Spesifikasi Teknis PDF
Spesifikasi Teknis PDF
1. LATAR BELAKANG
1.1. Umum
1.2. Lokasi Pekerjaan
Letak administrastratif daerah pekerjaan
1.3. Kondisi daerah pekerjaan
Konsisi daerah pekerjaan berada pada daerah
1.4. Kendala – kendala
Kendala yang mungkin dihadapi
1.5. maksud dan tujuan
Maksud
2. KONDISI CUACA
Iklim di lokasi proyek terdiri dari dua musim: Musim hujan terjadi dari bulan sebtember
sampai dengan Maret dan musim kemarau biasa terjadi mulai bulan april sampai dengan
september hujan rata – rata tahunan sekitar 196 mm dan 80% nya adalah 157 mm jatuh
pada bulan Nopember sampai dengan Maret.
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1. Ketentuan Umum
Pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan sesuai ukuran/dimensi yang tertera dalam gambar
atau sesuai dengan volume yang tertera dalam BOQ atau sesuai dengan arahan Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK.
Semua bahan dan mutu pekerjaan harus mempergunakan dan sesuai dengan ketentuan
ketentuan dari Standar Nasional Indonesia (SNI) dari edisi / revisi terakhir atau standar
internasional yang secara substantial setara atau lebih tinggi dari standar nasional yang
disyaratkan.
Semua bahan dan mutu pekerjaan yang tidak sepenuhnya diperinci disini atau dicakup
oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) haruslah bahan dan mutu pekerjaan kelas utama.
Direksi akan menetapkan apakah semua atau sebagian yang dipesan atau diantarkan
untuk penggunaan dalam pekerjaan sesuai untuk pekerjaan tersebut, dan keputusan
Direksi dalam hal ini pasti dan menentukan.
Apabila ada perbedaan antara standar yang disyaratkan dengan standar yang diajukan
oleh Penyedia, maka Penyedia harus menjelaskan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK, sekurang-kurangnya 7 hari sebelum Pejabat Pembuat Komitmen/PPK
menetapkan setuju atau tidak terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Standar satuan ukuran yang dipergunakan pada dasarnya MKS (Meter Kilogram Second),
sedangkan penggunaan standar satuan lain dapat dipergunakan sepanjang hal tersebut
tidak dapat dielakkan.
1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini mencakup kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari sumber bahan yang diperlukan untuk
penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan galian.
Pekerjaan ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk
penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang
diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan
elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui untuk penyelesaian dari
pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan timbunan.
Metode untuk setiap pekerjaan tertentu secara tertulis harus diusulkan kepada
Direksi dan mendapatkan persetujuan paling lambat 30 (tiga puluh) hari dihitung
sejak surat perintah mulai kerja.
Penyedia akan menyimpan setiap material pekerjaan galian dari beberapa tempat
dan akan membuang material galian seperti yang telah ditentukan dalam gambar
atau seperti yang diarahkan oleh Direksi.
KEMIRINGAN GALIAN
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
4. PENGENDALIAN MUTU
5.1. Pengukuran
5.1.1. Pekerjaan Pembersihan
Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan pembersihan adalah harga
satuan permeter persegi, kecuali ditentukan lain oleh Direksi sampai
batas yang wajar. Pembayaran pekerjaan pembersihan termasuk upah
pekerja, harga-harga bahan dan perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menebang, membabat dan menebar disekitar lokasi.
5.1.2. Pekerjaan Kupasan/stripping
Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan kupasan/stripping adalah
harga satuan per meter persegi, kecuali ditentukan lain oleh Direksi
sampai batas yang wajar. Pembayaran pekerjaan pembersihan termasuk
upah pekerja, harga-harga bahan dan perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menggali, dan mengangkutnya disekitar lokasi.
5.1.3. Pekerjaan Galian
Harga satuan untuk pekerjaan galian ini termasuk tenaga kerja dan
alat/excavator dengan jarak angkut ke lokasi stockpile/lokasi timbunan
dan pembuangan ke lokasi di luar daerah kerja sejauh kurang dari 1.00
km tidak diperhitungkan. Untuk jarak pembuangan yang lebih jauh
maka akan diperhitungkan dalam pekerjaan pembuangan sisa galian.
Kecuali untuk material bahan galian yang selanjutnya akan
dipergunakan oleh Penyedia untuk pekerjaan lain, maka pekerjaan
pembuangan tidak diperhitungkan.
Galian saluran dan struktur lain yang terkait akan termasuk semua
kebutuhan galian untuk mencapai garis, ketinggian dan ukuran seperti
ditunjukan dalam gambar atau seperti diarahkan oleh Direksi, termasuk
galian di tempat/local atau dental, perawatan pondasi dan semua galian
yang lain dalam area kerja.
Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk
pembayaran sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang
dipindahkan, setelah dikurangi bahan galian yang digunakan dan
dibayar sebagai timbunan biasa atau timbunan pilihan dengan faktor
penyesuaian berikut ini :
(1) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi
dengan penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85 yang mengacu pada
SNI 03-3422-1994, tentang Metode Pengujian Batas Susut Tanah.
(2) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi
dengan faktor pengembangan (swelling) sebesar 1,2 yang mengacu
pada SNI 13-6425-2000 tentang Metode Pengujian Indeks
Pengembangan Tanah.
Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil
tanah asli sebelum digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan
galian akhir meliputi garis, kelandaian dan elevasi sebagai yang
disyaratkan atau diterima. Metode perhitungan haruslah metode luas
ujung rata-rata, menggunakan penampang melintang pekerjaan dengan
jarak tidak lebih dari 25 meter.
a) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan
pembayaran menurut Bagian ini akan tetap dibayar sebagai galian
hanya jika bahan galian tersebut tidak digunakan dan dibayar
dalam Bagian lain dari Spesifikasi ini.
b) Jika bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK dapat digunakan sebagai bahan timbunan, namun
tidak digunakan oleh Penyedia sebagai bahan timbunan, maka
volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan terjadi semata-
mata hanya untuk cadangan Penyedia dengan exploitasi sumber
bahan (borrow area) tidak akan dibayar.
c) Pekerjaan galian bangunan yang diukur adalah volume dari prisma
yang dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut :
(1) Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar
pondasi yang melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di
atas bidang horisontal ini galian tanah diperhitungkan sebagai
galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya
(2) Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
(3) Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
(4) Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-
bidang yang diuraikan di atas atau sebagai pengembangan
tanah selama pemancangan, tambahan galian karena
kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
d) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi
timbunan sebagaimana yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK dengan jarak yang melebihi 300 meter harus
diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempat dalam kubik
meter bahan yang dipindahkan per jarak tempat penggalian sampai
lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan dalam kilometer.
e) Harga satuan yang diperhitungkan untuk keperluan pembuangan
kelebihan volume galian ke luar daerah kerja yang disetujui oleh
Direksi adalah sejauh > 1 km. Kecuali untuk material bahan galian
yang selanjutnya akan dipergunakan oleh Penyedia untuk pekerjaan
lain maka pekerjaan pembuangan tidak diperhitungkan.
5.1.4. Pekerjaan Timbunan
Untuk timbunan yang tidak diukur dan dibayar dari volume galian maka
:
1) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan
terpadatkan yang dilaksanakan, diselesaikan di tempat dan
diterima.
Volume yang diukur harus berdasarkan gambar penampang
melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil galian sebelum
setiap timbunan ditempatkan dan sesuai dengan garis, kelandaian
dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan
diterima.
Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang
ujung, dengan menggunakan penampang melintang pekerjaan yang
berselang jarak tidak lebih dari 25 m.
2) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang
melintang yang disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang
diperlukan sebagai akibat penggalian bertangga pada atau
penguncian ke dalam lereng lama, atau sebagai akibat dari
penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan kedalam volume yang
diukur untuk pembayaran kecuali bila :
3) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan
yang tidak stabil atau gagal jika Penyedia tidak dianggap
bertanggung-jawab.
4) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak
pekerjaan, atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak
terpakai, atau untuk menutup sumber bahan, tidak boleh
dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini mencakup kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari sumber bahan yang diperlukan untuk
penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan galian.
Pekerjaan ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk
penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang
diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan
elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui untuk penyelesaian dari
pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan timbunan.
2.1 Toleransi
1) Pekerjaan Pengelak Tahapan Ganda
a) Beda tinggi tekan antara ujung hulu dan hilir mulut aliran harus selalu kurang dari
5 m.
b) Kecepatan aliran yang masuk melalui ruang antara tidak lebih dari 5 m/dt.
2) Pekerjaan Saluran Pengelak
a) Kecepatan rata-rata umumnya kurang dari 10 m/dt.
b) Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m3 dengan ukuran
batu berkisar antara diameter 15-30 cm.
c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, batu harus
memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm
3) Pekerjaan Penutupan Alur Sungai
a) Konstruksi tanggul harus cukup lebar, biasanya sekitar 15 m.
b) Elevasi puncak minimal 1 m diatas elevasi muka air hulu setelah penimbunan
selesai.
c) Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah material quarry, baik
quarry lepas yang beratnya 500 kg – 1 ton maupun sebagai batuan urug yang
terseleksi yang digunakan dari bongkah besar dengan berat 1 sampai 5 ton.
4) Pekerjaan Bendung Pengelak
a) Desain limpasan bendung pengelak 1% atau 2 % dari umur bendungan.
b) Tinggi bendung pengelak semakin bertambah dan sejumlah proyek sekarang
menggunakan tinggi 50 meter sesuai dengan pertambahan kedalaman kerusakan
sungai dan atau sesuai dengan beda tinggi tenaga 20 atau bahkan 30 meter antara
elevasi muka air maksimum di hulu dan di hilir.
c) Berat volume untuk material kapur (ρ = 2,1) akan 3 kali lebih besar dari material
basalt (ρ = 2,9), atau blok beton (ρ = 2,4) akan memerlukan 60% lebih berat dari
blok granit (ρ = 2,7).
