Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era serba cepat seperti saat ini tidak sulit bagi setiap orang untuk
memenuhi keinginannya dalam waktu yang relative singkat. Begitu juga dalam
hal memilih makanan, hampir sebagian masyarakat lebih memilih mengkonsumsi
makanan cepat saji yang mereka sendiri tidak tahu bahan apa saja yang digunakan
untuk mengolah makanan tersebut dibandingkan mengolah bahan makanan
sendiri dirumah. Dengan alasan lebih mudah dan efisien. Namun dibalik rasa
nikmat yang dirasakan, mereka tidak tahu bahaya apa yang akan terjadi jika
mereka mengkonsumsi makanan tersebut dalam jangka panjang. Berbagai
penyakit bisa saja mereka derita akibat mengkonsumsi makanan cepat saji yang
menjadi pilihan mereka. Salah satu penyakit yang mungkin timbul akibat
mengkonsumsi berbagai makanan cepat saji dalam jangka panjang adalah kanker.
Sebagian manusia terkadang mengabaikan suatu gejala penyakit yang timbul
dalam dirinya, sehingga penyakit tersebut baru diketahui ketika telah mencapai
stadium lanjut. Salah satu contoh kanker akibat kebiasaan buruk ini adalah kanker
lambung dimana kanker lambung ini merupakan suatu bentuk neoplasma maligna
gastrointestinal.

Karsinoma lambung adalah suatu keganasan yang terjadi di lambung,


sebagian besar adalah jenis adenokarsinoma. Kanker lambung lebih sering terjadi
pada usia lanjut kurang dari 25 % kanker itu terjadi pada orang dibawah usia 50
tahun ( Osteen, 2003 ). Meskipun frekuensi telah menurun secara dramatis selama
beberapa dekade terakhir di dunia Barat, kanker ini masih memberikan kontribusi
signifikan terhadap kematian secara keseluruhan.Insiden adenocarcinoma sangat
bervariasi tergantung pada wilayah geografis.Insiden tahunan di Jepang
diperkirakan 140 kasus per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan di dunia
Barat insiden ini diperkirakan 10 per 100.000 penduduk. Insiden yang lebih tinggi
pada laki-laki daripada perempuan rasio dari 1.5:2.5, kelompok-kelompok sosial

1
yang miskin dan orang-orang di atas usia 40 tahun yang diamati. Dan angka
kejajian karsinoma lambung (866.000 mortalitas/tahun). (WHO,2008)

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apa definisi Kanker Lambung ?


1.2.2 Bagaimana Etiologi Kanker Lambung ?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dan WOC Kanker Lambung?
1.2.4 Bagaimana Klasifikasi Kanker Lambung?
1.2.5 Bagaimana Manifestasi klinis Kanker Lambung?
1.2.6 Bagaimana pemeriksaan diagnostik Kanker Lambung?
1.2.7 Bagaimana komplikasi Kanker Lambung?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan Kanker Lambung?

1.3 Tujuan Pembahasan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui anatmoni dan fisiologi Lambung dan penyakit
Kanker Lambung

1.3.2 Tujuan khusus


1.3.2.1 Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Lambung
1.3.2.2 Untuk mengetahui pengertian Kanker Lambung
1.3.2.3 Untuk mengetahui Etiologi Kanker Lambung
1.3.2.4 Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC Kanker Lambung
1.3.2.5 Untuk mengetahui klasifikasi Kanker Lambung
1.3.2.6 Untuk mengetahui Manifestasi klinis Kanker Lambung
1.3.2.7 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Kanker Lambung
1.3.2.8 Untuk mengetahui komplikasi Kanker Lambung
1.3.2.9 Untuk mengetahui penatalaksanaan Kanker Lambung

2
BAB II

TINJAUAN MEDIS

2.1 Definisi Kanker Lambung

Kanker lambung merupakan bentuk neoplasma maligna gastrointestinal.


Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering
terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari semua kematian akibat kanker (Cancer
Facts and Figures, 1991)

Secara umum kanker lambung sering terjadi pada laki-laki dengan


perbandingan 2:1 pada kanker kardia lambung, insidensi pada laki-laki tujuh kali
lebih banyak dari wanita. Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia 50-70
tahun, tetapi sekitar 5% pasien kanker lambung berusia 35 tahun dan 1% kurang
dari 30 tahun (Neugut, 1996).

Kanker lambung pada pria merupakan keganasan terbanyak ketiga setelah


kanker paru dan kanker kolorektal, sedangkan pada wanita merupakan peringkat
keempat setelah kanker payudara , kanker servik, dan kanker kolorektal
(christian,1999).

Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi dilambung,


sebagaian besar adalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung lainnya
adalah leiomiosarkoma ( kanker otot otot poloa ) dan limfoma. Kanker lambung
lebih sering terjadi pada usia lanjut. Krang dari 25% kanker tertentu terjadi pada
orang di bawah usia 50 tahun ( osteen, 2003).

Kanker lambung adalah salah satu penyakit pembunuh manusia dengan


jumlah kematian 14.700 setiap tahun.Kanker lambung terjadi pada kurvatura kecil
atau antrum lambung dan adenokarsinoma. Factor lain selain makanan tinggi
asam yang menyebabkan insiden kanker lambung mencakup Inflamasi lambung,
anemia pernisiosa, aklorhidria ( tidak adanya hidroklorida ). Ulkus lambung,
bakteri H, plylori,dan keturunan.( Suzanne C. Smeltzer )

3
2.2 Etiologi Kanker Lambung

Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang bisa meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal
sebagai berikut:

2.2.1 Faktor predisposisi

2.2.1.1 Faktor genetik.


Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung
memiliki hubungan genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya
dipahami, tetapi adanya mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi
pada 50% tipe kanker lambung. Adanya riwayat keluarga anemia
pernisiosa dan polip adenomatus juga dihubungkan dengan
kondisi genetik pada kanker lambung (Bresciani, 2003).
2.2.1.2 Faktor umur.
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-
70 tahun, tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia
kurang dari 35 tahun dan 1 % kurang dari 30 tahun (Neugut,
1996).

2.2.2 Faktor presipitasi

2.2.2.1 Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan.


Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan yang
diasinkan menjadi faktor utama peningkatan kanker lambung.
Sehingga menfasilitasi konversi golongan nitrat
menjadicarcinogenic nitrosamines didalam lambung. Kondisi
terlambatnya pengosongan asam lambung dan peningkatan
komposisinitrosamines didalam lambung memberikan konstribusi
terbentuknya kanker lambung (Yarbro, 2005).
2.2.2.2 Infeksi H. Pylori.
H. Pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus
doudenum dan 80% tukak lambung (fuccio, 2007). Bakteri ini
menempel dipermukaan dalam tukak lambung melalui interaksi
antara membran bakteri lektin dan oligosakarida spesifik dari
glikoprotein membran sel-sel epitel lambung (fuccio, 2009).
Mekanisme utama bakteri ini dalam menginisiasi pembentukan
luka adalah melalui produksi racun VacA. Racun VacA bekerja
dalam menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui

4
berbagai cara; diantaranya melalui pengubahan fungsi
endolisosom, peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori
dalam membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri
sel). Pada beberapa individu, H. Pylori juga menginfeksi bagian
badan lambung. Bila kondisi ini sering terjadi, maka akan
menghasilkan peradangan yang lebih luas yang tidak hanya
memengaruhi ulkus didaerah badan lambung, tetapi juga
meningkatkan risiko kanker lambung. Peradangan dilendir
lambung juga merupakan faktor risiko tipe khusus tumor limfa
(lymphatic neoplasm) dilambung, atau disebut dengan limfoma
MALT (Mucosa Lymphoid Tissue). Infeksi H. Pylori berperan
penting dalam menjaga kelangsungan tumor dengan
menyebabkan dinding atrofi dan perubahan metaplastik pada
dinding lambung (santacroce, 2008).
2.2.2.3 Mengkonsumsi rokok dan alkohol.
Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30 batang sehari
dan kombinasi dengan konsumsi alkohol kronik akan
meningkatkan risiko kanker lambung (Gonzalez, 2003).
2.2.2.4 NSAIDs.
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang
mengkonsumsi NSAIDs dalam jangka waktu yang lama dalam
hal ini (polip lambung) dapat menjadi prekursor kanker lambung.
Kondisi polip lambung berulang akan meningkatkan risiko kanker
lambung (Houghton, 2006).
2.2.2.5 Anemia pernisiosa.
Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan kegagalan
absorpsi kobalamin (vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya
faktor instrinsik sekresi lambung, kombinasi anemia pernisiosa
dengan infeksi H. Pylori memberikan konstribusi penting
terbentuknya tumorigenesis pada dinding lambung (Santacroce,
2008).

