Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion

Edisi 3, Volume 2, Tahun 2014

TINJAUAN KRIMINOLOGIS PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK


DALAM PENANGKAPAN IKAN DI DESA KALUPAPI KECAMATAN
BANGKURUNG KABUPATEN BANGKEP

HARYONO SOMUN / D 101 08 160

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul tinjauan kriminologis penggunaan bahan peledak
dalam penangkapan ikan di desa Kalupapi kecamatan Bangkurung kabupaten
Bangkep. Dengan identifikasi masalah faktor – faktor apa yang mempengaruhi
penggunaan bahan peledak dalam penangkapan ikan di desa Kalupapi dan
bagaimana upaya penanggulangan penggunaan bahan peledak dalam
penangkapan ikan di desa Kalupapi. Yang bertujuan untuk mengetahui faktor
– faktor yang mempengaruhi maraknya penggunaan bahan peledak dalam
penangkapan ikan di desa kalupapi dan sejauh mana upaya penanggulangan
yang dilakukan oleh pihak kepolisian sektor (POLSEK) kecamatan Labobo
Bangkurung (Lo. Bangkurung).
Penelitian ini dilakukan di desa Kalupapi kecamatan Bangkurung
kabupaten Banggai Kepulauan dengan metode penelitian hukum sosiologis
atau empiris.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi
nelayan di desa Kalupapi menggunakan bahan peledak dalam penangkapan
ikan adalah pertama tingkat kesadaran masyarakat masih rendah terhadap
bahaya bahan peledak bagi diri sendiri dan lingkungan. Kedua adanya
keterlibatan oknum kepolisian. Ketiga himpitan ekonomi dan untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari. Keempat tidak memiliki keahlian lain. Upaya
penanggulangan yang dilakukan oleh pihak polsek Lo. Bangkurung adalah
pertama upaya prepentif yang meliputi sosialisasi/penyuluhan dan patroli
rutin. Kedua upaya represif yaitu berupa penindakan sesuai hukum yang
berlaku bagi mereka yang tertangkap tangan.

Kata Kunci : penggunaan bahan peledak, penangkapan ikan.

I. PENDAHULUAN dan kekayaan alam yang pantas diolah dan


A. Latar belakang diusahakan sebagai penopang kehidupan
Kabupaten Banggai Kepulauan adalah penduduk Bangkep.
salah satu kabupaten yang terdapat di Kabupaten ini memiliki potensi sumber
provinsi Sulawesi Tengah dan beribukota daya ikan yang melimpah dan memberikan
di Salakan. Kabupaten ini memiliki luas peluang yang sangat besar untuk dimanfaatkan
wilayah 3.160,46 km (darat) dan 18.828,10 secara ekonomis. Potensi ini merupakan salah
km (laut).1 Luas hamparan laut di wilayah ini satu aset pemerintah daerah yang dapat
lima kali lipat dibandingkan dengan luas memberikan manfaat bagi peningkatan taraf
daratannya. Sebagai wilayah kepulauan, laut hidup masyarakat setempat dan meningkatkan
menjadi sektor utama yang selalu dan harus pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten
digeluti. Pasalnya, di sanalah terdapat potensi Banggai Kepulauan apabila dilakukan
pemanfaatan secara optimal dan bertanggung
1
jawab.
Wikipediaensiklopedibebas,”Kabupaten Bangg Penggunaan bahan peledak dalam
ai Kepulauan”.Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Kabupate
n_Banggai_Kepulauan, 20 Juli 2013. 10:12 penangkapan ikan di perairan Kabupaten