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1 Pengelakan Tahapan Ganda
1) Urutan Pekerjaan
Untuk metode pengelak dengan dua tahap, urutannya sebagai berikut:
a) Laksanakan pembangunan bendung pengelak yang biasanya diperpanjang sampai
alur sungai untuk menyediakan ruang kerja yang kering agar konstruksi bangunan
pengeluaran permanen dan sebagian dari bendung utama dapat dikerjaan,
penggalian dapat dilakukan pada tebing lainnya untuk memperbesar penampang
sungai dan menaikkan kapasitas pengaliran;
b) Bangunan pengeluaran dan sebagian bendungan dibangun pada lokasi yang kering
di belakang bendung pengelak;
c) Bendung pengelak diperbesar dan diperpanjang ke alur sungai untuk
memperbesar lokasi kerja yang kering sebelum aliran sungai dielakkan ke
bangunan pengeluaran permanen;
d) Sebagian atau seluruh bendung pengelak dibongkar sehingga dapat melalui
bangunan pengeluaran permanen;
e) Dibangun bendung pengelak tahap kedua;
f) Bangunan permanen yang belum dilaksanakan dibangun di belakang bendung
pengelak tahap kedua;
g) Penutup sungai hanya berupa penghentian aliran melalui bangunan pengeluaran.
2) Tahap Pengelakan
Pengelakan terdiri atas dua tahap sesuai dengan SNI 03-6456.1-2000, sebagai berikut :
a) Pada tahap pertama, bendung pengelak dibangun dari tiap tebing untuk
pelaksanaan pembangkit tenaga listrik dan pintu air pelayaran, .Kecepatan
permukaan air yang masuk melalui ruang antara tidak lebih dari 5 m/dt yang
merupakan kecepatan maksimum yang dapat diterima untuk lalu lintas air di
sungai dengan kapal motor. Tiga bukaan untuk pelimpah dibuat di belakang
bendung pengelak kanan, digunakan untuk pengelak tahap kedua;
b) Tahap kedua terdiri dari pembuatan bendung pengelak di tengah alur untuk
bangunan pelimpah, bendung pengelak tahap pertama dibongkar untuk
memungkinkan aliran sungai mengalir melalui bukaan pelimpah dan dua pintu
turbin di tebing kanan tempat stasiun pembangkit tenaga listrik yang dibuat
sebelumnya. Pintu air pelayaran digunakan untuk lalu lintas air pada tahap ini.
4. PENGENDALIAN MUTU
4.1 Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan Persyaratan Bahan Pada Pekerjaan dewatering.
1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi bronjong, pasangan batu,
pasangan batu kosong, plesteran dan siaran serta pekerjaan adukan semen.
Pekerjaan ini mencakup pekerjaan penyediaan baik batu yang diisikan ke dalam bronjong
kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai
dengan detail yang ditunjukkan dalam pada Gambar sebagaimana yang diperintahkan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
vi. Landasan
Landasan haruslah dari bahan drainase porous dengan gradasi yang dipilih
sedemikian hingga tanah pondasi tidak dapat hanyut melewati bahan
landasan dan juga bahan landasan tidak hanyut melewati pasangan batu
kosong atau bronjong.
vii. Adukan Pengisi (Grout)
Adukan pengisi untuk pasangan batu kosong yang diberikan harus beton
fc‟ 15 MPa atau K-175 seperti yang disyaratkan.
b) Pasangan Batu dengan Mortar
a) Batu
i. Batu harus terdiri atas batu alam atau batu dari sumber bahan yang
tidak terbelah, yang utuh (sound), keras, awet, padat, tahan terhadap
udara dan air, dan cocok dalam segala hal untuk fungsi yang
dimaksud.
ii. Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK sebelum digunakan. Batu untuk pelapisan selokan dan
saluran air sedapat mungkin harus berbentuk persegi.
iii. Mutu batu harus sesuai dengan bahan batu pada Bagian Pekerjaan
Pasangan Batu Kosong dan Bronjong dari spesifikasi ini.
iv. Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka semua
batu yang digunakan untuk pasangan batu dengan mortar harus
mempunyai dimensi lebih besar dari 10 cm.
b) Mortar
Mortar harus merupakan adukan semen yang memenuhi ketentuan Bagian
Adukan Semen dari Spesifikasi ini.
c) Adukan Semen
a) Semen harus memenuhi ketentuan dalam SNI 15-2049-2004
b) Agregat halus harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO M45-04
c) Kapur tohor harus memenuhi ketentuan dalam jumlah residu, letupan dan
lekukan (popping & pitting), dan penahan air sisa untuk kapur jenis N
dalam ASTM C207
d) Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, basa, gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus
memenuhi ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 Air yang diketahui dapat
diminum dapat digunakan. Jika timbul keragu-raguan atas mutu air yang
diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka
harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir
dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air suling. Air
yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan air tersebut
pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air
suling pada periode perawatan yang sama.
3) Persyaratan Kerja
i. Pasangan Batu
3.1. Pengajuan Kesiapan Kerja
Penyedia harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan
digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh
sifat bahan sesuai dengan pasal ini. Pekerjaan pasangan batu tidak boleh
dimulai sebelum ada persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
3.2. Kondisi Tempat Kerja
Kondisi tempat kerja harus senantiasa kering dan menjamin fasilitas
sanitasi cukup tersedia untuk pekerja.
ii. Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Pengajuan Kesiapan Kerja
1) Dua contoh batu untuk pasangan batu kosong (rip rap) dengan lampiran
hasil pengujian seperti yang disyaratkan di atas.
2) Contoh dari keranjang kawat dengan sertifikat dari pabrik bila ada.
iii. Pasangan Batu dengan Mortar
a) Pengajuan Kesiapan Kerja
a) Sebelum mulai menggunakan setiap bahan batu yang diusulkan untuk
pekerjaan pasangan batu dengan mortar, Penyedia harus mengajukan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen/PPK dua contoh batu yang
mewakili, masing-masing seberat 50 kg. Satu dari contoh batu akan
disimpan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK untuk rujukan selama
periode Kontrak. Hanya batu yang disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK akan digunakan dalam pekerjaan.
b) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh dimulai sebelum
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK menyetujui formasi yang telah
disiapkan untuk pelapisan.
b) Kondisi Tempat Kerja
Ketentuan yang disyaratkan dalam Persyaratan Pelaksanan Bagian
Pekerjaan Timbunan dari Spesifikasi ini tentang menjaga tempat kerja agar
senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi yang memadai tersedia di
lapangan untuk para pekerja, harus juga berlaku untuk pekerjaan pasangan
batu dengan mortar.
Spesifikasi Teknis
Detail Engineering Desain Pembangunan Embung Talun Ombo
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a) Pasangan Batu
a) Pengaturan Lokasi Pembuatan Adukan
a) Lokasi pembuatan adukan perlu diatur sedemikian rupa agar dapat
menjamin kelancaran pekerjaan. Memudahkan bagi pengawas dan
menjamin tercapainya mutu adukan yang baik dan terlindung.
b) Pengadukan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi konstruksi yang
akan dibangun. Pasir dan semen disiapkan terpisah ditempat kering (lebih
tinggi dari tanah sekitarnya ).
c) Kotak pengaduk dipasang ditempat datar dilokasi yang memudahkan bagi
petugas pengaduk dan pengangkutan adukan ke lokasi bangunan.
d) Drum air ditempatkan didekat kotak pengaduk kotak – kotak takaran
disiapkan secukupnya dilokasi timbunan pasir dan semen. Gerobak
pengangkutan adukan dan ember disiapkan dekat kotak adukan kearah
konstruksi yang akan dibangun.
b) Persiapan Pondasi (Pasangan Batu)
a) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat
untuk Bagian Galian Spesifikasi ini.
b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi
untuk struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang
juga tegak lurus terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar
pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga horisontal.
c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus
disediakan jika disyaratkan sesuai dengan ketentuan.
d) Jika ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK, suatu pondasi beton mungkin diperlukan. Beton
yang digunakan harus memenuhi ketentuan dari Bagian Beton dari
Spesifikasi ini.
c) Pelaksanaan Pemasangan Batu
1) Lakukan dan periksa persiapan yang meliputi penyediaan batu, pasir dan
air dilokasi kerja, kelengkapan peralatan dan alat bantu seperti kotak
penampung adukan, penampung air, plastik pelindung hujan, tukang batu
dan buruh pembantu, tenaga dan sarana pengangkutan adukan.
2) Ratakan lantai dasar bangunan, pasang profil sesuai gambar design
bangunan. Dalam kotak dan hamparkan serta ratakan pasir setebal 5 - 10
cm sebagai lantai kerja.
3) Periksa dimensi dan elevasi profil dengan alat ukur (oleh juru ukur) dan
minta persetujuan Direksi bila telah selesai gambar kontrak.
4) Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang
melekat serta basahi dengan air agar ikatan dengan adukan menjadi kuat.
5) Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan
setebal 3 - 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2
– 3 cm (tidak bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar
terikat kuat dengan adukan.
6) Isi rongga diantara batu-batu dengan adukan sampai penuh/mampat
dengan menggunakan sendok adukan.
7) Bila memerlukan suling-suling resapan sesuai design/kontrak (pada
dinding penahan, sayap bendung dan sebagainya). Suling dari pipa paralon
yang dibungkus ijuk diujung pipa bagian dalam dipasang bersamaan
dengan pasangan batu.
8) Letak suling resapan merupakan barisan dalam arah horizontal dengan
jarak tertentu sesuai gambar kontrak. Baris pipa suling berikutnya
(diatasnya) dipasang berselang-seling arah vertikal.
9) Apabila hujan atau setelah selesai, pasangan diitutup plastik agar pasangan
yang masih baru tersebut tidak rusak karena air hujan.
d) Pelaksanaan Kotak Adukan
a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata
dan dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air
mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga
harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada
sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
b) Adukan dibuat dengan perbandingan 1 bagian semen dan 4 bagian pasir (1
Pc : 4 Ps)
c) Masukkan dan ratakan 2 takar pasir dalam kotak pengaduk, disusul 1 takar
semen dan 2 takar pasir berikutnya.
d) Adukan campuran kering (tanpa air) dengan cangkul sampai rata
(homogen) .
e) Tuangkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk terus sampai diperoleh
adukan homogen. Adukan sudah baik apabila sudah terlihat lengket dan
tidak terurai saat dituang serta tidak ada yang tersisa diplat cangkul saat
dituang tidak terlalu kering, sehingga mudah digunakan.
f) Pembuatan adukan harus mengimbangi kecepatan pelaksanaan pasangan
batu. Tidak terlambat dan tidak boleh di buat terlalu banyak, adukan harus
sudah dipasang paling lama 1 jam setelah selesai diaduk.
g) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm
dan merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh
rongga antara batu yang dipasang terisi penuh.
h) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu
haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang
belum mengeras.
i) Jika batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan
awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan
batu tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.
e) Pelaksanaan Plesteran
a) Bagian-bagian tertentu dari pasangan batu sesuai gambar design/kontrak
harus di plester. Plesteran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan tiga
bagian pasir yang disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar
kontrak.
b) Tebal plesteran dibuat 2 - 3 cm dari permukaan batu.
f) Pelaksanaan Siaran
a) Bagian permukaan pasangan batu yang terlihat, sesuai kontrak atau
petunjuk Direksi harus disiar.
b) Siaran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan 2 bagian pasir yang
disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar.
c) Sebelum siaran dipasang adukan pasangan diantara batu–batu halus
dikorek sampai kedalaman 1-2 cm dibawah permukaan batu untuk jenis
siar rata dan siar timbul, dan 2-3 cm untuk jenis siar tenggelam, kemudian
pasangan dibersihkan dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat antara
pasangan siaran.
d) Adukan Semen
1) Pencampuran
a) Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat
atau dalam alat pencampur adukan yang disetujui, sampai campuran
menunjukkan warna yang merata, kemudian air ditambahkan dan
pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit. Jumlah air harus
sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsistensi
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melebihi 70 % dari berat
semen yang digunakan.
b) Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk
penggunaan langsung. Jika diperlukan, adukan semen boleh diaduk
kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal.
