Anda di halaman 1dari 11

Cara Membuat Storyboard

Dalam merencanakan produksi video, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membuat
storyboard (sketsa gambar yang berurutan sesuai dengan naskah), agar Anda dapat membuat
naskah cerita menjadi lebih hidup dan video tersebut dapat disajikan kepada orang lain.
Storyboard adalah rangkaian cerita yang memberikan rincian video, dan ilustrasi adegan utama,
yaitu bagaimana latar belakangnya, siapa yang akan ada dalam video, dan adegan apa yang akan
ditampilkan. Storyboard biasanya digunakan sebagai contoh adegan film, musik video, produksi
televisi, dan lain-lain, dan dapat dibuat secara manual atau menggunakan media digital. Bacalah
untuk mengetahui bagaimana cara membuat ilustrasi storyboard cerita Anda.

Bagian 1

Jalan Cerita

1. Buatlah daftar kronologi cerita, atau yang biasa disebut juga timeline. Membuat
parameter mengenai kapan dan di mana cerita akan berlangsung, serta menentukan urutan
kejadian cerita yang akan terjadi secara kronologis, merupakan cara terbaik untuk
mengatur cerita Anda sehingga Anda dapat mulai diadaptasikan ke dalam sebuah video.
Jika cerita Anda tidak memiliki urutan waktu yang sempurna (contohnya: jalan cerita
kembali ke masa lalu, jalan cerita "lompat" maju ke masa depan, pergantian perspektif,
resolusi jalan cerita berganti, perjalanan waktu, dll.), Anda masih dapat membuat timeline
(daftar kronologi) narasi.
o Buatlah urutan adegan utama sesuai dengan urutan cerita yang akan ditampilkan
dari awal hingga akhir, karena urutan adegan ini merupakan jalan cerita yang
akan ditayangkan pada layar film.
o Jika Anda membuat storyboard untuk sebuah iklan, buatlah adegan yang akan
ditampilkan beserta urutannya.

2. Ingatlah adegan utama dalam cerita Anda. Storyboard dibuat untuk memberitahu
penonton inti cerita yang akan dituangkan ke dalam bentuk film. Intinya bukan mencoba
untuk menuangkan kembali seluruh rangkaian cerita ke dalam sebuah buku, namun untuk
menunjukkan bagian utama yang dapat menarik perhatian penonton. Pikirkan cerita Anda
dan pikirkan pula adegan utama mana yang ingin Anda gambarkan pada storyboard.
o Pilihlah adegan yang menunjukkan jalan cerita dari awal hingga akhir.
o Titik balik cerita merupakan hal yang penting untuk ditunjukkan. Dalam beberapa
waktu, bisa saja terjadi perubahan jalan cerita sehingga Anda perlu
memasukkannya ke dalam storyboard.
o Anda juga mungkin ingin memberikan perubahan pada latar belakang tempat.
Jika cerita dimulai di satu kota dan berpindah ke kota lain, pastikan bahwa hal
tersebut sudah jelas tertuang di dalam ilustrasi Anda.
o Jika Anda membuat storyboard untuk sebuah iklan, prosesnya pun tidak akan
berbeda: pilihlah gambar utama yang akan merepresentasikan arah film dari awal
hingga akhir. Sebagai panduan umum, ingatlah bahwa untuk iklan berdurasi 30
detik, storyboard tidak boleh lebih dari 15 kerangka. Gunakan rata-rata 2 detik
untuk setiap kerangka.
3. Tentukan seberapa terperinci jalan cerita Anda. Storyboard bisa saja dibuat dengan
sangat terperinci, contohnya yaitu dengan memberikan ilustrasi yang menggambarkan
setiap cerita. Jika Anda sedang mempersiapkan film dengan durasi yang panjang, Anda
perlu bekerja keras untuk mendapatkan storyboard yang terperinci. Namun, Anda bisa
saja memotong film tersebut menjadi adegan terpisah dengan masing-masing storyboard.
Jika Anda ingin memotong film tersbut, Anda perlu membuat representasi terperinci
mengenai perkembangan masing-masing adegan yang juga berguna untuk membuat
storyboard tetap teratur selama produksi film.[1]
o Jika Anda sedang membuat film dan Anda ingin memisahkannya adegan-per-
adegan, Buatlah shot list (daftar pengambilan gambar). Anda perlu memikirkan
komposisi dan rincian setiap adegan pada shot list yang terlibat dalam proses
pembuatan film.
o Ingatlah bahwa inti storyboard adalah untuk memberikan kejelasan visual dan
untuk membuat setiap penonton memiliki pemahaman yang sama. Visual yang
dibuat tidak perlu berupa hasil karya seni. Berhati-hatilah ketika memilih rincian
untuk storyboard Anda. Anda pasti tidak ingin membuat penonton terlalu
"pusing" saat berusaha menafsirkan ilustrasi Anda sehingga gagal memahami
pesan utama yang Anda ingin sampaikan.
o Storyboard yang baik akan mudah dipahami oleh setiap orang yang melihatnya.
Seorang sutradara, juru kamera, pemilih adegan, atau bahkan orang yang
mengatur properti mungkin meminta storyboard sebagai referensi, panduan, dan
arahan.
4. Tulislah deskripsi pada setiap kolom yang akan ditunjukkan. Sekarang jika Anda
telah menentukan adegan utama yang ingin ditunjukkan, pikirkan bagaimana caranya
menggambarkan setiap adegan pada setiap ilustrasi. Lihatlah shot list Anda dan tulislah
deskripsi masing-masing bagian terpenting dari setiap adegan. Hal ini akan membantu
Anda menentukan apa yang seharusnya digambarkan pada storyboard Anda.
o Contohnya, Anda mungkin ingin setiap adegan kecil menggambarkan percakapan
antara dua karakter utama. Apa yang diperlukan untuk menyampaikan gambar
ini? Apakah karakter tersebut bertengkar, atau tersenyum, atau bergerak menuju
suatu tujuan? Adegan-adegan itu seharusnya ada dalam setiap gambar.
o Pikirkan latar belakangnya, karena latar belakang pun penting untuk diperhatikan.
Pentingkah untuk memiliki pemandangan tertentu pada latar belakang di belakang
pemain?
Bagian 2