1
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 2, Tahun 2014

Banggai Kepulauan sudah tentu dapat Indonesia melakukan penangkapan ikan


mengancam kelestarian potensi sumberdaya dan/atau pembudidayaan ikan dengan
yang ada. Penangkapan ikan dengan bahan menggunakan bahan kimia, bahan biologis,
peledak Mematikan ikan tanpa diskriminasi, bahan peledak, alat/dan atau cara, dan/atau
karang dan biota avertebrata yang tidak bangunan yang dapat merugikan dan/atau
bercangkang.2 Praktek semacam ini selain membahayakan kelestarian sumberdaya
menimbulkan kerugian ekologis, juga ikan dan/atau lingkungannya sebagaimana
menimbulkan dampak sosial ekonomi yang di maksud dalam Pasal 8 ayat (1), dipidana
sangat besar terhadap negara dan daerah, serta dengan pidana penjara paling lama 6
dapat memicu berbagai perselisihan sosial (enam) tahun dan denda paling banyak Rp.
yang memprihatinkan terutama akibat 1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta
menurunnya produktivitas ekosistem terumbu rupiah)”.4
karang. Jika hal ini berlangsung terus, maka Dalam Kitab Undang–Undang Hukum
diperikirakan dalam waktu yang singkat Pidana (KUHP) juga mengatur tentang turut
terumbu karang di kabupaten Banggai serta dalam melakukan perbuatan yang dapat
Kepulauan akan berkurang serta biota-biota dihukum yaitu pada pasal 55 ayat (1) :
yang berasosiasi dengan terumbu karang “Dihukum sebagai orang yang melakukan
terutama yang bernilai ekonomis dan terlebih pristiwa pidana :
yang langka dapat menjadi punah. Kegiatan 1. orang yang melakukan, yang menyuruh
penangkapan ikan tidak ramah lingkungan melakukan atau turut melakukan
tidak hanya mengancam keberlanjutan perbuatan itu;
pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan 2. orang yang dengan pemberian,
laut, tetapi juga memacu peningkatan jumlah perjanjian, salah memaki kekuasaan atau
masyarakat miskin di wilayah tersebut. pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu
Dalam Undang-Undang Nomor 31 daya atau dengan memberi kesempatan,
Tahun 2004 tentang Perikanan dan Undang- daya–upaya atau keterangan, sengaja
Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang membujuk untuk melakukan sesuatu
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 perbuatan”5.
Tahun 2004 tentang Perikanan Pasal 8 ayat Namun dalam kenyataannya,
(1): penggunaan bahan peledak oleh nelayan
“Setiap orang dilarang melakukan dalam penangkapan ikan masih tetap ada di
penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan beberapa lokasi perairan dalam wilayah
ikan dengan menggunakan bahan kimia, Kabupaten Banggai Kepulauan. Kondisi ini
bahan biologis, bahan peledak, alat apabila tetap dilakukan oleh nelayan, bisa
dan/atau cara, dan/atau bangunan yang berdampak buruk bagi kelestarian dan
dapat merugikan dan/atau membahayakan. keberlanjutan sumberdaya ikan yang ada di
Kelestarian sumber daya ikan dan/atau perairan Kabupaten Banggai Kepulauan.
lingkungannya di wilayah pengelolaan B. Rumusan Masalah
perikanan Republik Indonesia”3. Berangkat dari latar belakang diatas,
Dan sanksi pidananya yaitu pasal 84 maka sangat menarik untuk dikaji dengan
ayat (1) : perumusan masalah sebagai berikut :
“Setiap orang yang dengan sengaja di 1. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi
wilayah pengelolaan perikanan Republik penggunaan bahan peledak dalam
penangkapan ikan pada masyarakat desa
2
Hamid, Penangkapan Ikan Dengan Kalupapi kecamatan Bangkurung
Menggunakan Bahan Peledak, Jakarta, Gramedia, kabupaten Bangkep ?
2007, hlm.,17
3
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan dan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
4
tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 ibid
5
Tahun 2004 tentang Perikanan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