5
2.3 Patofisiologi

Sekitar 95% kanker lambung adalah jenis adenokarsinoma, dan 5%-nya


bisa berupa limfoma, leimiosarkoma, karsinoid atau sarkoma. Menurut fuccio,
2009, adenokarsinoma lambung terdiri atas dua tipe, yaitu tipe intestinal (tipe
struktur glandular) dan tipe difusi (tipe infiltratif pada dinding lambung).

Dengan adanya kanker lambung, lesi tersebut akan menginvasi muskularis


propia dan akan melakukan metastasis pada kelenjar getah bening regional. Lesi
pada kanker lambung memberikan berbagai macam keluhan yang
timbul,gangguan dapat dirasakan pada pasien biasanya jika sudah pada fase
progresif, dimana berbagai kondisi akan muncul seperti dispepsia, anoreksia,
penurunan BB, nyeri abdomen,konstipasi, anemia,mual serta muntah. Kondisi ini
akan memberikan berbagai maslah keperawatan seperti pada gambar dibawah ini.
Merokok & Faktor Konsumsi Kondisi Infeksi Konsumsi
alkohol genetik OAINS sosioekonomi Helicobacter makanan yang

rendah pylori diasinkan,diasap,


atau yang
Kontak agen
Polip Limfoma diawetkan
karsinogenik Anemia
Mutasi gen Lambung MALT
pemisiosa
E-cadherin berulang Carcinogenic
Faktor
genetik nitrosamines
Perubahan metaplasia pada epitelium
didalam
dinding lambung T
lambung

Kanker lambung

Invasi jaringan dan efek kompresi oleh tumor Risiko tinggi injuri

Kompresi saraf lokal Disfagia Intervensi radiasi Respons Intervensi bedah


Anoreksia dan kemoterapi psikologis gastrektomi
Nyeri retrosternal
Kecemasan preoperatif
Asupan nutrisi
pemenuhan Informasi
nyeri tidak adekuat
Perubahan
pascabedah
Aktual/risiko ketidakseimbangan intake nutrisi Luka pascabedah
nutrisi kurang dari kebutuhan
Penurunan kemampuan batuk efektif Port de entree
pascabedah
Respons serabut Kerusakan jaringan
Aktual/risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas
lokal lunak pascabedah
Risiko
6
infeksi
Tumbuhnya kanker pada pintu masuk atau pintu keluar lambung dapat
menimbulkan tanda-tanda obstruksi esofagus dan pilorus (nyeri ulu hati dan cepat
kenyang). Pada umumnya bagaimanapun tanda-tanda awal dari kanker lambung
tersebut tidaklah nampak. Kanker lambung dapat menyebar secara langsung
melalui dinding lambung jaringan-jaringan yang berdekatan, ke pembuluh limfe,
ke kelenjar limfe regional di lambung, ke organ-organ perut lain dan cenderung
menyebar ke arah intraperitoneal. Prognosis tergantung pada dalamnya invasi dan
tingkatan metastasis (Barbara C. Long, 1996 : 217).

Penyebab kanker lambung tidak diketahui tetapi dikenal faktor-faktor


predisposisi tertentu. Faktor genetik memegang peranan penting, dibuktikan
karsinoma lambung lebih sering terjadi pada orang dengan golongan darah A.
Selain itu faktor ulkus gaster adalah salah satu faktor pencetus terjadinya
karsinoma gaster(Sjamsuhidajat , 1997).

Pada stadium awal, karsinoma gaster sering tanpa gejala karena lambung
masih dapat berfungsi normal. Gejala biasanya timbul setelah massa tumor cukup
membesar sehingga bisa menimbulkan gangguan anoreksia, dan gangguan
penyerapan nutrisi di usus sehingga berpengaruh pada penurunan berat badan
yang akhirnya menyebabkan kelemahan dan gangguan nutrisi. Bila kerja usus
dalam menyerap nutrisi makanan terganggu maka akan berpengaruh pada zat besi
yang akan mengalami penurunan yang akhirnya menimbulkan anemia dan hal
inilah yang menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan penurunan pemenuhan
kebutuhan oksigen di otak sehingga efek pusing sering terjadi(Sjamsuhidajat ,
1997).

Pada stadium lanjut bila sudah metastase ke hepar bisa mengakibatkan


hepatomegali. Tumor yang sudah membesar akan menghimpit atau menekan saraf
sekitar gaster sehingga impuls saraf akan terganggu, hal ini lah yang
menyebabkan nyeri tekan epigastrik(Sjamsuhidajat , 1997).

Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, teraba massa pada rektum, dan
kelenjar limfe supraklavikuler kiri (Limfonodi Virchow) yang membesar
menunjukkan penyakit yang lanjut dan sudah menyebar. Bila terdapat ikterus

7
obstruktiva harus dicurigai adanya penyebaran di porta hepatik(Sjamsuhidajat ,
1997).

Kasus stadium awal yang masih dapat dibedah untuk tujuan kuratif
memberikan angka ketahanan hidup 5 tahun sampai 50 %. Bila telah ada
metastasis ke kelenjar limfe angka tersebut menurun menjadi 10 %. Kemoterapi
diberikan untuk kasus yang tidak dapat direseksi atau dioperasi tidak radikal.
Kombinai sitostatik memberikan perbaikan 30-40% untuk 2-4
bulan(Sjamsuhidajat , 1997).

Pembedahan dilakukan dengan maksud kuratif dan paliatif. Untuk tujuan


kuratif dilakukan operasi radikal yaitu gastrektomi (subtotal atau total) dengan
mengangkat kelejar limfe regional dan organ lain yang terkena. Sedangkan untuk
tujuan paliatif hanya dilakukan pengangkatan tumor yang perforasi atau berdarah
(Sjamsuhidajat , 1997).

2.4 Klasifikasi Kanker Lambung

Ada 3 bentuk umum karsinoma atau kanker lambung, yaitu :

1. Karsinoma ulseratif merupakan jenis yang paling sering dijumpai dan harus
dibedakan dari ulkus peptikum jinak.
2. Karsinoma polipoid, tampak seperti kembang kol yang menonjol ke dalam
lumen dan dapat berasal dari polip adenomatosa
3. Karsinoma infiltratif, dapat menembus seluruh ketebalan dinding lambung
dan dapat menyebabkan terbentuknya ” lambung botol kulit ” (linitis plastica)
yang tidak lentur.

8
Secara umumnya, klasifikasi kanker lambung yaitu kanker lambung dini dan
kanker lambung lanjut. Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan
pemeriksaan histopatologis Early gastric cancer (kanker lambung dini) dapat
dibagi atas :

2.4.1 Early gastric cancer (kanker lambung dini)

2.4.1.1 Tipe I (pritrured type)

Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa
yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan
dengan atau tanpa ulserasi.
2.4.1.2 Tipe II (superficial type)

Dapat dibagi atas 3 sub tipe, yaitu :

1) Tipe II.a. (Elevated type)


Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung.Hampir seperti tipe I, terdapat
sedikit elevasi dan lebih meluas dan melebar.
2) Tipe II.b. (Flat type)
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat
perubahan pada warna mukosa.
3) Tipe II.c. (Depressed type)
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular)
hiperemik / perdarahan.
2.4.1.3 Tipe III. (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai kombinasi
seperti tipe II c dan tipe III atau tipe III dan tipe II c, dan tipe II a dan tipe II c.