Pengadukan kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.
c) Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air
ditambahkan harus dibuang.
2) Pemasangan
a) Permukaan yang akan menerima adukan semen harus dibersihkan dari
minyak atau lempung atau bahan terkontaminasi lainnya dan telah dibasahi
sampai merata sebelum adukan semen ditempatkan. Air yang tergenang
pada permukaan harus dikeringkan sebelum penempatan adukan semen.
b) Jika digunakan sebagai lapis permukaan, adukan semen harus ditempatkan
pada permukaan yang bersih dan lembab dengan jumlah yang cukup
sehingga menghasilkan tebal adukan minimum 1,5 cm dan harus dibentuk
menjadi permukaan yang halus dan rata.
4. PENGENDALIAN MUTU
a) Pasangan Batu
1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan
yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan.
2) Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi (Pasangan Batu)
a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan.
Kecuali ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK, lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak
antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus
berdiameter 50 mm.
b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka
delatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m.
Delatasi harus 30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi
dinding. Batu yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus
dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang
bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas.
c) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous
berbutir kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga
tanah yang ditahan tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan
Drainase Porous tidak hanyut melewati sambungan.
3) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
1) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata
dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu,
sebagaimana pekerjaan dilaksanakan.
2) Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh pasangan
batu harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 2 cm,
dan dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng
melintang yang dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang
dibulatkan. Lapisan tahan cuaca tersebut harus dimasukkan ke dalam
dimensi struktur yang disyaratkan.
3) Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh
permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.
4) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk
Pekerjaan Beton.
5) Jika pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam
waktu yang tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai
dikerjakan, penimbunan kembali harus dilaksanakan seperti disyaratkan,
atau seperti diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, sesuai
dengan ketentuan yang berkaitan dengan Bagian Pekerjaan Timbunan.
6) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan untuk
memperoleh bidang antar muka rapat dan halus dengan pasangan batu
sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan
pada tepi pekerjaan pasangan batu.
4) Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak memuaskan atau Rusak
Pekerjaan pasangan batu yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan di
atas harus diperbaiki oleh Penyedia dengan biaya sendiri, dengan cara
yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
Penyedia harus bertanggung jawab atas kestabilan dan keutuhan dari
semua pekerja yang telah diselesaikannya dan harus dengan biayanya
sendiri untuk menukar dan mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak
baik, yang menurut Direktur Pekerjaan disebabkan oleh kelalaian
Penyedia. Penyedia tidak diminta pertanggungjawabannya terhadap
kerusakan akibat bencana alam, seperti angin topan atau tanah longsor
yang tidak dapat dihindari di tempat pekerjaan, asalkan pekerjaan tersebut
telah diterima dan dinyatakan secara tertulis bisa diterima alasannya oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
b) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang
telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan di atas
c) Pasangan Batu dengan Mortar
1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan
yang telah diterima sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan di atas.
2) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang tidak memenuhi toleransi
yang disyaratkan dalam persyaratan bahan di atas dari Spesifikasi ini harus
diperbaiki oleh Penyedia dengan biaya sendiri dan dengan cara yang
diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
b) Jika kestabilan dan keutuhan dari pekerjaan yang telah diselesaikan
terganggu atau rusak, yang menurut pendapat Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK diakibatkan oleh kelalaian Penyedia, maka Penyedia harus
mengganti dengan biayanya sendiri untuk setiap pekerjaan yang terganggu
atau rusak. Penyedia tidak bertanggungjawab atas kerusakan yang timbul
berasal dari alam seperti angin topan atau pergeseran lapisan tanah yang
tidak dapat dihindarkan, dengan syarat pekerjaan yang rusak tersebut telah
diterima dan dinyatakan secara tertulis oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK telah selesai.
3) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima
Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia untuk melaksanakan perbaikan
terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana
disyaratkan di atas, Penyedia juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan
rutin dari semua pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk drainase yang
telah selesai dan diterima selama sisa Periode Kontrak termasuk Periode
Pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan dan
harus dibayar terpisah.
d) Adukan Semen
a) Adukan Semen
Adukan yang digunakan untuk pekerjaan akhir atau perbaikan kerusakan pada
pekerjaan beton, sesuai dengan Pasal yang bersangkutan dari Spesifikasi ini,
harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur dalam proporsi yang
sama dalam beton yang sedang dikerjakan atau diperbaiki. Adukan yang
disiapkan harus memiliki kuat tekan yang memenuhi ketentuan yang
disyaratkan untuk beton dimana adukan semen dipakai.
b) Adukan Semen untuk Pasangan
Kecuali diperintahkan lain oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, adukan
semen untuk pasangan harus mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2
pada umur 28 hari. Dalam adukan semen tersebut kapur tohor dapat
ditambahkan sebanyak 10% berat semen.
5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
i. Pengukuran
a. Pasangan Batu
1. Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai
volume pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume
teoritis yang ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dan
disetujui.
2. Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang
disetujui harus tidak diukur atau dibayar.
3. Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan kembali dengan
bahan porous atau kantung penyaring harus diukur dan dibayar sebagai
Drainase Porous. Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang
harus dilakukan untuk penyediaan atau pemasangan lubang sulingan atau
pipa, juga tidak untuk acuan lainnya atau untuk galian dan penimbunan
kembali yang diperlukan.
b. Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah jumlah meter kubik dari
bronjong atau pasangan batu kosong lengkap di tempat dan diterima. Dimensi
yang digunakan untuk menghitung kuantitas ini haruslah dimensi nominal dari
masing masing keranjang bronjong atau pasangan batu kosong seperti yang
diuraikan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK.
c. Pasangan Batu dengan Mortar
a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus diukur untuk pembayaran
dalam meter kubik sebagai volume nominal pekerjaan yang selesai dan
diterima.
b) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk pelapisan pada selokan dan
saluran air, atau pelapisan pada permukaan lainnya, volume nominal harus
ditentukan dari luas permukaan terekspos dari pekerjaan yang telah selesai
dikerjakan dan tebal nominal lapisan untuk pelapisan. Untuk keperluan
pembayaran, tebal nominal lapisan harus diambil yang terkecil dari berikut
ini :
Tebal yang ditentukan seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau
diperintahkan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK;
Tebal aktual rata-rata yang dipasang seperti yang ditentukan dalam
pengukuran lapangan.
c) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang digunakan bukan untuk
pelapisan, volume nominal untuk pembayaran harus dihitung sebagai
volume teoritis yang ditetapkan dari garis dan penampang yang ditentukan
atau disetujui.
d. Adukan Semen
Adukan semen tidak akan diukur untuk pembayaran yang terpisah. Pekerjaan
ini harus dianggap sebagai pelengkap terhadap berbagai jenis pekerjaan yang
diuraikan dalam Spesifikasi ini.
ii. Dasar Pembayaran
Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan Harga
Kontrak per satuan dari pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di
bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan
pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan
pemasangan semua bahan, untuk galian yang diperlukan dan penyiapan seluruh
formasi atau pondasi, untuk pembuatan lubang sulingan dan sambungan konstruksi,
untuk pemompaan air, untuk penimbunan kembali sampai elevasi tanah asli dan
pekerjaan akhir dan untuk semua pekerjaan lainnya atau biaya lain yang diperlukan
atau lazim untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang
diuraikan dalam Bagian ini.
BAB V. PEKERJAAN BETON DAN BEKISTING
1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang, beton
tanpa tulangan, beton pracetak, beton untuk bangunan baja komposit dan waterstop.
Pekerjaan ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan
penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi seperti pemompaan atau tindakan
lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering.
b)Persyaratan Bahan
a)Bangunan Beton
(1) Semen
a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland
yang memenuhi SNI 15-2049-2004 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV.
Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan
gelembung udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh
lebih dari 5 %, dan harus mendapatkan persetujuan dari Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
b) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Jika di
dalam satu proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia
harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk
semen yang digunakan.
(2) Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa,
gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan
dalam SNI 03-6817-2002 Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan.
Jika timbul keraguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di
atas tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat
tekan mortar semen dan pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan
memakai air suling. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar
dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan
mortar dengan air suling pada periode perawatan yang sama.
(3) Agregat
1) Ketentuan Agradasi Agregat
a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang
diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut
harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan.
b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan
atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di
mana beton harus dicor.
2) Sifat-sifat Agregat
c) Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian (jika
perlu) kerikil dan pasir sungai.
d) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya
bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur yang
berhubungan.
