Anda di halaman 1dari 76

Macam-macam Kebutuhan Manusia dan

Contohnya
Pembahasan ini berisi tentang pengertian kebutuhan manusia, macam-macam kebutuhan
manusia; kebutuhan dasar manusia (kebutuhan primer) dan contoh kebutuhan primer,
kebutuhan ekonomi, kebutuhan pokok manusia, kebutuhan biologis, kebutuhan hidup
manusia, kebutuhan rohani, kebutuhan sosial, teori kebutuhan, alat pemuas kebutuhan, faktor
yang mempengaruhi kebutuhan manusia dan jenis-jenis kebutuhan.

Macam-macam kebutuhan manusia


Manusia memiliki kebutuhan hidup yang sangat beragam. Kebutuhan tersebut
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan
integratif (tersier).

1) Kebutuhan hidup yang mendasar (kebutuhan primer)

Manusia dalam mempertahankan hidupnya memerlukan berbagai macam kebutuhan. Dari


berbagai
kebutuhan yang ada, terdapat kebutuhan yang harus selalu dipenuhi agar manusia tersebut
bisa hidup.

Jenis kebutuhan tersebut disebut kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar ini bersifat primer,
artinya dibutuhkan oleh semua manusia di dunia ini. Apabila kebutuhan dasar ini tidak
tercukupi, maka manusia tidak bisa hidup.

Jenis kebutuhan dasar mencakup sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan dasar ini muncul
sebagai dorongan biologis manusia untuk dapat bertahan.

a) Makanan dan minuman

Makanan berguna sebagai sumber tenaga yang dipergunakan untuk melakukan berbagai
kegiatan
hidup. Jenis makanan yang dikonsumsi setiap orang berbedabeda tergantung pada adat
kebiasaan, keadaan wilayah, dan ketersediaan sumber daya alam.

Misalnya, suku Dani di pedalaman Papua mengonsumsi ubi sebagai makanan utama, orang
Eskimo mengonsumsi daging, dan orang Eropa umumnya mengonsumsi roti dan gandum.

Selain makanan pokok yang dikonsumsi setiap hari, untuk mencukupi kebutuhan gizi kita
memerlukan makanan tambahan. Dalam masyarakat Indonesia dikenal dengan prinsip empat
sehat lima sempurna.

b) Tempat perlindungan

Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran, manusia dianugerahi Tuhan kemampuan untuk
berpikir. Salah satunya berpikir cara melindungi diri dari berbagai ancaman, baik yang datang dari
alam (hujan, badai, dan panas), maupun yang datang dari manusia sendiri (perampokan dan
penjarahan).

Untuk melindungi dirinya, manusia menciptakan berbagai alat yang bisa dipergunakan sebagai
senjata. Untuk melindungi dari ancaman alam, manusia menciptakan rumah dengan berbagai bentuk
sesuai dengan kondisi alam. Rumah yang berada di daerah beriklim tropis tentu saja berbeda dengan
bentuk rumah yang berada di daerah beriklim kutub.

Gambar: Contoh Kebutuhan Primer Manusia

2) Kebutuhan sekunder (kebutuhan sosial)

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang berfungsi melengkapi atau memperbaiki


kelangsungan hidup manusia. Apabila kebutuhan sekunder ini tidak terpenuhi, maka tidak
akan menimbulkan gangguan yang berarti.

a) Kegiatan bersama

Homo socius atau makhluk sosial merupakan predikat manusia sebagai makhluk yang tidak
dapat hidup sendiri dalam kehidupannya. Kelangsungan hidupnya sangat tergantung pada
bantuan orang lain, mulai dari kegiatan dengan skala yang besar sampai pada kegiatan yang
skalanya kecil. Pola hubungan sosial tersebut merupakan simpul yang saling menyatu, dalam
arti tidak dapat terpisahkan satu dengan yang lainnya.

Contohnya, Pak Tani menanam padi untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. Di
samping itu, Pak Tani juga membutuhkan pakaian yang tidak dapat diproduksi sendiri dan
tersedia di toko pakaian. Maka terjadilah hubungan timbal balik yang saling membutuhkan
antara Pak Tani dengan produsen pakaian dan toko pakaian.

b) Komunikasi dengan sesama

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia dituntut untuk selalu berkomunikasi dengan
sesamanya. Dengan komunikasi, terjadi pertukaran informasi. Selain itu komunikasi juga
memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu merekatkan tali silaturahmi.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sarana komunikasi sangat banyak dan
mudah dipergunakan. Ditemukannya teknologi internet, memungkinkan orang yang berada di
Benua Asia dapat berkomunikasi dengan orang yang berada di Benua Afrika, sehingga dapat
mempercepat waktu dan jarak. Coba kamu bayangkan apa jadinya kalau kita tidak
berkomunikasi?
c) Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar manusia untuk mewujudkan sisi 'kemanusiaan' manusia.
Dengan pendidikan, pola perilaku manusia dapat berubah dari tidak berpendidikan menjadi
seorang yang berpendidikan.

Secara formal, pendidikan dilangsungkan di dalam kelas yang diawasi oleh guru dengan
berpatokan pada aturan yang telah ditentukan. Tujuh tahun yang lalu, kamu mulai memasuki
sekolah, yaitu sebuah dunia yang penuh dengan berbagai bidang keilmuan mulai cara
membaca sampai cara berhitung. Untuk mendapatkan ilmu yang banyak, kamu harus belajar
dan banyak bertanya.

Apakah pendidikan harus selalu dilakukan di dalam kelas seperti yang biasa kamu lakukan
setiap hari? Jawabannya, tidak. Pendidikan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, ada
atau tidak ada pembimbing. Ilmu yang kita pelajari setiap harinya tidak akan pernah habis,
semakin digali suatu ilmu, semakin besar pula manfaat yang dapat kita ambil.

Maka semakin pintarlah kita. Orang yang berpendidikan biasanya akan mendapatkan
penghargaan lebih di mata masyarakat.

3) Kebutuhan integratif (Tersier)

Kebutuhan integratif adalah jenis kebutuhan akan kebersamaan, persatuan, dan keberpaduan.
Sebagai makhluk yang berpikir, manusia selalu mencari jalan agar mereka tetap bersatu dan
tidak hanya memikirkan dirinya sendiri.

Misalnya Thomas Alfa Edison yang menciptakan bola lampu pijar. Hasil temuannya sampai
sekarang dipergunakan oleh seluruh penduduk dunia dan tidak dipergunakan sendiri oleh
Edison. Kebutuhan integratif meliputi hal-hal sebagai berikut.

a) Prinsip benar dan salah

Prinsip benar salah adalah asas penilaian yang menjadi dasar seseorang untuk memutuskan
dan menjalankan sesuatu. Dengan adanya prinsip ini, manusia memiliki pagar sebagai batas
tindakannya agar tidak semena-mena atau sekehendak hati.

Misalnya, tindakan mencuri merupakan tindakan yang salah karena bertentangan dengan nilai
dan norma yang berlaku di masyarakat. Selain merugikan diri sendiri juga akan merugikan
orang yang kehilangan barang tersebut.

Prinsip benar salah dihasilkan dari pemikiran akal manusia terhadap penilaian sesuatu dengan
berdasar pada keserasian. Melalui kemampuan berpikirnya, manusia dapat membuat
penggolongan berbagai perilaku sehingga perilaku manusia mengarah pada suatu keteraturan
sosial.

Hal inilah yang sangat dibutuhkan manusia sebagai simpul pemersatu masing-masing
individu yang berbeda. Prinsip benar dan salah berfungsi sebagai alat pengontrol tindakan
manusia.

b) Ungkapan perasaan kolektif atau kebersamaan


Pengungkapan perasaan kolektif atau kebersamaan dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk.
Misalnya pengungkapan perasaan seorang pria kepada wanita yang kemudian ditindaklanjuti
dengan perkawinan.

Timbulnya perasaan kolektif itu merupakan sifat hakiki manusia karena keinginannya untuk
berkumpul dan bersatu dengan sesamanya. Bentuk yang lebih luas dapat kita saksikan pada
pesta demokrasi yang diselenggarakan lima tahun sekali, di mana setiap penduduk bersatu
untuk menyalurkan hak pilihnya guna menentukan pemimpin bangsa.

c) Keyakinan diri (self confidence) dan keberadaan

Perasaan keyakinan diri yang melekat pada diri manusia dapat menjadi sebuah kekuatan,
sehingga ia dapat berpikir positif terhadap segala sesuatu yang berada di sekitarnya.

Contohnya, kamu harus memiliki keyakinan diri untuk dapat menjuarai suatu kejuaraan
apabila kamu telah bertekad untuk menang. Keberadaan adalah usaha manusia untuk selalu
mempertahankan eksistensi dirinya.

d) Pengungkapan nilai estetika atau keindahan

Nilai estetika merupakan nilai yang abstrak, dalam arti setiap orang memiliki ukuran yang
berbeda dalam menilai sesuatu apakah indah, bagus, atau tidaknya. Pengungkapan nilai
estetika atau keindahan diwujudkan dalam berbagai bentuk, dari wujud gerak sampai wujud
bentuk.

Contohnya, penikmat seni memandang lukisan Affandi akan berdecak kagum dan memuji
hasil karyanya. Tetapi orang awam yang tidak begitu paham akan seni lukis, menganggap
karya Affandi tersebut hanya berupa coretan cat di kanvas yang tidak mengandung arti apa-
apa.

e) Rekreasi dan hiburan

Rekreasi dan hiburan pada dasarnya hampir sama, perbedaannya hanya terdapat pada letak
pemenuhannya. Rekreasi merupakan sebuah kegiatan yang ditujukan sebagai pemulihan
kembali suasana (refresh) setelah bergelut dengan berbagai aktivitas rutin. Sedangkan hiburan
ditujukan hanya untuk mencari kesenangan semata.

Pengertian Macam-Macam Kebutuhan Manusia


Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis dan macam barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia sejak lahir hingga meninggal dunia tidak
terlepas dari kebutuhan. Untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan diperlukan
pengorbanan untuk mendapatkannya. Kebutuhan manusia banyak dan beraneka ragam,
bahkan terus bertambah tidak ada habisnya. Bila satu macam kebutuhan telah dipenuhi, tentu
akan datang lagi kebutuhan yang lain. Bahkan kebutuhan sering timbul dalam waktu yang
bersamaan. Demikian banyaknya kebutuhan manusia sehingga dapat digolongkan menjadi
berbagai macam kebutuhan manusia, sebagai berikut:

1. Kebutuhan Menurut Intensitasnya

Kebutuhan manusia menurut intensitasnya, bilamana kebutuhan akan barang dan jasa
tersebut dipandang dari urgensinya (pentingnya), atau mendesak tidaknya suatu kebutuhan
bagi kehidupan manusia.

Kebutuhan ini dikelompokkan menjadi tiga: kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan
kebutuhan tertier.

1. Kebutuhan Primer: yaitu kebutuhan manusia yang mutlak harus dipenuhi


keberadaannya agar manusia tetap hidup dan bisa beraktivitas. Jadi sifatnya wajib
untuk dipenuhi. Contoh: kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan
sebagainya.
2. Kebutuhan Sekunder: kebutuhan ini disebut juga kebutuhan kultural, yaitu kebutuhan
yang timbul bersamaan dengan meningkatnya peradaban manusia. Merupakan jenis
kebutuhan yang diperlukan setelah semua kebutuhan pokok telah terpenuhi dengan
baik. Kebutuhan sekunder sifatnya menunjang kebutuhan primer. Contohnya seperti
makanan yang bergizi dan enak, pendidikan yang baik, pakaian yang baik, perumahan
yang baik, dan sebagainya yang belum masuk dalam kategori mewah.
3. Kebutuhan Tertier: yaitu kebutuhan manusia yang ditujukan untuk kesenangan hidup
manusia. Artinya keberadaan barang tertier tidak begitu banyak pengaruhnya bagi
kehidupan manusia. Contoh: kebutuhan akan perhiasan, mobil mewah, rumah mewah,
rekreasi, dansebagainya.

Dewasa ini banyak barang yang semula dipandang mewah, sekarang telah digolongkan
menjadi kebutuhan sekunder, seperti: pesawat televisi (TV), handphone (HP), sepeda motor,
laptop dan komputer. Demikian juga untuk pendidikan dan kesehatan telah digolongkan
menjadi kebutuhan primer, mengingat kebutuhan ini sangat mendesak dan penting bagi
kehidupan manusia.

2. Kebutuhan Menurut Sifatnya

Kebutuhan menurut sifatnya dibedakan yaitu suatu kebutuhan hidup manusia yang
keberadaannya didasarkan menurut dampak atau pengaruhnya terhadap jasmani dan rohani.
Dengan demikian menurut sifatnya kebutuhan dibagi menjadi:

1. Kebutuhan jasmani, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan badan lahiriah atau
tubuh seseorang. Contohnya seperti makanan, minuman, pakaian, sandal, pisau cukur,
tidur, buang air kecil dan besar, seks, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan rohani, yaitu kebutuhan yang dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan
sesuatu bagi jiwanya. Contohnya seperti mendengarkan musik, siraman rohani,
beribadah kepada Tuhan YME, bersosialisasi, pendidikan, rekreasi, hiburan, dan lain-
lain.

3. Kebutuhan Menurut Waktu

Kebutuhan hidup manusia menurut waktu dibedakan antara kebutuhan pada waktu sekarang
dan kebutuhan pada waktu masa yang akan datang.

1. Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang harus dipenuhi sekarang juga, pada saat
ini. Kebutuhan yang benar-benar diperlukan pada saat ini secara mendesak. Contoh
adalah kebelet pipis, makan karena sangat lapar, pengobatan akibat kecelakaan,
payung disaat hujan, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan masa depan adalah pemenuhan kebutuhan yang dapat ditunda untuk waktu
yang akan datang. Contoh: tabungan hari tua, asuransi kesehatan, pergi haji, dan
sebagainya.

4. Kebutuhan Menurut Wujud

Kebutuhan menurut wujud dibedakan antara kebutuhan material dan kebutuhan in-material,
yang dideskripsikan sebagai berikut.

1. Kebutuhan material, yaitu kebutuhan berupa barang-barang yang dapat diraba dan
dilihat. Contoh: buku, sepeda, komputer, rumah, pabrik, dan sebagainya.
2. Kebutuhan immaterial, yaitu kebutuhan yang tidak berwujud. Contoh: keamanan,
keadilan, kesehatan, kebebasan, pendidikan, dan sebagainya.
3. Kebutuhan Menurut Subyek

Kebutuhan menurut subyek adalah kebutuhan yang dibedakan menurut pihak-pihak yang
membutuhkan. Kebutuhan menurut subyek meliputi:

1. Kebutuhan individu, yaitu kebutuhan yang dapat dilihat dari segi orang yang
membutuhkan. Contoh: kebutuhan petani berbeda dengan kebutuhan seorang guru,
kebutuhan pelajar berbeda dengan kebutuhan buruh pabrik.
2. Kebutuhan masyarakat, disebut juga kebutuhan kolektif atau kebutuhan sosial, yaitu
alat pemuas kebutuhan yang digunakan bersama. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan
akan berbagai barang dan jasa yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan sosial
suatu kelompok masyarakat. Contohnya adalah jalan umum, penerangan tempat
umum, berserikat mengeluarkan pendapat, berbisnis, berorganisasi, telepon umum,
jalan umum, WC umum, dan sebagainya.

Abraham H. Maslow (Supratiknya, 1995), juga mengemukakan macammacam kebutuhan


hidup manusia. Menurutnya, kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan dasar (basic needs)
dan meta kebutuhan-meta kebutuhan (metaneeds). Kebutuhan dasar adalah kebutuhan-
kebutuhan akibat kekurangan meliputi lapar, kasih-sayang, rasa aman, harga diri, dan
sebagainya. Meta kebutuhan adalah kebutuhan untuk pertumbuhan, yang meliputi keadilan,
kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan dan sebagainya. Secara umum kebutuhan dasar
manusia menurut Maslow adalah sebagai berikut.

1. Kebutuhan fisiologis; contohnya adalah: pangan/makanan, sandang/pakaian,


papan/rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil,
bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan; contohnya seperti: Bebas dari
penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain
sebagainya.
3. Kebutuhan sosial (persahabatan dan kekerabatan); contohnya seperti: memiliki teman,
memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan akan penghargaan (baik diri sendiri, harga diri, maupun dari orang lain);
contohnya pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5. Kebutuhan untuk mewujudkan diri, aktualisasi diri (mengembangkan diri dan
mengungkapkan potensi, termasuk kebutuhan biologis).

Berbagai kebutuhan tidak tersusun dalam satu hierarki (bertingkat) yang sedemikian rupa,
sehingga kebutuhan yang lebih rendah tingkatnya harus dipuaskan lebih dahulu sebelum
orang merasakan timbulnya kebutuhan yang lebih tinggi dan terdorong untuk berusaha.
Kebutuhan tersebut dalam kondisi normal harus dipenuhi semuanya, miskipun ada skala
prioritasnya. Contohnya, manusia akan berusaha memenuhi kebutuhan fisik terlebih dahulu,
baru kemudian kebutuhankebutuhan yang lain seperti rasa aman, kebutuhan sosial, dan
sebagainya.

Namun demikian dalam kondisi yang normal, kesemua kebutuhan tersebut diatas harus
dipenuhi, tidak boleh ada yang ditinggalkan atau diabaikan, walaupun tingkatannya lebih
rendah dibandingkan lainnya. Kecuali dalam kondisi tidak normal, seperti kala terjadi
bencana atau perang maka kebutuhan fisik dan rasa aman menjadi yang utama. Perhatikan
dalam peristiwa banjir, tanah longsor, kebakaran dan sejenisnya bantuan pertama yang datang
kepada korban adalah sembako.

Sumber: Rochmadi N.W. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 1 untuk SMK. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta
Lima kebutuhan pokok manusia
Mar 13

Posted by irwantav

1. Kebutuhan Biologis atau kebutuhan jasmaniah, merupakan


kebutuhan hidup manusia yang primer, seperti makan, tempat tinggal, pakaian, dan
kebutuhan seksual
2. Kebutuhan Psikis, yaitu kebutuhan rohaniah. Manusia membutuhkan adanya rasa
aman, dicintai, dan mencintai, rasa beban, perasaan untuk dihargai, dan lain
sebagainya
3. Kebutuhan Sosial, yaitu kebutuhan manusia untuk bergaul dan berinteraksi dengan
manusia yang lain. Karena manusia merupakan makhluk sosial, yang mempunyai
pembawaan untuk hidup bermasyarakat.
4. Kebutuhan Agama (spritual), yakni kebutuhan manusia terhadap pedoman hidup yang
dapat menunjukkan jalan ke arah kebahagiaan duniawi dan ukhrowi
5. Kebutuhan Pedagogis (intelek). Yaitu kebutuhan manusia terhadap pendidikan.
Manusia disebut Homo Educandum, yaitu makhluk yang harus dididik, oleh karena
itu dikategorikan sebagai Animal Educable, yakni sebagai makhluk (sebangsa
binatang) yang dapat dididik. Karena manusia mempunyai akal, mempunyai
kemampuan untuk berilmu pengetahuan, disamping manusia juga memiliki
kemampuan untuk berkembang dan membentuk dirinya sendiri.

