Anda di halaman 1dari 115

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan adalah sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain sedangkan manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manager
keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasikan memimpin,
dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia dapat diberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan efesien mungkin bagi individu, keluarga,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. (Nursalam, 2011).
Manjemen didefinisikan sebagai proses menyelesiakan pekerjaan melalui
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang
berubah. Manajemen juga merupakan prosess pengumpulan data dan
mengorganisasi sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerjaan
orang lain) yang mencerminkan dinamika suatu organisasi (Nursalam, 2011).
Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat diberikan menjadi empat
yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan system
MAKP. Dalam menetapkan seuatu model, maka keempat hal tersebut harus
mennjadi bahan pertimbagan, karena merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisarianhkan. Dalam perkembangan keperawatan menuju pelayan
yang professional, digunakn beberapa metode pemberian asuhan
keperawatan, nilai dari metode kasus, metode fungsional, metode tim dan
metode keperawatan primer serta manjemen kasus. (Nursalam 2011). Dalam
praktik keperwatan professional, metode yang paling memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan professional adalah metode yang
menggunakan debreath of primary nursing. Beradasrkan hasil pengkajian
penulis sebelumnya dengan kepala ruangan model asuhan keperawatan yang
digunakan diruangan parkit adalah model asuhan keperawatan modularyang
digabung dengan metode asuhan keperawatan tim (RSAU dr. M.
SALAMUN, 2011).
1
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelengarakan pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis
dalam upaya mempercepat penigkatan derajat kesehatan masyarakat
indonesia. Dalam suatu rumah sakit terdapat berbagai suatu profesi tenga
kesehatan yang terlibat dala pelayanan yang saling bekerjasama antara satu
sama lain yang menunjang pelayanan.Berbagai macam profesi yang terdapat
dalam pelayanan dirumah sakit antara lain dokter, bidan, ahli gizi, radiologi
dan lain sebagainya dan salah satunya aladalh profesi perawat. Profesi
perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas
pelayanan kesehatan dirumah sakit karena pelayanan yang diberikan
berdasarkan pendekatan (Depkes RI, 2010).
Keperawaatan adalah suatu bentuk yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang ada dalam rumah sakit. Keberadaan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam situasi yang kompleks 24 jam
secara berkesinambungan melibatkan klien, keluarga, maupun profesi
ataupun tenaga kesehatan lainnya. Perawat sebagai salah satu pemberi asuhan
keperawatan diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan secara efektif
dan efesien bagi pasien yang dikelolanya. Manjemen merupakan suatu
pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan
diorganisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan planing, organizing,
actuatying, controling, terhadpa staf, sarana, dan prasarana, dalam mencapai
tujuan organisasi (Nursalam, 2011).
Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan pelayanan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang bermutu kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan dilakukannya pendekatan metodologis
keperawatan. Pendekatan ini dapat berupa pendekatan keperawatan
fungsional, kasus, tim atau keperawatan primer. Penetapan pendekatan ini
sangat dipengaruhi oleh visi, misi, dan tujuan rumah sakit dan ruang rawat,
ketersediaan tenaga keperawatan baik jumlah maupun kualifikasi, fasilitas
fisik ruangan, tingkat ketergantungan klien, tersedianya prosedur dan standar
keperawatan, sifat ruangan dan jenis pelayanan keperawatan yang diberikan.

2
Ruang parkit merupakan ruang rawat inap dirumah sakit TNI AU dr. M.
Salamun merupakan ruang perwatan kelas II, III, isolasi khusus penyakit
dalam khusus untuk pasien laki-laki, dengan kapasitas 27 tempat tidur. Ruang
parkit memilki tenga medis, perawat dan non medis. Tenagga perawat
diruang parkit ada 16 orang dengan tingkat pendidikan S1 keperawatan 5 dan
D3 keeperawatan 11. Dengan masa kerja 1 bulan sampai 11 tahun.
Pembagian jadwal dinas terbagi menjadi 3 sift yaitu, dinas pagi, dinas sore,
dinas malam yang telah diatur dan disusun oleh kepala ruangan. Ruang parkit
memiliki 27 bed dengan BOR terdiri dari ruangt II, III, dan ruang isolasi.
(Buku Panduan Pelayanaan Ruang Ruang Rawat Inap Parkit, 2016 ).
Berdasarkan latar belakang diatas maka kelompok tertarik untuk
mengaplikasikan teori-teori manjemen yang didiapat diakademik untuk
diterapkan di ruangan parkit. Diharapkan dapat membantu atau meningkatkan
manjement ruangan parkit dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa
maupun tenaga perawat yang ada diruangan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah yang dirumuskan adalah
“ Bagaimana manjement pelayanan diruang parkit RSAU dr. M.
SALAMUN?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui proses pengelolaan manajemen unit pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan di Ruang Parkit RSAU dr. M. Salamun.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan kajian situasi melalui analisa SWOT terhadap lima
dimensi manajemen yaitu man, method, material, money, market di
Ruang Parkit RSAU. dr. M. Salamun
b. Mendiagnosa masalah-masalah terkait 5M dalam proses pemberian
pelayanan keperawatan di Ruang Parkit RSAU. dr. M.. Salamun

3
c. Membuat planing of action (POA) untuk menjawab masalah-
masalah yang ditemukan.

D. Metode Penulisan
1. BAB I (Pendahuluan)
a. Latar Belakang
b. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
2) Tujuan Khusus
c. Metode Penulisan
d. Manfaat Penulisan
2. BAB II (Kajian Situasi Manajemen Asuhan Keperawatan)
a. Kajian Situasi RSAU dr. M. Salamun
b. Kajian Situasi Ruang Parkit
c. Pengumpulan Data
1) Manajemen unit pelayanan
2) Manajemen Asuhan Keperawatan
3) Analisa Lingkungan Kerja
4) Kajian Indikator Mutu Ruangan Parkit (BOR, LOS, TOI, BTO)
5) Indikator Keselamatan Pasien
3. BAB III (Analisa Data dan Perencanaan)
a. Analisa SWOT
1) Man
2) Method
3) Material
4) Money
5) Market
b. Matriks SWOT dan Strategi
c. Planing Of Action
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit

4
Membantu meningkatkan kualitas manajemen RSAU dr. M. Salamun
untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang
holistik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Bagi Ruangan
Membantu perawat ruangan mencapai standar pelayanan yang holistik
untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang bersifat
mendasar terhadap peningkatan kualitas hidup pasien.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat secara langsung menerapkan konsep, teori dan prinsip Model
Praktik dalam kepemimpinan dan pengelolaan keperawatan profesional
dan dapat berperan dalam kepemimpinan dan pengelolaan keperawatan
profesional.

BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

5
RUANG PARKIT

1. Kajian Situasi RSAU dr. M. Salamun


a. Visi Rumah Sakit
Menjadi rumah sakit rujukan TNI terbaik di Jawa Barat.
b. Misi Rumah Sakit
1) Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan dalam setiap
operasi dan latihan TNI AU.
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu terhadap
angggota TNI AU berikut keluarganya serta masyarakat umum.
3) Meningkatkan kemampuan professional personal secara
berkesinambungan..
c. Moto Rumah Sakit
H : Handal
E : Efisien
B : Bersih
R : Ramah
I : Indah
N : Nyaman
G : Gemilang
d. Filosofi Rumah Sakit
Rumah Sakit Angkatan Udara dr. M. Salamun Bandung merupakan
rumah sakit tipe B yaitu rumah sakit negeri di bandung yang memiliki
kebijakan mutu dalam berupaya memenuhi kepuasan dan keselamatan
pasien dengan senantiasa memperbaiki sistem manajemen mutu,
manajemen resiko, pendidikan, dan penelitian kesehatan berbasis bukti
seacara konsisten dan berkesinambungan (Iskandar, 2014).
RSAU dr. M. Salamun Bandung dalam melaksanakan tugasnya
RSAU dr. M. Salamun menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut,
yaitu: promotive dan preventif yang meliputi kegiatan higiens dan sanitasi

6
lingkungan, imunisasi, serta pendidikan kesehatan masyarakat, kuratif dan
rehabilitative yang meliputi kegiatan pelayanan gawat darurat dan
pelayanan kesehatan spesialistis baik rawat jalan maupun rawat inap,
pengungsian medik dan pertolongan pertama, pada kecelakaan terbang,
penunjang rumah sakit seperti farmasi, dapur, gudang dan penunjangan
perawatan lainnya, pusat diagnostic dan sebagai rumah sakit rujukan.
Fungsi lain adalah sebagai pelayan masyarakat (Pelaksanaan UU No. 36
tentang Kesehatan dan UU No. 44 tentang Rumah Sakit), yaitu:
berdasarkan rekomendasi penetapan kelas oleh Dinkes Prov. Jabar Rumah
Sakit Rujukan Kelas B, maka RSAU dr. M. Salamun juga melayani
masyarakat umum peserta BPJS, mendukung program pemerintah dalam
mengendalikan angka kelahiran bekerjasama dengan BKKBN Provinsi
Jabar membentuk dan Mobile KB (MOW-MOP), menjalin kerjasama
dengan institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan dalam rangka
meningkatkan keterampilan profesi kesehatan dan sebagai tempat
pelatihan.
RSAU dr. M. Salamun memiliki pelayanan prima yang meliputi:
Instalasi Gawat Darurat (Lab, Radiologi, Apotek, Obgyn, bedah yang
berbeda khusus diruang IGD), Tim Bedah Standby On Call, Medical
Check up, laboratorium 24 jam, Radiologi 24 jam, Apotek 24 jam,
Ambulance VIP. RSAU dr. M. Salamun menjalin kerjasama dengan
Rumah Sakit Hasan Sadikin sebagai RS jejaring, Institusi pendidikan, FK
Unpad, FK Unisba, FK Maranata, STIKes Unjani, STIKes Budi Luhur,
Poltekes dan lain-lain, perusahaan PT. DI PTPN VIII PT. Sinkoma Indah
Lestari PT. Kasta Timbul PT. Telkom dan lain-lain, dan asuransi
kesehatan BPJS Kesehatan.
Akreditasi RSAU dr. M. Salamun, pada tahun 2002 memperoleh
sertifikat akreditasi rumah sakit dari KARS dengan predikat Lulus Tingkat
Dasar Penuh untuk 5 (lima) standar pelayanan. Tahun 2008 RSAU dr. M.
Salamun memperoleh Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dari KARS
Depkes RI dengan Lulus Bersyarat Tingkat Lanjut untuk dua belas Standar

7
Pelayanan. Tahun 2011 RSAU dr. M. Salamun memperoleh sertifikat
Akreditasi Rumah Sakit untuk 12 Standar Pelayanan Kesehatan. Tahun
2015 RSAU dr. M. Salamun memperoleh sertifikasi Akreditasi RS
Paripurna.

2. Kajian Situasi di Ruang Parkit


a. Karakteristik Unit
1. Visi & Misi ruangan
Visi, misi, dan filosofi ruangan rawat inap Parkit masih mengacu
atau sama dengan visi, misi dan filosofi Rumah Sakit.
Analisis :
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada CI ruang parkit
didapatkan bahwa ruangan tidak memiliki visi misi tersendiri, visi dan
misi ruangan menjadi satu dalam visi dan misi rumah sakit.

b. Fokus Telaah
1) Bidang Pelayanan
Ruang Parkit adalah Ruang rawat inap yang berfokus pada
pelayanan penyakit dalam yang telah terdiagnosa TBC paru, Hepatitis,
stroke, CHF, Pneumonia, GEA, CKD, tumor serta melayani pasien non
infeksi. Ruang Parkit terdiri dari kelas 2 dan kelas 3.
2) Bidang Pendidikan
Fokus telaah Ruang Parkit dalam pendidikan adalah perawat, staff,
yang membutuhkan pengetahuan dan pengalaman dalam memenuhi
kebutuhan pasien dengan penyakit dalam. Selain itu juga merupakan
proses pembelajaran/praktik klinik oleh mahasiswa yang berdinas di
ruangan tersebut dalam merawat pasien dengan penyakit dalam.

3) Bidang Penelitian

8
Fokus telaah di RSAU dr. M. Salamun adalah Menyelenggarakan
pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan ilmu di bidang
kesehatan penyakit dalam.
Analisis :
Hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa di ruangan Parkit adalah
ruangan yang berfokus pada ruangan penyakit dalam pria.

b. Lingkup Garapan
Dalam bidang pelayanan, lingkup garapan keperawatan di Ruang Parkit
adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia, maka lingkup garapan
keperawatan meliputi segala gangguan, hambatan, pemenuhan kebutuhan
dasar manusia yang terjadi akibat perubahan fisiologis satu atau beberapa
sistem tubuh yang dialami oleh individu. Kebutuhan dasar manusia yang
terkait antara lain pemenuhan nutrisi, pemenuhan cairan dan elektrolit,
pemenuhan eliminasi fekal dan urin, istirahat tidur, aktivitas atau mobilisasi,
pencegahan infeksi, pemenuhan personal hygiene, dan pemenuhan rasa
nyaman (terbebas dari rasa ketidaknyamanan seperti nyeri dan sesak).

c. Basis Intervensi
Basis intervensi yang harus bisa dilakukan oleh petugas kesehatan yang
berada di ruang Parkit adalah KDM (Kebutuhan Dasar Manusia) meliputi
fisiologis, keamanan, cinta dan kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri
juga perawatan pasien penyakit dalam. Dalam bidang pendidikan yaitu:
ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakmampuan peserta didik (perawat,
staff, pasien, keluarga pasien, dan juga mahasiswa) dalam memenuhi
kebutuhan pasien yang berhubungan dengan kelainan atau gangguan semua
sistem baik aktual maupun potensial yang harus dilakukan tindakan
pembedahan.
Dalam bidang penelitian, yaitu: lahan penelitian bagi individu,
sekelompok individu, maupun institusi yang sedang melakukan penelitian
pada berbagai unsur yang terdapat di ruangan.

9
d. Letak Ruangan (Denah ruangan)
(Terlampir)

f. Kapasitas Unit ruangan

10
Ruang Parkit sebagai ruang rawat inap pasien-pasien dengan masalah
penyakit dalam, dengan kapasitas pasien sebanyak 27 tempat tidur yang
dibagi menjadi 2 kelas, yaitu :
a) Kelas II tersedia dengan kapasitas 3 tempat tidur
b) Kelas III tersedia dengan kapasitas 24 tempat tidur
.
2) Pengumpulan Data
1. M1 (Man)
a. Kepegawaian
Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan
efektivitas sumber daya manusia dalam sebuah organisasi. Tujuannya
adalah untuk memberikan satuan kerja yang efektif. Manajemen sumber
daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada
ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja
lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan
demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Unit yang biasanya
mengurus sumber daya manusia adalah departemen sumber daya
manusia atau dalam bahas inggris disebut human resource department
(HRD).
Proses rekrutmen calon karyawan dan perawat dilakukan oleh
manager rumah sakitsetelah mendapat usulan dari ruangan terkait
kurangnya pegawai atau perawat dengan seleksi yang pertama
administrasi, tes tulis dan psikotest serta interview. Kriteria khusus
perawat yang ditempatkan diruangan adalah yang sudah memiliki bukti
lulus ujikom dan sudah lulus pendidikan minimal D3, serta sudah
pernah mengikuti pelatihan minimal BHD. Orientasi pada pegawai baru
khususnya pada perawat dilakukan pada awal masuk kerja dan ada
batasan lama waktu dalam proses orientasi yaitu 3 bulan. Diruangan
parkit sudah banyak pegawai yang dinyatakan sebagai pegawai tetap
dan ada pegawai honorer.

11
Kepala ruangan meningkatkan SDM dengan cara melakukan
pelatihan-pelatihan dan seminar serta sharing di group media sosial.
Rumah sakit memberikankesempatan bagi pegawai untuk melanjutkan
pendidikan untuk meningkatkan SDM. Pertemuan kepala ruangan dan
staff dilakukan sesuai dengan kebutuhan atau jika ada sesuatu hal yang
penting yang harus dibicarakan. Penilaian terhadap kinerja perawat
biasanya dilakukan oleh supervisor dan kepala ruangan dalam waktu
yang tidak tentu tujuannya untuk menentukan penanggung jawab staff.

1) Status Kepegawaian perawat


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh
mahasiswa pada tanggal 20-22 April 2017 ke kepala ruangan
tentang status kepegawaian ditemukan hasil yaitu :
Tabel 2.1 Distribusi frekuensi status kepegawaian ruang parkit
Status kepegawaian Jumlah

PNS 4 orang

BLU/HONORER 12 orang

12
75%

25%

PNS BLU/ HONORER

Analisis :
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi didapatkan
hasil di ruangan Parkit didapatkan hasil status kepegawaian yaitu PNS 4
orang dan BLU/HONORER 12 orang.

Tabel 2.2 Kepegawaian Ruang Parkit.


No Pegawai Jumlah
1 Perawat 16
2 Cleanin g Service -

Analisis :
Berdasarkan hasil diatas dapat menunjukkan bahwa pegawai yang
bekerja di ruang Parkit berjumlah 16 orang dan sudah bekerja sesuai
profesi nya.

