mendelegasikan detail rencana kerja, serta mengontrolnya secara berkala.

11
• Melaksanakan program pengendalian mutu, waktu dan biaya pelaksanaan
proyek termasuk penerapan standarisasi.
• Menerapkan program kebersihan, kerapihan dan kedisiplinan.
• Mengontrol proyek yang dikerjakan agar sesuai dengan yang diharapkan.

2. Kepala Pelaksana
Dalam kegiatan pelaksanaan pekerjaan proyek, bagian kepala pelaksana
mempunyai tugas yang berhubungan langsung dengan pekerjaan yang
dilakukan di lapangan. Tugas dari kepala pelaksana adalah sebagai berikut :
• Melaksanakan semua tugas yang diberi manajer proyek.
• Memberi pengarahan kepada pelaksana atau tukang di lapangan.
• Mengawasi pekerjaan para pelaksana atau tukang.
• Memeriksa semua pekerjaan yang telah dilakukan pelaksana atau tukang.
• Menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan gambar kerja yang telah diberikan.

3. Pelaksana Lapangan
Tugas dan kewajibannya, antara lain:
• Menyimpan gambar kerja dengan baik, tidak boleh merubah/mencoret tanpa
seizin atasan langsung.
• Melaksanakan pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan rencana mutu
proyek (instruksi kerja), speksifikasi teknis dari pelanggan dan gambar kerja
yang diterimanya dengan mengarahkan tukang/sub kontraktor dan
pekerjanya hingga didapat pekerjaan yang bermutu, tepat waktu dan biaya
yang seefisien mungkin.
• Melaksanakan tindakan koreksi dan pencegahan.
• Membuat dan melaksanakan detail program kerja berdasarkan program
harian/mingguan/bulanan yang ada serta melaporkan prestasi kerja kepada
manajer proyek.
• Membuat opname prestasi pekerjaan bersama-sama manajer proyek dan sub
kontraktor (bila ada) yang bersangkutan untuk keperluan tagihan dan lain-
lain.

12
• Menyelenggarakan pencatatan-pencatatan atas tindakan yang telah
dikerjakan baik kualitatif maupun kuantitatif untuk dapat membuat laporan
mingguan mengenai:
• Pemakaian bahan, mesin-mesin/alat-alat dalam pekerjaan yang sedang
dilaksanakan.
• Penggunaan persekot karya yang dipercayakan kepadanya.
• Perhitungan upah dan hari perkerjaan.
• Kemajuan pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
• Mengumpulkan bukti-bukti penerimaan/pengeluaran tertulis akibat bahan/
material, alat dan keperluan lainnya kepada manajer proyek sehingga
pertanggung jawaban akan terlihat di dalam cash flow perusahaan.

4. Logistik Proyek
Logistik proyek merupakan petugas yang bertugas melakukan pembelian
produk yang dibutuhkan dalam suatu proyek dan mengelola ketersediaan
barang dalam jumlah yang cukup saat pekerjaan proyek berlangsung sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam surat permintaan. Tugas dan tanggung
jawab :
• Bertanggung jawab kepada project manager.
• Bertanggung jawab terhadap pengadaan jumlah dan mutu material yang
diperlukan dalam pelaksanaan proyek tepat pada waktunya.
• Menjaga keamanan material dan alat-alat yang disimpan di dalam gudang.
• Mengurus dan bertanggung jawab terhadap semua surat-surat transaksi
peralatan maupun material sebagai arsip.
• Membuat laporan keuangan, absensi pegawai dan tenaga kerja.
• Mengawasi pengadaan, pemakaian dan penempatan material di gudang.
• Mengadakan pengecekan atas kebenaran barang yang datang dari rekanan
harus sesuai dengan yang diminta.
• Menerima dan mengeluarkan barang.

13
5. Drafter
Drafter adalah orang yang bekerja membuat gambaran dalam suatu proyek
berupa gambar kerja teknik sehingga dapat dengan jelas dimengerti orang lain.
Adapun tugas dari drafter adalah sebagai berikut :
• Menyesuaikan gambar kerja dengan kondisi lapangan yang ada.
• Menggambar gambar pelaksanaan atau gambar kerja suatu proyek.
• Melakukan revisi gambar kerja saat terjadi perubahan desain atau gambar.
• Membuat gambar akhir pekerjaan.

6. Administrator
Administrator bertugas dalam segala kegiatan administrasi proyek sehingga
pelaksanaan proyek dapat berjalan lancar dari awal sampai akhir pembangunan.
Adapun tugas dari administrartor didalam proyek adalah sebagai berikut :
• Membuat data kepegawaian, laporan keuangan dan laporan kas proyek.
• Menerima dan memproses tagihan yang datang.
• Menyelesaikan pembayaran dan perpajakan.

2.4 Struktur Organisasi Proyek


Struktur oganisasi merupakan suatu kelengkapan yang sangat penting dalam
suatu proyek. Struktur organisasi ini mutlak diperlukan untuk menjamin
kelancaran dan kesuksesan suatu proyek.

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Proyek


(Sumber: Data proyek Hotel The 1O1 Palembang, 2016)

14
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Hotel
Hotel merupakan salah satu jenis akomodasi yang sangat dikenal oleh
masyarakat, di samping akomodasi komersil lainnya. Usaha perhotelan
sekarang ini sudah merupakan suatu industri hotel yang memerlukan sumber
dana dan sumber daya manusia dalam jumlah besar, dengan resiko kerugian
atau keuntungan yang besar pula. (Surachman, 1987)
Pengertian hotel menurut SK Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
No. KM 37/PW. 340/MPPT-86 dalam Sulastiyono (2011), adalah "Suatu jenis
akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk
menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman, serta jasa penunjang
lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa hotel adalah
salah satu jenis akomodasi sebagai sarana pendukung kegiatan pariwisata dan
bisnis. Hotel memerlukan modal usaha yang besar dan didukung oleh tenaga kerja
yang memiliki keterampilan baik dalam bidang perhotelan, dengan pengelolaan
yang dilakukan secara professional.

3.1.1 Tipe – Tipe Kamar Hotel


Menurut Sihite (2000) bedasarkan tarif dan fasilitas yang disediakan dalam
kamar hotel, terdapat beberapa tipe kamar yang terdapat dalam hotel antara lain :
1. Standard Room (Std)
Standard Room merupakan jenis kamar yang paling murah di sebuah hotel.
standard room ada yang satu ranjang king-size, double dengan 2 ranjang
queensize. Kamar standar memiliki fasilitas yang paling dasar, biasanya sebuah
televisi, pembuat kopi, telepon, meja, kloset dan kamar mandi. Fasilitas
tambahannya juga tergantung dari hotel tersebut. Tentunya hotel bintang 2 dengan
hotel bintang 5 memiliki fasilitas standar yang berbeda. Tapi memang standard
room merupakan kamar paling murah dari suatu hotel.

15
2. Superior Room (Sup) / Premium Room
Superior Room ini memiliki definisi yang berbeda-beda di setiap hotel.
Terkadang merupakan kamar standard dengan ukuran dan fasiltias yang lebih.
Terkadang kamar ini merujuk ke kamar khusus dengan pemandangan atau lokasi
yang lebih baik. Biasanya dikenal juga dengan nama premium room.
3. Deluxe Room (Dlx)
Deluxe Room merupakan kamar dengan kelas menengah. pada desainnya
terlihat lebih berkelas baik dari penampilan, ukuran dan lokasinya. Akan tetapi,
dalam beberapa hotel terkadang kamar tipe deluxe dikategorikan di bawah kamar
tipe superior.
4. Junior Suite Room (Jrste) / Studio (Stu)
Kamar ini merupakan kamar dengan kelas yang mahal, biasanya terdiri dari
ruangan besar yang dimana ruang tidur dan ruang duduk (seating area) terpisah.
Kamar tipe junior suite bisa di bilang sama dengan kamar tipe studio. Hanya saja
ukuran kamar tipe studio lebih besar karena adanya tambahan dapur dan fasilitas
memasak di dalamnya, dan harganya-pun terkadang lebih mahal daripada kamar
tipe suite.
5. Suite Room (Ste)
Kamar Tipe Suite Room merupakan kamar dengan kelas paling atas, tipe ini
mirip dengan apartemen kecil di dalam sebuah hotel. Kamar ini memiliki ukuran
yang jauh melebihi ukuran standard, di dalamnya terdapat ruang tidur, ruang tamu
dan ruang memasaknya sendiri. Biasanya kamar ini digunakan oleh orang-orang
bisnis dan keluarga yang tinggal di hotel untuk periode yang agak lebih lama.
6. Presidential / Penthouse Room
Presidential Suite merupakan kamar yang lebih luas dari suite room.
Biasanya dikenal juga dengan nama penthouse yang dimana merupakan lantai
teratas dari hotel. Kamar ini memiliki ruangan yang lebih besar, pemandangan
dan perlengkapan terbaik yang ditawarkan sebuah hotel dan merupakan kamar
termahal dari suatu hotel.

16
3.2 Lobby
Lobby adalah ruang dekat pintu masuk hotel, gedung bioskop dan
sebagainya yang dilengkapi dengan beberapa meja dan kursi yang berfungsi
sebagai ruang duduk/ruang tamu. (KBBI Balai Pustaka, 1995).
Hotel harus mempunyai lobby sebagai tempat pusat aktivitas para tamu. Di
tempat ini tamu melakukan check in, meminta informasi, membayar rekening
tamu dan juga bersosialisasi dengan tamu lainnya. Setiap tamu yang menginap di
hotel pasti melewati lobby.
Adapun pengertian lobby lainnya, yaitu:
• Lobby adalah tempat luas yang menetap/permanen dan memusat pada
penerimaan tamu dan fasilitas umum (Lawson, 1997).
• Lobby adalah salah satu departemen di hotel yang secara operasional
berhubungan langsung dengan tamu (Darsono, 1992).

3.2.1 Fungsi Lobby


• Sebagai ruang tunggu.
• Sebagai pemberi peranan “kesan awal” dari suatu bangunan.
• Sebagai tempat penjualan dan sebagai simbol.
• Sebagai kantor depan (Front Office).
• Sebagai tempat informasi tentang fasilitas/pelayanan hotel.

Adapun peranan lobby sebagai front officee sebagai berikut :


• Merupakan pusat kegiatan hotel.
• Para tamu mendapatkan pelayanan pada saat tiba, berada dan pada waktu
akan meninggalkan hotel.
• Tempat memperoleh informasi mengenai hotel maupun hal-hal diluar hotel
(misalnya obyek pariwisata).
• Menentukan keberhasilan pelayanan yang merupakan kesan pertama dan
terakhir bagi tamu.

