PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan adalah sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain sedangkan manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manager
keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasikan memimpin,
dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia dapat diberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan efesien mungkin bagi individu, keluarga,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. (Nursalam, 2011).
Manjemen didefinisikan sebagai proses menyelesiakan pekerjaan melalui
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang
berubah. Manajemen juga merupakan prosess pengumpulan data dan
mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerjaan
orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu organisasi (Nursalam, 2011).
Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat diberikan menjadi empat
yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan system
MAKP. Dalam menetapkan seuatu model, maka keempat hal tersebut harus
mennjadi bahan pertimbagan, karena merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisarianhkan. Dalam perkembangan keperawatan menuju pelayan
yang professional, digunakn beberapa metode pemberian asuhan
keperawatan, nilai dari metode kasus, metode fungsional, metode tim dan
metode keperawatan primer serta manjemen kasus. (Nursalam 2011). Dalam
praktik keperwatan professional, metode yang paling memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan professional adalah metode yang
menggunakan debreath of primary nursing. Beradasrkan hasil pengkajian
penulis sebelumnya dengan kepala ruangan model asuhan keperawatan yang
digunakan diruangan parkit adalah model asuhan keperawatan modularyang
digabung dengan metode asuhan keperawatan tim (RSAU dr. M.
SALAMUN, 2011).
1
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelengarakan pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis
dalam upaya mempercepat penigkatan derajat kesehatan masyarakat
indonesia. Dalam suatu rumah sakit terdapat berbagai suatu profesi tenga
kesehatan yang terlibat dala pelayanan yang saling bekerjasama antara satu
sama lain yang menunjang pelayanan.Berbagai macam profesi yang terdapat
dalam pelayanan dirumah sakit antara lain dokter, bidan, ahli gizi, radiologi
dan lain sebagainya dan salah satunya aladalh profesi perawat. Profesi
perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas
pelayanan kesehatan dirumah sakit karena pelayanan yang diberikan
berdasarkan pendekatan (Depkes RI, 2010).
Keperawaatan adalah suatu bentuk yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang ada dalam rumah sakit. Keberadaan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam situasi yang kompleks 24 jam
secara berkesinambungan melibatkan klien, keluarga, maupun profesi
ataupun tenaga kesehatan lainnya. Perawat sebagai salah satu pemberi asuhan
keperawatan diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan secara efektif
dan efesien bagi pasien yang dikelolanya. Manjemen merupakan suatu
pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan
diorganisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan planing, organizing,
actuatying, controling, terhadpa staf, sarana, dan prasarana, dalam mencapai
tujuan organisasi (Nursalam, 2011).
Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan pelayanan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang bermutu kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan dilakukannya pendekatan metodologis
keperawatan. Pendekatan ini dapat berupa pendekatan keperawatan
fungsional, kasus, tim atau keperawatan primer. Penetapan pendekatan ini
sangat dipengaruhi oleh visi, misi, dan tujuan rumah sakit dan ruang rawat,
ketersediaan tenaga keperawatan baik jumlah maupun kualifikasi, fasilitas
fisik ruangan, tingkat ketergantungan klien, tersedianya prosedur dan standar
keperawatan, sifat ruangan dan jenis pelayanan keperawatan yang diberikan.
2
Ruang parkit merupakan ruang rawat inap dirumah sakit TNI AU dr. M.
Salamun merupakan ruang perwatan kelas II, III, isolasi khusus penyakit
dalam khusus untuk pasien laki-laki, dengan kapasitas 27 tempat tidur. Ruang
parkit memilki tenga medis, perawat dan non medis. Tenagga perawat
diruang parkit ada 16 orang dengan tingkat pendidikan S1 keperawatan 5 dan
D3 keeperawatan 11. Dengan masa kerja 1 bulan sampai 11 tahun.
Pembagian jadwal dinas terbagi menjadi 3 sift yaitu, dinas pagi, dinas sore,
dinas malam yang telah diatur dan disusun oleh kepala ruangan. Ruang parkit
memiliki 27 bed dengan BOR terdiri dari ruangt II, III, dan ruang isolasi.
(Buku Panduan Pelayanaan Ruang Ruang Rawat Inap Parkit, 2016 ).
Berdasarkan latar belakang diatas maka kelompok tertarik untuk
mengaplikasikan teori-teori manjemen yang didiapat diakademik untuk
diterapkan di ruangan parkit. Diharapkan dapat membantu atau meningkatkan
manjement ruangan parkit dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa
maupun tenaga perawat yang ada diruangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah yang dirumuskan adalah
“ Bagaimana manjement pelayanan diruang parkit RSAU dr. M.
SALAMUN?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui proses pengelolaan manajemen unit pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan di Ruang Parkit RSAU dr. M. Salamun.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap lima
dimensi manajemen yaitu man, method, material, money, market di
Ruang Parkit RSAU. dr. M. Salamun
b. Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5M dalam proses pemberian
pelayanan keperawatan di Ruang Parkit RSAU. dr. M.. Salamun
3
c. Membuat planing of action (POA) untuk menjawab masalah-
masalah yang ditemukan.
D. Metode Penulisan
1. BAB I (Pendahuluan)
a. Latar Belakang
b. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
c. Metode Penulisan
d. Manfaat Penulisan
2. BAB II (Kajian Situasi Manajemen Asuhan Keperawatan)
a. Kajian Situasi RSAU dr. M. Salamun
b. Kajian Situasi Ruang Parkit
c. Pengumpulan Data
1) Manajemen unit pelayanan
2) Manajemen Asuhan Keperawatan
3) Analisa Lingkungan Kerja
4) Kajian Indikator Mutu Ruangan Parkit (BOR, LOS, TOI, BTO)
5) Indikator Keselamatan Pasien
3. BAB III (Analisa Data dan Perencanaan)
a. Analisa SWOT
1) Man
2) Method
3) Material
4) Money
5) Market
b. Matriks SWOT dan Strategi
c. Planing Of Action
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
4
Membantu meningkatkan kualitas manajemen RSAU dr. M. Salamun
untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang
holistik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Bagi Ruangan
Membantu perawat ruangan mencapai standar pelayanan yang holistik
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang bersifat
mendasar terhadap peningkatan kualitas hidup pasien.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat secara langsung menerapkan konsep, teori dan prinsip Model
Praktik dalam kepemimpinan dan pengelolaan keperawatan profesional
dan dapat berperan dalam kepemimpinan dan pengelolaan keperawatan
profesional.
BAB II
5
RUANG PARKIT
6
lingkungan, imunisasi, serta pendidikan kesehatan masyarakat, kuratif dan
rehabilitative yang meliputi kegiatan pelayanan gawat darurat dan
pelayanan kesehatan spesialistis baik rawat jalan maupun rawat inap,
pengungsian medik dan pertolongan pertama, pada kecelakaan terbang,
penunjang rumah sakit seperti farmasi, dapur, gudang dan penunjangan
perawatan lainnya, pusat diagnostic dan sebagai rumah sakit rujukan.
Fungsi lain adalah sebagai pelayan masyarakat (Pelaksanaan UU No. 36
tentang Kesehatan dan UU No. 44 tentang Rumah Sakit), yaitu:
berdasarkan rekomendasi penetapan kelas oleh Dinkes Prov. Jabar Rumah
Sakit Rujukan Kelas B, maka RSAU dr. M. Salamun juga melayani
masyarakat umum peserta BPJS, mendukung program pemerintah dalam
mengendalikan angka kelahiran bekerjasama dengan BKKBN Provinsi
Jabar membentuk dan Mobile KB (MOW-MOP), menjalin kerjasama
dengan institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan dalam rangka
meningkatkan keterampilan profesi kesehatan dan sebagai tempat
pelatihan.
RSAU dr. M. Salamun memiliki pelayanan prima yang meliputi:
Instalasi Gawat Darurat (Lab, Radiologi, Apotek, Obgyn, bedah yang
berbeda khusus diruang IGD), Tim Bedah Standby On Call, Medical
Check up, laboratorium 24 jam, Radiologi 24 jam, Apotek 24 jam,
Ambulance VIP. RSAU dr. M. Salamun menjalin kerjasama dengan
Rumah Sakit Hasan Sadikin sebagai RS jejaring, Institusi pendidikan, FK
Unpad, FK Unisba, FK Maranata, STIKes Unjani, STIKes Budi Luhur,
Poltekes dan lain-lain, perusahaan PT. DI PTPN VIII PT. Sinkoma Indah
Lestari PT. Kasta Timbul PT. Telkom dan lain-lain, dan asuransi
kesehatan BPJS Kesehatan.
Akreditasi RSAU dr. M. Salamun, pada tahun 2002 memperoleh
sertifikat akreditasi rumah sakit dari KARS dengan predikat Lulus Tingkat
Dasar Penuh untuk 5 (lima) standar pelayanan. Tahun 2008 RSAU dr. M.