Desain

1. Pilihlah media yang akan digunakan untuk membuat template Anda. Anda dapat
menggambar sendiri template storyboard dengan cara membagi papan poster menjadi
bingkai kosong dengan ukuran yang sama menggunakan pensil dan penggaris.
Susunannya pun harus terlihat sama dengan buku komik yang menggunakan kolom
persegi panjang untuk menunjukkan bagaimana adegan akan terlihat di layar. Jika Anda
ingin memilih, Anda dapat menggunakan "Adobe Illustrator", "storyboardthat.com",
"Microsoft PowerPoint", "Amazon's Storyteller", atau "inDesign" untuk membuat
template storyboard dalam bentuk vertikal maupun horisontal.
o Ukuran kolom harus digambarkan dalam perbandingan aspek yang sama seperti
video yang sudah selesai, contohnya 4:3 untuk layar televisi, atau 16:9 untuk fitur
layar film. Anda dapat membeli lembar dokumen khusus dengan ukuran ini.[2]
o Template storyboard untuk iklan seharusnya berbentuk bingkai empat persegi
panjang, tempat Anda akan memasukkan visualnya. Jika Anda ingin memasukkan
keterangan, pastikan ada celah untuk Anda dapat menulis deskripsi video. Selain
itu, harus ada juga kolom untuk audio untuk Anda dapat memasukkan dialog dan
suara atau musik.
o Jika Anda membuat storyboard untuk lebih dari satu video, Anda perlu memiliki
"Wacom"™ tablet yang bagus agar Anda dapat memasukkannya langsung ke
dalam "Photoshop".
o Jika Anda tidak ingin membuat desain gambar, Anda dapat menyewa seniman
yang profesional khusus untuk menggambarkan desain gambar. Anda perlu
mendeskripsikan apa yang terjadi pada setiap kerangka dan memberikan artis
tersebut naskah tertulis untuk dikerjakan. Ia akan memberikan Anda kerangka
ilustrasi hitam-putih atau berwarna yang dapat Anda pindai (scan).

2. Buatlah sketsa gambar Anda. Mulailah membuat adegan dengan cara menggambarkan
sketsa yang Anda buat ke dalam template yang ada. Sketsa ini hanyalah konsep kasar,
sehingga Anda tidak perlu membuatnya dengan sempurna. Jika Anda membuat sketsa
setiap adegan, tambahkan sketsa tersebut dengan elemen-elemen berikut ini, sambil
menghapus dan menggambar kembali sesering mungkin:
o Komposisi (pencahayaan, latar depan/latar belakang, palet warna, dll.)
o Sudut pengambilan gambar oleh kamera (tinggi atau rendah)
o Jenis pengambilan film/shot (wide shot, close-up, over-the-shoulder shot, tracking
shot, dll.)[3]
o Properti (objek dalam kerangka)
o Aktor (orang-orang, binatang, kartun yang sedang berbicara, dll)
o Efek khusus
3. Tambahkan informasi lainnya. Di sebelah atau di bawah setiap kolom, masukkan
deskripsi mengenai apa yang terjadi pada setiap adegan.[4]Masukkan pula dialog yang
terjadi. Tambahkan informasi mengenai seberapa lama waktu pengambilan adegan. Lalu,
berikan nomor pada setiap kolom yang ada agar mudah dijadikan sebagai referensi ketika
Anda mendiskusikan storyboard dengan yang lainnya.
4. Selesaikan storyboard Anda. Ketika Anda telah selesai membuat poin utama dan
menyelesaikan pembuatan desain untuk setiap kerangka, lihatlah kembali pekerjaan Anda
dan lakukan berbagai perubahan akhir yang diperlukan. Pastikan bahwa setiap kolom
menggambarkan tindakan yang ingin Anda sampaikan. Lihat kembali deskripsi dan
dialog yang ada, jika perlu. Akan jauh lebih baik jika ada orang lain yang melihat
storyboard yang Anda buat, untuk memastikan bahwa storyboard tersebut berjalan
dengan baik dan tidak membingungkan.[5]
o Pertimbangkan penambahan warna. Jika Anda membuat storyboard untuk iklan,
penambahan warna akan membantu ide Anda untuk terus berkembang.
o Ingatlah bahwa tidak begitu penting untuk membuat gambar yang realistis atau
yang sempurna. Tergantung pada penglihatan penonton, gambar berupa garis-
garis yang sederhana pun mungkin sudah cukup. Pada kebanyakan kasus,
storyboard tidak perlu sempurna, dan hanya perlu masuk akal agar dapat diterima
oleh tim Anda.