17
3.2.2 Sifat dan Letak Lobby
Menurut (Agustinus D, 1992), sifat dan letak lobby dibagi menjadi 2 jenis
sebagai berikut :
• Lobby Kecil, yaitu ruang yang disediakan untuk bersantai bagi para tamu
yang menginap. Biasanya terletak ditempat yang agak dalam, agak jauh dari
pintu karena memang diperuntukkan khusus bagi tamu hotel. Pada
umumnya lobby kecil diletakkan pada tempat yang mudah dicapai dari pintu
masuk ke dalam ruang kamar hotel.
• Lobby Besar, yaitu ruang yang disediakan bagi tamu yang berkunjung dan
sifatnya sementara.
Kebutuhan ruang lobby berbeda-beda pada setiap hotel, tergantung jenis
hotel tersebut. Misalnya lobby pada city hotel tidak membutuhkan ruang yang
luas, sedangkan lobby pada resort hotel biasanya justru sebaliknya. Penataan
ruang lobby sebaiknya lebih menonjol daripada ruang lain, yang dapat dilihat dari
finishing, warna, material, pencahayaan dan dekorasinya.

3.3 Finishing
Pekerjaan finishing adalah pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan
pembangunan dalam rangka menutupi, melapisi dan memperindah dari sebuah
bangunan atau konstruksi tersebut. Dalam rangka melakukan efisiensi terhadap
pekerjaan finishing maka kesalahan-kesalahan pekerjaan awal harus dihindari.
(Gatut, 2001)
Dalam sebuah pekerjaan konstruksi aspek finishing berperan penting.
Finishing bangunan adalah pekerjaan yang berkaitan dengan penutupan,
pelapisan, serta membuat tampilan bangunan menjadi tampak indah. Pekerjaan ini
dilaksanakan setelah semua proses pembuatan struktur selesai di lakukan. Jadi
finishing adalah proses paling akhir dari keseluruhan rangkaian pembuatan
bangunan. (A.G. Tamrin, 2008)
Dengan perkembangan teknologi industri konstruksi yang semakin pesat
pada saat ini, maka pekerjaan finishing juga mengalami perkembangan baik pada
pekerjaan finishing dinding, finishing lantai, maupun finishing plafond. Dalam hal
ini, finishing mempunyai pengertian dari tahap akhir dalam pengerjaan sebuah

18
proyek pembangunan, yang fungsinya adalah untuk memberikan rasa nyaman dari
bangunan dan menjadikannya lebih indah.
Pekerjaan finishing dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Pekerjaan Finishing Basah
Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang berhubungan dengan air dalam
pengolahanya, seperti :
• Pekerjaan pemasangan bata
• Pekerjaan plesteran dan pengacian
• Pekerjaan tegel atau keramik
• Pekerjaan granit atau marmer
• Pekerjaan pengecatan
• Pekerjaan batu alam

2. Pekerjaan Finishing Kering
Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang tidak berhubungan dengan air, seperti:
• Pekerjaan dinding partisi
• Pekerjaan dinding kaca
• Pekerjaan dinding wallpaper
• Pekerjaan pemasangan pintu, jendela dan sebagainya.

3.4 Interior
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), Interior adalah bagian dalam
gedung atau ruang, tatanan perabot atau hiasan di dalam ruang bagian dalam
gedung. Berdasarkan kehidupan sehari-hari interior sering dikaitkan dengan
arsitek sehingga mempunyai arti pengaturan perabot, dinding, plafond, lantai, dan
aksesoris ke dalam suatu ruang yang berada di dalam sebuah bangunan.
Menurut Francis D. K. Ching (2002) pengertian desain interior adalah :
Interior design is the planning, layout and design of the interior space
within buildings. These physical settings satisfy our basic need for shelter and
protection, they set the stage for and influence the shape of our activities, they
nurture our aspirations and express the ideas which accompany our action, they

19
affect our outlook, mood and personality. The purpose of interior design,
therefore, is the functional improvement, aesthetic enrichment, and psychological
enhancement of interior space.
Definisi di atas menjelaskan bahwa desain interior adalah sebuah
perencanaan tata letak dan perancangan ruang dalam di dalam bangunan. Keadaan
fisiknya memenuhi kebutuhan dasar kita akan naungan dan perlindungan,
mempengaruhi bentuk aktivitas dan memenuhi aspirasi kita dan mengekspresikan
gagasan yang menyertai tindakan kita, disamping itu sebuah desain interior juga
mempengaruhi pandangan, suasana hati dan kepribadian kita. Oleh karena itu
tujuan dari perancangan interior adalah pengembangan fungsi, pengayaan estetis
dan peningkatan psikologi ruang interior.

3.4.1 Elemen – Elemen Dasar Interior


Menurut Wicaksono dan Tisnawati (2014), elemen-elemen dasar interior
adalah sebagai berikut :
1. Garis
Sebuah garis adalah unsur dasar seni, mengacu pada tanda menerus yang
dibuat disebuah permukaan. Titik adalah dasar terjadinya bentuk ruang yang
menunjukkan suatu letak di dalam ruang. Titik tidak mempunyai ukuran panjang,
lebar, atau tinggi. Oleh karena itu garis bersifat statis, tidak mempunyai arah
gerak, dan terpusat. Sebuah titik dapat digunakan untuk menunjukkan :
• Ujung ujung garis
• Persilangan antara dua garis
• Pertemuan ujung garis pada sudut bidang atau ruang
• Titik pusat medan/ruang

2. Bentuk (form)
Bentuk merupakan unsur seni. Pada dasarnya bentuk adalah suatu sosok
geometris dua atau tiga dimensi yang memungkinkan pengguna ruang untuk
menangkap keberadaan sebuah benda dan memahaminya dengan persepsi.
Terdapat tiga bentuk primer yaitu lingkaran, segitiga dan bujur sangkar.

20
Lingkaran merupakan suatu sosok terpusat ke arah dalam, pada umumnya
bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya.
Penempatan sebuah lingkaran pada pusat suatu bidang akan memperkuat sifat
alaminya sebagai poros.
Segitiga menunjukkan stabilitas. Jika salah satu sisinya menjadi penumpu
segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Namun jika salah satu sudutnya
yang menjadi penumpu segitiga juga dapat tampak seimbang dalam tahap yang
sangat kritis atau tampak tidak stabil dan cenderung jatuh pada sisinya.
Bujur Sangkar menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Merupakan
bentuk yang statis, netral dan tidak mempunyai arah tertentu. Bentuk-bentuk
segiempat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar, yang
berubah dengan adanya penambahan tinggi atau lebarnya.
a. Organisasi Bentuk
Berikut ini beberapa bentuk dapat ditambahkan dan dikelompokkan dalam
beberapa kategori pengorganisasian :
• Bentuk yang ditambahkan..
• Bentuk terpusat, terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengitari
bentuk dominan yang berada di tengah.
• Bentuk liner, terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur dalam suatu deret yang
berulang.
• Bentuk radial, yaitu komposisi dari bentuk-bentuk yang diatur dalam suatu
deret dan berulang.
• Bentuk cluster, yaitu bentuk-bentuk yang saling berdekatan atau bersama-
sama menerima kesamaan visual.
• Bentuk grid, yaitu bentuk-bentuk modular yang hubungannya satu sama
lain diatur oleh grid-grid tiga dimensi.
b. Elemen Pembentuk Ruang
Ruangan interior dibentuk oleh beberapa bidang dua dimensi, yaitu lantai,
dinding, plafond serta bukaan pintu dan jendela. Menurut Wicaksono dan
Tisnawati (2014), apabila salah satu diantaranya tidak ada maka tidak dapat
disebut sebagai interior karena ruangan tersebut tidak dapat berfungsi dan

21
dipergunakan dengan baik. Secara tiga dimensional, terdapat empat elemen dasar
pembentuk interior yang terdiri dari tiga bidang dimensional (3D) yang akan
membentuk volume (panjang x lebar x tinggi) sebuah ruangan :
• Lantai sebagai bidang bawah
• Dinding sebagai bidang tengah/ penyekat
• Plafond sebagai bidang atas
• Berbagai bukaan yang dapat diaplikasikan ke dalam tiga bidang
dimensional diatas
• Elemen pengisi ruang yang disebut juga perabot/furniture, biasanya
berwujud kursi, meja, ranjang, lemari, lukisan, vegetasi, lampu dll.

3. Bidang (shape)
Bidang adalah sebuah luasan yang tertutup dengan batas-batas yang
ditentukan oleh unsur-unsur lainnya yaitu garis, warna, nilai, tekstur dan lain lain.
Dua garis sejajar yang dihubungkan kedua sisinya akan membentuk sebuah
bidang. Bidang hanya terbatas pada dua dimensi yaitu panjang dan lebar. Bidang
geometris seperti lingkaran, persegi panjang, segiempat, segitiga, dan sebagainya
memiliki sebuah batasan yang jelas. Sebuah bidang dibentuk oleh beberapa garis.
Ciri-ciri permukaan suatu bidang adalah warna dan tekstur yang akan
mempengaruhi bobot visual dan stabilitasnya. Bidang juga berfungsi untuk
menunjukkan batasan sebuah ruangan. Menurut jenisnya, sebuah bidang terdiri
atas tiga bagian yaitu :
• Bidang atas, dapat diumpamakan sebagai bidang atap. Bidang atas
merupakan unsur utama suatu bangunan yang melindunginya dari unsur-
unsur iklim. Bidang atas juga merupakan bidang langit-langit yang
menjadi unsur pelindung ruang di dalam arsitektur.
• Bidang dinding, bidang-bidang dinding vertikal secara visual paling aktif
dalam menentukan dan membatasi ruang.
• Bidang dasar, memberikan pendukung secara fisik dan menjadi dasar
bentuk-bentuk bangunan secara visual. Bidang lantai merupakan
pendukung kegiatan pengguna di dalam bangunan.

22
4. Ruang (space)
Ruang adalah sebuah bentuk tiga dimensi tanpa batas karena objek dan
peristiwa memiliki posisi dan arah relatif. Ruang dapat juga berdampak pada
perilaku manusia dan budaya, menjadi faktor penting dalam arsitektur, dan akan
berdampak pada desain bangunan dan struktur. Ruang memiliki panjang, lebar
dan tinggi; bentuk; permukaan; orientasi serta posisi. Sebuah bidang yang
dikembangkan (menurut arah, selain dari yang telah ada) berubah menjadi ruang.
Sebagai unsur tiga dimensi di dalam perbendaharaan perancangan arsitektur,suatu
ruang dapat berbentuk padat. Dalam hal ini ruang yang berada di dalam atau
dibatasi oleh bidang-bidang akan dipindahkan oleh massa atau ruang kosong.

