Dokumen - Tips - Askep Ginjal Polikistik Leladocx
Dokumen - Tips - Askep Ginjal Polikistik Leladocx
1. Hanya tereksperi pada homozigot (aa), sedangkan pada heterozigot (Aa)secara fenotipe
hanya pembawa yang normal.
2. Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk terkena
3. Pola pewarisan horizontal tampak pada silsilah yang maksundya muncul padasaudara
kandung tetapi tidak pada orang tua.
4. Penyakit umumnya memiliki awitan dini.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka penyakit ginjal polikistik resesif
autosomalsering disebut sebagai bentuk anak-anak karena awitan yang muncul lebih
dini.ARPKD disebabkan oleh mutasi disuatu gen yang belum teridentifikasi pada
kromosom 6p.
Penyakit ginjal polikistik dominan autosomal (ADPKD) dapat diekspresikan baik
pada heterozigot (Aa) maupun homozigot (aa). Selain yang telah disebutkan sebelumnya,
pada penyakit yang bersifat dominan autosomal memiliki beberapakarakteristik yaitu:
1. Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk terkena
2. Pola pewarisan vertikal tampak pada silsilah yang maksundya muncul padasetiap
generasi.
3. Usia awitan penyakit sering lambat
Berdasarkan karakteristik tersebut maka peyakit ginjal polikistik dominan autosomal
sering disebut sebagai bentuk pada orang dewasa karena awitanya yang munculsering
lambat. Pada umumnya terdapat dua gen yang berperan terhadap ter bentuknyakista yaitu :
1. PKD-1 (gen defektif) yang terletak pada lengan pendek kromosom 16.
2. PKD-2 (gen defektif) yang terletak pada kromosom 4
Tetapi buku lain menyebutkan, ADPKD dibagi menjadi tiga tipe yaitu
duadiantaranya sama dengan yang telah disebutkan dan ditambah dengan ADPKD bentuk
ketiga yang telah diidentifikasikan namun gen yang bertanggung jawab belum diketahui
letaknya (Price dan Wilson,2005).
PKD-1 yang terletak pada lengan pendek kromosom 16. Gen ini mengkodesebuah
protein dan kompleks, melekat ke membrane, terutama ekstrasel dandisebut dengan
polikistin-1. Polikistin-1 ini memiliki fungsi sama dengan proteinyang diketahui berperan
dalam perlekatan sel ke sel atau sel ke matriks. Namun pada saat ini belum diketahui
bagaimana mutasi pada protein tersebut dapatmenyebabkan kista, namun diperkirakan
ganguan interaksi sel-matriks dapatmeneybabkan gangguan pada pertumbuhan,
diferensiasi dan pembentukanmatriks oleh sel epitel tubulus dan menyebabkan
terbentuknya kista.
PKD-2 yang terletak pada kromosom 4 dan mengkode polikistin-2 yaitu
suatu protein dengan 968 asam amino. Walaupun secara struktural berbeda
tetapidiperkirakan polikistin-1 dan polikistin-2 bekerja sama dengan
membentuk heterodimer. Hal inilah yang menyebabkan,jika mutasi terjadi di salah satu
gen maka akan menimbulkan fenotipe yang sama.
E. Pathway
Terlampir
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu dalammenegagkan
diagnosis adalah :
1. Ultrasonografi ginjal
Ultrasonografi ginjal merupakan suatu teknik pemeriksaannoninvasive yang memiliki
tujuan untuk mengetahui ukuran dari ginjal dankista. Selain itu juga dapat terlihat
gambaran dari cairan yang terdapat dalamcavitas karena pantulan yang ditimbulkan
oleh cairan yang mengisi kista akanmemberi tampilan berupa struktur yang padat.
Ultrasonografi ginjal dapat juga digunakan untuk melakukan screeningterhadap
keturuan dan anggota keluarga yang lebih mudah untuk memastikanapakah ada atau
tidaknya kista ginjal yang gejalanya tidak terlihat (asymptomatic) (Gearhart dan
Baker,2001).
2. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) lebih sensitif dan dapat mengidentifikasikistik
ginjal yang memiliki ukuran diameter 3 mm (Grantham,2008). MRI dilakukan untuk
melakukan screening pada pasien polikistik ginjal autosomal dominan (ADPKD) yang
anggota keluarganyamemiliki riwayat aneurisma atau stroke (Grantham,2008).
3. Computed tomography (CT)
Sensitifitasnya sama dengan MRI tetapi CT menggunakan media kontras
(Grantham,2008).
4. Biopsi
Biopsi ginjal ini tidak dilakukan seecara rutin dan dilakukan jika diagnosistidak dapat
ditegagkan dengan pencitraan yang telah dilakukan (Gearhart dan Baker,2001).
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ginjal dapat ditemukan beberapa hal yaitu :
a. Inspeksi : Terlihat pembesaran atau adanya massa pada pinggang baik bilateral atau
unilateral
b. Palpasi : Saat melakukan palpasi bimanual maka akan teraba ginjal
dengan permukaan yang tidak rata.
c. Nyeri ketok ginjal : Terdapat rasa nyeri ketika dilakukan nyeri ketok ginjal pada
sudutkostovetebralis.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran terhadap diagnosa karsinoma sel ginjal
dan kehilangan ginjal dengan radikal neprektomy yang ditandai dengan gelisah, mudah
tersinggung, dan kemungkinan perubahan tanda vital.
2. Risiko komplikasi post operasi (infeksi pernafasan, shock, nyeri, infeksi luka,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, distensi gastrointestinal) berhubungan dengan
pembedahan neprectomy
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah dan perawatan follow
up lanjutan
C. Intervensi keperawatan
1. Kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran terhadap diagnosa karsinoma sel ginjal
dan kehilangan ginjal dengan radikal neprektomy yang ditandai dengan gelisah, mudah
tersinggung, dan kemungkinan perubahan tanda vital.
a. Tujuan : Kecemasan dan ketakutan pasien berkurang.
b. Kriteria hasil:
1) Pasien dan keluarga akan mengungkapkan secara verbal ketakutan berkaitan
dengan diagnosis, penurunan tingkat kecemasan, pemahaman akan pembedahan
yang luas dan alasannya.
2) Pasien tidak memperlihatkan tanda dan gejala klinik dari kecemasan.
c. Intervensi Keperawatan
1) Menjalin hubungan dengan pasien dan keluarga dan mengobservasi prilaku
mereka yang berkaitan dengan diagnosis dan pembedahan yang akan dijalaninya.
Rasional : Perawat bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan belajar pasien
dan keluarga, perhatian pasien dan keluarga dapat diidentifikasi, dan tingkat
kecemasan dapat dikaji.
2) Mengajarkan pasien dan keluarga apa radikal nefrektomy itu, kenapa hal itu
diindikasikan, bagaimana hal itu dilakukan (menguatkan instruksi dokter dengan
menggunakan gambar dan diagram).
Rasional : Pengajaran kembali yang dimulai oleh dokter akan meningkatkan
pemahaman pasien dan keluarga. Hal ini memberikan suatu forum diskusi dengan
adanya pertanyaan. Hal ini menungkinkan perawat untuk mengkaji tingkat
pemahaman pasien dan anggota keluarganya dan menghilangkan jika ada
perbedaan pendapat.
3) Menjelaskan pada pasien bahwa ginjal yang masih ada akan mengambil alih kerja
dari kedua ginjal.
Rasional :Beberapa pasien merasa takut bahwa mereka tidak dapat hidup normal
dengan hanya satu ginjal.
4) Memberikan pendidikan preoperative pada pasien dan keluarga (termasuk apa
yang diharapkan dari pembedahan).
Rasional : Kemandirian pasien didorong melalui persiapan pendidikan
preoperative.
5) Pada persiapan operasi, hal lain yang mempengaruhi pasien adalah membersihkan
dan mencukur dari daerah puting susu sampai ke pangkal paha.
Rasional : Pasien akan mengalami insisi yang dibuat dari panggul atau abdomen.
Pembersihan akan membantu mengurangi adanya infeksi.