2
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 2, Tahun 2014

2. Bagaimana upaya penanggulangan meter dari pusat ledakan langsung mati karena
penggunaan bahan peledak dalam bagian tubuh pecah, pada radius 15 – 20 meter
penangkapan ikan di Desa Kalupapi ikan akan hilang keseimbangan, berenang
kecamatan Bangkurung kabupaten dengan cepat dan tidak terarah. Ikan yang
Bangkep ? terkena ledakan pada radius seperti ini akan
mengapung kepermukaan, diperkirakan
II. PEMBAHASAN sebanyak 40% sisanya tenggelam dan jatuh
A. Faktor Penyebab Penggunaan Bahan didasar perairan. Tidak semua ikan yang
Peledak Dalam Penangkapan Ikan Di berada diantara sela-sela karang dapat diambil
Desa Kalupapi dan diperkirakan sisa yang tertinggal sekitar
Kejahatan sebagai fenomena sosial 20% dan merupakan potensi yang terbuang
dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan percuma. Ikan yang berada agak jauh dari
dalam masyarakat seperti politik, ekonomi, pusat ledakan, biasanya terlihat tanpa adanya
sosial, budaya dan hal-hal yang berhubungan kerusakan fisik tetapi jika dilihat secara
dengan upaya pertahanan dan keamanan seksama ikan tersebut terasa menjadi lebih
negara.6 Ada bermacam - macam faktor lemas dan lentur karena hampir seluruh
penyebab terjadinya suatu tindak kejahatan. tulangnya menjadi remuk.
Sebagai kenyataannya bahwa manusia dalam Edwin H Shuterland dalam teorinya
pergaulan hidupnya sering terdapat yang terkenal, “differtial association”
penyimpangan terhadap norma - norma, mengatakan bahwa :
terutama norma hukum. 1. Tingkah laku jahat itu dipelajari.
Secara umum ada beberapa faktor yang 2. Tingkah laku jahat itu dipelajari dalam
menyebabkan terjadinya sebuah kejahatan. interaksi dengan orang lain dalam proses
Pertama adalah faktor yang berasal atau komunikasi.
terdapat dalam diri si pelaku yang maksudnya 3. Bagian terpenting dari mempelajari tingkah
bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk laku kriminal itu terjadi di dalam kelompok
melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari – kelompok orang yang intim/dekat.
dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari 4. Ketika tingkah laku kriminal dipelajari,
oleh faktor keturunan dan kejiwaan (penyakit pembelajaran itu termasuk (a) teknik –
jiwa). Faktor yang kedua adalah faktor yang teknik melakukan kejahatan, yang kadang
berasal atau terdapat di luar diri pribadi si sangat sulit, kadang sangat mudah dan (b)
pelaku. Maksudnya adalah: bahwa yang arah khusus dari motif – motif, dorongan –
mempengaruhi seseorang untuk melakukan dorongan, rasionalisasi – rasionalisasi, dan
sebuah kejahatan itu timbul dari luar diri si sikap – sikap.
pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor 5. Arah khusus dari motif – motif dan
rumah tangga dan lingkungan.7 dorongan – dorongan itu dipelajari melalui
Kegiatan pengeboman ikan merupakan definisi – definisi dari aturan – aturan
penyebab terbesar bagi kerusakan ekosistem hukum apakah ia menguntungkan atau
terumbu karang di Kecamatan Bangkurung tidak.
khususnya dan Kabupaten Bangkep umumnya. 6. Seseorang menjadi delinquent karena
Bahan peledak seberat 0,5 Kg yang diledakkan definisi – definisi yang menguntungkan
pada dasar terumbu karang dapat untuk melanggar hukum lebih dari definisi
menyebabkan karang pada radius tiga meter – definisi yang tidak menguntungkan untuk
ujung – ujung karang bercabang menjadi melanggar hukum.
patah-patah. Sedangkan ikan pada radius 5 7. Asosiasi diferensial itu mungkin bermacam
– macam dalam frekuensi/kekerapannya,
lamanya, prioritasnya, dan intensitasnya.
6
Indah Sri Utami, Aliran Dan Teori Dalam 8. Proses mempelajari tingkah laku krimininal
Kriminologi,Yogyakarta,Thafa Media, 2012, hlm., 23. melalui asosiasi dengan pola – pola
7
Andi Hamzah, Hukum Pidana dan Acara
Pidana, Jakarta,Ghalia Indonesia, 1986, hlm., 64. kriminal dan anti kriminal melibatkan

3
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 2, Tahun 2014

semua mekanisme yang ada di setiap Dalam mempelajari cara merakit dan
pembelajaran lain. menggunakan bom ikan ini tentunya mereka
9. Walaupun tingkah laku kriminal tidak belajar sendiri, tetapi mereka belajar dan
merupakan ungkapan dari kebutuhan – diajari oleh para orang tua dan orang – orang
kebutuhan dan nilai – nilai umum, tingkah terdekat mereka yang telah lebih dahulu dan
laku kriminal itu tidak dijelaskan oleh lebih pengalaman dalam hal merakit dan
kebutuhan – kebutuhan dan nilai – nilai menggunakan bom ikan. Pada praktek
umum tersebut, karena tingkah laku non penangkapan ikan dilaut mereka yang dalam
kriminal juga ungkapan dari kebutuhan – proses pembelajaran ini hanya sebagai
kebutuhan dan nilai – nilai yang sama.8 pemeran pembantu. Sementara yang berperan
Teori ini yang kemudian digunakan oleh aktif adalah mereka yang lebih
penulis sebagai acuan untuk menjelaskan berpengalaman. Nanti setelah mereka sudah
bagaimana penggunaan bahan peledak dalam dianggap mampu barulah mereka yang
penangkapan ikan ini terjadi dan berkembang mengantikan peran dari para senior mereka.
di desa Kalupapi serta faktor – faktor apa saja Dalam hal perakitan dan penggunaan
yang mempengaruhinya. bom ikan ini mereka tidak hanya terfokus pada
Seperti yang di kemukan oleh apa yang mereka dapat dari orang tua dan
Shuterland bahwa kejahatan itu dipelajari, pendahulu mereka, tetapi mereka mencoba
aktivitas penggunaan bahan peledak dalam melakukan berbagai pengembangan –
penangkapan ikan di desa Kalupapi yang pengembangan. Seperti halnya wadah dari
masih berlangsung hingga saat ini pun bom ikan ini, pada awalnya mereka
dipelajari. Mereka belajar dalam kurun waktu menggunakan batok kelapa. Namun karena
dan proses yang cukup lama. Mereka belajar proses pekerjaan dengan menggunakan wadah
cara merakit dan menggunakan bom yaitu buah kelapa sangat lama dan rumit, dimana
antara lain cara meracik pupuk sehingga bisa batok kelapa tersebut harus dalam keadaan
digunakan sebagai bahan utama, cara meracik kering dan isi dalam kelapa harus benar-benar
bahan – bahan untuk sumbu, cara mengikat habis dikerok dan dikeluarkan. Jadi mereka
sumbu yang baik dan benar, cara mengukur menggunakan botol bekas minuman biasanya
atau menyesuaikan antara kedalaman air dan botol bir karena cukup praktis. Pada sumbu
panjang sumbu yang akan di pasangkan pada awalnya mereka hanya menggunakan sumbu
bom, cara membuat bom ikan dengan sumbu bakar, sekarang mereka telah menggunakan
kontak (detenator), cara mendeteksi sumbu kontak (detenator). Teknik menyelam
keberadaan ikan atau yang mereka sebut yang tadinya hanya mengandalkan kekuatan
“nyarandouw” dan lain sebagainya. Mereka nafas sekarang mereka menggunakan
tertarik untuk mempelajari hal ini karena kompresor sebagai alat bantu pernapasan yang
hasilnya yang menjanjikan. Setiap hari yang dapat menjangkau kedalaman hingga puluhan
mereka lihat dan dengar adalah hasil meter.
melimpah yang dihasilkan dari penggunaan Penggunaan bahan peledak dalam
bahan peledak ini. Bisa dibayangkan hanya penangkapan ikan di desa Kalupapi ini
dalam waktu beberapa hari saja mampu berlangsung tanpa adanya protes dari nelayan
menghasilkan berton – ton ikan yang secara lain. Oleh karena tingkat kesadaran
otomatis uang yang didapatkan pun akan lebih masyarakat desa Kalupapi yang masih sangat
banyak. Selain itu juga hal ini sudah seperti minim tentang bahaya penggunaan bahan
mata pencaharian pokok bagi mereka karena peledak dalam penangkapan ikan baik
sebagian besar dari mereka menggunakan bom terhadap diri sendiri maupun terhadap ikan
dalam menangkap ikan. dan terumbu karang serta biota laut lainnya.
Sehingga masyarakat masih menempuh jalan
pintas yang melanggar hukum. Masyarakat
8 nelayan umumnya belum menyadari bahwa
Topo Santoso, Eva Achjani Zulfa, Kriminologi,
Pt. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hlm.,75 pengeboman ikan dalam jangka panjang akan