5. Cahaya (light)
Cahaya mempengaruhi penataan interior dalam hal :
• Menentukan atmosfer ruang
• Mempengaruhi mood pengguna
• Mendukung fungsi ruang
Pada perancangan interior, jenis tata cahaya dapat dibagi menjadi
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.
a. Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah proses menempatkan jendela, bukaan, dan
permukaan reflektif lainnya sehingga pada siang hari ruangan tersebut dapat
menyediakan cahaya alami yang efektif ke dalam ruangan.
b. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan terkait dengan penemuan ornamen sumber cahaya itu
sendiri. Menurut perletakannya, pencahayaan dibagi menjadi :
• Lampu lantai
• Lampu dinding
• Lampu plafon
Faktor faktor tata cahaya dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
• Distribusi intensitas cahaya dari armatur
• Perbandingan antara keluaran cahaya dari lampu dalam armatur
• Reflektansi cahaya dari langit langit, dinding, lantai

23
• Pemasangan armatur, apakah menempel atau digantung di langit-langit
• Dimensi atau ukuran luas ruangan
Tema tata cahaya dapat dibagi menjadi 5, yaitu :
• Tematik romantis, digunakan untuk menimbulkan kesan romantis pada
ruangan. Hal ini bisa dilakukan melalui penggunaan tata cahaya temaram
dengan intensitas rendah ataupun penempatan indirect lighting pada jarak
dan pola tertentu.
• Tematik rustik/naturalis, digunakan untuk menimbulkan kesan seolah olah
seseorang sedang berada di alam. Hal ini bisa dilakukan dengan jenis tata
cahaya alami seperti lilin, lampu templok, obor dengan dipadukan dengan
penggunaan perabot yang alami.
• Tematik ekshibisi, digunakan untuk memamerkan atau memajang produk
atau karya seni tertentu. Hal ini bisa dilakukan dengan penataan direct
lighting dan indirect lighting.
• Tematik sunlit, dikenal dengan konsep less is more yang menggunakan
cahaya buatan sesedikit mungkin serta memaksimalkan masuknya cahaya
alami ke dalam ruangan.
• Tematik amenities, dihasilkan dari penggabungan penataan suara, cahaya,
air, udara, vegetasi, dan warna dalam satu skema yang akan memberi nilai
tambah terhadap kualitas penataan sebuah ruangan.

6. Warna (color)
Semua warna dapat menimbulkan efek psikologis tertentu terhadap orang
yang melihatnya. Dalam ilmu arsitektur dan interior, setiap warna dapat
menimbulkan kesan berbeda-beda terhadap keberadaan sebuah ruang, seperti
kesan gelap terang yang dapat mempengaruhi keberadaan sebuah ruangan. Jenis
warna dapat dibagi menjadi tiga yaitu warna primer, warna sekunder dan warna
tersier. Tujuan dari warna adalah :
• Menciptakan suasana
• Menunjukkan kesatuan atau keragaman
• Mengungkapkan karakter bahan
• Mendefinisikan bentuk

24
• Mempengaruhi proporsi
• Mempengaruhi skala
• Memberikan kesan berat

7. Pola (pattern)
Pola adalah desain dekoratif yang dipergunakan secara berulang. Pola juga
dapat disebut sebagai susunan dari sebuah desain yang sering ditemukan dalam
sebuah objek. Motif garis horizontal akan memperluas kesan ruangan, sedangkan
motif garis vertikal akan meninggikan kesan ruangan.

8. Tekstur (texture)
Tekstur adalah nuansa,penampilan, atau konsistensi permukaan suatu zat.
Tekstur juga berkaitan dengan material dan bahan yang digunakan.

9. Furniture
Furniture atau mebel adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua
barang seperti kursi, meja, dan lemari. Mebel berasal dari kata movable, yang
artinya bisa bergerak. Pada zaman dahulu meja kursi dan lemari relatif mudah
digerakkan dari batu besar, tembok, dan atap. Sedangkan kata furniture berasal
dari bahasa Prancis furniture (1520-30 Masehi). Furniture mempunyai asal kata
fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan. Walaupun mebel
dan furniture punya arti yang beda, tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi,
lemari, dan seterusnya. Salah satu bahan pembuatan furniture adalah kayu,
berbagai jenis yaitu kayu jati, mahoni, sungkai, pinus, ramin cedar, kayu triplek
atau multipleks, kayu particel board. (Khana, 2015)
• Klasifikasi Furniture
➢ Furniture knockdown adalah sebuah kontruksi pada produk mebel yang
dalam pembuatannya menggunakan sistem lepasan atau bongkar pasang.
Atau cara gampangnya, furniture knockdown dapat diartikan sebagai
furniture yang bisa dibongkar pasang (dibongkar lalu dirakit kembali).
Jadi kekuatan pada furniture knockdown sebagian besar berasal dari baut
atau sekrup yang digunakan untuk merekatkan komponen-komponen antar

25
bagian, sebab dalam konstruksi ini tidak menggunakan lem sama sekali
pada sambungan antar komponennya.
➢ Furniture multifungsi memiliki lebih dari 1 fungsi dalam satu benda.
Furniture jenis ini cocok untuk ruangan yang sempit seperti apartemen
tipe studio. Contohnya adalah sebuah sofa yang dapet menjadi tempat
tidur
➢ Loose furniture adalah jenis furniture yang sangat umum, furniture ini
memiliki banyak jenis bentuk dan dapat dipindahkan dengan mudah.
➢ Indoor furniture adalah semua jenis furniture yang hanya dapat digunakan
dalam ruangan, seperti sofa. Jenis furniture ini biasanya tidak memiliki
finishing yang tahan terhadap cuaca panas/hujan.
➢ Outdoor furniture adalah jenis furniture yang dapat digunakan di luar
ruangan, biasanya terbuat dari material yang tahan panas dan hujan.
Furniture ini juga memiliki finishing yang tahan panas, air dan lembab.
➢ Built in furniture adalah jenis furniture yang dibuat khusus dalam area
tertentu sehingga ukurannya tepat dan tidak dapat dipindah-pindahkan.
Jenis furnitur ini banyak digunakan agar dapat menggunakan area dengan
maksimal, dan dapat dibuat sesuai keinginan kita.
➢ Recycled material furniture adalah jenis furniture yang menggunakan
bahan bekas/recycled material sebagai bahan bakunya

3.5 Lantai
Lantai adalah bidang datar dan dijadikan sebagai alas dari ruang dimana
aktivitas manusia dilakukan di atasnya dan mempunyai sifat atau peranan sendiri
sendiri yaitu untuk mempertegas fungsi ruang. (Suptandar, 1999).
Lantai adalah bidang ruang interior yang datar dan mempunyai dasar yang
rata. (Ching, 1996). Lantai merupakan elemen pembentuk ruang, yang
berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati maupun beban hidup.
Beban mati yaitu beban yang berasal dari konstruksi bangunan itu sendiri dan juga
dari perabot yang mengisi bangunan atau ruang tersebut, sedangkan beban hidup
yaitu beban yang berasal dari manusia yang menampati bangunan atau ruangan
tersebut.

26
Selain berfungsi sebagai penutup ruang bagian bawah, lantai berfungsi
sebagai pendukung beban dan benda-benda yang ada diatasnya seperti perabot,
manusia sebagai civitas ruang, dengan demikian dituntut agar selalu memikul
beban mati atau beban hidup berlalu lalang diatasnya serta hal-hal lain yang
ditumpahkan diatasnya. (Mangunwijaya, 1980).

3.5.1 Fungsi Lantai


• Menunjang kegiatan yang terjadi di dalam ruang.
• Memberi karakter ruang.
• Memperjelas sifat ruang.

3.5.2 Syarat-Syarat Bahan Penutup Lantai


• Kuat, lantai harus dapat menahan beban.
• Mudah dibersihkan.
• Tahan kelembaban.

3.5.3 Contoh Bahan Penutup Lantai


• Lantai kayu misalnya parquet.
• Lantai tegel dan batu misalnya keramik, granit dan marmer.
• Lantai lunak misalnya karpet.

3.6 Dinding
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang membatasi satu ruang
dengan ruang yang lainnya. Dinding memiliki fungsi sebagai pembatas ruang luar
dengan ruang dalam, sebagai penahan cahaya, angin, hujan, debu dan lain-lain
yang bersumber dari alam, sebagai pembatas ruang di dalam rumah, pemisah
ruang yang bersifat pribadi dan ruang yang bersifat umum dan sebagai fungsi
artistik tertentu. (Sahid,2010)

3.6.1 Jenis Dinding


1. Dinding Struktural
Dinding sebagai struktur bangunan (bearing wall). Dinding ini berperan
untuk menopang atap dan sama sekali tidak menggunakan cor beton untuk kolom

27
(besi beton). Bahan dinding struktur yang biasa digunakan pada suatu bangunan
adalah batu bata.
2. Dinding non-struktural
Dinding ini adalah dinding yang tidak menopang beban, hanya sebagai
pembatas, apabila dinding ini dirobohkan maka bangunan tetap berdiri. Beberapa
material dinding non-struktural diantaranya seperti batu bata, batako, bata ringan,
kayu dan kaca.
3. Dinding partisi atau Penyekat
Dinding penyekat adalah batas vertical yang ada di dalam ruangan
(interior). Bahan-bahan yang digunakan untuk dinding partisi ini antara lain
gypsum, papan kalsium, triplek dan kayu.
Warna pada dinding juga berpengaruh pada kesan ruang, warna-warna yang
mengkilat lebih banyak memantulkan sinar sebaliknya warna buram kurang
memantulkan sinar. Warna-warna yang terang memberikan kesan ringan dan luas
pada suatu ruang, sedangkan warna gelap memberikan kesan berat dan sempit.
(Suptandar, 1982).
Selain warna, dinding juga merupakan bidang yang secara leluasa dapat
dihias sesuai dengan selera. Cara menghias dinding menurut Suptandar (1982)
yaitu dengan cara :
• Membuat motif-motif dekorasi dengan digambar, dicat, dicetak, diaplikasikan
dan dilukis secara langsung di dinding.
• Dinding ditutup atau dilapisi dengan bahan yang ornamentik atau dengan
memasang hiasan-hiasan yang ditempel pada dinding.

3.6.2 Bahan-Bahan Pokok Dinding


• Batu : batu kali, batu bata, batako.
• Kayu : papan, tripleks, bambu, hardboard.
• Metal : aluminium, tembaga, kuningan, plat baja.
• Gelas : kaca.
• Plastik : Fiberglass, folding door.