2) Perawat
Merujuk kepada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1239 Tahun 2001. Perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan perawat baik didalam maupun luar negeri. Peran utama
perawat pada dasarnya adalah sebagai perawat pelaksana, perawat

13
pendidik, perawat manager, perawat peneliti. Menurut Butrej et,all,
tingkatan perawat berdasarkan kemampuannya ialah: tingkat A yaitu
perawat yang baru menyelesaikan pendidikannya atau yang baru bekerja di
lingkungan keperawatan, dimana saat menangani pasien masih di pandu
baik secara langsung maupun tidak langsung oleh perawat yang lebih
berpengalaman, tingkat B ialah perawat yang sudah lebih berpengalaman
dalam merawat pasien, dan dapat melakukan asuhan keperawatan dengan
sedikit ataupun tidak dipandu oleh perawat yang lebih senior. Sementara
tingkat C ialah perawat yang senior, berfungsi sebagai manajer yang dapat
menindak lanjut perawatan pasien, baik dari perencanaan perawatan
sampai dengan tindakan keperawatan secara mandiri.

a) Jumlah perawat
Untuk menentukan jumlah perawat rumus yang digunakan
adalah dengan menghitung kebutuhan perawat menurut Permenkes
Rasio dan Gillies :
i) Berdasarkan Permenkes rasio
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidang keperawatan
bahwa di RSAU. dr. M. Salamun dalam menghitung kebutuhan
tenaga keperawatan yaitu berdasarkan rasio yang mengikuti
Peraturan Men. Kes. R.I. No. 262/Men. Kes./Per/VII/1979
menetapkan bahwa perbandingan jumlah tempat tidur rumah sakit
dibanding dengan jumlah perawat adalah sebagai berikut:
Jumlah tempat tidur : Jumlah perawat = 3-4 tempat tidur : 2 perawat
Berdasarkan kapasitas tempat tidur di ruangan parkit yaitu
27 tempat tidur artinya jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 18
orang. Jadi berdasakan perhitungan menurut perhitungan
kebutuhan perawat permenkes Rasio di temukan hasil 16 orang.
Berdasarkan data yang didapatkan bahwa jumlah perawat yang ada
di ruangan parkit kurang memenuhi standar jumlah perawat
berdasarkan permenkes.

14
ii) Berdasarkan perhitungan Giliies :

= 27 x 45,9% x 7 jam x 365


( 365 - 72 ) x7
= 31.664
2.051
= 15,43 orang = 15

Analisis :
Berdasarkan hasil perhitungan Gillies kebutuhan perawat di ruang parkit
berjumlah 15 orang.

Tabel 2.4 distribusi jumlah perawat ruangan parkit berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
1 Laki-Laki 7 44%
2 Perempuan 9 56%
Total 15 orang perawat + 1 100%
kepala ruangan

15
Laki-laki Perempuan

44%

56%

Analisis :
Berdasarkan hasil kajian studi dokumentasi yang dilakukan oleh
mahasiswa dan kepala ruangan ditemukan hasil jumlah perawat 15 orang
perawat ditambah 1 orang kepala ruangan dan hal ini sudah ssesuai dengan
jumlah kebutuhan yang sudah dihitung menggunakan rumus Permenkes
rasio dan Gillies.

b) Kualifikasi perawat (PK )


Berdasarkan hasil studi dokumentasi yang dilakukan mahasiswa
pada tanggal 20 April 2017 dengan kepala ruangan dan CI tentang
kualifikasi perawat di ruangan Parkit di dapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.5 Distribusi frekuensi kualifikasi perawat ruangan Parkit
No Nama Jabatan Pendidikan

1 Erlien Marpina Kepala Ruangan D III Keperawatan


2 Ius Susilawati WAKARU S I Keperawatan
3 IrmaYulianti CI/KATIM 1 S I Keperawatan
4 Tatan Yulian Anggota S I Keperawatan
5 Intan Mayasari Anggota D III Keperawatan
6 Asep Yulianto Anggota D III Keperawatan

16
7 Tineu Puspita Anggota D III Keperawatan
8 Debi Kurniawan Anggota D III Keperawatan
9 Didik Cahyono CI S I Keperawatan + Ners
10 Risna Muliana Anggota D III Keperawatan
11 Nana Ruslana Anggota S I Keperawatan
12 Efran Rahmat Anggota D III Keperawatan
13 Tin Maysaro Anggota D III Keperawatan
14 Niko Widiharianto Anggota D III Keperawatan
15 Silvia Trisetya Anggota D III Keperawatan
16 Riska Krisnawati Anggota D III Keperawatan

Analisis :
Berdasarkan hasil kajian yang sudah ditemukan dan
didiskusikan dengan kepala ruangan dan CI pada tanggal 20 April
2017 berdasarkan buku sumber Dirja Bina Pelayanan kesehatan
Keputusan Menkes RI tahun 2015 bahwa perawat di kualifikasikan
sebagai berikut :

Tabel 2.6 Kualifikasi Perawat


No Nama Jabatan Kualifikasi

1 Ka. Ruangan 1. Minimal pendidikan Ners.


2. Masa kerja minimal 5 tahun
dalam pelayanan keperawatan.
3. Memiliki sertifikasi bidang
manajemen keperawatan
4. Memiliki sertifikasi
pelatihan kegawatdaruratan respirasi
dasar
5. Memiliki sertifikasi
pelatihan ppgd dasar.
2 Ketua Tim 1. Minimal D3 keperawatan.
2. Masa kerja minimal 5 tahun
3. Memiliki sertifikasi bidang
manajemen keperawatan.
4. Memiliki sertifikasi
17
pelatihan kegawatdaruratan respirasi
dasar
5. Memiliki sertifikasi
pelatihan ppgd dasar.
3 Perawat klinik 1 1. Pendidikan Ners
2. Pengalaman kerja 1 tahun
3. Memiliki sertifikat PK-1
- Pendidikan D3
4. Memiliki pengalaman kerja
2 tahun di ruang paru dan respirasi.
4 Perawat
Klinik II 1. Pendidikan Ners
2. Pengalaman kerja 3 tahun
3. Memiliki sertifikasi PK-II
4. Memilki sertikasi paru dan
respirasi dasar
- Pendidikan D3
5. Pengalaman kerja 5 tahun
5 Perawat klinik
III 1. Pendidikan Ners
2. Pengalaman kerja 6 tahun
3. Memiliki sertifikasi PK III
4. Memiliki sertifikasi paru dan
respirasi advance yang masih
berlaku
- Pendidikan D3
5. Pengalaman kerja minimal 9
tahun
6. Lulus uji kompetensi
4 Perawat klinik 1. Pendidikan minimal Ners
IV dengan minimal kerja 9 tahun
2. Pendidikan Ners spesialis
dengan pengalaman kerja 2 tahun
dan memiliki sertifikasi PK 1V
3. Ners spesialis konsultan
bidang paru dan respirasi dengan
pengalama kerja 0 tahun, dan
memiliki sertifikasi paru dan
respirasi advance yang masih
berlaku
5 Perawat klinik 1. Pendidikan Ners Spesialis
V KMB bidang paru dan respirasi.
2. Pengalaman kerja 4 tahun
3. Memiliki sertifikasi PK-V
4. Memiliki sertifikasi paru dan
respirasi advance yang masih
18
berlaku
No Nama Jabatan Kualifikasi
1 Ka. Ruangan 6. Minimal pendidikan Ners.
7. Masa kerja minimal 5 tahun
dalam pelayanan keperawatan.
8. Memiliki sertifikasi bidang
manajemen keperawatan
9. Memiliki sertifikasi
pelatihan kegawatdaruratan respirasi
dasar
10. Memiliki sertifikasi
pelatihan ppgd dasar.
2 Ketua Tim 6. Minimal D3 keperawatan.
7. Masa kerja minimal 5 tahun
8. Memiliki sertifikasi bidang
manajemen keperawatan.
9. Memiliki sertifikasi
pelatihan kegawatdaruratan respirasi
dasar
10. Memiliki sertifikasi
pelatihan ppgd dasar.
3 Perawat klinik 1 5. Pendidikan Ners
6. Pengalaman kerja 1 tahun
7. Memiliki sertifikat PK-1
- Pendidikan D3
8. Memiliki pengalaman kerja
2 tahun di ruang paru dan respirasi.
4 Perawat
Klinik II 6. Pendidikan Ners
7. Pengalaman kerja 3 tahun
8. Memiliki sertifikasi PK-II
9. Memilki sertikasi paru dan
respirasi dasar
- Pendidikan D3
10. Pengalaman kerja 5 tahun
5 Perawat klinik
III 7. Pendidikan Ners
8. Pengalaman kerja 6 tahun
9. Memiliki sertifikasi PK III
10. Memiliki sertifikasi paru dan
respirasi advance yang masih
berlaku
- Pendidikan D3
11. Pengalaman kerja minimal 9
tahun
12. Lulus uji kompetensi
19
4 Perawat klinik 4. Pendidikan minimal Ners
IV dengan minimal kerja 9 tahun
5. Pendidikan Ners spesialis
dengan pengalaman kerja 2 tahun
dan memiliki sertifikasi PK 1V
6. Ners spesialis konsultan
bidang paru dan respirasi dengan
pengalama kerja 0 tahun, dan
memiliki sertifikasi paru dan
respirasi advance yang masih
berlaku
5 Perawat klinik 5. Pendidikan Ners Spesialis
V KMB bidang paru dan respirasi.
6. Pengalaman kerja 4 tahun
7. Memiliki sertifikasi PK-V
8. Memiliki sertifikasi paru dan
respirasi advance yang masih
berlaku

c) Pendidikan perawat
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan setiap orang dituntut
untuk selalu mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya, salah satu
cara untuk mengembangkan pengetahuan adalah dengan program
pendidikan termasuk didalamnya pendidikan dalam keperawatan.
Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan
di Indonesia mencakup pendidikan vokasional yaitu pendidikan diploma,
pendidikan kademik yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca
sarjana, pendidikan profesi yaitu pendidikan tinggi setelah program
sarjana.pendidikan jenjang magister, pendidikan jenjang spesialis.
2.7 Tabel distribusi frekuensi Pendidikan Perawat
No Jenjang pendidikan Frekuensi Presentase
1 D3 Keperawatan 11 69%
2 S1 Keperawatan 4 25 %
3 S1 Keperawatan + 1 6%
Ners

20
12 69%
10
8
6 11 25%
4 6%
4
2 1
0
D3 S1 S1
Keperawatan Keperawatan Keperawatan +
Ners

Analisis :
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi didapatkan
bahwa sebagian besar pendidikan perawat di ruang parkit ditemukan hasil
jumlah perawat yang berpendidikan S1 Ners berjumlah 1 orang (6%),
jumlah pendidikan D3 Keperawatan 11 orang (69%), dan yang
berpendidikan S1 Keperawatan 4 orang (6%) sebelumnya telah menempuh
pendidikan D3 keperawatan. Pendidikan keperawatan di Indonesia
mengacu kepada UU No 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
keperawatan di Indonesia mencakup pendidikan vokasional, pendidikan
vokasional yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk
memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah
RI. Pendidikan yang ke dua yaitu pendidikan akademik program sarjana
dan pasca sarjana yag diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu dan yang terakhir yaitu pendidikan profesi, program
pasca sarjana yang mempersiapkan untuk memiliki pekerjaan dengan
persyaratan keahlian tertentu.

d) Registrasi perawat
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan
pekerjaan profesinya (peraturan menteri kesehatan no
21
1796/MENKES/SK/VIII/2011 tentang registrasi tenaga kesehatan).
Menurut permenkes no 1796 tahun 2011 tersebut, setiap orang yang
bekerja sebagai perawat di indonesia wajib memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR). STR ini merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah.
Di ruangan Parkit sendiri setelah dilakukan dokumentasi kuisioner
pada beberapa perawat yang dilakukan secara acak pada 16 orang
didapatkan hasil bahwa seluruh perawat memiliki STR.

Tabel 2.8 Distribusi Frekuensi Kepemilikan STR


No Registrasi Frekuensi Presentase
1 Yang telah memiliki STR 16 100%

Analisis :
Dari hasil kajian yang dilakukan oleh mahasiswa dengan metode
interview yang dilakukan ke seluruh perawat, didapatkan hasil bahwa
seluruh perawat sudah memiliki STR.

a. Keberlakuan STR
Menurut permenkes RI No 1796/MENKES/PER/VIII/2011
tentang registrasi tenaga kesehatan sebagai upaya peningkatan
pelayanan kesehatan, STR hanya dapat diperoleh oleh seorang tenaga
kesehatan setelah memiliki ijazah tanda lulus dan uji kompetensi yang
dibuktikan dengan sertifikat kompetensi, sedangkan menurut
peraturan Undang-Undang RI no 38 tahun 2014 tentang keperawatan
pada Bab IV yaitu tentang keberberlakuan STR selama 5 Tahun dan
dapat di registrasi ulang setiap 5 tahun sekali. Setelah dilakukan data
kajian dengan metode wawancara dengan kepala ruangan didapatkan
data sebagai berikut:

22
Tabel 2.9 Keberlakuan STR perawat ruangan Parkit
No Nama Jabatan Masa Berlaku STR

1 Erlien Marpina Kepala Ruangan 06 Juni 2021


2 Ius Susilawati WAKARU 17 April 2021
3 IrmaYulianti CI/KATIM 1 03 Juli 2021
4 Tatan Yulian Anggota 24 Juli 2021
5 Intan Mayasari Anggota 02 Juli 2021
6 Asep Yulianto Anggota 02 Juli 2021
7 Tineu Puspita Anggota 28 Oktober 2021
8 Debi Kurniawan Anggota 05 Desember 2019
9 Didik Cahyono CI 03 Juli 2019
10 Risna Muliana Anggota 06 Mei 2021
11 Nana Ruslana Anggota 01 Januari 2021
12 Efran Rahmat Anggota 03 Maret 2021
13 Tin Maysaro Anggota 03 April 2021
14 Niko Widiharianto Anggota 2021
15 Silvia Trisetya Anggota 23 Februari 2021
16 Riska Krisnawati Anggota 2021

Analisis :
Didapatkan hasil bahwa seluruh perawat di ruang Parkit memiliki
STR dan keberlakuan STR nya semua masih berlaku.

e) Pelatihan
Pelatihan adalah proses melatih kegiatan atau pekerjaan (Balai
Pustaka, 1989). Pelatihan mempersiapkan peserta latihan untuk
mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan
oleh teknologi dan organisasi tempat bekerja, dan membantu peserta
memperbaiki prestasi dalam kegiatannya terutama mengenai pengertian

23
dan keterampilan. (Rolf P. Lynton dan Udai Pareek--Pelatihan dan
Pengembangan Tenaga Kerja, Pustaka Binaman Jakarta 1998).
Berdasarkan hasil studi dokumentasi tentang pelatihan yang sudah
diikuti oleh seluruh perawat, pada tanggal 20 April 2017 di dapatkan hasil
sebagai berikut :
Tabel 2.9 Distribusi Frekuensi Jenis Pelatihan Perawat
Yang perah mengikuti
No Jenis Pelatihan
(Orang)
1 BHD 16
2 PPI 16
3 PPGD 1
4 Penatalaksanaan Cedera 1
Otak
5 BTCLS 1
6 Komunikasi Efektif Model 16
SBAR

BHD PPI PPGD Penatalaksanaan Cedera Otak BTCLS

Analisis :
Berdasarkan data hasil wawancara dan studi dokumentasisebagian
kecil perawat yang telah mengikuti pelatihan BTCLS dan masih
24
kurangnya pelatihan yang bersertifikasi dari PPNI yang diadakan di rumah
sakit dan diluar RSAU dr. M. Salamun.

f) Motivasi Kerja
Motivasi adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang
melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu
orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-
tujuan kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Motivasi
sebagai sesuatu yang menimbulkan semangat kerja dan menjadi landasan
seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan (Martoyo, 2000).
Dari hasil kajian yang didapatkan dengan metode kuisioner,
kuisioner yang digunakan adalah kuisioner motivasi menurut Maslow,
dengan klasifikasinya berisi sebagai berikut : prestasi, hasil kerja,
kemungkinan pengembangan, gaji, kondisi kerja, hubungan kerja. Hasil
kuisioner yang didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 2.10 Ditribusi Frekuensi Motivasi Kerja


Kriteria Jumlah Persentase

Motivasi kuat 3 50 %

Motivasi Sedang 3 50 %

Motivasi Lemah 0 0%

Jumlah 6 100%

25
50% 50%

3 3

0%

0
Motivasi Kuat Motivasi Sedang Motivasi Lemah

Analisis :
Berdasarkan hasil data diatas dari pengisian kuesioner kepada
perawat didapatkan hasil yang sama (50%) perawat memiliki motivasi
yang kuat untuk bekerja dan (50%) dengan motvasi yang sedang, motivasi
perawat dapat mempengaruhi terhadap kinerja perawat diruangan.
Menurut salah satu jurnal menurut Mangkunegara (2009) ideal motivasi
kerja perawat adalah 40% - 60%. Data hasil kajian di ruangan parkit hasil
presentasi (50%) memiliki motivasi kerja yang kuat.

g) Lingkungan Non Fisik


Didalam lingkungan kerja tidak hanya memperhatikan dari segi
lingkungan fisik saja, akan tetapi lingkungan kerja non fisik merupakan
salah satu hal yang penting dalam meningkatkan efektivitas kerja pegawai.
Karena lingkungan kerja fisik maupun lingkungan kerja non fisik dapat
mempengaruhi psychologist pegawai dalam bekerja. Data hasil kajian
yang didapatkan dengan metode kuisioner dengan hasil klasifikasi
tanggung jawab, kerja sama dengan teman sejawat, dan hubungan yang
hamonis dengan teman sejawat didapatkan hasil kuisioner sebagai berikut :

26
Tabel 2.11 Distribusi Frekuensi Lingkungan Non Fisik
No Aspek Hasil Jumlah %
Kajian
1 Tanggung Baik 6 100%
Jawab Tidak 0 0%
2 Rekan Baik 6 100%
Sejawat Tidak 0 0%
3 Hubungan Baik 6 100%
Yang Tidak 0 0%
Harmonis

Analisis :
Menurut Gibson dan Ivancevich terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi kinerja, yaitu faktor individu, faktor organisasi, dan
faktor psikologi termasuk juga ke hasil data lingkungan non fisik
(Gibson, 2001). Hasil lingkungan non fisik berpengaruh ke kinerja
perawat.
Berdasarkan data di atas yang didapatkan berdasarkan hasil
kuesioner dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja non fisik
perawat di ruangan Parkit dikategorikan baik dengan jumlah
persentase 100%.

h) Beban kerja perawat


Seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang
perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawata (Marquish
dan Huston, 2000 dalam Nurcahyaningtyas, 2006).
Tabel 2.12 Distribusi frekuensi presentasi beban kerja perawat
Shift hasil presentasi rata-rata (20-22 April 2017 )
Langsung Tidak Non keperawatan
langsung
Pagi 36 % 29% 32%
Siang 31 % 33% 29 %
Malam 26% 19 % 50%

27
32% 29%
50%
29% 33%
19%
36% 31% 26%

Pagi Siang Malam

Analisis :
Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi dengan 6
perawat pelaksana didapatkan bahwa terdapat hitungan beban kerja
menurut Yasless observasi daily log perjam nya setiap shift selama 3 hari
didapatkan hasil sebagai berikut dinas pagi sebagian besar presentasinya di
tindakan langsung 36 %, dinas siang sebagian besar presentasinya ada di
tindakan tidak langsung33%, sedangkan dinas malam presentasi
setengahnya berada di tindakan non keperawatan50%Dan semua memiliki
selisih presentasi sedikit dengan teori douglas karena hampir seluruhnya
pasien di ruangan Parkit berada pada ketergantungan pasien partial care.

