KLASIFIKASI
II. BERDASARKAN HUBUNGAN DENGAN DUNIA LUAR
1. tertutup : antara fragmen-fragmen tulang tidak terdapat hubungan langsung
dengan dunia luar.
2. terbuka : bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
karena ada luka di kulit.
1 2 3 4 5
VI.BERDASARKAN LOKASINYA
1. Tulang Panjang :
- 1/3 proksimal
- 1/3 tengah
- 1/3 distal
2. Tulang letak melintang
- ¼ medial
- ¼ lateral
Derajat III : A. Luas luka > 2 cm, kerusakan yang luas dari jaringan lunak (otot,
saraf, kulit), kontaminasi berat, jaringan lunak masih cukup
menutupi tulang yang patah. Bentuk fraktur comminutive berat
atau segmental.
B. Jaringan lunak yang rusak tidak cukup menutupi tulang yang
patah, sebagian tulang yang patah terbuka disertai juga kerusakan
periosteum.
C. Apabila disertai cedera vaskuler
Pemeriksaan fisik
Look : - Fraktur tertutup : deformitas (udema, hematoma, dll)
- Fraktur terbuka :
deformitas
vulnus
perdarahan
fragmen tulang
Pemeriksaan Radiologi
Untuk menentukan :
- Jenis fraktur
- Jumlah fraktur
- Kedudukan fraktur
Syarat Pemeriksaan Radiologi (Foto) pada Tulang
1. Two Views
minimals 2 posisi yaitu AP dan Lateral
pada fraktur tulang – tulang kecil dan vertebrata perlu posisi obligue
2. Two Cocasions
Foto dalam 2 kesempatan : saat ini kejadian dan + 10 hari kemudian karena
kadang seger setelah trauma, garis fraktur belum jelas, selanjutnya + 10 hari
kemudian dengan resorbsi tulang pada tempat fraktur, maka garis fraktur
menjadi jelas.
3. Two Joints
meliputi 2 sendi (proximal dan distal)
4. Two Limbs
Foto 2 bagian ( yang sehat dan sakit / kiri dan kanan )
terutama pada anak – anak karena garis epiphise sering keliru sebagai suatu
fraktur.
Tanda Fraktur sudah terbentuk Calus :
- Tidak nyeri
- Ketok tulang (bila Fr di Femur, ketok dipatela ), dengar hantaran bunyi dengan
menggunakan steteskop :
Bila calus (+) hantaran bunyi di kiri = kanan
Bila calus (-) hantaran bunyi di kiri ≠ kanan
Karena masih ada fraktur maka tidak bisa menghantar getaran bunyi dengan
baik
PENATALAKSANAAN :
Pengobatan patah tulang pada prinsipnya bertujuan untuk :
1. Menghilangkan nyeri
2. Mendapatkan serta mempertahankan satu posisi yang baik
3. Memungkinkan kalau perlu merangsang union
4. Mencapai fungsi yang optimal
Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan :
I. Reposisi Manual (dengan tangan)
Tertutup
Traksi mekanis (ditarik dengan alat)
Full length arm plester (Pembalut gips lengan penuh) hanging cost
(pemasukan gips tergantung)
untuk fraktur antebrachii
gips dari bawah ketiak sampai dekat artikulasi
°
metacarpophalangeal, siku fleksi 90
posisi tangan sesuai dengan lokasi fraktur :
1/3 Proximal : Posisi tangan supinasi
1/3 Tengah : Posisi netral
(Palmar manus menghadap badan)
1/3 Distal : Posisi pronasi
Untuk badan
Pembalut gips minerva untuk vertebrata cervical dan thorax bagian atas:
Spica bahu
Jaket Spica
Hip Spica
2. Imobilisasi dengan traksi
A. Traksi Kulit ( Skin traction)
Buck’s Ekstension
Paling sederhana
Plester dilekatkan pada kedua sisi tungkai bahu dilakukan
penarikan
Untuk fraktur femur, pada orang dewasa post loksasi coxae
Traksi Dunlop
untuk fraktur supracondyler atau trancondyler anak
(yang sukar dilakukan reposisi manual / karena ancaman gangguan
sirkulasi kalau siku difleksikam)
traksi diganti dengan pemakaian gips atau collar and cuff sling
jika sudah mulai union.
