Anda di halaman 1dari 17

PERKEMBANGAN PSIKO-SOSIAL EMOSIONAL

PADA DEWASA MADYA

Nama Kelompok
M. Vandif A. S (17010664057)
Sridewi Murni A. (17010664187)
Ivof Nadya Tyana (17010664127)
Perubahan dalam Pertengahan Kehidupan : Beragam
Pendekatan Teoritis

Dalam istilah psikososial, pertengahan masa dewasa dipertimbangkan


sebagai periode yang relatif menetap. Freud (1906/1942) percaya bahwa
kepribadian dibentuk dengan baik secara permanen sebelum usia tersebut.
Berdasarkan pada Maslow (1968), realisasi sepenuhnya dari potensi manusia,
yang dia sebut sebagai aktualisasi diri datang hanya dengan kedewasaan.
Rogers (1961) menyampaikan bahwa fungsi manusia seutuhnya membutuhkan
proses yang konstan dan seumur hidup dalam membawa diri ke dalam harmoni
dengan pengalaman.
MODEL-MODEL SIFAT

Penelitian mengenai sifat oleh Costa dan McCrae (lihat,


khususnya 2006), yang secara orisinal mengklaim kintinuitas atau
konsistensi dari kepribadian setelah usia 30 di dalam
pengelompokkan sifat Big Five—neurotisme (kecemasan,
kebencian/permusuhan, instabilitas), ekstraversi, keterbukaan
terhadap pengalaman, kehati-hatian dan keramahan—sekarang
telah diketahui perubahan lambat selama tahun-tahun masa
pertengahan dan begitu pula tua.
MODEL-MODEL TAHAP NORMATIF
Dua teori tahap normatif di awal dikemukakan oleh Carl G. Jung dan Erik
Erikson untuk teori perkembangan dan penelitian di usia paruh baya :
• Carl G. Jung : Individuasi dan Transeden
Carl Jung, menyatakan bahwa perkembangan paruh baya yang sehat meminta
adanya individuasi, kemunculan diri yang sesungguhnya melalui keseimbangan atau
integrasi bagian-bagian yang berkonflik dari kepribadian, termasuk bagian-bagian yang
sebelumnya diabaikan.
• Erik Erikson : Generativitas lawan Stagnasi
Generativitas (kebangkitan) lawan stagnasi. Generativitas, seperti yang
didefiniskan Erikson adalah perhatian dari orang dewasa yang matang untuk
menyeimbangkan dan mengarahkan generasi berikutnya, mengabadikan diri melalui
pengaruh seseorang untuk diikuti.
WAKTU DARI BERAGAM USIA : JAM SOSIAL

Berdasarkan model waktu peristiwa, perkembangan


kepribadian individu dewasa kurang bergantung pada usia daripada
peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan. Untuk kohor yang
dipresentasikan oleh studi normatif di awal, waktu terjadinya
peristiwa-peristiwa utama tersebut umumnya dapat diprediksikan.
Saat ini, gaya hidup lebih seragam, dan batasan usia paruh baya
menjadi kabur “menghapus definisi lama dari jam sosial”
(Josselson, 2003, hlm. 431)
APAKAH ADA KRISIS PARUH BAYA?
Serangan usia paruh baya mungkin membuat stres, tetapi tidak lebih dari
beberapa peristiwa pada masa dewasa muda (Chiriboga, 1997; Wethington dkk,
2004).

