Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS


RSUD dr. LOEKMONO HADI
Jl. Dr. Lukmonohadi No 19 Kudus. PELAYANAN MEDIS
VERTIGO
(ICD 10 : …………………..)

1. Pengertian (Definisi ) Batasan: Gangguan keseimbangan tubuh terhadap ruang sekitarnya


atau berhalusinasi dari gerakan berputar yang merupakan gejala dari
bermacam-macam penyebab/penyakit.
2. Anamnesis  Sifat gangguan keseimbangan: frekwensi, lamanya, faktor
pencetus dsb.
 Adanya gejala yang menyertai: penurunan pendengaran, tinitus,
otalgi, telinga terasa penuh, otore diplakusis rekruitmen,
fenomena Tullio, mual dan muntah, trauma kepala, paparan
bising dsb.
 Penyakit sitemik: hipotiroid, insufisiensi adrenokortikal, penyakit
kardiovaskuler, diabetes melitus, penyakit kolagen, penyakit
ginjal, sifilis, gangguan penglihatan, alergi, kelainan darah dan
obat-obat yang digunakan
3. Pemeriksaan Fisik  THT rutin, tes fistula, fungsi pendengaran.
 Adanya nistamus: spontan, posisional, manuver Hallpike, tes kalori.
 Tes keseimbangan: Romberh, Stepping tes dll.
 Neurologi: saraf kranialis, kekuatan otot, sensibilitas, tes fungsi
serebelum, observasi gait (atas indikasi).
 Adanya penyakit sistemik dan vaskuler yang menyertai (sesuai
dengan anamnesis)
 Pemeriksaan psikiatrik: bila diduga ada faktor psikogen.
4. Kriteria Diagnosis Etiologi:
 Lesi perifer
 Lesi sentral
 Lesi sistemik
 Psikogen
Patofisiologi:
 Adanya gangguan pada input siste, vestibuler (kanalis semi
sirkularis, dan organ otolit yaitu utrikulus dan sakulus), input
visual dan proprioseptif.
5. Diagnosis kerja

6. Diagnosis Banding 
7. Pemeriksaan  Pemeriksaan audiologi: tes garpu tala, audiometrik nada murni,
Penunjang audiometrik nada tutur, SISI tes, Tone Deccay tes, timpanometri,
reflek stapedius, dan apabila ada fasilitas dapat dilakukan BERA
(atas indikasi)
 Tes kalori, elektronistagmografi, posturografi (atas indikasi).
 Radiologi: X-foto kepala posisi Stenver dan Towne, foto mastoid,

1
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS
RSUD dr. LOEKMONO HADI
Jl. Dr. Lukmonohadi No 19 Kudus. PELAYANAN MEDIS
VERTIGO
(ICD 10 : …………………..)

foto vertebra servikal, CT scan, MRI dsb (atas indikasi).


 Pemeriksaan laboratorium dan EKG (atas indikasi).
8. Tata Laksana Penyakit / penyebab:
 Penyakit meniere: vertigo hebat dan berulang, penurunan
pendengaran yang berfluktuasi, rasa penuh di telinga dan tinitus
yang progresif.
 Labirintitis bakterial: vertigo hebat dan mendadak, tinitus dan tuli
persepsi yang permanan.
 Neuronitis vestibuler: serangan vertigo yang berat dan mendadak,
seringkali disertai rasa cemas, mual dan muntah tanpa disertai
gangguan pendengaran.
 Neuroma akustik: penurunan pendengaran, rasa tidak seimbang,
gangguan koordinasi, peningkatan tekanan intra kranial, adanya
gejala terkenanya saraf otak yang berbatasan, dan kadang disertai
vertigo.
 Vertigo posisi jinak berulang ( BPPPV = Benign Paroxysmal
Positional Vertigo); vertigo yang timbul akibat perubahan posisi
kepala.
 Vertigo sentral: umumnya disertai gejala SSP lain (gejala visual,
sensoris maupun motoris yang mendahului(, vertigo umumnya
tidak hebat sekali dan kompensasi relatif lambat.
 Penyulit: tergantung penyebabnya
Terapi :
 Tergantung pada penyebabnya. Namun bila penyebabna belum
dapat diidentifikasi, dapat diberikan terapi non spesifik.
1. Medikamentosa:
 Fase akut: bertujuan untuk menekan mual dan muntah
secara sentral, antara lain diazepam 3 x 2-5 mg,
meclizine 3 x 25 mg dan prometazine 3 x 25-50 mg,
kosikosteroid dengan tapering off untuk penyakit
meniere dan neuritis vestibuler, diuretic hemat kalium
pada penyakit meniere. Pada kasus berat perl terapi
parenteral: diazepam 5-10 mg i.m, droperidol 2,5 mg i.m
atau proklorfenasin 25 mg supositoria.
 Serangan rekuren yang tak terlalu hebat: a.l
difenhidrinat, prometasin, sinarisin, flunarisin,
betahistin.
2. Operatif: hanya sekitar < 5%
 Ablatif: transmastoid labirinthectomy, vestibular nerve
section. Pada penyakit Meniere.
 Non ablatif: endolymphatic sac decompression,
endolymphatic sac shunt (penyakit meniere dengan
2
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS
RSUD dr. LOEKMONO HADI
Jl. Dr. Lukmonohadi No 19 Kudus. PELAYANAN MEDIS
VERTIGO
(ICD 10 : …………………..)

funsi pendengaran yang masih baik) dan posterior canal


oclusion (BPPV berat yang tak berhasil dengan terapi
rehabilitatif)
3. Rehabilitatif: untuk meningkatkan kompensasi sentral dan
habituasi yaitu berupa latihan vestibuler.
9. Edukasi (Hospital
Health Promotion)
10. Prognosis

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator Medis
15. Kepustakaan 1. Vermeersch H, Meyerhoff WL. Vertigo. In: Diagnosis and
Management of Hearing Loss. Philadelphia: WB Saunders
Company, 1984: 105-25.
2. Wilson WR, Montgomery WW. Infection Diseases of the Paranasal
Sinuse. In Paparella Otolaryngology Head and Neck, 3rded.
Philadelphia: WB Saunders Company, 1991:1843-60.

Anda mungkin juga menyukai