Teori Hierarki Kebutuhan Maslow


Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Abraham Maslow mengembangkan teori kepribadian yang telah mempengaruhi sejumlah
bidang yang berbeda, termasuk pendidikan. Ini pengaruh luas karena sebagian tingginya
tingkat kepraktisan’s teori Maslow. Teori ini akurat menggambarkan realitas banyak dari
pengalaman pribadi. Banyak orang menemukan bahwa mereka bisa memahami apa kata
Maslow. Mereka dapat mengenali beberapa fitur dari pengalaman mereka atau perilaku yang
benar dan dapat diidentifikasi tetapi mereka tidak pernah dimasukkan ke dalam kata-kata.

Maslow adalah seorang psikolog humanistik. Humanis tidak percaya bahwa manusia yang
mendorong dan ditarik oleh kekuatan mekanik, salah satu dari rangsangan dan bala bantuan
(behaviorisme) atau impuls naluriah sadar (psikoanalisis). Humanis berfokus pada potensi.
Mereka percaya bahwa manusia berusaha untuk tingkat atas kemampuan. Manusia mencari
batas-batas kreativitas, tertinggi mencapai kesadaran dan kebijaksanaan. Ini telah diberi label
“berfungsi penuh orang”, “kepribadian sehat”, atau sebagai Maslow menyebut tingkat ini,
“orang-aktualisasi diri.”

Maslow telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu adalah
instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi yang sangat
lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar,
orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika
lingkungan tidak “benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan
lurus dan indah.

Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar
kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk
memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima
kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun
ketiga sampai kedua telah puas, dan sebagainya. Kebutuhan dasar Maslow adalah sebagai
berikut:

Teori Kebutuhan Maslow

1. Kebutuhan Fisiologis

Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu
tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak diberi semua
kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.

2. Kebutuhan Keamanan

Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan perilaku,
kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran
keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam
struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa
tidak aman dan perlu aman.

3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan

Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya
kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa
orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua
dan menerima cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.

4. Kebutuhan Esteem

Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan.
Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan dari
orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri,
dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri
dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah,
tak berdaya dan tidak berharga.

Baca juga : Biografi Jean Piaget

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk
aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk
menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus
bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri
mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang
sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima,
atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini
tidak selalu jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Teori hierarkhi kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida, lebih besar tingkat bawah
mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan aktualisasi diri.
Maslow percaya bahwa satu-satunya alasan bahwa orang tidak akan bergerak dengan baik di
arah aktualisasi diri adalah karena kendala ditempatkan di jalan mereka oleh masyarakat
negara. Dia bahwa pendidikan merupakan salah satu kendala. Dia merekomendasikan cara
pendidikan dapat beralih dari orang biasa-pengerdilan taktik untuk tumbuh pendekatan orang.
Maslow menyatakan bahwa pendidik harus menanggapi potensi individu telah untuk tumbuh
menjadi orang-aktualisasi diri / jenis-nya sendiri. Sepuluh poin yang pendidik harus alamat
yang terdaftar:

1. Kita harus mengajar orang untuk menjadi otentik, untuk menyadari diri batin mereka
dan mendengar perasaan mereka-suara batin.
2. Kita harus mengajar orang untuk mengatasi pengkondisian budaya mereka dan
menjadi warga negara dunia.
3. Kita harus membantu orang menemukan panggilan mereka dalam hidup, panggilan
mereka, nasib atau takdir. Hal ini terutama difokuskan pada menemukan karier yang
tepat dan pasangan yang tepat.
4. Kita harus mengajar orang bahwa hidup ini berharga, bahwa ada sukacita yang harus
dialami dalam kehidupan, dan jika orang yang terbuka untuk melihat yang baik dan
gembira dalam semua jenis situasi, itu membuat hidup layak.
5. Kita harus menerima orang seperti dia atau dia dan membantu orang belajar sifat batin
mereka. Dari pengetahuan yang sebenarnya bakat dan keterbatasan kita bisa tahu apa
yang harus membangun di atas, apa potensi yang benar-benar ada.
6. Kita harus melihat itu kebutuhan dasar orang dipenuhi. Ini mencakup keselamatan,
belongingness, dan kebutuhan harga diri.
7. Kita harus refreshen kesadaran, mengajar orang untuk menghargai keindahan dan hal-
hal baik lainnya di alam dan dalam hidup.
8. Kita harus mengajar orang bahwa kontrol yang baik, dan lengkap meninggalkan yang
buruk. Dibutuhkan kontrol untuk meningkatkan kualitas hidup di semua daerah.
9. Kita harus mengajarkan orang untuk mengatasi masalah sepele dan bergulat dengan
masalah serius dalam kehidupan. Ini termasuk masalah ketidakadilan, rasa sakit,
penderitaan, dan kematian.
10. Kita harus mengajar orang untuk menjadi pemilih yang baik. Mereka harus diberi
latihan dalam membuat pilihan yang baik.

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MENURUT ABRAHAM MASLOW

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai dua macam kebutuhan pokok /dasar yaitu
kebutuhan materi dan kebutuhan non materi.untuk dapat mengetahui kebutuhan dasar
manusia ada beberapa hal yang perlu diperhatikan perawat terkait dengan karakteristik
kebutuhan dasar manusia
1.semua orang mempunyai dasar yang sama walaupun masing”mempunyai latar belakang
sosial budaya,pengetahuan yang berbeda.
2.setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar sesuai dengan tingkat prioritas masing”
3.kebutuhan dasar umumnya harus terpenuhi ,sebagian dari kebutuhan itu dapat di tunda.
4.kegagalan dalam memenuhi salah satu kebutuhan dasar dapat menimbulkan
ketidakseimbangan yang dapat menyebabkan sakit.
5.munculnya keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar dipengaruhi oleh stimulus internal
maupun eksternal,misalnya kebutuhan untuk minum.seseorang bisa merasa haus karena
berkurangnya cairan dalam tubuh atau akibat melihat minuman segar di siang hari yang terik.
6.kebutuhan dasar manusia saling berhubungan dan saling memengaruhi.sebagian
contoh,kebutuhan makan,akan diikuti dengan kebutuhan minum.
7.jika seseorang merasa perlu terhadap kebutuhannya,ia akan berusaha memenuhinya dengan
segera.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia


Penyakit
Jika dalam keadaan sakit maka beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan
kebutuhan lebih besar dari biasanya.
Hubungan keluarga
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena
adanya saling percaya.
Konsep diri
Konsep diri yang positif, memberikan makna dan keutuhan bagi seseorang. Konsep diri yang
sehat memberikan perasaan yang positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang
dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup
yang sehat sehingga lebih mudah memenuhi kebutuhan dasarnya

Tahap perkembangan
Setiap tahap perkembangan, manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan
biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual.
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan wafat pada tahun
1970 dalam usia 62 tahun. Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi
humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima
dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori
tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan).

Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.


Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah
(bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of needs
(hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan
yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan
rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki),
esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi
diri).
Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization)

Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi
diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan
mengembangkan potensi diri. Menurut Abraham Maslow, kepribadian bisa mencapai
peringkat teratas ketika kebutuhan-kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu
dengan yang lain, dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa memanfaatkan faktor
potensialnya secara sempurna.

Kebutuhan akan harga diri (esteem needs)

Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri.
Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan
dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan
kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika
kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.
Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (love and Belonging needs)

Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai
timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam
usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan
keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub
peminatan dan seterusnya. Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and security needs)

Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa
aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan menjadi
kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut
sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lain
Kebutuhan fisiologis (Physiological)

Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti,
makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat,
buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan seks.
Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka tubuh akan menjadi rentan terhadap penyakit,
terasa lemah, tidak fit, sehingga proses untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat
terhambat. Hal ini juga berlaku pada setiap jenis kebutuhan lainnya, yaitu jika terdapat
kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi.

Referensi :
1. Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC
2. Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

KDK1 : Konsep Manusia Dan Kebutuhan Dasar

Posted by Faizal Hamzah , at 9:17 AM


Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan cinta yang
merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan. Hierarki kebutuhan
manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk
memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan.
Hierarki kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas.
Tingkatan yang paling dasar, atau yang pertama meliputi kebutuhan fisiologis seperti: udara,
air dan makanan. Tingkatan yang kedua meliputi kebutuhan keselamatan dan keamanan, yang
melibatkan keamanan fisik dan psikologis. Tingkatan yang ketiga mencakup kebutuhan cinta
dan rasa memiliki, termasuk persahabatan, hubungan sosial dan cinta seksual. Tingkatan yang
keempat meliputi kebutuhan rasa berharga dan harga diri, yang melibatkan percaya diri,
merasa berguna, penerimaan dan kepuasan diri. Tingkatan yang terakhir adalah kebutuhan
aktualisasi diri.

A. Konsep Manusia
Konsep manusia dibagi menjadi dua bagian: Manusia sebagai makhluk holistik dan Manusia
sebagai sistem
1. Manusia sebagai Makhluk Holistik
Manusia sebagai makhluk holistik mengandung pengertian, manusia makhluk yang terdiri
dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spritual, atau sering disebut juga sebagai makhluk
biopsikososialspritual. Dimana, keempat unsur ini tidak dapat terpisahkan, gangguan
terhadap salah satu aspek merupakan ancaman terhadap aspek atau unsur yang lain.
a. Manusia sebagai makhluk biologis, disebabkan karena:
• Manusia terdiri dari gabungan sistem-sistem organ tubuh
• Manusia mempertahankan hidup
• Manusia tidak terlepas dari hukum alam.
b. Manusia sebagai makhluk psikologis, karena:
• Setiap individu memiliki kepribadian yang unik (sanguin, melankholik,dll)
• Setiap individu memiliki tingkahlaku yang merupakan manifestasi dari kejiwaan
• Setiap individu memiliki kecerdasan dan daya pikir
• Setiap individu memiliki kebutuhan psikologis untuk mengembangkan kepribadian
c. Manusia sebagai Makluk sosial, karena:
• Setiap individu hidup bersama dengan orang lain
• Setiap individu dipengaruhi oleh kebudayaan
• Setiap individu terikat oleh norma yang berlakuk dimasyarakat
• Setiap individu dipengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan social
• Setiap individu tidak dapat hidup sendiri perlu bantuam orang lain
d. Manusia sebagai makhluk Spritual, karena:
• Setiap individu memiliki keyakinan sendiri tentang adanya Tuhan
• Setiap individu memiliki pandangan hidup, dan dorongan sejalan dengan keyakinan yang
dipegangnya
2. Manusia sebagai Sistem
Manusia ditinjau sebagai sistem, artinya manusia terdiri dari beberapa unsur/sistem yang
membentuk suatu totalitas; yakni sistem adaptif, sitem personal, sistem interpersonal, dan
sistem sosial
a. Manusia sebagai sistem adaptif, disebabkan:
• Setiap individu dapat berubah
• Setiap individu merespon terhadap perubahan
b. Manusia sebagai sistem personal, disebabkan:
• Setiap manusia memiliki proses persepsi
• Setiap manusia bertumbuh kembang
c. Manusia sistem interpersonal, karena:
• Setiap manusia berinteraksi dengan yang lain
• Setiap manusia memiliki peran dalam masyarakat
• Setiap manusia berkomunikasi terhadap orang lain
d. Manusia sebagai sistem social, karena:
• Setiap individu memiliki kekuatan dan wewenang dalam pengambilan keputusan dalam
lingkungannya; keluarga, masyarakat, dan tempat kerja

B. Homeostatis
Homeostasis merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbang-an dalam
mempertahankan kondisi yang dialaminya. Proses homeostasis ini dapat terjadi apabila tubuh
mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme
pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa
homeostasis adalah suatu proses perubahan yang terus-menerus untuk memelihara stabilitas
dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Homeostasis yang terdapat dalam
tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem endokrin dan syaraf otonom. Secara
alamiah proses homeostasis dapat terjadi dalam tubuh manusia.
Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostasis ini dapat melalui empat cara
yaitu :
1. Self regulation
Sistem ini dapat terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti dalam pengaturan
proses sistem fisiologis tubuh manusia.
2. Cara kompensasi
Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan dalam tubuh. Sebagai contoh,
apabila secara tiba-tiba lingkungan menjadi dingin, maka pembuluh darah perifer akan
mengalami konstriksi dan merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan
kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tetap stabil,
pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi ancaman terhadap
tubuh, peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu badan.
3. Cara umpan balik negative
Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan abnormal tubuh
secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan
penyimpangan yang terjadi.
4. Umpan balik untuk mengoreksi ketidakseimbangan fisiologis
Sebagai contoh apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses peningkatan
denyut jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh.
Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dan kesejahteraan mental.
Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi
oleh norma dan kultur masyarakat. Contoh homeostasis psikologis adalah mekanisme
pertahanan diri seperti menangis, tertawa, berteriak, memukul.

C. Homeodinamik
Homeodinamik merupakan pertukaran energi secara terus-menerus antara manusia dan
lingkungan sekitarnya. Pada proses ini manusia tidak hanya melakukan penyesuaian diri,
tetapi terus berinteraksi dengan lingkungan agar mampu mempertahankan hidupnya.
Proses homeodinamik bermula dari teori tentang manusia sebagai unit yang merupakan satu
kesatuan utuh, memiliki karakter yang berbeda-beda, proses hidup yang dinamis, selalu
berinteraksi dengan lingkungan yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhinya, serta
memiliki keunikan tersendiri dalam proses homeodinamik ini.
Adapun beberapa prinsip hemodinamik adalah sebagai berikut :
1. Prinsip integralitas.
Prinsip utama dalam hubungan antara manusia dengan lingkungan yang tidak dapat
dipisahkan. Perubahan proses kehidupan ini terjadi secara terus-menerus karena adanya
interaksi manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi.
2. Prinsip resonansi.
Prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan frekuensinya bervariasi,
mengingat manusia memiliki pengalaman beradaptasi dengan lingkungan.
3. Prinsip helicy.
Prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan manusia berlangsung perlahan-lahan
dan terdapat hubungan antara manusia dan lingkungan

D. Konsep Tumbuh Kembang


1. Pengertian Tumbuh Kembang
Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian
tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-protein baru,
menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian. Dalam
pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran
tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan fisik pada diri manusia itu.
Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa ini
merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh.
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu secara
bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami
peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini,
2000).
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning).
Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis dan berkesinambungan dengan
perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi
kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional. Perkembangan secara
fisik yang terjadi adalah dengan bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan
intelektual ditunjukan dengan kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara,
bermain, berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan
anak.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda antara satu
dengan manusia lainnya, bisa dengan cepat bahkan lambat, tergantung pada individu dan
lingkungannya. Proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor di antaranya :
a. Faktor heriditer/ genetik
Faktor heriditer Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu
secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami
peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini,
2000).
Merupakan faktor keturunan secara genetik dari orang tua kepada anaknya. Faktor ini tidak
dapat berubah sepanjang hidup manusia, dapat menentukan beberapa karkteristik seperti jenis
kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan sifat dan sikap
tubuh seperti temperamen.
Faktor ini dapat ditentukan dengan adanya intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel
telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Potensi genetik yang berkualitas hendaknya dapat berinteraksi dengan
lingkungan yang positif agar memperoleh hasil yang optimal.
b. Faktor Lingkungan/ eksternal
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari mulai lahir sampai
akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapinya atau tidak potensi yang sudah ada
dalam diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya. Faktor lingkungan ini secara garis
besar dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Lingkungan pranatal (faktor lingkungan ketika masihdalam kandungan)
Faktor prenatal yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil, faktor mekanis,
toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoksia embrio.
2) Lingkungan postnatal ( lingkungan setelah kelahiran )
Lingkungan postnatal dapat di golongkan menjadi :
• Lingkungan biologis, meliputi ras, jenis kelamin, gizi, perawatan kesehatan, penyakit
kronis, dan fungsi metabolisme.
• Lingkungan fisik, meliputi sanitasi, cuaca, keadaan rumah, dan radiasi.
• Lingkungan psikososial, meliputi stimulasi, motivasi belajar, teman sebaya, stress, sekolah,
cinta kasih, interaksi anak dengan orang tua.
• Lingkungan keluarga dan adat istiadat, meliputi pekerjaan atau pendapatan keluarga,
pendidikan orang tua, stabilitas rumah tangga, kepribadian orang tua.
c. Faktor Status Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Anak yang lahir dan
dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi cenderung lebih dapat tercukupi
kebutuhan gizinya dibandingkan dengan anak yang lahir dan dibesarkan dalam status
ekonomi yang rendah.
d. Faktor nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan proses tumbuh
kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak di penuhi
maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat.
e. Faktor kesehatan
Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada anak dengan
kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah. Namun
sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan terjadi perlambatan.
3. Ciri Proses Tumbuh Kembang
Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai dewasa
memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu :
a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas (dewasa)
yang dipengaruhi oleh faktor bawaan daan lingkungan.
b. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses tumbuh
kembang pada setiap organ tubuh berbeda.
c. Pola perkembangan anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu
dengan lainnya.
d. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ.
Secara garis besar menurut Markum (1994) tumbuh kembang dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Tumbuh kembang fisis
Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuran besar dan fungsi organisme atau
individu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekuler yang sederhana seperti
aktifasi enzim terhadap diferensi sel, sampai kepada proses metabolisme yang kompleks dan
perubahan bentuk fisik di masa pubertas.
b. Tumbuh kembang intelektual
Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan
menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik, seperti bermain, berbicara, berhitung,
atau membaca.
c. Tumbuh kembang emosional
Proses tumbuh kembang emosional bergantung pada kemampuan bayi umtuk membentuk
ikatan batin, kemampuan untuk bercinta kasih.
Prinsip tumbuh kembang menurut Potter & Perry (2005) yaitu:
a. Perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti arah rangkaian tertentu
b. Perkembangan adalah suatu yang terarah dan berlangsung terus menerus, dalam pola
sebagai berikut Cephalocaudal yaitu pertumbuhan berlangsung terus dari kepala ke arah
bawah bagian tubuh, Proximodistal yaitu perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat
(proksimal) tubuh kearah luar tubuh (distal), Differentiation yaitu perkembangan berlangsung
terus dari yang mudah kearah yang lebih kompleks.
c. Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola yang
konsisiten dan kronologis.
4. Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia
Tahap-tahap tumbuh kembang pada manusia adalah sebagai berikut :
a. Neonatus (bayi lahir sampai usia 28 hari)
Dalam tahap neonatus ini bayi memiliki kemungkinan yang sangat besar tumbuh dan
kembang sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya. Sedangkan perawat
membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi yang masih belum
diketahui oleh orang tuanya.
b. Bayi (1 bulan sampai 1 tahun)
Dalam tahap ini bayi memiliki kemajuan tumbuh kembang yang sangat pesat. Bayi pada usia
1-3 bulan mulai bisa mengangkat kepala,mengikuti objek pada mata, melihat dengan
tersenyum dll. Bayi pada usia 3-6 bulan mulai bisa mengangkat kepala 90°, mulai bisa
mencari benda-benda yang ada di depan mata dll. Bayi usia 6-9 bulan mulai bisa duduk tanpa
di topang, bisa tengkurap dan berbalik sendiri bahkan bisa berpartisipasi dalam bertepuk
tangan dll. Bayi usia 9-12 bulan mulai bisa berdiri sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan
dtuntun, menirukan suara dll. Perawat disini membantu orang tua dalam memberikan
pengetahuan dalam mengontrol perkembangan lingkungan sekitar bayi agar pertumbuhan
psikologis dan sosialnya bisa berkembang dengan baik.
c. Todler (usia 1-3 tahun)
Anak usia toddler (1-3 th) mempunyai sistem kontrol tubuh yang mulai membaik, hampir
setiap organ mengalami maturitas maksimal. Pengalaman dan perilaku mereka mulai
dipengaruhi oleh lingkungan diluar keluarga terdekat, mereka mulai berinteraksi dengan
teman, mengembangkan perilaku/moral secara simbolis, kemampuan berbahasa yang
minimal. Sebagai sumber pelayanan kesehatan, perawat berkepentingan untuk mengetahui
konsep tumbuh kembang anak usia toddler guna memberikan asuhan keperawatan anak
dengan optimal.
d. Pra Sekolah (3-6 tahun)
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2000), anak usia
prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya.
Dalam hal pertumbuhan, secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d
2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95
cm.
Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.BB
mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat
lahir. Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi sedikit. Pertumbuhan pada tahun
kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm, yang
mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent ssudah
dapat terjadi.
e. Usia sekolah (6-12 tahun)
Kelompok usia sekolah sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya. Perkembangan fisik,
psikososial, mental anak meningkat. Perawat disini membantu memberikan waktu dan energi
agar anak dapat mengejar hoby yang sesuai dengan bakat yang ada dalam diri anak tersebut.
f. Remaja ( 12-18/20 tahun)
Perawat membantu para remaja untuk pengendalian emosi dan pengendalian koping pada
jiwa mereka saat ini dalam menghadapi konflik.
g. Dewasa muda (20-40 tahun)
Perawat disini membantu remaja dalam menerima gaya hidup yang mereka pilih, membantu
dalam penyesuaian diri, menerima komitmen dan kompetensi mereka, dukung perubahan
yang penting untuk kesehatan.
h. Dewasa menengah (40-65 tahun)
Perawat membantu individu membuat perencanaan sebagai antisipasi terhadap perubahan
hidup, untuk menerima faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kesehatan dan
fokuskan perhatian individu pada kekuatan, bukan pada kelemahan.
i. Dewasa tua
Perawat membantu individu untuk menghadapi kehilangan (pendengaran, penglihatan,
kematian orang tercinta).
5. Aplikasi Tumbuh Kembang Dengan Keperawatan
Dalam teori perkembangan hanya menjelaskan satu aspek yaitu perawat harus
mengaplikasikan beberapa teori perkembangan yang ada untuk memahami pasien saat
melakukan pengkajian dan implementasi tindakan keperawatan tentang tumbuh
kembang.Perkembangan setiap individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya sesuai
dengan tingkat perkembangan dirinya sendiri oleh arena itu perawat tidak boleh membeda-
bedakan antara klien yang satu dengan yang lainnya.
Teori-teori tumbuh kembang dapat bermanfaat dalam dunia keperawatan diantaranya untuk
pengkajian, mengetahui tingkatan perilaku klien dan memberikan intervensi keperawatan
terhadap klien sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Konsep tumbuh kembang manusia
ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam mempelajari konsep tumbuh kembang manusia pada
berbagai macam tingkatan usia dan masalah yand ada dalam masyarakat.

E. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


Kebutuhan dasar manusia adalah unsure-unsur yang dibutuhkan manusian dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun fisiologis, yang tentunya untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan manisia menurut Abraham Maslow
dalam Teori Hirarki Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan
dasar yaitu kebutuhan fisiologis (makan dan minum), keamanan, cinta, harga diri, dan
aktualisasi diri (Sumber: Potter And Patricia, 1997).
Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan menurut intensitas kegunaan, menurut sifat,
menurut bentuk, menurut waktu, dan menurut subjek.
1. Kebutuhan Manusia Menurut Intensitas Kegunaan
Berdasarkan intensitas kegunaannya, kebutuhan dibedakan menjadi kebutuhan primer,
sekunder, dan tersier.
a. Kebutuhan Primer
Kebutuhan primer disebut juga kebutuhan pokok atau dasar, yaitu kebutuhan yang harus
dipenuhi karena sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan ini meliputi
makanan, pakaian, dan perumahan (pangan, sandang dan papan). Agar tetap hidup manusia
membutuhkan makan setiap hari, berpakaian yang layak, dan mempunyai tempat tinggal
untuk menghindari sengatan matahari, siraman air hujan, dan pengaruh udara. Kebutuhan
primer disebut juga kebutuhan pokok atau dasar, yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi karena
sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Apabila kebutuhan primer ini tidak
terpenuhi, maka manusia sulit untuk melangsungkan kehidupan dan mewujudkan jati diri
sesuai dengan kodratnya.
Seperti halnya dalam kebudayaan nasional, kebutuhan ini sangatlah tidak bisa dilepaskan dari
kehidupan manusia karena kebutuhan primer ini merupakan kebutuhan awal yang paling
mendasar dalam menjamin kehidupan manusia.
b. Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan sekunder adalah merupakan jenis kebutuhan yang diperlukan setelah semua
kebutuhan pokok primer telah semuanya terpenuhi dengan baik. Kebutuhan sekunder sifatnya
menunjang kebutuhan primer. Kebutuhan sekunder antara lain radio, televisi, meja dan kursi,
tempat tidur, dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya mempunyai
kebutuhan yang berkembang seiring dengan tuntutan kepuasan yang diinginkan. Kebutuhan
sekunder sebenarnya tidak begitu penting untuk diwujudkan, karena tanpa pemenuhan
kebutuhan inipun manusia dapat tetap hidup.
c. Kebutuhan Tersier
Kebutuhan tersier adalah kebutuhan manusia yang sifatnya mewah, tidak sederhana dan
berlebihan yang timbul setelah terpenuhinya kebutuhan primer dan kebutuhan skunder.
Kebutuhan tersier atau kebutuhan akan barang mewah antara lain villa, mobil mewah/kapal
pesiar dan kebutuhan mewah lainnya. Kebutuhan tersier timbul setelah kebutuhan primer dan
kebutuhan sekunder terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan tersier ini pada dasarnya berkenaan
dengan status seseorang, agar lebih dihargai oleh orang lain dan lebih terpandang.
Budaya orang kaya atau orang yang memiliki banyak harta biasanya mereka memenuhi
kebutuhan tersiernya dengan barang-barang mewah, sehingga dengan terbelinya barang
mewah tersebut mereka akan terlihat dan diketahui orang banyak bahwa mereka adalah orang
kaya dan terpandang.
Batas antara kebutuhan primer, sekunder, dan tersier untuk masing-masing orang tidaklah
sama. Hal ini berhubungan dengan kedudukan dan status ekonomi orang tersebut di tengah
masyarakat. Kemungkinan bagi orang tertentu, kebutuhan sekunder akan menjadi kebutuhan
tersier untuk orang yang lain. Misalnya TV berwarna bagi golongan berpenghasilan tinggi
merupakan kebutuhan sekunder, sedangkan bagi mereka yang penghasilannya rendah
merupakan kebutuhan tersier.
2. Kebutuhan Menurut Sifat
a. Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang diperlukan oleh jasmani atau badan. Contoh:
untuk menjaga kesehatan badan, manusia memerlukan makanan, minuman, pakaian, dan
olahraga yang teratur.
b. Kebutuhan Rohani
Kebutuhan Rohani adalah kebutuhan yang diperlukan oleh rohani atau jiwa. Contoh: untuk
menyegarkan pikiran manusia memerlukan hiburan, untuk menguatkan iman manusia
memerlukan siraman rohani berupa petunjuk dan nasihat keagamaan, untuk mencerdaskan
pikiran dan meningkatkan keterampilan manusia memerlukan pendidikan.
3. Kebutuhan Menurut Bentuk
a. Kebutuhan Material
Kebutuhan material adalah kebutuhan yang berbentuk benda material atau benda berwujud,
seperti tas, makanan, rumah, pakaian, dan lain-lain.
b. Kebutuhan Immaterial
Kebutuhan immaterial adalah kebutuhan yang berbentuk benda immaterial atau benda yang
tak berwujud, seperti nasihat ulama, penjelasan guru, hiburan, petunjuk dokter, dan lain-lain.
4. Kebutuhan Menurut Waktu
a. Kebutuhan Sekarang
Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang pemenuhannya tidak dapat ditunda dan harus
dipenuhi saat kebutuhan tersebut dirasakan. Contoh: kebutuhan akan makan bagi orang yang
lapar dan kebutuhan akan obat bagi orang yang sakit.
b. Kebutuhan Masa Depan
Kebutuhan masa depan adalah kebutuhan yang pemenuhannya dapat ditunda, karena
dibutuhkan pada saat yang akan datang. Contoh: kebutuhan akan tempat tidur bayi bagi ibu
yang sedang hamil muda dan kebutuhan akan biaya kuliah bagi anak yang masih SMP. Pada
umumnya orang mempersiapkan diri untuk memenuhi kebutuhan masa depan, di antaranya
dengan menabung.
c. Kebutuhan Tidak Tentu Waktunya
Kebutuhan ini disebabkan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba / tidak disengaja yang sifatnya
insidental. Contoh : konsultasi kesehatan dan kecelakaan.
5. Kebutuhan Menurut Subjek
a. Kebutuhan Individu
Kebutuhan individu adalah kebutuhan yang harus dipenuhi secara individu atau perorangan.
Contoh: kebutuhan makan, minum, pakaian, sepatu, dan sikat gigi. Kebutuhan individu setiap
orang berbeda.
b. Kebutuhan Kualitatif/Bersama
Kebutuhan kolektif adalah kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kepentingan bersama dan
dilakukan secara bersama-sama. Contoh : kebutuhan akan jalan raya, listrik, pasar, sistem
pengairan, tempat pembuangan sampah, dan lain-lain.

F. Ciri Kebutuhan Dasar Manusia


Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang umumya memiliki
kebutuhan dasar yang sama, akan tetapi terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan
tersebutpun ikut bebbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri
dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya makamanusia akan
berfikir lebih keras dan bergerak untuk memenuhi kebutuhannya.

G. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia


Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
1. Penyakit.
Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik
secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan
pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.
2. Hubungan Keluarga.
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena
adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak adarasa curiga, dan lain-lain.
3. Konsep Diri.
Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang
positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat
menghasilkan perasaan positif tentang diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan
mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat.,
sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.
4. Tahap Perkembangan.
Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan. Setiap tahap
perkembangan tersebut memiliki kebutuhan dasar yang berbeda, baik kebutuhan psikologis,
biologis, sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh juga mengalami
proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda.

H. Pendapat Beberapa Ahli Tentang Model Kebutuhan Dasar Manusia


1. Virginia Henderson
Virginia Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997) membagi kebutuhan dasar manusia
kedalam 14 komponen berikut :
a. Bernafas secara normal
b. Makan dan minum yang cukup
c. Eliminasi (buang air besar dan kecil)
d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan
e. Tidur dan istirahat
f. Memilih pakaian yang tepat
g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan menyesuaikan pakaian
yang digunakan dan memodifikasi lingkungan
h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan
i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan,
kekhawatiran, dan opini
k. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup
m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
n. Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan
yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia
2. Jean Watson
Jean Watson (dalam B. Talento, 1995) membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam dua
peringkat utama, yaitu kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan
kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs). Pemenuhan kebutuhan yang
tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu upaya kompleks manusia untuk mencapai
aktualisasi diri. Tiap kebutuhan dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain, dan
semuanya dianggap penting.
Kebutuhan itu antara lain :
a. Kebutuhan untuk bertahan hidup (biofisikal) :
1) Makanan
2) Eliminasi
3) Ventilasi
b. Kebutuhan fungsional (psikofisikal) :
1) Aktivitas dan istirahat
2) Seksualitas
c. Kebutuhan integratif (psikososial) :
1) Berprestasi
2) Berafiliasi
d. Kebutuhan untuk berkembang (intrapersonal-interpersonal) :
1) Aktualisasi diri
3. Abraham Maslow
Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow (dalam Potter
dan Perry, 1997) dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai
berikut :
a. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti
oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat
tinggal, istirahat dan tidur, serta kebutuhan seksual.
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan fisik dan
perlindungan psikologis. Perlindungan fisik meliputi perlindungan atas ancaman tubuh atau
hidup. ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan dan
sebagainya. Perlindungan psikologis yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang
baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika pertama kali masuk
sekolah karena merasa terancam oleh kaharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan
sebagainya.
c. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima
kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok
sosial, dan sebagainya.
d. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. kebutuhan ini terkait
dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, dan
kemerdekaan diri. selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa
kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri
sepenuhnya.

Referensi:
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan,
Jakarta: Salemba Medika.
http://blogs.unpad.ac.id/difude/2010/12/11/ciri-kebutuhan-dasar-manusia/
http://blogs.unpad.ac.id/difude/2010/12/12/pendapat-beberapa-ahli-tentang-model-kebutuhan-dasar-manusia/
http://bosciliknganjuk.blogspot.com/2011/12/faktor-yang-mempengaruhi-kebutuhan.html
http://dianwiris.blogspot.com/2012/12/konsep-manusia-dan-kebutuhan-dasar.html
http://duniabaca.com/faktor-yang-mempengaruhi-kebutuhan-manusia.html
http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2009/12/homeostasis-dan-hemodinamik.html
http://fanfanfani.wordpress.com/2010/11/30/homeostatis-dan-homeodinamis/
http://foryourinformations2.blogspot.com/2012/05/kebutuhan-dasar-manusia-menurut-para.html
http://fuadramadan.wordpress.com/2012/01/23/kebutuhan-dasar-manusia/
http://hafikoandresni005.blogspot.com/2013/05/makalah-tumbuh-kembang-anak.html
http://hanyasekedarblogg.blogspot.com/2013/05/konsep-pertumbuhan-dan-perkembangan.html
http://hatyascenter.blogspot.com/2011/03/konsep-tumbuh-kembang-manusia.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2182595-definisi-faktor-dan-ciri-ciri/
http://kapukpkusolo.blogspot.com/2011/01/abraham-maslow-kebutuhan-dasar-manusia.html
http://iissadiyah1.blogspot.com/2012/10/konsep-tumbuh-kembang-manusia-tugas-ikd_23.html
http://muzavipahlevi.wordpress.com/2011/04/17/konsep-kebutuhan-dasar-manusia/
http://online-ners.blogspot.com/2013/02/kebutuhan-dasar-manusia-menurut-para.html
http://rememberverar.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://reshayainiresha.wordpress.com/2010/04/09/pengertian-homeostasis/
http://ririsriezqia.blogspot.com/2012/10/konsep-manusia-dan-kebutuhan-dasar.html
http://semi-yanto.blogspot.com/2011/07/pertumbuhan-dan-perkembangan-manusia.html
http://skooci.blogspot.com/2013/02/kebutuhan-dasar-manusia.html
http://utaminoverima.wordpress.com/2012/11/28/konsep-kebutuhan-dasar-manusia-menurut-maslow-henderson/
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk biopsikososialspriritual memiliki banyak kebutuhan untuk


memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan dari kebutuhan yang paling dasar seperti makan,
minum, bernapas, elimininasi, reproduksi dan istirahat.

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada
dasarnyamemiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka kebutuhan
tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan
prioritas yang ada.Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih
keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya.

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut
Abraham Maslow dalam teori Hirarki. Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan
aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997).

Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dapat digunakan untuk
memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan.
Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar daripada kebutuhan lainnya. Oleh
karana itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya. Kebutuhan dasar
manusia seperti makan ,air, keamanan dan cinta merupakan hal yang penting bagi manusia.

Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia tersebut dapat digunakan untuk memahami
hubungan antara kebutuhan dasar manusia dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia
kesehatan. walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap
orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang
terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.

Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan
perawat untuk memahami hunbungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan
perawatan. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih dari pada
kebutuhan lainnya; oleh karena itu, beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan
yang lain. Misalnya, orang yang lapar akan lebih mencari makanan daripada melakukan
aktivitas untuk meningkatkan harga diri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Manusia

Manusia dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu manusia sebagai makhluk holistik dan
manusia sebagai sistem.

2.1.1 Manusia Sebagai Makhluk Holistik

Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau paduan dari unsur
biologis, psikologis, sosial dan spiritual.

Sebagai makhluk psikologis manusia memiliki struktur kepribadian, tingkah laku sebagai
manifestasi kejiwaan dan kemampuan berpikir serta kecerdasan.

Sebagai makhluk sosial manusia perlu hidup bersama orang lain, saling bekerja sama untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup, mudah dipengaruhi kebudayaan serta dituntut
untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang ada.

Sebagai makhluk spiritual manusia memiliki keyakinan, pandangan hidup dan dorongan
hidup yang sejalan dengan keyakinan yang dituntunya.

2.1.2 Manusia Sebagai Sistem

Manusia sebagai sistem terdiri atas sistem adaptif yang merupakan proses perubahan individu
sebagai respon terhadap perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi integritas atatu
keutuhan.

Sebagai sistem personal, manusia memiliki proses persepsi dan bertumbuh kembang.

Sebagai sistem interpersonal, manusia dapat berinteraksi, berperan dan berkomunikasi


terhadap orang lain.

Sedangkan sebagai sistem sosial, manusia memiliki kekuatan dan wewenang dalam
pengambilan keputusan di lingkungannya, baik dalam keluarga, masyarakat maupun
lingkungan pekerjaan.

2.1.3 Manusia Sebagai Individu

Secara fisiologis hakikat manusia sebagai makhluk individu itu bersifat bebas, tidak
mempunyai hubungan yang ketat anatara sesama. Kata manusia berasal dari kata manu
(Sansekerta) atau mens (Latin) yang berarti berpikir, berakal budi, atau homo (Latin) yang
berarti manusia. Istilah individu berasal dari bahasa Latin, yaitu individu, yang artinya
sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau suatu kesatuan yang terkecil dan terbatas.
Secara kodrati, manusia merupakan mahluk monodualis. Artinya selain sebagai mahluk
individu, manusia juga berperan sebagai mahluk sosial. Jiwa dan raga inilah yang membentuk
individu.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri
sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa
akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat
individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya).

Hal terpenting yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia
dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas
hidupnya. Manusia adalah ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-
ciptaan yang lain. Dalam pembahasan tentang hakikat manusia sebagai makhluk individu dan
sosial kita bisa melihatnya dalam kehidupan sehari-hari, contohnya pada saat kita kesusahan
pasti kita membutuhkan bantuan dari orang lain dan ketika kita mempunyai persoalan yang
bersifat pasti kita akan menjadi manusia yang individu agar orang lain tidak dapat
mengetahui persoalan pribadi yang kita punya.

Pengertian manusia sebagai makhluk individu, mahluk dan individu secara etimologi
diartikansebagaiberikut:
 Manusia berarti mahluk yang berakal budi dan mampu menguasai mahluk lain.
 Mahluk yaitu sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.