4
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 2, Tahun 2014

merugikan mereka. Mereka tidak paham kelestarian sumber daya ikan dan/atau
bahwa karang adalah tempat hidup ikan yang lingkungannya di wilayah pengelolaan
jika dihancurkan justru ikannya pun akan perikanan Republik Indonesia.
menghilang. Mereka hanya tahu menggunakan (3) Pemilik kapal perikanan, pemilik
bahan peledak itu hasilnya lebih banyak. perusahaan perikanan, penanggung
Disisi lain, secara sosial biasanya nelayan jawab perusahaan perikanan, dan/atau
pengebom cukup dermawan, yaitu setelah operator kapal perikanan dilarang
mengambil ikan yang besar - besar pada saat menggunakan bahan kimia, bahan
pengeboman maka nelayan yang kebetulan biologis, bahan peledak, alat dan/atau
berada dekat lokasi pengeboman dipersilakan cara, dan/atau bangunan yang dapat
untuk mengambil ikan yang tersisa. Begitu merugikan dan/atau membahayakan
pula pada saat tiba di desa mereka tidak kelestarian sumber daya ikan dan/ atau
pernah lupa menjual sebagian dari hasil lingkungannya di wilayah pengelolaan
pengeboman kepada nelayan tetangga dan perikanan Republik Indonesia.
masyarakat umum yang ada di desa. (4) Pemilik perusahaan pembudidayaan ikan,
Nelayan yang menggunakan bahan kuasa pemilik perusahaan
peledak dalam penangkapan ikan di desa pembudidayaan ikan, dan/atau
Kalupapi ini mengetahui bahwa aktivitas penanggung jawab perusahaan
penangkapan ikan dengan menggunakan pembudidayaan ikan yang
bahan peledak yang mereka lakukan sangat melakukan usaha pembudidayaan ikan
berbahaya dan dapat mengancam keselamatan. dilarang menggunakan bahan kimia,
Namun hal ini tetap dilakukan karena bahan biologis, bahan peledak, alat
beberapa faktor yaitu antara lain bahan mudah dan/atau cara, dan/atau bangunan yang
ditemukan, sederhana dalam proses perakitan dapat merugikan dan/atau membahayakan
dan penggunaannya, memperoleh tangkapan kelestarian sumber daya ikan dan/atau
lebih banyak dan resiko kecelakaan yang lingkungannya di wilayah pengelolaan
timbul terhadap diri dianggap sebagai perikanan Republik Indanesia.
kelalaian sendiri. (5) Penggunaan bahan kimia, bahan biologis,
Para nelayan pun sadar yang mereka bahan peledak, alat dan/atau cara,
lakukan adalah melanggar hukum. dan/atau bangunan untuk penangkapan
Sebagaimana yang diatur dalam Undang – ikan dan/atau pembudidayaan ikan
undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perikanan pasal 8 ayat : diperbolehkan hanya untuk penelitian.
(1) Setiap orang dilarang melakukan (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai
penangkapan ikan dan/atau penggunaan bahan kimia, bahan biologis,
pembudidayaan ikan dengan bahan peledak, alat dan/atau cara,
menggunakan bahan kimia, bahan dan/atau bangunan sebagaimana
biologis, bahan peledak, alat dan/atau dimaksud pada ayat (5) , diatur dengan
cara, dan/atau bangunan yang dapat Peraturan Pemerintah.”9
merugikan dan/atau membahayakan. Namun dengan alasan himpitan ekonomi
Kelestarian sumber daya ikan dan/atau dan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari
lingkungannya di wilayah pengelolaan mereka tetap melakukan aktivitas ini.
perikanan Republik Indonesia. Persoalan hukum mereka kesampingkan
(2) Nakhoda atau pemimpin kapal perikanan, karena mereka mengaku tidak memiliki
ahli penangkapan ikan, dan anak keterampilan atau pekerjaan lain untuk
buah kapal yang melakukan penangkapan
ikan dilarang menggunakan bahan kimia,
9
bahan biologis, bahan peledak, alat Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
dan/atau cara, dan/atau bangunan yang Perikanan dan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31
dapat merugikan dan/atau membahayakan Tahun 2004 tentang Perikanan.