Salamun memperoleh Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dari KARS
Depkes RI dengan Lulus Bersyarat Tingkat Lanjut untuk dua belas Standar
7
Pelayanan. Tahun 2011 RSAU dr. M. Salamun memperoleh sertifikat
Akreditasi Rumah Sakit untuk 12 Standar Pelayanan Kesehatan. Tahun
2015 RSAU dr. M. Salamun memperoleh sertifikasi Akreditasi RS
Paripurna.
b. Fokus Telaah
1) Bidang Pelayanan
Ruang Parkit adalah Ruang rawat inap yang berfokus pada
pelayanan penyakit dalam yang telah terdiagnosa TBC paru, Hepatitis,
stroke, CHF, Pneumonia, GEA, CKD, tumor serta melayani pasien non
infeksi. Ruang Parkit terdiri dari kelas 2 dan kelas 3.
2) Bidang Pendidikan
Fokus telaah Ruang Parkit dalam pendidikan adalah perawat, staff,
yang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman dalam memenuhi
kebutuhan pasien dengan penyakit dalam. Selain itu juga merupakan
proses pembelajaran/praktik klinik oleh mahasiswa yang berdinas di
ruangan tersebut dalam merawat pasien dengan penyakit dalam.
3) Bidang Penelitian
8
Fokus telaah di RSAU dr. M. Salamun adalah Menyelenggarakan
pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan ilmu di bidang
kesehatan penyakit dalam.
Analisis :
Hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa di ruangan Parkit adalah
ruangan yang berfokus pada ruangan penyakit dalam pria.
b. Lingkup Garapan
Dalam bidang pelayanan, lingkup garapan keperawatan di Ruang Parkit
adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia, maka lingkup garapan
keperawatan meliputi segala gangguan, hambatan, pemenuhan kebutuhan
dasar manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologis satu atau beberapa
sistem tubuh yang dialami oleh individu. Kebutuhan dasar manusia yang
terkait antara lain pemenuhan nutrisi, pemenuhan cairan dan elektrolit,
pemenuhan eliminasi fekal dan urin, istirahat tidur, aktivitas atau mobilisasi,
pencegahan infeksi, pemenuhan personal hygiene, dan pemenuhan rasa
nyaman (terbebas dari rasa ketidaknyamanan seperti nyeri dan sesak).
c. Basis Intervensi
Basis intervensi yang harus bisa dilakukan oleh petugas kesehatan yang
berada di ruang Parkit adalah KDM (Kebutuhan Dasar Manusia) meliputi
fisiologis, keamanan, cinta dan kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri
juga perawatan pasien penyakit dalam. Dalam bidang pendidikan yaitu:
ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakmampuan peserta didik (perawat,
staff, pasien, keluarga pasien, dan juga mahasiswa) dalam memenuhi
kebutuhan pasien yang berhubungan dengan kelainan atau gangguan semua
sistem baik aktual maupun potensial yang harus dilakukan tindakan
pembedahan.
Dalam bidang penelitian, yaitu: lahan penelitian bagi individu,
sekelompok individu, maupun institusi yang sedang melakukan penelitian
pada berbagai unsur yang terdapat di ruangan.
9
d. Letak Ruangan (Denah ruangan)
(Terlampir)
10
Ruang Parkit sebagai ruang rawat inap pasien-pasien dengan masalah
penyakit dalam, dengan kapasitas pasien sebanyak 27 tempat tidur yang
dibagi menjadi 2 kelas, yaitu :
a) Kelas II tersedia dengan kapasitas 3 tempat tidur
b) Kelas III tersedia dengan kapasitas 24 tempat tidur
.
2) Pengumpulan Data
1. M1 (Man)
a. Kepegawaian
Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan
efektivitas sumber daya manusia dalam sebuah organisasi. Tujuannya
adalah untuk memberikan satuan kerja yang efektif. Manajemen sumber
daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada
ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja
lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan
demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Unit yang biasanya
mengurus sumber daya manusia adalah departemen sumber daya
manusia atau dalam bahas inggris disebut human resource department
(HRD).
Proses rekrutmen calon karyawan dan perawat dilakukan oleh
manager rumah sakitsetelah mendapat usulan dari ruangan terkait
kurangnya pegawai atau perawat dengan seleksi yang pertama
administrasi, tes tulis dan psikotest serta interview. Kriteria khusus
perawat yang ditempatkan diruangan adalah yang sudah memiliki bukti
lulus ujikom dan sudah lulus pendidikan minimal D3, serta sudah
pernah mengikuti pelatihan minimal BHD. Orientasi pada pegawai baru
khususnya pada perawat dilakukan pada awal masuk kerja dan ada
batasan lama waktu dalam proses orientasi yaitu 3 bulan. Diruangan
parkit sudah banyak pegawai yang dinyatakan sebagai pegawai tetap
dan ada pegawai honorer.
11
Kepala ruangan meningkatkan SDM dengan cara melakukan
pelatihan-pelatihan dan seminar serta sharing di group media sosial.
Rumah sakit memberikankesempatan bagi pegawai untuk melanjutkan
pendidikan untuk meningkatkan SDM. Pertemuan kepala ruangan dan
staff dilakukan sesuai dengan kebutuhan atau jika ada sesuatu hal yang
penting yang harus dibicarakan. Penilaian terhadap kinerja perawat
biasanya dilakukan oleh supervisor dan kepala ruangan dalam waktu
yang tidak tentu tujuannya untuk menentukan penanggung jawab staff.
PNS 4 orang
BLU/HONORER 12 orang
12
75%
25%
Analisis :
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi didapatkan
hasil di ruangan Parkit didapatkan hasil status kepegawaian yaitu PNS 4
orang dan BLU/HONORER 12 orang.
Analisis :
Berdasarkan hasil diatas dapat menunjukkan bahwa pegawai yang
bekerja di ruang Parkit berjumlah 16 orang dan sudah bekerja sesuai
profesi nya.
2) Perawat
Merujuk kepada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1239 Tahun 2001. Perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat baik didalam maupun luar negeri. Peran utama
perawat pada dasarnya adalah sebagai perawat pelaksana, perawat
13
pendidik, perawat manager, perawat peneliti. Menurut Butrej et,all,
tingkatan perawat berdasarkan kemampuannya ialah: tingkat A yaitu
perawat yang baru menyelesaikan pendidikannya atau yang baru bekerja di
lingkungan keperawatan, dimana saat menangani pasien masih di pandu
baik secara langsung maupun tidak langsung oleh perawat yang lebih
berpengalaman, tingkat B ialah perawat yang sudah lebih berpengalaman
dalam merawat pasien, dan dapat melakukan asuhan keperawatan dengan
sedikit ataupun tidak dipandu oleh perawat yang lebih senior. Sementara
tingkat C ialah perawat yang senior, berfungsi sebagai manajer yang dapat
menindak lanjut perawatan pasien, baik dari perencanaan perawatan
sampai dengan tindakan keperawatan secara mandiri.
a) Jumlah perawat
Untuk menentukan jumlah perawat rumus yang digunakan
adalah dengan menghitung kebutuhan perawat menurut Permenkes
Rasio dan Gillies :
i) Berdasarkan Permenkes rasio
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidang keperawatan
bahwa di RSAU. dr. M. Salamun dalam menghitung kebutuhan
tenaga keperawatan yaitu berdasarkan rasio yang mengikuti
Peraturan Men. Kes. R.I. No. 262/Men. Kes./Per/VII/1979
menetapkan bahwa perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit
dibanding dengan jumlah perawat adalah sebagai berikut:
Jumlah tempat tidur : Jumlah perawat = 3-4 tempat tidur : 2 perawat
Berdasarkan kapasitas tempat tidur di ruangan parkit yaitu
27 tempat tidur artinya jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 18
orang. Jadi berdasakan perhitungan menurut perhitungan
kebutuhan perawat permenkes Rasio di temukan hasil 16 orang.
Berdasarkan data yang didapatkan bahwa jumlah perawat yang ada
di ruangan parkit kurang memenuhi standar jumlah perawat
berdasarkan permenkes.
14
ii) Berdasarkan perhitungan Giliies :
Analisis :
Berdasarkan hasil perhitungan Gillies kebutuhan perawat di ruang parkit
berjumlah 15 orang.
Tabel 2.4 distribusi jumlah perawat ruangan parkit berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
1 Laki-Laki 7 44%
2 Perempuan 9 56%
Total 15 orang perawat + 1 100%
kepala ruangan
15
Laki-laki Perempuan
44%
56%
Analisis :
Berdasarkan hasil kajian studi dokumentasi yang dilakukan oleh
mahasiswa dan kepala ruangan ditemukan hasil jumlah perawat 15 orang
perawat ditambah 1 orang kepala ruangan dan hal ini sudah ssesuai dengan
jumlah kebutuhan yang sudah dihitung menggunakan rumus Permenkes
rasio dan Gillies.