 Individu mengandung arti orang seorang, pribadi, organisme yang hidupnya berdiri
sendiri.

2.2 Ciri-ciri Manusia Holistik


2.2.1 Manusia sebagai makhluk biologis
Sebagai makhluk biologis manusia mempunyai kaidah jasmaniah yang terpadu dengan sistem
organik, yaitu :
 Masing-masing organ atau bagian tubuh manusia mempunyai fungsi
 Tunduk pada hakekat hukum alam, yang berarti manusia melaluai tingkatan-tingkatan
seperti : Lahir –berkembang – tua – dan pada akhirnya akan mati

2.2.2 Sebagai makhluk hidup yang mempunyai jiwa (Psikologis)


Manusia dipengaruhi oleh perasaan dan kata hatinya .Manusia mempunyai dasar pikir karena
mempunyai intelegensi atau akal.

2.2.3 Sebagai makhluk sosial


 Manusia dilahirkan, hidup ditengah-tengah masyarakat dengan norma serta sistem
nilainya.
 Manusia adalah anggota keluarga, masyarakat dan dunia

 Manusia mempunyai peranan yang harus ia sumbangkan untuk kepentingan dirinya


maupun masyarakat

2.2.4. Sebagai makhluk dengan dasar spiritual


 Manusia memiliki keyakinan dan kepercayaan
 Manusia mengakui adanya Tuhan YME dan menyembahnya
Manusia sebagai makhluk yang unik dan merupakan makhluk bio-psiko-sosial-kultural
mempunyai kebutuhan dasar yang bermacam-macam sesuai dengan tingkat perkembanganya.
Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang sama tetapi ada kalanya satu kebutuhan
lebih penting dari pada kebutuhan yang lainya.

2.3 Konsep Manusia sebagai Sistem

Manusia sebagai system terdiri atas system adaftif , personal , interpersonal dan social .
Sistem adaftif merupakan proses perubahan individu sebagai respons terhadap perubahan
lingkungan yang dapat memengaruhi integritas atau keutuhan . Sebagai system personal,
manusia memiliki proses persepsi dan bertumbuh kembang sebagai system interpersonal,
manusia dapat berinteraksi, berperan dan berkomunikasi terhadap orang lain. Sedangkan
sebagai system social, manusia memiliki kekuatan dan wewenang dalam pengambilan
keputusan di lingkungannya, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun lingkungan
pekerjaan.

2.4 Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia


dalammempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

2.5 Hal-Hal Yang Mendasari Pemahaman Kebutuhan Dasar Manusia

Manusia sebagai bagian integral yang berintegrasi satu sama lainnya dalam motivasinya
memenuhi kebutuhan dasar (fisiologis,keamanan, kasih sayang,harga diri dan aktualisasi
diri). Setiap kebutuhan manusia merupakan suatu tegangan integral sebagai akibat dari
perubahan dari setiap komponen sistem.Tekanan tersebut dimanifestasikan dalam perilakunya
untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan sampai terpenuhinya tingkat kepuasan klien.

Dasar kebutuhan manusia adalah terpenuhinya tingkat kepuasan agar manusia bisa
mempertahankan hidupnya. Peran perawat yang utama adalah memenuhi kebutuhan dasar
manusia dan tercapainya suatu kepuasan bagi diri sendiri serta kliennya, meskipun dalam
kenyataannya dapat memenuhi salah satu dari kebutuhan membawa dampak terhadap
perubahan sistem dalam individu (biologis, intelektual, emosional, social, spiritual, ekonomi,
lingkungan, patologi dan psikopatologi).

Hal ini menggambarkan suatu bagian di mana penerapan proses keperawatan selalu
difokuskan pada kebutuhan individu yang unik dan sebagai suatu bagian integral dari
keluarga dan masyarakat. Keseimbangan antar kebutuhan tersebut menjadi tanggungjawab
dari setiap orang.Misalnya tanggung jawab orangtua terhadap anaknya, demikian juga
tanggung jawab perawat untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar klien. Peran tersebut
dapat dilaksanakan secara optimal melalui pendekatan proses keperawatan.

2.6 Ciri Kebutuhan Dasar Manusia

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada
dasarnyamemiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka kebutuhan
tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan
prioritas yang ada.Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih
keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Manusia


1. Penyakit
Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik
secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan
pemenuhan besar dari biasanya.

2. Hubungan keluarga
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena
adanya saling percaya merasakan kesenangan hidup tidak ada rasa curiga.

3. Konsep Diri
Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang
positif akan memberikan makna dan keutuhan bagi seseorang. Orang yang merasa positif
tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara
hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhannya.

4. Tahap Perkembangan
Sejalan dengan meningkatnya umur, manusia mengalami perkembangan dan pada setiap
tahap perkembangan tersebut memilikikebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, maupun spiritual.

2.8 Model – Model Kebutuhan Dasar Manusia


1. Abraham Maslow
Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow meliputi lima
kategori kebutuhan dasar, yakni sebagai berikut :

a. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)


Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Seorang yang
beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan melakukan berbagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan fisiologisnya terlebih dahulu.

Misalnya, seorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan mencari
makanan terlebih dahulu daripada mencari cinta.

Kebutuhan fisiologis hal yang penting untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan
macam kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan
cairan dan elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urin dan fekal, kebutuhan
istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan temperatur, serta kebutuhan seksual.
Penting untuk mempertahankan kebutuhan tersebut guna kelangsungan umat manusia.

b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)


Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah keselamatan dan rasa aman
dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis.Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan infeksi, bebas dari rasa takut dan
cemas, serta bebas dari ancaman keselamatan dan psikologi pada pengalaman yang baru atau
tidak dikenal.
c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging Needs)
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan
hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan, serta mendapat tempat
atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.

d. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteen Need)


Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain, kompeten, serta
penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)


Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri dengan baik (mengenal dan
memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan sendiri – sendiri, tidak emosional,
mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif, serta mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan
sebagainya.

Dengan mengetahui konsep kebutuhan dasar menurut Maslow, kita perlu memahami bahwa :

 Manusia senantiasa berkembang, sehingga dapat mencapai potensi diri yang


maksimal.
 Kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi tidak akan terpenuhi dengan baik sampai
kebutuhan di bawahnya penuhi.
 Jika kebutuhan dasar pada tiap tingkatan tidak terpenuhi, pada akhirnya akan muncul
sesuatu kondisi patologis.
 Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan setiap kebutuhan tersebut
dimodifikasi sesuai dengan budaya masing.
 Setiap orang memenuhi kebutuhan dasarnya menurut prioritas
 Walaupun kebutuhan pada umumnya harus dipenuhi, tetapi beberapa kebutuhan
sifatnya dapat ditunda
 Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menyebabkan ketidakseimbangan
homeostasis. Lebih lanjut kondisi ini dapat menimbulkan penyakit.
 Kebutuhan dapat menyebabkan seseorang berpikir dan bergerak memenuhinya. Ini
disebabkan oleh rangsangan yang berasal dari faktor eksternal dan internal.
 Seseorang dapat merasakan adanya kebutuhan sehingga dapat berespon melalui
berbagai cara.
 Kebutuhan dasar sifatnya saling berkaitan, beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi
akan mempengaruhi kebutuhan lainnya.

Untuk beralih ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, kebutuhan dasar di bawahnya harus
terpenuhi dulu.Artinya, terdapat sesuatu jenjang kebutuhan yang “lebih penting” yang harus
dipenuhi sebelum kebutuhan yang lain dipenuhi. Sebagai contoh, jika kebutuhan fisiologis
seseorang seperti makan, cairan, istirahat dan lain sebagainya belum terpenuhi, tidak
mungkin baginya untuk memenuhi kebutuhan harga diri atau aktualisasi diri dengan
mengabaikan kebutuhan yang pertama.
2. Virginia Henderson
Teori keperawatan Virginia Handerson (Hammer dan Henderson, 1955) mengcangkup
seluruh kebutuhan dasar seorang manusia. Handerson (1964) mendefinisikan keperawatan
sebagai :

Membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki
kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya. Dimana individu tersebut akan mampu
mengerjakannya tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang di
butuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kembali
kemandiriannya secepat mungkin.

Kebutuhan berikut ini, sering kali disebut 14 kebutuhan dasar henderson , memberikan
kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan (Henderson, 1966):
1. Bernapas secara normal
2. Makan dan minum yang cukup
3. Eliminasi (buang air besar dan kecil)
4. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian yang tepat
7. Mempertahankan susu tubuh dalam kisaran normal dengan menyesuaikan pakaian
yang dikenakan dan modifikasi lingkungan
8. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
9. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari yang membahayakan orang
lain
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan,
kekhawatiran dan opini
11. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
12. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup
13. Bermain dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14. Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada
perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan yang
tersedia.

3. Watson
Filosofi Watson tentang asuhan keperawatan (1979,1985,1988) berupaya untuk
mendifinisikan hasil dari aktivitas keperawatan yang berhubungan dengan aspek humanistik
dari kehidupan ( Watson 1979;marriner-Tomey,1994). Tindakan keperawatan mengacu
langsung pada pemahaman hubungan antara sehat, sakit dan perilaku manusia.Keperawatan
memperhatikan peningkatan dan mengembalikan kesehatan serta pencegahan terjadinya
penyakit.

Model Watson meliputi proses asuhan keperawatan, pemberian bantuan bagi klien dalam
mencapai atau mempertahankan kesehatan atau mencapai kematian yang damai. Intervensi
keperawatan berkaitan dengan proses keperawatan manusia. Perawatan manusia
membutuhkan perawat yang memahami perilaku dan respon manusia terhadap masalah
kesehatan yang aktual ataupun yang potensial, kebutuhan manusia dan bagaimana merespon
terhadap orang lain dan memahami kekurangan dan kelebihan klien dan keuarganya ,
sekaligus pemahaman pada dirinya sendiri. Selain itu perawat memberikan kenyamanan dan
perhatian serta empati pada klien dan keluargannya. Asuhan keperwatan tergambar pada
seluruh faktor-faktor yang digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan
pada klien ( Watson, 1987).

Jean Watson (dalam B Talento, 1995) membagi kebutuhan dasar manusia kedalam dua
perangkat utama, yaitu:
 Kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs)
 Kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher older needs)

Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu upaya kompleks
manusia untuk mencapai aktualisasi diri, tiap kebutuhan dipandang dalam konteksnya
terhadap kebutuhan lain, dan semuanya dianggap penting.

4. King
Manusia merupakan individu reaktifan yang dapat bereaksi terhadap situasi, orang dan objek
tertentu. Sebagai makhluk yang berorientasi pada waktu, manusia tidak terlepas dari kejadian
masa lalu dan masa sekarang yang akan berpengaruh terhadap masa depannya. Sebagai
makhluk sosial, manusia hidup bersamaorang lain dan berinteraksi satu sama lain.
Berdasarkan hal tersebut, kebutuhan dasar manusiadi bagi menjadi tiga yaitu:
1. Kebutuhan akan informasi kesehatan
2. Kebutuhan akan pencegahan penyakit
3. Kebutuhan akan perawat ketika sakit.

King (1987, dalam potter, 2005) mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar manusia
berfokus pada tiga sistem, yaitu:
1. Sistem personal
2. Sistem interpersonal, dan
3. Sistem social

5. Martha E. Rogers
Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh serta memiliki sifat dan karakter yang berbeda.
Manusia selalu berinteraksi dengan limgkungan dan memengaruhi satu sama lain. Dalam
proses kehidupannya, manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikannya masing-
masing. Dengan kata lain, setiap individu berbeda satu dengan yang lain. Konsep Martha E.
Rogers ini di kenal dengan konsep manusia manusia sebagai unit.
6. Dorothy E. Jhonson
Jhonson mengungkap pandangannya dengan menggunakan pendekatan sistem
perilaku.Dalam pendekatan ini, individu di pandang sebagai sistem prilaku yang selalu ingin
mencapai keseimbangan dan stabilita, baik dalam lingkungan internalmaupun
eksternal.Individu juga memiliki keinginan untuk mengatur dan menyesuaikan dirinya
terhadap pengaruh yang timbul.

Jhonson mengkonseptualkan manusia sebagai sistem perilaku dimana fungsi adalah observasi
perilaku yang merupakan teori system biologi, yang menyatakan bahwa manusia merupakan
system biologi yang terdiri dari bagian biologi dan penyakit adalah hasil dari gangguan
sistem biologi.

7. Sister Calista Roy


Menurut Roy, manusia sebagai individu dapat meningkatkan kesehatannya dengan
mempertahankan perilaku yang adaptif dan mengubah perilaku maladaptif. Sebagai makhluk
biopsikososial, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya.Untuk mencapai
keseimbangn atau homeostasis, manusia harus beradaptasi dengan perubahan yang
terjadi.Adaptasi tersebut dilakukan dengan stimulasi fokal, stimulasi konstektual dan
stimulasi residual.

Dalam proses penyesuaian diri, individu harung meningkatkan energinya agar mampu
mencapai tujuan berupa kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi serta keunggulan.
Dengan demikian, individu memiliki tujuan untuk meningkatkan respon adaptif. Oleh karena
itu Roy secara ringkas berpendapat bahwa individu sebagai makhluk biopsikososio-spiritual
yang merupakan satu kesatuan yang utuh, memiliki mekanisme untuk beradaptasi dengan
perubahan lingkungan yang terjadi melalui interaksi yang dilakukan terhadap perubahan
lingkungan tersebut.

8. Halbert Dunn
Halbert dunn (1958) membagi Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) menjadi dua belas (12)
kebutuhan, diantaranya:
 Adat istiadat atau kepercayaan
 Komunikasi

 Persahabatan
 Kebutuhan untuk tmbuh
 Kebutuhan berimajinasi
 Kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang
 Keseimbangan
 Lingkungan fisik maupun sosial
 Sosialisasi
 Falsafah hidup
 Dignity (kedudukan),
 Kemerdekaan.
BABIII
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengetahuan tentang kebutuhan manusia dapat membantu perawat dalam berbagai


hal.Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan cinta yang
merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan. Hierarki kebutuhan
manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk
memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan.

Manusia sebagai bagian integral yang berintegrasi satu sama lainnya dalam motivasinya
memenuhi kebutuhan dasar (fisiologis,keamanan,kasih sayang,harga diri dan aktualisasi diri).
Setiap kebutuhan manusia merupakan suatu tegangan integral sebagai akibat dari perubahan
dari setiap komponen sistem.Tekanan tersebut dimanifestasikan dalam perilakunya untuk
memenuhi kebutuhan atau tujuan sampai terpenuhinya tingkat kepuasan klien.

Beberapa ahli mengemukakan teori tentang model kebutuhan dasar manusia seperti Abraham
Maslow, Virginia Henderson, Watson, King, Martha E. Rogers, Johnson, Sister Calista Roy.

Manusia dan kebutuhannya senantiasa berubah dan berkembang. Jika seseorang sudah bisa
memenuhi salah satu kebutuhannya, dia akan merasa puas dan akan menikmati kesejahteraan
serta bebas untuk berkembang menuju potensi kebutuhan yang lebih besar. Sebaliknya, jika
proses pemenuhan kebutuhan itu terganggu maka akan timbul suatu kondisi patologis.

3.2 Saran

Mempelajari tentang kebutuhan dasar manusia sangat penting untuk diterapkan dalam praktik
keperawatan. Sebagai perawat, kita harus mengetahui kebutuhan dasar dari pasien, karena ini
merupakan hal yang mendasar yang harus dipenuhi. Kita juga seharusnya bisa memprioritas
kebutuhan yang mana harus dipenuhi terlebih dahulu disamping kebutuhan – kebutuhan dasar
lainnya.

Rujukan :

Alimun, Aziz. 2006,Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia,alih bahasa Resthil


Widyaningrum,Jakarta : Salemba Medikal, 2006.
Mubarok, Wahit Iqbal. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Teori dan aplikasi dalam
praktek. Jakarta: EGC.
Alimul,aziz.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika.
Perry,potter.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.1.Jakarta:EGC
Tarwoto.2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
Iqbal Mubarak, Wahit.2007.Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:EGC

BAB I
KONSEP DASAR
PSIKOLOGIS DAN SPIRITUAL

A. KEBUTUHAN DASAR SPIRITUAL


1. DEFINISI
Kebutuhan adalah suatu yang berguna & diperlukan sekali untuk menjaga
homeostatis dalam hidup dan menjadi dorongan, tingkah laku dan sikap. Pada dasarnya
manusia mempunyai kebutuhan yang sama tapi ada kalanya satu kebutuhan lebih penting
bagi sseseorang dari pada kebutuhan lainnya.
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai
Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhannya
dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa, zakat, haji, doa dan sebagainya
(Hawari, 2002).

Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini termasuk


menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan harapan dan keyakinan
hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan
spiritual manusia yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa percaya dan
harapan di waktu kesusahan (Hawari, 2002).

2. FAKTOR – FAKTOR
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual :
a. Perkembangan
Usia perkembangan dapat menetukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap
tahap perkembangan memiliki cara mmeakini kepercayan terhadap tuhan.

b. Keluarga
Seluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memnuhi kebutuhan spiritual, karena
keluarga memiliki ikatan emosional dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Ras / suku
Memiliki keyakinan atau kepercayaan yang berbeda, sehingga proses kebutuhan spiritual
berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki
d. Agama yang dianut
Keyakinan pada agama tertentu yang dimilki oleh seseorang dapat menetukan arti pentingnya
kebutuhan spiritual
e. Kegiatan keagamaan
Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan
dan selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.

3. PERKEMBANGAN SPIRITUAL
Perkembangan spiritual seseorang menurut Westerhoff’s dibagi dalam 4 tingkatan
berdasarkan kategori umur :
a. Usia anak-anak
Tahap perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman. Perilaku yang didapat antara
lain : adanya pengalaman dari interaksi dengan orang lain, belum mempunyai pemahaman
salah atau benar kepercayaan ata keyakinan mungkin hanya mengikuti ritual atau meniru
orang lain.
b. Usia remaja akhir
Merupakan tahap perkumpulan kepercayaan yang ditandai dengan adanya patisipasi aktif
pada aktivitas keagamaan. Pada perkembangan ini sudah mulai pada keinginan untuk
pencapaian kebutuhan spiritual seperti mulai meminta atau berdoa kepada penciptanya.
c. Usia awal dewasa
Merupakan masa pencarian kepercayaan dini diawali dengan proses pertanyaan akan
keyakinan. Pada masa ini pemikiran sudah bersifat rasional dan keyakinan sudah dikaitkan
dengan hal yang rasional.
d. Usia pertengahan dewasa
Pada masa ini kepercayaan dari diri sendiri diawali dengan semakin kuat percyaan diri yang
dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan.

4. ASPEK SPIRITUAL
Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:
a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan
b. Menemukan arti dan tujuan hidup
c. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri
d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.

5. PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL


Menurut Undang-undang Kesehatan No.23 tahun 1992 bahwa Perawat adalah mereka yang
memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu
yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Aktifitas keperawatan
meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan atau pelayanan keperawatan, praktek
keperawatan, pengelolaan institusi keperawatan, pendidikan klien (individu, keluarga dan
masyarakat) serta kegiatan penelitian dibidang keperawatan (Gaffar, 1999).
Dalam hal ini klien dianggap sebagai tokoh utama (central figure) dan menyadari bahwa tim
kesehatan pada pokoknya adalah membantu tokoh utama tadi. Usaha perawat menjadi sia-sia
bila klien tidak mengerti, tidak menerima atau menolak atas asuhan keperawatan, karenanya
jangan sampai muncul klien tergantung pada perawat/tim kesehatan. Jadi pada dasarnya
tanggung jawab seorang perawat adalah menolong klien dalam membantu klien dalam
menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia lakukan tanpa bantuan.
Perawat dapat melakukan beberapa hal yang dapat membantu kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan klien, diantaranya : Menciptakan rasa kekeluargaan dengan klien, berusaha
mengerti maksud klien, berusaha untuk selalu peka terhadap ekspresi non verbal, berusaha
mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya, berusaha mengenal dan menghargai
klien. Mengingat perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten selama 24 jam
sehari menjalin kontak dengan pasien, sehingga dia sangat berperan dalam membantu
memenuhi kebutuhan spiritual pasien.

Menurut Andrew dan Boyle (2002) pemenuhan kebutuhan spiritual memerlukan


hubungan interpersonal, oleh karena itu perawat sebagai satu-satunya petugas kesehatan yang
berinteraksi dengan pasien selama 24 jam maka perawat adalah orang yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Kebutuhan spiritual klien sering ditemui oleh perawat
dalam menjalankan perannya sebagai pemberi pelayanan atau asuahn keperawatan. Hal ini
perawat menjadi contoh peran spiritual bagi klienya. Perawat harus mempunyai pegangan
tentang keyakianan spiritual yang memenuhi kebutuhanya untuk mendapatkan arti dan tujuan
hidup, mencintai, dan berhubungan serta pengampunan (Hamid, 2000).
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan,
dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat, 2008):
a. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan keadaan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
sesuai dengan kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya.
b. Peran Sebagai Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan
berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasian yang meliputi hak atas peleyanan sebaik-
baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah mendapatkan pendidikan kesehatan.
d. Peran Koordinator
Peran ini dilaksakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan klien.
e. Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalaui tim kesehatan yang terdiri
dari dokter, fiisoterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi, atau bertukar pendapat dalam bentuk
pelayanan selanjutnya.
f. Peran Konsultan
Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
g. Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.

6. ASUHAN KEBUTUHAN DASAR SPIRITUAL


a. Pengkajian
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu dilakukan setelah
pengkajian aspek psikososial pasien. Pengkajian aspek spiritual memerlukan hubungan
interpersonal yang baik dengan pasien. Oleh karena itu pengkajian sebaiknya dilakukan
setelah perawat dapat membentuk hubungan yang baik dengan pasien atau dengan orang
terdekat dengan pasien, atau perawat telah merasa nyaman untuk membicarakannya.
Pengkajian yang perlu dilakukan meliputi:
1) Pengkajian data subjektif
Pedoman pengkajian yang disusun oleh Stoll (dalam Kozier, 2005) mencakup
a) konsep tentang ketuhanan,
b) sumber kekuatan dan harapan,
c) praktik agama dan ritual, dan
d) hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
2) Pengkajian data objektif
Pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi pengkajian afek
dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal dan lingkungan. Pengkajian data
objektif terutama dilakukan melalui observasi, Pengkajian tersebut meliputi:
a) Afek dan sikap
Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas, agitasi, apatis
b) Perilaku
Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau buku keagamaan?
dan apakah pasien seringkali mengeluh, tidak dapat tidur, bermimpi buruk dan berbagai
bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan
kemarahannya terhadap agama
c) Verbalisasi
Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah atau topik keagamaan lainnya, apakah
pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama dan apakah pasien mengekspresikan rasa
takutnya terhadap kematian
d) Hubungan interpersonal
Siapa pengunjung pasien, bagaimana pasien berespon terhadap pengunjung, apakah pemuka
agama datang mengunjungi pasien, dan bagaimana pasien berhubungan dengan pasien yang
lain dan juga dengan perawat
e) Lingkungan
Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lainnya, apakah pasien
menerima kiriman tanda simpati dari unsure keagamaan dan apakah pasien memakai tanda
keagamaan (misalnya memakai jilbab).

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual menurut North American
Nursing Diagnosis Association adalah distress spiritual (NANDA, 2006). Pengertian dari
distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti
dan tujuan hidup seseorang dihubungkan dengan din, orang lain, seni, musik, literature, alam,
atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya (NANDA, 2006).
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2006) batasan
karakteristik dari diagnosa keperawatan distress spiritual adalah:
1) Berhubungan dengan diri, meliputi; pertama mengekspresikan kurang dalam harapan, arti
dan tujuan hidup, kedamaian, penerimaan, cinta, memaafkan diri, dan keberanian. Kedua
marah, ketiga rasa bersalah, dan keempat koping buruk.
2) Berhubungan dengan orang lain, meliputi; menolak berinteraksi dengan pemimpin agama,
menolak berinteraksi dengan teman dan keluarga, mengungkapkan terpisah dari sistem
dukungan, mengekspresikan terasing.
3) Berhubungan dengan seni, musik, literatur dan alam, meliputi; tidak mampu
mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi, mendengar / menulis musik), tidak ada
ketertarikan kepada alam, dan tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama.
4) Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi; tidak mampu ibadah, tidak
mampu berpartisipasi 'alam aktifitas agama, mengekspresikan ditinggalkan atau marah
kepada Tuhan, tidak mampu untuk mengalami transenden, meminta untuk bertemu pemimpin
agama, perubahan mendadak dalam praktek keagamaan, tidak mampu introspeksi dan
mengalami penderitaan tanpa harapan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2006) faktor yang
berhubungan dari diagnosa keperawatan distress spiritual adalah; mengasingkan diri,
kesendirian atau pengasingan sosial, cemas, deprivasi/kurang sosiokultural, kematian dan
sekarat diri atau orang lain, nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis diri atau orang lain.

c. Perencanaan keperawatan
Menurut (Kozier, 2005) perencanaan pada pasien dengan distress spiritual dirancang untuk
memenuhi kebutuhan spiritual pasien dengan:
1) Membantu pasien memenuhi kewajiban agamanya,
2) Membantu pasien menggunakan sumber dari dalam dirinya dengan cara yang lebih efektif
untuk mengatasi situasi yang sedang dialami,
3) Membantu pasien mempertahankan atau membina hubungan personal yang dinamik dengan
Maha Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang kurang menyenangkan,
4) Membantu pasien mencari arti keberadaannya dan situasi yang sedang dihadapinya,
meningkatkan perasaan penuh harapan, dan
5) Memberikan sumber spiritual atau cara lain yang relevan.

d. Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi dengan melakukan prinsip-
prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut :
1) Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat,
2) Fokuskan perhatian pada persepsi pasien terhadap kebutuhan spiritualnya,
3) Jangan beranggapan pasien tidak mempunyai kebutuhan spiritual,
4) Mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien,
5) Berespon secara singkat, spesifik, dan aktual,
6) Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti menghayati masalah
pasien, dan
7) Membantu memfasilitasi pasien agar dapat memenuhi kewajiban agama,
8) Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di rumah sakit.
Pada tahap implementasi ini, perawat juga harus memperhatikan 10 butir kebutuhan dasar
spiritual manusia seperti yang disampaikan oleh Clinebell (Hawari, 2002) yang meliputi:
1) kebutuhan akan kepercayaan dasar,
2) kebutuhan akan makna dan tujuan hidup,
3) kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian,
4) kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan dengan
Tuhan,
5) kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa,
6) kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri,
7) kebutuhan akan rasa aman terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan,
8) kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin. tinggi sebagai pribadi yang
utuh,
9) kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia,
10) kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai - nilai rel
e. Evaluasi keperawatan
1) Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan pada fase
perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian tujuan asuhan
keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan tercapai apabila secara umum pasien :
2) Mampu beristirahat dengan tenang,
3) Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan,
4) Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka agama,
5) Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya, dan
6) Menunjukkan afek positif, tanpa rasa bersalah dan kecemasan.

B. KEBUTUHAN PSIKOLOGIS
1. DEFINISI
Kebutuhan adalah suatu yang perlu, berguna dan diperlukan sekali untuk menjaga
homeostatis dalam hidup dan menjadi dorongan, tingkah laku dan sikap. Pada dasarnya
manusia mempunyai kebutuhan yang sama tapi ada kalanya satu kebutuhan lebih penting
bagi seseorang dari pada kebutuhan lainnya.
Jika jasmani tidak sehat maka rohani ( psikis ) ikut terpengaruh, misalnya karena
badan tidak sehat maka daya ingat akan lemah, kemampuan belajar dan bekerja
menurun. Bila makanan tidak memenuhi gizi dapat berpengaruh pada pertumbuhan
corteks, yaitu selaput luar otak, pusat keaktifan jiwa dapat tergangggu yang berakibat
keaktifan jiwanya ikut lemah, sebaliknya masalah – masalah psiko / jiwa dan tekanan jiwa
dapat mempengaruhi kondisi tubuh, kurang nafsu makan, daya tahan tubuh berkurang dan
akibatnya penyakit lebih mudah menyerang. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid
13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang
dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung. Menurut
Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam
hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat
psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya,
sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain
sebagainya. Menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam
hubungannya dengan lingkungannya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun
dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang
tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi secara sadar maupun tidak sadar, contohnya
makan dan bernafas dan kadang ditentukan oleh kebudayaan dimana individu tersebut
tinggal. Kebutuhan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal individu yang
bersangkutan, meskipun pada dasarnya semua kebutuhan tersebut harus dipenuhi namun
beberapa kebutuhan tersebut dapat ditunda, hal ini berdasarkan urutan prioritas kebutuhan
dasar yang paling penting. Bila proses memenuhi kebutuhan terganggu / kegagalan
memenuhi kebutuhan dasar maka akan timbul kondisi yang psikologis.
Sebaliknya bila semua kebutuhan dasar manusia terpenuhi maka individu tersebut akan
sejahtera dan bebas menuju tujuan hidup, salah satu KDM tersebut adalah kebutuhan
psikologis, yang menurut A.H Maslow terdiri dari :
a. Safety need : Rasa aman dan keselamatan.
b. Love need : Rasa kasih sayang, rasa memiliki dan dimiliki, serta hubungan yang berarti
bagi orang lain
c. Esteem need : Rasa harga diri dan pengakuan dari orang lain.
d. Aktualisasi diri : Kebutuhan akan peran dan fungsi di masyarakat, keluarga dan lingkungan
pekerjaan.
Tingkat dan jenis kebutuhan dasar tersebut satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan karena
merupakan satu rangkaian dengan yang lainnya. Kebutuhan psikologis dan sosiogis saling
berhubungan erat dan mempunyai hubungan timbal balik. Gangguan salah satu diantara
kedua jenis kebutuhan dasar tersebut akan mengakibatkan apa yang disebut dengan
psikomatik. Dalam ilmu psikologi modern dipahami jiwa dan raga manusia sehingga
keseluruhan yang baik dapat dipecahbelahkan. Hubungan jiwa dan raga demikian erat
sehingga tekanan jiwa yang kuat, dapat mempengaruhi kesehatan badan, penyakit yang
psikogen dan sebaliknya.
Daftar Pustaka

Chapman, L. S. 1997. Spiritual help : A Commponen Missing From Help Promotion


Danah, Zohar. 2000. Spiritual Intelligence The Ultimate Intelligence Great Britain
Hinchliff, Sue. 1997. Kamus Keperawatan. Alih bahasa oleh dr. Andry Hartono. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (1993). Fundamental of Nursing Concept, Process and Practice. Third
edition. St. Louis : Mosby Years Book.
Soekidjo Notoatmodjo. 1993. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Manusia. Edisi revisi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Stuart G. W, Laraia M. T. 2001. Principles and Practice Of Psychiatric Nursing. 7th edition. St Louis :
Mosby.
Tarwoto & Martonah. 2006. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Keperawatan menurut Virginia Handerson dapat di definisikan membantu individu
yang sakit dan sehat dalam melaksanakan aktifitas yang memiliki kontribusi terhadap
kesehatan dan penyembuhannya. Dimana individu tersebut akan mampu mengerjakannya
tanpa bantuan bila pasien memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan
hal ini dilaksanakan dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandiriannya secepat
mungkin.
Dalam hal ini klien dianggap sebagai tokoh utama (central figure) dan menyadari
bahwa tim kesehatan pada pokoknya adalah membantu tokoh utama tadi. Usaha perawat
menjadi sia-sia bila klien tidak mengerti, tidak menerima atau menolak atas asuhan
keperawatan, karenanya jangan sampai muncul klien tergantung pada perawat/tim kesehatan.
Pada dasarnya tanggung jawab seorang perawat adalah menolong klien dalam membantu
klien menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia lakukan tanpa bantuan.
1. Teori Virginia Handerson berfokus pada individu yang berdasarkan pandangannya, yaitu
bahwa jasmani (body) dan rohani (mind) tidak dapat dipisahkan. Menurut Handerson,
manusia adalah unik dan tidak ada dua manusia yang sama. Dimana pasien merupakan
mahluk sempurna yang dipandang sebagai komponen bio, psiko, cultural, dan spiritual yang
mempunyai empat belas kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar individu tercermin dalam 14
komponen dari asuhan keperawatan dasar(basic nursing care). 1. Aktifitas bernafas secara
normal, 2. Aktifitas makan dan minum sesuai kebutuhan, 3. Aktifitas eliminasi secara normal,
4. Aktifitas bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki, 5. Aktifitas istirahat dan
tidur, 6. Aktifitas berpakaian dan melepas pakaian, 7. Aktifitas mempertahankan suhu tubuh
normal dengan berpakaian dan modifikasi lingkungan, 8. Aktifitas menjaga tubuh tetap bersih
dan rapi, 9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
, 10. Aktifitas berkomunikasi dengan orang lain, 11. Aktifitas beribadah menurut keyakinan,
12. Aktifitas bekerja, 13. Aktifitas bermain dan rekreasi, 14. Aktifitas belajar atau memuaskan
keingintahuan.

II. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mengerti dan mampu menjelaskan konsep dasar teori dan model keperawatan
Virginia Handerson
b. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip umum teori dan model konsep keperawatan dari
Virginia Handerson dengan komponen bio, psiko, cultural, dan spiritual yang mempunyai
empat belas kebutuhan dasar
c. Menentukan masalah keperawatan berdasarkan konsep keperawatan menurut Virginia
Handerson
d. Mahasiswa mampu menyusun rencana dan melakukan asuhan keperawatan yang dibutuhkan
oleh pasien sesuai kebutuhan manusia sehari-hari yang disajikan menggunakan pendekatan
teori keperawatan Virginia Handerson.

MODEL DAN TEORI KONSEP KEPERAWATAN


VIRGINIA HENDERSON

I. BIOGRAFI VIRGINIA HENDERSON


Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan yang penting, yang telah memberi
pengaruh besar pada keperawatan sebagai teori yang mendunia. Ia lahir pada tahun 1897 di
kota Kansas, Missouri, Amerika Serikat. Ia memulai karir keperawatan di Army School of
Nursing psds tahun 1918. Pada tahun 1960-an, ia membuat model konseptual ketika profesi
keperawatan mencari identitasnya sendiri. Masalah intinya adalah apakah perawat cukup
berbeda dengan prrofesi yang lain dalam layanan kesehatan dalam kinerjanya. Pertanyaan ini
merupakan hal penting sampai tahun 1950-an sebab perawat lebih sering hanya melakukan
instruksi dokter. Virgina Henderson merupakan orang pertama yang mencari fungsi unik dari
keperawatan. Pada saat menulis pada tahun 1960-an ia dipengaruhi oleh aspek negative dan
positif dari praktek keperawatan pada masa itu. Hal tersebut meliputi :
 Autiritaria dan struktur hirarki di rumah sakit.
 Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi fisik semata.
 Fakta bahwa mempertahankan kontak oribadi dengan pasien merupakanhal yang tidak
mungkin dilakukan pada masa itu.
 Adanya keanekaragaman yang ia miliki selama karier keperawatannya di Amerika Serikat
diberbagai bidang layanan kesehatan
Virginia Henderson diminta untuk memplubikasikan model konseptualnya oleh
International Council of Nurse (ICN) pada tahun 1960-an.Oleh karena diarahkan lebih pada
aspek-aspek psikologis dari perawatan pasien.Kontribusi penting oleh Henderson (1966)
adalah definisi perawatan berikut yang menjadi definisi yang sudah diterima secara umum.
Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu sehat atau sakit. Dalam hal
memberikan pelayanan kesehatan atau pemulihan atau kematian yang damai, yang dapat ia
lakukan tanpa bantuan jika ia memiliki kekuatan, kemauan, atau pengetahuan. dan
melakukannya dengan cara tersebut dapat membantunya mendapatkan kemandirian secepat
mungkin.

II. MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN MENURUT VIRGINIA


HENDERSON
A. PENGERTIAN
Model konsep keperawatan yang dijelaskan oleh Virginia Handerson adalah model
konsep aktivitas sehari hari dengan memberikan gambaran tentang Fungsi utama perawat
yaitu menolong seseorang yang sehat/sakit dalam usaha menjaga kesehatan atau
penyembuhan atau untuk menghadapi kematiannya dengan tenang. Usaha tersebut dapat
dilakukan sendiri oleh klien bila ia sadar, berkemauan dan cukup kuat, oleh karena itu
perawat berperan untuk memandirikan klien sebagai kemampuan yang harus dimiliki.
B. MANUSIA / KLIEN
Teori Handerson berfokus pada individu yang berdasarkan pandangannya, yaitu
bahwa jasmani (body) dan rohani (mind) tidak dapat dipisahkan. Menurut Handerson,
manusia adalah unik dan tidak ada dua manusia yang sama. Kebutuhan dasar individu
tercermin dalam 14 komponen dari asuhan keperawatan dasar (basic nursing care).
Pemahaman konsep teori keperawatan dari Virginia Handerson didasari kepada keyakinan
dan nilai yang dimilikinya manusia akan mengalami perkembangan mulai dari prtumbuhan
dan perkembangan dalam rentang kehidupan, dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari
individu akan mengalami ketergantungan sejak lahir hingga menjadi mandiri pada dewasa
yang dapat dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan dan kesehatan, dan dalam melaksanakan
aktifitas sehari hari individu dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok diantaranya
terhambat dalam melakukan aktifitas, belum dapat melaksanakan aktifitas dan tidak dapat
melakukan aktifitas.
C. PERAWAT
Dalam hal ini klien dianggap sebagai tokoh utama (central figure) dan menyadari
bahwa tim kesehatan pada pokoknya adalah membantu tokoh utama tadi. Usaha perawat
menjadi sia-sia bila klien tidak mengerti, tidak menerima atau menolak atas asuhan
keperawatan, karenanya jangan sampai muncul klien tergantung pada perawat/tim kesehatan.
Jadi pada dasarnya tanggung jawab seorang perawat adalah menolong klien dalam membantu
klien dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia lakukan tanpa bantuan.
Perawat dapat melakukan beberapa hal yang dapat membantu kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan klien, diantaranya:
1. Menciptakan rasa kekeluargaan dengan klien.
2. Berusaha mengerti maksud klien
3. Berusaha untuk selalu peka terhadap ekspresi non verbal
4. Berusaha mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
5. Berusaha mengenal dan menghargai klien.
D. KEPERAWATAN
Keperawatan menurut Handerson dapat di definisikan membantu individu yang sakit
dan sehat dalam melaksanakan aktifitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan
penyembuhannya. Dimana individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila
pasien memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini
dilaksanakan dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandiriannya secepat
mungkin. Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia handerson adalah makanan,
perumahan, pakaian, kasih sayang, dan pujian, perasaan dibutuhkan, dan perasaan saling
membantu sesamanya. Semua orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama, tetapi perlu
disadari bahwa kebutuhannya itu dipenuhi dengan berbagai macam cara, yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Artinya betapapun arif dan bijaksananya atau bagaimanapun kerasnya
usaha perawat, ia tidak mungkin pernah bisa sepenuhnya menyelami atau memenuhi segala
sesuatu yang diperlukan klien dalam mencapai kebutuhan hidupnya. Hal itu disebabkan
kesanggupan manusia untuk mengetahui kebutuhan orang lain adalah sangat terbatas sekali.
E. TUJUAN KEPERAWATAN
Dari penjelasan tersebut tujuan keperawatan yang dikemukakan oleh Handerson
adalah Untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan dan
membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin. Dimana
pasien merupakan mahluk sempurna yang dipandang sebagai komponen bio, psiko, cultural,
dan spiritual yang mempunyai empat belas kebutuhan dasar.(Aplikasi model konseptual
keperawatan, Meidiana D). Menurut Handerson peran perawat adalah menyempurnakan dan
membantu mencapai kemampuan untuk mempertahankan atau memperoleh kemandirian
dalam memenuhi empat belas kebutuhan dasar pasien. Factor menurunnya kekuatan,
kemauan dan pengetahuan adealah penyebab kesulitan pasien dalam memperoleh
kemandiriannya. Untuk itu diperlukan focus intervensi yaitu mengurangi penyebab dimana
pola intervensinya adalah mengembalikan, menyempurnakan, melengkapi, menambah,
menguatkan kekuatan, kemauan, dan pengetahuan.
F. KERANGKA KERJA
Kerangka kerja praktek dari model konsep dan teori keperawatan Virginia Handerson
adalah praktek keperawatan yang membentuk klien untuk melaksanakan 14 kebutuhan dasar
dari Handerson. Dimana Virginia Handerson mengidentifikasikan 14 komponen tersebut
dalam asuhan keperawatan dasar pada tingkat asuhan individual, mengacu kepada aktivitas
dalam kehidupan sehari-hari dari seseorang, perawat membantunya dengan fungsi-fungsi ini,
atau membuat kondisi sehingga memungkinkan klien melakukan hal-hal berikut ini:
1. Bernafas dengan normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu memilih tempat
tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sabagai alat pembantu
agar klien dapat bernafas secara normal dan kemampuan mendemonstrasikan dan
menjelaskan pengaruhnya kepada klien.
2. Kebutuhan akan nutrisi
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal,
kebutuhan nutrisi yang diperlukan. Pemilihan dan penyediaan makanan, dengan tidak lupa
memperhatikan latar belakang dan social klien.
3. Kebutuhan eliminasi
Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya, jarak waktu
pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran.
4. Gerak dan keseimbangan tubuh
Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan tubuh, miring, dan
bersandar.
5. Kebutuhan isthirahat dan tidur
Perawat harus mengetahui intensitas istirahat tidur pasien yang baik dan menjaga lingkungan
nyaman untuk istirahat.
6. Kebutuhan berpakaian
Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian yang tepat dari pakaian yang
tersedia dan membantu untuk memakainya.
7. Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi
Perawat harus mengetahui physiologi panas dan bisa mendorong kearah tercapainya keadaan
panas maupun dingin dengan mengubah temperature, kelembapan atau pergerakan udara,
atau dengan memotivasi klien untuk meningkatkan atau mengurangi aktifitasnya.
8. Kebutuhan akan personal hygiene
Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai konsep konsep kesehatan bahwa
walaupun sakit klien tidak perlu untuk menurunkan standard kesehatannya, dan bisa menjaga
tetap bersih baik fisik maupun jiwanya.
9. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Perawat mampu melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul yang mungkin banyak
factor yang membuat klien tidak merasa nyaman dan aman.
10. Berkomunikasi
Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, keinginan, rasa takut dan
pendapat. Perawat menjadi penerjemah dalam hubungan klien dengan tim kesehatan lain
dalam memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan dirinya sendiri, juga
mampu menciptakan lingkungan yang teraupeutik.
11. Kebutuhan spiritual
Perawat mampu untuk menghormati klien dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya dan
meyakinkan pasien bahwa kepercayaan, keyakinan dan agama sangat berpengaruh terhadap
upaya penyembuhan.
12. Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi terhadap kebutuhan klien
sangat penting, dimana sakit bisa menjadi lebih ringan apabila seseorang dapat terus bekerja.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai umur, kecerdasan, pengalaman dan
selera klien, kondisi, serta keadaan penyakitnya.
14. Kebutuhan belajar
Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan
meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan mengikuti rencana terapi yang diberikan.
BAB II PEMBAHASAN
1.

Dasar Terbentuknya Teori Belajar Sosio-Kultural


Teori sosiokultural atau kognitif sosial menekankan bagaimana seorang anak atau pembelajar
menyertakan kebudayaan ke dalam penalaran, interaksi sosial, dan pemahaman diri mereka.Santrock
(2009:323) mengemukakan bahwa dalam teori kognitif sosial (
social cognitive theory
) yang berperan penting dalam pembelajaran ialah faktor sosial, kognitif, serta perilaku anak.Faktor-
faktor kognitif meliputi harapan siswa untuk berhasil sedangkan faktor sosial meliputi pengamatan
siswa terhadap perilaku pencapaian orang tua mereka. Ada 2 tokoh yang mendasari terbentuknya
teori belajar sosio-kulturalyaitu : A.

Piagiet Menurut piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic, yaitu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk perkembangan system syaraf. Piaget berpendapat
bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal dari
individu.Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang
yang lebih dewasa.Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa)
sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder. Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan
jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar memudahkan belajar.
Perkembangan kognitif merupakan proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan
sehingga terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi (asimilasi dan
akomodasi). Melalui asimilasi siswa mengintegrasikan pengetahuan baru dari luar ke dalam struktur
kognitif yang telah ada dalam dirinya.Sedangkan melalui akomodasi siswa memodifikasi struktur
kognitif yang ada dalam dirinya dengan pengetahuan yang baru. Pendekatan kognitif dalam belajar
dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang dalam aliran kontruktivistik
juga masih dirasakan

5
kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan
implikasi kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan idiologi
individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. pendekatan ini
kurang sesuai denga tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini. B.

Vygotsky Vygotsky menjelaskan dalam tulisannya pada tahun 1920-an dan 1930-an menekankan
bagaimana interaksi anak dengan orang dewasa memberikan sumbangan terhadap perkembangan
keterampilan. Menurut Vygotsky, orang dewasa yang sensitif memperhatikan kesiapan anak untuk
tantangan baru, dan mereka menyusun kegiatan yang tepat untuk membantu anak-anak
mengembangkan keterampilan baru. Orang dewasa berperan sebagai mentor dan guru,
mengarahkan anak ke dalam
zone of proximal development

istilah Vygotsky untuk rentang keterampilan yang tidak dapat dilakukan anak sendiri tanpa bantuan
orang dewasa yang ahli. Orang tua dapat mendorong konsep angka sederhana, misalnya dengan
menghitung bibit biji kakau dengan anak-anak atau menakar beras untuk dimasak bersama, dan
mengisi angka yang tidak diingat anak.Saat anak berpartisipasi pada pengalaman semacam itu
sehari-hari dengan orang tua, guru, dan orang lain, mereka secara bertahap belajar praktek,
keterampilan, dan nilai kebudayaan (Trianto, 2008:67). Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti
dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang
digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari
individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya. Kondisi sosial sebagai
tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya.Anak-
anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sehari-hari baik
lingkungan sekolah maupun keluarganya secara aktif. Perolehan pengetahuan dan perkembangan
kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi
sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder,
sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan pendekatan Co-Konstruktivisme artinya
perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga
ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula. Menurut Vygotsky perkembangan kognisi seorang
anak dapat terjadi melalui kolaborasi antar anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya.

6
Perkembangan anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan
berkolaborasi dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran sosiokultural berpendapat
bahwa sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa mempertimbangkan orang-orang penting di
lingkungannya. Banyak ahli psikologi perkembangan yang sepaham denga konsep yang diajukan
Vygotsky.Teorinya yang menjelaskan tentang potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang
tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya.Ia menekankan bahwa proses-proses
perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran dengan
orang

orang yang ada di lingkungan sosialnya. Selain itu ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu
berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang
tersebut. Lev Vygotsky yang wafat pada usia muda (38 tahun, pada 1934) sudah sangat
menyumbangkan pemikirannya khususnya dalam bidang kognitifisme sosial di antaranya: a.

Proses mental kompleks mulai sebagai kegiatan sosial; sebagaimana anak berkembang, anak secara
bertahap menginternalisasi proses ini dan dapat menggunakannya secara mandiri pada lingkungan di
sekelilingnya. b.

Berpikir dan bahasa awalnya masing-masing berkembang secara mandiri, keduanya menjadi mandiri
saat anak berusia sekitar dua tahun. c.
Anak dapat menyelesaikan tugas yang lebih sulit saat mereka mendapat bantuan dari orang yang
lebih dewasa dan komponen dari diri mereka. d.

Tugas-tugas di dalam perkembangan zona proksimal meningkatkan pertumbuhan kognitif


maksimum. Bila Vygotsky menekankan pengaruh orang dewasa dalam pembelajaran, Albert Bandura
(2006, dalam Santrock, 2009:323) menekankan bahwa pengaruh antara pengalaman lingkungan dan
perilaku sangat penting, ketika siswa belajar,mereka secara kognitif dapat mewakili atau mengubah
pengalaman mereka. Selanjutnya Bandura mengembangkan sebuah
model determinisme timbal-balik
yang terdiri atas tiga faktor utama yaitu, perilaku, lingkungan, dan orang/kognitif.Faktor-faktor
lingkungan memengaruhi perilaku, perilaku memengaruhi lingkungan, faktor orang (kognitif)
memengaruhi perilaku, dan seterusnya.Faktor-faktor kognitif meliputi, ekspektasi, keyakinan, sikap,
strategi, pemikiran, dan intelegensi.

Pelayanan Keperawatan
23 November 2017 / Endri Widodo

Pelayanan keperawatan adalah merupakan sebuah bantuan, dan pelayanan keperawatan ini
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, adanya keterbatasan pengetahuan serta
kurangnya kemampuan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari –
hari secara mandiri. Pada hakikatnya kegiatan atau pun tindakan keperawatan bersifat
membantu (assistive in nature). Perawat dalam hal ini membantu klien atau pasien mengatasi
efek – efek dari masalah – masalah sehat maupun sakit (health illness problems) pada
kehidupan sehari-harinya.

Pelayanan keperawatan yang berada dalam kerangka pelayanan kesehatan ini dilakukan oleh
perawat bersama- sama dengan tenaga kesehatan lainnya dalam rangka mencapai tujuan dan
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis dini, penyembuhan dan
kesembuhan dari penyakit / kecelakaan dan rehabilitasi. Yang intinya adalah untuk mencapai
kesehatan bagi setiap manusia. Itulah pelayanan keperawatan yang tentunya dilaksanakan
oleh perawat itu sendiri.

Bentuk pelayanan keperawatan antara lain :

1. Fisiologis.

Setiap pasien akan mengalami gangguan fisiologis pengaruh dari penyebab dari tiap – tiap
bibit penyakit yang menyerang / diderita oleh pasien.

2. Psikologis.
Setiap pasien akan mengalami trauma sehingga psikologis juga mengalami gangguan apabila
masalah psikologis tidak segera ditangani dengan baik makan akan mempengaruhi lembatnya
kesembuhan dari pasien itu sendiri.

3. Sosial dan Kultural

Orang yang sakit akan mempengaruhi sosial dan kultural berkurang bahkan kegiatan interaksi
dengan sosial dan kultural. Hal ini dibutuhkan dorongan atau semangat dari orang – orang
sekitar (sosial)

Dan pelayanan keperawatan ini diberikan karena ada beberapa faktor yaitu :

1. Ketidak mampuan

2. Ketidak mauan

3. Ketidak tahuan dalam memenuhi kebutuhan dasar yang sedang terganggu

Demikian tadi sahabat sedikit mengenai pelayanan keperawatan

pengertian kualitas pelayanan keperawatan adalah sikap profesional perawat yang


memberikan perasaan nyaman, terlindungi pada diri setiap pasien yang sedang menjalani
proses penyembuhan dimana sikap ini merupakan kompensasi sebagai pemberi layanan dan
diharapkan menimbulkan perasaan puas pada diri pasien.

Aspek-aspek kualitas pelayanan keperawatan.

Menurut Parasuraman (dalam Tjiptono, 1997) aspek-aspek mutu atau kualitas pelayanan
adalah :

1. Keandalan (reliability.

Yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan
memuaskan, jujur, aman, tepat waktu, ketersediaan. Keseluruhan ini berhubungan dengan
kepercayaan terhadap pelayanan dalam kaitannya dengan waktu.

2. Ketanggapan (responsiveness). Yaitu keinginan para pegawai atau karyawan membantu


konsumen dan memberikan pelayanan itu dengan tanggap terhadap kebutuhan konsumen,
cepat memperhatikan dan mengatasi kebutuhan-kebutuhan.

3. Jaminan (assurance). Mencangkup kemampuan, pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat


dipercaya yang dimiliki pada karyawan, bebas dari bahaya, resiko, keragu-raguan, memiliki
kompetensi, percaya diri dan menimbulkan keyakinan kebenaran (obyektif).

4. Empati atau kepedulian (emphaty). Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan


komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan konsumen yang terwujud dalam penuh
perhatian terhadap setiap konsumen, melayani konsumen dengan ramah dan menarik,
memahami aspirasi konsumen, berkomunikasi yang baik dan benar serta bersikap dengan
penuh simpati.

5. Bukti langsung atau berujud (tangibles). Meliputi fasilitas fisik, peralatan pegawai,
kebersihan (kesehatan), ruangan baik teratur rapi, berpakaian rapi dan harmonis, penampilan
karyawan atau peralatannya dan alat komunikasi.

Sedangkan menurut Depkes RI (dalam Onny, 1985) telah menetapkan bahwa pelayanan
perawatan dikatakan berkualitas baik apabila perawat dalam memberikan pelayanan kepada
pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar perawatan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Mutu Pelayanan Keperawatan


2.1.1 Pelayanan kesehatan
Pelayanan adalah produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan
barang atau jasa. Jasa diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan
pelayanan (Supranto, 2006)

Kotler (1997) dan Tjiptono (2004), menjelaskan karakteristik dari pelayanan sebagai
berikut :

a. Intangibility (tidak berwujud), yaitu suatu pelayanan mempunyai sifat tidak


berwujud, tidak dapat dirasakan atau dinikmati, tidak dapat dilihat, didengar dan
dicium sebelum dibeli oleh konsumen. Misalnya : pasien dalam suatu rumah sakit
akan merasakan bagaimana pelayanan keperawatan yang diterimanya setelah
menjadi pasien rumah sakit tersebut.
b. Inseparibility (tidak dapat dipisahkan), yaitu pelayanan yang dihasilkan dan
dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk
diserahkan kepada pihak lainnya, dia akan tetap merupakan bagian dari pelayanan
tersebut. Dengan kata lain, pelayanan dapat diproduksi dan dikonsumsi/dirasakan
secara bersamaan. Misalnya : pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien
dapat langsung dirasakan kualitas pelayanannya.
c. Variability (bervariasi), yaitu pelayanan bersifat sangat bervariasi karena
merupakan non standardized dan senantiasa mengalami perubahan tergantung dari
siapa pemberi pelayanan, penerima pelayanan dan kondisi di mana serta kapan
pelayanan tersebut diberikan. Misalnya : pelayanan yang diberikan kepada pasien
di ruang rawat inap kelas VIP berbeda dengan kelas tiga.
d. Perishability (tidak tahan lama), dimana pelayanan itu merupakan komoditas yang
tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Misalnya : jam tertentu tanpa ada pasien
di ruang perawatan, maka pelayanan yang biasanya terjadi akan hilang begitu
saja karena tidak dapat disimpan untuk dipergunakan lain waktu.

Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

Menurut Donabedian (1988) aspek pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:


a. Struktur, sarana fisik, perlengkapan, dan perangkat organisasi dan manajemen
mulai dari keuangan, SDM, dan sumber daya lainnya
b. Proses, semua kegiatan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan mulai dari
dokter, perawat, apoteker dan professional lainnya dalam berinteraksi dan
berkomuniksi dengan klien.
c. Output, hasil akhir kegiatan dan pelayanan professional yang telah diberikan
kepada klien dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kepuasan klien

2.1.2 Pelayanan Keperawatan


Herderson (1966, dalam Kozier et al, 1997) menjelaskan pelayanan keperawatan
sebagai kegiatan membantu individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas
untuk membuat individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan
tenang (jika tidak dapat disembuhkan), atau membantu apa yang seharusnya dilakukan
apabila ia mempunyai cukup kekuatan, keinginan, atau pengetahuan.

Berdasarkan kebijakan Depkes RI (1998), mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan


kepada pasien yang berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
pasien, sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dan akhirnya dapat meningkatkan
kepercayaan kepada rumah sakit, serta dapat menghasilkan keunggulan kompetitif melalui
pelayanan yang bermutu, efisien, inovatif dan menghasilkan customer responsiveness.

Standar praktek keperawatan telah disahkan oleh MENKES Rl dalam Surat Keputusan
Nomor : 660/Menkes/SK/IX/1987. Kemudian diperbaharui dan disahkan berdasarkan SK
DIRJEN YANMED Rl No : 00.03.2.6.7637, tanggal 18 Agustus 1993. Kemudian pada tahun
1996,DPP PPNI menyusun standar profesi keperawatan SK No: 03/DPP /SKI/1996 yang
terdiri dari standar pelayanan keperawatan, praktek keperawatan, standar pendidikan
keperawatan dan standar pendidikan keperawatan berkelanjutan.

