Anda di halaman 1dari 4

Material Membran

Membran distilasi didasari konsep distilasi yang terjadi melewati pori-pori membran.
Syarat utama proses ini, membran tidak boleh terbasahi. Jika pembasahan terjadi, cairan akan
terpenetrasi secara spontan kedalam pori membran. Pembasahan suatu material ditentukan
berdasarkan interaksi antara cairan dan material polimer, dengan tidak adanya pembasahan
ditunjukan dengan affinitas yang rendah. Informasi kemampuan material dapat terbasahi dapat
dikur dari sudut kontak tetesan cairan pada permukaan nonpori halus dan datar. Affinitas yang
rendah ditandai dengan sudut kontak (θ) lebih dari 90o, sedangkan affinitas yang tinggi
memiliki sudut kontak (θ) kurang dari 90o. Sudut kontak tetesan cairan diilustrasikan pada
gambar berikut.

Jika material berpori, cairan akan berpenetrasi kedalam pori jika pembasahan terjadi (θ<90 o).
Jika θ>90o maka ΔP>0, jika diberikan tekanan yang cukup pada membran maka cairan dapat
melakukan penetrasi kedalam membran, yang ditunjukan dengan persamaan laplace.

Dari persamaan diatas kemampuan pembasahan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
1. Ukuran pori (r)
2. Tegangan permukaan cairan (γl)
3. Energi permukaan membran (θ atau cos θ)
Kemampuan pembasahan suatu material berbanding terbalik dengan diameter pori membran.
Tegangan permukaan mengacu pada gaya intermolekular seperti gaya dispersi, gaya polar dan
ikatan hidrogen. Contohnya pada hidrokarbon murni, gaya dispersi yang lemah menyebabkan
tegangan permukaan yang rendah. Pada kasus lain ikatan hidrogen pada air memiliki gaya
intermolekular yang kuat sehingga tegangan permukaan tinggi.
Ketika cairan kontak pada permukaan polimer, berbagai sudut kontak antara polimer dan cairan
diobservasi berdasarkan affinitas antara cairan dan polimer. Seperti yang ditunjukan gambar
sebelumnya jika sudut kontak lebih dari 90o, cairan tidak membasahi polimer. Interaksi antara
cairan dan polimer sangat rendah, contohnya polipropilen dengan air. Ketika sudut kontak lebih
kecil dari 90o cairan membasahi permukaan dan jika sudut kontak 0o maka cairan tersebar pada
permukaan.
Tegangan permukaan polimer juga berpengaruh pada proses pembasahan. Pembasahan akan
terjadi jika polimer padat memiliki energi permukaan yang tinggi. Energi permukaan adalah
energi pada permukaan membran yang tersedia untuk menghilangkan gaya kohesif yang
membentuk tegangan permukaan pada fasa cair yang kontak dengan permukaan membran.
(Johnson,2017).
Pembasahan dapat dihindari dengan diameter maksimum pori yang kecil. Bagaimanapun
pembasahan harus dihindari pada proses distilasi membran. Pada grafik berikut ditampilkan
tekanan yang dibutuhkan untuk proses pembasahan pori (0,1µ) membran polipropilen sebagai
fungsi konsentasi etanol dalam air.

Didapat dengan peningkatan konsentasi etanol, tegangan permukaan cairan berkurang dan
tekanan yang dibutuhkan untuk pembasahan membran juga berkurang. Sehingga material
membran yang cocok untuk uraian diatas adalah polipropilen (PP), politetrafluoroetilen
(PTFE), dan polivinilidine flouride (PVDF), tetapi sebelum pengaplikasiannya membran perlu
dibasahi dengan etanol sebelum diaplikasikan pada cairan yang hendak dipisahkan
(Mulder,1991).

Jenis Membran Untuk Proses Membran Destilasi


Polipropilen (PP), politetrafluoroetilen (PTFE), dan polivinilidine flouride (PVDF) cocok
digunakan sebagai bahan membran karena bersifat hidrofobik dan memiliki energi permukaan
yang rendah. Nilai tegangan permukaan ditunjukan pada tabel berikut.
Material Energi Permukaan (103. N/m)
PP 30.0
PTFE 19.1
PVDF 30.3