Bagian 3

Sentuhan Akhir

1. Berpikirlah dalam tiga poin perspektif. Ketika ilustrasi storyboard Anda tidak terlihat
seperti buatan seniman profesional, ada beberapa trik seniman yang Anda dapat gunakan
untuk membuat gambar Anda terlihat lebih seperti adegan film. Memang hal ini tidak
wajib, namun dapat membantu orang-orang yang bekerja dengan Anda untuk
memvisualisasikan pengambilan gambar dengan lebih jelas.
o Daripada menggambar seluruh karakter seolah-olah mereka berdiri pada garis
horisontal yang sama, lebih baik Anda meletakkannya dalam sebuah perspektif.
Berdirilah sedikit jauh dari kamera, dan kemudian berdirilah lebih dekat. Gambar
yang lebih jauh dari kamera harus terlihat lebih kecil dengan kaki yang lebih
tinggi, dan gambar yang lebih dekat dengan kamera harus terlihat lebih besar
dengan kaki yang lebih rendah.
o Ketika Anda harus mengadaptasi storyboard ke dalam film, Anda harus
memikirkan bagaimana caranya mengatur pengambilan gambar.

2. Berikan alasan yang tepat ketika Anda memotong pengambilan gambar. Jika Anda
membuat storyboard film, pikirkan alasan mengapa Anda membuat setiap potongan
menjadi pengambilan gambar baru. Memajukan cerita bukan berarti lompat pada poin
jalan cerita selanjutnya. Anda perlu memberikan alasan yang tepat mengapa karakter
tersebut melakukan apa yang mereka lakukan. Memberikan alasan di balik pemotongan
pengambilan gambar akan membantu Anda menemukan cara membangun ketegangan
dan tetap menjaga cerita berlanjut ketika membuat film tersebut.
o Contohnya, jika Anda ingin memotong satu adegan dengan yang lainnya, pastikan
karakter dalam adegan pertama tetap maju mendekati pintu, karena mereka
mendengar sebuah suara.
o Hal ini membantu cerita Anda untuk tetap berlanjut dan membuat penonton untuk
tetap tertarik.
3. Biarkan storyboard Anda berkembang selama proses pembuatannya. Storyboard
Anda dapat menjadi alat yang bagus ketika Anda mengatur pengambilan gambar dan
menyutradarai film Anda. Namun, terlalu bergantung pada storyboard pun dapat
membuat film Anda menjadi terlalu "sempit". Jika Anda membuat film, Anda harus
terbuka untuk mengambil gambar yang sebelumnya tidak Anda pikirkan. Biarkan diri
Anda keluar dari batas-batas storyboard, atau setidaknya relakan diri untuk melakukan
perbaikan, sehingga proses pembuatan film dapat berjalan dengan lebih alami.[7]
o Tetaplah menerima masukan orang lain, terutama jika Anda bekerja dengan tim
kerja yang ahli dalam bidang perfilman. Storyboard dibuat untuk diperbaiki dan
diubah. Selain itu, storyboard pun dapat dikembangkan dengan ide yang mungkin
sebelumnya tidak terpikirkan oleh Anda.
o Para sutradara film memiliki gaya yang berbeda-beda dalam menulis storyboard.
Beberapa di antaranya membuat storyboard dengan amat teliti, dan beberapa
lainnya menggunakan storyboard sebagai panduan yang tidak begitu wajib untuk
digunakan.
Tips

 Jika Anda tidak dapat menggambar, ada beberapa perangkat lunak yang dapat membantu
Anda membuat storyboard, dengan memilih dan menempatkan objek dari kumpulan
grafik yang tersedia.
 Storyboard memiliki kegunaan lain selain pembuatan video, misalnya ilustrasi urutan
adegan atau desain situs web yang rumit.

Hal yang Anda Butuhkan

 Lembar thumbnail
 Lembar storyboard
 Peralatan menggambar
 Perangkat lunak untuk gambar
 Alat pemindai (scanner)

Anda mungkin juga menyukai