2.4.2 Advanced gastric cancer (karsinoma gaster lanjut).


Menurut klasifikasi bormann dapat dibagi atas:
1. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai
fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
2. Bormann II

9
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta
mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular.Dasar ulkus terlihat
nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman.Mukosa
sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
3. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding
dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
4. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding
dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.

2.5 Manifestasi Klinis Kanker Lambung

Gejala awal dari kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor
ini dikurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan ganguan fungsi
lambung.Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri
yang hilang dengan antasida dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna.
Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dyspepsia,
penurunan BB, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah
(Harnawati, 200, KMB).
1. Bercak darah dalam tinja merupakan salah satu tanda-tanda menderita kanker
perut Adanya darah saat membagikan feses juga disebabkan oleh kondisi lain.
Tapi untuk kanker perut itu adalah salah satu gejala yang paling indikatif. Juga,
itu adalah gejala yang dihubungkan ke beberapa jenis kanker. Ketika ada tumor
hadir di perut, mungkin menyebabkan darah mengalir keluar melalui tinja.
2. Penderitaan dari rasa sakit konstan dalam perut merupakan gejala dari kanker
lambung. Hal ini bisa apa saja dari rasa sakit ringan sampai nyeri kram parah.
Jenis rasa sakit biasanya ada di daerah atas perut.
3. Konstan dengan mual muntah, terutama setelah Anda makan adalah tanda
kanker lambung. mual mungkin gigih dan hadir untuk jangka waktu yang
panjang. Hal ini pernah berhubungan dengan demam atau sakit kepala. Jenis
mual sering menunjukkan masalah kesehatan serius.

10
4. Kehilangan nafsu makan tanpa alasan adalah tanda lain yang cukup sering
terlihat pada orang yang menderita dari kanker terdiagnosis dalam lambung.
Beberapa orang mungkin mengalami kembung di daerah perut bahkan jika
mereka tidak makan apa-apa. Kebiasaan usus dapat berubah drastis.
5. Pada stadium awal kanker lambung, gejalanya tidak jelas dan sering tidak
dihiraukan. Jika gejalanya berkembang, bisa membantu menentukan dimana
lokasi kanker lambung tersebut. Sebagai contoh, perasaan penuh atau tidak
nyaman setelah makan bisa menunjukkan adanya kanker pada bagian bawah
lambung.
6. Penurunan berat badan atau kelelahan biasanya disebabkan oleh kesulitan
makan atau ketidakmampuan menyerap beberapa vitamin dan mineral. Anemia
bisa diakibatkan oleh perdarahan bertahap yang tidak menyebabkan gejala
lainnya. Kadang penderita juga bisa mengalami muntah darah yang banyak
(hematemesis) atau mengeluarkan tinja kehitaman (melena).
7. Bila kanker lambung bertambah besar, mungkin akan teraba adanya massa
pada dinding perut. Pada stadium awal, tumor lambung yang kecil bisa
menyebar (metastasis) ke tempat yang jauh.
8. Penyebaran tumor bisa menyebabkan pembesaran hati, sakit kuning (jaundice),
pengumpulan cairan di perut (asites) dan nodul kulit yang bersifat ganas.
Penyebaran kanker juga bisa menyebabkan pengeroposan tulang, sehingga
terjadi patah tulang ( Admin,2010 ).

Gejala klinis lain yang ditemukan antara lain (Davey, 2005):


1) Anemia, perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibakan
defisiensi Fe mungkin merupakan keluhan utama karsinoma gaster yang
paling umum.
2) Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan penyakit
metastasis lanjut.
3) Muntah, merupakan indikasi akan terjadinya (impending) obstruksi aliran
keluar lambung.
4) Disfagia
5) Nausea
6) Kelemahan
7) Hematemesis

11
8) Regurgitasi
9) Mudah kenyang
10) Asites perut membesar
11) Kram abdomen
12) Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan

2.6 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Lambung

2.6.1 Pemeriksaan radiologi


Pemeriksaan radiologi yang sering digunakan jenis penyakit ini adalah
endoskopi, endoskopi merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik
untuk mendiagnosa karsinoma gaster.Endoskopi dengan resolusi tinggi dapat
mendeteksi perubahan ringan pada warna, relief arsitektur dan permukaan mukosa
gaster yang mengarah pada karsinoma dini gaster (Lumongga, 2008).
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan barium enema masih digunakan di
Jepang sebagai protokol untuk skrinning, bila kemudian dijumpai kelainan
selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan endoskopi (Lumongga, 2008).

2.6.2 Pemeriksaan sitologi


Pemeriksaan sitologi pada gaster dilakukan melalui sitologi brushing.
Pada keadaan normal, tampak kelompok sel-sel epitel superfisial yang reguler
membentuk gambaran seperti honey comb. Sel-sel ini mempunyai inti yang bulat
dengan kromatin inti yang tersebar merata (Lumongga, 2008). Pada keadaan
gastritis, sel tampak lebih kuboidal dengan sitoplasma yang sedikit dan inti sedikit
membesar.Pada karsinoma, sel-sel menjadi tersebar ataupun sedikit berkelompok
yang irreguler, inti sel membesarn hiperkromatin dan mempunyai anak inti yang
multipel atau pun giant nukleus (Lumongga, 2008). Pemeriksaan sitologi brushing
ini jika dilakukan dengan benar, mempunyai nilai keakuratan sampai 85% tetapi
bila pemeriksaan ini dilanjutkan dengan biopsi lambung maka nilai keakuratannya
dapat mencapai 96% (Lumongga, 2008).

12
2.6.3 Pemeriksaan makroskopis
Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada lambung ini terbagi atas
dua golongan, yaitu tumor dengan ukuran < 5 mm, disebut dengan minute dan
tumor dengan ukuran 6 – 10 mm disebut dengan small (Lumongga, 2008).
Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah pylorus dan antrum (50-60%),
curvatura minor (40%), cardia (25%), curvatura mayor (12%).Paling banyak
terjadi karsinoma lambung pada daerah daerah curvatura minor bagian
antropyloric (Lumongga, 2008).

2.6.4 Pemeriksaan laboratorium (Hamsafir, 2010)


Anemia (30%) dan tes darah positif pada feses dapat ditemukan akibat
perlukaan pada dinding lambung.LED meningkat.Fractional test meal à ada
aklorhidria pada 2/3 kasus kanker lambung. Elektrolit darah dan tes fungsi hati
àkemungkinan metastase ke hati.

2.6.5 Radiologi (Hamsafir, 2010) :


1. Foto thorax : dipakai untuk melihat metastase Paru.
2. Barium Meal Double-contrastàadditional defect, iregularitas mukosa
→ tumor primer atau penyebaran tumor ke esofagus/ duodenum.
3. Ultrasonografi abdomen → untuk mendeteksi metastase hati.
4. CT scan atau MRI pada thorax, abdomen, dan pelvis → lihat ekstensi
tumor transmural, invasi keorgan dan jaringan sekitar, metastasis kelenjar,
asites.Untuk menilai proses penyebaran tumor seperti : menilai
keterlibatan serosa, pembesaran KGB dan metastase ke hati dan ovarium.
2.6.6 CT Staging pada karsinoma lambung (Hamsafir, 2010) :
1) Stage I : Massa intra luminal tanpa penebalan dinding.
2) Stage II : Penebalan dinding lebih dari 1 cm.
3) Stage III : Invasi langsung ke struktur sekitarnya.
4) Stage IV : Penyakit telah bermetastase.
2.6.7 Endoskopi dan Biopsi (Hamsafir, 2010) :
1). Sebagai Gold Standar pemeriksaan malignitas gaster.

13
2). Ultrasound Endoskopi → kedalaman infiltrasi tumor & melihat
pembesaran limf.selika dan perigastrik (> 5mm).

2.7 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium (staging) dan
pengelompokkan stadium tumor. Intervensi yang lazim dilakukan adalah tindakan
endoskopi,kemoterapi,radioterapi,dan intervensi bedah.
Pada polip lambung jinak, diangkat dengan menggunakan endoskopi. Bila
karsinoma ditemukan di dalam lambung, pembedahan biasanya dilakukan untuk
mencoba menyembuhkannya. Sebagian besar atau semua lambung diangkat
(gastrektomi) dan kelenjar getah bening di dekatnya juga ikut diangkat. Bila
karsinoma telah menyebar ke luar lambung, tujuan pengobatan yang dilakukan
adalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup pasien.
Kemoterapi dan terapi penyinaran pada limfoma lebih pada karsinoma. Beberapa
pasien dengan tingkat toleransi yang baik akan bertahan hidup lebih lama bahkan
bisa sembuh total.

2.8 Prognosis
Prognosis kanker lambung disesuaikan dengan stadiumnya. Penilaian untuk
menentukan stadium kanker lambung dilakukan dengan menggunakan sistem
TNM yang telah diserapkan (Hassan, 2009). Tabel berikut menggambarkan
stadium patologis dari kanker lambung, dengan menggunakan penilaian sistem
TNM.

14
Stadium kanker lambung dengan menggunakan sistem TNM.
Tumor Primer Kelenjar Getah Bening Metastasis Jauh
(T) (KGB) (M)
Regional (N)
Tis Carcinoma in situ, N0 Kelenjar getah bening M0 Tidak ada
tumor intraepitel regional tidak terlibat metastasis
jauh
T1 Ekstensi tumor ke N1 Metastasis pada 1-6 M1 Ada
submukosa. nodus limfe regional metastasis
jauh.
T2 Ekstensi tumor ke N2 Metastasis pada 7-15
propia muskular dan nodus limfe regional
serosa
T3 Penetrasi serosa N3 Metastasis pada >15
nodus limfe regional
T4 Invasi ke struktur
sekitar
(Greene FL, Compton CC, Fritz AJ, et al. AJCC Cancer Staging Manual, 6 th ed.
2002)

Pengelompokkan stadium dan prediksi bertahan hidup


Stadium TNM Bertahan hidup
setelah
Stadium I T1 N0 M0 88%
Stadium II T1 N2 M0 65%
T2 N1 M0
T3 N0 M0
Satdium III a T2 N2 M0 35%
T3 N1 M0
T4 N0 M0
Satdium III b T3 N2 M0 35%
Stadium IV T4 N1-3 M0 35%
Setiap T N3 M0
Setiap T N3 M1
(Greene FL, Compton CC, Fritz AJ, et al. AJCC Cancer Staging Manual. 6 th ed.
2002)

15
BAB III

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
1. Apakah ada riwayat kanker pada keluarga
2. Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan
3. Lingkungan tempat tinggal klien
4. Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien
5. Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok,
alkohol, obat-obatan, polusi, lingkungan, ventilasi.
3.1.2 Nutrisi metabolik
1. Jenis, frekuensi dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi
sehari
2. Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan nutrisi
3. Adanya kebiasaan merokok, alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan
tertentu.
4. Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus
5. Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin)
6. Adanya makanan tambahan
7. Napsu makan berlebih/kurang
8. Kebersihan makanan yang dikonsumsi
3.1.3 Eliminasi
1. Pola BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan,
masalah pengontrolan
2. Adanya mencret bercampur darah
3. Adanya Diare dan konstipasi
4. Warna feses, bentuk feses, dan bau
5. Adanya nyeri waktu BAB
3.1.4 Aktivitas dan latihan
1. Kebiasaan aktivitas sehari hari

16
2. Kebiasaan olah raga
3. Rasa sakit saat melakukan aktivitas
3.1.5 Tidur dan istirahat
1. Adanya gejala susah tidur atau insomnia
2. Kebiasaan tidur per 24 jam
3.1.6 Persepsi kognitif
1. Gangguan pengenalan (orientasi) terhadap tempat, waktu dan orang
2. Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat
3. Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri)
4. Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatu
3.1.7 Persepsi dan konsep diri
1. Penilaian klien terhadap dirinya sendiri
3.1.8 Peran dan hubungan dengan sesama
1. Klien hidup sendiri/keluarga
2. Klien merasa terisolasi
3. Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat
3.1.9 Reproduksi dan seksualitas
1. Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
2. Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
3.1.10 Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess
1. Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
2. Mekanisme koping yang biasa digunakan
3. Respon emosional klien terhadap status saat ini
4. Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
3.1.11 Sistem kepercayaan
1. Agama yang dianut,apakah kegiatan ibadah terganggu
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Pemenuhan informasi berhubungan dengan adanya evaluasi diagnostic,
intervensi kemoterapi, radioterapi, rencana pembedahan (gasterektomi),
dan rencana perawatan rumah.
2. Risiko injuri berhubungan dengan pascaprosedur bedah gasterektomi.

17
3. Aktual atau resiko ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan
kemampuan batuk menurun, nyeri pascabedah.
4. Aktual atau risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.
5. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esofagus, respons pembedahan.
6. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entrée luka
pascabedah.
7. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, salah interpretasi
mengenai informasi, dan rencana pembedahan.
3.3 Intervensi dan Rasional

3.3.1 Pemenuhan informasi berhubungan dengan adanya evaluasi diagnostik,


intervensi kemoterapi, radioterapi, rencana pembedahan (gastrektomi), dan
rencana perawatan rumah
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria evaluasi :
 Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan.
 Pasien termotivasi untuk melaksanankan penjelasan yang telah diberikan.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
prosedur diagnostik, intervensi kondisi sosioekonomi pasien. Perawat
kemoterapi, radiasi, pembedahan menggunakan pendekatan yang sesuai
esofagus, dan rencana perawatan dengan kondisi pasien, perawat dapat
rumah. lebih terarah dalam memberikan
pendidikan yang sesuai dengan
pengetahuan pasien secara efektif dan
efisien.
Cari sumber yang meningkatkan Keluarga terdekat pasien perlu
penerimaan informasi. dilibatkan dalam pemenuhan informasi
untuk menurunkan risiko kesalahan
interpretasi terhadap informasi yang
diberikan.

18
Jelaskan dan lakukan intervensi Pemeriksaan radiografi dengan barium
prosedur diagnostik radiografi dengan tidak menyebabkan rasa sakit. Perawat
barium menyiapkan informed consent setelah
pasien mendapatkan penjelasan.
Persiapan dan penjelasan yang rasional
sesuai tingkat individu akan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pemeriksaan diagnostik.
Jelaskan dan lakukan intervensi pada Sangat penting bagi pasien untuk
pasien yang akan dilakukan mengetahui bahwa pemeriksaan
pemeriksaan diagnostik dan terapi endoskopi dan biopsy sangat penting
endoskopi. untuk mendiagnosis karsinoma
esofagus terutama untuk membedakan
antara karsinoma epidermal dan
adenokarsinoma. Informasi ini dapat
memberikan pengetahuan bagi pasien
dan akan meningkatkan kooperatif
pasien.
Jelaskan terapi dengan prosedur Pasien perlu mengetahui bahwa
kemoterapi. kemoterapi diberikan sebagai
pelengkap terapi bedah dan terapi
radiasi.
Jelaskan tentang terapi radiasi. Pengetahuan tentang karsinoma
lambung bersifat radiosensitif. Pada
kebanyakan pasien radiasi eksternal
memberikan efek penyusutan tumor.
Hal tersebut akan menambah semangat
pasien untuk melakukan terapi.
Jelaskan dan lakukan pemenuhan atau
persiapan pembedahan.
 Diskusikan jadwal pembedahan.  Pasien dan keluarga harus
diberitahu waktu dimulainya