traksi pada ujung tangan (beban 5 kg) dan melalui sling diatas siku
pada tempat fraktur (beban 1 – 1,5 Kg)
B. Traksi Tulang (Scletal Traction)
pakai Kirschner wire atau steinmann pin
Traksi tulang dengan Bohler Braun frame
untuk fraktur femur, dengan pin /wire pada proksimal tibia
untuk fraktur curis terbuka dengan pin/wire pada calcaneus
3. Fiksasi Interna
- Screw : untuk fraktur oblig, screw dipasang tegak lurus pada garis
Fraktur
- Bone graft dan screw : plate berupa sepotong tulang lalu ditahan
dengan screw
- Intrameduliary nail :
satu pen dipasang intrameduler
Co/ : - Pada fraktur femur dipasang kuntscher pin
- Fraktur collum femur dipakai Smith Peterson Pin
!!!! Fiksasi interna tidak dianjurkan sebagai tindakan definitif pada patah tulang
terbuka
4. Fiksasi eksterna
2 atau 3 pin / screw dipasang pada tiap fragmen tulang (proximal dan distal )
dan sesudah fraktur direposisi lalu pin tersebut di fiksasi dengan suatu “
externa bars” hingga posisi jadi rigid.
Keterangan :
A & B. Screw dan akrilik gigi
C. Filsasi eksterna Hoffman (AO)
D. Fiksasi eksterna Malysia
A B
C D
Indikasi Penggunaan traksi tulang
1. Apabila diperlukan traksi yang lebih berat dari 5 Kg
2. Traksi pada anak –anak yang lebih besar
3. Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau komunitif
4. Fraktur – fraktur tertentu pada daerah sendi
5. Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak
dapat dilakukan
6. Dipergunakan sebagai traksi langsung pada traksi yang sangat berat, misalnya
dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitif.
Fr.Femur berbahaya bisa terjadi perdarahan 1500 cc. sumber perdarahan berasal
dari dalam tulang atau dari A. Femoralis. Oleh karena itu bila ada Fr. Femur harus
pasang infus untuk hindari syok.
TRAUMA OEDEMA
LANGSUNG PENINGKATAN
COMPARTMENT
PRESSURE FASCIOTOMI
- Pain
- Pallor
- Puffiness
- Paralyse/
paraaesthesi
- Pulsless
2. Kerusakan pada viscera
dapat disebabkan oleh fragmen penyebab trauma atau fragmen tulang
terutama pada fraktur costa (kerusakan paru), fraktur pelvis (kerusakan
uretra, VU, colon/rektum).
3. Kerusakan saraf
dapat berupa :
- Neuropraxia
Akibat trauma yang minimal dan terjadi suatu transient physiological
block, saraf intak. Dapat terjadi perbaikan spontan dalam beberapa
minggu.
- Axonotmesis
Trauma lebih hebat, diman terjadi kerusakan-kerusakan pada axon-axon
yanf menyebabkan degenerasi perifer. Kontuinitas saraf intak. Regenerasi
perlahan, perlu berbulan-bulan (1cm/minggu)
- Neurotmesis
Saraf putus total. Recovery hanya dapat terjadi jika dikerjakan end to end
anastomosis
4. Kerusakan pada tendon
terutama pada patah tulang terbuka
perlu disambung kembali
5. Komplikasi pada sendi
- kekakuan sendi
- post traumatik ossification (myositis ossificans traumatica)
- suddek’s atrophy (relex sympathetic dystrophy)
= traumatic painfull osteoporosis
- osteoarthritis (post traumatic degenerative joint disease)
FRAKTUR FEMUR
Klasifikasi :
1. Fraktur caput femoris
2. Fraktur collum femoris
a. sub – capital
b. trans – cervical
c. dasar collum
3. Fraktur inter –trochanter
4. Fraktur sub – trochanter
5. Fraktur inter – condyler
6. Fraktur supra – condyler
PENATALAKSANAAN :
Fraktur Tertutup : - reposisi
- imobilisasi
Jenis Traksi :
1. Skin Traction
Bryant’s traction / Gallow’s traction
Russel traction
2. Skeletal Traction : Balanced traction
Dipasang Steinmann’s pen atau Kirschner – wire pada proksimal tulang tibia.
Pemasangan traksi sampai terjadi penyembuhan klinis
Setelah itu : pada anak – anak dipasang gips hemispica atau gips celana.
Pada orang tua dewasa mobilisasi bertahap dengan bantuan tongkat topang–
ketiak, dimulai dari :
Non-weight bearing
Partial-weight bearing
sampai full-weight bearing, dan akhirnya bekerja aktif.
Tongkat dilepas jika callus betul betul kuat.
Jika kedudukan sudah baik, traksi dikurangi beratnya sampai + 5 kg, tergantung
keadaan penderita. Setelah terjadi Clinical – union, traksi dilepas.
Latihan tungkai bawah kaki dan jari kaki harus segera dimulai. Latihan terhadap
M.Quadriceps dimulai setelah 1 – 2 minggu. Latihan terhadap m.flexores dimulai
pada minggu ke-4.