Mutu pelayanan keperawatan dapat merupakan suatu pelayanan keperawatan yang


komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan oleh perawat profesional
kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat,
dimana perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar
pelayanan. Namun pada dasarnya, definisi mutu pelayanan keperawatan itu dapat
berbeda-beda tergantung dari sudut pandang mana mutu tersebut dilihat. (Rakhmawati,
2009)

Berbagai sudut pandang mengenai definisi mutu pelayanan keperawatan tersebut


diantaranya yaitu:
a. Sudut Pandang Pasien (Individu, Keluarga, Masyarakat)

Meishenheimer (1989) menjelaskan bahwa pasien atau keluarga pasien mendefinisikan


mutu sebagai adanya perawat atau tenaga kesehatan yang memberikan perawatan yang
terampil dan kemampuan perawat dalam memberikan perawatan. Sedangkan Wijono
(2000) menjelaskan mutu pelayanan berarti suatu empati, respek dan tanggap akan
kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara yang
ramah pada waktu mereka berkunjung. Pada umumnya mereka ingin pelayanan yang
mengurangi gejala secara efektif dan mencegah penyakit, sehingga pasien beserta
keluarganya sehat dan dapat melaksanakan tugas mereka sehari-hari tanpa gangguan fisik.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa mutu pelayanan


keperawatan didefinisikan oleh pasien (individu, keluarga, masyarakat) sebagai
pelaksanaan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhannya yang berlandaskan
rasa empati, penghargaan, ketanggapan, dan keramahan dari perawat serta kemampuan
perawat dalam memberikan pelayanan. Selain itu melalui pelayanan keperawatan
tersebut, juga dapat menghasilkan peningkatan derajat kesehatan pasien.
a. Sudut Pandang Perawat

Mutu berdasarkan sudut pandang perawat sering diartikan dengan memberikan


pelayanan keperawatan sesuai yang dibutuhkan pasien agar menjadi mandiri atau terbebas
dari sakitnya (Meishenheimer, 1989). Pendapat lainnya dikemukakan oleh Wijono (2000),
bahwa mutu pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara profesional
untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang maju, mutu pelayanan yang baik dan memenuhi
standar yang baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perawat sebagai tenaga
profesional yang memberikan pelayanan keperawatan terhadap pasien mendefinisikan
mutu pelayanan keperawatannya sebagai kemampuan melakukan asuhan keperawatan
yang profesional terhadap pasien (individu, keluarga, masyarakat) dan sesuai standar
keperawatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
a. Sudut Pandang Manajer Keperawatan

Mutu pelayanan difokuskan pada pengaturan staf, pasien dan masyarakat yang baik dengan
menjalankan supervisi, manajemen keuangan dan logistik dengan baik serta alokasi
sumber daya yang tepat (Wijono, 2000). Pelayanan keperawatan memerlukan
manajemen yang baik sehingga manajer keperawatan mempunyai peranan penting
dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dengan melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen dengan baik yang memfokuskan pada pengelolaan staf keperawatan dan
pasien sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Selain itu pengelolaan pun mencakup
pada manajemen keuangan dan logistik.
a. Sudut Pandang Institusi Pelayanan

Meishenheimer (1989) mengemukakan bahwa mutu pelayanan diasumsikan sebagai


kemampuan untuk bertahan, pertimbangan penting mencakup tipe dan kualitas stafnya
untuk memberikan pelayanan, pertanggungjawaban intitusi terhadap perawatan terhadap
pasien yang tidak sesuai, dan menganalisis dampak keuangan terhadap operasional
institusi. Sedangkan Wijono (2000) menjelaskan bahwa mutu dapat berarti memiliki
tenaga profesional yang bermutu dan cukup. Selain itu mengharapkan efisiensi dan
kewajaran penyelenggaraan pelayanan, minimal tidak merugikan dipandang dari
berbagai aspek seperti tidak adanya pemborosan tenaga, peralatan, biaya, waktu dan
sebagainya.
a. Sudut Pandang Organisasi Profesi

Badan legislatif dan regulator sebagai pembuat kebijakan baik lokal maupun nasional
lebih menekankan pada mendukung konsep mutu pelayanan sambil menyimpan uang
pada program yang spesifik. Dan selain itu juga menekankan pada institusi-institusi
pelayanan keperawatan dan fasilitas pelayanan keperawatan. Badan akreditasi dan
sertifikasi menyamakan kualitas dengan mempunyai seluruh persyaratan administrasi dan
dokumentasi klinik yang lengkap pada periode waktu tertentu dan sesuai dengan
standar pada level yang berlaku. Sertifikat mengindikasikan bahwa institusi pelayanan
keperawatan tersebut telah sesuai standar minimum untuk menjamin keamanan pasien.
Sedangkan akreditasi tidak hanya terbatas pada standar pendirian institusi tetapi juga
membuat standar sesuai undang-undang yang berlaku (Meishenheimer , 1989).

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi mempunyai


tanggung jawab dalam meningkatkan profesi keperawatan. Sehingga untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, organisasi profesi tersebut membuat dan
memfasilitasi kebijakan regulasi keperawatan yang mencakup sertifikasi, lisensi dan
akreditasi. Dimana regulasi tersebut diperlukan untuk meyakinkan masyarakat bahwa
pelayanan keperawatan yang diberikan telah berdasarkan kaidah suatu profesi dan
pemberi pelayanan keperawatan telah memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.

Tujuan standar keperawatan menurut Gilies (1989) adalah:


a. Meningkatkan asuhan keperawatan.
b. Mengurangi biaya asuhan keperawatan
c. Melindungi perawat dan kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi
pasien dan tindakan yang tidak terapeutik

Standar pelayanan keperawatan menurut Depkes Rl 1996 adalah :


a. Standar 1 : Falsafah Keperawatan
b. Standar 2 : Tujuan Asuhan Keperawatan
c. Standar 3 : Pengkajian Keperawatan
d. Standar 4 : Diagnosa Keperawatan.
e. Standar 5 : Perencanaan Keperawatan
f. Standar 6 : Intervensi Keperawatan
g. Staridar 7 : Evaluasi Keperawatan.
h. Standar 8 : Catatan Asuhan Keperawatan.
2.1.3 Mutu pelayanan
Pengertian mutu pelayanan kesehatan bersifat multi-dimensional yang berarti mutu dilihat
dari sisi pemakai pelayanan kesehatan dan penyelenggara pelayanan kesehatan (Azwar, 1996)
a. Dari pihak pemakai jasa pelayanan, mutu berhubungan erat dengan ketanggapan dan
keterampilan petugas kesehatan dalam memenuhi kebutuhan klien. komunikasi,
keramahan dan kesungguhan juga termasuk didalamnya.
b. Dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan, mutu berhubungan dengan dokter,
paramedis, derajat mutu pemakaian dan playanan yang sesuai dengan perkembangan
teknologi.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1998), mutu pelayanan didefinisikan sebagai suatu hal
yang menunjukkan kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang dapat menimbulkan kepuasan
klien sesuai dengan tingkat kepuasan penduduk, serta pihak lain, pelayanan yang sesuai
dengan kode etik dan standard pelayanan yang professional yang telah ditetapkan.
Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu adalah penyesuaian terhadap keinginan
pelanggan dan sesuai dengan standar yang berlaku serta tercapainya tujuan yang
diharapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan kesehatan sesuatu hal yang
dapat meningkatkan kepuasan dan kenyamanan klien dengan menyelenggarakan sebuah
pelayanan yang optimal sesuai dengan kode etik dan standard pelayanan professional yang
berlaku serta selalu menerapkan pelayanan yang dinamis berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

2.1.4 Dimensi mutu pelayanan


Lima dimensi mutu pelayanan (Service Quality), terdiri dan:
a. Wujud nyata (tangibles) adalah wujud Iangsung yang meliputi fasilitas fisik, yang
mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM
perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan.
b. Kehandalan (reliability) adalah aspek-aspek keandalan system pelayanan yang
diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan
rencana kepedulian perusahaan kepada permasalahan yang dialami pasien, keandalan
penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan janji yang
dibenikan,keakuratan penanganan.
c. Ketanggapan (responsiveness) adalah keinginan untuk membantu dan menyediakan
jasa yang dibutuhkan konsumen. Hai ini meliputi kejelasan informasi waktu
penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan administrasi, kesediaan
pegawai dalam membantu konsumen, keluangan waktu pegawai dalam menanggapi
permintaan pasien dengan cepat.
d. Jaminan (assurance) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan
memberikan jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman selama
berurusan dengan karyawan, kesabaran karyawan, dan dukungan pimpinan terhadap
staf. Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi :

1. Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki


oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan
2. Kesopanan (Courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian dan sikap para
karyawan
3. Kredibilitas (Credibility), meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya.

a. Empati (empathy), berkaitan dengan memberikan perhatian penuh kepada konsumen


yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara pribadi kepada
konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepentingan,
kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen. Dimensi empati ini
merupakan penggabungan dari dimensi :

1. Akses (Acces), meliputi kemudahan untuk memafaatkan jasa yang ditawarkan


2. Komunikasi (Communication), merupakan kemapuan melaukan komunikasi
untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan
dari pelanggan
3. Pemahaman kepada pelanggan (Understanding the Customer), meliputi usaha
perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan
pelanggan

2.1.5 Strategi mutu


a. Quality Assurance (Jaminan Mutu)

Quality Assurance mulai digunakan di rumah sakit sejak tahun 1960-an implementasi
pertama yaitu audit keperawatan. Strategi ini merupakan program untuk mendesain
standar pelayanan keperawatan dan mengevaluasi pelaksanaan standar tersebut
(Swansburg, 1999). Sedangkan menurut Wijono (2000), Quality Assurance sering
diartikan sebagai menjamin mutu atau memastikan mutu karena Quality Assurance
berasal dari kata to assure yang artinya meyakinkan orang, mengusahakan sebaik-
baiknya, mengamankan atau menjaga. Dimana dalam pelaksanaannya menggunakan
teknik-teknik seperti inspeksi, internal audit dan surveilan untuk menjaga mutu yang
mencakup dua tujuan yaitu : organisasi mengikuti prosedur pegangan kualitas, dan efektifitas
prosedur tersebut untuk menghasilkan hasil yang diinginkan.

Dengan demikian quality assurance dalam pelayanan keperawatan adalah kegiatan


menjamin mutu yang berfokus pada proses agar mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan standar. Dimana metode yang digunakan adalah : audit
internal dan surveilan untuk memastikan apakah proses pengerjaannya (pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien) telah sesuai dengan standar operating
procedure (SOP); evaluasi proses; mengelola mutu; dan penyelesaian masalah.
Sehingga sebagai suatu sistem (input, proses, outcome), menjaga mutu pelayanan
keperawatan difokuskan hanya pada satu sisi yaitu pada proses pemberian pelayanan
keperawatan untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.
a. Continuous Quality Improvement (Peningkatan Mutu Berkelanjutan)

Continuous Quality Improvement dalam pelayanan kesehatan merupakan perkembangan


dari Quality Assurance yang dimulai sejak tahun 1980-an. Continuous Quality
Improvement (Peningkatan mutu berkelanjutan) sering diartikan sama dengan Total
Quality Management karena semuanya mengacu pada kepuasan pasien dan perbaikan
mutu menyeluruh. Namun menurut Loughlin dan Kaluzny (1994, dalam Wijono 2000)
bahwa ada perbedaan sedikit yaitu Total Quality Management dimaksudkan pada
program industri sedangkan Continuous Quality Improvement mengacu pada klinis.
Wijono (2000) mengatakan bahwa Continuous Quality Improvement itu merupakan
upaya peningkatan mutu secara terus menerus yang dimotivasi oleh keinginan pasien.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu yang tinggi dalam pelayanan keperawatan
yang komprehensif dan baik, tidak hanya memenuhi harapan aturan yang ditetapkan
standar yang berlaku.

Pendapat lain dikemukakan oleh Shortell dan Kaluzny (1994) bahwa Quality
Improvement merupakan manajemen filosofi untuk menghasilkan pelayanan yang baik.
Dan Continuous Quality Improvement sebagai filosofi peningkatan mutu yang
berkelanjutan yaitu proses yang dihubungkan dengan memberikan pelayanan yang baik
yaitu yang dapat menimbulkan kepuasan pelanggan (Shortell, Bennett & Byck, 1998)

Sehingga dapat dikatakan bahwa Continuous Quality Improvement dalam pelayanan


keperawatan adalah upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara
terus menerus yang memfokuskan mutu pada perbaikan mutu secara keseluruhan dan
kepuasan pasien. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai karakteristik-karakteristik yang
dapat mempengaruhi mutu dari outcome yang ditandai dengan kepuasan pasien.
a. Total quality manajemen (TQM)

Total Quality Manajemen (manajemen kualitas menyeluruh) adalah suatu cara meningkatkan
performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area
fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia
dan modal yang tersedia dan berfokus pada kepuasan pasien dan perbaikan mutu
menyeluruh

2.2 Indikator Penilaian Mutu Keperawatan


Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses, dan
outcome sistem pelayanan RS tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari
tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi
RS. Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumen, instrumen, dan audit (EDIA)
(Nursalam, 2014).
1. Aspek struktur (input)

Struktur adalah semua input untuk sistem pelayanan sebuah RS yang meliputi M1 (tenaga),
M2 (sarana prasarana), M3 (metode asuhan keperawatan), M4 (dana), M5 (pemasaran), dan
lainnya. Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur sistem RS tertata dengan
baik akan lebih menjamin mutu pelayanan. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat
kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari masing-masing komponen struktur.
1. Proses

Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang mengadakan
interaksi secara professional dengan pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk
penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan pengobatan,
indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.
1. Outcome

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain terhadap pasien.
a. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan meliputi:
1. Angka infeksi nosocomial: 1-2%
2. Angka kematian kasar: 3-4%
3. Kematian pasca bedah: 1-2%
4. Kematian ibu melahirkan: 1-2%
5. Kematian bayi baru lahir: 20/1000
6. NDR (Net Death Rate): 2,5%
7. ADR (Anasthesia Death Rate) maksimal 1/5000
8. PODR (Post Operation Death Rate): 1%
9. POIR (Post Operative Infection Rate): 1%

b. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS:


1. Biaya per unit untuk rawat jalan
2. Jumlah penderita yang mengalami decubitus
3. Jumlah penderita yang mengalami jatuh dari tempat tidur
4. BOR: 70-85%
5. BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat tidur/tahun
6. TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong
7. LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosocomial; gawat darurat;
tingkat kontaminasi dalam darah; tingkat kesalahan; dan kepuasan pasien)
8. Normal tissue removal rate: 10%

c. Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur dengan jumlah
keluhan pasien/keluarganya, surat pembaca dikoran, surat kaleng, surat masuk di kotak saran,
dan lainnya.
d. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas:
1. Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak RS dengan asal
pasien.
2. Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan pembedahan dan jumlah
kunjungan SMF spesialis.
3. Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar tersebut di atas
dibandingkan dengan standar (indicator) nasional. Jika bukan angka standar nasional,
penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan hasil penacatatan mutu pada tahun-
tahun sebelumnya di rumah sakit yang sama, setelah dikembangkan kesepakatan pihak
manajemen/direksi RS yang bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staff
lainnya yang terkait.

e. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:


1. Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
2. Pasien diberi obat salah
3. Tidak ada obat/alat emergensi
4. Tidak ada oksigen
5. Tidak ada suction (penyedot lendir)
6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
7. Pemakaian obat
8. Pemakaian air, listrik, gas, dan lainnya

Standar Nasional
Ʃ BOR 75-80%
Ʃ ALOS 1-10 hari
Ʃ TOI 1-3 hari
Ʃ BTO 5-45 hari
Ʃ NDR < 2,5%
Ʃ GDR < 3%
Ʃ ADR 1,15.000
Ʃ PODR < 1%
Ʃ POIR < 1%
Ʃ NTRR < 10%
Ʃ MDR < 0,25%
Ʃ IDR < 0,2%
Tabel 1. Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat


pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut
bersumber dari sensus harian rawat inap :
1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI,
2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)

1. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes,
2005).
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

1. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

1. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun,
satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)

1. NDR (Net Death Rate)

NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-
tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah
sakit.
Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

1. GDR (Gross Death Rate)

GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar.
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

Menurut Nursalam (2014), ada enam indikator utama kualitas pelayanan kesehatan di rumah
sakit:
1. Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka infeksi nosokomial, angka
kejadian pasien jatuh/kecelakaan, dekubitus, kesalahan dalam pemberian obat, dan
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan
2. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan
3. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
4. Perawatan diri
5. Kecemasan pasien
6. Perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) pasien.
2.3 Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variable untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan
kesehatan.Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian
tidak diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit
sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi
yang kurang tepat, penggunaan sarana yang kurang tepat dan lain sebagainya.

Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-area pelayanan


yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya untuk menunjukkan:
1. adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu
2. bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atau terapi
sebagaimana yang diharapkan
3. tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
4. ketidaksepadanan antarunit pelayanan kesehatan (misalnya, pemerintah dengan
swasta atau urban dengan rural)

Indikator keselamatan pasien, sebagaimana dilaksanakan di SGH (Singapore General


Hospital, 2006) meliputi:
a. Pasien jatuh disebabkan kelalaian perawat, kondisi kesadaran pasien, beban kerja
perawat, model tempat tidur, tingkat perlukaan, dan keluhan keluarga
b. Pasien melarikan diri atau pulang paksa, disebabkan kurangnya kepuasan pasien,
tingkat ekonomi pasien, respons pasien terhadap perawat, dan peraturan rumah sakit
c. Clinical incident diantaranya jumlah pasien flebitis, jumalah pasien ulkus decubitus,
jumlah pasien pneumonia, jumlah pasien tromboli, dan jumlah pasien edema paru
karena pemberian cairan yang berlebih
d. Sharp injury, meliputi bekas tusukan infus yang berkali-kali, kurangnya ketrampilan
perawat, dan complain pasien.
e. Medication incident, meliputi lima tidak tepat(jenis, obat, dosis, pasien, cara, waktu)

2.3.1 Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit


WHO Collaborating Centre for Patient safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi menerbitkan
“Nine Life Saving Patient safety Solutions” (“Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan
Pasien Rumah Sakit”). Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan
pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah
keselamatan pasien.

Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien, tetapi fakta
tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah
(error), berasal dari berbagai proses asuhan pasien.
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu mencegah atau
mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini
merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu RS, memperbaiki proses asuhan
pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.

Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di Indonesia untuk
menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi,
langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing.

a. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike


Medication Names)

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan staf pelaksana adalah
salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini
merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini
di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama
merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol
untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah
yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
a. Pastikan Identifikasi Pasien

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar sering
mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan
prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi
ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan
pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam
suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta
penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
a. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit
pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan
cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien
termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis;
memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-
pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses
serah terima.
a. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah.Kasus-kasus dengan


pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar
adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar.
Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah
tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah
untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi
prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur Time out sesaat
sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang
akan dibedah.
a. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)

Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko,
cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya.Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah;
dan pencegahan atas campur aduk/bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
a. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi/pengalihan. Rekonsiliasi


(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah
obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan
suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima
pasien juga disebut sebagai “home medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat
admisi, penyerahan dan/atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi;
dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan
ditransfer atau dilepaskan.
a. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube)

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar
mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa
menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah
menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail/rinci bila sedang mengenjakan
pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana
menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang
benar).
a. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yang
diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya
melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di
lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian
infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui
darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
i. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi
Nosokomial

Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita
infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran
preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong
implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs” tersedia pada titik-titik pelayan
tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan
yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran
kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan/observasi dan tehnik-tehnik
yang lain.