19
pembedahan.
 Apabila Rumah Sakit mempunyai
jadwal kamar operasi yang padat,
lebih baik pasien dan keluarga
diberitahukan tentang banyaknya
 Diskusikan lamanya proses jadwal operasi yang telah ditetapkan
pembedahan. sebelum pasien.
 Kurang bijaksana bila
memberitahukan pasien dan
keluarganya tentang lamanya waktu
operasi yang akan dijalani.
Penundaan yang tidak diantisipasi
dapat terjadi karena berbagai alasan.
Apabila pasien tidak kembali pada
waktu yang diharapkan, keluarga
akan menjadi sangat cemas.
Anggota keluarga harus menunggu
 Lakukan pendidikan kesehatan dalam ruang tunggu bedah untuk
praoperatif . mendapat berita yang terbaru dari
staf.
 Manfaat dan instruksi praoperatif
telah diketahui sejak lama. Setiap
pasien diajarkan sebagai seorang
individu dengan
 Programkan penyuluhan yang mempertimbangkan segala
akan didasarkan pada kebutuhan keunikan, tingkat ansietas,
individu, rencana, dan kebutuhan, serta harapan-
implementasikan pada waktu harapannya terhadap prosedur
yang tepat. bedah yang akan dijalani.
 Jika sesi penyuluhan dilakukan
beberapa hari sebelum pembedahan,
pasien mungkin tidak ingat tentang

20
apa yang telah dikatakan perawat.
Jika instruksi yang diberikan terlalu
dekat dengan waktu pembedahan,
pasien mungkin tidak dapat
berkonsentrasi atau belajar karena
ansietas atau efek dari medikasi
praanestesi.
Beritahu persiapan pembedahan.
 Persiapan intestinal.  Pembersihan dengan enema atau
laksatif dapat dilakukan pada
malam sebelum operasi dan
mungkin diulang jika tidak efektif.
Tindakan ini dilakukan untuk
mencegah trauma yang tidak
diinginkan pada intestinal selama
 Persiapan kulit. pembedahan abdomen.
 Tujuan dari persiapan kulit saat
praoperatif adalah untuk
 Pencukuran area operasi. mengurangi sumber bakteri tanpa
menciderai kulit.
 Pencukuran area operasi dilakukan
apabila protokol lembaga atau ahli
bedah mengharuskan tindakan
tersebut. Pasien diberitahukan
tentang prosedur mencukur,
 Persiapan istirahat dan tidur. dibaringkan dalam posisi yang
nyaman, dan tidak memanjakan
bagian yang tidak perlu.(Smeltzer,
2002)
 Istirahat merupakan bagian yang
penting dalam proses penyembuhan
normal. Kecemasan karena rencana

21
prosedur pembedahan dapat
mengganggu waktu istirahat atau
 Persiapan administrasi dan tidur pasien. Kondisi penyakit yang
informed consent. membutuhkan tindakan
pembedahan mungkin akan
menimbulkan rasa nyeri yang hebat
sehingga mengganggu istirahat.
 Pasien sudah menyelesaikan
administrasi dan mengetahui
mengenai biaya pembedahan.
Pasien sudah mendapat penjelasan
dan menandatangani informed
consent.
Ajarkan aktivitas pada pada
postoperasi.  Salah satu tujuan dari asuhan
 Latihan napas diafragma. keperawatan praoperatif adalah
untuk mengajarkan pasien cara
untuk meningkatkan ventilasi paru
dan oksigenasi darah setelah
tindakan anestesi umum. Hal ini
dicapai dengan memeragakan pada
pasien bagaimana cara melakukan
napas dalam, napas lambat (
menahan inspirasi secara
maksimal), dan bagaimana
menghembuskan napas dengan
lambat. Pasien diletakkan dalam
posisi duduk untuk ekspansi paru
 Latihan tungkai. yang maksimal.
 Tujuan peningkatan pergerakan
tubuh secara hati-hati pada
pascaoperatif adalah untuk

22
memperbaiki sirkulasi, untuk
mencegah statis vena, dan untuk
menunjang fungsi pernapasan yang
optimal. Pasien ditunjukkan
bagaimana cara mengganti dari satu
sisi ke sisi lainnya dan cara untuk
mengambil posisi lateral. Posisi ini
digunakan pada pascaoperatif
(bahkan sebelum pasien sadar) dan
dipertahankan setiap dua jam.
Beritahu pasien dan keluarganya kapan Pasien akan mendapat manfaat bila
pasien sudah bisa dikunjungi. mengetahui kapan keluarganya dan
temannya bisa berkunjung setelah
pembedahan.
Beri informasi tentang manajemen Manajemen nyeri dilakukan untuk
nyeri. peningkatan kontrol nyeri pada pasien.
Beritahu pasien dan keluarga dengan Perawat menjelaskan dengan hati-hati
hati-hati, bahwa pada fase awal agar tidak terjadi keputusan untuk
pascabedah pasien akan mendapat membatalkan intervensi bedah. Perawat
perawatan intensif. memberikan penekanan bahwa
perawatan di ruang intensif merupakan
intervensi untuk mempercepat
kesembuhan pasien.
Berikan informasi pada pasien yang
akan menjalani perawatan rumah,
meliputi :  Pasien yang terbiasa merokok
 Hindari merokok. sebelum pembedahan,
kemungkinan akan mengulangi
kebiasaan ini setelah pulang ke
rumah. Penjelasan bahwa
dampak dari asap rokok akan
memperlambat proses

23
penyembuhan mungkin akan
dapat diterima oleh pasien.
 Hindari aktivitas berat  Aktivitas berat diperbolehkan
pascaoperasi. selama 12 minggu tindakan
pembedahan. Untuk aktifitas
ringan, pekerjaan rutin ringan,
dan hubungan seksual dapat
dilakukan apabila pasien
mampu dan dilakukan secara
hati-hati. Mengendarai sepeda
motor atau mobil dianjurkan
setelah 3 minggu menjalani
 Hindari minum kopi, teh, coklat, perawatan di rumah.
minuman kola, minuman  Komponen ini dapat
beralkohol, dan makanan yang memperlambat pengosongan
sulit dicerna. lambung, memperberat
peristaltik, dan meningkatkan
 Anjurkan pasien untuk minum iritasi pada gastrointestinal.
setiap akan menelan makanan.  Konsistensi yang lunak pada
makanan akan mepermudah
 Hindari makan tiga jam sebelum proses pencernaan oleh sistem
tidur. gastrointestinal.
 Intervensi untuk mencegah
 Anjurkan untuk semampunya terjadinya refluks.
melakukan manajemen nyeri  Beberapa agen nyeri
nonfarmakologi pada saat nyeri farmakologik biasanya
muncul. memberikan reaksi negative
pada gastrointestinal.
Berikan motivasi dan dukungan moral. Intervensi untuk meningkatkan
keinginan pasien dalam pelaksanaan
prosedur pengembalian fungsi,
pascabedah gastrektomi.

24
3.3.2 Risiko injuri berhubungan dengan pascaprosedur bedah gastrektomi.
Tujuan : Balam waktu 2 x 24 jam pascaintervensi reseksi esofagus, pasien tidak
mengalami injuri.
Kriteria hasil :
1. TTV dalam batas normal.
2. Kondisi kepatenan selang dada optimal.
3. Tidak terjadi infeksi pada daerah insisi.
Intervensi Rasional
Lakukan perawatan di ruang intensif. Untuk menurunkan risiko injuri dan
memudahkan intervensi pasien selama
48 jam di ruang rawat.

Kaji faktor – faktor yang meningkatkan Saat kondisi pascabedah akan terdapat
risiko injuri. banyak drain pada tubuh pasien.
Keterampilan perawatan kritis
diperlukan agar pengkajian tanda –
tanda vital dapat dilakukan secara
sistematis.
Kaji status neurologi dan laporkan Pengkajian status neurologi dilakukan
apabila terdapat perubahan status pada setiap pergantian sif. Setiap
neurologi. perubahan status neurologis merupakan
salah satu tanda terjadi komplikasi
bedah. Penurunan respons, perubahan
pupil, gangguan atau kelemahan yang
bersifat satu sisi (unilateral),
ketidakmampuan dalam control nyeri,
atau perubahan nyeri lainnya perlu
dilaporkan pada tim medis untuk
mendapatkan intervensi selanjutnya.