Periksa union secara klinis dan radiologis setelah kira – kira 12-14 minggu. Bila
union meragukan, teruskan traksi dengan beban yang dikurangi 4-8 minggu.
OPERATIF :
Indikasi (relatif ) :
Sukar reposisi tertutup
Usia lanjut
Fraktur tungkai bawah multiple
Frikasi
Fraktur patologis
Kontraindikasi :
Toleransi operasi tidak baik
Terjadi infeksi
Anak – anak dan remaja
Timing :
4 jam pada fraktur terbuka + kelainan neurovaskuler
secepat mungkin
Tehnik :
pre – operatif dilakukan Skin – Traksi (Russell’s atau Buck’s) dengan tujuan
mengurangi spasme otot – otot femur.
KOMPLIKASI
Shock neurogenik / hipovolemik
Infeksi
Crush syndrome
Emboli lemak
Trombosis vena
Emboli paru
Decubitus
Kekakuan otot dan sendi
Dislokasi colum femur
Posterior :Adduksi flexi endorotasi
Anterior :Abduksi eksorotasi
Dislokasi sentral : Ada fraktur asetabulum
Colum femoris terus masuk ke dalam asetabulum
FRAKTUR PELVIS
Klasifikasi Trauma Pelvis Menurut Tile
Tipe A : Stabil
A1 : Fr. Pelvis ≠ mengenai cincin
A2 : Stabil, terdapat pergeseran cincin yang minimal dari fraktur
Tipe A termasuk Fr. Avulsi atau fraktur yang mengenai cincin punggul tanpa
atau sedikit sekali pergeseran cincin.
Tipe B mengalami rotasi eksterna yang mengenai satu sisi panggul (open book)
atau rotasi interna atau kompresi lateral yang dapat menyebabkan fraktur pada
ramus isiopubis pada satu atau kedua sisi disertai trauma pada bagian posterior
tetapi simfisis tidak terbuka (closed book).
Terdapat disrupsi ligamentum posterior pada satu atau kedua sisi disertai
pergeseran dari salah satu sisi panggul secara vertikal, mungkin juga disertai
fraktur asetabulum.
2. Fraktur dengan trauma pada organ lain disertai perdarahan dan syok.
Perlu transfusi, segera dan eksplorasi untuk mengatasi kerusakannya yang lain.
Hal – hal yang perlu diketahui / garis – garis bantu dalam foto pelvis :
- Shanton line garis antara pelvis dan ke femur
- Ileoishial ramus posterior
- Ileopectineal/ Ilieo ischiadica ramus anterior
FRAKTUR COLLES
Fraktur pada pergelangan tangan >> ♀
Fraktur colles terdiri atas :
Fraktur terletak di os.radius 1 inci di atas pergelangan tangan
Terdapat angulasi dorsal fragmen distal
Terdapat pergeseran ke dorsal dari fragmen distal
Terdapat fraktur procesus stiloid ulna
Radius dan ulna dihubungkan oleh TFCC
(Triangular Fibro Cartilago Complex)
= kompleks rawan fibroid triangularis
Mekanisme : Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar
FRAKTUR SMITH
Biasa disebut juga fraktur colles terbalik >> ♂
Ditemukan deformitas dengan fragmen distal mengalami pergeseran ke volar
dimana garis fraktur tidak melalui persendian.
Penanganan : Fiksasi dengan plate butters
Deformitas berbentuk GARPU . Gambaran ini terjadi karena adanya angulasi
dan pergeseran ke dorsal, deviasi radial, supinasi dan impaksi ke arah
proksimal.
FRAKTUR BARTON
Fraktur pada radius distal dengan fragmen distal melalui sendi dan terjadi
pergeseran fraktur serta seluruh komponen sendi ke arah volar.
FRAKTUR MONTEGGIA : Fraktur 1/3 prox ulna + dislokasi radius prox
FRAKTUR GALEAZZI : Fraktur 1/3 distal radius + dislokasi sendi radioulnar
distal
PULLED ELBOW
Fraktur sendi siku (os radius) karena adanya fraksi longitudinal yang mendadak
sewaktu sendi siku dalam posisi ekstensi dan lengah bawah dalam keadaan
pronasi.
Bila skor mencapai angka 8 ukuran kerusakan otot – otot, kulit, tulang serta
kontaminiasi yang cukup berat, prognostik untuk menyelamatkan tungkai bawah
hasilnya buruk.
Level amputasi yang harus dihindari :
- Disarticulatio coxae
- Disarticulati genu
- Disarticulati falocrussa