3) Pasien
Pasien adalah orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan atau perawatan
medis yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung
dirumah sakit.
a) Diagnosa medis
Diagnosa medis yang ada di ruangan parkit ini adalah pasien
dengan penyakit dalam seperti TBC paru, Hepatitis, stroke, CHF,
Pneumonia, GEA, CKD.

28
Analisis :
Dari hasil kajian kondisi di ruangan parkit diagnosa medis di
ruangan parkit hanya terdapat berbagai jenis penyakit dalam seperti
TBC paru, Hepatitis, stroke, CHF, Pneumonia, GEA, CKD.

b) Tingkat ketergantungan pasien


Kemandirian pasien (self care) adalah suatu pelaksanaan kegiatan
yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu sendiri untuk memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraannya sesuai dengan keadaan, baik sehat maupun sakit (Orem
1980). Pada tahap evaluasi self care akan didapatkan hasil minimal care ,
partial care dan total care. Ketergantungan self care yaitu pasien yang
mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan, mampu naik turun tempat
tidur sendiri, mampu berjalan sendiri, mampu makan dan minum sendiri,
mau mandi dan membersihkan mulut sendiri, dan mampu berpakaian dan
berdandan dengan sedikit bantuan. Partial care yaitu jenis ketergantungan
pasien dengan memerlukan bantuan perawat sebagian dan membutuhkan
bantuan 1 orang untuk naik turun tempat tidur, membutuhkan bantuan
untuk berjalan, membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan serta
bantuan untuk menyuapi makan, membutuhkan bantuan untuk kebersihan
badan, berpakaian, dan toileting. Ketergantungan total care pasien
memerlukan bantuan perawat sepenuhnya memerlukan waktu perawat
yang lebih lama membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari
tempat tidur ke kereta dorong atau kursi roda, membutuhkan latihan pasif,
kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui intravena atau NGT,
membutuhkan bantuan kebersihan mulut, membutuhkan bantuan penuh
untuk berpakaian dan berdandan, dimandikan perawat, dalam keadaan
inkontinensia, pasien tidak sadar, keadaan pasien tidak stabil, observasi
TTV, perawatan luka bakar dan pasien yang terpasang ventilator.

29
c) Berdasarkan Derajat Kebutuhan Perawat berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien (Douglas)
Kebutuhan perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
selama 3 hari, mulai tanggal 20-22 Februari 2017 yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. 13 Distribusi Frekuensi Hasil Ketergantungan Pasien di RSAU dr. M.
Salamun

Jumlah Klasifikasi
Pasien
Minimal Care Parcial Care Total Care

Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam

0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi selama 3 hari dari tanggal 20-
22 April 2017 didapatkan hasil sebagai berikut:

Sift Klasifikasi Jumlah Pasien Rata- Rata-rata Jumlah


Ketergantungan 20 21 22 rata ketergantu perawat
ngan
Pagi Minimal 7 7 5 6,33 6,33x0,17 = 1
1,07
Parcial 7 7 7 7 7 x 0,27 = 2
1,89
Total 1 1 1 1 1 x 0,36= 1
0,36
Jumlah Pasien 15 15 13 14,33 4
Siang Minimal 6 6 5 5,6 5,6 x 0,14= 1
0,78
Parcial 7 7 6 6,6 6,6 x 0,15 = 1
0,99

30
Total 1 1 1 1 1 x 0,30= 1
0,30
Jumlah Pasien 14 14 12 13,33 3
Malam Minimal 6 6 6 6 6 x 0,07 = 1
0,42
Parcial 7 7 6 6,6 6,6 x 0,10 = 1
0,66
Total 1 1 1 1 1 x 0,20 = 1
0,20
Jumlah Pasien 14 14 13 13,6 3
Rata-rata jumlah pasien 14 14 13 14 14 10

Tabel 2.14 distribusi frekuensi hasil perhitungan kebutuhan perawat sesuai


ketergantungan klien

Total tenaga perawat


Pagi : 4 orang
Siang : 3 orang
Malam : 3 orang
Total : 10 orang

Analisis :
Berdasarkan perhitungan Douglas sesuai dengan ketergantungan pasien,
tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang perawatan Ruang Parkit RSAU adalah
10 orang perawat/24 jam, data ini dianggap belum representative karena hanya di
hitung selama 3 hari dengan optimal perhitugan yaitu selama 1 tahun dikarenakan
belum ada data pasien dengan minimal, partial dan total care.

31
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah faktor koreksi dengan
hari libur/cuti/hari besar (loss day).
Diketahui :
Jumlah hari sabtu tahun 2017 : 48 Hari
Jumlah hari minggu tahun 2017 : 48 Hari
Jumlah hari libur nasional 2017 : 13 Hari
Jumlah cuti tahun 2017 : 12 Hari
Jumlah perawat yang di butuhkan (A): 10 Orang Perawat
Jumlah tenaga keperawatan yang libur :

Rumus loss day : Jumlah hari libur /tahun+jumlah hari libur nasional/tahun xA

Jumlah hari kerja pertahun

=48+48+13+12x10
244
= 4,9
= 5 orang (Jumlah perawat yang libur sebanyak 5 orang).

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan (non


nursing jobs)
= (jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
= (16 + 5) × 25%
= 5,25
= 5 orang
Jadi dibutuhkan tenaga perawat 10 + 5 + 5 = 20 orang perawat.

Analisis :
Berdasarkan perhitungan Douglas sesuai dengan ketergantungan pasien
belum representatif, karena jumlah pasien minimal, partial, dan total care
diruangan belum ada, hasil ini berdasarkan observasi selama 3 hari dari tanggal
20-22 April 2017.

32
2. M2 (Money)

a) Biaya Pegawai

1) Gaji pokok di RSAU dr. M. Salamun mengacu pada ketentuan


Pemerintah oleh Kementerian Keuangan (standar biaya umum),
untuk pegawai yang Non PNS mengacu pada standar penggajian
dan ketentuan Rumah Sakit.

2) Ada dana insentif yang diberikan oleh RSAU dr. M. Salamun


setiap bulannya kepada seluruh pegawai yang disebut remonerasi
yang diberikan setiap tanggal 15. Pembayaran remonerasi
dibayarkan selalu tepat waktu.

3) Pemberian tunjangan di RSAU dr. M. Salamun didapatkan setiap


bulan dari kehadiran, jabatan, dan jumlah pasien setiap bulannya.

b) Biaya Pengembangan

1) Di RSAU dr. M. Salamun ada pelatihan setiap tahun yang


dilaksanakan oleh Diklat dan pelatihan eksternal tergantung
diadakan acara. Biaya pelatihan merupakan biaya dari Rumah
Sakit.

2) RSAU dr. M. Salamun tidak memberikan bantuan materil untuk


setiap pegawai yang melanjutkan jenjang pendidikannya.

3) RSAU dr. M. Salamun bekerjasama dengan institusi pendidikan,


dan perusahaan BPJS Kesehatan.

c) Alur pembayaran
Alur pembayaran rawat inap pasien Ruang Parkit pasien
dinyatakan pulang bila sudah mendapatkan acc pulang dari dokter.
Tindakan dan pemakaian alkes diinput oleh ruangan dan perawat
kemudian konfirmasi untuk obat pulang. Perawat ruangan meminta

33
keluarga untuk menyiapkan surat-surat persyaratan pulang,
pembayaran dilakukan di bagian administrasi rumah sakit.

Analisis :

Berdasarkan hasil wawancara biaya pegawai di RSAU dr. M.


Salamun biaya pegawai sudah sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah untuk pegawai PNS dan untuk Non PNS
gaji pokok perawat belum sesuai UMR kota Bandung, gaji pokok
hanya berdasarkan ketentuan Rumah Sakit. Alur permintaan barang
yang dilakukan ruangan sudah sesuai.

3. M3 (Metode)
a) Manajemen unit pelayanan
Aturan dan Kebijakan Rumah sakit yang digunakan di ruangan Parkit
oleh kepala ruangan untuk mengelola ruangan.
1) Aturan Pegawai (Perawat)
a. Aturan Seragam Perawat

Senin : Putih

Selasa : Abu-abu

Rabu : Coklat

Kamis : Hijau

Jumat : Batik (pagi), siang dan malam Abu-abu

Sabtu : Coklat

Minggu : Hijau

34
Analisis :

Berdasarkan hasil observasi selama 4 hari di ruang Parkit , pemakaian


seragam shift pagi siang dan malam sudah sesuai dengan aturan dan
kebijakan dari rumah sakit

b. Aturan Jam Kerja


Kebijakan dari rumah sakit, bagi perawat pembagian jadwal dinas
pagi, sore dan malam. Lama dinas dalam seminggu 40-42 jam sesuai UU
Ketenaga kerjaan no 13 tahun 2003 dan sesuai dengan SK Direktur Utama
Rumah Sakit DR. M. Salaun dalam penentuan lama jam kerja. WIB.
Pegawai shift pagi : 07.00 – 14.00, siang : 14.00 – 21.00, malam : 21.00 –
07.00 WIB.

2) Struktur Organigram
Struktur organigram di Ruang parkitRSAU dr. M. Salamun adalah
sebagai berikut :

35
Kepala Ruangan

Erlien Marpina, Amd. Kep

Wakil Ruangan
Ius Susilawati, S. Kep

Amd. Kep

Ka. Tim 2
Ka. Tim 1
IrmaYulianti, S. Kep Tatan Yulian, S. Kep
Anggota 1
Nana
Didik Ruslana,
Cahyono,S.S.Kep,
Kep Ners
Anggota 1

Didik Cahyono S. Kep,. Ners Anggota 2


Risna Muliana, Amd. Kep
Anggota 2
Anggota 3
Intan Mayasari, Amd. Kep
Efran Rahmat, Amd. Kep
Amd. Kep
Anggota 3 ,
Anggota 4
Tin Maysaro, Amd. Kep
Asep Yulianto, Amd. Kep

, Amd. Kep Anggota 5


Anggota 4
Niko Widiharianto, Amd. Kep
Tineu Puspita, Amd. Kep
Anggota 6
,, Amd. Kep Silvia Trisetya, Amd. Kep
Anggota 5 anggung Jawab Ruangan
Deby Kurniawan, Amd. Kep Anggota 7

, A Amd. Kep Riska Krisnawati, Amd. Kep

Analisis:

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan CI pada hari kamis,
tanggal 20 April 2017, kepala ruangan menyatakan bahwa struktur organigram
sudah terbentuk tetapi belum di cetak.

36
Kewajiban Pasien

1. Klien, keluarga klien dan penjenguk wajib mengiikuti peraturan dan tata
tertib yang berlaku di RSAU dr. M. Salamun.
2. Keluarga/penjenguk klien dapat bekerja sama dengan segenap staf rumah
sakit dalam mengawasi/melayani klien.
3. Keluarga/penunggu klien hanya boleh satu orang dan mendapatkan kartu
ijin Tunggu (KIT).
4. Disrankan tidak membawa atau menyimpan barang-barang
pribadi/berharga pihak rumah sakit tidak bertanggung jawab terhadap
kehilangan barang pribadi berharga diarea rumah sakit.
5. Klien, keluarga atau penjenguk wajib menjaga kebersihan dan ketentraman
dengan ketentuan sbb:
6. Tidak merokok diseluruh area rumah sakit.
7. Tidak mengotori ruangan dan rumah sakit.
8. Tidak mebuat kegaduhan/keributan.
9. Tidak merusak/mengilangkan barang inventaris milik rumah sakit.
10. Tidak membuang sampah sembarangan.
11. Dlarang mencuci alat makan pada waltaple ruangan.
12. Tidak membawa senjata tajam.
13. Petugas rumah sakit berhak memberikan teguran tindakan atas setiap
pelangaran yang dilakukan.
14. Jam besuk yang berlaku adalah sebgai berikut :
15. Jam kerja
16. Pagi : 11.00-12.00 WIB
1. Sore : 16.00-18.00 WIB
2. Hari besar
3. Pagi :11.00-12.00 WIB
4. Sore: 16:30-19:00 WIB

37
Hak Pasien

1. Memperoleh mengenai peraturan yang berlaku dirumah sakit.


2. Memperoleh tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
distriminasi.
4. Memperoleh peayanaan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosuder oprasional.
5. Memperoleh pelyanan yang efktif dan efesien sehingga terhindar dari
kerugian dari fisik dan materi.
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
perturan yang berlaku dirumah sakit.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai surat izin praktik (SIP) baik didalam maupun diluar
rumah sakit.
9. Mendapatkan privasi dan kerahasian penyait yang diderita termasuk data-
data medisnya.
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta prioritas biaya tindakan pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap peyait yang dideritanya.
12. Didampingi keluargaya dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan dan yang
dianutnya selama hal itu tidak menganggu pasien lainnya.
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
dirumah sakit.
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelakuan rumah sakit terhadap
dirinya.

38
16. Menolak pelayanan dibidang rohami yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
17. Mengugat dan dari atau mentut rumah sakit apabila diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesui dengan standar baik secara perdata maupun
pidana.
18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayan melalui media cetak dan elektronik sesui dengan ketentuan
peraturan perundangan.

Analisis:
Berdasarkan hasil wawancara kepada CI ruangan Parkit dan hasil
observasi pada tanggal 20-22 April 2017 didapatkan hasil bahwa masih
adanya pengunjung yang berumur dibawah 12 tahun ke ruang parkit saat
diluar jam kerja dan hari libur dikarenakan tidak adanya satpam ruangan
saat diluar jam kerja walaupun perawat telah menegur dan mengingatkan
keluarga pasien tersebut. Sehingga ini menjadi kelemahan ruangan dalam
menerapkan peraturan bagi pasien dan keluarga pasien

39
b) Manajemen Asuhan Keperawatan

1) Pasien Datang (SPO, flow of care)

Alur penerimaan pasien di Ruang Parkit RSAU Dr.M. SALAMUN

Instalasi Gawat Darurat


(IGD) Ruang Lain Dengan Indikasi Poli Klinik

Ruang Rawat Inap

Keluar Rs

Sembuh Pulang Paksa Meninggal

Analisis:

Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi yang didapatkan pada


tanggal 20-22 April 2017 didapatkan bahwa pelaksanaan alur penerimaan pasien
telah sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku sesuai SPO, namun berdasarkan
hasil observasi pasien baru tidak diberikan edukasi mengenai hand hygine,
pemilahan sampah, resiko jatuh, dan sosialisasi edukasi identifikasi pasien kepada
keluarga dan pasien. Orientasi terhadap pasien baru merupakan usaha
memberikan informasi/sosialisasi kepada pasien dan keluarga tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan selama di rumah sakit (Ragusti, 2008).

40
2) Pengelolaan Pasien

a. Metode Penugasan
Metode penugasan yang digunakan di ruangan adalah metode Tim
karena rumah sakit telah menggunakan metode asuhan keperawatan
profesional. Pembagian tugas dibagi menjadi 2 tim dengan 2 orang ketua
tim, setiap tim terdiri dari 5 orang perawat pelaksana. Pembagian anggota
tim sudah sesuai dengan kualifikasi perawat yang ada di setiap shiftnya.
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat tampak pembagian tugas
yang jelas pada setiap shift dimana ada perawat yang bertugas
memberikan asuhan kepada ruangan yang di tentukan sesuai susunan tim
yang di buat oleh kepala ruangan.
Analisa :
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada CI ruangan parkit
menggunakan metode Tim dalam pembagian penugasan yang terdiri dari 2
tim dengan 2 orang ketua tim, setiap tim terdiri dari 5 orang perawat
pelaksana pada tim 1 dan 7 orang perawat di tim 2 (Nursalam, 2011).

b. Model asuhan keperawatan


Di ruang Parkit menggunakan metode tim. Metode ini
diaplikasikan di ruangan dengan adanya 2 tim yang setiap tim terdirinya
dari 5 perawat pelaksana dan dipimpin oleh ketua tim yang berdinas di
pagi setiap shift dengan kapasitas Tim 1 dengan kapasitas 13 tempat tidur,
tim 2 terdiri dari 7 perawat pelaksana dan dipimpin oleh ketua tim, dengan
kapasitas 14 tempat tidur.

Analisa :
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada CI ruangan parkit
menggunakan metode Tim, terdiri dari 5 perawat pelaksana dan dipimpin
oleh ketua tim yang berdinas di pagi setiap shift dengan kapasitas Tim 1
dengan kapasitas 13 tempat tidur, tim 2 terdiri dari 7 perawat pelaksana
dan dipimpin oleh ketua tim, dengan kapasitas 14 tempat tidur model
41
asuhan keperawatan sesuai dengan Grant & Massey (1997) dan Marqules
& Huston (1998) dengan metode tim. Enam-tujuh perawat profesional dan
perawat pelaksana bekerja sebagai satu tim,disupervsi oleh ketua tim dan
kepala ruangan.

c. Sistem Timbang Terima


Dari hasil observasi dan wawancara perawat di ruang Parkit
Rumah RSAU dr. M. SALAMUN pada tanggal 20-22 April 2017
pelaksanaan operan diRuang Parkit pada sift pagi kesift siang dilakukan
serah timbang terima pasien di meja nusre stasion dan dengan (ronde
keliling), dan sift siang kesift malam dilakukan serah timbang terima
pasien di meja nurse stasion saja tidak dilakukan (ronde keliling)
dikarenakan tidak mau menganggu pasien karena sudah jam istirahat dan
ketika sift malam kepagi hari dilakukan serah terima pasien di meja nurse
stasion dan ronde keiling. Apabila ada dokter visite perawat perwakilan
akan mendampingi dokter (ronde keliling).
Analisis :
Berdasarkan hasil observasi dan dan wawancara perawat di ruang
Parkit Rumah RSAU dr. M. SALAMUN pada tanggal 20-22 April 2017
pelaksanaan operan diruang Parkit pada sift pagi kesift siang dilakukan
serah timbang terima pasien di meja nusre stasion dan dengan (ronde
keliling), dan sift siang kesift malam dilakukan serah timbang terima
pasien di meja nusre stasion saja tidak dilakukan (ronde keliling)
dikarenakan tidak mau menganggu pasien karena sudah jam istirahat dan
ketika sift malam kepagi hari dilakukan serah terima pasien di meja nurse
stasion sesuai dengan peraturan Depkes.