Data membran yang diproduksi serta vendornya ( Basile, 2015) tersaji pada tabel berikut.
Membran Vendor Material Dp (µm) Ɛ (%) Δpwet (kPa)
TF200 Gelman PTFE/PP 0.20 80 282
TF450 PTFE/PP 0.45 80 138
TF1000 PTFE/PP 1.00 80 48
GVHP Milipore PVDF 0.22 75 204
HVHP PVDF 0.45 75 105
FGLP PTFE/PE 0.20 70 280
Celgard 2500 Hoechst PP 0.05 45 -
Celgard 2400 Celanese Co PP 0.02 38 -
3MA 3M PP 0.29 66 -
3MB Corporation PP 0.40 76 -
Polipropilen
Polipropilen Isotaktik banyak digunakan sebagai membran untuk distilasi membran karena
memiliki (70-80%) struktur isotaktik dan 30% derajat kristalinitas, selain itu struktur isotaktik
dipilih untuk pembuatan membran makropori.
Posisi gugus metil hidrofobik pada polipropilen isotaktik memberikan stabilitas panas dan
bahan kimia yang baik lewat perlindungan dari ikatan C-C serta didukung dengan sifat alami
polipropilen yang nonpolar. Stabilitas panas yang baik memungkinkan penggunaan membran
pada suhu yang lebih tinggi dan pemakaian dengan waktu yang lama. Sedikitnya gugus polar
memberikan ketidaklarutan cairan pada polimer.
Membran polipropilen biasa digunakan dalam bentuk lembaran datar (flat-sheet) yang
diproduksi dengan pemisahan fasa dengan induksi termal (Thermal Induced Phase
Separation). Ukuran pori dapat diatur dengan mudah melewati pemilihan diluen dan
pengaturan proses pendinginan. Untuk membentuk Hollow Fibre membran dapat dilakukan
proses (melt spinning and cold stretching). Serat yang telah dibentuk akan dilakukan anealing
pada temperatur tertentu, kemudian ditarik secara perpendikular untuk membuat struktur
berpori (Johnson,2017).
Politetrafluoroetilen (PTFE)
PTFE memiliki gugus flor (F) pada tiap lengan rantai karbon. Flor memiliki radius kovalen
paling rendah dibandingkan elemen lain, sehingga mampu membentuk pelindung elekton yang
rapat di sekitar rantai. Akses yang sulit pada ikatan C-C dan ikatan C-F yang kuat memberikan
stabilitas panas dan bahan kimia yang sangat baik pada polimer.
PTFE memiliki energi permukaan yang sangat rendah, dikarenakan gaya van der wals yang
lemah antara atom flor dan komponen eksternal. Energi ini memberikan kristalinitas yang
cukup dan titik leleh yang tinggi.
Titik leleh PTFE yang tinggi memungkinkan produksi flat-sheet membran dengan metode
sintering. Sintering adalah proses multi tahap yang memungkinkan karakter mekanik dapat
diatur melalui proses produksi tertentu. Tahap pertama adalah pencetakan suspensi cair PTFE
padat dan garam mudah larut. Suspensi kemudian dikeringkan sampai mengkristal. Material
kering kemudian dipanaskan hingga melewati titilk leleh untuk memfasilitasi ikatan
interpartikel PTFE. Material didinginkan pada suhu ruang kemudian kristal garam dihilangkan
dengan pelarutan dengan air panas yang akan membentuk pori pada membran. Ukuran garam
akan menentukan ukuran pori membran (Johnson,2017).
Polivinilidene Floride (PVDF)
PVDF memiliki gugus CH2 dan CF2 yang berselang seling pada rantai polimer, sehingga atom
flor tidak dapat membentuk perlindungan yang penuh seperti PTFE. Sebagai tambahannya
struktur tersebut memberikan polimer bersifat polar secara keseluruhan, tetapi PVDF memiliki
sifat fisik dan mekanik yang mirip dengan PTFE.
PVDF tidak larut dalam aqueous solution tetapi tidak seperti PP dan PTFE yang larut pada
berbagai nonaqueous solvent seperti N,N-dimetilasetamide. Memungkinkan PVDF untuk
dibuat dengan proses (convenient non-solvent-induced phase inversion) yang sederhana.
Larutan polimer dicetak sebagai lembaran film atau hollow fibre dan di tenggelamkan dalam
nonsolvent (air) untuk proses koagulasi fasa kaya polimer. Proses ini memiliki keuntungan
dibandingkan proses yang lain, yang memungkinkan pengaturan ukuran pori, distribusi ukuran
pori, ketebalan, dan kekasaran dengan pemilihan kondisi preparasi yang tepat (Johnson,2017).

Daftar Pustaka
Johnson, Robert A. dan Nguyen, Minh H.2017. Understanding Membrane Distillation and
Osmotic Distillation. USA : John Wiley and Sons
Basile, Angelo. Figoli, Alberto dan Khayet, Mohamed.2015.Pervaporation, Vapour
Permeation and Membrane Distillation . UK:Elsevier
Mulder, Marcel.1991.Basic Principles of Membrane Technology.Dordrecht : Springer-
Science+Business Media, B.V

Anda mungkin juga menyukai