28
3.6.3 Bahan-Bahan Pelapis Dinding
• Batu : bermacam-macam batu alam, asbes, coraltex, marmer.
• Cat : bermacam-macam cat tembok, chemistone.
• Fiberglass : Flexiglass, Paraglass.
• Gelas : cermin, kaca (kaca being, kaca rayben, kaca es dsb).
• Kain : batik, sutra

3.7 Plafond (Langit – Langit)


Langit-langit adalah elemen yang menjadi naungan dalam desain interior
dan menyediakan perlindungan fisik maupun psikologis untuk semua yang berada
di bawahnya. (Ching, 1996). Adapun menurut Suptandar (1999), langit-langit
(Ceiling) adalah bidang penutup atau pembatas bagian atas sebuah ruang dalam
yang terbentuk dari bidang alas dan dinding-dinding yang terletak pada keempat
sisi. Selain itu, langit-langit merupakan elemen pembentuk ruang yang merupakan
sebuah bidang yang terletak di atas garis pandang normal manusia.

3.7.1 Fungsi Plafond (Ceiling)


• Pelindung kegiatan manusia dan sekaligus berfungsi sebagai atap.
• Sebagai pembentuk ruang, ceiling bersama-sama dengan dinding dan lantai
membentuk suatu ruang dalam.
• Sebagai skylight yaitu meneruskan cahaya alamiah ke dalam bangunan.
• Untuk menonjolkan konstruksi gedung-gedung.
• Merupakan ruang/rongga untuk pelindung berbagai instalansi, docting, AC,
kabel listrik, gantungan armatur, loudspeaker dll.
• Sebagai bidang penempelan titik-titik lampu.
• Sebagai penunjang unsur dekorasi ruang dalam.
• Sebagai peredam suara/akustik.

3.7.2 Bahan Plafond (Ceiling)


Bahan-bahan yang dipakai untuk ceiling, yaitu triplek, gypsum, serat
fibersemen (GRC Board), kayu, metal dan sebagainya.

29
3.8 Spesifikasi Teknis Arsitektur
Berikut adalah persyaratan teknis spesifikasi teknis arsitektur pada proyek
pembangunan hotel THE 1O1 Palembang.
1. Standar Yang Berlaku
Semua pekerjaan harus dilakukan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis dalam persyaratan Normalisasi Indonesia (NI),
Standar Industri Indonesia (SII) dan peraturan nasional maupun peraturan-
peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan antara lain :
NI 2 (1971) Peraturan Beton Bertulang Indonesia
NI 3 (1970) Peraturan Umum Untuk Bahan Bangunan di Indonesia
NI 8 (1974) Peraturan Semen Portland Indonesia
NI 5 (1961) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
Untuk pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar di atas, maka
diberlakukakn standar-standar nasional ataupun internasional yang berlaku atas
pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidaknya berlaku standar-standar persyaratan
teknis dari negara-negara asal bahan atau pekerjaan yang bersangkutan.

2. Pekerjaan Lantai Screed


• Lingkup Pekerjaan
a. Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan, tenaga, peralatan dan
perlengkapan serta pemasangannya untuk menghasilkan pekerjaan yang
berkualitas.
b. Lantai screed digunakan pada lantai bawah finishing lantai di daerah seperti
yang ditunjukkan dalam gambar rencana dan sesuai dengan petunjuk
pengawas.
• Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan salah satu persyaratan dalam :
Persyaratan Teknis :
NI 8, SII001381 atau ASTM C 15078A
PUBI 1982 pasal 11 dan SII040480
PUBI 1982 pasal 9 AFNOR P 18 303

30
Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan dalam
NI8 dan PUBI 1982.
• Bahan – Bahan
a. Semen Portland harus dari kualitas terbaik dan memenuhi persyaratan dalam
NI8, S1181 dan ASTM.
b. Pasir harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalama PUBI 1982 pasal
11.
c. Air harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam PUBI 1982.
• Contoh-contoh
Pemborong harus menyerahkan contoh bahan yang akan digunakan kepada
pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
• Pelaksanaan
a. Lantai screed dilakukan pada dasar lantai yang telah dibersihkan dari segala
kotoran, deu dan bebas dari pengaruh pekerjaan yang lain.
b. Bahan lantai screed merupakan campuran dari bahan PC (Portland Cement)
dengan pasir yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
c. Tebal adukan screed mimial 2,5 cm dari adukan 1 pc : 4 pasir. Permukaan
lantai screed harus betul-betul rata dengan kemiringan sesuai ketentuan dan
tidak cacat.
d. Sebelum lantai screed dilakukan alas lantai screed harus dibersihkan dengan
air bersih detelah bersih alas lapisan dilapis cairan semen (air semen)
maksimum 20 menit, selanjutnya lapisan screed dapat dilakasanakan.
e. Seluruh permukaan lantai screed dilapis acian dari bahan adukan semen murni.
f. Screed harus dibasahi selama 7 hari.
Untuk pemasangan bahan-bahan finishing lantai dapat dipasang minimum
setelah 2 (dua) minggu atau setelah mendapat persetujuan pengawas.

3. Pekerjaan Pasangan Topping Concrete


• Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan yang
dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan pasangan beton finish (topping
concrete)seperti yang ditunjukan dalam gambar rancangan.

31
b. Pekerjaan dilaksanakan pada tempat-tempat atau bagian bangunan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.
• Pengendalian Pekerjaan
Pekerjaan pasangan beton finish atau topping concrete ini harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
NI – 2 – 1971 NI – 8 – 1974 SII – 0013/81
NI – 3 – 1970 SII – 0051 – 74
NI – 5 – 1961 SII – 0136 – 84
• Bahan- Bahan
a. Agregat Pasir dan Koral
Agregat harus terdiri dari gradasi yang sama dan sesuai dengan persyaratan di
dalam NI–2 bab 3.3.
b. Portland Cement
- Semen yang digunakan harus dari mutu yang disyaratkan dalam NI-8 BAB 3.2.
- Pemborong diharuskan menggunakan semen dari satu merk saja untuk seluruh
pekerjaan topping concrete.
- Penyimpanannya harus pada tempat yang tertutup dengan lantai terangkat oleh
ganjal.
c. Pembesian atau Penulangan
Penulangan besi yang digunakan adalah U-24 atau digunakan baja anyaman
(wiremesh) diameter 4-5 mm dan ukuran anyaman maksimum 10 x 10 cm dari
merek BRC atau lionmesh.
d. Air
Air yang digunakan harus bersih dan memenuhi persyaratan dalam NI-2 BAB
3.7.
• Contoh – Contoh
Pemborong harus menyerahkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan
kepada pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.
• Pelaksanaan
a. Campuran beton yang digunakan adalah campuran beton 1:2:3 yaitu 1 semen :
2 pasir : 3 split.

32
b. Sebelum mulai pekerjaan pengecoran beton finish (topping concrete),
permukaan beton slab yang akan di cor harus dibersihkan dari debu dan
kotoran-kotoran yang mengandung minyak atau lemak.
c. Pemasangan wiremesh digelar setelah slab sudah dalam keadaan bersih dan
siap untuk di cor dengan adukan beton.
d. Pemborong harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek maupun anker-anker
yang diperlukan pada kolom-kolom, balok-balok beton yang akan berhubungan
dengan konstruksi diatasnya.
e. Beton cor tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian 1 meter dan harus
menggunakan peralatan khusus yaitu elephant chute atau tremi yang telah
disetujui oleh pengawas.
f. Pengecoran harus sesuai dengan persyaratan PBI – 1971.
g. Sesudah pengecoran, lapisan beton ini harus dipadatkan dengan penggetar
(internal concrete vibrator) dengan dibantu alat penyendokan dan perajakkan.
h. Penggetar atau vibrator tidak boleh digunakan untuk memasukkan beton
kedalam cetakan beton, dan kecepatan getaran : vibrator dalam aduk beton
harus tetap berkisar antara 7.000 impuls/menit.

4. Pekerjaan Kayu Halus


• Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan yang
dipergunakan untuk melaksanakan pembuatan dan pemasangan pekerjaan kayu
halus.
b. Pekerjaan ini dilaksanakan pada bagian-bagian bangunan seperti pengerjaan
kayu yang tampak, yaitu pekerjaan kusen pintu rangkanya dan panel, sesuai
dengan gambar-gambar.
• Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan kayu harus mengikuti persyaratan-persyaratan dalam :
NI 3 1970
NI 5 1961
SII 0458 81
PUBI 1982 pasal 37

33
• Bahan – Bahan
a. Kayu pada umumnya harus kering, baik kering alami ataupun proses (dry kiln).
Kadar air maksimum 12% untuk tebal kayu sampai dengan 7 cm dan 20%
untuk tebal kayu di atas 7 cm.
b. Kayu merbau kering proses (dry kiln) dari kelas awet, kelas kuat I. Plywood
finish standart, dari ukuran 122 x 244 cm, dengan ketebalan antara 6mm-
18mm, sesuai yang ditunjukkan pada gambar-gambar. Semua jenis plywood
harus dari jenis yang menggunakan perekat tahan air atau waterproof.
c. Pelapis plastic atau high pressure laminate, tebal 1,5 mm - 2 mm dengan finish
matte (buram), setaraf dengan Formica (USA), Duropal (Jerman) atau Resopal
(Jerman).
d. Perekat tahan air dari jenis rakoll, herferin, aica aibon, dan lain-lain yang
setara.
e. Pengikat-pengikat
Pengikat berupa paku, mur baut, kawat, sekrup dan lain-lain, harus digalvanisir
sesuai dengan NI 5.
• Contoh-contoh
Pemborong harus mengajukan contoh dari bahan yang akan dipakai untuk
mendapatkan persetujuan pengawas.
• Pelaksanaan
a. Kayu-kayu bermotif harus mempunyai 4 (empat) sisi permukaan yang rata dan
lurus-lurus delam ukuran-ukuran yang sesuai dengan persyaratan Digambar
digunakan untuk plint dan langit-langit.
b. Kayu-kayu harus utuh, tanpa cacat atau celah seperti mata kayu, lubang-lubang
dan sebagainya.
c. Kayu-kayu harus dikerjakan mengikuti pola-pola seperti yang tertera pada
gambar-gambar atau yang dipersyaratkan atau atas petunjuk pengawas.
d. Sebelum pemasangan kayu-kayu harus sudah melalui proses pengawetan dan
telah diberi bahan anti rayap sesuai spesifikasi dan disetujui pengawas.
e. Bahan cat yang dipakai sesuai pekerjaan cat.
f. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang kayu terbaik dengan
standar pengerjaan yang disetujui pengawas.

34
g. Untuk profil Panjang seperti kusen dan sabagainya, digunakan mesin-mesin.
h. Semua lubang-lubang atau cacat di tempat bekas paku, baut dan permukaan
sambungan-sambungan dan lain-lain harus ditutup dengan dempul sealer
hingga rapih kembali.