16
7 Tineu Puspita Anggota D III Keperawatan
8 Debi Kurniawan Anggota D III Keperawatan
9 Didik Cahyono CI S I Keperawatan + Ners
10 Risna Muliana Anggota D III Keperawatan
11 Nana Ruslana Anggota S I Keperawatan
12 Efran Rahmat Anggota D III Keperawatan
13 Tin Maysaro Anggota D III Keperawatan
14 Niko Widiharianto Anggota D III Keperawatan
15 Silvia Trisetya Anggota D III Keperawatan
16 Riska Krisnawati Anggota D III Keperawatan
Analisis :
Berdasarkan hasil kajian yang sudah ditemukan dan
didiskusikan dengan kepala ruangan dan CI pada tanggal 20 April
2017 berdasarkan buku sumber Dirja Bina Pelayanan kesehatan
Keputusan Menkes RI tahun 2015 bahwa perawat di kualifikasikan
sebagai berikut :
c) Pendidikan perawat
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan setiap orang dituntut
untuk selalu mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya, salah satu
cara untuk mengembangkan pengetahuan adalah dengan program
pendidikan termasuk didalamnya pendidikan dalam keperawatan.
Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan
di Indonesia mencakup pendidikan vokasional yaitu pendidikan diploma,
pendidikan kademik yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca
sarjana, pendidikan profesi yaitu pendidikan tinggi setelah program
sarjana.pendidikan jenjang magister, pendidikan jenjang spesialis.
2.7 Tabel distribusi frekuensi Pendidikan Perawat
No Jenjang pendidikan Frekuensi Presentase
1 D3 Keperawatan 11 69%
2 S1 Keperawatan 4 25 %
3 S1 Keperawatan + 1 6%
Ners
20
12 69%
10
8
6 11 25%
4 6%
4
2 1
0
D3 S1 S1
Keperawatan Keperawatan Keperawatan +
Ners
Analisis :
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi didapatkan
bahwa sebagian besar pendidikan perawat di ruang parkit ditemukan hasil
jumlah perawat yang berpendidikan S1 Ners berjumlah 1 orang (6%),
jumlah pendidikan D3 Keperawatan 11 orang (69%), dan yang
berpendidikan S1 Keperawatan 4 orang (6%) sebelumnya telah menempuh
pendidikan D3 keperawatan. Pendidikan keperawatan di Indonesia
mengacu kepada UU No 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
keperawatan di Indonesia mencakup pendidikan vokasional, pendidikan
vokasional yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk
memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah
RI. Pendidikan yang ke dua yaitu pendidikan akademik program sarjana
dan pasca sarjana yag diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu dan yang terakhir yaitu pendidikan profesi, program
pasca sarjana yang mempersiapkan untuk memiliki pekerjaan dengan
persyaratan keahlian tertentu.
d) Registrasi perawat
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan
pekerjaan profesinya (peraturan menteri kesehatan no
21
1796/MENKES/SK/VIII/2011 tentang registrasi tenaga kesehatan).
Menurut permenkes no 1796 tahun 2011 tersebut, setiap orang yang
bekerja sebagai perawat di indonesia wajib memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR). STR ini merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah.
Di ruangan Parkit sendiri setelah dilakukan dokumentasi kuisioner
pada beberapa perawat yang dilakukan secara acak pada 16 orang
didapatkan hasil bahwa seluruh perawat memiliki STR.
Analisis :
Dari hasil kajian yang dilakukan oleh mahasiswa dengan metode
interview yang dilakukan ke seluruh perawat, didapatkan hasil bahwa
seluruh perawat sudah memiliki STR.
a. Keberlakuan STR
Menurut permenkes RI No 1796/MENKES/PER/VIII/2011
tentang registrasi tenaga kesehatan sebagai upaya peningkatan
pelayanan kesehatan, STR hanya dapat diperoleh oleh seorang tenaga
kesehatan setelah memiliki ijazah tanda lulus dan uji kompetensi yang
dibuktikan dengan sertifikat kompetensi, sedangkan menurut
peraturan Undang-Undang RI no 38 tahun 2014 tentang keperawatan
pada Bab IV yaitu tentang keberberlakuan STR selama 5 Tahun dan
dapat di registrasi ulang setiap 5 tahun sekali. Setelah dilakukan data
kajian dengan metode wawancara dengan kepala ruangan didapatkan
data sebagai berikut:
22
Tabel 2.9 Keberlakuan STR perawat ruangan Parkit
No Nama Jabatan Masa Berlaku STR
Analisis :
Didapatkan hasil bahwa seluruh perawat di ruang Parkit memiliki
STR dan keberlakuan STR nya semua masih berlaku.
e) Pelatihan
Pelatihan adalah proses melatih kegiatan atau pekerjaan (Balai
Pustaka, 1989). Pelatihan mempersiapkan peserta latihan untuk
mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan
oleh teknologi dan organisasi tempat bekerja, dan membantu peserta
memperbaiki prestasi dalam kegiatannya terutama mengenai pengertian
23
dan keterampilan. (Rolf P. Lynton dan Udai Pareek--Pelatihan dan
Pengembangan Tenaga Kerja, Pustaka Binaman Jakarta 1998).
Berdasarkan hasil studi dokumentasi tentang pelatihan yang sudah
diikuti oleh seluruh perawat, pada tanggal 20 April 2017 di dapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 2.9 Distribusi Frekuensi Jenis Pelatihan Perawat
Yang perah mengikuti
No Jenis Pelatihan
(Orang)
1 BHD 16
2 PPI 16
3 PPGD 1
4 Penatalaksanaan Cedera 1
Otak
5 BTCLS 1
6 Komunikasi Efektif Model 16
SBAR
Analisis :
Berdasarkan data hasil wawancara dan studi dokumentasisebagian
kecil perawat yang telah mengikuti pelatihan BTCLS dan masih
24
kurangnya pelatihan yang bersertifikasi dari PPNI yang diadakan di rumah
sakit dan diluar RSAU dr. M. Salamun.
f) Motivasi Kerja
Motivasi adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang
melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu
orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-
tujuan kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Motivasi
sebagai sesuatu yang menimbulkan semangat kerja dan menjadi landasan
seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan (Martoyo, 2000).
Dari hasil kajian yang didapatkan dengan metode kuisioner,
kuisioner yang digunakan adalah kuisioner motivasi menurut Maslow,
dengan klasifikasinya berisi sebagai berikut : prestasi, hasil kerja,
kemungkinan pengembangan, gaji, kondisi kerja, hubungan kerja. Hasil
kuisioner yang didapatkan hasil sebagai berikut :
Motivasi kuat 3 50 %
Motivasi Sedang 3 50 %
Motivasi Lemah 0 0%
Jumlah 6 100%
25
50% 50%
3 3
0%
0
Motivasi Kuat Motivasi Sedang Motivasi Lemah
Analisis :
Berdasarkan hasil data diatas dari pengisian kuesioner kepada
perawat didapatkan hasil yang sama (50%) perawat memiliki motivasi
yang kuat untuk bekerja dan (50%) dengan motvasi yang sedang, motivasi
perawat dapat mempengaruhi terhadap kinerja perawat diruangan.
Menurut salah satu jurnal menurut Mangkunegara (2009) ideal motivasi
kerja perawat adalah 40% - 60%. Data hasil kajian di ruangan parkit hasil
presentasi (50%) memiliki motivasi kerja yang kuat.
26
Tabel 2.11 Distribusi Frekuensi Lingkungan Non Fisik
No Aspek Hasil Jumlah %
Kajian
1 Tanggung Baik 6 100%
Jawab Tidak 0 0%
2 Rekan Baik 6 100%
Sejawat Tidak 0 0%
3 Hubungan Baik 6 100%
Yang Tidak 0 0%
Harmonis
Analisis :
Menurut Gibson dan Ivancevich terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi kinerja, yaitu faktor individu, faktor organisasi, dan
faktor psikologi termasuk juga ke hasil data lingkungan non fisik
(Gibson, 2001). Hasil lingkungan non fisik berpengaruh ke kinerja
perawat.
Berdasarkan data di atas yang didapatkan berdasarkan hasil
kuesioner dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja non fisik
perawat di ruangan Parkit dikategorikan baik dengan jumlah
persentase 100%.
27
32% 29%
50%
29% 33%
19%
36% 31% 26%
Analisis :
Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi dengan 6
perawat pelaksana didapatkan bahwa terdapat hitungan beban kerja
menurut Yasless observasi daily log perjam nya setiap shift selama 3 hari
didapatkan hasil sebagai berikut dinas pagi sebagian besar presentasinya di
tindakan langsung 36 %, dinas siang sebagian besar presentasinya ada di
tindakan tidak langsung33%, sedangkan dinas malam presentasi
setengahnya berada di tindakan non keperawatan50%Dan semua memiliki
selisih presentasi sedikit dengan teori douglas karena hampir seluruhnya
pasien di ruangan Parkit berada pada ketergantungan pasien partial care.
