Anda di halaman 1dari 5

Pemodelan Matematis Superheater

-Q + Ein - Eout = Accumulation


Pada sistem Ein sendiri ialah energi uap panas dari superheater sebelum melewati desuperheater,
Eout sendiri ialah energi dari uap panas yang telah di campur dengan menyemprotkan fluida yakni
air dengan temperatur yang lebih rendah .Nilai accumulation sendiri ialah nilai akumulasi pada
sistem yang ingin diketahui kesetimbangan energinya. Dari persamaan tersebut dapat dijabarkan
menjadi :

-Q + ṁin Cv (Tin – T0) - ṁout Cv (Tout – T0) = 𝜌 Cv Vsuperheater dTout


dt

Lalu untuk melihat respon sistem pada keadaan transien maka perlu dicari terlebih dahulu
pemodelan matematis sistem pada keadaan steady state (Tunak) agar dapat dilihat deviasi
kesetimbangan pada sistem, pemodelan matematis sistem pada keadaan steady state dapat
dijabarkan sebagai berikut :

-Qs + ṁin Cv (Tins – T0) - ṁout Cv (Touts – T0) = 𝜌 Cv Vsuperheater dTouts


dt

Dimana subscript s menandakan keadaan pada kondisi steady state tercapai. Dari persamaan steady
state yang ada maka dapat dilihat deviasi kesetimbangan sistem, deviasi kesetimbangan sistem
ialah sebagai berikut :
d (Tout  Touts)
-(Q- Qs) + ṁin Cv (Tin – Tins) - ṁout Cv (Tout – Touts) = 𝜌 Cv Vsuperheater
dt

Dimana diasumsikan nilai dari T0 ialah 0℃. Lalu dengan mengasumsikan bahwa nilai dari :
ṁin = ṁout = ṁ,
Q- Qs = Q,
Tin – Tins = Tin,
Tout – Touts = Tout,
Didapatkan persamaan baru sebagai berikut:

-Q + ṁ Cv (Tin – Tout) = 𝜌 Cv Vsuperheater dTout


dt

Lalu untuk mendapatkan pemodelan pada domain S dilakukan pengubahan domain dengan
melaplace kan persamaan baru tersebut,

ℒ (-Q + ṁ Cv (Tin – Tout) = 𝜌 Cv Vsuperheater dTout


)= ( -Q(s) + Ṁ Cv (Tin(s) – Tout(s)) = 𝜌 Cv Vsuperheater
dt
sTout (s) )
Maka didapatkan persamaan baru dalam domain S sebagai berikut :
-Q(s) + Ṁ Cv (Tin(s) – Tout(s)) = 𝜌 Cv Vsuperheater sTout (s)
Ṁ Cv (Tin(s) – Tout(s)) = 𝜌 Cv Vsuperheater sTout (s) + Q(s)
𝜌 Cv Vsuperheater s Tout (s) Q(s)
(Tin(s) – Tout(s)) = +
ṀCv ṀCv

𝜌 Vsuperheater s Tout (s) Q(s)


(Tin(s) – Tout(s)) = +
Ṁ ṀCv

Q(s) 𝜌 Vsuperheater s Tout (s)


(Tin(s) – ṀC ) = +Tout(s)
v Ṁ

Q(s) 𝜌 Vsuperheater s
(Tin(s) – ṀC ) = Tout(s) ( +1 )
v Ṁ

𝜌 Vsuperheater
Dengan nilai time constant (𝜏) = , maka

Q(s)
(Tin(s) – ṀC ) = Tout(s) (𝜏s +1 )
v

Maka didapatkan fungsi alih untuk nilai Tout(s) yakni


Q(s)
Tin(s) –
ṀCv
Tout(s) = ( )
(𝜏s+1 )

Nilai Q didapat dengan persamaan :


Q = Ṁspray Cp (Tspray(s) – T0(s))
Dengan asumsi nilai T0 = 0℃, maka
Q = Ṁspray Cp (Tspray(s))
Dari persamaan nilai Q yang ada lalu disubstitusikan ke persamaan Tout yang di dapat yakni :
Ṁspray Cp ( 𝑇spray (s) )
Tin(s) –
ṀCv
Tout(s) = ( )
(𝜏s+1 )

Ṁspray Cp ( 𝑇spray (s) )


Tin(s) Ṁ Cv
Tout(s) = (𝜏s+1 ) + (𝜏s+1 )

Parameter-parameter yang ada memiliki nilai yang berubah-ubah tergantung dari proses
pembakaran bahan bakar, jenis batubara, dan beban yang terhubung pada sistem.Dari data logsheet
harian yang dihimpun dari departemen produksi PT Cahaya Fajar Kaltim didapatkan bahwa nilai
parameter pada sistem dapat beruah-ubah, karena itu untuk membatasi masalah dan menentukan
nilai parameter untuk pemodelan dan simulasi diputuskan untuk menggunakan nilai parameter
pada saat sistem Commissioning dan terbebani pada kondisi rating yakni 60 MW.Pada Kondisi ini
dilakukan pengujian pada sistem yakni Reability Running (RR)Test dan test daya keandalan netto
atau di kenal dengan Net Dependable Capacity (NDC) Test. Dengan menggunakan nilai yang
didapatkan dari Departemen Produksi yakni data saat commissioning sistem pada tanggal 9 hingga
14 agustus 2014 didapatkan data parameter sebagai berikut :
Tin = 424.4 (first) dan 528.1 (Secondary)
Ṁ = 220.4 t/h (Main Steam Mass rate)
Cv =
Ṁspray = 5.1 (first) dan 2.1 (secondary)