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
i. Pekerjaan Beton
(1) Pembetonan
a. Penyiapan tempat kerja
i. Penyedia harus membongkar bangunan lama yang akan diganti dengan
beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dalam dari Spesifikasi ini.
ii. Penyedia harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam
Gambar Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dan harus
membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang
cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin
dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.
iii. Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang
berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di
dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus untuk
menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
iv. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus
sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran.
v. Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK,
maka bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
vi. Pejabat Pembuat Komitmen/PPK akan memeriksa seluruh galian yang
disiapkan untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja
tulangan atau pengecoran beton. Penyedia dapat diminta untuk
melaksanakan pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian
kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya
daya dukung tanah di bawah pondasi.
vii. Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan,
maka Penyedia dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau
kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat
yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan
stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
viii. Penyedia harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena
air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang
dengan benar. Penyedia juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas
dari resiko terkena air pasang atau muka air tanah dengan penanganan
seperlunya.
b. Cetakan Beton
i. Jika disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, maka acuan dari tanah
harus dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran
tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
ii. Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan membentuk
beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat dari kayu, besi atau
bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan ukuran–ukuran yang ada di
dalam gambar.
iii. Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat sendiri
adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan tekanan
lainnya dengan tidak berubah bentuk.
iv. Penyedia harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar cetakan sesuai
dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan persetujuan Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK, sebelum memulai pekerjaan, walaupun demikian
penyerahan tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen/PPK untuk
disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab Penyedia bagi keberhasilannya.
v. Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus bebas dari
sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–cacat lainnya. Mengisi celah–
celah sambungan cetakan beton harus berhati–hati dan dilaksanakan
sedemikian rupa agar sanggup mengembang dibawah pengaruh kelembaban
beton tanpa menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah–celah harus diisi
secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen. Bagaimanapun
penggunaan kertas dengan tegas dilarang.
vi. Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan, pembuangan
air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat sedemikian rupa hingga
dapat dengan mudah ditutup sebelum pengecoran dimulai.
vii. Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus dipasang pada posisinya,
semua yang diperlukan dan alat–alat lain untuk menutup lubang harus
dipasang pada cetakan. Tidak diperbolehkan membuat lubang didalam beton
tanpa persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
viii. Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak diijinkan
dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.
ix. Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah cetakan
dibongkar.
x. Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya tidak
boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang terbentuk. Semua
permukaan cetakan yang menempel dengan beton harus dilumasi dengan oli
untuk memastikan bahwa cetakan dapat dibuka dengan mudah.
xi. Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang dan
harus berhati–hati mencegah pelumas jangan sampai mengenai besi
tulangan. Sebelum pengecoran dan pembesian semua celah–celah cetakan
yang telah diisi dengan dempul harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila
cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus diperiksa oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Tidak diperkenankan mengecor bila
cetakan belum disetujui Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
xii. Penyedia harus memberitahukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen/PPK
sekurang–kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan siap untuk
diperiksa.
c. Pencampuran Beton
i. Perbandingan Campuran
i. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan
bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama – sama dan
digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang diharapkan.
ii. Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur 28
hari dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti tabel di
bawah ini :
Tabel 1 Klasifikasi Beton berdasarkan Besarnya Tekanan
Tipe Uraian
AR Beton bertulang untuk melapis permukaan lantai bendung,
mercu dan tembok bendung
A Beton, pipa beton pra cetak, tiang beton pra cetak dan
sebagainya
C Beton tumbuk
Besaran Nilai
Tipe Campuran Tipe Konstruksi
Slump
AR Mercu lantai dan tembok 7,5 – 2,5
bendung
Besaran Nilai
Tipe Campuran Tipe Konstruksi
Slump
A Unit beton pra cetak Plat 12,5 – 5,0
dan balok jembatan Klas I 15,0 – 7,5
dan Klas II
B Plat, dinding, balok dari 12,5 – 5,0
tembok dan dermaga talud 5,0 – 2,5
pada transisi
(2) Penakaran
a) Penyedia harus menyediakan alat penakar yang disetujui Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK dan harus memelihara serta mengoperasikan peralatan seperti
yang diperlukan agar secara tepat mengontrol dan menentukan jumlah dari
masing–masing bahan yang dicampurkan, sesuai dengan petunjuk Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK.
b) Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu) hingga 5 (lima)
meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan dengan mencampurkan
agregat, semen, bahan additive (bila perlu), dan air menjadi suatu campuran
yang merata tanpa pemisahan–pemisahan. Juga mampu mengimbangi
perubahan–perubahan kadar air dari agregat, serta merubah berat material–
material yang ikut tercakup.
c) Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut dapat ditentukan
dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur dengan takaran. Meskipun
demikian material beton dapat juga diukur secara volume, bilamana disetujui
oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
d) Penyedia juga harus menyediakan penguji berat yang standar dan peralatan lain
yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap – tiap skala pengukuran
pengaduk tersebut, serta melakukan pengujian periodik terhadap perubahan
harga pengukuran dalam pekerjaan–pekerjaan adukan.
(3) Mesin Pengaduk Beton
i. Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar dalam waktu
yang tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali sejumlah air yang diperlukan
sudah ada dalam alat pengaduk tersebut.
ii. Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu pencampuran
terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang volumenya lebih besar dari 0,75
m3 harus ditambah seperempat menit pada setiap penambahan 0,5 m3.
iii. Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi kapasitas
maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang dianjurkan pabrik
pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan beton dengan kekentalan dan
warna yang merata secara menerus dan disetujui Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
iv. Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum melakukan
pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan, tidak boleh digunakan
dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang ada dalam alat pencampur perlu
diganti bila telah aus menjadi 2 cm.
(4) Truk Pencampur
i. Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–drum yang ada
pada truk pencampur harus berputar dengan kecepatan yang dianjurkan oleh
Pabrik.
ii. Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah bahan–bahan
pencampur tersebut berada di dalam pencampur, setelah itu beton dapat diangkut
menuju tempat pekerjaan dan satu jam setelah penambahan air pengecoran harus
selesai.
iii. Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat mengeras,
waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai dengan petunjuk Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK.
(5) Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia
a) Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali jika situasi
tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin pencampur setelah mendapat
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
b) Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan, sedekat mungkin
ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus dilakukan dibak pengaduk yang
bersih dan kedap air. Jika bak dibuat dari kayu, maka sela–sela kayu harus
ditutup agar tidak ada kehilangan air dari adukan.
c) Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan kering sekurang–
kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan berangsurangsur dipuncak adukan,
selanjutnya agregat kembali diaduk dalam keadaan basah, sekurang–kurangnya
3 (tiga) kali sebelum adukan diangkat ketempat pengecoran
(6) Pengecoran
a) Pelaksanaan Pengecoran
a) Penyedia harus memberitahukan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton jika pengecoran beton telah ditunda lebih
dari 6 jam (finalsetting).
Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan
tanggal serta waktu pencampuran beton. Pejabat Pembuat Komitmen/PPK
akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk
memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia tidak
boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
b) Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan,
pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi
pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air
atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak meninggalkan bekas.
d) Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga penempatan dan
penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya pemisahan butiran.
e) Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu, berurutan
mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu dengan lapisan
dibawahnya, adukan beton digetar dari lapisan bawah dengan alat penggetar
(vibrator).
f) Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi tulangan
dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan perancah belum diperiksa
dan disetujui Pejabat Pembuat Komitmen/PPK secara tertulis.
g) Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai terjadi
pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar cetakan cukup rapat,
dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton setebal 3 cm, dengan spesi yang
sama dengan yang dibutuhkan oleh beton diatasnya.
h) Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang
ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera dibuang. Semua
pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit telah keluar dari mesin
pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi.
i) Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan atau
disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus segera
dibuang. Beton jangan dicor diatas beton lain yang baru saja dicor selama
lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang akan
ditentukan kemudian.
j) Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus
ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal,
dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk menahan gesekan dan
membentuk ikatan sambungan beton berikutnya, seperti yang diinginkan
oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK .
k) Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau
disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap
lembab dan dilindungi dengan mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2
setebal 1 cm.
l) Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar, atau atas petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Beton
yang dicor ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian rupa untuk
menghindari pemisahan butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan,
atau bagian – bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan – lapisan yang
tidak lebih tebal dari 40 cm padat.
m) Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan ditentukan
pada gambar atau menurut petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
n) Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta dorong
lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK untuk menjatuhkan ketempat penampungan sementara dan
kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum dicorkan.
o) Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan sebelumnya
atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus dikerjakan secara menerus
sampai dengan selesai. Bila perlu Penyedia harus bekerja lembur untuk
mencapai target tersebut.
b) Pemadatan
a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar
acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui oleh Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK, penggetaran harus disertai penusukan secara
manual dengan alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan
memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan
campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam acuan.
b) Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut,
di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser
tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
c) Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurangkurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg,
dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang
merata.
e) Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di
dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi
sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor sehingga
menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila
alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat
tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi
lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm. Alat penggetar tidak boleh berada
pada suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
f) Jumlah minimum alat penggetar mekanis
g) Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus digunakan alat
penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.
h) Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi
waktu ikat awal (initial setting).
(7) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
a) Jadual pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK. Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada
pertemuan elemenelemen bangunan kecuali ditentukan demikian.
b) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya
harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
c) Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat bangunan tetap monolit.
d) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan ke dalaman
paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding.
Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan
cara manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2.
e) Penyedia harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan jika pekerjaan terpaksa
mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau
penghentian pekerjaan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
f) Atas persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, bonding agent yang dapat
digunakan untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara
pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
g) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak
diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di
atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
(8) Beton Siklop
Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat
yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan
merusak bentuk cetakan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.
Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume
total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton
siklop.
Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm, tiap batu
harus dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak antar batu pecah
maksimum 30 cm dan jarak terhadap permukaan minimum 15 cm. Permukaan
bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping).
(9) Lining Beton
(1) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan pada Gambar
atau ditentukan lain oleh Direksi.
(2) Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus sesuai dengan
ketentuan.
(3) Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul selesai
dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan.
(4) Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Direksi,
dilaksanakan sesuai dengan gambar–gambar detail yang ada terutama yang telah
disetujui Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
(5) Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar atau petunjuk
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
(10) Pekerjaan Pondasi Beton
i. Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia harus membersihkan
semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan tanah, reruntuhan, plastik,
sisa kertas dan genangan air yang ada sesuai dengan permintaan Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK.
ii. Selama pengecoran Penyedia harus menjaga permukaan yang dicor bersih dari
genangan air.
iii. Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK memeriksa dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi
tersebut.
iv. Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan persiapannya disetujui
oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Ketebalan lapisan lantai kerja beton
harus dibuat sesuai dengan gambar atau atas petunjuk Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
v. Jika tidak ditentukan lain oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, sebelum
melakukan pengecoran, permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen
setelah bersih.
vi. Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan dan dibuat
bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan semen ditempatkan
diatasnya.
vii. Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen–pasir yang sama
dengan perbandingan semen pasir yang digunakan untuk beton.
viii. Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau
proteksi pondasi dibuat dengan cara lain.
(11) Pengerjaan Akhir
i. Pembongkaran Cetakan
• Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis
dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton
tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di
bawah pelat, balok, gelegar, atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar
hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari
kekuatan rancangan beton.
• Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet),
dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling
sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung
pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
ii. Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
• Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang
telah digunakan untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan
beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah
permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang
disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
• Pejabat Pembuat Komitmen/PPK harus memeriksa permukaan beton segera
setelah pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas
kekurang sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi bangunan atau
fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian
lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
• Jika Pejabat Pembuat Komitmen/PPK menyetujui pengisian lubang besar
akibat keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh
(sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan
beton. Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air,
tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang
harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen
dan dua bagian pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan
didiamkan sekira 30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal,
kecuali digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).
iii. Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut
ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK :
• Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya sebagaimana
yang diperintahkan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, harus digaru dengan
mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan
segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual
sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan
melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai
mengeras.
• Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk
trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain
sebagaimana yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK,
sebelum beton mulai mengeras.
• Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih
belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium),
dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan
harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan
proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus
dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan
hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta
yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.
iv. Perawatan Beton
1) Perawatan dengan Pembasahan
Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan
dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton
harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal
mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu
yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya
pada semen dan pengerasan beton.
Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya
dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air
ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua
bahan perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel
pada permukaan yang dirawat.
Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak
susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm
paling sedikit selama 21 hari.
Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus
dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan
rancangan beton berumur 28 hari.
2) Perawatan dengan Uap
Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal
yang tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan
kecuali atas persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu
dimana beton telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 hari. Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti
ketentuan di bawah ini:
• Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi tekanan luar.
• Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi 380C selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan
kemudian temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga
mencapai 650C dengan kenaikan temperatur maksimum 140C /
jam secara bertahap.
• Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak
boleh melebihi 5,50C.
• Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara
bertahap dan tidak boleh lebih dari 110C per jam.
• Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang
penguapan tidak boleh lebih dari 110C dibanding udara luar.
• Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan
uap air.
• Semua bagian bangunanal yang mendapat perawatan dengan uap
harus dibasahi selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap
tersebut.
Penyedia harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan
baik dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai
dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.
Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus
dilindungi secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan
uap, yang akan menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-
bagian beton.
4. PENGENDALIAN MUTU
a)Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus
diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis
yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan
ketentuan persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton, Bekisting dan Waterstop.
b)Pengawasan
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai keahlian
untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja.
c)Perencanaan Campuran
a) Ketentuan Sifat-sifat Campuran
i. Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya
dinyatakan dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan
pada pekerjaan, terkecuali bila Pejabat Pembuat Komitmen/PPK dalam beberapa
hal menyetujui penggunaannya secara terbatas. Kelecakan (workability) dan
tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada
pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung
air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh
permukaan yang rata, halus dan padat.
ii. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK, bila
pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-
1990, SNI 03-4810-1998, SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991.
iii. Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia tidak diperkenankan mengecor beton
lebih lanjut, sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut diketahui dengan
pasti dan diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
berikutnya memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan
beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut
harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan di atas. Kekuatan beton dianggap
lebih kecil dari yang disyaratkan jika hasil pengujian serangkaian benda uji dari
suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton
karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan.
iv. Pejabat Pembuat Komitmen/PPK dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau
memerintahkan Penyedia untuk mengambil tindakan perbaikan dalam
meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton umur
3 hari. Dalam keadaan demikian, Penyedia harus segera menghentikan
pengecoran beton yang diragukan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil
pengujian kuat tekan beton umur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan
perbaikan, pada waktu tersebut Pejabat Pembuat Komitmen/PPK akan menelaah
kedua hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera memerintahkan
tindakan perbaikan yang dipandang perlu.
v. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton. Tindakan tersebut tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton umur 3 hari saja, kecuali bila
Penyedia dan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK sepakat dengan perbaikan
tersebut.
b) Penyesuaian Campuran
i. Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability) Jika sifat
kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang sulit diperoleh,
maka Penyedia boleh melakukan perubahan rancangan agregat, dengan syarat
dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio
air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat
tekan yang memenuhi tidak dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah
dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan
tambahan untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila telah
disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
ii. Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen dapat
ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat disetujui oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
iii. Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Bahan baru
tidak boleh digunakan sampai Pejabat Pembuat Komitmen/PPK menerima bahan
tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil
pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia.
iv. Bahan Tambahan (admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia harus mendapat
persetujuan dari Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Jenis dan takaran bahan
tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan
kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Ketentuan mengenai
bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bila akan
digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus, sebagian besar
berupa mineral yang bersifat cementious seperti abu terbang (fly ash),
mikrosilika (silicafume), atau abu slag besi (iron furnace slag), yang umumnya
ditambahkan pada semen sebagai bahan utama beton, maka penggunaan bahan
tersebut harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan
bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang
diinginkan pada Gambar Rencana dan disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK. Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran
beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan
tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja beton segar
(fresh concrete). Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal
sebagai berikut:
a) Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air;
b) Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi
kelecakan;
c) Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
d) Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
e) Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
f) Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
g) Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume
beton (ekspansi);
h) Mengurangi terjadinya bleeding;
i) Mengurangi terjadinya segregasi.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan tambahan
campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut:
j) Meningkatkan kekuatan beton (secara tidak langsung)
k) Meningkatkan kekuatan pada beton muda
l) Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan
m) beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi.
n) Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut
o) Meningkatkan keawetan jangka panjang beton
p) Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton)
q) Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat
r) Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama
s) Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan
t) Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu dilakukan secara
hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai manual penggunaannya, serta
dengan proses pengadukan yang baik, agar pengaruh penambahannya pada
kinerja beton bisa dicapai secara merata pada semua bagian beton. Dalam hal ini
perlu dimengerti bahwa dosis yang berlebih akan dapat mengakibatkan
menurunnya kinerja beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat menimbulkan
kerusakan pada beton.
c) Pelaksanaan Pencampuran
i. Penakaran Agregat
i. Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu
beton fc‟ < 20 MPa diijinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-
1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan
satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus ditimbang
beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi
kapasitas alat pencampur.
ii. Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering permukaan
(SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka
harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan kondisi agregat di
lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering
permukaan dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat
dengan air secara berkala paling sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk
menjamin kondisi jenuh kering permukaan.
iii. Penyedia harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih berlaku
untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk keperluan penakaran bahan-
bahan beton termasuk saringan agregat pada perangkat ready mix.
ii. Pencampuran
i. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
ii. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur
yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
dalam setiap penakaran.
iii. Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama
masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga mencapai
kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan seluruh semen yang
sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat secara merata. Terakhir
masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
iv. Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus sudah
dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran tercapai. Waktu
pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang harus sekira 1,5
menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik
untuk tiap penambahan 0,5 m3.
v. Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual
dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat pengecoran.
Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi hanya
pada beton non-bangunan.
d) Pengujian Campuran
1) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton
yang dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali
disaksikan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK atau wakilnya. Nilai slump
pada setiap campuran tidak boleh berada diluar rentang nilai slump (± 2 cm)
yang disyaratkan .
2) Pengujian Kuat Tekan
a)Penyedia harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per set)
untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan untuk
setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen bangunan yang
dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
b)Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia harus menyediakan
benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300
mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut
harus dicetak bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan benda
uji silinder yang akan dirawat di laboratorium.
c)Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran
atau komponen bangunan yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah
terbanyak diantara keduanya.
d)Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran
secara manual, setiap 10 meter kubik beton harus dibuat 1 set benda uji dan
untuk setiap komponen bangunan yang dicor terpisah minimal diambil 3 set
benda uji.
e)Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready
mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3 buah
benda uji.
f)Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat tekan beton
umur 28 hari.
g)Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan
nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji dalam set tersebut,
maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil
kuat tekan yang digunakan dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2
buah benda uji yang berdekatan nilainya. viii. Kekuatan beton diterima
dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda uji lebih besar atau sama
dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung dengan rumus sebagai berikut :
fc’= fcm ± k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji
tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah hasil kuat tekan
dari benda uji (k=1,64 untuk jumlah hasil kuat tekan benda uji lebih besar
atau sama dengan dari 30)
Ʃ (fci – f cm)2
h)Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85 fc‟.
i)Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus
diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan
berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas
daya dukung dari bangunan tidak membahayakan.
j)Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas
daya dukung bangunan berkurang, maka diperlukan suatu uji bor (core
drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang
berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor
inti pada daerah yang tidak membahayakan bangunan untuk setiap hasil uji
tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah seperti disebutkan di
atas.
k)Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap
secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga
benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc‟, dan tidak satupun dari
benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc‟. Dalam
hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor inti
terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton
(yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan
dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
3) Pengujian Tambahan
Penyedia harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana
yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Pengujian tambahan
tersebut meliputi :
i. Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan);
ii. Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang
dipertanyakan;
iii. Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
iv. Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
e) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak
n - 1 Memenuhi Ketentuan
dimana,
fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
i. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi
ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan, harus
mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK
antara lain
ii. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan;
iii. Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal;
iv. Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh pada
bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.
v. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Pejabat Pembuat Komitmen/PPK dapat
meminta Penyedia melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan
adil dengan meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.
vi. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan ketentuan
dari Spesifikasi ini. Penyedia harus mengajukan detail rencana perbaikan untuk
mendapatkan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK sebelum memulai
pekerjaan.
b. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar Kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh penyediaan
dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata Pembayaran lain,
termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk pencampuran,
pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua biaya lainnya yang
perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang
diuraikan dalam Bagian ini.
BAB VI. PEKERJAAN PINTU
1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini mencakup perencanaan, pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan,
pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
3) Persyaratan Kerja
(1)Daun Pintu
• Semua tipe pintu terdiri dari daun pintu air, kerangka utama penyekat dan
komponen lain yang diperlukan. Pintu yang digunakan harus sesuai dengan Gambar
dengan konstruksi las, lebar dan tinggi bersih daun pintu;
• Jika detail bangunan pintu tidak ditentukan dalam spesifikasi ini maka Penyedia
harus membuatnya dengan persetujuan Direksi;
• Pelat pintu air harus terletak di bagian hulu. Tebal minimum pelat pintu air adalah 6
(enam) mm, termasuk ke longgaran korosi 2 (dua) milimeter;
• Kerangka utama mendatar terbuat dari profil U dengan kelonggaran korosi 2 (dua)
milimeter. Lendutan balok pada beban penuh harus kurang dari 1/800 bentang pada
beban maximum;
• Seal harus terdiri dari bahan karet yang diklem pada pintu dengan baut, mur dan
cincin baja. Seal harus disambung pada ujungnya dengan cara divulkanisir agar
menerus. Tegangan tarik pada sambungan harus lebih besar dari 50% (lima puluh
persen) pada bagian tanpa sambungan. Seal harus dibentuk sedemikian sehingga
dapat menahan air dengan baik.