25
Pertahankan status hemodinamik yang Pasien akan mendapat cairan intravena
optimal. sebagai pemeliharaan status
 Pantau kondisi status cairan hemodinamik.
sebelum memberikan cairan  Pada periode immediate pasca
kristaloid atau komponen darah. bedah, pemberian cairan
kristaloid atau komponen darah
dilakukan setelah pasien tidak
mengalami overload cairan. Hal
ini perlu diperhatikan oleh
perawat karena pada tindakan
gastrektomi, jaringan limfatik
disekitarnya juga dibersihkan.
Hilangnya jaringan limfatik
memberikan pedisposisi
terjadinya edema pulmonal
karena berkurangnya drainase
limfatik pada sistem respirasi
(Gregoire, 1998). Kondisi
 Pantau pengeluaran urine rutin. malnutrisi dan kurang protein
juga akan menambah berat
kondisi edema pulmonal.
 Pasien pascaprosedur
esofagektomi akan mengalami
transudasi cairan ke interstisial.
 Evaluasi secara hati-hati dan Perawat memantau produksi
dokumentasikan intake dan urine dalam kisaran 30ml/jam
output cairan. sebagai batas dalam pemberian
rehidrasi optimal.
 Perawat mendokumentasikan
jumlah urine dalam waktu
pencatatan, serta memeriksa
kepatenan saluran urine.

26
Monitor kondisi selang nasogastrik. Secara umum pasien pasca bedah
esofagektomi akan terpasal selang
nasogastrik. Perawat berusaha untuk
tidak mengubah posisi, mengangkat,
memanipulasi, atau mengirigasi selang
kecuali memang diperlukan untuk
terapi. Hal ini untuk menurunnkan
risiko kerusakan anastomosis. Perawat
selalu memonitor selang nasogastrik
dari pengeluaran darah segar selama 12
jam pascabedah yang menjadi pertanda
kebocoran anastomosis.
Monitor dan cegah terjadinya Gastric Perawat memonitor adanya Gastric
Dumping Syndrome. Dumping Syndrome yang ditandai
dengan kondisi umum melemah,
pingsan, keluhan pusing, berkeringat
banyak, badan terasa tidak nyaman,
diare tiba – tiba, palpitasi, takikardi,
dan gejala hipoglikemia. Manajemen
perawatan pada Gastric Dumping
Syndrome (Heitkemper, 2000) meliputi
:
 Berikan posisi duduk selama
makan, dan baringkan pasien 30
menit setelah makan.
 Kolaborasi pemberian
antispasmodik.
 Minum air putih satu jam
sebelum atau satu jam setelah
makan.
 Diet rendah kalori, tinggi
protein, tinggi lemak, dan tinggi

27
serat.
 Beri makanan rutin dengan
bolus kecil dan diulang 6 – 8
kali sehari.
Lakukan intervensi menurunkan injuri
pada sistem pernapasan.
 Monitor adanya komplikasi  Risiko komplikasi pada sistem
pascagastreketomi pada sistem pernapasan merupakan kondisi
pernapasan. yang paling sering terjadi pada
pasien pascabedah gastrektomi.
Ketidakmampuan dalam
melakukan pembersihan jalan
napas merupakan kondisi yang
paling sering menyebabkan
atelektasis, pneumonia, dan
Acute Respiratory Distress
 Monitor adanya tanda dan gejala Syndrome (ARDS) (Osten,
ARDS. 2003).
 Kondisi ARDS merupakan
salah satu komplikasi
pascagastrektomi berhubungan
dengan hilangnya kelenjar
limfatik dan transudasi cairan ke
interstisial. Meskipun
mekanisme ARDS pada
gastrektomi belum dimengerti,
tetapi respons dari inflamasi
sistemik dipercaya menjadi
peran penting tentang kondisi
ini (Osten, 2003). Oleh karena
kondisi ARDS tidak bisa
diprediksi, maka pada fase awal

28
pascagastrektomi perawat
memantau pemberian terapi
oksigen secara optimal.
Monitor adanya komplikasi kebocoran Kebocoran merupakan salah satu
anastomosis pascabedah, dan lakukan komplikasi tersering pada pascabedah
intervensi untuk mencegah atau gastrektomi. Tanda dan gejala yang
menurunkan kondisi tersebut. lazim didapatkan meliputi hipertermi
(≥38,6C), nyeri inflamasi, takipnea,
takikardi secara tiba - tiba, hipoksemia,
emfisema subkutan (Osten, 2003), dan
perubahan warna pada selang drainase.
Apabila terdapat tanda dan gejala ini,
laporkan secepatnya ke tim medis
untuk intervensi selanjutnya.
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik Antibiotik menurunkan risiko infeksi
pascabedah. yang akan menimbulkan reaksi
inflamasi lokal dan dapat
memperlambat proses penyembuhan
pascafunduplikasi lambung.

3.3.3 Aktual atau risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan


dengan kemampuan batuk menurun, nyeri pascabedah.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam pascabedah gastrektomi, bersihan jalan napas


pasien tetap optimal.
Kriteria evaluasi :
1. Jalan napas bersih, tidak ada akumulasi darah pada jalan napas.
2. Suara napas normal, tidak ada bunyi napas tambahan seperti stridor.
3. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
4. RR dalam batas normal 12 – 20 x/menit

29
Intervensi Rasional
Kaji dan monitor jalan napas. Deteksi awal untuk interpretasi
intervensi selanjutnya. Salah satu cara
untuk mengetahui apakah pasien
bernapas atau tidak adalah dengan
menempatkan telapak tangan diatas
hidung dan mulut pasien, untuk
merasakan hembusan napas. Gerakan
toraks dan diafragma tidak selalu
menandakan pasien bernapas.
Beri oksigen 3 liter / menit. Pemberian oksigen dilakukan pada fase
awal pascabedah. Pemenuhan oksigen
dapat membantu meningkatkan PaO2 di
cairan otak, yang akan mempengaruhi
pengaturan pernapasan.
Instruksikan pasien untuk napas dalam Pada pasien pascabedah dengan tingkat
dalam dan melakukan batuk efektif. toleransi yang baik, pernapasan
diafragma dapat meningkatkan ekspansi
paru. Berbagai tindakan dilakukan untuk
memperbesar ekspansi dada dan
pertukaran gas. Sebagai contoh, meminta
pasien untuk menguap atau melakukan
inspirasi maksimal. Batuk juga didorong
untk melonggarkan sumbatan mukus.
Bantu pasien mengatasi ketakutannya
bahwa ekskresi dari batuk dapat
menyebabkan insisi bedah akan terbuka.
Lakukan fisioterapi dada. Tujuan dari fisioterapi dada adalah
memfasilitasi bersihan jalan napas dari
sekret yang tidak dapat dilakukan dengan
batuk efektif, meningkatkan pertukaran
udara yang adekuat, menurunkan

30
frekuensi pernapasan, serta
meningkatkan ventilasi dan pertukaran
 Tetapkan lokasi dari setiap udara.
segmen paru.  Perawat melakukan auskultasi
agar dapat menentukan bahwa
area paru dengan bunyi napas
ronkhi, sebagai dasar untuk
 Jaga posisi pasien jangan menentukan pengaturan posisi.
sampai jatuh, gunakan pagar  Sebelum melakukan intervensi,
pengaman yang ada pada sisi perawat mengkaji tingkat
tempat tidur. kemampuan dan kerja sama
pasien. Apabila tingkat toleransi
dari pasien tidak optimal, perawat
bertugas menjaga dan mencegah
trauma sekunder dari intervensi
seperti memasang pagar
 Lakukan diskusi dengan pasien pengaman.
tentang teknik penatalaksanaan  Apabila kemampuan toleransi
dan demonstrasikan langkah pasien baik maka penjelasan dan
demi langkah prosedur yang kerja sama pasien akan
akan dilaksanakan. meningkatkan efisiensi dan
 Lakukan vibrasi dan perkusi. efektifitas tindakan.

 Pembeian vibrasi dan perkusi


sesuai area penumpukan sekret
akan memobilisasi sekret dari
jalan napas kecil ke jalan napas
besar sehingga akan mudah
dibatukkan.
Lakukan nebulizer. Nebulizer digunakan dengan cara
menghirup larutan obat yang telah
diubah menjadi bentuk kabut atau uap.