Cp =

𝑇spray = 146 (Feed Water Temperature)

𝜌 = 1 Kg/m3
Untuk perhitungan volume pipa keseluruhan sistem superheater digunakan data pada Piping and
instrument Diagram superheater unit 3, dimana dari datasheet pipa yang digunakan ialah
menggunakan pipa dengan jenis ….. dan dengan diameter pipa sebesar …..
Dari data yang ada dapat dicari panjang dan luas penampang pipa untuk selanjutnya dilakukan
perhitungan volume keseluruhan pipa, adapun nilai volume dapatdihitung dengan
Vsuperheater =

Vsuperheater =

Namun karena pemodelan hanya dilakukan pada bagian A superheater maka nilai volume yang
digunakan ialah setengah dari nilai volume keseluruhan pipa superheater sehinggan nilai volume
pipa superheater bagian A ialah
Vsuperheater A = ½ Vsuperheater

Adapun set point yang digunakan pada fisrt Desuperheater dan secondary Desuperheater ialah :
Set point fisrt Desuperheater : 387.1
Set point secondary Desuperheater : 472.95

Maka didapatkan fungsi alih sistem sebagai berikut :


Ṁspray Cp ( 𝑇spray (s) )
Tin(s) Ṁ Cv
First Desuperheater A : Tout(s) = (𝜏s+1 ) + (𝜏s+1 )

Ṁspray Cp ( 𝑇spray (s) )


Tin(s) Ṁ Cv
Secondary Desuperheater A : Tout(s) = (𝜏s+1 ) + (𝜏s+1 )
Pemodelan Matematis Aktuator ( Temperature Control Valve (TV_1001A dan TV_1002A )
Aktuator disini menggunakan control valve yang berfungsi mengubah variable yang dimanipulasi
sehingga diperoleh kondisi yang dikehendaki, dalam hal ini yaitu bukaan control valve. Kerja
control valve bergantung perintah dari controller yang dikirimkan antara sinyal elektrik 4 – 20 mA.
Control valve disini menghasilkan keluaran bukaan valve sebesar 0-100%, sedangkan . Karena
Temperature Control Valve yang digunakan sama, maka nilai gain control vale kedua TCV akan
bernilai sama.Nilai gain control valve diperoleh sebagai berikut:
100 − 0
Gcv = = 6.25
20 − 4
Lalu untuk mendapatkan nilai time constant kedua TCV, didapatkan dari grafik respon sistem pada
keadaan transien hingga steady state, dalam kondisi disini dimbil saat terjadi perubahan nilai bukan
valve akibat perubahan nilai temperatur uap yang masuk menuju desuperheater.Dari data yang
dikumpulkan dari ruang DCS unit 3 didapatkan grafik respon sebagai berikut :

Gambar Grafik Respon


Lalu, untuk mencari nilai time constant ialah menghitung xx.x% nilai waktu yang dibutuhkan dari
keadaan transien menuju steady state, dari grafik didapatkan nilai time constant sebesar :
time constant 6,9 detik
Sehingga didapatkan transfer function control valve TV_1001A:
Gcv 6.25
Gcv (s) = =
τcv (s) + 1 6,9s + 1
Dan transfer function control valve TV_1002A:
Gcv 6.25
Gcv (s) = =
τcv (s) + 1 6,9s + 1

Pemodelan Transmitter
Transmitter disini menggunakan temperature transmitter. Dari transmitter ini diperoleh
data temperature sebesar 0-600℃. Sedangkan keluaran transmitter diperoleh dari data pengiriman
berupa sinyal elektrik yaitu 4 – 20 mA, dengan time constant 0,78. Maka diperoleh gain transmitter
adalah
20 − 4
GT = = 0,0267
600 − 0
Lalu untuk mendapatkan nilai time constant transmitter, didapatkan dari grafik respon sistem pada
keadaan transien hingga steady state, dalam kondisi disini dimbil saat terjadi perubahan nilai
temperatur uap yang masuk menuju desuperheater.Dari data yang dikumpulkan dari ruang DCS
unit 3 didapatkan grafik respon sebagai berikut :

Gambar Grafik Respon


Lalu, untuk mencari nilai time constant ialah menghitung xx.x% nilai waktu yang dibutuhkan dari
keadaan transien menuju steady state, dari grafik didapatkan nilai time constant sebesar :
time constant 0.78 detik

Sehingga transfer function transmitter:


GT 0,0267
GT (s) = =
τcv (s) + 1 0,78s + 1

Anda mungkin juga menyukai