3) Pasien
Pasien adalah orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan atau perawatan
medis yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung
dirumah sakit.
a) Diagnosa medis
Diagnosa medis yang ada di ruangan parkit ini adalah pasien
dengan penyakit dalam seperti TBC paru, Hepatitis, stroke, CHF,
Pneumonia, GEA, CKD.
28
Analisis :
Dari hasil kajian kondisi di ruangan parkit diagnosa medis di
ruangan parkit hanya terdapat berbagai jenis penyakit dalam seperti
TBC paru, Hepatitis, stroke, CHF, Pneumonia, GEA, CKD.
29
c) Berdasarkan Derajat Kebutuhan Perawat berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien (Douglas)
Kebutuhan perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
selama 3 hari, mulai tanggal 20-22 Februari 2017 yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. 13 Distribusi Frekuensi Hasil Ketergantungan Pasien di RSAU dr. M.
Salamun
Jumlah Klasifikasi
Pasien
Minimal Care Parcial Care Total Care
Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi selama 3 hari dari tanggal 20-
22 April 2017 didapatkan hasil sebagai berikut:
30
Total 1 1 1 1 1 x 0,30= 1
0,30
Jumlah Pasien 14 14 12 13,33 3
Malam Minimal 6 6 6 6 6 x 0,07 = 1
0,42
Parcial 7 7 6 6,6 6,6 x 0,10 = 1
0,66
Total 1 1 1 1 1 x 0,20 = 1
0,20
Jumlah Pasien 14 14 13 13,6 3
Rata-rata jumlah pasien 14 14 13 14 14 10
Analisis :
Berdasarkan perhitungan Douglas sesuai dengan ketergantungan pasien,
tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang perawatan Ruang Parkit RSAU adalah
10 orang perawat/24 jam, data ini dianggap belum representative karena hanya di
hitung selama 3 hari dengan optimal perhitugan yaitu selama 1 tahun dikarenakan
belum ada data pasien dengan minimal, partial dan total care.
31
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah faktor koreksi dengan
hari libur/cuti/hari besar (loss day).
Diketahui :
Jumlah hari sabtu tahun 2017 : 48 Hari
Jumlah hari minggu tahun 2017 : 48 Hari
Jumlah hari libur nasional 2017 : 13 Hari
Jumlah cuti tahun 2017 : 12 Hari
Jumlah perawat yang di butuhkan (A): 10 Orang Perawat
Jumlah tenaga keperawatan yang libur :
Rumus loss day : Jumlah hari libur /tahun+jumlah hari libur nasional/tahun xA
=48+48+13+12x10
244
= 4,9
= 5 orang (Jumlah perawat yang libur sebanyak 5 orang).
Analisis :
Berdasarkan perhitungan Douglas sesuai dengan ketergantungan pasien
belum representatif, karena jumlah pasien minimal, partial, dan total care
diruangan belum ada, hasil ini berdasarkan observasi selama 3 hari dari tanggal
20-22 April 2017.
32
2. M2 (Money)
a) Biaya Pegawai
b) Biaya Pengembangan
c) Alur pembayaran
Alur pembayaran rawat inap pasien Ruang Parkit pasien
dinyatakan pulang bila sudah mendapatkan acc pulang dari dokter.
Tindakan dan pemakaian alkes diinput oleh ruangan dan perawat
kemudian konfirmasi untuk obat pulang. Perawat ruangan meminta
33
keluarga untuk menyiapkan surat-surat persyaratan pulang,
pembayaran dilakukan di bagian administrasi rumah sakit.
Analisis :
3. M3 (Metode)
a) Manajemen unit pelayanan
Aturan dan Kebijakan Rumah sakit yang digunakan di ruangan Parkit
oleh kepala ruangan untuk mengelola ruangan.
1) Aturan Pegawai (Perawat)
a. Aturan Seragam Perawat
Senin : Putih
Selasa : Abu-abu
Rabu : Coklat
Kamis : Hijau
Sabtu : Coklat
Minggu : Hijau
34
Analisis :
2) Struktur Organigram
Struktur organigram di Ruang parkitRSAU dr. M. Salamun adalah
sebagai berikut :
35
Kepala Ruangan
Wakil Ruangan
Ius Susilawati, S. Kep
Amd. Kep
Ka. Tim 2
Ka. Tim 1
IrmaYulianti, S. Kep Tatan Yulian, S. Kep
Anggota 1
Nana
Didik Ruslana,
Cahyono,S.S.Kep,
Kep Ners
Anggota 1
Analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan CI pada hari kamis,
tanggal 20 April 2017, kepala ruangan menyatakan bahwa struktur organigram
sudah terbentuk tetapi belum di cetak.
36
Kewajiban Pasien
1. Klien, keluarga klien dan penjenguk wajib mengiikuti peraturan dan tata
tertib yang berlaku di RSAU dr. M. Salamun.
2. Keluarga/penjenguk klien dapat bekerja sama dengan segenap staf rumah
sakit dalam mengawasi/melayani klien.
3. Keluarga/penunggu klien hanya boleh satu orang dan mendapatkan kartu
ijin Tunggu (KIT).
4. Disrankan tidak membawa atau menyimpan barang-barang
pribadi/berharga pihak rumah sakit tidak bertanggung jawab terhadap
kehilangan barang pribadi berharga diarea rumah sakit.
5. Klien, keluarga atau penjenguk wajib menjaga kebersihan dan ketentraman
dengan ketentuan sbb:
6. Tidak merokok diseluruh area rumah sakit.
7. Tidak mengotori ruangan dan rumah sakit.
8. Tidak mebuat kegaduhan/keributan.
9. Tidak merusak/mengilangkan barang inventaris milik rumah sakit.
10. Tidak membuang sampah sembarangan.
11. Dlarang mencuci alat makan pada waltaple ruangan.
12. Tidak membawa senjata tajam.
13. Petugas rumah sakit berhak memberikan teguran tindakan atas setiap
pelangaran yang dilakukan.
14. Jam besuk yang berlaku adalah sebgai berikut :
15. Jam kerja
16. Pagi : 11.00-12.00 WIB
1. Sore : 16.00-18.00 WIB
2. Hari besar
3. Pagi :11.00-12.00 WIB
4. Sore: 16:30-19:00 WIB
37
Hak Pasien
38
16. Menolak pelayanan dibidang rohami yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
17. Mengugat dan dari atau mentut rumah sakit apabila diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesui dengan standar baik secara perdata maupun
pidana.
18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayan melalui media cetak dan elektronik sesui dengan ketentuan
peraturan perundangan.
Analisis:
Berdasarkan hasil wawancara kepada CI ruangan Parkit dan hasil
observasi pada tanggal 20-22 April 2017 didapatkan hasil bahwa masih
adanya pengunjung yang berumur dibawah 12 tahun ke ruang parkit saat
diluar jam kerja dan hari libur dikarenakan tidak adanya satpam ruangan
saat diluar jam kerja walaupun perawat telah menegur dan mengingatkan
keluarga pasien tersebut. Sehingga ini menjadi kelemahan ruangan dalam
menerapkan peraturan bagi pasien dan keluarga pasien
39
b) Manajemen Asuhan Keperawatan
Keluar Rs
Analisis:
40
2) Pengelolaan Pasien
a. Metode Penugasan
Metode penugasan yang digunakan di ruangan adalah metode Tim
karena rumah sakit telah menggunakan metode asuhan keperawatan
profesional. Pembagian tugas dibagi menjadi 2 tim dengan 2 orang ketua
tim, setiap tim terdiri dari 5 orang perawat pelaksana. Pembagian anggota
tim sudah sesuai dengan kualifikasi perawat yang ada di setiap shiftnya.
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat tampak pembagian tugas
yang jelas pada setiap shift dimana ada perawat yang bertugas
memberikan asuhan kepada ruangan yang di tentukan sesuai susunan tim
yang di buat oleh kepala ruangan.
Analisa :
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada CI ruangan parkit
menggunakan metode Tim dalam pembagian penugasan yang terdiri dari 2
tim dengan 2 orang ketua tim, setiap tim terdiri dari 5 orang perawat
pelaksana pada tim 1 dan 7 orang perawat di tim 2 (Nursalam, 2011).
Analisa :
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada CI ruangan parkit
menggunakan metode Tim, terdiri dari 5 perawat pelaksana dan dipimpin
oleh ketua tim yang berdinas di pagi setiap shift dengan kapasitas Tim 1
dengan kapasitas 13 tempat tidur, tim 2 terdiri dari 7 perawat pelaksana
dan dipimpin oleh ketua tim, dengan kapasitas 14 tempat tidur model
41
asuhan keperawatan sesuai dengan Grant & Massey (1997) dan Marqules
& Huston (1998) dengan metode tim. Enam-tujuh perawat profesional dan
perawat pelaksana bekerja sebagai satu tim,disupervsi oleh ketua tim dan
kepala ruangan.
42
Analisis:
Berdasarkan hasil observasi, perawat melakukan pre conference
setelah operan dan melakukan post conference sebelum operan. Pre
conference dilakukan dengan menanyakan aspek asuhan keperawatan yang
akan dilakukan oleh perawat pelaksana dan pembagian tugas masing-
masing perawat. Saat post conference menanyakan aspek asuhan
keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat pelaksana. Pre conference
dan post conference dilakukan oleh seluruh perawat yang dipimpin oleh
Katim.
4) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adadalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan.
Analisis:
Dari hasil wawancara dan Observasi pada tanggal 20-22 April
2017 kepada CI ruangan didapatkan hasil bahwa ronde keprawatan sudah
dilakukan hanya belum maksimal yaitu perawat belum melakukan ronde
keperawatan dengan menjalankan diskusi dengan didepan pasien
difokuskan pada masalah keperawatan.
43
e) Ruang raawat inap Parkit memiliki 70 SOP
6) SOP
NO NAMA SOP
3 case manager
18 Tindakan resusitasi
44
20 Transfusi darah lengkap pada dewasa
23 Pasien koma
25 Pemberian oksigen
38 Penggunaan fentilator
45
39 Monitor pemantau pasien
40 Pulse oxymetri
46
58 Pemeriksaan korban kekerasan
64 Skrining gizi
65 Penatalaksanaan ekstravasasi
70 Verifikasi DPJP
Analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada CI ruangan parkit pada
tanggal 22 April didapatkan bahwa SOP ruangan mengacu pada seluruh
SOP yang ada di rumah sakit, dan pelaksanaan tindakan keperawatan
dalam pencegahan pasien resiko jatuhbelum sesuai SOP.
7) Kebutuhan Psikologi
Analisis:
Berdasarkan hasil observasi, pemenuhan kebutuhan psikologi pasien di
ruangan parkit yang mayoritasnya pasien-pasien fase partial sudah
dilakukan oleh perawat yaitu dengan memberikan motivasi serta dukungan
untuk menjalankan pengobatan kepada pasien di ruang parkit.
47
8) Kebutuhan Spiritual
Analisis:
Berdasarkan hasil observasi, pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di
ruang parkit belum dilaksanakan oleh perawat.
9) Sentralisasi Obat
Analisis:
Berdasarkan data yang diperoleh tentang pengelolaan sentralisasi obat di
RuangParkit, yaitu setiap pasien memiliki satu keranjang obat dengan no
bed. Ruang parkit dispensing belum tersedia, dispensing dilakukan di
depan lemari obat.
Alur pelaksanaan sentralisasi obatdi Ruang Parkit RS. dr. M. Salamun
Dokter
Surat
persetujuan
Resep sentralisasi Perawat
obat, resep
Keluarga
Pasien/ Keluarga
Farmasi/ Apotik
Pasien/ keluarga
48
Obat habis
4.M4 (Material)
49
dua kategori, yakni : Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan
(Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya)
Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut
lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya :temperatur,
kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak
sedap, warna, dan lain-lain. Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik
terhadap karyawan, maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia,
baik mengenai fisik dan tingkalakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian
digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001) yang
dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan
dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
a. Penerangan/cahaya di tempat kerja
b. Temperatur/suhu udara di tempat kerja
c. Kelembaban di tempat kerja
d. Sirkulasi udara di tempat kerja
e. Kebisingan di tempat kerja
f. Getaran mekanis di tempat kerja
g. Bau tidak sedap ditempat kerja
50
2. Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi
kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa
tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar
jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi
panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.
3. Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara,
biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau
dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara
temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari
udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat
menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan
temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan
pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem
penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena
makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan
tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar panas
tubuh dengan suhu disekitarnya.
4. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk
menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di
sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah
berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya
bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya
tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang
dibutuhkan olah manusia. Dengan sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja,
ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar
51
tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada
jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat
pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
5. Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk
mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh
telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi
tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan
menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan
yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan
konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan
pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja
meningkat.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa
menentuikan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
a. Lamanya kebisingan
b. Intensitas kebisingan
c. Frekwensi kebisingan
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk
akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.
1. Getaran Mekanis di Tempat Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat
mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan
dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada
umumnya sangat menggangu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak
teratur dalam intensitas maupun frekwensinya. Gangguan terbesar
terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekwensi alam ini
beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran
mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :
1. Kosentrasi bekerja
2. Datangnya kelelahan
52
3. Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan
terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.
Analisis :
Berdasarkan hasil Observasi pada tanggal 21-04-17 fasilitas yang disediakan di
Ruang Parkit RSAU dr.M. Salamun Bandung fasilitas yang bisa digunakan oleh
pasien selama dirumah sakit dalam keadaan baik dan pada kursi roda 1 yang tidak
layak di pakai, selebihnya tidak ada kerusakan menurut standar keperawatan dan
kebidanan diruang rawat inap menurut Depkes (2001).
53
2. Alat Tenun
Alat tenun adalah alat yang dapat digunakan untuk pasien yang
terdiri dari sprei, selimut, sarung bantal dan lain-lain yang terdiri dari :
2.13 Tabel Alat Tenun Pasien
54
Baik
16 Selimut sedang 9
Baik
17 Barak Biru dongker 4
Baik
18 Fixasi 1
Analisis :
Berdasarkan hasil Observasi pada tanggal 21-04-17 fasilitas yang
disediakan di Ruang Parkit RSAU Dr.M. Salamun Bandung fasilitas yang
bisa digunakan oleh pasien selama dirumah sakit dengan keadaan baik dan
layak dipakai, tetapi belum sesuai menurut standar Depkes (2001) tentang
alat tenun.
1 Ambubag 1 Unit
55
6 Kom besar 3 Unit
8 Huknah 6 Unit
16 Bengkok 39 Unit
17 Nebulizer 3 Unit
26 Stetoskop 3 Unit
56
28 Trombol besar dan kecil 3 Unit
35 Terniquet 3 Unit
36 Urinal 7 Unit
38 Lampu UV 1 Unit
42 Oksimetri 2 Unit
48 Regulator 24 Unit
49 Monitor 1 Unit
57
Analisis :
Berdasarkan hasil Observasi pada tanggal 21-04-17 fasilitas yang
disediakan Ruang Parkit RSAU dr.M. Salamun Bandung, fasilitas yang
bisa digunakan oleh pasien selama dirumah sakit dengan keadaan baik dan
didapatkan bahwa tidak terdapat diruangan, dan tidak ada gunting
necrotomi serta untuk alat set GV tidak tersedia diruangan dan hanya
didapatkan di Cssd hal ini tidak sesuai dengan Standar alat kesehatan
menurut Depkes RI (2001).
58
11 Tempat limbah sampah 1 Baik
12 Tempat plabot bekas - Tidak Ada
13 Alat suction 1 Baik
14 Mesin EKG 1 Baik
15 Troli emergensi 1 Baik
16 Safety box 1 Baik
17 Carecom 2 Baik
18 Ruang diskusi Mahasiswa - Tidak ada
Analisis :
Berdasarkan hasil Observasi pada tanggal 21-04-17 fasilitas yang
disediakan Rumah Sakit Dr. M. Salamun di Parkit fasilitas yang bisa
digunakan oleh pasien selama dirumah sakit dengan keadaan baik dan
layak pakai tidak ada kerusakan. Tetapi tidak ada ruang dispensing, ruang
tindakan tempat plabot bekas, dan ruang diskusi mahasiswa. hal ini tidak
sesuai menurut pedoman teknis bangunan rumah sakit ruang rawat inap
menurut Kemenkes RI (2012).
5. Administrasi Penunjang
Administrasi penunjang penunjang atau administrasi sarana dan
prasarana kesehatan merupakan hal yang sangat menunjang atas
tercapainya suatu tujuan dari keperawatan, sebagai seorang personal
perawat kita dituntut untuk menguasai dan memahami administrasi sarana
dan prasarana, untuk meningkatkan daya kerja yang efektif dan efisien
serta mampu menghargai etika kerja sama personal tenaga kesehatan.