5
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 2, Tahun 2014

mencari nafkah. Jadi, meskipun beresiko pengguna bom ikan untuk tetap mejalankan
tertangkap oleh aparat kepolisian mereka tetap aktivitasnya.
melakukan pemboman ikan. Aktivitas pemboman ikan di desa
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kalupapi masih marak terjadi hingga saat ini.
pihak kepolisian sektor Lo. Bangkurung, Hal ini terlihat dari hasil pengamatan yang
selama 4 tahun terakhir tidak pernah ada dilakukan oleh penulis terhadap aktivitas
satupun kasus penggunaan bahan peledak penggunaan bahan peledak dalam
dalam ikan yang terungkap. Menurut bapak penangkapan ikan di desa Kalupapi selama
Ipda L. Hasanuddin,SH, Kepala Kepolisian kurang lebih 6 bulan. Yakni pada bulan
Sektor (Kapolsek) Kecamatan Lo. September 2012 – Maret 2013 terjadi sekitar
Bangkurung (wawancara pada hari selasa 73 kali aktivitas pemboman ikan yang
tanggal 15 januari 2013) hal ini disebabkan dilakukan oleh nelayan. Jadi, dalam setahun
oleh sarana dan prasana yang dimiliki oleh terjadi kurang lebih 73 x 2 = 146 kali
aparat kepolisian yang sangat minim sehingga pemboman ikan di desa Kalupapi. Maka bisa
fungsi pengawasan tidak berjalan maksimal. dibayangkan apabila hal ini terjadi hingga
Patroli rutin yang dilakukan oleh pihak polsek kurun waktu 10 tahun yaitu 73 x 2 x 10 =
Lo. Bangkurung hanya 2 kali dalam sebulan 1.460 kali. Data tersebut pun diambil hanya
dan pada hari penting seperti pemilu. Sehingga berdasarkan kapasitas kapal yang digunakan
membuat para nelayan pengguna bom ikan oleh nelayan yaitu kapal dengan kapasitas 20
dapat dengan leluasa melaksanakan aksinya ton keatas. Belum termasuk nelayan lain yang
ditambah lagi seringkali informasi tentang menggunakan kapal dengan kapasitas dibawah
patroli yang dilakukan oleh pihak kepolisian 20 ton dan nelayan – nelayan kecil yang
telah lebih dahulu diketahui oleh para nelayan menggunakan bahan peledak dalam
pengguna bom ikan. sikap masyarakat penangkapan ikan hanya sebagai sampingan.
setempat yang tidak kooperatif (tertutup) Jelaslah hal ini adalah masalah yang sangat
dengan pihak kepolisian juga menjadi serius, apabila dibiarkan berlarut – larut maka
penyebabnya. Selain itu juga anggota yang jaminannya adalah kelangsungan hidup ikan,
berada di wilayah polsek Lo. Bangkurung terumbu karang dan biota laut lainnya yang
sangat terbatas sehingga kesulitan untuk ada di perairan Bangkep berada diambang
mengungkap pemboman ikan yang masih kepunahan.
marak terjadi hingga saat ini. Di daerah B. Upaya Penanggulangan Penggunaan
kecamatan Bangkurung sendiri yang terdiri Bom Dalam Penagkapan Ikan Di Desa
dari 12 desa hanya ada satu orang anggota Kalupapi
kepolisian yang ditempatkan. Penggunaan bahan peledak dalam
Hal ini berbanding terbalik dengan apa penangkapan ikan adalah kegiatan destruktif.
yang di katakan oleh masyarakat setempat. Yang apabila dibiarkan secara berlarut – larut
Menurut masyarakat setempat (wawancara maka hal ini akan mengancam kelangsungan
pada hari jumat tanggal 18 Januari 2013) hidup dan kelestarian ikan, terumbu karang
mengatakan bahwa ada oknum kepolisian dan biota laut lainnya. Pihak kepolisian yang
yang terlibat langsung didalam pemboman saat ini mempunyai kewenangan untuk
ikan yang terjadi didesa Kalupapi. Oknum mengatasi hal ini pun mengaku bahwa
inilah yang diduga sebagai pemasok pupuk penanganan dalam hal penggunaan bahan
cap matahari yang menjadi bahan baku utama peledak dalam penangkapan ikan ini bukanlah
untuk membuat bom ikan di daerah ini. hal yang mudah. Karena hal ini sudah
Berdasarkan informasi oknum ini juga ini termasuk budaya atau cara menangkap ikan
mempunyai kapal penampung yang beroperasi yang telah lama dilakukan oleh nelayan di
untuk menampung hasil tangkapan dari para desa Kalupapi. Untuk itu perlu strategi –
nelayan pengguna bom ikan. Jadi hal ini strategi khusus dalam menangani hal ini.
menjadi semacam legitimasi bagi para nelayan Hukum berfungsi mengatur, hukum juga
sebagai pemberi kepastian, pengamanan,