3) Pre & Post Conference


Pre & Post Conference adalah pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum (Pre) atau setelah (Post) melakukan operan
dinas pagi, sore, atau malam sesuai jadwal dinas perawat pelaksana.

42
Analisis:
Berdasarkan hasil observasi, perawat melakukan pre conference
setelah operan dan melakukan post conference sebelum operan. Pre
conference dilakukan dengan menanyakan aspek asuhan keperawatan yang
akan dilakukan oleh perawat pelaksana dan pembagian tugas masing-
masing perawat. Saat post conference menanyakan aspek asuhan
keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat pelaksana. Pre conference
dan post conference dilakukan oleh seluruh perawat yang dipimpin oleh
Katim.

4) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adadalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan.
Analisis:
Dari hasil wawancara dan Observasi pada tanggal 20-22 April
2017 kepada CI ruangan didapatkan hasil bahwa ronde keprawatan sudah
dilakukan hanya belum maksimal yaitu perawat belum melakukan ronde
keperawatan dengan menjalankan diskusi dengan didepan pasien
difokuskan pada masalah keperawatan.

5) Kebutuhan Dasar Manusia


a) Kebutuhan Oksigenasi
Ruang Parkit sudah terdapat SOP pemasanganan oksigenasi
b) Kebutuhan Cairan (alur penyimpanan cairan)
Penyimpanan kebutuhan cairan pasien di Ruang Parkit disimpan
dilemari obat. Setelah cairan di ambil dari depo farmasi oleh perawat,
cairan di simpan di lemari obat.
c) Kebutuhan Nutrisi (alur kolaborasi dengan ahli gizi)
d) Standar operasional procedure pelayanan parkit.

43
e) Ruang raawat inap Parkit memiliki 70 SOP
6) SOP

NO NAMA SOP

1 Pelayanaan yang seragam dirumah sakit

2 Pelayanaan yang terintegrasi dan terkoordinasi

3 case manager

4 Rapat Tim Medis

5 CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)

6 Penulisan SOAP ( Subject,objektif,asesmen,planning)

7 DPJP (Dokter penaggung jawab pelayanan pasien)

8 Rawat bersama DPJP

9 Koordinasi dan transfer informasi DPJP (konsultasi)

10 Pemberian perintah asuhan pasien tertulis atau lisan

11 Informasi dan edukasi

12 Komunikasi via telfon

13 Pencegahan pasien resiko jatuh

14 Asesmen pasien resiko jatuh

15 Penaganan pasien resiko jatuh

16 Penanganan resusitasi pada bayi

17 Penaganan resusitasi jantung paru

18 Tindakan resusitasi

19 Transfusi thrombosis pada dewasa

44
20 Transfusi darah lengkap pada dewasa

21 Transfusi dararah lengkap pada anak

22 Transfusi FFP (Fresh Frozen Plasma ) pada anak

23 Pasien koma

24 Penaganan kasus henti jantung

25 Pemberian oksigen

26 Pemakaian dan pemerilharaan alat manometer oksigen

27 Pemakaian alat DC Syok

28 Pemakaian dan pemeliharaan ambu bag

29 Pemakaian dan pemeliharaan alat defibrillator

30 Penaganan rekaman alat EKG

31 Pemakaian dan pemeliharaan monitor EKG (model


3101)

32 Pemakaian dan pemeliharaan alat suction pump merk


hitachi

33 Pemakaian dan pemeliharaan alat suction pump merk


hitachi-2

34 Pemakaian alat laryngoscope

35 Pemasangan NGT atau sonde fooding

36 Pemakaian rekaman alat EKG

37 penggunaan shireng pump

38 Penggunaan fentilator

45
39 Monitor pemantau pasien

40 Pulse oxymetri

41 Pemakaian dan pemeliharaan infus pump JMS

42 Asuhan untuk pasien imonosupressed

43 Pasien dengan penyakit menural

44 perawatan pasien dengan immunocompromise

45 Arus pelayanan pasien baru Hemodialisa

46 Dialiser proses ulang (resuse dialiser)

47 Pelayanaan Hemodialisa pasien dengan travelling


dialysis

48 pelayanan hemodialisa cyto

49 Pasien continuous ambulatoryperitoneal dialysis


(CAPD)

50 Penilaian balance cairan

51 Pelayanan pasien dengan restrain

52 Pelayanan pasien dengan restrain pada pasien jiwa

53 pendekatan pasien peberian obat pada pasien jiwa

54 Ruang isolasi pasien jiwa

55 Asuhan pasien cacat

56 Asuhan keperawatan pada pasien anak dengan


ketergantungan

57 Asuhan pasien usia lanjut/geriatric

46
58 Pemeriksaan korban kekerasan

59 Penatalaksanaan pasien dengan agresivitas (perilaku


kekerasan)

60 Penatalaksanaan korban kejahatan seksual

61 Tindakan pemberian kemoterapi

62 Jadwal pengambilan makan pasien

63 Perubahan diet pasien

64 Skrining gizi

65 Penatalaksanaan ekstravasasi

66 Identivikasi pasien yang beresiko megalami nyeri

67 Asuhan pasien terhadap terminal

68 Membimbing pasien terhadap terminal

69 Membimbing pasein dalam sakaratul maut

70 Verifikasi DPJP

Analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada CI ruangan parkit pada
tanggal 22 April didapatkan bahwa SOP ruangan mengacu pada seluruh
SOP yang ada di rumah sakit, dan pelaksanaan tindakan keperawatan
dalam pencegahan pasien resiko jatuhbelum sesuai SOP.
7) Kebutuhan Psikologi
Analisis:
Berdasarkan hasil observasi, pemenuhan kebutuhan psikologi pasien di
ruangan parkit yang mayoritasnya pasien-pasien fase partial sudah
dilakukan oleh perawat yaitu dengan memberikan motivasi serta dukungan
untuk menjalankan pengobatan kepada pasien di ruang parkit.
47
8) Kebutuhan Spiritual
Analisis:
Berdasarkan hasil observasi, pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di
ruang parkit belum dilaksanakan oleh perawat.
9) Sentralisasi Obat
Analisis:
Berdasarkan data yang diperoleh tentang pengelolaan sentralisasi obat di
RuangParkit, yaitu setiap pasien memiliki satu keranjang obat dengan no
bed. Ruang parkit dispensing belum tersedia, dispensing dilakukan di
depan lemari obat.
Alur pelaksanaan sentralisasi obatdi Ruang Parkit RS. dr. M. Salamun

Dokter
Surat
persetujuan
Resep sentralisasi Perawat
obat, resep

Keluarga
Pasien/ Keluarga

Farmasi/ Apotik

Pengaturan dan pengelolaan oleh petugas


Dokumentasi
farmasi
lembar serah
terima obat,
buku serah
terima obat
Penerimaan, pendistribusian,
penyimpanan oleh perawat

Pasien/ keluarga

48
Obat habis

10) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)


Berdasarkan hasil wawancarakepada Kepala Ruangan Parkit, bahwa
SAK yang paling sering digunakan digunakan di Ruang Parkit yaitu:
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
2. Gangguan pola nafas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Nyeri
5. Intoleransi aktivitas
6. Mobilisiasi
7. Nutrisi
Analisis:
Berdasarkan observasi dan wawancara pada tanggal 20-22 April 2017 ,
bahwa SAK di ruang parkit masih manual dan penerapannya sesudah
sesuai SOP.

4.M4 (Material)

Secara definisi, yang dimaksudkan dengan manajemen material adalah


suatu fungsi yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan perencanaan
(planning), pencarian sumber (sourcing), pembelian (purchasing), penyimpanan
dan pengendalian material secara optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan. Manajemen material juga dapat diartikan sebagai teknik ilmiah yang
berkaitan dengan kepercayaan, pengorganisasian dan pengendalian aliran bahan
mulai dari pembelian awal hingga tiba ditempat tujuan. Menurut Sedarmayanti
(2001), “Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara
langsung maupun scara tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam

49
dua kategori, yakni : Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan
(Seperti: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya)
Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut
lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya :temperatur,
kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak
sedap, warna, dan lain-lain. Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik
terhadap karyawan, maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia,
baik mengenai fisik dan tingkalakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian
digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001) yang
dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan
dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
a. Penerangan/cahaya di tempat kerja
b. Temperatur/suhu udara di tempat kerja
c. Kelembaban di tempat kerja
d. Sirkulasi udara di tempat kerja
e. Kebisingan di tempat kerja
f. Getaran mekanis di tempat kerja
g. Bau tidak sedap ditempat kerja

Berikut ini akan diuraikan masing-masing faktor tersebut dikaitkan dengan


kemampuan manusia, yaitu :
1. Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna
mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu
diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak
menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat,
banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang
efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit
dicapai.

50
2. Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi
kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa
tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar
jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi
panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.
3. Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara,
biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau
dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara
temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari
udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat
menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan
temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan
pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem
penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena
makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan
tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antar panas
tubuh dengan suhu disekitarnya.
4. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk
menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di
sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah
berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya
bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya
tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang
dibutuhkan olah manusia. Dengan sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja,
ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar

51
tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada
jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat
pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
5. Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk
mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh
telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi
tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan
menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan
yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan
konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan
pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja
meningkat.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa
menentuikan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
a. Lamanya kebisingan
b. Intensitas kebisingan
c. Frekwensi kebisingan
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk
akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.
1. Getaran Mekanis di Tempat Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat
mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan
dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada
umumnya sangat menggangu tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak
teratur dalam intensitas maupun frekwensinya. Gangguan terbesar
terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila frekwensi alam ini
beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran
mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :
1. Kosentrasi bekerja
2. Datangnya kelelahan

52
3. Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan
terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.

2. Bau-bauan di Tempat Kerja


Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai
pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan
yang terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman.
Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang
dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menganggu di
sekitar tempat kerja.

1. Fasilitas Untuk Pasien


Fasilitas untuk pasien adalah fasilitas yang dapat digunakan untuk
pasien ketika berada di ruangan rawat inap, yang terdiri dari berbagai macam
alat-alat.
2.12 Tabel Pengadaan Fasilitas Barang Dan Jumlah Barang Untuk Pasien
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Tempat Tidur 27 Baik
2 Meja Pasien 18 Baik
3 Kursi Roda 2 Baik
4 Jam Dinding 2 Baik
5 Timbangan 1 Baik
6 Kamar Mandi & WC 2 Baik
7 Washtafel 1 Baik
9 Televisi 2 Baik
1 Dispenser 1 Baik
0

Analisis :
Berdasarkan hasil Observasi pada tanggal 21-04-17 fasilitas yang disediakan di
Ruang Parkit RSAU dr.M. Salamun Bandung fasilitas yang bisa digunakan oleh
pasien selama dirumah sakit dalam keadaan baik dan pada kursi roda 1 yang tidak
layak di pakai, selebihnya tidak ada kerusakan menurut standar keperawatan dan
kebidanan diruang rawat inap menurut Depkes (2001).
53
2. Alat Tenun
Alat tenun adalah alat yang dapat digunakan untuk pasien yang
terdiri dari sprei, selimut, sarung bantal dan lain-lain yang terdiri dari :
2.13 Tabel Alat Tenun Pasien

No Nama Barang Jumlah infentaris Kondisi

1 Selimut Tebal 18 Baik


Baik
2 Laken 48
Baik
3 Sarung Bantal 29
Baik
4 Stik Laken 13
Baik
5 Baju Pasien 13
Baik
6 Sarung Pasien 2
Baik
7 Bantal 22
Baik
8 Kasur 27
Baik
9 Barak Biru 2
Baik
10 Barak Hijau Mudah 6
Baik
11 Barak Hijau 18
Baik
12 Gorden kuning 70
Baik
13 Barak Putih 7
Baik
14 Fixasi Baju 4
Baik
15 Sarung O2 10

54
Baik
16 Selimut sedang 9
Baik
17 Barak Biru dongker 4
Baik
18 Fixasi 1

Analisis :
Berdasarkan hasil Observasi pada tanggal 21-04-17 fasilitas yang
disediakan di Ruang Parkit RSAU Dr.M. Salamun Bandung fasilitas yang
bisa digunakan oleh pasien selama dirumah sakit dengan keadaan baik dan
layak dipakai, tetapi belum sesuai menurut standar Depkes (2001) tentang
alat tenun.

3. Alat Kesehatan yang ada di Ruangan


Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, dan atau
implant yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang
sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh. Di Ruang Parkit terdapat beberapa alat
kesehatan yang dapat diguakan alat alat tersebut adalah sebagai berikut

2.14 Tabel Alat-Alat Kesehatan Yang Ada Di Ruang Parkit


No Nama Alat Kesehatan Jumlah Unit

1 Ambubag 1 Unit

2 Bak instrumen besar 1 Unit

3 Bak instrumen sedang 1 Unit

4 Baki tindakan 1 Unit

5 Buli-buli besar 4 Unit

55
6 Kom besar 3 Unit

7 Kom kecil 3 Unit

8 Huknah 6 Unit

9 Gunting benang 1 Unit

10 Gunting jaringan 1 Unit

11 Gunting perban 2 Unit

12 Gunting besar + kecil 2 Unit

13 Refleks hammer 2 Unit

14 Klem arteri 1 Unit

15 Korentang + tempat 4 Unit

16 Bengkok 39 Unit

17 Nebulizer 3 Unit

18 Pinset anatomis 7 Unit

19 Pinset cirugis 8 Unit

20 Pispot bulat 10 Unit

21 Pinlight + suction 2 Unit

22 Tabung O2 besar 5 Unit

23 Tabung O2 kecil 1 Unit

24 Troley + suction 1 Unit

25 Standar infuse mobile 13 Unit

26 Stetoskop 3 Unit

27 Kursi roda 1 Unit

56
28 Trombol besar dan kecil 3 Unit

29 Termometer rectal 6 Unit

30 Termometer aksila digital 1 Unit

31 Termometer air raksa 3 Unit

32 Tensimeter mobile 1 Unit

33 Timbangan dewasa 2 Unit

34 Tongue spatel 2 Unit

35 Terniquet 3 Unit

36 Urinal 7 Unit

37 Botol WSD 7 Unit

38 Lampu UV 1 Unit

39 Regerator mobile 2 Unit

40 Regerator mobile 1 Unit

41 Regurator sentral 1 Unit

42 Oksimetri 2 Unit

43 Syringe pump 2 Unit

44 Continue suction 1 Unit

45 Monitor tensi 1 Unit

46 Termometer digital 1 Unit

47 Pengukur tinggi badan 1 Unit

48 Regulator 24 Unit

49 Monitor 1 Unit

57
Analisis :
Berdasarkan hasil Observasi pada tanggal 21-04-17 fasilitas yang
disediakan Ruang Parkit RSAU dr.M. Salamun Bandung, fasilitas yang
bisa digunakan oleh pasien selama dirumah sakit dengan keadaan baik dan
didapatkan bahwa tidak terdapat diruangan, dan tidak ada gunting
necrotomi serta untuk alat set GV tidak tersedia diruangan dan hanya
didapatkan di Cssd hal ini tidak sesuai dengan Standar alat kesehatan
menurut Depkes RI (2001).

4. Fasilitas Tenaga Kesehatan


Dalam peraturan pemerintah yang dimaksud dengan fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan / atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
prefentif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah
pusat, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
2.15 Tabel Fasilitas Tenaga Kesehatan/ Karyawan

No Fasilitas Jumlah Kondisi


1 Ruang Kepala Ruangan 1 Baik
2 Kamar Ganti Perawat 1 Baik
Ruang Staff Dokter/ Meja
3 Dokter - Baik
4 Nurse Stasion 1 Baik
5 Gudang Penyimpanan Baik
6 Kamar Mandi Perawat & Wc 1 Baik
7 Ruang Dispensing - Tidak Ada
8 Ruang Tindakan - Tidak Ada
9 Ruang spoolhoek 1 Baik
Tempat sampah medis dan
10 Non medis 2 Baik

58
11 Tempat limbah sampah 1 Baik
12 Tempat plabot bekas - Tidak Ada
13 Alat suction 1 Baik
14 Mesin EKG 1 Baik
15 Troli emergensi 1 Baik
16 Safety box 1 Baik
17 Carecom 2 Baik
18 Ruang diskusi Mahasiswa - Tidak ada

Analisis :
Berdasarkan hasil Observasi pada tanggal 21-04-17 fasilitas yang
disediakan Rumah Sakit Dr. M. Salamun di Parkit fasilitas yang bisa
digunakan oleh pasien selama dirumah sakit dengan keadaan baik dan
layak pakai tidak ada kerusakan. Tetapi tidak ada ruang dispensing, ruang
tindakan tempat plabot bekas, dan ruang diskusi mahasiswa. hal ini tidak
sesuai menurut pedoman teknis bangunan rumah sakit ruang rawat inap
menurut Kemenkes RI (2012).