31
Pengiriman obat melalui nebulizer ke
jalan napas sangat cepat, sehingga
aksinya sangat cepat dalam
mengencerkan sekret pada jalan napas.
Kombinasi antara nebulizer dan
fisioterapi dada akan meningkatkan
efektivitas evakuasi sekret dari jalan
napas. Medikasi nebulizer konta indikasi
pada keadaan dimana suara napas tidak
ada atau berkurang, kecuali jika
medikasi nebulizer diberikan melalui
endotrakeal tube yang menggunakan
tekanan positif.
Bersihkan secret pada jalan napas dan Kesulitan bernapas dapat terjadi akibat
lakukan suctioning apabila sekresi lendir yang berlebihan.
kemampuan mengevakuasi sekret Mengganti posisi pasien dari satu sisi ke
tidak efektif. sisi lainnya memungkinkan cairan yang
terkumpul untuk keluar dari sisi mulut.
Jika gigi pasien mengatup, mulut dapat
dibuka hati-hati secara manual dengan
spatel lidah yang dibungkus kassa.
Mukus yang menyumbat faring dan
trakea diisap dengan ujung pengisap
faringeal atau kateter nasal yang
dimasukkan ke dalam nasofaring atau
orofaring.
Evaluasi dan monitor keberhasilan Apabila tingkat toleransi pasien tidak
intervensi pembersihan jalan napas. optimal, lakukan kolaborasi dengan tim
medik untuk segera dilakukan terapi
endoskopi atau pemasangan tamponade
balon.

32
3.3.4 Risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intek makanan tidak adekuat

Tujuan: setelah 3x24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7x24 jam pascabedah
asupan nutrisi dapat optimal dilaksanakan.

Kriteria evaluasi:

 Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat.


 Terjadi penurunana gajala refluks esophagus, meliputi odinofagia
berkurang, pirosis berkurang,RR dalam batas normal 12-20 x/menit.
 Berat badan pada hari ke-7 pascabedah meningkat 0,5 kg.

Intervensi Rasional
Intervensi nonbedah:
1. Anjurkan pasien makan 1. Agar makanan dapat lewat dengan
dengan perlahan dan mudah ke lambung.
mengunyah makanan dengan
seksama. 2. Beberapa pasien mungkin
2. Evaluasi adanya alergi mengalami alergi terhadap
makanan dan kontraindikasi beberapa komponen makanan
terhadap makanan. tertentu dan beberapa penyakit
lain, seperti DM, hipertensi, Gout
dan lainnya memberikan
manifestasi terhadap persiapan
komposisi makanan yang akan
diberikan,.
3. Mmebantu merangsang napsu
makan.
3. Sajikan makanan dengan cara
menarik 4. Mempertimbangakan keinginan
individu dapat memperbaiki asupa
4. Fasilitasi pasien dengan
nutrisi.
memperoleh diet biasa yang
disukai pasien (sesuai
5. Berguna mengukur keefekifan
indikasi).

33
5. Pantau intake dan output, nutrisi dan dukungan caiaran.
anjurkan untuk timbang berat 6. Menurunkan rasa tidak enak
badan secara periodic(sekali karena adanya sisa makanan dan
seminggu). bau obat yang dapat merangsang
6. Lakukan dan ajarkan pusat muntah.
perawatan mulut sebelum dan
sesudah makan serta sebelum
dan sesudah intervensi/
pemeriksaan peroral.

Intervensi pascabedah:
1. Kaji kondisi dan toleransi 1. Parameter penting adalah dengan
gastrointestinal melakukan auskultasi bising usus.
pascagastrektomi. Apabila didapatkan bising usus
artinya fungsi gastrointestinal
sudah pulih setelah anastesi
umum.
2. Lakukan perawatan mulut. 2. Intervensi untuk menurunkan
infeksi oral
3. Masukkan 10-20 ml cairan 3. Pemberian ini selain untuk
sodium klorida setiap sif menjaga kepatenan selang
melalui selang nasogastrik nasogatrik juga untuk
meningkatan penyembuhan pada
4. Berikan nutrisi cair melalui
area pascagastrektomi.
slang nasogastrik atau atas
4. Pemberian nutrisi cair dilakukan
intruksi medis.
untuk memenuhi asupan nutrisi
melalui gastrointestinal.
Pemberian nutrisi melalui
nasogastrik harus dikolaborasikan
dengan tim medis yang merawat
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
pasien.
mengenai jenis nutrisi yang
5. Ahli gizi harus terlibat dalam
akan diunakan pasien.

34
penentuan komposisi dan jenis
makanan yang akan diberikan
6. Hindari makan 3jam sebelum sesuai dengan kebutuhan individu.
tidur 6. Intervensi untuk mencegah
terjadinya refluks.

3.3.5 Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung, respons pembedahan

Tujuan: dalam waktu 7x24 jam pascabedah, nyeri berkurang atau teradaptasi

Kriteria evaluasi:

1. Secara subjektif menyatakan nyeri berkurang atau teradaptaasi.


2. Skala nyeri 0-1 (dari skala 0-4)
3. TTV dalam batas normal, wajah terlihat rileks
Intervensi Rasional
1. Jelaskan dan bantu pasien 1. Pendekatan dengan
dengan tindakan pereda menggunakan relaksasi dan
nyeri nonfarmakologi dan terapi nonfarmakologi telah
noninvansif menunjukkan keefektifan dalm
mengurangi nyeri

2. Lakukan manajemen
nyeri a. Pendekatan PQRST dapat
a. Kaji nyeri dengan secara komprehensif
pendekatan PQRST menggali kondisi nyeri
pasien. Apabila pasien
mengalami skala nyeri
(dari skala 0-4) ini
merupakan peringatan
yang perlu diwaspadai
karena merupakan
manifestasi klinik dari

35
komplikasi pasca bedah
b. Istirahatkan pasien esofagektomi.
pada saat nyeri muncul b. Istirahat, secara fisiologis
akan menurunkan
kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk
c. Ajarkan teknik memenuhi kebutuhan
relaksasi napas dalam metabolism basal
pada saat nyeri muncul c. Meningkatkan asupan
oksigen sehingga akan
d. Ajarkan teknik distraksi menurunkan nyeri
pada saat nyeri sekunder dari iskemia
intestinal
e. Rawat pasien di ruang
d. Distraksi (pengalihan
intensif
perhatian) dapat
menurunkan stimulus
internal
e. Untuk mengontrol nyeri
pasien harus dirawat di
ruang intensif. Lingkungan
tenang akan menurunkan
stimulus nyeri
eksternal.Pembatasan
pengunjung membantu
meningkatakan kondisi
oksigen ruangan yang akan
f. Lakuakan manajemen
berkurang apabila banyak
sentuhan
pengunjung yang berada di
ruangan. Istirahat akan
menurunkan kebutuhan
oksigen jaringan perifer.
f. Manajemen sentuhan pada

36
saat nyeri, berupa sentuhan
dukungan psikologis, dapat
membantu
mengembangkan
kepatuhan pasien terhadap
rencana terapi.

3. Tingkatkan pengetahuan Pengetahuan akan membantu


pasien mengenai sebab- mengurangi nyeri dan dapat
sebab nyeri, dan membantu mengembangkan
menghubungkan berapa kepatuahn pasien rencana
lama nyeri akan terapi
berlangsung

4. Tindakan kolaborasi: Analgetik diberikan untuk


Analgetik intravena membantu menghambat
stimulus nyeri ke pusat
persepsi nyeri di korteks
serebri sehingga nyeri dapat
berkurang

3.3.6 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entrée luka
pascabedah

Tujuan; Dlam 12x24 jam terjadi perbaikan pada integritas jaringan lunak dan
tidak terjadi infeksi.

Kriteria hasil:

1. Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan pada area luka pembedahan.
2. Leukosit dalam batas normal.