5. Pekerjaan Finishing Plesteran dan Acian


• Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, peralatan, tenaga dan pelaksanaan
pekerjaan plester dan adukan pada dinding-dinding dan bagian-bagian lain
bangunan serta pekerjaan, seperti yang tertera pada gambar-gambar.
• Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan plester dan adukan harus disesuaikan dengan persyaratan-
persyaratan yang tertera pada standar-standar sebagai berikut :
NI 2 1971
NI 3 1970
NI 8 1972
ASTM C90 70
ASTM A615 72
• Bahan-Bahan
a. Pasir
Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur
atau campuran-campuran lain sesuai dengan NI 3 Pasal 14.
b. Portland Cement
Portland Cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian membatu
dan dalam zak yang tertutup seperti disyaratkan dalam NIS. Hanya sebuah
merek dari satu jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan.
c. Air
Air harus bersih, jernih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti
minyak, asam dan unsur organic lainnya. Kecuali dinyatakan lain, pemborong
harus menyediakan air kerja atas biaya sendiri.

35
• Pelaksanaan
a. Campuran plester
- Pengetasan untuk mendapatkan perbandingan campuran plester dapat
dilaksanakan dalam waktu 1 minggu sebelum pelaksanaan dimulai, dan tidak
ada penambahan waktu lagi untuk itu.
- Plesteran dengan campuran 1 semen : 4 pasir digunakan pada daerah-daerah
seluruh dinding bata, campuran 1 semen : 3 pasir digunakan pada balok plat
dinding beton seperti ditunjukkan dalam gambar.
- Plester dengan campuran 1 semen : 2 pasir digunakan pada daerah-daerah
basah untuk kedap air seperti daerah toilet setinggi 180 cm dari lantai dan
daerah lainnya setinggi 20 cm dari lantai untuk lantai 2 dan seterusnya,
sebagaimana ditunjukkan dalamgambar.
- Plester boleh dicampur dengan bahan additive untuk mencegah keretakan yang
tidak diinginkan. Untuk dapat menggunakan bahan tersebut, pemborong
terlebih dulu harus mengajukan kepada pengawas agar mendapatkan
persetujuannya.
b. Acian
- Adukan untuk plesteran sebaiknya dilakukan dengan mesini (molen).
Masukkan setengah dari jumlah air dan pasir untuk adukan lebih dahulu
kedalam molen, kemudian tambahkan semen dan setengah bagian sisa dari air
dan pasir.
- Pengadukan dalam molen dilaksanakan dalam waktu 2 menit. Pengadukan
tanpa mesin hanya boleh dilakukan bilamana disetujui oleh pengawas.
- Adukan harus selalu plastis. Aduk ulang (retempering) dengan penambahan air
boleh dilakukan sebagaimana diperlukan.
- Adukan yang berumur lebih lama dari pada 2 jam sejak pencampurannya, tidak
boleh diaduk ulang dan tidak boleh dipergunakan lagi.
c. Pelaksanaan plesteran adukan pasangan bata : lihat pekerjaan pemasangan bata.
- Bersihkan permukaan dinding bata dari noda-noda debu, minyak, cat dan
bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat plester.

36
- Untuk mendapatkan permukaan yang merata dan ketebalan sesuai dengan yang
diisyaratkan, maka dalam memulai pekerjaan plesteran harus dibuat terlebih
dahulu “kepala” plesteran.
- Pasang lapisan plester setebal yang diisyaratkan (15 mm). Ratakan dengan
roskam kayu. Basahkan terus selama 3 hari.
- Sekeliling kusen pintu bagian dalam harus diberikan plesteran tali air seperti
dinyatakan dalam gambar kerja.
- Seluruh plesteran dinding bagian bawah dibuat sponning sesuai tempat dan
ukuran-ukuran serta dicat doff seperti yang dinyatakan dalam gambar-gambar.

6. Pasangan Keramik
• Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, dan tenaga untuk
pemasangan lantai keramik seperti yang ditunjuk dalam gambar.
• Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan harus sesuai standar-standar yang ditetapkan dalam :
NI 2 1971
NI 8 1972
NI 3 1970
SII 0241 1970
• Bahan-Bahan
a. Lantai keramik
Lantai keramik ukuran 20x20 cm, 30x30 cm, dan 50x50 cm lantai paling tinggi
10 cm, dan nosing 10x20 cm berwarna, kwalitas seperti yang diproduksi roman
atau yang setara, dipasang pada daerah-daerah seperti tertera dalam gambar.
Warna dan pola-pola akan ditentukan kemudian dan dengan persetujuan
pengawas.
b. Bahan Perekat dan Pengisi Nat
Bahan additive campuran perekat untuk lantai keramik yang dipergunakan
untuk pemasangan pada dinding dan lantai adalah KERABOND produksi
MAPEI dan AM30 MORTAFLEX fix dan disetujui pengawas. Sedangkan
untuk lantai homogeneous tile produksi MAPEI. Bahan pengisi nat jalur

37
sambungan yang dipergunakan adalah KERA-COLOR produksi MAPEI atau
AM 50 COLORED grout atau yang setaraf dan disetujui pengawas.
Pada prinsipnya jenis bahan perekat dan pengisi nat, harus menggunakan
satu merek saja.
• Contoh-contoh
Pemborong harus mengadakan menyerahkan contoh-contoh lantai keramik
yang akan dipakai kepada pengawas untuk mendapat persetujuannya. Adapun
pemborong menyediakan tambahan ± 3% untuk tiap jenis keramik guna
pemeliharaan pemilik bangunan.
• Pelaksanaan
a. Permukaan dinding, beton atau conclock harus diberi plester yang rata dulu,
sebelum lapisan lantai keramik dipasangan.
b. Nat-nat lantai keramik tidak boleh melebihi 4 mm.
c. Apabila diperlukan pemotongan, harus menggunakan mesin pemotong keramik
dan sudut tepinya digurinda hingga halus dan rata.
d. Pemborong harus mendapatkan persetujuan dari pengawas pada saat
menentukan awal pemasangan lantai keramik.
e. Keramik yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, utuh, tidak retak atau
cacat.
f. Nat harus diisi dengan bahan pengisi sesuai ketentuan dalam persyaratan
bahan, warna sesuai dengan warna keramik yang dipasang.
g. Pengisian nat dengan bahan grouting dilaksanakan paling sedikit 4 (empat) hari
setelah pemasangan keramik mengering .
h. Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
hingga rapih dan bersih.
i. Hasil pemasangan keramik harus dilindungi dari hal-hal yang dapat
menimbulkan kerusakan atau cacat, bila hal ini terjadi sebelum penyerahan
pekerjaan maka harus diperbaiki atas biaya pemborong.
j. Perbedaan level dari satu keramik ke keramik lain tidak diperkenankan.

38
7. Pasangan Marmer
• Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, dan tenaga untuk
pemasangan lantai atau dinding marmer seperti yang ditunjuk dalam gambar.
• Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan harus sesuai standar-standar yang ditetapkan dalam :
NI 2 1971
NI 3 1970
NI 8 1972
SII 0241 1970
• Bahan-Bahan
a. Marmer Slab
Marmer slab dipasang pada daerah-daerah seperti tertera dalam gambar. Warna
dan pola-pola akan ditentukan kemudian dan dengan persetujuan pengawas.
b. Bahan Perekat dan Pengisi Nat
Bahan additive campuran perekat untuk lantai marmer yang dipergunakan
untuk pemasangan pada dinding dan lantai adalah KERABOND produksi
MAPEI dan AM30 MORTAFLEX fix dan disetujui pengawas. Bahan pengisi
nat jalur sambungan yang dipergunakan adalah KERA-COLOR produksi
MAPEI atau AM 50 COLORED grout atau yang setaraf dan disetujui
pengawas.
Pada prinsipnya jenis bahan perekat dan pengisi nat, harus menggunakan
satu merek saja.
• Contoh-contoh
Pemborong harus mengadakan menyerahkan contoh-contoh marmer yang
akan dipakai kepada pengawas untuk mendapat persetujuannya.
• Pelaksanaan
a. Permukaan dinding, beton atau conclock harus diberi plester yang rata dulu,
sebelum lapisan marmer dipasangan.
b. Nat-nat lantai marmer tidak boleh melebihi 4 mm.

39
c. Apabila diperlukan pemotongan, harus menggunakan mesin pemotong marmer
dan sudut tepinya digurinda hingga halus dan rata.
d. Pemborong harus mendapatkan persetujuan dari pengawas pada saat
menentukan awal pemasangan marmer.
e. Marmer yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, utuh atau cacat.
f. Nat harus diisi dengan bahan pengisi sesuai ketentuan dalam persyaratan
bahan, warna sesuai dengan warna marmer yang dipasang.
g. Pengisian nat dengan bahan grouting dilaksanakan paling sedikit 4 (empat) hari
setelah pemasangan marmer mengering .
h. Marmer yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
hingga rapih dan bersih.
i. Hasil pemasangan marmer harus dilindungi dari hal-hal yang dapat
menimbulkan kerusakan atau cacat, bila hal ini terjadi sebelum penyerahan
pekerjaan maka harus diperbaiki atas biaya pemborong.
j. Perbedaan level tidak diperkenankan.

8. Pasangan Batu Alam


• Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan-bahan, peralatan, dan tenaga untuk
pemasangan lantai atau dinding batu alam (batu andesit, batu paras jogja, batu
baltic green) seperti yang ditunjuk dalam gambar.
• Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan harus sesuai standar-standar yang ditetapkan dalam :
NI 2 1971
NI 3 1970
NI 8 1972
SII 0241 1970
• Bahan-Bahan
- Batu Andesit, Batu Paras Jogja dan Batu Baltic Green
Batu andesit, batu paras jogja dan batu baltic green dipasang pada daerah-
daerah seperti tertera dalam gambar. Warna dan pola-pola akan ditentukan
kemudian dan dengan persetujuan pengawas.