5. Administrasi Penunjang
Administrasi penunjang penunjang atau administrasi sarana dan
prasarana kesehatan merupakan hal yang sangat menunjang atas
tercapainya suatu tujuan dari keperawatan, sebagai seorang personal
perawat kita dituntut untuk menguasai dan memahami administrasi sarana
dan prasarana, untuk meningkatkan daya kerja yang efektif dan efisien
serta mampu menghargai etika kerja sama personal tenaga kesehatan.
2.16 Tabel Administrasi Penunjang Di Ruang Parkit.
No Jenis Barang Jumlah Keadaan
1 Buku injeksi Tidak ada -
2 Lembar observasi Ada Baik
3 Lembar dokumentasi Ada Baik
4 Buku TTV Tidak Ada -

59
5 Buku timbang terima Ada Baik
6 SOP 70> Baik
7 SAK Ada Baik
8 Buku obat Ada Baik
9 Buku inventaris Ada Baik
10 Buku pasien pulang Ada Baik
11 Buku registrasi Ada Baik
12 Buku transfer pasien/ pindah Ada Baik

Analisis :
Berdasarkan hasil Observasi pada tanggal 21-04-17 bahwa Ruang Parkit
Administrasi penunjang semua buku dan lembar observasi maupun SOP
dan SAK tersedia, buku Adminitrasi penunjang dan pelaporan diruang
rawat inap Parkit sudah sesuai dengan standar Depkes RI (2001)

6. Alat kesehatan di Troley Emergency


Emergency troley merupakan salah satu alat yang digunakan untuk
kebutuhan pasien dalam keadaan gawat darurat.

2.17 Tabel Pengadaan Alat Di Troley Emergency.

No Nama alat SAT Jumlah

1 Dopamine Amp 3

2 Dobutamine Amp 3

3 Ceduracard Amp 2

4 Athropine sulfat Amp 3

5 Adrenaline Amp 4

60
6 Digoxin Amp 2

7 Lidocain Amp 4

8 Dexametaxone Amp 4

9 Ephedrine Amp -

10 Furosemide Amp 4

11 Aminophyline Amp 4

12 Ca.glukonas Amp 3

13 Na. Bicarbonat Kolf 2

14 RL Fls 2

15 Nacl Fls 2

16 Nasal canul O2 Pcs 2

17 Masker O2 Pcs 2

18 Spuit 3 cc Pcs 4

19 Spuit 5 cc Pcs 4

20 Infus set Pcs 2

21 Diasepam Amp 3

Analisis :
Berdasarkan hasil dari Observasi pada tanggal 21-04-2017 didapatkan troli
emergency yang disediakan dengan alat-alat yang lengkap dan obat-obatan
yang lengkap yang bisa memudahkan tenaga kesehatan pada saat terjadi
code blue.

61
1. Fasilitas penunjang
2.18 Tabel Daftar Infentaris nurse station

No Alat Rumah Tangga Jumlah Satuan


1 Meja Besar/Arsip 1 Unit
2 Kursi Lipat 4 Unit
3 Kursi bundar 2 Unit
4 TV 21 Inci 1 Unit
5 Monitor 14 Inci 1 Unit
6 CPU 1 Unit
7 X-ray Lamp 1 Unit
8 Jam Dinding 1 Unit
9 Lukisan 1 Unit
10 Stetoskop 3 Unit
11 APAR 9 kg 1 Unit
12 APAR 3 kg 1 Unit
13 Loker Penitipan barang 1 Unit
14 Loker Status List 1 Unit
15 Helm Pemedam 4 Unit
16 Tempat sampah Non Medis 4 Unit
17 Air Pulier 1 Unit
18 Pesawat Telpon 2 Unit
19 Meja komputer 1 Unit
20 Meja kayu 1 Unit
21 Timbangan 1 Unit

Analisis :
Fasilitas penunjang lainnya tersedia dengan keadaan baik, tetapi pada
ruangan belum terdapat struktur organisasi.

62
2. Hasil Observasi dan Wawancara Penilaian Lingkungan Fisik
Analisis :

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada bebebrapa


perawat di ruangan parkit didapatkan bahwa pencahayaan diruangan
sudah cukup baik dimana terdapat banyak lampu di masing-masing bagian
ruangan parkit. Suhu udara di ruangan terasa panas akan tetapi sudah
terdapat banyak jendela, ruangan perlu menambahkan fasilitas pendingin
ruangan (AC/Kipas Angin). Kebisingan di ruangan parkit tidak
menggangu masih dalam batas normal. Penataan di ruangan parkit masih
perlu di tingkatkan lagi dalam hal kerapian dalam menyusun barang-
barang di ruangan. Kebersihan di ruangn parkit masih terlihat kurang
terjaga di mana hanya terdapat 2 kotak sampah non medis untuk pasien,
sementara sampah medis tidak ada. Lingkungan kerja fisik ruang Parkit
sudah sesuai dengan kriteria Kemenkes (2004) tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Menurut penelitian Setriadi Beni dkk (2015) tentang Pengaruh
Lingkungan Kerja Fisik dan Non Fisik terhadap motivasi kerja dan kinerja
karyawan. Hasil peelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan variable lingkungan kerja fisik terhadap motivasi dengan nilai
signifikansi dengan sebesar 0,0000. Variabel lingkungan kerja non fisik
terhadap motivasi dengan niali signifikansi sebesar 0,0000. Variabel
lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikansi
0,038 dan motivasi berpengaruh signifikansi terhadap kinerja karyawan
sebesar 0,001. Perhitungan antara variabel lingkungan fisik terhadap
kinerja karyawan besar pengaruh langsungnya yaitu 0,294, dan pengaruh
tidak langsungnya melalui variabel motivasi yaitu sebesar 0,198, maka
dapat disimpulkan pengaruh langsungnya lebih besar dibandingkan
dengan pengaruh tidak langsungnya sedangkan dari perhitungan antara
variabel lingkungan kerja non fisik terhadap kinerja karyawan pengaruh
langsungnya sebesar 0,237 dan pengaruh tidak langsungnya melalui
variabel motivasi sebesar 0,254.
63
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini membuktikan
bahwa lingkungan kerja fisik dan non fisik dapat meningkatkan motivasi
kerja dan dapat meningkatkan kinerja karyawan semakin baik

5.Market

1) Mengkaji indikator mutu


a) Kejadian dekubitus
Dekubitus merupakan kerusakan/ kematian jaringan kulit sampai
jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang
akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga
mengakibatkan gangguan sirkulasi darah sempit. Berdasarkan hasil kajian
situasi ruangan Dahlia selama tiga hari dari tanggal 20-22 April 2017 tidak
didapatkan pasien yang mengalami dekubitus.
Sementara berdasarkan hasil rekam medik bulan Januari-Maret
2017 angka kejadian decubitus tidak terjadi. Selain pemberian asuhan
yang baik, hanya ada 3 orang pasien selama tiga bulan yang mengalami
tirah baring dan terkontrol dengan mobilisasi yang baik.

Analisis:
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi kejadian dekubitus
merupakan bagian dari kejadian infeksi nosokomial atau inok. Angka
kejadian dekubitus yang rendah (bahkan sama sekali tidak ada)
menunjukkan kualitas mutu yang baik dari pelayanan keperawatan di
ruang parkit sehingga hal ini menjadi salah satu kekuatan dari ruang
parkit.

b) Kejadian salah pemberian obat


Berdasarkan hasil kajian situasi di ruang parkit selama 3 hari dari
tanggal 20- 22April 2017 tidak ada kejadian salah dalam pemberian obat
(error medication). Hal ini juga dipengaruhi karena sudah diterapkannya

64
sistem pasien safety tentang identitas klien yang mengharuskan perawat
menanyakan identitas klien setidaknya 2 jenis (nama klien dan tanggal
lahir klien) sebelum memberikan obat. Selain itu penerapan 6 benar dalam
manajemen pemberian obat, juga menjadi faktor pendukung ketepatan
perawat dalam memberikan obat sehingga sangat mungkin tidak terjadi
error medication di ruangan Parkit.
Analisis :
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi Kesalahan
dalam pemberian obat termasuk kedalam KTD di rumah sakit atau ruang
perawatan. Angka kejadian error medication selama bulan Januari-Maret
2017 menunjukkan angka nol atau tidak pernah terjadi, yang menunjukkan
kualitas mutu yang baik dari perawat ruangan. Hal ini digolongkan sebagai
kekuatan dari aspek mutu ruangan.

c) Kejadian pasien jatuh


Kejadian pasien jatuh menjadi aspek mutu dalam hal IPSG
(Internasional Patient Safety Goals) atau lebih dikenal dengan
keselamatan pasien. Perawat dalam poin ini harus menerapkan tindakan-
tindakan pencegahan resiko jatuh pada pasien baik untuk pasien yang
minimal care, parsial care terutama pada pasien total care. Dalam
pengimplementasian meminimalisir resiko pasien jatuh, perawat harus
menerapkan beberapa tindakan meliputi mempertahankan pemasangan
badplang pada bed pasien, pemberian tanda resiko jatuh di gelang pasien
dan edukasi ke keluarga untuk turut berperan dalam meminimalisir pasien
jatuh.
Berdasarkan kajian situasi selama 3 hari dari tanggal 20-22April
2017 di ruang parkit tidak didapatkan pasien jatuh. Dan menurut rekam
medik Angka kejadian pasien jatuh dalam satu bulan terakhir selama bulan
April adalah 0 atau dengan kata lain tidak ada kejadian pasien jatuh.

65
Analisis :
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi, data angka kejadian
nol (tidak pernah terjadi) tentang pasien jatuh menunjukkan kualitas mutu
yang baik dari ruangan rawat inap. Hal ini dibandingkan dengan standar
Kepmenkes nomor 129/Menkes/SK/II/2008 yaitu 100% tidak ada kejadian
pasien jatuh yang mengakibatkan cidera/ kematian pada pasien.

d) Kejadian infeksi nosokomial


Infeksi nosokomial atau inok merupakan kejadian yang tidak diinginkan
selama pasien berada di rumah sakit yang didapatkan ketika pasien dirawat
lebih dari 72 jam. Penyakit-penyakit infeksi nosokomial yang sering
terjadi di Rumah sakit meliputi ISK akibat pemakaian DC, hospital
acquired pneumoni (HAP), dekubitus, sepsis, infeksi luka operasi dan
lainnya.

Analisis :

Berdasarkan hasil wawancara, indikator mutu dilihat dari aspek angka


kejadian infeksi nosokomial di ruang parkit terhitung baik karena
presentase kejadian ini kurang dari standar Kepmenkes tahun 2008 (≤
1,5%).
e) Kejadian flebitis
Flebitis merupakan salah satu aspek penilaian dalam kualitas mutu.
Flebitis merupakan kejadian infeksi rumah sakit yang disebabkan baik
oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh
komplikasi dari terapi intravena, Plebitis dikarateristikkan dengan adanya
dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi dan terba
mengeras di bagian vena yang terpasang kateter intra. Berdasarkan kajian
situasi selama 3 hari di ruang parkit dari tanggal 20-22April 2017 tidak
didapatkan pasien yang mengalami flebitis.

66
Analisis :
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi, kejadian phlebitis
merupakan bagian dari kejadian infeksi nosokomial atau inok. Angka
kejadian phlebitis yang rendah menunjukkan kualitas mutu yang baik dari
pelayanan keperawatan di ruang Parkit sehingga hal ini menjadi salah satu
kekuatan dari ruang Parkit.

2) Program promosi kesehatan di ruangan


Dalam rangka menjalankan dan meningkatkan fungsi promotif dan
preventif perawat di Rumah Sakit, program promosi kesehatan di Rumah
Sakit atau dalam lingkup Unit rawat inap menjadi salah satu program yang
bisa dilakukan. Pelaksanaan promosi kesehatan dapat dilakukan dalam
berbagai macam cara dan berbagai macam jenis. Promosi kesehatan di
lingkup unit ruangan rawat inap bisa dilakukan kepada lingkup individu
maupun kelompok, baik ke pasien maupun ke keluarga pasien. Selain itu
media yang bisa digunakan dalam promosi kesehatanpun berbagai macam
jenisnya.
Media yang bisa digunakan meliputi penyuluhan secara langsung,
penggunaan media poster/ baner yang ditempel atau di tempatkan di
ruangan, media leaflet sebagai media yang lebih simple untuk dibawa oleh
pasien atau keluarga, ataupun media-media lainnya yang bisa dikemas
dengan cara yang lebih menarik dan lebih efektif dalam penyampaiannya.
Ruang Parkit sebagai ruang rawat inap untuk pasien-pasien dengan
masalah perawatan onkologi dan kemoterapi, idealnya memiliki media
yang digunakan dalam upaya program promosi kesehatan. Berdasarkan
data hasil survei/ observasi ruangan, terdapat media leaflet yang bisa
digunakan dalam promosi kesehatan di ruangan namun ketersediaannya
masih kurang, selain itu program promosi kesehatan pun belum ada dalam
program rutin ruangan. Hal ini menjadi salah satu aspek yang perlu
didiskusikan bersama dengan supervisor unit (Karu) untuk menindak

67
lanjuti program promosi kesehatan di Ruang Parkit RSAU dr. M.
Salamun.
Analisis :
Berdasarkan hasil wawncara dan studi dokumentasi, program promosi
kesehatan dengan berbagai media belum terlihat secara maksimal baik
dengan promosi kesehatan secara langsung berkelompok, dengan media
poster maupun leaflet ada berupa baner pun belum terfokus pada
perawatan penyakit pasien. Hal ini menjadi salah satu kekurangan di
Ruang Parkit.

3) Lokasi rumah sakit


RSAU dr. M. Salamun terletak di Jl Ciumbuleuit Nomor 203 Kec.
Cidadap, Kota Bandung, Jawa Barat. Lokasi rumah sakit strategis karena
berada di jalan besar cimbuleuit. Luas lahan + 39.535 m2 dengan elevasi
ketinggian + 750 mdpl dengan kisaran suhu 240-300C. Letak demografis
rumah sakit yang dekat dengan bukit punclut sebagao salah satu pusat olah
raga dan kuliner,letaknya pun di jalan besar dilewati angkutan
umum.Maka akses tersebut menjadi kekekuatan untuk pasien yang akan
berkunjung ke rumah sakit. Selain itu, keberadaan rumah sakit juga dekat
dengan bukit punclut sebagao salah satu pusat olah raga dan
kuliner,letaknya pun di jalan besar dilewati angkutan umum dan
berpenduduk 51,971 jiwa merupakan potensi salah satu penyangga
pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh rumah sakit sehingga menjadi
kekuatan.

Analisis :

Berdasarkan hasil observasi lokasi rumah sakit berada di jalan maka akses
tersebut menjadi kekekuatan untuk pasien yang akan berkunjung ke rumah
sakit. Selain itu, keberadaan rumah sakit juga dekat dengan bukit punclut
sebagao salah satu pusat olah raga dan kuliner,letaknya pun di jalan besar
dilewati angkutan umum dan berpenduduk 51,971 jiwa merupakan potensi

68
salah satu penyangga pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh rumah sakit
sehingga menjadi kekuatan untuk RSAU dr. M. Salamun untuk dijangkau
masyrakat.

4) Status akreditasi rumah sakit


Akreditasi RSAU dr. M. Salamun, pada tahun 2002 memperoleh
sertifikat akreditasi rumah sakit dari KARS dengan predikat Lulus Tingkat
Dasar Penuh untuk 5 (lima) standar pelayanan. Tahun 2008 RSAU dr. M.
Salamun memperoleh Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dari KARS
Depkes RI dengan Lulus Bersyarat Tingkat Lanjut untuk dua belas Standar
Pelayanan. Tahun 2011 RSAU dr. M. Salamun memperoleh sertifikat
Akreditasi Rumah Sakit untuk 12 Standar Pelayanan Kesehatan. Tahun
2015 RSAU dr. M. Salamun memperoleh sertifikasi Akreditasi RS
Paripurna.
Analisis :
Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi, peluang atau
keuntungan yang dimiliki rumah RSAU dr. M. Salamun adalah menjadi
rumah sakit rujukan bagi TNI di Jawa Barat.

a. Analisa Lingkungan Fisik


1. Lingkungan Fisik

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 21-04-17 bahwa di


ruangan Parkit pada pengkajian fisik Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara pada bebebrapa perawat di ruangan parkit didapatkan bahwa
pencahayaan diruangan sudah cukup baik dimana terdapat banyak lampu
di masing-masing bagian ruangan parkit. Suhu udara di ruangan terasa
panas akan tetapi sudah terdapat banyak jendela, ruangan perlu
menambahkan fasilitas pendingin ruangan (AC/Kipas Angin). Kebisingan
di ruangan parkit tidak menggangu masih dalam batas normal. Penataan di
ruangan parkit masih perlu di tingkatkan lagi dalam hal kerapian dalam

69
menyusun barang-barang di ruangan. Kebersihan di ruangn parkit masih
terlihat kurang terjaga di mana hanya terdapat 2 kotak sampah non medis
untuk pasien, sementara sampah medis tidak ada. Lingkungan kerja fisik
ruang Parkit sudah sesuai dengan kriteria Kemenkes (2004) tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Menurut penelitian Setriadi Beni dkk (2015) tentang Pengaruh
Lingkungan Kerja Fisik dan Non Fisik terhadap motivasi kerja dan kinerja
karyawan. Hasil peelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan variable lingkungan kerja fisik terhadap motivasi dengan nilai
signifikansi dengan sebesar 0,0000. Variabel lingkungan kerja non fisik
terhadap motivasi dengan niali signifikansi sebesar 0,0000. Variabel
lingkungan kerja fisik terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikansi
0,038 dan motivasi berpengaruh signifikansi terhadap kinerja karyawan
sebesar 0,001. Perhitungan antara variabel lingkungan fisik terhadap
kinerja karyawan besar pengaruh langsungnya yaitu 0,294, dan pengaruh
tidak langsungnya melalui variabel motivasi yaitu sebesar 0,198, maka
dapat disimpulkan pengaruh langsungnya lebih besar dibandingkan
dengan pengaruh tidak langsungnya sedangkan dari perhitungan antara
variabel lingkungan kerja non fisik terhadap kinerja karyawan pengaruh
langsungnya sebesar 0,237 dan pengaruh tidak langsungnya melalui
variabel motivasi sebesar 0,254.
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini membuktikan
bahwa lingkungan kerja fisik dan non fisik dapat meningkatkan motivasi
kerja dan dapat meningkatkan kinerja karyawan semakin baik

2. Lingkungan Non Fisik


1. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, pendapat
dan pemberian nasihat yang terjadi antara dua orang atau lebih yang
bekerja sama (Nursalam, 2007). Komunikasi juga merupakan suatu seni

70
untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang
mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan
tujuan pemberi pesan.
1) Prinsip komunikasi manajer keperawatan
Walaupun komunikasi dalam satu organisasi adalah sangat kompleks,
manajer harus dapat melaksanakan komunikasi melalui beberapa
tahap di bawah ini (Nursalam, 2007):
a) Manajer harus mengerti sruktur organisasi, termasuk pemahaman
tentang siapa yamg akan terkena dampak dari pengambilan
keputusan yang telah dibuat. Jaringan komunikasi formal dan
informal perlu dibangun antara manajer dan staf.
b) Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai
bagian proses yang tidak terpisahkan dalam kebijakan organisasi.
Jika bagian lainnya akan terkena dampak akibat komunikasi,
manajer harus berkonsultasi tentang isi komunikasi dan meminta
umpan balik dari orang yang kompeten sebelum melakukan suatu
perubahan atau tindakan.
c) Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat
d) Manager harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat
diterima secara akurat, salah satu cara untuk melakukannya pada
proses ini adalah meminta penerima pesan untuk mengulangi pesan
atau instruksi yang disampaikan.
e) Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi
manager, hal yang perlu dilakukan adalah menerima semua
informasi yang disampaikan orang lain, dan menunjukan rasa
menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.

