Lalu untuk melihat respon sistem pada keadaan transien maka perlu dicari terlebih dahulu
pemodelan matematis sistem pada keadaan steady state (Tunak) agar dapat dilihat deviasi
kesetimbangan pada sistem, pemodelan matematis sistem pada keadaan steady state dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Dimana subscript s menandakan keadaan pada kondisi steady state tercapai. Dari persamaan steady
state yang ada maka dapat dilihat deviasi kesetimbangan sistem, deviasi kesetimbangan sistem
ialah sebagai berikut :
d (Tout Touts)
-(Q- Qs) + ṁin Cv (Tin – Tins) - ṁout Cv (Tout – Touts) = 𝜌 Cv Vsuperheater
dt
Dimana diasumsikan nilai dari T0 ialah 0℃. Lalu dengan mengasumsikan bahwa nilai dari :
ṁin = ṁout = ṁ,
Q- Qs = Q,
Tin – Tins = Tin,
Tout – Touts = Tout,
Didapatkan persamaan baru sebagai berikut:
Lalu untuk mendapatkan pemodelan pada domain S dilakukan pengubahan domain dengan
melaplace kan persamaan baru tersebut,
Q(s) 𝜌 Vsuperheater s
(Tin(s) – ṀC ) = Tout(s) ( +1 )
v Ṁ
𝜌 Vsuperheater
Dengan nilai time constant (𝜏) = , maka
Ṁ
Q(s)
(Tin(s) – ṀC ) = Tout(s) (𝜏s +1 )
v
Parameter-parameter yang ada memiliki nilai yang berubah-ubah tergantung dari proses
pembakaran bahan bakar, jenis batubara, dan beban yang terhubung pada sistem.Dari data logsheet
harian yang dihimpun dari departemen produksi PT Cahaya Fajar Kaltim didapatkan bahwa nilai
parameter pada sistem dapat beruah-ubah, karena itu untuk membatasi masalah dan menentukan
nilai parameter untuk pemodelan dan simulasi diputuskan untuk menggunakan nilai parameter
pada saat sistem Commissioning dan terbebani pada kondisi rating yakni 60 MW.Pada Kondisi ini
dilakukan pengujian pada sistem yakni Reability Running (RR)Test dan test daya keandalan netto
atau di kenal dengan Net Dependable Capacity (NDC) Test. Dengan menggunakan nilai yang
didapatkan dari Departemen Produksi yakni data saat commissioning sistem pada tanggal 9 hingga
14 agustus 2014 didapatkan data parameter sebagai berikut :
Tin = 424.4 (first) dan 528.1 (Secondary)
Ṁ = 220.4 t/h (Main Steam Mass rate)
Cv =
Ṁspray = 5.1 (first) dan 2.1 (secondary)
Cp =
𝜌 = 1 Kg/m3
Untuk perhitungan volume pipa keseluruhan sistem superheater digunakan data pada Piping and
instrument Diagram superheater unit 3, dimana dari datasheet pipa yang digunakan ialah
menggunakan pipa dengan jenis ….. dan dengan diameter pipa sebesar …..
Dari data yang ada dapat dicari panjang dan luas penampang pipa untuk selanjutnya dilakukan
perhitungan volume keseluruhan pipa, adapun nilai volume dapatdihitung dengan
Vsuperheater =
Vsuperheater =
Namun karena pemodelan hanya dilakukan pada bagian A superheater maka nilai volume yang
digunakan ialah setengah dari nilai volume keseluruhan pipa superheater sehinggan nilai volume
pipa superheater bagian A ialah
Vsuperheater A = ½ Vsuperheater
Adapun set point yang digunakan pada fisrt Desuperheater dan secondary Desuperheater ialah :
Set point fisrt Desuperheater : 387.1
Set point secondary Desuperheater : 472.95
Pemodelan Transmitter
Transmitter disini menggunakan temperature transmitter. Dari transmitter ini diperoleh
data temperature sebesar 0-600℃. Sedangkan keluaran transmitter diperoleh dari data pengiriman
berupa sinyal elektrik yaitu 4 – 20 mA, dengan time constant 0,78. Maka diperoleh gain transmitter
adalah
20 − 4
GT = = 0,0267
600 − 0
Lalu untuk mendapatkan nilai time constant transmitter, didapatkan dari grafik respon sistem pada
keadaan transien hingga steady state, dalam kondisi disini dimbil saat terjadi perubahan nilai
temperatur uap yang masuk menuju desuperheater.Dari data yang dikumpulkan dari ruang DCS
unit 3 didapatkan grafik respon sebagai berikut :