40
- Bahan Perekat dan Pengisi Nat
Bahan additive campuran perekat untuk batu alam yang dipergunakan untuk
pemasangan pada dinding dan lantai adalah KERABOND produksi MAPEI
dan AM30 MORTAFLEX fix dan disetujui pengawas. Bahan pengisi nat jalur
sambungan yang dipergunakan adalah KERA-COLOR produksi MAPEI atau
AM 50 COLORED grout atau yang setaraf dan disetujui pengawas.
Pada prinsipnya jenis bahan perekat dan pengisi nat, harus menggunakan
satu merek saja.
• Contoh-contoh
Pemborong harus mengadakan menyerahkan contoh-contoh batu alam
yang akan dipakai kepada pengawas untuk mendapat persetujuannya.
• Pelaksanaan
a. Permukaan dinding, beton atau conclock harus diberi plester yang rata dulu,
sebelum lapisan batu alam dipasangan.
b. Nat-nat batu alam tidak boleh melebihi 4 mm.
c. Apabila diperlukan pemotongan, harus menggunakan mesin pemotong batu
alam dan sudut tepinya digurinda hingga halus dan rata.
d. Pemborong harus mendapatkan persetujuan dari pengawas pada saat
menentukan awal pemasangan batu alam.
e. Batu alam yang akan dipasang harus dalam keadaan baik, utuh, tidak retak atau
cacat.
f. Nat harus diisi dengan bahan pengisi sesuai ketentuan dalam persyaratan
bahan, warna sesuai dengan warna batu alam yang dipasang.
g. Pengisian nat dengan bahan grouting dilaksanakan paling sedikit 4 (empat) hari
setelah pemasangan batu alam mengering .
h. Batu alam yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
hingga rapih dan bersih.
i. Hasil pemasangan batu alam harus dilindungi dari hal-hal yang dapat
menimbulkan kerusakan atau cacat, bila hal ini terjadi sebelum penyerahan
pekerjaan maka harus diperbaiki atas biaya pemborong.
j. Perbedaan level tidak diperkenankan.

41
9. Pekerjaan plafond & partisi gypsum
• Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan-bahan dan peralatan yang digunakan
untuk melaksanakan pembuatan dan pemasangan pekerjaan langit-langit partisi
dari gypsum seperti yang dijelaskam dalam gambar.Pekerjaan ini dilaksanakan
pada langit-langit & dinding pratisi bangunan seperti yang ditunjuk dalam
gambar.
• Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan harus sesuai standar-standar yang ditetapkan dalam :
NI 3 1970
NI 5 1961
NI 0189 78
SII 0404 80
SII 0695 82
• Bahan-Bahan
a. Bahan yang digunakan jenis bahan, gypsum board yang bermutu baik produksi
BRS GYPSUM BOARD, JAYA PLASTER BOARD atau setara.
b. Pengikat berupa paku, mur, baut, kawat, sekrup dan lain-lain harus digalvanisir
sesuai dengan NI-5 Bab VI Pasal IN, 15 dan 17.
c. Bahan perekat tahan air yang digunakan setara dengan HERILERIN
d. Finishing langit langit digunakan bahan Cat Acrilyc Emulsion Paint produk
Dulux atau setara.
e. Rangka langit-langit
f. Rangka langit-langit dari bahan metal galvanis juga ontuk penggantung rangka.
• Contoh-contoh
- Pemborong harus menyerahkan contoh-contoh bahan kepada pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya.
- Rangka aluminium/galvanis steel.
- Rangka langit-langit dari bahan aluminium digunakan dan digalvanis steel
dengan tinggi maximum 40 mm digunakan setaraf dengan produksi donn atau
chicago mettalic dan yang disetujui oleh pengawas.

42
• Pelaksanaan
a. Sebelum dilaksanakan pemasangan langit-langit, pekerjaan lain yang berada di
atasnya harus sudah terpasang seperti misalnya pipa-pipa, kabel dan lain-lain.
b. Bilamana dikehendaki. Pemborong wajib membuat mock-up sesuai dengan
petunjuk Pengawas sebelum pekeriaan mulai dipasang.
c. Penyimpanan bahan rangka, gypsum board dan materal lain ditempat pekerjaan
harus diletakkan pada ruang tempat dengan sirkulasi udara yang baik, kering
dan tidak lembab serta tidak terkena cuaca langsung.
d. Harus diperkirakan semua sambungan dalarn pemasangan klos, baut, angker-
angker dan penguat lain yang diperlukan hingga tenjamin kekuatannya dengan
memperhatikan menjaga kerapian terutama untuk bidang-bidang tampak tidak
boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
e. Semua unit-unit plafond gypsum harus terpasang rapi dan kuat sesuai dengan
pola gambar rencana.
f. Penyambungan plafond gypsum dengan gypsum atau celah ukan dengan las
gypsum sehingga permukaannya rata dan bebas dari bekas-bekas sambungan.
g. Pengecatan
- Langit-langit gypsum yang sudah terpasang harus dicat dengan Cat Acrylic
Emulsion Paint (AEP)
- Hasil pengecatan gypsum board pada langit harus rata, bersih tidak belang, dan
warna yang rata.

43
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Ruang Lingkup Pekerjaan


Proyek pembangunan hotel THE 1O1 di Palembang, merupakan proyek
yang dimiliki oleh PT. Ulima Baselio, hotel ini dibangun sebagai hotel bisnis yang
memiliki luas bangunan ± 2268 m². Lokasi proyek berada pada Jalan Rajawali
Palembang yang merupakan jalan arteri dengan dua jalur, sehingga lokasi proyek
terbilang cukup strategis. Untuk pencapaian ke proyek juga dapat melalui jalan
Pipit 1 berada pada belakang site, sehingga tidak menyebabkan kemacetan dan
tidak mengganggu dan menghambat aktifitas lalu lintas di sekitar lokasi proyek.

Gambar 4.1 Peta Lokasi Proyek


(Sumber: BAPPEDA Kota Palembang, 2016)

4.2 Pekerjaan Penutup Lantai


Pada pelaksanaan di lapangan pekerjaan penutup lantai dilakukan setelah
pekerjaan plat lantai selesai. Pekerjaan ini dilaksanakan selama 2 minggu dan
bersamaan dengan pekerjaan finishing lainnya seperti pekerjaan plafond,
pekerjaan pelapis dinding, dan pemasangan instalasi listrik.

44
4.2.1 Jenis Bahan Penutup Lantai
Adapun jenis material penutup lantai yang digunakan pada area lobby
pembangunan hotel THE 1O1 Palembang dapat dilihat pada tabel IV.1 :
Tabel IV.1 Spesifikasi Bahan
Lokasi
No Spesifikasi Bahan Tipe/Warna
Pemasangan
✓ Asini Silver (Grey)
1. Marmer Import Ex. Fageti Lobby
✓ Snow White (White)
2. Ht. Ex. Niro Granite Marmo Blanc GMA 25 Front Office
3. Andesit Polish Restaurant
4. Marmer Nero Marquina Smoking Area
Chrysant Grey, 40x40
5. Keramik Ex. Roman Kitchen
G447314 – Gol 4
( Sumber: Dokumen Proyek, 2016 )

Gambar 4.2 Lokasi Pemasangan Penutup Lantai


(Sumber: Dokumen Proyek, 2016)

45
4.2.2 Pekerjaan Lantai Screed
Pada pemasangan penutup lantai yang dilakukan di lapangan, pekerjaan
yang pertama dilakukan adalah proses pekerjaan lantai screed. Setelah proses
pekerjaan lantai screed selesai, dilanjutkan dengan pemasangan penutup lantai.

Gambar 4.3 Pekerjaan Screeding


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Sebelum proses pekerjaan lantai screed dilakukan pembuatan adukan


untuk lantai screed dengan perbandingan 1:4. Pekerjaan lantai screed diawali
dengan membuat blok-blok dengan tinggi 3 cm dan dibiarkan seharian. Fungsi
dari blok adalah sebagai tanda agar pekerjaan lantai screed menjadi lebih mudah
untuk diratakan. Selanjutnya melakukan pengecoran pada setiap blok dan
diratakan menggunakan roskam. Screed dirawat dengan cara dibasahi selama 7
hari. Pada pekerjaan lantai screed yang sudah selesai bisa dilanjutkan dengan
pemasangan bahan-bahan penutup lantai.

Gambar 4.4 Hasil Pekerjaan Lantai Screed


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

4.2.3 Pemasangan Penutup Lantai


1. Pemasangan Lantai Marmer
Pada pemasangan lantai marmer yang dilakukan di lapangan, pekerjaannya
dilakukan setelah proses pekerjaan lantai screed. Proses pekerjaan lantai marmer
diawali dengan menentukan elevasi lantai dengan menggunakan waterpass dan

46
menggunakan benang dan paku sebagai acuan pemasangan marmer. Marmer yang
digunakan pada bagian lobby yaitu marmer Fageti dengan warna Asini Silver
(Grey) dan Snow White (White) berukuran 150 cm x 200 cm. Selanjutnya
melakukan pemotongan marmer sesuai pola yang ditentukan dengan mesin
khusus dan sudut tepinya dihaluskan dengan gurinda.

Gambar 4.5 Proses Pemotongan Marmer


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Proses pekerjaan lantai marmer dikerjakan dengan cara memberi mortar


uzin yang dicampur dengan adukan semen dan pasir pada lantai yang akan
dipasang marmer sebagai perekat. Bagian lantai yang sudah diberi perekat
kemudian diratakan agar marmer yang akan dipasang dapat merekat dengan baik
pada lantai.

Gambar 4.6 Proses Pengadukan Bahan Perekat


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Gambar 4.7 Proses Pemasangan Bahan Perekat


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

47
Marmer yang sudah dipasang diratakan kembali permukaannya
menggunakan palu karet. Selanjutnya setelah marmer terpasang rapih,
menambahkan adukan tile grout untuk mengisi siar-siar/nat pada marmer dengan
warna yang senada dengan marmer yang digunakan.

Gambar 4.8 Proses Pemasangan Marmer


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

2. Pemasangan Lantai Keramik


Pada pemasangan lantai keramik yang dilakukan di lapangan, pekerjaannya
dilakukan setelah proses pekerjaan lantai screed. Proses pekerjaan lantai keramik
diawali dengan menentukan elevasi lantai dengan menggunakan waterpass dan
menggunakan benang dan paku sebagai acuan pemasangan keramik. Keramik
yang digunakan pada bagian dapur yaitu keramik Ex. Roman dengan tipe warna
Chrysant Grey berukuran 40 cm x 40 cm.
Proses pekerjaan lantai keramik dikerjakan dengan cara memberi mortar
uzin yang dicampur dengan adukan semen dan pasir pada lantai yang akan
dipasang keramik sebagai perekat. Bagian lantai yang sudah diberi perekat
kemudian diratakan agar keramik yang akan dipasang dapat merekat dengan baik
pada lantai. Keramik yang sudah dipasang diratakan kembali permukaannya
dengan menggunakan palu karet. Selanjutnya setelah keramik telah terpasang
rapih, menambahkan adukan tile grout untuk mengisi siar-siar/nat pada keramik
dengan warna yang senada dengan keramik yang digunakan.