2) Model komunikasi (Nursalam, 2007)


a) Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah bagian yang penting dalam
organisasi. Dalam mencapai setiap kebutuhan individu/staf, setiap

71
organisasi telah mengembangkan metode penulisan dalam
mengkomunikasikan pelaksanaaan pengelolaan, misalnya publikasi
perusahaan, surat menyurat ke staf, pembayaran, dan jurnal. Manager
harus terlibat dalam komunikasi tertulis, khususnya pada stafnya.
Menurut Asosiasi pendidikan kesehatan di Amerika (1988)
komunikasi tertulis dan memo dalam suatu organisasi meliputi:
a. Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum memulai
menulis.
b. Menulis nama orang dalam tulisan anda perlu dipertimbangkan
dampaknya.
c. Tulis kata yang sederhana, familiar, spesifik, dan nyata, tulisan
yang sederhana akan lebih mudah dipahami dan memungkinkan
untuk dibaca orang lain.
d. Gunakan seminimal mungkin kata-kata yang tidak penting,
temukan cara yang baik untuk menggambarkan inti tulisan,
sehingga orang lain mudah mengerti.

b) Komunikasi secara langsung


Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan
bawahan baik secara formal maupun informal. Mereka juga melakukan
komunikasi secara verbal pada pertemuan formal, baik kepada individu
dalam kelompok dan presentasi secara formal (Nursalam, 2007).
Tujuan komunikasi verbal adalah assertiveness. Pelaku asertif
adalah suatu cara komunikasi yang memberikan kesempatan individu
untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung, jujur dan dengan
cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak
berkomunikasi. Hal yang harus dihindari pada komunikasi secara asertif
adalah pasif dan agresif, khususnya agresif yang tidak langsung.
Komunikasi pasif terjadi jika individu tidak tertarik terhadap topik atau
karena enggan berkomunikasi, sedangkan komunikasi agresif terjadi jika

72
individu merasa superior terhadap topik yang dibicarakan (Nursalam
2007).

c) Komunikasi non verbal


Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap tubuh atau body language.
Komunikasi non verbal meliputi komponen emosi terhadap pesan yang
diterima atau disampaikan, maka komunikasi non verbal lebih
mengandung arti yang signifikan dibandingkan komunikasi verbal. Tetapi
akan menjadi sesuatu yang membahayakan jika komunikasi nonverbal
disalah artikan tanpa adanya penjelasan secara verbal (Nursalam 2007).
Manajer yang efektif akan melakukan komunikasi verbal dan non verbal,
agar individu (atasan atau bawahan) dapat menerima pesan secara jelas
(Nursalam 2007)

Analisis:

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada perawat pelaksana


berjumlah 6 orang pada tanggal 20-22 April 2017 didapatkan hasil bahwa
rata-rata perawat menggunakan metode komunikasi secara langsung dan
komunikasi secara tertulis namun dalam pelaksanaan timbang terima
pasien kurang optimal karena kurangnya komunikasi terapeutik antar
sesame perawat maupun antar perawat dengan pasien. Berdasarkan hasil
pengkajian menggunakan kuesioner mengenai kepuasan pasien didapat 9%
pasien merasa sangat puas, 64% pasien puas dan 27% pasien tidak puas,
Standar kepuasan pasien rawat inap menurut Permenkes tahun 2008 yaitu
≥ 90%. Dari elemen empati dan daya tangkap perawat yang terdapat di
Ruang Parkit dengan pelayanan yang diterima pasien berdasarkan elemen
empati perawat terdapat 27,27% perawat jarang menengok keadaan pasien
dan perawat kurang perhatian dalam memberikan dukungan moril
terhadap keadaan pasien seperti dalam menanyakan dan berbincang-
bincang tentang keadaan pasien.

73
b. Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang
melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu
orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-
tujuan kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Motivasi
sebagai sesuatu yang menimbulkan semangat kerja dan menjadi landasan
seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan (Martoyo, 2000).
Dari hasil kajian yang didapatkan dengan metode kuisioner, kuisioner
yang digunakan adalah kuisioner motivasi menurut Maslow, dengan
klasifikasinya berisi sebagai berikut : prestasi, hasil kerja, kemungkinan
pengembangan, gaji, kondisi kerja, hubungan kerja. Hasil kuisioner yang
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.10 Ditribusi Frekuensi Motivasi Kerja
Kriteria Jumlah Persentase

Motivasi kuat 3 50 %

Motivasi Sedang 3 50 %

Motivasi Lemah 0 0%

Jumlah 6 100%

Analisis :
Berdasarkan hasil data diatas dari pengisian kuesioner kepada
perawat didapatkan hasil yang sama (50%) perawat memiliki motivasi
yang kuat untuk bekerja dan (50%) dengan motvasi yang sedang, motivasi
perawat dapat mempengaruhi terhadap kinerja perawat diruangan.
Menurut salah satu jurnal menurut Sitohang 2006 hubungan
motivasi kerja mempengaruhi ke prestasi dan kinerja perawat. Data hasil
kajian di ruangan parkit hasil presentasi (50%) memiliki motivasi kerja
yang kuat. Ideal motivasi kerja perawat menurut Mangkunegara (2009)

74
adalah 40% - 60%. Data hasil kajian di ruangan parkit hasil presentasi
(50%) memiliki motivasi kerja yang kuat.

c. Manjemen konflik
Manajemen konflik adalah suatu penyelesaian masalah bagi
seseorang untuk menerima konflik dan tidak merasakan konflik tersebut
sebagai suatu masalah atau ancaman terhadap keberadaanya baik secara
internal maupun eksternal akibat dari perbedaan pendapat nilai atau
keyakinan dua orang atau lebih (Nursalam, 2012).

Analisis:

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada CI ruangan Parkit pada


tanggal 20 April 2017 di dapatkkan hasil bahwa manajemen konflik yang
diterpkan di ruangan parkit yaitu menggunakan metode strategi
penyelesaian konflik negosiasi dan kolaborasi yang sering digunakan
dalam penyelesaian masalah didalam manajemen asuhan keperawatan,
hasil ini sesuai dengan menurut (Nursalam, 2012).

d. Kajian Indikator Mutu Ruangan (BOR,LOS,TOI,BTO,Kepuasan


pasien)
1. BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR adalah suatu persentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit. Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60% - 85% (Depkes RI, 2005).

Uraian TT BOR Tahun 2017


Kelas III 24 45,9%
Kelas II 3
Jumlah 27 45,9%

75
Sumber : data ruang parkit
Analisis :
Berdasarkan data hasi study dokumentasi yang didapat dari rekam
medik selama 3 bulan terakhir dapat diketahui bahwa BOR Pada
tahun 2017 yaitu hanya 45,9% belum memenuhi standar depkes
yaitu masih rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah
sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60% - 85%
(Depkes RI, 2005).

2. Loss Day

Loss Day = Jumlah hari libur /tahun+jumlah hari libur nasional/tahun xA

Jumlah hari kerja pertahun

=48+48+13+12x10

244

= 4,9

= 5 orang (Jumlah perawat yang libur sebanyak 5 orang).

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non


keperawatan (non nursing jobs)
= (jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
= (16 + 5) × 25%
= 5,25
= 5 orang
Jadi dibutuhkan tenaga perawat 10 + 5 + 5 = 20 orang perawat.

76
3. AVLOS (Length of stay)
AVLOS (Average Length Of Stay) = Rata-rata lamanya pasien
dirawat. AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila di
terapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai AVLOS yang ideal
antara 6-9 hari.

Los = jumlah hari perawatan pasien keluar rumah sakit


jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup + mati)
= 1,556= 5 hari
310
Analisis :
Berdasarkan hasil study dokumentasi dan observasi pada tanggal
20 april 2017 didapatkan bahwa lama rata-rata pasien dirawat 5 hari, hasil
ini belum memenuhi standar AVLOS menurut Depkes RI (2005) adalah
rata-rata lama rawat seorang pasien nilai AVLOS yang ideal antara 6-9
hari.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila di terapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut.

4. BTO (Bed trun over)


BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa
kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam
1 tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus:
BTO = Jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup + mati)
Jumlah tempat tidurr
=310 = 11,4

77
27
Analisis :
Berdasarkan hasil study dokumentasi dan observasi pada tanggal 20 april
2017 didapatkan bahwa frekuensi pemakaian tempat tidur pada 3 bulan
frekuensi pemakaian tempat tidur sebanyak 11 kali pemakaian dan sudah
memenuhi standar menurut Depkes yaitu idealnya dalam 1 tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

5. TOI (Trun over internal)


TOI merupakan rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Menurut Depkes RI (2005)
ideal tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus
TOI= (Jumlah TT X 90) – Hari perawatan X 100%

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)


= (27 x 90) – 1,556 X100%

310
= 2,8 = 3 Hari

Analisis :
Berdasarkan hasil study dokumentasi dan observasi pada tanggal 20 april
2017 didapatkan bahwa rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya sebanyak 3 hari, hasil ini telah sesuai
dengan standar Menurut Depkes RI (2005) ideal tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

78
6. Kepuasan Pasien

Dari hasil pengkajiaan kepuasaan pasien tanggal 21-22 april 2017


pada pasien yang dirawat inap parkit Rumah Sakit Dr.M Salamun
berjumlah 11 orang didapatkan kepuasan pasien pada tabel dibawah ini:

No Dimensi Mutu Jumlah Jumlah Responden Jumlah (Persen) Jumlah


Pelayanan Atribut Kuran Puas Sangat Kuran Puas Sangat
Keperawatan g Puas Puas g Puas Puas
1 Reliability 5 3 7 1 27,27% 63,63 9% 100%
(Keandalan ) %
2 Assurance 6 3 7 1 27,27% 63,63 9% 100%
(Jaminan) %
3 Tangible 5 3 7 1 27,27% 63,63 9% 100%
(Bukti %
Langsung)
4 Empathy 6 3 7 1 27,27% 63,63 9% 100%
(Empati) %
5 Resvonsiveness 5 3 7 1 27,27% 63,63 9% 100%
(Daya %
Tanggap)

Analisis :
Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner yang dibagikan pada tanggal
21-22 April 2017 kepada 11 orang pasien atau keluarga pasien diruang parkit
mengenai kepuasan pasien didapat 9% pasien merasa sangat puas, 64% pasien
puas dan 27% pasien tidak puas, dari segi empati dan daya tangkap yang terdapat
di Ruang Parkit dengan pelayanan yang diterima. Standar kepuasan pasien rawat
inap menurut Permenkes tahun 2008 yaitu ≥ 90%. Dan Tingkat kepuasan pasien
merupakan satu hal yang sangat penting dalam melihat mutu pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Apabila nilai kepuasan pasien tinggi maka mutu pelayanan
kesehatan yang telah diberikan kepada pasien sudah baik. Hal ini menjadi aspek
ancaman untuk Rumah Sakit Dr.M Salamun.

79
7. Kajian Manajement Resiko (Fokus pada 6 Sasaran Keselamatan
Pasien/SKP)
a. Sasaran I ketepatan Identifikasi Pasien

Standar SKP 1 rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk


memperbaiki/meningkatan keterlitian identifikasi pasien.

Elemen Penilaian Sasaran I :

1. Pasien diidentifikasi menggunakan identitas pasien, tidak boleh


menggunakan nomer kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk
darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosuder.
No Element Sasaran I Jumlah Persentase
ketepatan Identifikasi Responden
Pasien Patuh Tidak Patuh Tidak
Patuh Patuh

1 pemberian pengobatan 3 3 50% 50%


dan tindakan/prosuder.

2 Pasien diidentifikasi 3 3 50% 50%


sebelum pemberian
obat, darah atau produk
darah.

3 Pasien diidentifikasi 4 2 66% 24%


sebelum mengambil

80
darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan
klinis.

4 Pasien diidentifikasi 4 2 66% 24%


sebelum pemberian
pengobatan dan
tindakan/prosuder.

Analisa :

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20-22 april 2017 bahwa


ruang parkit sudah menerapkan pasien sefty dengan menggunakan
gelang warna sesuai jenis kelamin. Berdasarkan hasil perhitungan
dan kuiesioner perawat melakukan identifikasi sebelum mengambil
darah, spesimen lain untuk pemeriksaan klinis dan pemberian
pengobatan dan tindakan/prosuder dengan persentasi 66% patuh,
dan 24% tidak patuh, pemberian pengobatan dan
tindakan/prosuder, sebelum pemberian obat, darah atau produk
darah 50% patuh dan 50% tidak patuh.

b. Sasaran II Peningkatan Komunikasi Yang Efektif


Standar SKP II rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk
meningkatan efektifitas komunikasi antar para pembeli pelayanan.
Elemen Penilaian Sasaran II :
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telpon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah
2. Pemeriksaan dibacakan secara lengkap oleh penerima perintah.

81
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi
perintah atau yang disampaikan hasil pemeriksaan.
4. Kebiakan dan prosuder mengarahkan pelaksanaan perifikasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telpon secara konsisten.
No Element Sasaran II Jumlah Persentase
Peningkatan Responden
Komunikasi Yang Patuh Tidak Patuh Tidak
Efektif Patuh Patuh

1 Perintah lengkap secara 4 2 66% 24%


lisan dan yang melalui
telpon atau hasil
pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh
penerima perintah.

2 Pemeriksaan dibacakan 3 3 50% 50%


secara lengkap oleh
penerima perintah.

3 Perintah atau hasil 2 4 24% 66%


pemeriksaan
dikonfirmasi oleh
pemberi perintah atau
yang disampaikan hasil
pemeriksaan.

4 Kebiakan dan prosuder 4 2 66% 24%


mengarahkan
pelaksanaan perifikasi
keakuratan komunikasi
lisan atau melalui telpon

82
secara konsisten.

Analisis :

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20-22 april 2017 bahwa perawat
diruang parkit menerapkan komunikasi teurapetik dengan baik kepada
pasien dengan menggunakan 3 S. berdasarkan hasil kuisioner dan hasil
observasi Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telpon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah patuh 66%,
tidak patu 24%.

c. Sasaran III Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (Hight


allert)
Elemen penilaian sasaran III :
1. Kebijakan dan prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali
jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
No Element Sasaran III Jumlah Persentase
Peningkatan Responden
keamanan obat yang Patuh Tidak Patuh Tidak
perlu diwaspadai Patuh Patuh
(Hight allert).

1 Kebijakan dan prosedur 4 2 66% 24%


dikembangkan agar
memuat proses
identifikasi, menetapkan
lokasi, pemberian label,

83
dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.

2 Implementasi kebijakan 3 3 50% 50%


dan prosedur

3 Elektrolit konsentrat 6 100%


tidak berada di unit
pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan
tindakan diambil untuk
mencegah pemberian
yang kurang hati-hati di
area tersebut sesuai
kebijakan

Analisis :

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20-22 april 2017 bahwa perawat
diruang parkit sudah menerapkan keamanan obat sesuai kebijakan dan
prosedur,lokasi,lebel.berdasarkan hasil observasi Kebijakan dan prosedur
dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat 66% patuh, 24%
tidak patuh. Direktorat bina pnggunaan obat rasional Depkes RI Tahun
2008.

d. Sasaran IV : kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi


standar SKP IV Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memastikan tepat lokas, tepat prosedur, dan tepat pasien.
Elemen penilaian sasaran IV :

84
1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien didalem
proses penandaan.
2) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau prosedur lain
untuk memverifikasi saat pre operasi tepat lokasi, tepat prosedur,
dan tepat pasien dan smua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tempat dan fungsional.
3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur
sebelum “incise/time out” tepat sebelum dimulai suatu prosedur
tindakan pembedahan.
4) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung suatu
proses yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan dental
yang dilaksanakan diluar kamar operasi.

No Element Sasaran Jumlah Persentase


Sasaran IV kepastian Responden
tepat lokasi, tepat Patuh Tidak Patuh Tidak
prosedur, tepat pasien Patuh Patuh
operasi.
1 Rumah sakit 4 2 66% 24%
menggunakan suatu
tanda yang jelas dan
dimengerti untuk
identifikasi lokasi
operasi dan melibatkan
pasien didalem proses
penandaan.

2 Rumah sakit 6 100%


menggunakan suatu

85
checklist atau prosedur
lain untuk
memverifikasi saat pre
operasi tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat
pasien dan smua
dokumen serta peralatan
yang diperlukan
tersedia, tempat dan
fungsional.

3 Kebijakan dan prosedur 6 100%


dikembangkan untuk
mendukung suatu proses
yang seragam untuk
memastikan tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat
pasien, termasuk
prosedur medis dan
dental yang
dilaksanakan diluar
kamar operasi.

Analisis :

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20-22 april 2017 bahwa ruang
parkit menggunakan 6 sasaran kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien operasi standar SKP IV RSAU Dr. M Salamun mengembangkan
suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien, berasarkan hasil observasi dan wawancara dengan CI didapatkan

86
Element Sasaran Sasaran IV kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat
pasien operasi patuh 100%.

e. Sasaran V Sasaran pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan


kesehatan
Standar SKP Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi resiko infeksi yang terkait pelyanan kesehatan.
Elemen penilaian sasaran V :
1) Rumah sakit mengadopsi dan mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (dari
WHO Guidelines on Patient Safety).
2) Rumah Sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan resiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.

No Element Sasaran Jumlah Persentase


Sasaran V Sasaran Responden
pengurangan resiko Patuh Tidak Patuh Tidak
infeksi terkait Patuh Patuh
pelayanan kesehatan.

1 Rumah sakit 2 4 24% 66%


mengadopsi dan
mengadaptasi pedoman
hand hygiene terbaru
yang diterbitkan dan
sudah diterima secara
umum (dari WHO
Guidelines on Patient

87
Safety).

2 Rumah sakit 3 3 50% 50%


menerapkan program
hand hygiene yang
efektif.

3 Kebijakan dan atau 3 3 50% 50%


prosedur dikembangkan
untuk mengarahkan
pengurangan secara
berkelanjutan resiko dari
infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.

Analisis :

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20-22 april 2017 bahwa ruang
parkit sudah menerapkan hand hygine tetapi belum semua perawat
melakukan hand hygine sebelum kontak dengan pasien. Berdasarkan hasil
observasi didapatkan Element Sasaran Sasaran V Sasaran pengurangan
resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan 50% patuh, dan 50% tidak
patuh.

f. Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh

Standar SKP VI Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk


mengurangi resiko pasien dari cidera karena jatuh.

Elemen Penilaian sasaran VI :

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap


resiko jatuh dan melakukan asesmen ulang bila pasien diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dan lain-lain.

88
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil asesmen dianggap beresiko jatuh.
3. Langkah-langkah di monitor hasilnya, baik keberhasilan,
pengurangan cidera akibat jatuh, dan dampak dari kejadian yang
tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan resiko pasien cidera akibat jatuh dari
rumah sakit.
No Elemen VI Sasaran Jumlah Persentase
Pengurangan resiko Responden
pasien jatuh. Patuh Tidak Patuh Tidak
Patuh Patuh

1 Rumah sakit 2 4 24% 66%


menerapkan proses
asesmen awal atas
pasien terhadap resiko
jatuh dan melakukan
asesmen ulang bila
pasien diindikasikan
terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan
dan lain-lain.

2 Langkah-langkah 2 4 24% 66%


diterapkan untuk
mengurangi resiko jatuh
bagi mereka yang pada
hasil asesmen dianggap
beresiko jatuh.

3 Langkah-langkah di 2 4 24% 66%

89
monitor hasilnya, baik
keberhasilan,
pengurangan cidera
akibat jatuh, dan
dampak dari kejadian
yang tidak diharapkan.

4 Kebijakan dan atau 2 4 24% 66%


prosedur dikembangkan
untuk mengarahkan
pengurangan
berkelanjutan resiko
pasien cidera akibat
jatuh dari rumah sakit.

Analisis :

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 20-22 april 2017 bahwa


ruang parkit menggunakan tanda berlebel resiko jatuh warna
kuning untuk pasien resiko jatuh. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan CI dengan hasil wawancara dikatakan kalau
pasien sudah dilakukan edukasi saat di UGD, sehingga didapatkan
Elemen VI Sasaran Pengurangan resiko pasien jatuh 66% tidak
patuh, 24% patuh. Buku pedoman patient safety Depkes RI 2008.

90
BAB III
ANALISIS DATA DAN PERNCANAAN
1. Analisa Data

Elemen Strength Weakness Opportunity Treat


MAN 1. Visi, misi, 1. Visi dan misi 1.Adanya 1. Tidak
moto, serta filosofi ruangan masih sama kesempatan semua perawat
rumah sakkit jelas dan mengacu pada melanjutkan mampu
dan di sampaikan visi dan misi rumah pendidikan menyebutkan
saat timbang sakit, ruang parkit ke jenjang dengan jelas visi
terima. belum memiliki visi yang tinggi. dan misi rumah
2. Fokus dan misi tersendiri di 2.Adanya sakit.
telaah di RSAU Dr. ruangan. izin praktek 2. Semakin
M. Salamun 2. Setelah hasil atau belajar banyaknya
wawancara dengan dengan tenaga
adalah
CI ruangan parkit kebijakan kesehatan.
Menyelenggarakan perawat di ruangan rumah sakit.
pendidikan, parkit yang
pelatihan, melakukan pelatihan
penelitian, dan BTCLS sebanyak 1
pengembangan perawat.
ilmu di bidang
kesehatan penyakit
dalam.
3. Ruangan
parkit
menggunakan
model layanan TIM
di mana terdiri dari
Kepala Ruangan,
Ketua Tim dan
anggota.
4. Tingkat
motivasi perawat di
ruang Parkit baik.
5. Lingungan
non fisik diruangan
parkit baik,
meliputi:
- Tanggung
jawab
- Kerjasama
dengan teman
sejawat

91
6. Beban kerja
perawat sesuai
dengan kebutuhan
perawatan klien.

MONEY 1. RSAU dr. 1. Biaya 2. RSA 1. Harga


M. Salamun pengawai di RS U dr. M. bahan baku
memberikan dana Salamun untuk non Salamunme
kebutuhan
insentif setiap PNS belum sesuai miliki
bulannya kepada dengan UMR kota kerjasama ruangan yang
seluruh pegawai bandung, kaji pokok dengan semakin
yang disebut berdasarkan institusi
meningkat.
remonerasi yang ketentuan Rumah pendidikan,d
diberikan setiap sakit. an
tanggal 15. perusahaan
Pembayaran BPJS
remonerasi Kesehatan.
dibayarkan selalu
tepat waktu.

2. Pemberian
tunjangan di RSAU
dr. M. Salamun
didapatkan setiap
bulan dari
kehadiran, jabatan,
dan jumlah pasien
setiap bulannya.

3. RSAU dr.
M. Salamun
mengadakan
pelatihan setiap
tahun yang sudah
terjadwal oleh
Diklat (Inhouse
Training) dan
pelatihan eksternal
tergantung
diadakan acara.
Biaya pelatihan

92
merupakan biaya
dari Rumah Sakit.

4. Alur
permintaan barang
yang dilakukan
ruangan sudah
sesuai.

METODE 1. Memiliki 1. Tidak semua 1. Melili 1. Secara SOP


70 SOP dalam SOP digunakan. ki SOP yang dan SAK bila
rangan. 2. Tidak selalu cukup banyak tidak dilakukan
2. Secara rutin dilaksanankan sebagai maksimal akan
ronde keperawatan dalam setiap sift. panduan beresiko dalam
sudah melakukan. 3. Tidak adanya asuhan tindakan medis.
3. Secara tempat loker obat keperawatan.
pengelolaan obat khusus. 2. Memi 2. Apabila
sudah sesui dengan 4. Kurang liki standar tingkat kepathan
standar. patuhnya dalam asuhan perwat tidak
4. Secara penerapan sasaran keperawatan. dipertakankan
pengelolaan pasien IPSG tentang serta
sudah sesuai SAK. pencegahan risiko ditingkatkan
5. Tingkat infeksi (hand akan beresiko
ketergantungan hygine). terhadap PPI.
pasien
6. Untuk SOP
dilakukan sesuai
dengan SOP yang
ada dirunagan.
7. Kelengkapa
n dokumentasi.
8. Kesiapan
pasien pulang
secara dokumentasi
ada.
MATERIAL 1. Tata letak 1. Fasilitas 1. RSDr. 1. Ada
gedung ruangan untuk tenaga M. Salamun tuntututan tinggi
sudah sesuai kesehatan karyawan ini berada di dari masyarakat
dengan standar kota Bandung untuk
belum cukup
pelayanan. tetapi untuk melengkapi
2. Pengadaan memadai dan belum fasilitas, sarana dan
Fasilitas Barang sesuai standar pencahayaan, prasarana.
Dan Jumlah Barang Bangunan Rumah udara, serta 2. Adanya
Untuk Pasien sudah Sakit Ruang Rawat jauh dari kompline dari
sesuai dengan Inap menurut kebisingan keluarga pasien

93
standar Depkes RI Kemenkes 2012, dan halaman dalam
(2001). seperti ruang kepala depan yang keterbatasan
3. Pengadaan ruangan, ruang hijau sarana dan
barang membuat prasarana.
dispensing obat,
Administrasi kenyamanan
Penunjang Di ruang tindakan dan pasien. Di
Ruang Parkit sudah ruang diskusi ruang rawat
sesuai dengan perawat dan inap kelas II,
standar Depkes RI mahasiswa. III cukup
(2001). 2. Pengadaan lengkap, luas,
4. Pengadaan Alat-Alat Kesehatan menarik dan
alat tenun di ruang nyaman
Yang Ada Di Ruang
Parkit sudah sesuai sehingga
dengan standar Parkit belum sesuai akan menarik
Depkes RI (2001). standar Depkes RI minat
5. Pengadaan (2001). masyarakat.
Alat Di Troley 3. Fasilitas
Emergency sudah penunjang tambahan
sesuai dengan seperti tempat leaflet
standar Kemenkes
belum tersedia dari
(2009).
6. Lingkungan berbagai macam
kerja fisik ruang penyakit yang ada
Parkit sudah sesuai diruangan Parkit.
dengan kriteria 4. Tidak
Kemenkes (2004) terdapat gedung
tentang Persyaratan
khusus peracikan
Kesehatan
Lingkungan obat di ruang Parkit,
Rumah Sakit belum memenuhi
standar pelayanan.

MARKET 1. 60 % klien 1. 20% klien 1. Kese 1. Mengura


mengatakan puas mengatakan puas mpatan untuk ngi minat pasien
dengan keandalan dengan bukti mengembang yang mau
(reliability) langsung (tangible) kan sarana berobat ke RS.
perawat di ruang perawat di ruang dan prasarana DR.M. Salamun.
Parkit. Pakit ruangan yang 2. Pelayana
2. 70% klien 2. 80% klien akan n di RS Swasta
mengatakan puas mengatakan sangat meningkatka lebih update.
dengan jaminan tidak puas dengan n kepuasan
(assurance) empati (empaty) pasien
perawat di ruang perawat di ruang 2. Adan
Parkit. Parkit ya kerjasama
3. Tidak 3. 50% klien dengan
terdapat angka mengatakan sangat instansi lain
94
kejadian dekubitus tidak puas daya sebagai
di ruang Parkit. tanggap tempat
4. Tidak (responsiveness). rujukan
terdapat angka 4. Belum
kejadian salah obat adanya kotak saran
di ruang Parkit mengenai kepuasan
5. Tidak pasien
terdapat kejadian 5. Rata- rata
pasien jatuh di BOR pasien di ruang
ruang Parkit. Parkit 3 bulan
6. Rata- rata terakhir yaitu %
TOI 3 bulan maret 2017.
terakhir di ruang 6. Tidak ada
Parkit yaitu 3 hari. media informasi
7. Rata- rata tentang perawatan
LOS 3 bulan pasien.
terakhir di ruang
Parkit yaitu 3 hari.

95
2. Matriks
Elemen Kekuatan (Strenght) Bobot Rating Bobot x
Rating
(score)
Man 1. Visi, misi, moto, 0,1 4 0,4
serta filosofi rumah sakkit
jelas dan di sampaikan
saat timbang terima.
2. Fokus telaah di 0,1 4 0,4
RSAU Dr. M. Salamun
adalah Menyelenggarakan
pendidikan, pelatihan,
penelitian, dan
pengembangan ilmu di
bidang kesehatan penyakit
dalam.
3. Ruangan parkit 0,1 3 0,3
menggunakan model
layanan TIM di mana
terdiri dari Kepala
Ruangan, Ketua Tim dan
anggota.
4. Tingkat motivasi 0,1 3 0,3
perawat di ruang Parkit
baik.
5. Lingkungan non 0,1 3 0,3
fisik diruangan parkit
baik, meliputi:
- Tanggung jawab
- Kerjasama dengan
teman sejawat
6. Beban kerja 0,1 3 0,3
perawat sesuai dengan
kebutuhan perawatan
klien.
7. Pegawai di 0,1 3 0,3
ruangan parkit berjumlah
16 orang dan bekerja
sudah sesuai dengan
profesinya.
8. Di ruangan parkit 0,1 3 0,3
terdapat 15 orang perawat

96
dan 1 kepala ruangan dan
hal ini sudah memenuhi
kebutuhan menurut
permenkes dan gillies.

9. Pendidikan 0,1 2 0,2


perawat di ruangan parkit
S1+Ners berjumlah 1
orang, D3 Keperawatan
berjumlah 11 orang, S1
Keperawatan berjumlah 4
orang .
10. Semua perawat di 0,1 3 0,3
ruangan parkit sudah
memiliki STR dan STR
nya semua masih berlaku.
Jumlah 3,1
Money
1. RSAU dr. M. 0,3 3 0,9
Salamun memberikan
dana insentif setiap
bulannya kepada seluruh
pegawai yang disebut
remonerasi yang
diberikan setiap tanggal
15. Pembayaran
remonerasi dibayarkan
selalu tepat waktu.

2. Pemberian 0,3 3 0,9


tunjangan di RSAU dr. M.
Salamun didapatkan
setiap bulan dari
kehadiran, jabatan, dan
jumlah pasien setiap
bulannya.

3. RSAU dr. M. 0,2 3 0,6


Salamun mengadakan
pelatihan setiap tahun
yang sudah terjadwal oleh
Diklat dan pelatihan

97
eksternal tergantung
diadakan acara. Biaya
pelatihan merupakan
biaya dari Rumah Sakit.

4. Alur permintaan 0,1 3 0,3


barang yang dilakukan
ruangan sudah sesuai.

5. Biaya pengawai di 0,1 3 0,3


RS Salamun sudah sesuai
dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh
pemerintah untuk
pengawai PNS.
Jumlah 3
Matode 1. Memiliki 70 SOP 0,1 4 0,4
dalam ruangan.
2. Secara ronde 0,1 2 0,2
keperawatan sudah
melakukan.
3. Secara 0,1 2 0,2
pengelolaan obat sudah
sesui dengan standar.
4. Secara 0,1 3 0,3
pengelolaan pasien sudah
sesuai SAK.
5. Tingkat 0,1 3 0,3
ketergantungan pasien
6. Untuk SOP 0,1 2 0,2
dilakukan sesuai dengan
SOP yang ada dirunagan.
7. Kelengkapan 0,1 3 0,3
dokumentasi.
8. Kesiapan pasien 0,1 2 0,2
pulang secara
dokumentasi ada.
9. Di ruanga parkit 0,05 2 0,1
mengunakan metode tim
dalam pembagian
penugasan yang terdiri
dari 2 tim dengan 2 orang
ketua tim, tim 1 terdiri
dari 5 orang perawat dan
tim 2 terdiri dari 7 orang
98
perawat.
10. Di ruangan parkit 0,05 3 0,15
dilaksanakan operan pada
shif pagi ke shif siang dan
sift siang ke malam
dilaksanakan timbang
terima sesuada dan ronde
keliling .
11. Pemenuhan 0,05 2 0,1
kebutuhan psikologi
pasien di ruang parkit
yang mayoritasnya
pasien-pasien partial
sudah dilakukan oleh
perawat yaitu dengan
memberikan motivasi
serta dukungan untuk
menjalankan pengobatan.
12. Setiap pasien 0,03 2 0,06
memiliki satu keranjang
obat.

13. SAK di ruangan 0,02 3 0,06


parkit masih manual dan
penerapannya sudah
sesuai SOP.
Jumlah 2,57
Material
1. Tata letak gedung 0,1 3 0,3
ruangan sudah sesuai
dengan standar pelayanan.
2. Pengadaan 0,1 2 0,2
Fasilitas Barang Dan
Jumlah Barang Untuk
Pasien sudah sesuai
dengan standar Depkes RI
(2001).
3. Pengadaan barang 0,1 3 0,3
Administrasi Penunjang
Di Ruang Parkit sudah
sesuai dengan standar
Depkes RI (2001).
4. Pengadaan alat 0,1 3 0,3
tenun di ruang Parkit
sudah sesuai dengan
99
standar Depkes RI (2001).
5. Pengadaan Alat Di 0,1 3 0,3
Troley Emergency sudah
sesuai dengan standar
Kemenkes (2009).
6. Lingkungan kerja 0,1 3 0,3
fisik ruang Dahlia sudah
sesuai dengan kriteria
Kemenkes (2004) tentang
Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
7. Fasilitas di ruang 0,1 2 0,2
parkit yang bisa di
gunakan pasien dalam
keadaan baik.
8. Ruangan parkit 0,1 3 0,3
administrasi penunjang
semua buku dan lembar
observasi maupun SOP
dan SAK tersedia, buku
administrasi penunjang
sudah sesuai dengan
standar Depkes.
9. Di ruangan parkit 0,1 2 0,2
terdapat troly emergency
yang disediakan dengan
alat-alat lengkap dan obat-
obatan yang lengkap
10. Di ruang parkit di 0,1 3 0,3
dapatkan hasil untuk
udara 65,31 %, kebisingan
77,55 %, getaran 85,71 %,
pencahyaan 70 %,
penataan 79,59 %,
kebersihan 55, 56 % dan
sikap kerja 71,43 %
lingkungan kerja fisik
ruang parkit sudah sesuai
dengan kriteria kemenkes.
Jumlah 2,7
Market
1. 60 % klien 0,1 3 0,3
mengatakan puas dengan
keandalan (reliability)
perawat di ruang Parkit
100
2. 70% klien 0,1 3 0,3
mengatakan puas dengan
jaminan (assurance)
perawat di ruang Parkit
3. Tidak terdapat 0,1 3 0,3
angka kejadian dekubitus
di ruang Parkit
4. Tidak terdapat 0,1 2 0,2
angka kejadian salah obat
di ruang Parkit.
5. Tidak terdapat 0,05 2 0,1
kejadian pasien jatuh di
ruang Parkit
6. Rata- rata TOI 3 0,05 2 0,1
bulan terakhir di ruang
Parkit yaitu 3 hari.
7. Angka kejadian 0,05 2 0,1
error medicatioan selama
bulan januari-maret 2017
menunjukan angka nol
atau tidak pernah terjadi
8. Tidak pernah 0,05 2 0,1
terjadi pasien jatuh di
ruangan parkit
9. Lokasi rumah 0,05 2 0,1
sakit strategis karena
terletat di pemukiman
ramai dan pinggir jalan
raya
10. Di ruangan parkit 0,05 2 0,1
rata-rata perawat
menggunakan komunikasi
secara langsung dan
tertulis
11. Di ruangan parkit 0,05 2 0,1
menggunakan manjemen
konflik yang di terapkan
yaitu metode strategi
negosiasi dan kolaborasi
12. Di ruangan parkit 0,05 2 0,1
frekuensi pemakaian
tempat tidur 3 pada 3
bulan frekuensi
pemakaian sebanyak 11
kali pemakaian. Hal ini
sudah memenuhi standar
101
depkes, idealnya dalam
satu tahun 1 tempat tidur
di pakai 40-50 kali.
13. Menurut depkes 0,05 2 0,1
TOI di ruangan parkit
sudah sesuai.
14. Dimensi mutu 0,05 2 0,1
pelayanan keperawatan
dalam persen reliability,
assurance, tangible,
empathy, dan
resvonsiveness adalah
sangat puas 9 %, puas
63,63 %, dan kurang puas
27,27 %.
15. ruang parkit sudah 0,03 2 0,06
menerapkan patient safety
dengan menggunakan
gelang warna sesuai jenis
kelamin. perawat diruang
parkit menerapkan
komunikasi teurapetik
dengan baik kepada
pasien dengan
menggunakan 3 S.
16. perawat diruang 0,02 2 0,04
parkit sudah menerapkan
keamanan obat sesuai
kebijakan dan
prosedur,lokasi,lebel.
17. ruang parkit 0,03 2 0,06
menggunakan 6 sasaran
kepastian tepat lokasi,
tepat prosedur, tepat
pasien operasi standar
SKP IV RSAU Dr. M
Salamun mengembangkan
suatu pendekatan untuk
memastikan tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat
pasien.
18. ruang parkit 0,02 2 0,04
menggunakan tanda
berlebel resiko jatuh
warna kuning untuk
pasien resiko jatuh.
102
Jumlah 2,3

Elemen Kelemahan Bobot Rating Bobot x


rating

Man 1. Visi dan misi ruangan 0,2 2 0,4


masih sama dan mengacu pada
visi dan misi rumah sakit, ruang
parkit belum memiliki visi dan
misi tersendiri di ruangan.
2. Setelah hasil wawancara 0,2 2 0,4
dengan CI ruangan parkit perawat
di ruangan parkit yang melakukan
pelatihan BTCLS sebanyak 1
perawat.
3. Sebagian kecil perawat 0,3 2 0,6
mengikuti pelatihan BTCLS dan
kurangnya pelatihan yang
bersertifikasi dari PPNI yang di
adakan dari rumah sakit.
4. Jumlah pasien 0,3 2 0,6
ketergantungan di ruangan parkit
menurut Douglas belum
representatif.
Jumlah 2

Total kekuatan – total kelemahan = 3,1 – 2 = 1,1

Money 1. Biaya pengawai di RS 1 1 1


Salamun untuk non PNS belum
sesuai dengan UMR kota bandung,
kaji pokok berdasarkan ketentuan
Rumah sakit.
Jumlah 1

Total kekuatan – total kelemahan = 3 – 1 = 2

Metode 1. Tidak semua SOP 0,1 3 0,3


digunakan dengan optimal.
2. Tidak selalu rutin 0,1 2 0,2
dilaksanankan dalam setiap shift.
103
3. Tidak adanya tempat loker 0,1 2 0,2
obat khusus.
4. Kurang patuhnya dalam 0,2 1 0,2
penerapan sasaran IPSG tentang
pencegahan risiko infeksi (hand
hygine).
5. Struktur organisasi sudah 0,1 1 0,1
di bentuk tapi belum di cetak.
6. Masih ada pengunjung 0,1 1 0,1
yang berumur di bawah 12 tahun
masuk ke ruangan parkit.
7. Di ruangan parkit 0,1 1 0,1
dilaksanakan dari shif siang ke
shif malam di lakukan timbang
terima, dan tidak melakukan ronde
keliling.
8. Pemenuhan kebutuhan 0,1 2 0,2
spiritual pasien di ruang parkit
belum di laksanakan oleh perawat.
9.

10. Dispensing di ruang parkit 0,1 1 0,1


belum tersedia.
Jumlah 1,5

Total kekuatan – total kelemahan = 2,57-1,5 = 1,07

Material 1. Fasilitas untuk tenaga 0,2 2 0,4


kesehatan karyawan belum cukup
memadai dan belum sesuai standar
Bangunan Rumah Sakit Ruang
Rawat Inap menurut Kemenkes
2012, seperti ruang kepala
ruangan, ruang dispensing obat,
ruang tindakan dan ruang diskusi
perawat dan mahasiswa.
2. Pengadaan Alat-Alat 0,1 2 0,2
Kesehatan Yang Ada Di Ruang
Parkit belum sesuai standar
Depkes RI (2001).
3. Fasilitas penunjang 0,1 2 0,2
tambahan seperti leaflet belum

104
tersedia dari berbagai macam
penyakit yang ada diruangan
Parkit.
4. Tidak terdapat gedung 0,1 1 0,1
khusus peracikan obat di ruang
Parkit, belum memenuhi standar
pelayanan.
5. Fasilitas yang di gunakan 0,1 1 0,1
oleh pasien di ruang parkit sudah
baik tapi belum sesuai menurut
standar Depkes tentang alat tenun.
6. Di ruang parkit terdapat 1 0,1 1 0,1
kursi roda yang tidak layak di
pakai.
7. Di ruangan parkit tidak 0,1 2 0,2
tersedia gunting necrotomic serta
set GV.
8. Di ruangan parkit tidak 0,2 1 0,2
terdapat ruangan dispensing,
tempat plabot bekas, dan ruang
diskusi mahasiswa.
Jumlah 1,5

Total kekuatan – total kelemahan = 2,7 – 1,5 = 1,2

Market 1. 20% klien mengatakan 0,1 2 0,2


puas dengan bukti langsung
(tangible) perawat di ruang Pakit
2. 80% klien mengatakan 0,1 2 0,2
sangat tidak puas dengan empati
(empaty) perawat di ruang Parkit
3. 50% klien mengatakan 0,1 2 0,2
sangat tidak puas daya tanggap
(responsiveness)
4. Belum adanya kotak saran 0,1 1 0,1
mengenai kepuasan pasien
5. Rata- rata BOR pasien di 0,1 1 0,1
ruang Parkit 3 bulan terakhir yaitu
% maret 2017
6. Tidak ada media informasi 0,1 1 0,1
tentang perawatan pasien.

105
7. Di ruangan parkit program 0,2 1 0,2
promosi kesehatan dengan
berbagai media belum terlihat
secara maksimal baik secara
promosi kesehatan se cara
langsumg atau secara kelompok
dengan media poster atau leaflet
8. Di ruangan parkit lama 0,1 1 0,1
rata-rata pasien di rawat 5 hari.
Hasil belum memenuhi standar
depkes rata-rata lama rawat inap
pasie yang ideal antara 6 – 9 hari.

9. ruang parkit sudah 0,1 1 0,1


menerapkan hand hygine tetapi
belum semua perawat melakukan
hand hygine sebelum kontak
dengan pasien.
Jumlah 1,3

Total kekuatan – total kelemahan = 2,3 – 1,3 = 1

Elemen Peluang bobot skor Bobot x


skore

Man 1. Adanya kesempatan 0,5 4 2


melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang tinggi
2. Adanya izin praktek atau 0,5 4 2
belajar dengan kebijakan rumah sakit

Jumlah 4

Money

1 RSAU dr. M. Salamun 1 4 4


memiliki kerjasama dengan institusi
pendidikan, dan perusahaan BPJS
Kesehatan.

Metode

106
1. Meliliki SOP yang cukup 0,5 3 1,5
banyak sebagai panduan asuhan
keperawatan.

2. Memiliki standar asuhan 0,5 3 1,5


keperawatan
Jumlah 3

Material

1. RSDr.M. Salamun ini berada 1 4 4


di kota Bandung dan untuk fasilitas,
pencahayaan, udara, serta jauh dari
kebisingan dan halaman depan yang
hijau membuat kenyamanan pasien.
Di ruang rawat inap kelas II, III
cukup lengkap, luas, menarik dan
nyaman sehingga akan menarik
minat masyarakat.
Jumlah 4

Market

1. Kesempatan untuk 0,4 4 1,6


mengembangkan sarana dan
prasarana ruangan yang akan
meningkatkan kepuasan pasien
2. Adanya kerjasama dengan 0,4 4 1,6
instansi lain sebagai tempat rujukan
3. Rs. M. Salamun menjadi rum 0,2 3 0,6
ah sakit rujukan TNI AU di Jawa
Barat
Jumlah 3,8

Elemen Ancaman Bobot Skore Bobot x


skore

MAN 1. Tidak semua perawat 0,4 2 0,8


mampu menyebutkan dengan
jelas visi dan misi rumah sakit

107
2. Semakin banyaknya 0,6 3 1,8
tenaga kesehatan
Jumlah 2,6

Total peluang – total ancaman = 4 – 2,6 = 1,4

Money 1. Harga bahan baku 1 3 3


kebutuhan ruangan yang semakin
meningkat.
Jumlah 3

Total peluang – total ancaman = 4 – 3 = 1

Metode 1. Secara SOP dan SAK bila tidak 0,5 2 1


dilakukan maksimal akan
beresiko dalam tindakan medis.

2. Apabila tingkat kepatuhan 0,5 2 1


perwat tidak dipertakankan serta
ditingkatkan akan beresiko
terhadap PPI

Jumlah 2

Total peluang – total ancaman = 3 – 2= 1

Material 1. Ada tuntututan tinggi dari 0,5 3 1,5


masyarakat untuk melengkapi
sarana dan prasarana.
2. Adanya complience dari 0,5 3 1,5
keluarga pasien dalam
keterbatasan sarana dan prasarana.

Jumlah 3

Total peluang – total ancaman = 4 – 3= 1

108
Market 1. Mengurangi minat pasien 0,5 2 1
yang mau berobat ke RS. DR.M.
Salamun
2. Pelayanan di RS Swasta 0,5 3 1,5
lebih update.
Jumlah 2,5

Total peluang – total ancaman = 3,8 – 2,5 = 1,3

Berdasarkan hasil evaluasi factor internal, dapat disajikan sebagai berikut:


No. Factor internal Skor
1 Kekuatan 13,67
2 Kelemahan 7,3
Total 6,37

Berdasarkan analisa di atas, diketahui skor faktor strategis adalah sebagai berikut:
No. Factor strategis Skor
1 Peluang 18,8
2 Ancaman 13,1
Total 5,7

Keterangan :

A : Mempunyai koordinat (13,67 ; 18,8)


B : Mempunyai koordinat (7,3 ; 18,8)
C : Mempunyai koordinat (7,3 ; 13,1)
D : Mempunyai koordinat (13,67 ; 13,1)

109
Tabel interpolasi diagonal dan perhitungan dengan luas kuadran

Kuadran Posisi Titik Luas Rangking Strategi


I A: Mempunyai koordinat (13,67 ; 18,8) 257 1 Agresif

II B: Mempunyai koordinat (7,3 ; 18,8) 137 3 Konvensional


III C: Mempunyai koordinat (7,3 ; 13,1) 96 4 Defensif
IV D: Mempunyai koordinat (13,67 ; 13,1) 179 2 Kompetitif

Dari hasil analisa diatas diketahui bahwa posisi analisis SWOT atas ruang Rawat
Inap Parkit terletak di posisi kuadran 1 yaitu dengan menggunakan strategi
Agresif, sehingga dapat diterapkan strategi SO.

110
O

II I

Agresif
5,7

SO
6,37
W S

III IV

111
3. Matriks Tows
Internal Strengths (S) : Weaknes (W) :
1. Visi, misi, moto, serta 1. Visi dan misi ruangan
filosofi rumah sakkit jelas masih sama dan mengacu
dan di sampaikan saat pada visi dan misi rumah
timbang terima sakit, ruang parkit belum
2. Fokus telaah di RSAU Dr. memiliki visi dan misi
M. Salamun adalah tersendiri di ruangan.
Menyelenggarakan 2. Setelah hasil wawancara
pendidikan, pelatihan, dengan CI ruangan parkit
penelitian, dan perawat di ruangan parkit
pengembangan ilmu di yang melakukan pelatihan
bidang kesehatan penyakit BTCLS sebanyak 1
dalam. perawat.
3. Ruangan parkit 3. Sebagian kecil perawat
menggunakan model mengikuti pelatihan
layanan TIM di mana BTCLS dan kurangnya
terdiri dari Kepala pelatihan yang
Ruangan, Ketua Tim dan bersertifikasi dari PPNI
anggota yang di adakan dari rumah
4. Tingkat motivasi perawat sakit
di ruang Parkit baik 4. Jumlah pasien
5. Lingkungan non fisik ketergantungan di ruangan
diruangan parkit baik, parkit menurut Douglas
meliputi: belum mencukupi untuk
6. Tanggung jawab dilakukan perhitungan
7. Kerjasama dengan teman jumlah kebutuhan tenaga
sejawat perawat idealnya
8. Beban kerja perawat dilakukan dalam waktu 1
sesuai dengan kebutuhan tahun.
perawatan klien
9. Pegawai di ruangan parkit
berjumlah 16 orang dan
bekerja sudah sesuai
dengan profesinya.
10. Di ruangan parkit
terdapat 15 orang perawat
dan 1 kepala ruangan dan
hal ini sudah memenuhi
kebutuhan menurut
permenkes dan gillies
11. Pendidikan perawat di
ruangan parkit S1+Ners
berjumlah 1 orang, D3
Keperawatan berjumlah 11
112
orang, S1 Keperawatan
berjumlah 4 orang .
12. Semua perawat di
ruangan parkit sudah
memiliki STR dan STR
nya semua masih berlaku
Eksternal Opportunities (O) : Threats (T) :
1. Adanya kerja sama yang 1. Masyarakat semakin kritis
baik antar institusi terkait dengan pelyanan
pendidikan kesehatan dan kesehatan.
RSAU dr.M. Salamun 2. Adanya Undang-undang
dalam kegiatan praktik pelindungan konsumen.
klinik mahasiswa.
2. Adanya kebijakan RSAU
dr.M. Salamun
memberikan kesematan
bagi perawat untuk
meningkatkan muu
pelayanan keperawatan.
3. Melakukan study banding
dengan rumah sakit lain
guna meningkatkan mutu
pelyanan keperawatan.
4. Kolaborasi dengan rumah
sakit lain dalam hal
rujukan pasien guna
memberikan pelayanan
keperawtan yang baik bagi
pasien.
5. Mahasiswa program
profesi angkatan profesi
ners PPNI tahun 2016
yang sedang praktik
dibidang keperawatan.
6. Adanya suatu kebijakan
yang bersifat militer yang
dapat menunjang tingkat
kedisiplinan pegawai.

113
Opportunities SO Strategi : WO Strategi :
(O) :
1. Mempertahankan 1. Meningkatkan sosialisai
komitmen. visi dan misi ruangan.
2. Meningkatan kerjasama 2. Optimalisasi pemberian
dengan institusi edukasi kepada pasien
pendidikan kesehatan baru tentang cara
dalam praktek klinik mencuci tangan yang baik
mahasiswa. dan benar, fungsi
3. Meningkatkan SDM pengunaan gelang
(sumber daya manusia) identitas, pemilahan
melalui kegitan formal sampah medis, dan non
dan kegiatan diklat. medis, resiko jatuh.
3. Memaksimalkan
identifikasi pasien dalam
melakukan tindakan
keperawatan, seperti pada
saat pemberian obat.

Threats (T) : (ST) Stategies : (WT) Stategis :


1. Meningkatkan sumber 1. Optimalisasi mekanisme
daya manusia (SDM) pasien baru.
melalui kegitan 2. Meningkatkan sumber
pendidikan dan pelatihan. daya manusia (SDM) )
2. Memaksimalkan melalui kegitan
komunkasi terpeutik pendidikan dan
terkait mutu tindakan pelatihan.
keperawtan yang 3. Optimalisasi patient sefty
diberikan. khususnya pada pasien
3. Meningkatkan mutu yang beresiko jatuh dan
pelayanan tenaga yang tidak menggunakan
kesehatan dengan bad plang yang
pengembangan disebabkan oleh sarana
pendidikan dan pelatihan yang kurang memadai.
agar mampu bersaing di 4. Mengoptimalkan
MEA 2016. pengendalian mutu
pelayanan terkait IPSG
(International Patient
Safety Goals) dan PPI
(Pencegahan dan
pengendalian infeksi)

114
4. Prioritas Masalah:
1. Pelaksanaan penerimaan pasien baru yang belum optimal.
2. Kurangnya kepuasan pasien terhadap pelayanan di ruang parkit dalam
Empathy.
3. Belum Optimalnya pemberian edukasi kepada pasien baru.
4. Kurang optimalnya identifikasi pasien dalam melakukan tindakan
keperawatan.
5. Optimalisasi patient safety khususnya pada pasien yang beresiko jatuh.
6. Kurangnya pelatihan yang berserkifikat PPNI.

115

Anda mungkin juga menyukai