(2)Kerangka Pintu
Setiap rangka pintu harus terdiri dari kerangka ambang dasar pintu, kerangka atas dan
kerangka tarik/sponing dan semua komponen lain yang diperlukan pada pemasangan
rangka pintu yang lengkap dan memudahkan operasi pintu. Jika konstruksi rangka
pintu tidak dijelaskan secara rinci disini, maka harus dibuat oleh Penyedia dengan
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
1) Kerangka Ambang
Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan bengkokan
agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang harus direncanakan
agar dapat meneruskan gaya – gaya yang terjadi pada beton atau pasangan batu kali
tanpa terjadi pelenturan.
2) Kerangka Sponing
Kerangka sponing harus mampu meneruskan tekanan air pada beton. Permukaan
rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum permukaan terhadap
permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3 (tiga)
meter. Permukaan harus dikerjakan dengan mesin dan diperkeras untuk
memberikan perlindungan terhadap keausan.
3) Kerangka Atas
Balok atas harus diletakkan diatas rangka samping dan harus mendukung
pengangkat roda gigi. Balok atas harus mampu menahan beban pengangkat.
(3) Stang
a) Umum
Stang pintu berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan secara manual dan tenaga
listrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan
dan memegang pintu. Stang harus terdiri dari peralatan mekanis/listrik, yaitu :
tumpuan, mur penggerak, roda gigi, handel pemutar dan komponen lain yang
memerlukan pengoperasian secara efisien. Stang harus direncanakan agar mampu
menahan beban yang terjadi.
Jika konstruksi stang yang perinciannya tidak diterangkan disini, maka harus dibuat
oleh Penyedia dengan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
b) Peralatan Mekanis, meliputi :
Tumpuan/bantalan
Tumpuan harus berupa tipe bola, silinder atau datar
Roda gigi reduksi
Semua roda gigi, kecuali roda gigi reduksi yang terbuat dari brons pospor
tuang, harus dibuat dari baja tuang atau baja tempa. Roda gigi dan bantalan
harus cukup kaku terhadap gerakan. Roda gigi harus mempunyai “rumah” yang
dapat dilepaskan untuk memudahkan pelumasan.
Kloping
Kloping harus dilengkapi, dengan maksud untuk penyesuaian dan pelekatan
secara tetap pada tongkat sesudah penyesuaian kedudukan pintu dilapangan.
Ulir Pengangkatan
Ulir pengangkatan harus terbuat dari baja tempa atau bahan lain yang disetujui
dan dikerjakan dengan mesin. Ulir pengangkat yang dapat dihubungkan dengan
roda gigi pinggir harus terdiri dari penopang roda gigi dan bantalan pemandu
sebagai penguat.
Tongkat Penghubung
Tongkat penghubung dibuat dari batang baja.
Handel Operasi Manual
Setiap sebatang harus dilengkapi dengan handel operasi manual yang dapat
mengangkat beban penuh sebagaimana direncanakan. Gaya untuk memutar alat
harus lebih kecil dari 15 (lima belas) kilogram.
3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a) Perencanaan
Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada beban dan tegangan rencana,
yang meliputi :
1) Beban rencana
1) Pintu
Pintu harus direncanakan dengan kondisi beban sebagai berikut :
a) Beban air
Beban air pada pintu harus seperti yang ditunjukkan pada gambar.
b) Beban – beban lain
c) Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban yang akan terjadi
pada saat awal, menaikkan atau menurunkan pintu.
2) Rangka Pintu
Beban – beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada tumpuan, beban karet
sekat dan semua beban lain yang diakibatkan pengoperasian pintu dan perangkat.
Rangka pintu harus mampu meneruskan beban dari karet sekat pintu ke beton atau
pasangan batu kali pada bangunan.
3) Alat Pengangkat
Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan, menurunkan dan
memegang pintu pada setiap posisi di antara keadaan pintu tertutup dan pintu
terbuka penuh. Ketinggian pengangkatan harus seperti pada gambar. Kapasitas
rata – rata pengangkat, tongkat ulir harus mampu menaikkan atau menurunkan
pintu pada kombinasi yang paling membahayakan.
2) Tegangan Rencana
a) Batang Baja
Tegangan yang diijinkan pada beban normal pada batang baja haruslah sebagai
berikut :
Tegangan yang diijinkan pada kondisi beban sementara ditentukan 50% (lima
puluh persen) lebih besar dari pada kondisi beban normal. Tegangan ekivalen
yang diakibatkan kombinasi tegangan biaxial atau triaxial tidak boleh melebihi
tegangan ijin diatas. Bagaimanapun juga tidak diijinkan ada tegangan yang
melebihi 90% (sembilan puluh persen) dari tegangan maksimum material yang
digunakan. Tebal pelat baja untuk pekerjaan pintu adalah minimum 6 (enam) mm.
Modulus kelangsingan atau faktor tekuk pada kerangka baja desak utama harus
kurang dari 159 dan pada baja lainnya harus kurang dari 240.
b) Bagian Mesin
Semua bagian mesin pada alat pengangkat yang dikenal beban normal atau
kondisi beban rata – rata harus direncanakan berdasarkan angka keamanan
terhadap tegangan batas bahan yang digunakan, sebagai berikut :
Angka Keamanan bagi tegangan
Bahan Tarik dan
Tarik Tarik dan geser
Desak
e) Baja untuk generator atau 5,0 5,0 8,7
yang dilas
f) Baja karbon tempa 5,0 5,0 8,7
g) Baja karbon untuk 5,0 5,0 8,7
konstruksi mesin bangunan
h) Baja Batang tahan karat 5,0 5,0 8,7
i) Baja karbon tuang 5,0 5,0 8,8
j) Besi tuang 10,0 3,5 10,0
k) Brons tuang 8,0 8,0 10.0
c) Tegangan Beton
Tegangan beton yang diijinkan pada tumpuan tidak lebih dari 50 kg/cm2 dan
tegangan geser yang diijinkan tidak lebih dari 5,5 kg/cm2, tegangan desak yang
diijinkan pada pasangan batu kali tidak lebih dari 15 kg/cm2.
(4)Pengecatan
4.1. Setiap ketebalan pengecatan harus mendapat persetujuan dari Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK;
4.2. Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai dengan petunjuk pengecatan
dari pabrik;
4.3. Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum pengecatan;
4.4. Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai dengan cara dan peralatan yang
disarankan dari pabrik;
4.5. Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian tidak kurang dari 1 (satu)
tahun dalam keadaan segala cuaca di lokasi pekerjaan;
4.6. Penyedia harus menyediakan cat yang cukup untuk pengecatan di lapangan dan
pengecatan perbaikan di bengkel;
4.7. Semua pengecatan, harus dilakukan secara rata dan halus pada permukaan. Cat
harus diaduk seluruhnya, ditapis dan dijaga kekentalannya agar seragam selama
dipergunakan;
4.8. Tidak diperkenankan melakukan pengecatan pada permukaan logam yang
suhunya kurang dari 10o Celcius;
4.9. Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban selama
pengecatan;
4.10.Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot;
4.11.Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan permukaan.
Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih dahulu seluruhnya sebelum
dilakukan pengecatan berikutnya;
4.12.Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan disetujui oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK;
4.13.Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus dilaksanakan pada
bagian–bagian dibawah ini :
Permukaan–permukaan yang tampak dari rangka pintu kecuali yang ada
diatas permukaan tanah.
Semua daun pintu
Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 06–
6452–2000, Metode Pengujian Cat Bitumen sebagai lapis pelindung
Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan, kecuali yang
disebutkan diatas harus dicat dengan 1 (satu) lapis cat dasar dan 4 (empat)
lapis cat “chlorinated rubber” atau yang sekualitas. Tebal total lapisan
tersebut termasuk cat dasar harus 0,15 – 0,20 milimeter. Semua peralatan
harus dicat sesuai dengan standar pabrik.
Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup yang tampak
selama pengangkutan atau selama menunggu pemasangan harus dibersihkan
dan dilapisi dengan cat yang mudah larut dalam bensin agar tidak berkarat.
(5)Pengelasan
- Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan dan pemasangan pintu dan
perlengkapan dikerjakan dengan tenaga dengan cara las lindung busur metal atau
las busur otomatis;
- Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia, jika diperlukan oleh standar
spesifikasi ini atau kriteria perencanaan ini;
- Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan arus dan tegangan listrik
selama pengelasan berlangsung;
- Semua bagian yang di las yang merupakan pekerjaan akhir dengan mesin harus di
las dahulu sebelum dimesin, kecuali tercantum ketentuan lain;
- Semua pengelasan harus tidak terputus dan kedap air. Ukuran minimum batang
las 4,5 mm;
- Semua cacat pengelasan harus dibersihkan sampai dasar logam yang baik dan
daerah tersebut perlu dites dengan “Ultrasonik” untuk menyakinkan bahwa cacat
telah benar terhapus sebelum dilakukan perbaikan las;
- Semua pekerjaan pengelasan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
Spesifikasi pekerjaan pengelasan BS 5135 – 1984, Proces of Arc welding carbon
and Carbon Manganise steels.
(6)Pekerjaan Alat Angkat
1. Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak yang
dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu
untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu;
2. Bahan stang pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, tongkat batang
penghubung, handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi, tumpuan/bantalan,
maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 03-6861-
2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja);
3. Kerangka alur (sponing) harus mampu meneruskan tekanan air pada beton.
Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum
permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada
setiap panjang 3 (tiga) meter;
4. Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan bengkokan
agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang harus direncanakan
agar dapat meneruskan gaya–gaya yang terjadi pada beton atau pasangan batu kali
tanpa terjadi pelenturan.
4. PENGENDALIAN MUTU
2.1. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan dan persyaratan (berlaku untuk semua jenis
pekerjaan).
2.2. Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan
dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan (berlaku untuk semua jenis pekerjaan)
1. RUANG LINGKUP
Pekerjaan ini mencakup pekerjaan kayu, pintu, besi, pengecatan, tulangan dowel,
pekerjaan gebalan rumput, pengadaan gambar-gambar teknis, perlindungan dan
pengamanan, jalan penghubung sementara dan pembuatan papan nama sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
2. PELAKSANAAN PEKERJAAN
a) Pembongkaran Struktur
1) Bahan Yang Diamankan Dalam Bongkaran
Semua bahan yang diamankan tetap menjadi milik Pemilik yang sah sebelum
pekerjaan pembongkaran dilakukan. Tidak ada bahan bongkaran yang akan
menjadi milik Penyedia.