2. Risiko komplikasi post operasi (infeksi pernafasan, shock, nyeri, infeksi luka,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, distensi gastrointestinal) berhubungan dengan
pembedahan neprectomy.
a. Tujuan : Pasien bebas dari kemungkinan komplikasi post operasi
b. Kriteria hasil : Pasien mempunyai pola dan kecepatan nafas efektif, tanda vital dan
warna kulit yang normal, jumlah drainase darah normal, nyeri hilang dengan
analgetik, keadaan luka normal (yang di harapkan), cairan dan elektrolit seimbang,
dan mulainya kembali bising usus dalam 48 – 72 jam.
c. Intervensi keperawatan :
1) Auskultasi bunyi paru, dan observasi adanya tanda dyspnea. Jadwal yang teratur
dari perubahan posisi, batuk, dan nafas dalam dibuat (biasanya setiap 2 hari).
Bantu pasien dan sokong daerah operasi.
Rasional : Hal ini membantu mencegah atelektasis atau pneumonia, dan
mendeteksi dini pneumothoraks. Pernafasan dalam kemungkinan nyeri,
kemungkinan cenderung bernafas pendek.
2) Monitor tanda vital setiap 2 – 4 jam; waspada tanda shock.
Rasional : Monitor tanda-tanda perdarahan dan ketidakseimbangan cairan.
Perdarahan sekunder mungkin timbul yang memperlambat penyembuhan dan
merusak jaringan ginjal.
3) Monitor pembalut insisi setiap 4 jam selama 24 – 48 jam pertama (khususnya
dibawah punggung pasien jika dia mempunyai insisi pada panggul).
Rasional : Perdarahan luar dapat timbul pada daerah insisi setelah pembedahan.
Balutan biasanya perlu diganti atau diperiksa setiap pergantian jaga selama masa
post operasi.
4) Perhatikan luka insisi.
Catat adanya bengkak, erythema, echymosis, hematoma, atau keadaan luka.
Catat adanya nanah dari luka, dapatkan kultur/biakan dari luka.
Rasional : Pasien dengan kanker seringkali dalam status nutrisi yang kurang, yang
meningkatkan bahaya infeksi luka. Perembesan cairan purulent mengindikasikan
infeksi. Kultur dapat meng-identifikasi mikroba yang menyebabkan infeksi dan
menentukan pengobatan antibiotik yang diperlukan.
5) Monitor suhu tiap 4 jam
Rasional : Peningkatan tempratur (101 F) dapat mengindikasi-kan adanya infeksi
luka atau infeksi pernafasan atas.
6) Tentukan sumber dan beratnya nyeri. Berikan analgetik sesuai instruksi. Atur
posisi dengan dengan sebuah bantal kecil diletakkan antara pinggir bawah kosta
dan krista iliaka dengan pasien berbaring menyamping untuk mengurangi
ketidaknyamanan dengan menghilangkan nyeri dari insisi.
Rasional : Rasa tidak nyaman bisa berasal dari posisi lateral yang hyperekstensi
dimana pasien diatur selama pembedahan untuk pembukaan yang maksimal dan
memungkinkan prosedur pembedahan.
7) Monitor keadaan cairan dan elektrolit pasien
a. Monitor kecepatan dan volume infus intravena. Pertahankan pencatatan yang
teliti dari intake dan output.
b. Waspada dengan tanda ketidakseimbangan elektrolit, termasuk perubahan
tingkat kesadaran, keadaan pernafasan (kecepatan dan dalam), keadaan
jantung dan tonus otot.
c. Perhatikan tanda-tanda kelebihan cairan, termasuk kongesti paru atau
peningkatan tekanan vena sentral.
Rasional : Berbagai keadaan abnormal yang timbul memungkinkan ginjal yang
masih ada berisiko komplikasi atau mengalami kemunduran. Perhatian yang cepat
terhadap hal ini dapat mencegah akibat yang irreversible. Pengangkatan kelenjar
adrenal dan juga penyakit ginjal dapat memberikan kemungkinan
ketidakseimbangan cairan.
8) Monitor fungsi pencernaan.
a. Batasi intake oral dampai bising usus terdengar dan terjadi flatus.
b. Perhatikan gejala distensi, mual , atau muntah setelah memulai kembali intake
oral.
c. Makanan yang encer dapat diberikan peroral, dan intake ditingkatkan sesuai
toleransi, didasarkan pada instruksi dokter.
Rasional : Masa atonia usus seringkali mengikuti pembedahan. Pulihnya kembali
bising usus dan lewatnya flatus mengindikasikan bahwa usus telah kembali
berfungsi. Intake oral dini mungkin menyebabkan mual dan muntah, distensi
abdo-men, dan ketidaknyamanan abdomen. Intake oral dimulai kembali jika
peristaltik usus sudah kembali.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah dan perawatan follow
up lanjutan.
a. Tujuan : Pasien akan mengerti dan terus melakukan perawatan diri dan secara
berangsur-angsur mengembalikan aktifitas atau kehidupan sehari-hari.
b. Kriteria hasil : Pasien menjelaskan dengan tepat perawatan diri, meliputi diet dan
pembatasan makanan, dan menggambarkan dengan tepat tanda dan gejala yang
memerlukan kontak dengan dokter. Pasien membuat catatan tertulis dari kunjungan
follow up awal ke dokter dan mengungkapkan secara verbal kenapa masa kontrol
diperlukan.
c. Intervensi keperawatan :
1) Berikan pembelajaran pemulangan pada pasien dan keluarga berkaitan dengan
kebutuhan perawatan diri.
a. Jelaskan indikasi, efek samping, dosis dan jadwal semua pengobatan setelah
pulang.
b. Jelaskan bahwa pasien mungkin mengalami nyeri pada daerah insisi dan
kelemahan yang berlanjut merupakan efek dari pembedahan selama beberapa
minggu.
c. Jelaskan adanya pembatasan aktifitas seperti mengangkat.
Rasional : Anjuran ini akan menyiapkan pasien untuk kembali ke keadaan
mandiri di luar rumah sakit dan membantu melaksanakan tujuan yang realistis
yang berkaitan dengan penyembuhan.
2) Anjurkan kepada pasien untuk memberitahu dokter jika ada dari hal berikut yang
muncul :
a. Dingin, demam, hematuria, nyeri panggul.
b. Penurunan mendadak dari urine output meskipun intake cairan normal.
c. Penurunan berat badan, nyeri tulang, perubahan status mental, ekstrimitas
lemah atau mati rasa.
Rasional : Kerusakan ginjal harus dicegah dengan tindakan medis segera.
3) Hal tersebut mungkin mengindikasikan infeksi traktus urinarius.
a. Hal tersebut mengindikasi gagal ginjal.
b. Hal tersebut mungkin mengindikasi penyebaran metastase dari tumor.
c. Berikan klien diet yang dianjurkan setelah pulang.
Rasional : Diet setelah nefrectomy radikal bersifat individual pada tiap pasien
tergantung pada keadaan dan fungsi ginjal yg masih ada.
4) Berikan pasien informasi yang berkaitan dengan perawatan follou up (perlu
persetujuan untuk pemeriksaan fisik dan diagnostik secara periodik)
Rasional : Perlu bagi dokter untuk memonitor fungsi ginjal pasien dan memeriksa
penyebaran tumor.
5) Mengkaji bantuan di rumah untuk menentukan hal berikut :
a. Menentukan apakah pemberi pelayanan dapat membantu pasien dalam
beberapa minggu pertama post operasi.
b. Menentukan apakah pemberi pelayanan dapat memonitor keadaan pasien
dengan baik dan mengetahui kemungkinan komplikasi. Rujuk pasien dan
keluarga ke agen/ perwakilan perhimpunan keperawatan untuk asuhan
keperawatan dirumah.
Rasional : Pasien dan keluarga seringkali memerlukan perbaikan di rumah
selama beberapa minggu pertama sete-lah keluar. Pengawasan yang
professional dari keadaan pasien mungkin diindikasikan. Pasien dan keluarga
mungkin membutuhkan bantuan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA