Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Atas Rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang tepat pada waktunya yang berjudul “PERKEMBANGAN
PSIKOSISAL DEWASA TENGAH”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melancarkan segala usaha
kita. Amin.
Sorong 11 Oktober 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai
masa usia antara 40 – 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya akan
ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya
terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya
ingat. Walaupun dewasa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan
tersebut lebih lambat dari pada masa lalu, namun garis batas
tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya kecenderungan untuk
pensiun pada usia 60an sengaja atau tidak sengaja usia 60an dianggap
sebagai garis batas antara usia lanjut dengan usia madya.
Usia madya pada kebudayaan Amerika saat ini, merupakan masa yang
paling sulit dalam rentang kehidupan mereka. Bagaimanapun baiknya
individu-individu tersebut untuk menyesuaikan diri hasilnya akan
tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan,
khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan
sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik yang
diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemungkinan
untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial
usia madya.
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
Dua ahli tahapan normatif awal yang hasil karyanya terus memberikan
kerangka acuan bagi banyak teori dan penelitian perkembangan pada masa
dewasa tengah adalah Carl G. Jung dan erik erikson.
Dua tugas yang penting tapi sulit pada masa paruh baya adalah
menyerahkan citra masa muda dan mengakui kefanaan. Menurut jung
(1966), kebutuhan untuk mengakui kefanaan memerlukan pencarian
makna di dalam diri. Hal ini mungkin bisa membuat tidak nyaman; seriring
dengan orang-orang mempertanyakan komitmen mereka, mereka bisa
kehilangan kestabilan sementara. Namun orang-orang yang menghindari
peralihan ini dan tidak melakukan orientasi ulang kehidupan mereka secara
tepat kehilangan peluang pertumbuhan psikologi.
4. Identitas Gender
Dalam banyak penelitian selama tahun 1960-an, 1970-an dan 1980-an, laki-
laki usia paruh baya lebih terbuka mengenai perasaan mereka , lebih
tertarik dalam hubungan yang lebih intim ,dan lebih mengasuh
karakteristik yang secara tradisional dianggap feminism dari pada masa-
masa lebih dini , sementara usia paruh baya menjadi lebih asertif ,percaya
diri dan berorientasi pada prestasi ,karakteristik yang secara tradisional
dianggap maskulin .Jung memandang berbagai perubahan ini sebagai
bagian dari proses individuasi , atau keseimbangan kepribadian.
1. EMOSI
2. Kepuasan hidup
Mereka lebih memiliki otonomi di banding kan orang dewasa yang lebih
muda, tetapi agak kurang bertujuan dan kurang fokus pada pertumbuhan
pribadi dimensi orientasi masa depan yang menurunkan bahkan lebih
tajam pada masa dewasa akhir. Pada sisi yang lain, penguasaan lingkungan
meningkat antara sua setengah dan akhir. Penerimaan diri relatif stabil
untuk semua kelompok usia. Tentu saja, karena penentuan ini bersifat
cros-sectional, kita tidak menegtahui apakah perbedaan di karenakan
faktor kematangan, penuaan,atau cohort. Secara keseluruhan,
kesejahteraan laki-laki dan perempuan cukup serupa, tetapi perempuan
lebih bahyak memiliki hubungan sosial yang positif (ryyf & singer , 1998).
4. KESEJAHTERAAN SOSIAL
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam istilah psikososial, masa dewasa tengah pernah di anggap sebagai
masa yang relatif menetap. Freud (1906/1942) memandang tidak ada
gunanya psikoterapi bagi orang-orang yang berusia 50 tahun keatas
karena ia meyakini kepribadian telah terbentuk secara permanen pada usia
tersebut.
Para ahli teori humanistic seperti Maslow dan Rogers memandang masa
paruh baya sebagai sebuah kesempatan untuk perubahan positif. Carl Jung
memandang bahwa laki-laki dan perempuan pada masa paruh baya
mengungkapkan aspek kepribadian yang sebelumnya di tekan. Dua tugas
penting adalah menyerahkan citra masa muda dan mengakui kefanaan.
Sementara menurut Erikson dewasa tengah berapa pada tahapan
psikososial ketujuh yaitu generativity versus stagnation. Generativity dapat
diungkapkan melalui pengasuhan dan menjadi kakek-nenek,mengajar atau
menjadi mentor.
http://allabout-psikologi.blogspot.com/2009/11/dewasa-madya.html