2.3.2 Aspek Hukum Terhadap Patient safety


Aspek hukum terhadap “patient safety;;” atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit
Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum :
1. Pasal 53 (3) UU No.36/2009; “Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus
mendahulukan keselamatan nyawa pasien.”
2. Pasal 32n UU No.44/2009; “Pasien berhak memperoleh keamanan dan
keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.
3. Pasal 58 UU No.36/2009
a. “Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.”
b. “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.”

1. Tanggung jawab Hukum Rumah sakit

a. Pasal 29b UU No.44/2009; ”Memberi pelayanan kesehatan yang aman,


bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.”
b. Pasal 46 UU No.44/2009; “Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum
terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan di RS.”
c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009; “Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam
melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.”

1. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit

Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit; “Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab
secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan
yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang kompresehensif.

1. Hak Pasien

a. Pasal 32d UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh


layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional”
b. Pasal 32e UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh
layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik
dan materi”
c. Pasal 32j UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”
d. Pasal 32q UU No.44/2009; “Setiap pasien mempunyai hak menggugat
dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana”

1. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien

Pasal 43 UU No.44/2009
a. RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
b. Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden,
menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan
angka kejadian yang tidak diharapkan.
c. RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
d. Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.

2.4 Kenyamanan
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai
stimulus mekanis, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke sistem
saraf pusat. Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang akan muncul bila
jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi atau berespons untuk menghilangkan
mengurangi rangsang nyeri. Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial (Nursalam, 2014).

2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri


1. Arti nyeri terhadap individu

Persepsi adalah interpretasi pengalaman nyeri dimulai saat pertama pasien sadar adanya
nyeri. Arti nyeri bagi setiap individu berbeda, bisa dianggap sebagai respon positif atau
negatif
1. Toleransi individu terhadap nyeri

Toleransi nyeri adalah toleransi seseorang yang berhubungan dengan intensitas nyeri dimana
individu dapat merespon nyeri lebih baik atau sebaliknya
1. Ambang nyeri

Ambang nyeri adalah intensitas rangsang terkecil yang akan menimbulkan rangsang nyeri,
suatu batas kemampuan seseorang untuk mau beradaptasi serta berespon terhadap nyeri
1. Pengalaman lampau

Pengalaman sebelumnya dapat mengubah sensasi pasien terhadap nyeri


1. Lingkungan

Lingkungan yang ramai, dingin, panas, lembab meningkatkan intensitas nyeri individu
1. Usia
Makin dewasa seseorang maka semakin dapat mentoleransi rasa sakit
1. Kebudayaan

Norma/aturan dapat menumbuhkan perilaku seseorang dalam memandang dan berasumsi


terhadap nyeri yang dirasakan
1. Kepercayaan

Ada keyakinan bhawa nyeri merupakan suatu penyucian atau pembersihan dan hukuman atas
dosa mereka terhadap Tuhan
1. Kecemasan dan stres

Stres dan kecemasan dapat mengahmbat keluarnya endorfin yang berfungsi menurunkan
persepsi nyeri

2.4.2 Angka tata laksana nyeri

2.4.3 Instrumen Intensitas Nyeri

1. Indikasi : dewasa dan anak (berusia lebih dari sembilan tahun) atau pasien pada
semua area perawatan yang mengerti tentang penggunaan angka untuk
menentukan tingkat dari intensitras rasa nyeri yang dirasakan.
2. Instruksi:

1. Menanyakan kepada pasien tentang berapa angka yang diberikan untuk


menggambarkan rasa nyeri yang saat ini dirasakan

1. Berikan penjelasan tentang skala nyeri yang diberikan

0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan, mengomel, sedikit mengganggu ADL
4-6 = nyeri sedang, cukup mengganggu ADL
7-10 = nyeri berat dan tidak mampu melakukan ADL
1. Tim kesehatan di dalam kolaborasinya dengan pasien/keluarga (bila
perlu), dapat menentukan intervensi yang dibutuhkan untuk menangani
nyeri pasien.
2.5 Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja
layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien membandingkannya dengan apa yang
diharapkan (Imbalo, 2006). Sedangkan Irawan (2003) mengatakan bahwa kepuasan adalah
perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang mendapat kesan dari membandingkan hasil
pelayanan kinerja dengan harapan-harapannya. Sejalan dengan Oliver (1997, dalam Irawan,
2003) mengungkapkan kepuasan sebagai respon pemenuhan harapan dan kebutuhan pasien.
Respon ini sebagai hasil dari penilaian pasien bahwa produk/pelayanan sudah memberikan
tingkat pemenuhan kenikmatan.Tingkat pemenuhan kenikmatan dan harapan ini dapat lebih
atau kurang (Paparaya. 2009).

Pasien adalah orang dengan kebutuhan-kebutuhan yang sangat jauh berbeda dari orang
sehat.Kebutuhan-kebutuhannya pada saat itu bukan saja sangat menonjol tetapi mungkin
sudah dalam tingkatan ekstrim.Tidak saja harus makan agar penyakitnya cepat sembuh tetapi
harus disuapin.Tidak saja harus diberi obat tetapi harus disertai perhatian ekstra.

Bagi pasien kebutuhan yang paling menonjol bukanlah yang berkaitan dengan harga diri atau
untuk diakui kehebatannya tetapi adalah kebutuhan belongingness and social needs. Merasa
dicintai, didengarkan, tidak dianggap sebagai orang yang menyusahkan saja dan tidak pula
diperlakukan sebagai manusia yang tidak berguna (Tobing, 2008)

Ada beberapa cara mengukur kepuasan pelanggan:


a. Sistem keluhan dan saran
b. Survey kepuasan pelanggan
c. Pembeli bayangan
d. Analisis kehilangan pelanggan

Menurut Leonard L. Barry dan pasuraman “Marketing servis competin through quality”
(New York Freepress, 1991:16) yang dikutip Parasuraman dan Zeithaml (2001)
mengidentifikasi lima kelompok karakteristik yang digunakan oleh pelanggan dalam
mengevaluasi kualitas jasa layanan, antara lain:
a. Tangible (kenyataan), yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan materi
komunikasi yang menarik, dan lain-lain.
b. Empati, yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk memberikan perhatian
secara pribadi kepada konsumen.
c. Cepat tanggap, yaitu kemauan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu
pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan
dari konsumen.
d. Keandalan, yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan,
terpercaya dan akurat dan konsisten.
e. Kepastian, yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan
kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada konsumen.

Supardi (2008) mengatakan model kepuasan yang komprehensif dengan fokus utama pada
pelayanan barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian sebagai berikut :
a. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan
kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah lama waktu
menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai mendapat pelayanan tenaga kesehatan.
b. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada
pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kejelasan tenaga
kesehatan memberikan informasi tentang penyakit dan obatnya kepada pasien.
c. Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan
memahami kebutuhan pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah keramahan
petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara, keikutsertaan pasien dalam
mengambil keputusan pengobatan, dan kebebasan pasien memilih tempat berobat dan
tenaga kesehatan, serta kemudahan pasien rawat inap mendapat kunjungan
keluarga/temannya.
d. Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang dapat
langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kebersihan
ruangan pengobatan dan toilet
e. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada
pasien dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah penilaian pasien terhadap
kemampuan tenaga kesehatan.

No. Karakteristik 1 2 3 4
1. Reliability (Keandalan)
a. Perawat mampu menangani masalah
perawatan Anda dengan tepat dan
professional
a. Perawat memberikan informasi
tentangfasilitas yang tersedia, cara
penggunaannya dan tata tertib yang berlaku di
RS
a. Perawat memberitahu dengan jelas tentang
hal-hal yang harus dipatuhi dalam perawatan
Anda
a. Perawat memberitahu dengan jelas tentang
hal-hal yang dilarang dalam perawatan Anda
a. Ketepatan waktu perawat tiba di ruangan
ketika Anda membutuhkan
2. Assurance (jaminan)
a. Perawat mmeberi perhatian terhadap keluhan
yang anda rasakan
a. Perawat dapat menjawab pertanyaan tentang
tindakan perawatan yang diberikan kepada
Anda
a. Perawat jujur dalam memberikan informasi
tentang keadaan anda
a. Perawat selalu memberi salam dan senyum
ketika bertemu dengan Anda
a. Perawat teliti dan terampil dalam
melaksanakan tindakan keperawatan kepada
Anda
3. Tangibles (Kenyataan)
a. Perawat memberi informasi tentang
administrasi yang berlaku bagi pasien rawat
inap di RS
a. Perawat selalu me.njaga kebersihan dan
kerapihan ruangan yang Anda tempati
a. Perawat menjaga kebersihan dan kesiapan
alat-alat kesehatan yang digunakan
a. Perawat menjaga kebersihan dan kelengkapan
fasilitas kamar mandi dan toilet
a. Perawat sellau menjaga kerapian dan
penampilannya
4. Empathy (Empati)
a. Perawat memberikan informasi kepada Anda
tindakan perawatan yang akan dilaksanakan
a. Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila
Anda membutuhkan
a. Perawat sering menengok dan memeriksa
keadaan Anda seperti mengukur tensi, suhu,
nadi, pernapasan, dan cairan infus
a. Pelayanan yang diberikan perawat tidak
memandang pangkat/ status tetapi
berdasarkan kondisi Anda
a. Perawat perhatian dan memberi dukungan
moril terhadap keadaan Anda (menanyakan
dan berbincang-bincang tentang keadaan
Anda)
5. Responsiveness (Tanggung Jawab)
a. Perawat bersedia menawarkan bantuan
kepada Anda ketika mengalami kesulitan
walau tanpa diminta
a. Perawat segera menangani Anda ketika
sampai di ruangan rawat inap
 Perawat menyediakan waktu khusus untuk
membantu Anda berjalan, BAB, BAK, ganti
posisi tidur, dan lain-lain
a. Perawat membantu Anda untuk memperoleh
Obat
 Perawat membantu Anda untuk pelaksanaan
pelayanan foto dan laboratorium di RS ini
Keterangan:
1. = sangat tidak puas
2. = tidak puas
3. = puas

4. = sangat puas
Tabel 5. Instrumen kepuasan Pasien berdasarkan Lima Karakteristik (RATER)

2.6 Perawatan Diri


a. Angka tidak terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, dan eliminasi yang
disebabkan oleh keterbatasan diri.
a. Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, toilet pada tingkat ketergantungan
parsial dan total).

Persentase kebutuhan perawatan diri pasien :

Jumlah pasien yang tidak terpenuhi kebutuhan diri x 100 %


Jumlah pasien dirawat dengan tingkat ketergantungan parsial dan total

2.7 Kecemasan
Kecemasan merupakan reaksi yang pertama muncul atau dirasakan oleh pasien dan
keluarganya di saat pasien harus dirawat mendadak atau tanpa terencana begitu mulai masuk
rumah sakit. Kecemasan akan terus menyertai pasien dan keluarganya dalam setiap tindakan
perawatan terhadap penyakit yang diderita pasien.

Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subyektif individual, mempunyai kekuatan
tersendiri dan sulit untuk diobsevasi secara langsung.Perawat dapat mengidentifikasi cemas
lewat perubahan tingkah laku pasien.

Cemas adalah emosi tanpa objek yang spesifik, penyebabnya tidak diketahui dan didahului
oleh penglaman baru.Takut mempunyai sumber yang jelas dan obyeknya dapat
didefinisikan.Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan
cemas merupakan respon emosi terhadap penilaian tersebut.

Kecemasan adalah suatu kondisi yang menandakan suatu keadaan yang mengancam keutuhan
serta keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku seperti rasa tidak
berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, dan fobia tertentu.

Kecemasan muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan, kehilangan kendali, perasaan


kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi (Nursalam,
2014).

2.7.1 Penilaian tingkat kecemasan


Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa
yang dirancang oleh William W. K. Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan
dalam Diagostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-II). Terdapat 20
pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3:
sebagian waktu, 4: hampir setiap waktu). Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan
kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan (Zung Self-Rating Anxiety Scale).
Skala peringkat kecemasan digambarkan pada tabel di bawah ini :
Hampir
Tidak Kadang- Sebagian
No Pertanyaan setiap
pernah kadang waktu
waktu
Saya merasa lebih gugup dan
1. 1 2 3 4
cemas dari biasanya
Saya merasa takut tanpa alasan
2. 1 2 3 4
sama sekali
Saya mudah marah atau merasa
3. 1 2 3 4
panic
Saya merasa seperti jatuh terpisah
4. 1 2 3 4
dan akan hancur berkeping-keping
Saya merasa bahwa semuanya
5. baik-baik saja dan tidak ada hal 4 3 2 1
buruk yang akan terjadi
6. Lengan dan kaki saya gemetar 1 2 3 4
Saya terganggu oleh nyeri kepala
7. 1 2 3 4
leher dan nyeri punggung
Saya merasa lemah dan mudah
8. 1 2 3 4
lelah
Saya merasa tenang dan dapat
9. 4 3 2 1
duduk diam dengan mudah
Saya merasakan jantung saya
10. 1 2 3 4
berdebar-debar
11. Saya merasa pusing tujuh keliling 1 2 3 4
Saya telah pingsan atau merasa
12. 1 2 3 4
seperti itu
Saya dapat bernapas dengan
13. 4 3 2 1
mudah
Saya merasa jari-jari tangan dan
14. 1 2 3 4
kaki mati rasa dan kesemutan
Saya merasa terganggu oleh nyeri
15. lambung atau gangguan 1 2 3 4
pencernaan
16 Saya sering buang air kecil 1 2 3 4
Tangan saya biasanya kering dan
17. 4 3 2 1
hangat
Wajah saya terasa panas dan merah
18. 1 2 3 4
merona
Saya mudah tertidur dan istirahat
19. 4 3 2 1
malam dengan baik
20. Saya mimpi buruk 1 2 3 4

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain:


1. Skor 20-44: normal/tidak cemas
2. Skor 45-59: kecdemasan ringan
3. Skor 60-74: kecemasan sedang
4. Skor 75-80: kecemasan berat

2.8 Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2003:121) Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Jadi pengetahuan ini
diperoleh dari aktivitas pancaindra yaitu penglihatan, penciuman, peraba dan indra perasa,
sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Nursalam, 2014).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974) dalam buku pendidikan dan perilaku kesehatan
(Notoatmodjo, 2003 dan Nursalam, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1. Awareness (kesadaran) ketika seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek);
2. Interst (tertarik), ketika seseorang mulai tertarik pada stimulus;
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
baginya;
4. Trial (mencoba), ketika seseorang telah mencoba perilaku baru;
5. Adoption (adaptasi), ketika seseorang telah berprilaku baru yang sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun, berdasarkan penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa perubahan


perilaku tidak selalu melewati tahapan di atas. Jika penerima perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti ini yaitu dengan didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan
sikap yang positif, maka perilaku itu akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, perilaku itu tidak akan
berlangsung lama (Nursalam, 2014).

2.8.1 Perencanaan Pulang (Discharge Planning)


Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian,
persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan
pelayanan kesehatan dan pelayanan social sebelum dan sesudah pulang. Perencanaan pulang
merupakan proses yang dinamis agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup
untuk menyiapkan pasien melakukan perawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang
didapatkan dari proses interaksi ketika perawat professional, pasien dan keluarga
berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan. Perencanaan pulang
diperlukan oleh pasien dan harus berpusat pada masalh pasien, yaitu pencegahan, terapeutik,
rehabilitatif, serta perawatan rutin yang sebenarnya (Nursalam, 2014).

Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu antara
perawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah
pasien pulang. Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan di
rumah. Namun, sampai saat ini perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat belum optimal
karena peran perawat masih terbatas pada pelaksanaan kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya
berupa informasi tentang jadwal kontrol ulang.(Nursalam, 2014).
Perencanaan pulang bertujuan:
1. Menyiapkan pasien dengan keluarga secara fisik, psikologis dan social;
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga;
3. Meningkatkan perawtan yang berkelanjutan pada pasien;
4. Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang lain;
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap
dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien;
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.

Perencanaan pulang bertujuan membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami
permasalahan dan upaya pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi risiko
kambuh, serta menukar informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan dengan perawat
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit (Nursalam, 2014).

Prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain:


1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan di evaluasi;
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan masalah yang mungkin
timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di
rumah dapat segera diantisipasi;
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena merupakan pelayanan multi
disiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga atau sumber daya maupun fasilitas yang tersedia di
masyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system atau tatanan pelayanan kesehatan.

Komponen perencanaan pulang terdiri atas:


1. Perawatan di rumah meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health
education) mengenai diet, mobilisasi, waktu control dan tempat control pemberian
pelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan keluaraga mengenai perawatan
selama pasien di rumah nanti;
2. Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi dosis, cara pemberian dan
waktu yang tepat minum obat;
3. Obat-obat yang dihentikan, karena meskipun ada obat-obatan tersebut sudah tidak
diminum lagi oleh pasien, obat-obat tersebut tetap dibawah pulang pasien;
4. Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil
pemeriksaan selama MRS, semua diberikan ke pasien saat pulang;
5. Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol.

Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan pulang adalah:


1. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan perawatan yang
diperlukan;
2. Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga;
3. Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan mereka member
asuhan;
4. Bantuan yang diperlukan pasien;
5. Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum, eliminasi,
istirahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri, keamanan dari bahaya, komunikasi,
keagamaan, rekreasi dan sekolah;
6. Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat;
7. Sumber finansial dan pekerjaan;
8. Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah dirawat;
9. Kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien sebelum pasien diperbolehkan
pulang adalah sebagai berikut.
1. Pendidikan kesehatan: diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi
dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang perawatan pasca rawat.
2. Program pulang bertahan: bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke
lingkungan keluarga dan masyarakat. Program ini meliputi apa yang harus dilakukan
pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh keluarga.
3. Rujukan: integritas pelayan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara
perawat komunitas atau praktik mandiri perawat dengan rumah sakit sehingga dapat
mengetahui perkembangan pasien di rumah.

Pengetahuan tentang perawatan penyakitnya:


Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

Perencanaan pasien pulang (discharge planning):


Jumlah pasien yang tidak dibuat pada periode tertentu x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika
Azwar, A. 1996. Menuju Pelayanan Kesehatan yang Lebih Bermutu. Jakarta: Yayasan
Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia.

Gillies, D.A. 1994. Nursing Management, A System Approach. Third Edition. Philadelphia :
WB Saunders.

Kozier, Erb & Blais. 1997. Profesional Nursing Practice: Concept & Perspectives. Third
Edition. California : Addison Wesley Publishing. Inc

Meisenheimer, C.G. 1989. Quality Assurance for Home Health Care. Maryland: Aspen
Publication.

Rakhmawati, Windy. 2009. Pengawasan Dan Pengendalian Dalam Pelayanan Keperawatan


(Supervisi, Manajemen Mutu & Resiko). http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/03/pengawasan_dan_pengendalian_dlm_pelayanan_keperawatan.pdf,di
akses 4 November 2015

Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. 1999. Introductory Management and Leadership for
Nurses. Canada : Jones and Barlett Publishers.

Tappen 1995. Nursing Leadership and Management: Concepts & Practice. Philadelphia :
F.A. Davis Company.

Tjiptono, F. 2004. Prinsip-prinsip Total Quality Service (TQS).Yogyakarta : Andi Press

Wijono, D. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Teori, Strategi dan Aplikasi.
Volume.1. Cetakan Kedua.Surabaya : Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai