GAKI
GAKI
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus,
seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang
laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi
hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling.
Faktor Geografis dan Non Geografis
GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya
masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen,
Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan di
Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.
Klasifikasi
Survei epidemiologis untuk gondok endemik biasanya didasarkan atas besarnya
kelenjar tiroid, dilakukan dengan metode Palpasi, menurut klasifikasi Perez atau
modifikasinya :
Grade 0 : Tidak teraba
Grade 1 : Teraba dan terlihat hanya dengan kepala yang ditengadahkan
Grade 2 : Mudah terlihat, kepala posisi biasa
Grade 3 : Terlihat dari jarak tertentu
Karena perubahan gondok pada awalnya perlu diwaspadai, maka grading sistem, khususnya
grade 1 dibagi lagi dalam 2 kelas, yaitu:
Grade 1a : Tidak teraba atau teraba tidak lebih besar daripada kelenjar tiroid normal.
Grade 1b : Jelas teraba dan membesar, tetapi pada umumnya tidak terlihat meskipun
kepala ditengadahkan. Kelenjar tiroid tersebut ukurannya sama atau lebih besar dari
falangs akhir ibu jari tangan pasien.
Manifestasi Klinis
Gejala yang sering tampak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan, seperti:
Terhadap Pertumbuhan
- Pertumbuhan yang tidak normal.
- Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme
- Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan
- Tingkat kecerdasan yang rendah
Kelangsungan Hidup
Wanita hamil didaerah Endemik GAKI akan mengalami berbagai gangguan
kehamilan antara lain :
- Abortus
- Bayi Lahir mati
- Hipothryroid pada Neonatal
Perkembangan Intelegensia
- Setiap penderita Gondok akan mengalami defisit IQ Point sebesar 5 Point dibawah
normal.
- Setiap Penderita Kretinisme akan mengalami defisit sebesar 50 Point dibawah
normal. Iodium diperlukan khususnya untuk biosintesis hormon tiroid yang
beriodium. Iodium dalam makanan diubah menjadi iodida dan hampir secara
sempurna iodida yang dikonsumsi diserap dari sistem gastrointestinal. Yodium sangat
erat kaitannya dengan tingkat kecerdasan anak. Dampak yang ditimbulkan dari
kekurangan konsumsi yodium yang berada dalam tubuh, akan sangat buruk akibatnya
bagi kecerdasan anak, karena bisa menurunkan nilai IQ anak. Akibat kekurangan
iodium dapat berupa gondok dan kretinisme. Ada dua tipe terjadinya kretinisme, yaitu
kretinisme neurology seperti kekerdilan yang digolongkan dengan mental,
kelumpuhan dan buta tuli. Ada pula kretinisme hipotiroid Lokasi dan struktur tiroid
(gondok) di mana kelenjar tiroid yang terletak di bawah larynx sebelah kanan dan kiri
depan trakea mengekskresi tiroksin, triiodotironin dan beberapa hormon beriodium
lain yang dihubungkan dengan pertumbuhan yang kerdil dan retardasi mental yang
lambat. Selama masa pertumbuhan dan perkembangan, kebutuhan tubuh akan yodium
memang harus selalu dipenuhi. Karena kalau tidak, hipotiroidisme akan terus
‘mengancam’. Baik bayi, anak, remaja, bahkan dewasa muda tetap mempunyai
peluang terserang penyakit gondok, gangguan fungsi mental dan fisik, maupun
kelainan pada system saraf. Selain akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak, yang
kita tahu selama ini, kekurangan yodium akan menyebabkan pembesaran kelenjar
gondok. Padahal, banyak gangguan lain yang juga bisa muncul. Misalnya saja,
kekurangan yodium yang dialami janin akan mengakibatkan keguguran maupun bayi
lahir meninggal, atau meninggal beberapa saat setelah dilahirkan. Bahkan, tidak
sedikit bayi yang terganggu perkembangan sistem sarafnya sehingga mempengaruhi
kemampuan psikomotoriknya.
Pertumbuhan Sosial
Dampak sosial yang ditimbulkan oleh GAKI berupa terjadinya gangguan
perkembangan mental, lamban berpikir, kurang bergairah sehingga orang semacam
ini sulit dididik dan di motivasi.
Penanggulangan GAKY
Dengan pemberian iodium secara adekuat dan kontinu, sebagian besar spektrum GAKI dapat
reversibel. Namun apabila sudah terjadi gambaran kretin neurologi termasuk Minimal Brain
Damage tidak dapat dikoreksi lagi (ireversibel). Oleh sebab itu, upaya memenuhi kebutuhan
iodium sejak awal kehamilan adalah mutlak dalam pencegahan kretin endemik tipe neurologi.
Untuk menanggulangi GAKI, pemerintah melakukan cara jangka pendek dan jangka panjang.
Program penanggulangan GAKI jangka pendek dimulai tahun 1974 dengan penyuntikan
larutan minyak beriodium (lipiodol). Sasaran adalah penduduk berisiko tinggi di daerah
gondok endemik sedang dan berat, yang umumnya ditujukan untuk mencegah kasus kretin
baru lahir. Operasional penyuntikan ini menimbulkan banyak masalah, sehingga cakupannya
rendah. Misalnya memerlukan tenaga penyuntik yang profesional, biaya yang tinggi. Waktu
penyuntikan memerlukan 3-5 tahun sekali. Mulai tahun 1992 pemerintah merubah cara suntik
dengan kapsul minyak beriodium oral yang lebih mudah dan tidak memerlukan tenaga
khusus, yang juga sasaran utamanya penduduk di daerah
gondok endemik sedang dan berat.
upaya penanggulangan GAKI jangka pendek akan dihentikan apabila upaya jangka panjang
telah berjalan dengan mantap. Upaya penanggulangan GAKI jangka panjang ditempuh
pemerintah dengan fortifikasi garam beriodium yang dilaksanakan sejak tahun1977. Tahun
1985 dikeluarkan surat keputusan bersama (SKB) 4 Menteri dimana semua yang beredar
diseluruh wilayah indonesia harus dalam bentuk garam beriodium yang telah ditetapkan.
Kadar garam beriodium yang diperbolehkan harus mengandung kadar KIO3 40ppm ±25%.
Sementara itu sejak tahun1991 telah dilaksanakan uji coba iodisasi air minum dibeberapa
propinsi dengan endemisitas berat.
Evaluasi hasil upaya penanggulangan GAKI ini menunjukkan kemajuan. Hasil pemetaan
terakhir tahun1982 menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi gondok total (TGR) 37,2%
menurun menjadi 27,7% tahun 1990 dan tahun 1998 menurun lagi menjadi 9,8%. Target
pemerintah menjadi 5% pada tahun2010. Sementara cakupan rumah tangga yang
mengkonsumsi garam beriodium meningkat. Konsumsi garam beriodium >30ppm 58,1%
tahun 1996 meningkat menjadi 63,6% tahun1998 tapi sedikit penurunan pada 1999 menjadi
63,6%. Sasaran provinsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium ialah >80%.