Kajian paruh baya merupakan waktu untuk menginventarisasi,


menghasilkan kesadaran baru dalam diri dan memacu koreksi di setengah
perjalanan kehidupan dalam desain dan lintasan kehidupan seseorang. Individu
dengan kelenturan ego—kemampuan untuk beradaptasi secara fleksibel dan
sumber daya penuh untuk sumber potensial dari stres—dan mereka yang merasa
menguasai dan kontrol lebih mungkin untuk mengarahkan lintasan paruh baya
dengan sukses (Heckhausen, 2001; Klohnen, 1996; Lachman, 2004; Lachman &
Firth, 2004).
Lanjutan...
• Susan Krauss Whitbourne : Proses Identitas
Berdasarkan teori proses identitas (IPT) dari Susan Krauss Whitbourne (1987, 1996; Jones
Whitbourne & Skultety, 2006; Whitbourne & Connolly, 1999). Identitas dibentuk oleh akumulasi persepsi
mengenai diri. Penerimaan karakteristik fisik, kemampuan kognitif, dan ciri-ciri kepribadian (“saya sensitif” atau
“saya keras kepala”) dikorporasikan dalam skema identitas.
• Generativitas dan Identitas
Erikson memandang generativitas sebagai aspek dari formasi identitas. Pandangan Erikson
membuktikan bahwa pencapaian sukses identitas membuka jalan bagi tugas-tugas lainnya (DeHaan &
MacDermind, 1994).
• Psikologi Naratif : Identitas sebgai Cerita Kehidupan
Psikologi naratif memandang perkembangan dari diri sebagai sebuah proses yang berkelanjutan dari
konstruksi cerita kehidupan seseorang—naratif dramatis atau mitos personal, untuk membantu membuat
masuk akal kehidupan seseorang dan terhubung dengan masa la. Sekarang dan mas depan (McAdams,
2006).
• Identitas Gender dan Peran Gender
Seperti yang diamati olek Erikson, identitas terikat dekat dengan peran sosial dan komitmen.
Perubahan peran dan hubungan dimasa paruh baya mungkin berdampak pada identitas gender (Josselson,
2003).
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DAN KESEHATAN
METAL YANG POSITIF
Kesehatan mental bukan hanya berarti ketiadaan penyakit mental. Kesehatan
mental yang positif melibatkan perasaan sejahtera secara psikologis, yang berdampingan
erat dengan kesehatan diri (Keyes & Shapiro, 2004; Ryff & Singer, 1998).

Emosionalisme, Kepribadian, dan Usia


Banyak studi termasuk survei MIDUS telah menemukan penurunan bertahap rata-
rata dalam emosi negatif melalui masa paruh baya dan diatasnya, meskipun perempuan
dalam studi MIDUS melaporkan telah sedikit emosionalisme negatif (seperti halnya marah,
takut, dan cemas) pada semua usia daripada laki-laki (Mroczek, 2004). Berdasarkan pada
temuan MIDUS, emosionalisme positif (misalnya, riang gembira) meningkat secara rata-
rata pada laki-laki, tetapi menurun pada perempuan paruh baya dan kemudian meningkat
tajam pada kedua jenis kelamin, tetapi khususnya laki-laki, di dewasa akhir.
TEORI-TEORI KONTA SOSIAL
Berdasarkan teori rombongan sosia, individu berpindah sepanjang hidup
dikelilingi oleh rombongan sosial : lingkaran teman dekat dan anggota keluarga
dengan beragam derajat kedekatan, pada siapa mereka dapat bergantung untuk
pendampingan, kesejahteraan dan dukungan sosial, dan pada siapa mereka
bergantian juga menawarkan perawatan, perhatian, dan dukungan (Antonucci &
Akiyama, 1997; Kahn & Antonucci, 1980).

3 Hubungan Berdasarkan Kesepakatan


a) Pernikahan
Pola yang paling umum untuk pernikahan menjadi pecah oleh kematian dan
bagi penyitas mengalami pernikahan kembali. Individu memiliki banyak anak dan
berharap mereka akan tinggal di rumah hingga mereka menikah, pasangan paruh
baya sendirian bersama merupakan hal yang tidak biasa.
Lanjutan...
b) Kohabitasi
Di antara 18.598 warga Amerika yang berusia lebih dari 50 tahun, laki-laki
kohabitasi (tetapi bukan perempuan kohabitasi) lebih mungkin terjadi depresi daripada
rekan mereka yang menikah, bahkan jika variabel seperti kesehatan fisik, dukungan
sosial, dan sumber daya ekonomi terkontrol.

c) Perceraian
Di Asosiasi Pensiunan Amerika (American Association Retired Persons/AARP)
survei dari laki-laki dan perempuan yang mengalami perceraian paling tidak sekali di
usia empat puluhan, lima puluhan, atau enam puluhan, hampir semua responden
menggambarkan pengalaman tersebut sebagai hal yang menghancurkan seperti sakit
parah, meskipun kurang menghancurkan dibandingkan kematian pasangan.
STATUS PERNIKAHAN, KESEJAHTERAAN DAN
KESEHATAN
Dalam studi cross-sectional, individu yang menikah tampa
lebih sehat, baik secara fisik maupun mental, di usia paruh baya
dan cenderung untuk hidup lebih lama daripada yang hidup
sendirian, berpisah atau bercerai.
Hubungan antara kesehatan dan pernikahan mungkin
dimediasioleh fungsi imun. Menjalani pernikahan yang langgeng
dapat menyediakan seseorang dengan penyangga melawan
tekanan hidup dalam bentuk teman dan tempat berkeluh kesah
HUBUNGAN GAY DAN LESBIAN
Gay dan lesbian sekarang di usia paruh baya, dibesarkan oleh
waktu homoseksualitas dianggap sebagai sakit mental, dan
homoseksualitas cenderung terisolasi tidak hanya dari masyarakat
yang lebih besar, tetapi juga dari setiap orang.
Satu faktor yang tampaknya memengaruhi kualitas hubungan
pada gay dan lesbian adalah apakah ya atau tidak mereka
menginternalisasi pandangan negatif dari kelompok sosial
mengenai homoseksualitas.
PERSAHABATAN
Kualitas dari persahabatan di usia paruh baya sering kali
membentuk apa yang mereka miliki dalam jumlah waktu yang
dihabiskan. Khususnya selama suatu krisis, seperti halnya
perceraian atau masalah dengan orang tua yang sudah tua, individu
dewasa beralih kepada teman untuk mendapatkan dukungan
emosional, bimbingan praktis, kenyamanan, persahabatan dan
tempat berbicara (Antonucci & Akiyama, 1997; Hartup & Stevens,
1999; Suitor & Pillener, 1993).
HUBUNGAN DENGAN ANAK YANG TELAH
DEWASA
Orang tua paruh baya cenderung untuk tetap terlibat dengan
anak dewasa mereka, dan semuanya secara umum berbahagia
dengan cara anak beralih keluar. Konflik mungkin muncul mengenai
anak yang mulai dewasa yang ingin diperlakukan seperti orang
dewasa dan orang tua yang tetap memberi perhatian pada mereka.
Saat ini lebih banyak dewasa muda yang menunda
keberangkatan dari rumah masa kecil mereka atau kembali ke
rumah orang tua, kadang-kadang dengan keluarga mereka.
IKATAN KEKERABATAN LAINNYA
Hubungan antara dewasa paruh baya dan orang tuanya
biasanya dikarakteristikkan oleh ikatan kuat afeksi. Dua generasi
umumnya memelihara kontak yang sering dan menawarkan dan
menerima pendampingan, bantuan mengalir sebagian besar dari
orang tua pada anak.
Kesempatan untuk menjadi pengasuh pada orang tua lansia
meningkat di masa paruh baya, khususnya bagi perempuan.
Pemberian perawatan dapat menjadi sumber stres, tetapi juga
kepuasan. Program dukungan masyarakat dapat membantu
mencegah pengasuh mengalami burnout.
PERAN KAKEK-NENEK
Hampir semua dewasa Amerika Serikat menjadi kakek nenek
di usia paruh baya dan memiliki sedikit cucu daripada generasi
sebelumnya. Perpisahan secara geografis tida selalu berdampak
pada kualitas pada hubungan kakek nenek dan cucu.
Perceraian dan pernikahan kembali dari anak dewasa dapat
memengaruhi hubungan kakek nenek dan cucu. Jumlah yang terus
bertambah dari kakek nenek yang membesarkan cucu, ketika orang
tuanya tida mampu merawat mereka. Membesarkan cucu dapat
menciptakan ketegangan fisik, emosional, dan finansial.
sesi 1
• Denok 097
cara mengatasi sarang kosong pada orang tua yang
ditinggal meninggal anaknya?
• Khoirul Nisa 149
,menurut anda. bagaimana cara mengatasi kakek nenek
yang suka emosi
• Handaresta 117
bagaimana pada usia paruh baya sepasang suami istri
mengalami perceraian karena hilangnya cinta?

Anda mungkin juga menyukai