Gambar 4.9 Proses Pemasangan Keramik


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

48
3. Pemasangan Lantai Granit
Pada pemasangan lantai granit yang dilakukan di lapangan, pekerjaannya
dilakukan setelah proses pekerjaan lantai screed. Proses pekerjaan lantai granit
diawali dengan menentukan elevasi lantai dengan menggunakan waterpass dan
menggunakan benang dan paku sebagai acuan pemasangan granit. Granit yang
digunakan pada bagian front office yaitu granit Ex. Niro Granite dengan tipe
Marmo Blanc GMA 25 yang berukuran 60 cm x 60 cm.
Proses pekerjaan lantai granit dikerjakan dengan cara memberi mortar uzin
yang dicampur dengan adukan semen dan pasir pada lantai yang akan dipasang
granit sebagai perekat. Bagian lantai yang sudah diberi perekat kemudian
diratakan agar granit yang akan dipasang dapat merekat dengan baik pada lantai.
Granit yang sudah dipasang diratakan kembali permukaannya dengan
menggunakan palu karet. Selanjutnya setelah granit telah terpasang rapih,
menambahkan adukan tile grout untuk mengisi siar-siar/nat pada granit dengan
warna yang senada dengan granit yang digunakan.

Gambar 4.10 Proses Pemasangan Granit


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

4. Pemasangan Lantai Andesit


Pada pemasangan lantai andesit yang dilakukan di lapangan, pekerjaannya
dilakukan setelah proses pekerjaan lantai screed. Proses pekerjaan lantai andesit
diawali dengan menentukan elevasi lantai dengan menggunakan waterpass dan
menggunakan benang dan paku sebagai acuan pemasangan andesit. Andesit yang
digunakan pada bagian restaurant yaitu andesit polish.
Proses pekerjaan lantai andesit dikerjakan dengan cara memberi mortar uzin
yang dicampur dengan adukan semen dan pasir pada lantai yang akan dipasang
andesit sebagai perekat. Bagian lantai yang sudah diberi perekat kemudian

49
diratakan agar andesit yang akan dipasang dapat merekat dengan baik pada lantai.
Andesit yang sudah dipasang diratakan kembali permukaannya dengan
menggunakan palu karet. Selanjutnya setelah andesit telah terpasang rapih,
menambahkan adukan tile grout untuk mengisi siar-siar/nat pada andesit dengan
warna yang senada dengan andesit yang digunakan.

Gambar 4.11 Hasil Pemasangan Andesit


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Berdasarkan pembahasan diatas pelaksanaan pekerjaan penutup lantai,


terjadi perbedaan dengan spesifikasi teknis arsitektur. Pada pekerjaan ini
menggunakan bahan perekat penutup lantai dengan campuran adukan semen,
pasir dan air yang di mix dengan semen mortar uzin. Seharusnya pada spesifikasi
teknis arsitektur yang ada disebutkan menggunakan perekat Kerabond Mapei dan
AM30 Mortaflex.

4.3 Pekerjaan Pelapis Dinding


Proses pekerjaan pelapis dinding di lapangan dikerjakan sesudah pekerjaan
dinding. Pekerjaan pelapis dinding yang ada di lapangan terdiri dari pekerjaan
plesteran, pengacian, pengecatan, dinding concrete expose dan pemasangan HPL.

4.3.1 Pekerjaan Plesteran Dinding


Pekerjaan plesteran pada area lobby, restaurant dan dapur dikerjakan setelah
salah satu bidang dinding bata selesai dikerjakan. Pekerjaan plesteran dinding
dilakukan untuk melapisi permukaan dinding batu bata. Sehingga permukaan
dinding lebih kuat, halus dan lebih mudah untuk melakukan pengecatan dan
pemasangan HPL. Dinding pada lobby, restaurant dan dapur hotel THE 1O1
Palembang ini menggunakan batu bata merah.

50
Sebelum proses pekerjaan plester dinding dilakukan bersihkan terlebih
dahulu bagian bidang dinding yang akan diplester. tahap awal yang dilakukan
pada proses pekerjaan plester adalah menyiapkan adukan untuk lantai screed
dengan perbandingan 1:4 dengan campuran pasir, semen portland dan air.
Selanjutnya membuat blok-blok (kepala) plesteran dengan ketebalan 1,5 cm yang
telah disesuaikan agar mendapatkan permukaan yang merata.

Gambar 4.12 Hasil Pembuatan Blok-Blok Plesteran


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Selanjutnya melakukan pekerjaan plesteran dengan menyiram adukan ke


dinding pada setiap blok dan diratakan menggunakan roskam kayu. Proses
pekerjaan plesteran dinding dapat kering dengan sempurna dalam waktu 2 hari.
Kemudian dapat dilanjutkan ke tahap pekerjaan pengacian dinding.

Gambar 4.13 Hasil Pekerjaan Plesteran


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

4.3.2 Pekerjaan Pengacian Dinding


Pekerjaan pengacian pada area lobby, restaurant dan dapur dikerjakan
setelah pekerjaan plesteran selesai. Pekerjaan pengacian dinding dilakukan untuk
melapisi permukaan dinding yang telah diplester agar permukaan dinding terlihat
lebih halus dan lebih mudah untuk melakukan pekerjaan pengecatan dan
pemasangan HPL.

51
Tahap awal proses pekerjaan pengacian pada dinding yang dilakukan di
lapangan yaitu melakukan persiapan permukaan yang hendak diaci dengan cara
membersihkan permukaan yang tidak rata atau yang mengalami kerusakan.
Selanjutnya melakukan penyiraman pada dinding yang akan diaci dengan air
untuk mempercepat proses perekatan, dilanjutkan dengan membuat adukan acian
dari campuran semen portland dan air untuk diaplikasikan ke dinding.

Gambar 4.14 Proses Penyiraman Dinding Yang Akan Diaci


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Proses pekerjaan pengacian dilakukan seperti proses pekerjaan plesteran


yang kemudian diratakan dengan roskam kayu agar acian rata dan tidak
bergelombang. Setelah itu, melakukan penghalusan permukaan dinding yang telah
diaci menggunakan roskam kayu dengan gerakan memutar berulang-ulang sampai
permukaan licin dan didiamkan sampai benar-benar kering. Selanjutnya
melakukan penghalusan kembali menggunakan kertas bekas semen atau amplas
dan digosokkan ke permukaan hingga acian benar-benar halus.

Gambar 4.15 Hasil Pekerjaan Pengacian


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

52
4.3.3 Pekerjaan Pengecatan Dinding
Pekerjaan pengecetan pada dinding dapur yang ada di lapangan dikerjakan
setelah tahap pekerjaan pengacian selesai dikerjakan dan telah benar-benar kering.
Pada pekerjaan pengecatan di dapur hotel THE 1O1 Palembang cat yang
digunakan adalah cat Dulux (easy clean).
Proses pekerjaan pengecatan dinding yang dilakukan di lapangan diawali
dengan memastikan acian pada dinding yang sudah benar-benar kering dan halus.
Untuk bagian dinding yang berlubang atau retak ditambal dengan plamir dan
amplas. Selanjutnya melakukan pengecatan dasar dengan alat rol pada bidang
yang luas dan dengan kuas untuk permukaan bidang yang sempit dan dilanjutkan
dengan melakukan pengulangan pengecatan hingga merata. Setelah itu melakukan
pengecatan tahap akhir dan lakukan pengulangan hingga merata.

Gambar 4.16 Proses Pekerjaan Pengecatan


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

4.3.4 Pekerjaan Dinding Concrete Expose


Pekerjaan dinding concrete expose pada area lobby dan restaurant sama
dengan pekerjaan pengacian yang dikerjakan setelah pekerjaan plesteran selesai
dikerjakan. Pekerjaan pemasangan dinding concrete expose di lapangan yang
dilakukan untuk melapisi permukaan dinding yang telah diplester agar permukaan
dinding terlihat lebih halus. Dinding concrete expose (beton ekspos) yang terlihat
belum selesai, sebenarnya merujuk pada tampilan asli tekstur dan warna dari
semen pada dinding. Tampilannya sengaja dibiarkan polos tanpa finishing lain
seperti cat atau wall paper. Dinding concrete expose sering juga disebut dinding
unfinished.

53
Langkah-langkah yang dikerjakan di lokasi sama seperti pekerjaan
pengacian hanya ada perbedaan pada bahan yang digunakan. Untuk pekerjaan
dinding concrete expose menggunakan bahan semen instan yang diberi air lalu
dicampur dengan menggunakan mesin pengaduk, selanjutnya semen bisa
langsung diaplikasikan pada bagian dinding yang ingin dibuat menjadi dinding
concrete expose.

Gambar 4.17 Proses Pencampuran Semen Instan dan Air


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Setelah itu ratakan dan haluskan dengan roskam kayu/roskam besi dan
didiamkan sampai benar-benar kering. Untuk menghaluskannya kembali gunakan
kertas bekas semen atau amplas dan digosokkan ke permukaan hingga acian
benar-benar halus.

Gambar 4.18 Hasil Pekerjaan Dinding Concrete Expose


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

54
4.3.5 Pekerjaan Pemasangan High Preassure Laminate (HPL)
Pekerjaan pemasangan high preassure laminate (HPL) pada area dinding
lobby dan restaurant yang ada di lapangan dikerjakan untuk melapisi gypsum agar
tampilan interior terkesan lebih indah dan dapat menambah nilai estetika.
Sebelum melakukan proses pekerjaan pemasangan high preassure laminate
(HPL), terlebih dahulu siapkan pekerjaan dibagian bawahnya yaitu pemasangan
dan pemotongan plywood, membersihkan dinding yang akan dipasang rangka
untuk pemasangan plywood, memotong batangan besi hollow menggunakan
gunting metal sesuai ukuran yang akan dipasang sebagai penyangga/pengunci.
Pemasangan besi hollow ditiap sisi bagian dinding yang akan dilapisi plywood
dengan jarak yang telah disesuaikan pada gambar rencana. Besi hollow yang
digunakan berukuran 15 mm x 30 mm tebal 1,1 mm.

Gambar 4.19 Pemasangan Besi Hollow


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Selanjutnya melakukan pemasangan plywood dengan memakai sekrup/paku.


Plywood yang digunakan berukuran 120 cm x 240 cm dengan ketebalan 12 mm.

Gambar 4.20 Pemasangan Plywood


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Dilanjutkan dengan melakukan pemasangan HPL dengan menggunakan lem


PPVC. HPL yang digunakan yaitu HPL Grasmerino type GMA 1407 S (blue)
dengan ketebalan 0,8 mm pada bagian brand hotel.

55
Gambar 4.21 Pemasangan HPL
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Selanjutnya memotong plywood sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan


dan dilapisi dengan HPL Grasmerino type 10852 Veneer Siam Teak dengan
ketebalan 0.8 mm menggunakan lem PPVC.

Gambar 4.22 Plywood yang Telah dibentuk dan dilapisi HPL


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Setelah itu memasang plywood ke bidang dinding, sebagai assesoris


interior dinding dengan menggunakan lem PPVC dan diperkuat dengan
menggunakan sekrup/paku agar lebih kokoh. Setelah itu membersihkan HPL dari
sisa-sisa lem dan kotoran agar bersih.