6
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 2, Tahun 2014

pelindung dan penyeimbang, yang sifatnya pada saat moment – moment pemilu.
tidak hanya adaptif dan fleksibel, melainkan Patroli ini dipusatkan pada nelayan –
juga prediktif dan antisipatif. Potensi hukum nelayan yang melakukan aktifitas
ini terletak pada dua dimensi utama dari fungsi pemboman ikan dan kapal – kapal asing
hukum yaitu preventif dan fungsi represif.10 yang menyeludupkan pupuk cap matahari
Dalam hal upaya penanggulangan sebagai bahan utama dalam pembuatan
penggunaan bahan peledak dalam bom ikan. Dalam hal kegiatan patroli ini,
penangkapan ikan di desa Kalupapi ini dari pihak kepolisian mencari tempat – tempat
pihak polsek Lo. Bangkurung (wawancara yang berpotensi bagi para nelayan
pada hari selasa 15 januari 2013) melakukan pengguna bom ikan serta mendatangi pulau
beberapa upaya yakni upaya preventif dan – pulau yang disinyalir sebagai tempat para
upaya represif. nelayan pengguna bom ikan. Selain itu juga
1. Upaya Preventif mereka mencari kapal – kapal asing yang
Upaya preventif adalah upaya datang dari luar daerah untuk menjual
pencegahan yang dilakukan oleh pihak pupuk cap matahari. Yang berdasarkan
kepolisian untuk mengurangi aktifitas informasi mereka melakukan transaksi jual
pemboman ikan yang marak dilakukan oleh – beli itu ditengah laut atau pada pulau –
nelayan khususnya di desa Kalupapi. pulau yang tersembunyi. Konon, pupuk cap
Adapun upaya pencegahan yang di lakukan matahari yang diperjual – belikan ini adalah
oleh polsek Lo. Bangkurung adalah antara hasil seludupan dari negara tetanggan yaitu
lain: dari Tawau (Malaysia).
a. Sosialisasi Atau Penyuluhan 2. Upaya Represif
Sosialisasi atau penyuluhan di Upaya represif yaitu berupa tindakan
pusatkan kepada masyarakat di desa – desa – tindakan yang dilakukan terhadap para
nelayan yang terindikasi melakukan nelayan yang tertangkap tangan
aktifitas pemboman ikan tentang bahaya menggunakan bahan peledak dalam
bom ikan terhadap diri sendiri dan penangkapan ikan. mereka para nelayan
ekosistem laut. Melalui sosialisasi atau yang tertangkap akan di proses secara
penyuluhan ini pihak kepolisian berharap hukum dan dikenakan sanksi sesuai dengan
masyarakat di desa – desa nelayan yang ketentuan yang ada.
terindikasi menggunakan bahan peledak
dalam menangkap ikan mengetahui tentang I. PENUTUP
bahaya bom ikan tersebut tidak hanya bagi A. Kesimpulan
diri sendiri tetapi juga untuk kelestarian dan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
kelangsungan biota laut. Melalui sosialasi penulis dapat menyimpulkan bahwa :
ini juga pihak kepolisian menjelaskan 1. Faktor penyebab penggunaan bahan
tentang undang – undang yang mengatur peledak yaitu tingkat kesadaran masyarakat
tentang larangan penggunaan bahan masih rendah, keterlibatan aparat
peledak dalam penangkapan ikan yaitu kepolisian, himpitan ekonomi dan untuk
Undang – undang Nomor 31 Tahun 2009 memenuhi kebutuhan sehari – hari serta
tentang Perikanan. Tepatnya pada Pasal 8 tidak memiliki keahlian lain.
dan ketentuan pidananya pada Pasal 84. 2. Upaya penanggulangan yang dilakukan
b. Melakukan Patroli Rutin oleh pihak kepolisian adalah upaya
Melakukan patroli yang di preventif yaitu sosialisasi dan patroli rutin.
laksanakan kurang lebih 2 kali dalam Dan upaya represif yaitu berupa
sebulan dan pada hari – hari penting seperti penindakan sesuai hukum yang berlaku
bagi mereka yang tertangkap tangan.
10
namun hal ini masih belum efektif.
Lili Rasjidi Dan I.B.Wyasa Putra, Hukum
Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung,
1993, hlm.,123

7
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 2, Tahun 2014

B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan diatas
maka saran penulis melalui skripsi ini adalah :
a. Perlu adanya penanganan yang serius dari
pemerintah terhadap maraknya penggunaan
bahan peledak dalam penangkapan ikan di
desa Kalupapi khususnya dan kabupaten
Bangkep pada umumnya.
b. Mempererat koordinasi diantara pihak –
pihak yang terkait serta melibatkan
masyarakat dalam penanganan pemboman
ikan ini sehingga fungsi pengawasan
berjalan maksimal.

8
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 2, Tahun 2014

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Andi Hamzah, Hukum Pidana Dan Acara Pidana, Jakarta,Ghalia Indonesia,1986.
Hamid, penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, Jakarta, Gramedia, 2007.
Indah Sri Utami, Aliran Dan Teori Dalam Kriminologi, Yogyakarta, Thafa Media,.2012.
Lili Rasjidi Dan I.B.Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1993.
Topo Santoso, Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

B. Peraturan Perundang - undangan


Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

C. Bahan Internet
Wikipediaensiklopedibebas,”kabupaten banggai kepulauan”.http://id.wikipedia.
org/wiki/Kabupaten_Banggai_Kepulauan, 2013

9
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi 3, Volume 2, Tahun 2014

BIODATA

HARYONO SOMUN, Lahir di Laina, 17 Desember 1989, Alamat Rumah


Jalan Mangga 1 Nomor 20 Palu Sul-Teng, Nomor Telepon
+6282197171289, Alamat Email achie_black89@yahoo.com

10

Anda mungkin juga menyukai