Semua bahan yang diamankan harus disimpan sebagaimana yang diminta oleh
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
Terkecuali tidak dituntut secara tertulis oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK,
semua beton yang dibongkar yang ukuran bahannya cocok untuk pasangan batu
kosong (rip rap) dan tidak diperlukan untuk digunakan dalam proyek, harus
ditumpuk pada lokasi yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
2) Bahan Yang Dibuang Dalam Bongkaran
Bahan dan sampah yang tidak ditetapkan untuk dipertahankan atau diamankan dapat
dibakar atau dikubur atau dibuang seperti yang disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK.
b) Pekerjaan Kayu
Penyedia harus menyediakan tempat yang tahan terhadap cuaca. Material kayu harus
disimpan di atas ganjal kayu agar tidak terkena langsung dengan tanah sepanjang waktu
penyimpanan.
a) Segera setelah kayu diterima di tempat pekerjaan, maka kayu-kayu harus ditumpuk
dan disusun sehingga tidak menyentuh tanah secara langsung dan diletakkan pada
tempat yang sudah disediakan dan sesuai dengan persyaratan. Apabila material kayu
tersebut beupa kayu bundar, maka harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap
batang beban dari batang yang berdampingan dengan jarak tidak kurang dari 7,5 cm.
Demikian juga balok kayu bentuk persegi harus disusun seperti kayu bundar atau
disusun tegak lurus terhadap lapisan di bawahnya atau dipisahkan dengan tumpuan
pada jarak tertentu untuk mencegah perubahan bentuk kayu.
1) Kayu pada setiap lapisan harus dipisahkan dengan kayu yang berdampingan
dengan jarak horizontal minimal 2,5 cm.
2) Pengerjaan Kayu
Pekerjaan pelaksanaan struktur kayu ini sesuai dengan Gambar Rencana dengan
hasil akhir sesuai dengan persyaratan. Dalam hal pemotongan, pengetaman,
penyambungan tidak tertera atau tidak disyaratkan, maka perlu diusulkan kepada
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK untuk menentukannya.
b) Sambungan
Semua sambungan harus dilaksanakan dengan rapi agar diperoleh sambungan yang
cocok tanpa menggunakan pasak atau pengikat. Kecuali disyaratkan lain atau tertera
pada Gambar Rencana, maka bagian kayu struktur tidak boleh disambung untuk
seluruh panjangnya, ujung-ujung balok kayu harus dipotong tegak dan untuk bidang
kontak harus saling berhubungan dengan baik.
Semua lubang-lubang baut dan lubang-lubang penyambung lain dilaksanakan dengan
bor dengan ukuran yang sesuai dan teliti. Semua lubang pen dan sambungan-
sambungan kayu dibentuk sehingga sambungan menjadi rapat. Lubang-lubang untuk
baut harus dibor dengan mata bor yang mempunyai diameter 1,5 mm lebih besar dari
diamater baut, kecuali lubang baut untuk lantai jembatan yang mempunyai diameter
lubang sama dengan diameter baut yang digunakan.
c) Sambungan dengan Pelat Besi
a) Kecuali disyaratkan lain pada Gambar Rencana, semua baut, strip, paku, pelat,
cincin baut dan lain-lain pekerjaan besi harus terbuat dari baja lunak (mild steel).
b) Semua pekerjaan besi setelah fabrikasi dan sebelum dikirim ke lokasi pekerjaan,
harus digosok dan dibersihkan dan dimasukkan dalam minyak “linseed” dalam
keadaan panas atau bahan lain yang telah disetujui.
c) Baut harus mempunyai bentuk kepala baut yang sesuai, persegi atau bundar,
dengan aur persegi, dengan panjang ulir minimum 4 kali diameter baut. Semua
mur harus pas betul tanpa toleransi.
d) Panjang baut yang tertera pada Gambar Rencana hanya merupakan ukuran
perkiraan, dan Penyedia harus menyediakan baut-baut dengan panjang yang
cukup sesuai dengan kondisi di lapangan.
e) Ujung baut tidak boleh lebih dari setengah kali diameter lebih panjang dari mur,
apabila berlebihan maka kelebihan panjang itu harus dipotong.
f) Cincin baut persegi harus digunakan di belakang semua mur dan baut, kecuali
dalam hal kepala baut terbenam pada permukaan kerb, gelagar dan papan lantai
jembatan. Di mana kepala baut harus dipasang terbenam pada lubang persegi
atau bundar, maka cincin baut tidak digunakan.
g) Semua tempat dimana kepala baut terbenam harus diisi padat dengan campuran
aspal pasir untuk mencegah masuknya air ke dalam lubang tersebut.
d) Pekerjaan Besi
Umum
Pekerjaan–pekerjaan besi tersebut dibedakan dalam 5 (lima) tipe berikut ini :
1) Pekerjaan Besi Struktur
a) Pipa bagi Galvanis
b) Pekerjaan–pekerjaan besi yang tertanam, pelat dan angker pintu–pintu pada
beton.
2) Stang kunci gate valve
3) Pipa Gavanis untuk pagar pengaman
4) Perletakan dan construction joint pada jembatan
5) Pekerjaan–pekerjaan besi yang lain selain pada jembatan
Tidak disediakan gambar detail lebih lanjut tentang pekerjaan–pekerjaan besi selain
yang terlampir dalam dokumen tender. Penyedia harus mengerjakan rencana yang
diperlukan dan menyiapkan gambar–gambar kerja yang lengkap, pelaksanaan dan
pemasangan semua pekerjaan besi sesuai dengan gambar dan spesifikasi yang
disediakan disini atau mengikuti petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
Gambar yang dibuat Penyedia harus disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen/PPK,
sebelum memulai pekerjaan tersebut. Setiap pelaksanaan yang dilakukan sebelum
adanya persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK atas gambar tersebut, adalah
menjadi resiko Penyedia.
Pengelasan
Semua penjelasan, kecuali ada ketentuan lain, harus dikerjakan sesuai dengan “Code
for Arc and Gas Welding in Building Construction” uraian pekerjaan perapan las dan
prsedur pengelasan yang diusulkan harus disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK sebelum pelaksanaan pengelasan dimulai. Contoh–contoh
pengelasan harus disiapkan oleh setiap tukang las, sebelum memulai pekerjaan pada
bangunan dan selama pelaksanaan sesuai dengan yang diperlukan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK. Tidak ada satupun pengelasan bangunan diijinkan Pejabat
Pembuat Komitmen/PPK menyetujui prosedur pengelasan, kemampuan tukang las
dan pengujiannya.
Lapis Galvanis
Semua pekerjaan besi yang terletak diluar harus dicat atau digalvanis. Galvanis harus
merupakan hasil proses pencelupan panas, dan untuk semua bagian selain kawat
baja, harus mempunyai ketebalan selimut seng tidak kurang dari 550 gram per meter
persegi dan harus mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Tidak
boleh ada pengaruh mekanis yang akan dilakukan perkuatan tersebut.
Semua pengeboran, pemukulan, pemotongan, pembersihan semua kotoran dan
penyikatan pada semua bagian harus sudah selesai sebelum digalvanis. Permukaan–
permukaan yang berhubungan dengan minyak tidak boleh digalvanis.
e) Pengecatan
Semua cat dan bahan lainnya untuk pengecatan permukaan besi yang kelihatan pada
bangunan dan pekerjaan kayu, kecuali untuk pintu air dan pelengkapnya, harus
disediakan oleh Penyedia dan digunakan berdasarkan anjuran pabrik untuk
pengecatan pada lokasi khusus. Kualitas cat dan bahan lainnya harus mendapat
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
Cat dasar harus dengan warna khusus yang disetujui Direksi Pekerjaaan. Setiap
pengecatan harus dilakukan pada permukaan yang bersih dan kering pada
kelembaban dan suhu udara tertentu dimana penguapan pada permukaan yang dicat
lebih besar dari pengembunan.
Permukaan yang telah dibersihkan atau dipersiapkan harus segera dicat dasar
secukupnya, bila perlu mengasarkan permukaan yang telah disiapkan lebih dahulu.
Tidak boleh dilakukan pengecatan pada permukaan yang terlalu panas bila cat yang
digunakan dari jenis yang boleh kena panas. Agar permukaan yang dicat tetap dingin
harus dikerjakan ditempat teduh dan dilindungi dari panas yang berlebihan hingga
cukup kering, agar tidak retak atau melepuh.
Pekerjaan kayu dan logam yang dicat harus diampelas secara hati–hati, dengan cara
yang sama pada setiap akan melapisi cat berikutnya. Setelah 24 jam lewat dilakukan
pelapisan cat berikutnya, atau cara lain yang ditentukan secara khusus oleh
pabriknya. Untuk penyempurnaan pengecatan Penyedia harus menghilangkan bintik
- bintik cat dan harus melakukan perbaikan atau pengecatan ulang atas pekerjaan
yang tidak sempurna. Pengecatan permukaan bagian luar (diluar) harus dilindungi
dari pengaruh cuaca sampai cat tersebut benar – benar kering dan mengeras.
Pekerjaan kayu yang akan dicat harus diampelas dengan ampelas kayu, dilicinkan
dan dimeni. Semua lubang, retakkan dan celah–celah harus ditutup lebih dahulu
dengan dempul. Setiap sambungan kayu harus dicat dasar sebelum dirakit. Setelah
pendempulan, seluruh pekerjaan kayu harus dicat dasar kemudian dilanjutkan dengan
cat akhir sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen/PPK.
Pengecatan besi dan pekerjaan logam, kecuali pintu–pintu air dan pelengkapnya
khusus di atas, harus dilakukan mengikuti prosedur sebagai berikut, tergantung dari
letaknya :
1) Untuk bagian yang Tercelup Didalam Air
Pembersihan dengan sand blasting harus dikerjakan untuk memperoleh logam
putih bersih bebas dari serpihan, karat dan kotoran lainnya menurut keinginan
Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Lapisan pertama pengecatan yang sudah
disiapkan harus dilakukan pada permukaan yang sudah dibersihkan, jangan lebih
lama dari 4 (empat) jam setelah pembersihan.
2) Untuk Bagian yang Tidak Tercelup Didalam Air
Permukaan besi dan logam, selain besi tulangan beton yang harus dipasang
didalam beton atau pekerjaan lain, harus dicat dasar dipabrik dan harus disikat
dengan sikat kawat secara sempurna agar bebas dari karat segera sebelum
dipasang.
f) Tulangan Dowel
1) Tulangan dowel dipasang pada contraction joint seperti tercantum pada gambar atau
sesuai petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen/PPK. Tulangan dowel adalah berupa
batang baja polos yang lurus dan memenuhi syarat.
2) Setelah panjang tulangan penyambung harus ditutup dengan selang PVC atau pipa
lain dengan bahan yang disetujui untuk mencegah ikatan dengan beton. Harus
dipasang pada jarak-jarak sesuai gambar atau petunjuk Pejabat Pembuat
Komitmen/PPK. Bagian setengahnya harus direkatkan pada beton dengan kuat.
ST-110
• Jenis Hot-dip-allumunium-zinc
• Kelas AZ100
• katebalan pelapisan 100 gr/m2
• komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon.
Multigrip ( MG )
Konektor antara kuda-kuda baja ringan dengan murplat (top plate) berfungsi untuk
menahan gaya lateral tiga arah, standart teknis sebagai berikut:
• Galvabond Z275
• Yield Strength 250 MPa
• Design Tensile Strength 150 MPa
Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat sambung antar elemen
rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi, spesifikasi screw sebagai
berikut:
• Kelas Ketahanan Korosi Minimum Kelas 2
• Panjang (termasuk kepala baut) 16mm
• Kepadatan Alur 16 alur/inci
• Diameter Bahan dengan alur 4,80 mm
• Diameter Bahan tanpa alur 3,80 mm
Kekuatan Mekanikal
• Gaya geser satu baut 5,10 KN
• Gaya aksial 8,60 KN
• Gaya Torsi 6,90 KN
Persyaratan Pra-Konstruksi
1. Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan pemasangan
rangka atap baja ringan, sesuai dengan RKS (Rencana Kerja dan Syarat) .
2. Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan brosur yang dilampirkan
pada dokumen tender.
3. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail dan
bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar
kerja. Dalam hal ini meliputi dimensi profil, panjang profil dan jumlah alat sambung
pada setiap titik buhul.
4. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan Pengawas,
Konsultan Perencana dan Pihak DIreksi untuk mendapatkan persetujuan secara
tertulis.
5. Eleman utama rangka kuda-kuda (truss) dilakukan fabrikasi diworkshop permanen
dengan menggunakan alat bantu mesin JIG yang menjamin keakurasian hasil perakitan
(fabrikasi)
6. Kontraktor wajib menyediakan surat keterangan keahlian tenaga dari Fabrikan
penyedia jasa Rangka Atap Baja ringan,
7. Kontraktor wajib menyertakan hasil uji lab dari bahan baja ringan dari badan
akreditasi nasional (instansi yang berwenang sesuai dengan kompetensinya).
Persyaratan Pelaksanaan
1. Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus dilaksanakan
sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi khusus perhitungan baja
ringan sesuai dengan standar perhitungan mengacu pada standar peraturan yang
berkompeten.
2. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
3. Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan menggunakan
mesin rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan mesin screw driver yang
dilengkapi dengan kontrol torsi.
4. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan kondisi
rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain sistem rangka
atap.
5. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang dipakai
untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan ataupun tenaga
ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi perletakan kuda-kuda.
6. Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah genteng yang akan
dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi baja ringan dapat
memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan penyediaan genteng tersebut
sudah harus ada pada saat kuda-kuda tiba dilokasi proyek.
7. Jaminan Struktural
• Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja Ringan,
meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng.
• Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan Peraturan
Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan-persyaratan seperti yang
tercantum pada “Cold formed code for structural steel”(Australian Standard/New
Zealand Standard 4600:1996) dengan desain kekuatan strukural berdasarkan
”Dead and live loads Combination (Australian Standard 1170.1 Part 1) & “Wind
load”(Australian Standard 1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan
ketentuan “Screws-self drilling-for the building and construction
industries”(Australian Standard 3566).
2.13. Asesoris Pagar Jembatan (topi pagar jembatan)
Asesoris pagar jembatan digunakan untuk keindahan jembatan dengan bentuk yang
bervariasi. Penyedia jasa harus menyediakan asesoris jembatan, bentuk asesoris jembatan
tidak mengikat dan sesuai dengan petunjuk Pejabat Pembuat Komitmen.
2.14. Geotextile Nonwoven 200 mg
Geotextile Non Woven adalah jenis Geotextile yang tidak teranyam, berbentuk seperti
karpet kain. Umumnya bahan dasarnya terbuat dari bahan polimer Polyesther (PET) atau
Polypropylene (PP).
Peruntukan geotextile non woven dipergunakan sebagai separator yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya pencampuran antara tanah dasar dengan agregat penutupnya (lapis
bawah pasangan batu kosong pada kolam embung). Spesifikasi ini bisa dipergunakan
untuk kondisi selain dibawah pasangan batu kosong.
Geptextile harus memenuhi syarat seperti tabel berikut
Penyedia harus menyediakan dan memasang lapisan “geotextile” seperti tampak pada
gambar atau seperti yang ditentukan oleh Direksi.
Pelaksanaan pemasangan geotextile sebagai separator diantaranya:
1. Lokasi pemasangan geotextile harus diratakan dengan cara membersihkan, memangkas
dan menggali atau menimbun hingga mencapai elevasi rencana.
2. Lokasi spot tanah lunak atau daerah dengan kondisi buruk akan teridentifikasi saat
pekerjaan persiapan lahan.
3. Geotextile harus digelarkan secara lepas tanpa kerutan atau lipatan pada tanah dasar
yang telah disiapkan. Tepi dari gulungan-gulungan geotextile yang bersebelahan
harus ditumpang tindihkan (overlap).
4. Pada bagian-bagian tertentu geotextile dapat dipotong disesuaikan dengan kebutuhan
dilapangan.
5. Sebelum dilakukan penimbunan material diatasnya, geotextile harsu diperiksa untuk
memastikan bahwa tidak terjadi kerusakan (misal berlubang, robek atau terkoyak)
selama pemasangan.
Jika dalam pelaksanaan pekerjaan geotextile mangalami keruskan, penyedia jasa harus
segera memperbaikinya.
1 Pasir pasang/beton - Pasir berasal dari pertambangan pasir di kali progo dan penjual pasir memiliki surat izin
pertambangan dan masih beroperasi, Pasir dari butiran mineral keras, bersih, kadar lumpur
maksimum 5% pasir halus tidak mengandung zat organik dan angka kehalusan yang lolos ayakan
0,3 mm minimal 15%, untuk pasir beton seusai dengan ketentuan SNI.036880-2002.
2 Semen - Semen yang digunakan berjenis PC (Portland Cemen) Jenis I Merk Holcim didatangkan ke lokasi
pekerjaan dalam kondisi baru dan kemasan tidak rusak, serta tidak lembab, memenuhi ketentuan
dan syarat syarat Peraturan Semen Portland Indonesia (SNI 15.2049.1994), 1 (satu) merk semen
untuk seluruh pekerjaan
3 Air - Air bersumber dari air tanah, bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, benda - benda terapung
yang bisa dilihat secara visual dan asam - asam zat ornganik dan sebagainya, Tidak mengandung
benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut
dan dapat merusak beton (asam-asam, zat organic, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/ liter.
Kandungan clorida (Cl) tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat (sebagai SO3) tidak lebih
dari 100 ppm.
4 Split / Batu pecah - Split / batu pecah berasal dari pertambangan batu di Kulon Progo dan penjual split / batu pecah
memiliki surat izin pertambangan dan perdagangan yang masih berlaku. Split / batu pecah Split
yang diperoleh dari pemecah batu, keras dan tidak berpori dan tidak boleh mengandung lumpur
lebih dari 1%, Batu pecah adalah butiran mineral hasil pecahan batu alam yang dapat melalui
ayakan berlubang persegi 76 mm dan tertinggal di atas ayakan berlubang persegi 2 mm, Kerikil
dan batu pecah harus keras, bersih serta besar butirannya dan gradasinya tergantung pada
penggunaannya
5 Batu belah - Batu berasal dari sungai/kali, penjual batu memiliki izin usaha pertambangan yang masih berlaku,
Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis yang diketahui
awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.Batu
yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali yang dipecah salah satu sisinya tidak
rapuh tidak keropos, tidak berpori.Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat
ditempatkan saling mengunci bila dipasang bersama- sama.Untuk batu dari hasil galian, harus
dibersihkan dari lapisan tanah yang menyelimuti agar permukaan batu bersih.Berat jenis batu
yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m3 dengan ukuran batu berkisar antara diameter 15-
30 cm
6 Besi Beton Polos - Menggunakan besi beton dengan merk Krakatau Steel (KS). Besi bersih dari lapisan
minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih, Tidak boleh mengandung serpih-serpih,
lipatan-lipatan, retak-retak, gelombang-gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau berlapis-
lapis.Untuk tulangan utama (tarik / tekan lentur) harus digunakan baja tulangan deform (BJTD),
dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih dari 70 % diameter nominalnya, dan
tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5 % diameter nominalnya. Sebelum pengiriman baja
tulangan dilakukan, Penyedia Jasa/ Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus menunjukan
sample, hasil uji Tarik, berat dan Diameter yang akan digunakan. Hal ini akan mempermudah dan
dapat menjaga kualitas. Di lokasi proyek Penyedia Barang / Jasa Pemborongan harus
menyediakan alat scalemate untuk mengukur diameter tulangan polos dan dimasukkan dalam
dokumen penawaran data teknis.
7 Kawat pengikat - Menggunakan kawat pengikat berukuran minimal 1 mm merk Krakatau Steel (KS), berkualitas
baik dan tidak berkarat.
8 -
Kayu Begesting / Perancah
Menggunakan kayu kualitas baik, tua, kering dan tidak bercacat pecah-pecah Kayu berasal dari
untuk kolam
toko / supplier wilayah Yogyakarta yang memiliki Surat Keterangan Asal Usul (SKAU)
Demikian spesifikasi bahan yang kami tawarkan untuk melengkapi persyaratan lelang pada pekerjaan ini, dan spesifikasi ini tetap
mengacu pada Spesifikasi Teknis Pembangunan Embung Talun Ombo
H. Suharmanto, ST
Direktur