2.16 Tabel Administrasi Penunjang Di Ruang Parkit.
No Jenis Barang Jumlah Keadaan
1 Buku injeksi Tidak ada -
2 Lembar observasi Ada Baik
3 Lembar dokumentasi Ada Baik
4 Buku TTV Tidak Ada -
59
5 Buku timbang terima Ada Baik
6 SOP 70> Baik
7 SAK Ada Baik
8 Buku obat Ada Baik
9 Buku inventaris Ada Baik
10 Buku pasien pulang Ada Baik
11 Buku registrasi Ada Baik
12 Buku transfer pasien/ pindah Ada Baik
Analisis :
Berdasarkan hasil Observasi pada tanggal 21-04-17 bahwa Ruang Parkit
Administrasi penunjang semua buku dan lembar observasi maupun SOP
dan SAK tersedia, buku Adminitrasi penunjang dan pelaporan diruang
rawat inap Parkit sudah sesuai dengan standar Depkes RI (2001)
1 Dopamine Amp 3
2 Dobutamine Amp 3
3 Ceduracard Amp 2
5 Adrenaline Amp 4
60
6 Digoxin Amp 2
7 Lidocain Amp 4
8 Dexametaxone Amp 4
9 Ephedrine Amp -
10 Furosemide Amp 4
11 Aminophyline Amp 4
12 Ca.glukonas Amp 3
14 RL Fls 2
15 Nacl Fls 2
17 Masker O2 Pcs 2
18 Spuit 3 cc Pcs 4
19 Spuit 5 cc Pcs 4
21 Diasepam Amp 3
Analisis :
Berdasarkan hasil dari Observasi pada tanggal 21-04-2017 didapatkan troli
emergency yang disediakan dengan alat-alat yang lengkap dan obat-obatan
yang lengkap yang bisa memudahkan tenaga kesehatan pada saat terjadi
code blue.
61
1. Fasilitas penunjang
2.18 Tabel Daftar Infentaris nurse station
Analisis :
Fasilitas penunjang lainnya tersedia dengan keadaan baik, tetapi pada
ruangan belum terdapat struktur organisasi.
62
2. Hasil Observasi dan Wawancara Penilaian Lingkungan Fisik
Analisis :
5.Market
Analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi kejadian dekubitus
merupakan bagian dari kejadian infeksi nosokomial atau inok. Angka
kejadian dekubitus yang rendah (bahkan sama sekali tidak ada)
menunjukkan kualitas mutu yang baik dari pelayanan keperawatan di
ruang parkit sehingga hal ini menjadi salah satu kekuatan dari ruang
parkit.
64
sistem pasien safety tentang identitas klien yang mengharuskan perawat
menanyakan identitas klien setidaknya 2 jenis (nama klien dan tanggal
lahir klien) sebelum memberikan obat. Selain itu penerapan 6 benar dalam
manajemen pemberian obat, juga menjadi faktor pendukung ketepatan
perawat dalam memberikan obat sehingga sangat mungkin tidak terjadi
error medication di ruangan Parkit.
Analisis :
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi Kesalahan
dalam pemberian obat termasuk kedalam KTD di rumah sakit atau ruang
perawatan. Angka kejadian error medication selama bulan Januari-Maret
2017 menunjukkan angka nol atau tidak pernah terjadi, yang menunjukkan
kualitas mutu yang baik dari perawat ruangan. Hal ini digolongkan sebagai
kekuatan dari aspek mutu ruangan.
65
Analisis :
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi, data angka kejadian
nol (tidak pernah terjadi) tentang pasien jatuh menunjukkan kualitas mutu
yang baik dari ruangan rawat inap. Hal ini dibandingkan dengan standar
Kepmenkes nomor 129/Menkes/SK/II/2008 yaitu 100% tidak ada kejadian
pasien jatuh yang mengakibatkan cidera/ kematian pada pasien.
Analisis :
66
Analisis :
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi, kejadian phlebitis
merupakan bagian dari kejadian infeksi nosokomial atau inok. Angka
kejadian phlebitis yang rendah menunjukkan kualitas mutu yang baik dari
pelayanan keperawatan di ruang Parkit sehingga hal ini menjadi salah satu
kekuatan dari ruang Parkit.
67
lanjuti program promosi kesehatan di Ruang Parkit RSAU dr. M.
Salamun.
Analisis :
Berdasarkan hasil wawncara dan studi dokumentasi, program promosi
kesehatan dengan berbagai media belum terlihat secara maksimal baik
dengan promosi kesehatan secara langsung berkelompok, dengan media
poster maupun leaflet ada berupa baner pun belum terfokus pada
perawatan penyakit pasien. Hal ini menjadi salah satu kekurangan di
Ruang Parkit.
Analisis :
Berdasarkan hasil observasi lokasi rumah sakit berada di jalan maka akses
tersebut menjadi kekekuatan untuk pasien yang akan berkunjung ke rumah
sakit. Selain itu, keberadaan rumah sakit juga dekat dengan bukit punclut
sebagao salah satu pusat olah raga dan kuliner,letaknya pun di jalan besar
dilewati angkutan umum dan berpenduduk 51,971 jiwa merupakan potensi
68
salah satu penyangga pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh rumah sakit
sehingga menjadi kekuatan untuk RSAU dr. M. Salamun untuk dijangkau
masyrakat.
69
menyusun barang-barang di ruangan. Kebersihan di ruangn parkit masih
terlihat kurang terjaga di mana hanya terdapat 2 kotak sampah non medis
untuk pasien, sementara sampah medis tidak ada. Lingkungan kerja fisik
ruang Parkit sudah sesuai dengan kriteria Kemenkes (2004) tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Menurut penelitian Setriadi Beni dkk (2015) tentang Pengaruh
Lingkungan Kerja Fisik dan Non Fisik terhadap motivasi kerja dan kinerja
karyawan. Hasil peelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan variable lingkungan kerja fisik terhadap motivasi dengan nilai
signifikansi dengan sebesar 0,0000. Variabel lingkungan kerja non fisik
terhadap motivasi dengan niali signifikansi sebesar 0,0000. Variabel
lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikansi
0,038 dan motivasi berpengaruh signifikansi terhadap kinerja karyawan
sebesar 0,001. Perhitungan antara variabel lingkungan fisik terhadap
kinerja karyawan besar pengaruh langsungnya yaitu 0,294, dan pengaruh
tidak langsungnya melalui variabel motivasi yaitu sebesar 0,198, maka
dapat disimpulkan pengaruh langsungnya lebih besar dibandingkan
dengan pengaruh tidak langsungnya sedangkan dari perhitungan antara
variabel lingkungan kerja non fisik terhadap kinerja karyawan pengaruh
langsungnya sebesar 0,237 dan pengaruh tidak langsungnya melalui
variabel motivasi sebesar 0,254.
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini membuktikan
bahwa lingkungan kerja fisik dan non fisik dapat meningkatkan motivasi
kerja dan dapat meningkatkan kinerja karyawan semakin baik
70
untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang
mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan
tujuan pemberi pesan.
1) Prinsip komunikasi manajer keperawatan
Walaupun komunikasi dalam satu organisasi adalah sangat kompleks,
manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa
tahap di bawah ini (Nursalam, 2007):
a) Manajer harus mengerti sruktur organisasi, termasuk pemahaman
tentang siapa yamg akan terkena dampak dari pengambilan
keputusan yang telah dibuat. Jaringan komunikasi formal dan
informal perlu dibangun antara manajer dan staf.
b) Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai
bagian proses yang tidak terpisahkan dalam kebijakan organisasi.
Jika bagian lainnya akan terkena dampak akibat komunikasi,
manajer harus berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta
umpan balik dari orang yang kompeten sebelum melakukan suatu
perubahan atau tindakan.
c) Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat
d) Manager harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima secara akurat, salah satu cara untuk melakukannya pada
proses ini adalah meminta penerima pesan untuk mengulangi pesan
atau instruksi yang disampaikan.
e) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi
manager, hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua
informasi yang disampaikan orang lain, dan menunjukan rasa
menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.
71
organisasi telah mengembangkan metode penulisan dalam
mengkomunikasikan pelaksanaaan pengelolaan, misalnya publikasi
perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manager
harus terlibat dalam komunikasi tertulis, khususnya pada stafnya.
Menurut Asosiasi pendidikan kesehatan di Amerika (1988)
komunikasi tertulis dan memo dalam suatu organisasi meliputi:
a. Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai
menulis.
b. Menulis nama orang dalam tulisan anda perlu dipertimbangkan
dampaknya.
c. Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata, tulisan
yang sederhana akan lebih mudah dipahami dan memungkinkan
untuk dibaca orang lain.
d. Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting,
temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan,
sehingga orang lain mudah mengerti.
72
individu merasa superior terhadap topik yang dibicarakan (Nursalam
2007).
Analisis:
73
b. Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang
melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu
orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-
tujuan kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Motivasi
sebagai sesuatu yang menimbulkan semangat kerja dan menjadi landasan
seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan (Martoyo, 2000).
Dari hasil kajian yang didapatkan dengan metode kuisioner, kuisioner
yang digunakan adalah kuisioner motivasi menurut Maslow, dengan
klasifikasinya berisi sebagai berikut : prestasi, hasil kerja, kemungkinan
pengembangan, gaji, kondisi kerja, hubungan kerja. Hasil kuisioner yang
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.10 Ditribusi Frekuensi Motivasi Kerja
Kriteria Jumlah Persentase
Motivasi kuat 3 50 %
Motivasi Sedang 3 50 %
Motivasi Lemah 0 0%
Jumlah 6 100%
Analisis :
Berdasarkan hasil data diatas dari pengisian kuesioner kepada
perawat didapatkan hasil yang sama (50%) perawat memiliki motivasi
yang kuat untuk bekerja dan (50%) dengan motvasi yang sedang, motivasi
perawat dapat mempengaruhi terhadap kinerja perawat diruangan.
Menurut salah satu jurnal menurut Sitohang 2006 hubungan
motivasi kerja mempengaruhi ke prestasi dan kinerja perawat. Data hasil
kajian di ruangan parkit hasil presentasi (50%) memiliki motivasi kerja
yang kuat. Ideal motivasi kerja perawat menurut Mangkunegara (2009)
74
adalah 40% - 60%. Data hasil kajian di ruangan parkit hasil presentasi
(50%) memiliki motivasi kerja yang kuat.
c. Manjemen konflik
Manajemen konflik adalah suatu penyelesaian masalah bagi
seseorang untuk menerima konflik dan tidak merasakan konflik tersebut
sebagai suatu masalah atau ancaman terhadap keberadaanya baik secara
internal maupun eksternal akibat dari perbedaan pendapat nilai atau
keyakinan dua orang atau lebih (Nursalam, 2012).
Analisis:
75
Sumber : data ruang parkit
Analisis :
Berdasarkan data hasi study dokumentasi yang didapat dari rekam
medik selama 3 bulan terakhir dapat diketahui bahwa BOR Pada
tahun 2017 yaitu hanya 45,9% belum memenuhi standar depkes
yaitu masih rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah
sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60% - 85%
(Depkes RI, 2005).
2. Loss Day
=48+48+13+12x10
244
= 4,9
76
3. AVLOS (Length of stay)
AVLOS (Average Length Of Stay) = Rata-rata lamanya pasien
dirawat. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila di
terapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal
antara 6-9 hari.
77
27
Analisis :
Berdasarkan hasil study dokumentasi dan observasi pada tanggal 20 april
2017 didapatkan bahwa frekuensi pemakaian tempat tidur pada 3 bulan
frekuensi pemakaian tempat tidur sebanyak 11 kali pemakaian dan sudah
memenuhi standar menurut Depkes yaitu idealnya dalam 1 tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
310
= 2,8 = 3 Hari
Analisis :
Berdasarkan hasil study dokumentasi dan observasi pada tanggal 20 april
2017 didapatkan bahwa rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya sebanyak 3 hari, hasil ini telah sesuai
dengan standar Menurut Depkes RI (2005) ideal tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
78
6. Kepuasan Pasien
Analisis :
Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner yang dibagikan pada tanggal
21-22 April 2017 kepada 11 orang pasien atau keluarga pasien diruang parkit
mengenai kepuasan pasien didapat 9% pasien merasa sangat puas, 64% pasien
puas dan 27% pasien tidak puas, dari segi empati dan daya tangkap yang terdapat
di Ruang Parkit dengan pelayanan yang diterima. Standar kepuasan pasien rawat
inap menurut Permenkes tahun 2008 yaitu ≥ 90%. Dan Tingkat kepuasan pasien
merupakan satu hal yang sangat penting dalam melihat mutu pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Apabila nilai kepuasan pasien tinggi maka mutu pelayanan
kesehatan yang telah diberikan kepada pasien sudah baik. Hal ini menjadi aspek
ancaman untuk Rumah Sakit Dr.M Salamun.
79
7. Kajian Manajement Resiko (Fokus pada 6 Sasaran Keselamatan
Pasien/SKP)
a. Sasaran I ketepatan Identifikasi Pasien
80
darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan
klinis.
Analisa :
81
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi
perintah atau yang disampaikan hasil pemeriksaan.
4. Kebiakan dan prosuder mengarahkan pelaksanaan perifikasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telpon secara konsisten.
No Element Sasaran II Jumlah Persentase
Peningkatan Responden
Komunikasi Yang Patuh Tidak Patuh Tidak
Efektif Patuh Patuh
82
secara konsisten.
Analisis :
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20-22 april 2017 bahwa perawat
diruang parkit menerapkan komunikasi teurapetik dengan baik kepada
pasien dengan menggunakan 3 S. berdasarkan hasil kuisioner dan hasil
observasi Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telpon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah patuh 66%,
tidak patu 24%.
83
dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.
Analisis :
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20-22 april 2017 bahwa perawat
diruang parkit sudah menerapkan keamanan obat sesuai kebijakan dan
prosedur,lokasi,lebel.berdasarkan hasil observasi Kebijakan dan prosedur
dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat 66% patuh, 24%
tidak patuh. Direktorat bina pnggunaan obat rasional Depkes RI Tahun
2008.
84
1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien didalem
proses penandaan.
2) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau prosedur lain
untuk memverifikasi saat pre operasi tepat lokasi, tepat prosedur,
dan tepat pasien dan smua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tempat dan fungsional.
3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur
sebelum “incise/time out” tepat sebelum dimulai suatu prosedur
tindakan pembedahan.
4) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung suatu
proses yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan dental
yang dilaksanakan diluar kamar operasi.
85
checklist atau prosedur
lain untuk
memverifikasi saat pre
operasi tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat
pasien dan smua
dokumen serta peralatan
yang diperlukan
tersedia, tempat dan
fungsional.
Analisis :
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20-22 april 2017 bahwa ruang
parkit menggunakan 6 sasaran kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien operasi standar SKP IV RSAU Dr. M Salamun mengembangkan
suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien, berasarkan hasil observasi dan wawancara dengan CI didapatkan
86
Element Sasaran Sasaran IV kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien operasi patuh 100%.
87
Safety).
Analisis :
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20-22 april 2017 bahwa ruang
parkit sudah menerapkan hand hygine tetapi belum semua perawat
melakukan hand hygine sebelum kontak dengan pasien. Berdasarkan hasil
observasi didapatkan Element Sasaran Sasaran V Sasaran pengurangan
resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan 50% patuh, dan 50% tidak
patuh.
88
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil asesmen dianggap beresiko jatuh.
3. Langkah-langkah di monitor hasilnya, baik keberhasilan,
pengurangan cidera akibat jatuh, dan dampak dari kejadian yang
tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan resiko pasien cidera akibat jatuh dari
rumah sakit.
No Elemen VI Sasaran Jumlah Persentase
Pengurangan resiko Responden
pasien jatuh. Patuh Tidak Patuh Tidak
Patuh Patuh
89
monitor hasilnya, baik
keberhasilan,
pengurangan cidera
akibat jatuh, dan
dampak dari kejadian
yang tidak diharapkan.
Analisis :
90
BAB III
ANALISIS DATA DAN PERNCANAAN
1. Analisa Data
91
6. Beban kerja
perawat sesuai
dengan kebutuhan
perawatan klien.
2. Pemberian
tunjangan di RSAU
dr. M. Salamun
didapatkan setiap
bulan dari
kehadiran, jabatan,
dan jumlah pasien
setiap bulannya.
3. RSAU dr.
M. Salamun
mengadakan
pelatihan setiap
tahun yang sudah
terjadwal oleh
Diklat (Inhouse
Training) dan
pelatihan eksternal
tergantung
diadakan acara.
Biaya pelatihan
92
merupakan biaya
dari Rumah Sakit.
4. Alur
permintaan barang
yang dilakukan
ruangan sudah
sesuai.
93
standar Depkes RI Kemenkes 2012, dan halaman dalam
(2001). seperti ruang kepala depan yang keterbatasan
3. Pengadaan ruangan, ruang hijau sarana dan
barang membuat prasarana.
dispensing obat,
Administrasi kenyamanan
Penunjang Di ruang tindakan dan pasien. Di
Ruang Parkit sudah ruang diskusi ruang rawat
sesuai dengan perawat dan inap kelas II,
standar Depkes RI mahasiswa. III cukup
(2001). 2. Pengadaan lengkap, luas,
4. Pengadaan Alat-Alat Kesehatan menarik dan
alat tenun di ruang nyaman
Yang Ada Di Ruang
Parkit sudah sesuai sehingga
dengan standar Parkit belum sesuai akan menarik
Depkes RI (2001). standar Depkes RI minat
5. Pengadaan (2001). masyarakat.
Alat Di Troley 3. Fasilitas
Emergency sudah penunjang tambahan
sesuai dengan seperti tempat leaflet
standar Kemenkes
belum tersedia dari
(2009).
6. Lingkungan berbagai macam
kerja fisik ruang penyakit yang ada
Parkit sudah sesuai diruangan Parkit.
dengan kriteria 4. Tidak
Kemenkes (2004) terdapat gedung
tentang Persyaratan
khusus peracikan
Kesehatan
Lingkungan obat di ruang Parkit,
Rumah Sakit belum memenuhi
standar pelayanan.
95
2. Matriks
Elemen Kekuatan (Strenght) Bobot Rating Bobot x
Rating
(score)
Man 1. Visi, misi, moto, 0,1 4 0,4
serta filosofi rumah sakkit
jelas dan di sampaikan
saat timbang terima.
2. Fokus telaah di 0,1 4 0,4
RSAU Dr. M. Salamun
adalah Menyelenggarakan
pendidikan, pelatihan,
penelitian, dan
pengembangan ilmu di
bidang kesehatan penyakit
dalam.
3. Ruangan parkit 0,1 3 0,3
menggunakan model
layanan TIM di mana
terdiri dari Kepala
Ruangan, Ketua Tim dan
anggota.
4. Tingkat motivasi 0,1 3 0,3
perawat di ruang Parkit
baik.
5. Lingkungan non 0,1 3 0,3
fisik diruangan parkit
baik, meliputi:
- Tanggung jawab
- Kerjasama dengan
teman sejawat
6. Beban kerja 0,1 3 0,3
perawat sesuai dengan
kebutuhan perawatan
klien.
7. Pegawai di 0,1 3 0,3
ruangan parkit berjumlah
16 orang dan bekerja
sudah sesuai dengan
profesinya.
8. Di ruangan parkit 0,1 3 0,3
terdapat 15 orang perawat
96
dan 1 kepala ruangan dan
hal ini sudah memenuhi
kebutuhan menurut
permenkes dan gillies.
97
eksternal tergantung
diadakan acara. Biaya
pelatihan merupakan
biaya dari Rumah Sakit.
104
tersedia dari berbagai macam
penyakit yang ada diruangan
Parkit.
4. Tidak terdapat gedung 0,1 1 0,1
khusus peracikan obat di ruang
Parkit, belum memenuhi standar
pelayanan.
5. Fasilitas yang di gunakan 0,1 1 0,1
oleh pasien di ruang parkit sudah
baik tapi belum sesuai menurut
standar Depkes tentang alat tenun.
6. Di ruang parkit terdapat 1 0,1 1 0,1
kursi roda yang tidak layak di
pakai.
7. Di ruangan parkit tidak 0,1 2 0,2
tersedia gunting necrotomic serta
set GV.
8. Di ruangan parkit tidak 0,2 1 0,2
terdapat ruangan dispensing,
tempat plabot bekas, dan ruang
diskusi mahasiswa.
Jumlah 1,5
105
7. Di ruangan parkit program 0,2 1 0,2
promosi kesehatan dengan
berbagai media belum terlihat
secara maksimal baik secara
promosi kesehatan se cara
langsumg atau secara kelompok
dengan media poster atau leaflet
8. Di ruangan parkit lama 0,1 1 0,1
rata-rata pasien di rawat 5 hari.
Hasil belum memenuhi standar
depkes rata-rata lama rawat inap
pasie yang ideal antara 6 – 9 hari.
Jumlah 4
Money
Metode
106
1. Meliliki SOP yang cukup 0,5 3 1,5
banyak sebagai panduan asuhan
keperawatan.
Material
Market
107
2. Semakin banyaknya 0,6 3 1,8
tenaga kesehatan
Jumlah 2,6
Jumlah 2
Jumlah 3
108
Market 1. Mengurangi minat pasien 0,5 2 1
yang mau berobat ke RS. DR.M.
Salamun
2. Pelayanan di RS Swasta 0,5 3 1,5
lebih update.
Jumlah 2,5
Berdasarkan analisa di atas, diketahui skor faktor strategis adalah sebagai berikut:
No. Factor strategis Skor
1 Peluang 18,8
2 Ancaman 13,1
Total 5,7
Keterangan :
109
Tabel interpolasi diagonal dan perhitungan dengan luas kuadran
Dari hasil analisa diatas diketahui bahwa posisi analisis SWOT atas ruang Rawat
Inap Parkit terletak di posisi kuadran 1 yaitu dengan menggunakan strategi
Agresif, sehingga dapat diterapkan strategi SO.
110
O
II I
Agresif
5,7
SO
6,37
W S
III IV
111
3. Matriks Tows
Internal Strengths (S) : Weaknes (W) :
1. Visi, misi, moto, serta 1. Visi dan misi ruangan
filosofi rumah sakkit jelas masih sama dan mengacu
dan di sampaikan saat pada visi dan misi rumah
timbang terima sakit, ruang parkit belum
2. Fokus telaah di RSAU Dr. memiliki visi dan misi
M. Salamun adalah tersendiri di ruangan.
Menyelenggarakan 2. Setelah hasil wawancara
pendidikan, pelatihan, dengan CI ruangan parkit
penelitian, dan perawat di ruangan parkit
pengembangan ilmu di yang melakukan pelatihan
bidang kesehatan penyakit BTCLS sebanyak 1
dalam. perawat.
3. Ruangan parkit 3. Sebagian kecil perawat
menggunakan model mengikuti pelatihan
layanan TIM di mana BTCLS dan kurangnya
terdiri dari Kepala pelatihan yang
Ruangan, Ketua Tim dan bersertifikasi dari PPNI
anggota yang di adakan dari rumah
4. Tingkat motivasi perawat sakit
di ruang Parkit baik 4. Jumlah pasien
5. Lingkungan non fisik ketergantungan di ruangan
diruangan parkit baik, parkit menurut Douglas
meliputi: belum mencukupi untuk
6. Tanggung jawab dilakukan perhitungan
7. Kerjasama dengan teman jumlah kebutuhan tenaga
sejawat perawat idealnya
8. Beban kerja perawat dilakukan dalam waktu 1
sesuai dengan kebutuhan tahun.
perawatan klien
9. Pegawai di ruangan parkit
berjumlah 16 orang dan
bekerja sudah sesuai
dengan profesinya.
10. Di ruangan parkit
terdapat 15 orang perawat
dan 1 kepala ruangan dan
hal ini sudah memenuhi
kebutuhan menurut
permenkes dan gillies
11. Pendidikan perawat di
ruangan parkit S1+Ners
berjumlah 1 orang, D3
Keperawatan berjumlah 11
112
orang, S1 Keperawatan
berjumlah 4 orang .
12. Semua perawat di
ruangan parkit sudah
memiliki STR dan STR
nya semua masih berlaku
Eksternal Opportunities (O) : Threats (T) :
1. Adanya kerja sama yang 1. Masyarakat semakin kritis
baik antar institusi terkait dengan pelyanan
pendidikan kesehatan dan kesehatan.
RSAU dr.M. Salamun 2. Adanya Undang-undang
dalam kegiatan praktik pelindungan konsumen.
klinik mahasiswa.
2. Adanya kebijakan RSAU
dr.M. Salamun
memberikan kesematan
bagi perawat untuk
meningkatkan muu
pelayanan keperawatan.
3. Melakukan study banding
dengan rumah sakit lain
guna meningkatkan mutu
pelyanan keperawatan.
4. Kolaborasi dengan rumah
sakit lain dalam hal
rujukan pasien guna
memberikan pelayanan
keperawtan yang baik bagi
pasien.
5. Mahasiswa program
profesi angkatan profesi
ners PPNI tahun 2016
yang sedang praktik
dibidang keperawatan.
6. Adanya suatu kebijakan
yang bersifat militer yang
dapat menunjang tingkat
kedisiplinan pegawai.
113
Opportunities SO Strategi : WO Strategi :
(O) :
1. Mempertahankan 1. Meningkatkan sosialisai
komitmen. visi dan misi ruangan.
2. Meningkatan kerjasama 2. Optimalisasi pemberian
dengan institusi edukasi kepada pasien
pendidikan kesehatan baru tentang cara
dalam praktek klinik mencuci tangan yang baik
mahasiswa. dan benar, fungsi
3. Meningkatkan SDM pengunaan gelang
(sumber daya manusia) identitas, pemilahan
melalui kegitan formal sampah medis, dan non
dan kegiatan diklat. medis, resiko jatuh.
3. Memaksimalkan
identifikasi pasien dalam
melakukan tindakan
keperawatan, seperti pada
saat pemberian obat.
114
4. Prioritas Masalah:
1. Pelaksanaan penerimaan pasien baru yang belum optimal.
2. Kurangnya kepuasan pasien terhadap pelayanan di ruang parkit dalam
Empathy.
3. Belum Optimalnya pemberian edukasi kepada pasien baru.
4. Kurang optimalnya identifikasi pasien dalam melakukan tindakan
keperawatan.
5. Optimalisasi patient safety khususnya pada pasien yang beresiko jatuh.
6. Kurangnya pelatihan yang berserkifikat PPNI.
115