37
3. TTV dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Kaji jenis pemdahan, waktu Mengidentifikasi kemajuan atau
pembedahan dan apakah adanya penyimpangan dari tujuan yang
instruksi khusus dari tim dokter diharapkan
bedah dalam melakukan perawtan
luka.
Jaga kondisi balutan dalam Kondisi bersih dan kering akan
keadaan bersih dan kering menghindari kontaminasi
komensal, yang akan
menyebabkan respon inflamasi
local dan akan memperlambat
proses penyembuhan luka.
Lakukan perawatan luka:
a. Lakukan perawatan luka a. Perawatan luka sebaiknya
steril pada hari ke dua tidak dilakukan setiap hari
pascabedah dan diulang untuk mengurangi kontak
setiap dua hari sekali pada dengan luka yang steril,
luka abdomen, sehingga mencegah
kontaminasi kuman pada
luka bedah.
b. Lakukan perwatan luka b. Semua drain pasca bedah
pada area sekitar drain. gastrektomi merupakan
material yang menjadi
jalan masuk kuman.
Perawat melakukan
perawatan luka setiap hari
atau disesuaikan dengan
c. Bersihkan luka dan drain kondisi pembalut drain,
dengan cairan antiseptic apabila kotor maka harus
jenis iodine providum diganti.
dengan cara swabbing dari c. Pembersihan debris (sisa

38
arah dalam ke luar. fagositosis, jaringan mati)
dan kuman sekitar luka
dengan mengoptimalkan
kelebihan dari iodine
providum sebagai
antiseptic dan dengan arah
d. Bersihkan bekas sisa dari dalam ke luar dapat
iodine providum dengan mencegah kontaminasi
alkohol 70% atau normal kuman ke jaringan luka.
salin dengan cara d. Antiseptik iodine
swabbing dari arah dalam providum mempunyai
ke luar. kelemahan dalam
menurunkan proses
epitalise jaringan sehingga
memperlambat
e. Tutup luka dengan kassa pertumbuhan luka, maka
steril dan tutup seluruh harus dibersihkan dengan
permukaan kassa dengan alkohol atau normal salin.
plester adhesive. e. Penutupan secara
menyeluruh dapat
menghindarin kontaminasi
dari benda atau udara yang
bersentuhan denag luka
bedah.

Angkat drain pasca bedah sesuai Pengangkatan drain sesuai


instruksi medis indikasi bertujuan untuk
menurunkan resiko infeksi.
Kolaborasi penggunaan antibiotic Antibiotic injeksi diberikan
selama tiga hari pasca bedah,
kemudian dilanjutkan antibiotic
oral sampai jahitan dilepas.

39
Perawat berperan mengkaji
adanya reaksi dan riwayat alergi
serta memberikan antibiotic sesuai
instruksi dokter.

3.3.7 Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, salah intepretasi


mengenai informasi

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam pasien secara subjektif melaporkan rasa cemas
berkurang.

Kriteria evaluasi:

1. Pasien mampu mengungkapakan parasaanya kepada perawat.


2. Pasien dapat mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalahnya
dan perubahan koping yang digunakan sesuai situasi yang dihadapi.
3. Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan di bawah
standar.
4. Pasien dapat rileks dan tidur/istirahat dengan baik.
Intervensi Rasional
Monitor respon fisik seperti Digunakan dalam mengevaluasi
kelemahan, perubahan tanda vital, derajat/tingkat
atau gerakan yang berulang-ulang. kesadaran/konsentrasi,
Catat kesesuaian respon verbal dan khususnya ketika melakukan
nonverbal selama komunikasi. komunikasi verbal.
Anjurkan pasien dan keluarga Memberikan kesempatan untuk
untuk mengungkapkan dan berkonsentrasi, kejelasan dari
mengekspresikan rasa takutnya. rasa takut dan mengurangi
cemas yang berlebihan.
Beri dukungan prabedah Hubungan emosional yang baik
antara perawat dan pasien akan
mempengaruhi penerimaan
pasien terhadap tindakan

40
pembedahan. Aktif mendengar
semua kekhawatiran dan
keprihatian pasien adalah bagian
penting dari evaluasi praoperatif.
Keterbukaan mengenai tindakan
bedah yang akan dilakukan,
pilihan anastesi, dan perubahn
atau kejadian pascaoperasi yang
diharapkan, akan menghilangkan
banyak ketakutan tak berdasar
terhadap anastesi. Bagi sebagian
besar pasien, pembedahan
adalah suatu peristiwa hidup
yang bermakna. Kemampuan
perawat dan dokter untuk
memandang pasien dan
keluarganya sebagai manusia
yang layak untuk didengarkan
dan dimintai pendapat, ikut
menentukan hasil pembedahan.
Egbert, et al. (1963, dikutip
Gruendemann, 2006)
memperlihatkan bahwa
kecemasan pasien yang
dikunjungi dan dimintai
pendapat sebelum dioperasi akan
berkurang saat tiba di kamar
operasi., dibandingkan mereka
yang hanya sekedar diberi
pramedikasi dengan
fenobarbital. Kelompok yang
mendapat pramedikasi

41
melaporkan rasa mengantuk,
tetapi tetap cemas.
Berikan privasi untuk pasien dan Memberi waktu untuk
orang terdekat mengekspresikan perasaan,
menghilangkan cemas, dan
perilaku adaptasi. Adanya
keluarga dan teman-teman yang
dipilih pasien dan aktivitas
pengalihan(misalnya membaca)
akan menurunkan perasaan
terisolasi.
Beri kesempatan kepada paien Pasien yang divonis mengalami
untuk mengungkapakan kanker lambung mempunyai
ansietasnya tingkat penerimaan yang
bervariasi. Dengan pendekatan
yang baik sesuai dengan
toleransi individu, maka
ungkapan yang dikemukakan
pasien
dapat menghilangkan
ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak
diekspresikan
Kolaborasi:
Beri anticemas sesuai indikasi, Meningkatkan relaksasi dan
contuohnya Diazepam menurunkan kecemasan.

Catat reaksi dari pasien/keluarga. Kecemasan dan respons anggota


Berikan kesempatan untuk keluarga terhadap apa yang
mendiskusikan terjadi, dapat disampaikan
perasannya/konsentrasinya, serta kepada pasien.
harapan masa depan.

42
3.4 Evaluasi
Kriteria evaluasi yang diharapkan pada pasien kanker lambung setelah
mendapat intervensi keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Terpenuhinya informasi mengenai pemeriksaan diagnostic, intervensi
kemoterpi, radiasi dan keadaan prabedah.
2. Tidak mengalami injuri dan komplikasi pascabedah.
3. Pasien tidak mengalami penurunan berat badan.
4. Terjadi penurunan respon nyeri.
5. Tidak terjadi infeksi pascabedah.
6. Kecemasan pasien berkuarang.

43
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi dilambung,
sebagaian besar adalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung lainnya
adalah leiomiosarkoma ( kanker otot otot poloa ) dan limfoma. Kanker lambung
lebih sering terjadi pada usia lanjut. Krang dari 25% kanker tertentu terjadi pada
orang di bawah usia 50 tahun ( osteen, 2003).
Secara umum kanker lambung sering terjadi pada laki-laki dengan
perbandingan 2:1 pada kanker kardia lambung, insidensi pada laki-laki tujuh kali
lebih banyak dari wanita. Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia 50-70
tahun, tetapi sekitar 5% pasien kanker lambung berusia 35 tahun dan 1% kurang
dari 30 tahun. Ada 3 bentuk umum karsinoma atau kanker lambung, meliputi
Karsinoma ulseratif,karsinoma polipoid dan karsinoma infiltratif.

4.2 Saran

Sebaiknya bagi mahasiswa utamanya calon perawat dan petugas kesehatan


lebih kritis dalam upaya untuk memahami tentang penyebab karsinoma gaster
atau kanker lambung. Sehingga dengan adanya pemahaman tersebut dapat untuk
mengetahui adanya tanda dan gejala khas yang muncul dari kanker gaster dengan
begitu perawat akan mudah untuk menegakkan diagnosa yang aktual dan tepat.
Jadi, dengan adanya pengetahuan dan kemampuan perawat yang kompeten akan
berpengaruh pada proses penyembuhan pasien.

44

Anda mungkin juga menyukai