Gambar 4.23 Hasil Pemasangan HPL Dinding Lobby


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Berdasarkan tinjauan pelaksanaan pekerjaan pelapis dinding pada bagian


lobby dan restaurant ini terdapat 3 jenis yaitu pelapis dinding concrete expose,
HPL dan dicat. Ketiga jenis penutup dinding tersebut memiliki waktu yang lama
dalam proses pengerjaan, terutama pada pekerjaan pelapis dinding HPL.

56
4.4 Pekerjaan Pemasangan Plafond (Langit-langit)
Pekerjaan pemasangan plafond yang dilakukan di ruangan lobby dan
restaurant hotel THE 1O1 Palembang. Proses pemasangan plafond tidak memakan
waktu terlalu lama seperti pekerjaan dinding dan lantai.
Tahapan pertama yang dilakukan dalam pekerjaan pemasangan plafond
diawali dengan memastikan pemasangan mekanikal elektrikal yang berada
diatasnya telah selesai dikerjakan.

Gambar 4.24 Pekerjaan Pemasangan Mekanikal Elektrikal


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Menyiapkan gambar potongan dari shop drawing sebagai acuan ketinggian


plafond yang akan dipasang dan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
dalam pekerjaan pemasangan plafond. Selanjutnya melakukan pemotongan
batangan besi hollow menggunakan gunting metal sesuai ukuran masing-masing
untuk pemasangan rangka plafond, jarak pemasangan antar rangka plafond 40 cm
x 80 cm. Memasang rangka plafond pada lobby dengan ketinggian 4 m dengan
menggunakan besi hollow berukuran 20 mm x 40 mm dengan tebal 1,1 mm.

.
Gambar 4.25 Pekerjaan Pemasangan Rangka Plafond
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Melakukan pemasangan penutup langit-langit dengan material gypsum


board Jayaboard berukuran 120 cm x 240 cm dengan tebal 9 mm.

57
Gambar 4.26 Pekerjaan Pemasangan Gypsum Board
(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Setelah selesai pemasangan penutup langit-langit, dilanjutkan dengan


menutup sambungan antar gypsum dengan menggunakan compound sebagai
pengisi nat antar sambungan dan melapisi sambungan dengan gypsum tape yang
diratakan sehingga tidak membuat gelembung udara.

Gambar 4.27 Proses Pengomponan


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Setelah proses pengomponan telah selesai, maka pekerja melakukan tahap


pengecatan sebagai tahap akhir agar plafond terlihat lebih rapih, cat yang
digunakan adalah cat Dulux Pentalite (pure white 44808).

Gambar 4.28 Hasil Pekerjaan Pengecatan Plafond


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Setelah semua proses selesai dan kondisi pekerjaan plafond sudah benar-
benar bersih, dilanjutkan dengan memasang lampu dan aksesoris lainnya. Hal ini
bertujuan untuk menghindari kap lampu dari terkena cat maupun compound.

58
• Pekerjaan Pemasangan High Preassure Laminate (HPL)
Pekerjaan pemasangan high preassure laminate (HPL) pada area plafond
lobby dan restaurant yang ada di lapangan dikerjakan untuk menghias plafond
agar tampilan interior terkesan lebih indah dengan penambahan panel-panel HPL
dan dapat menambah nilai estetika.
Sebelum melakukan pekerjaan pemasangan high preassure laminate (HPL),
melakukan pekerjaan dibagian bawahnya terlebih dahulu yaitu pemotongan
plywood yang nantinya akan dilapisi HPL, plywood yang digunakan berukuran
120 cm x 240 cm dengan ketebalan 12 mm. Dilanjutkan dengan memasang pola
ditiap bagian plafond yang akan dipasang HPL dengan mengunakan sekrup/paku.
Jarak antar pola 30 cm dan lebar pola.

Gambar 4.29 Proses Pemasangan Pola


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Selanjutnya melakukan pemasangan HPL Grasmerino type 10852 Veneer


Siam Teak dengan ketebalan 0.8 mm dengan menggunakan lem PPVC dan
diperkuat dengan menggunakan sekrup/paku agar lebih kokoh.

Gambar 4.30 Proses Pekerjaan Pemasangan Panel Kayu Pada Plafond


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

59
Setelah itu membersihkan HPL dari sisa-sisa lem dan kotoran agar bersih.

Gambar 4.31 Hasil Pekerjaan Pemasangan Panel Kayu Pada Plafond


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Setelah pemasangan HPL selesai, selanjutnya dilanjutkan melakukan


pemasangan lampu-lampu.

Gambar 4.32 Proses Pekerjaan Pemasangan Lampu Pada Plafond


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Berdasarkan pengamatan pada proses pekerjaan pemasangan plafond


dibagian lobby dan restaurant sudah sesuai dengan prosedur yang ada
dispesifikasi teknis arsitektur. Hanya saja bentuk plafond kurang menarik dan
terlihat monoton, karena tidak adanya permainan bentuk dan ketinggian.

4.5 Perletakan Furniture


Proses perletakan furniture pada lobby dan restaurant hotel THE 1O1
Palembang mengacu pada konsep interior ruangan yang dibuat dengan gaya
modern industrial. Beberapa elemen furniture-nya yang di pasang dilapangan
menyesuaikan dengan interior ruangan lobby dan restaurant hotel yang
menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:

60
✓ High preassure laminate (HPL)
Proses pekerjaan pemasangan HPL pada meja pantry dan meja kasir di
bagian restaurant. Sebelum melakukan pekerjaan pemasangan high preassure
laminate (HPL), melakukan pembuatan meja terlebih dahulu menggunakan
bahan plywood dengan ukuran lebar meja 60 cm x 120 cm dan tinggi meja 100
cm untuk meja kasir, kemudian lebar meja 60 cm x 140 cm dan tinggi meja 90
cm untuk meja pantry. Setelah itu melakukan pemasangan HPL pada meja
menggunakan lem PPVC dan dialnjutkan dengan membuat ukiran pada meja.

Gambar 4.33 Proses Pembuatan Ukiran Meja Kasir Restaurant


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

✓ Marmer
Pemasangan marmer sebagai furniture pada lobby hotel THE 1O1
Palembang dilakukan pada meja untuk resepsionis dan meja untuk bar agar
menambah kesan industrial sesuai dengan interior lobby. Sebelum melakukan
pekerjaan pemasangan marmer, tahap pertama yang dikerjakan yaitu membuat
meja terlebih dahulu menggunakan bahan kayu halus (papan) dengan ukuran
panjang 722 cm dan tinggi meja 110 cm untuk meja resepsionis, kemudian
panjang 304 cm dan tinggi meja 112 cm untuk meja bar.

Gambar 4.34 Proses Pembuatan Meja Resepsionis


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

61
Setelah selesai pembuatan meja, selanjutnya melakukan pemasangan
marmer pada meja dengan menggunakan lem epoxy. Marmer yang digunakan
marmer Fageti Snow White (White) dan marmer Nero Marquina yang
berukuran 150 cm x 200 cm yang telah dipotong sesuai pola yang ditentukan
dengan mesin khusus dan sudut tepinya dihaluskan dengan gurinda.

Gambar 4.35 Proses Pemasangan Marmer


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

✓ Kursi dan meja makan


Kursi dan meja makan pada restaurant hotel THE 1O1 Palembang
menggunakan bahan dari kayu (pabrikasi).

Gambar 4.36 Furniture Kursi dan Meja Makan di Restaurant


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

62
✓ Lampu gantung
Penggunaan lampu gantung pada lobby dan restaurant hotel THE 1O1
Palembang menciptakan kesan industrial yang lebih natural dan simpel.

Gambar 4.37 Penggunaan Furniture Lampu Gantung


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

✓ Sofa
Pada ruang tunggu lobby dipasang sofa-sofa dengan warna-warna yang
telah disesuaikan dengan desain interior lobby hotel THE 1O1 Palembang

Gambar 4.38 Furniture Sofa Pada Ruang Tunggu Lobby


(Sumber: Dokumen Pribadi, 2016)

Berdasarkan pengamatan perletakkan furniture pada lobby dan restaurant ini


sesuai dengan perencanaan yang ada. Adapun penggunaan furniture lebih
dominan dari bahan dasar kayu yang dekat dengan kesan industrial.

63
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja lapangan yang dilakukan pada proyek
pembangunan hotel THE 1O1 Palembang, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan teknis yang ada pada proses finishing pembangunan hotel THE
1O1 Palembang terdapat beberapa perbedaan dalam penggunaan alat, bahan
dan waktu pengerjaan dari spesifikasi teknis arsitektur yang telah
ditentukan. Adapun perbedaan terletak pada; pekerjaan penutup lantai Pada
pekerjaan ini menggunakan bahan perekat penutup lantai dengan campuran
adukan semen, pasir dan air yang di mix dengan semen mortar uzin.
Seharusnya pada spesifikasi teknis arsitektur yang ada disebutkan
menggunakan perekat Kerabond Mapei dan AM30 Mortaflex.
2. Pekerjaan pelapis dinding pada pembangunan hotel THE 1O1 Palembang
melakukan pemborosan karena dinding yang di lapisi panel HPL diplester
dan diaci terlebih dahulu.
3. Pekerjaan pemasangan plafond pada pembangunan hotel THE 1O1
Palembang sudah sesuai dengan prosedur yang ada di spesifikasi teknis
arsitektur, namun bentuk plafond kurang menarik dan terlihat monoton.
4. Pekerjaan perletakkan furniture pada pembangunan hotel THE 1O1
Palembang sudah dikerjakan sesuai keinginan owner, namun terdapat
perubahan jenis furniture dari gambar perencanaan yang ada seperti
pemilihan kursi pada ruang tunggu lobby. Hal yang disebabkan yaitu sulit
mencari fabrikasi di kota Palembang..
5. Berdasarkan teknis yang telah dilakukan pada lokasi pembangunan hotel
THE 1O1 Palembang sebagian besar proses pekerjaan telah sesuai dengan
spesifikasi teknis arsitekturnya.

64
5.2 Saran
Setelah kurang lebih selama 6 bulan kerja praktek lapangan melakukan
observasi, pengamatan dan wawancara pada pembangunan Hotel THE 1O1
Palembang. Pada saat pelaksanaan pekerjaan kontraktor pelaksana maupun
pengawas kerja sesuai masing-masing, namun terdapat kesalahan pada
penggunaan material tidak sesuai dengan spesifikasi teknis arsitektur yang telah
dibuat. Seharusnya kontraktor harus mengikuti seluruh peraturan yang telah
dibuatnya pada spesifikasi teknis arsitektur, mulai dari penggunaan material yang
telah ditentukan sampai dengan tata cara proses pekerjaan yang berlangsung
.

65
66

66

Anda mungkin juga menyukai