Bab I
Bab I
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
(Mochtar Rustam, 1998)
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran konsepsi yang hanya sebagian dan hasil yang
tertinggal berupa desidua atau plasenta. (Mochtar Rustam, 1998)
2. Klasifikasi Abortus
Macam-macam abortus menurut Eny Meiliya, Esty Wahyuningsih (2009), adalah :
a. Menurut terjadinya
1) Abortus spontan
Abortus spontan adalah kehilangan kehamilan pada usia < 20 minggu atau janin dengan berat 500
gram.
2) Indikasi medis
Mencakup pemberian ergot alkaloid ergot yang dikombinasi dengan misoprostol saja atau dengan
metrotreksat.
3) Indikasi sosial keguguran kandungan dilakukan atas dasar aspek sosial, yaitu menginginkan jenis
kelamin tertentu, tidak ingin punya anak, jarak kehamilan terlalu pendek, belum siap untuk hamil,
kehamilan yang tidak diinginkan.
b. Bentuk klinis
1) Abortus kompletus (keguguran lengkap)
Seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong dan tidak
memerlukan tindakan.
2) Abortus inkompletus
Pengeluaran seluruh hasil konsepsi yang hanya sebagian dan masih tertinggal desidua dan
placenta, sehingga menimbulkan gejala klinis, yaitu nyeri dan perdarahan.
3) Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Abortus yang sedang berlangsung dan tidak dapat dihentikan karena setiap saat dapat terjadi
ancaman perdarahan dan pengeluaran konsepsi.
4) Abortus iminens (keguguran membakat)
Keguguran membakat atau mengancam.
5) Missed abortion (abortus yang tertahan)
Keadaan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2
bulan atau lebih.
6) Abortus habitualis
Keguguran di mana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
7) Abortus infeksiosus
Keguguran yang disertai infeksi.
3. Etiologi
Abortus menurut Mochtar Rustam 1998
a. Faktor kromosom dan kelainan ovum.
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks, yang
mengakibatkan pertumbuhan abnormal dan fetus. Selain faktor kromosom, penyebabnya juga
karena ovum yang patologis (ovum yang mengalami gangguan). Di mana terjadi degenerasi
hidatidosa vili, yaitu jika umur kehamilan antara 0-14 minggu, penembusan vili korcalis sudah lebih
dalam hingga placenta tidak dilepaskan sempurna dan perdarahan.
b. Kelainan alat-alat reproduksi ibu.
Misalnya pada ibu yang menderita :
1) Anomalia congenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis).
2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksia uteri fiksala.
3) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah dibuahi, seperti
kurangnya progesterone, estrogen, endometritis, mioma submukosa.
4) Uterus terlalu cepat terenggang (kehamilan ganda, mola).
5) Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
c. Gangguan sirkulasi placenta.
Dapat dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomelia
placenta dan endarteritis oleh karena lues.
d. Penyakit-penyakit ibu, misalnya :
1. Penyakit infeksi menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, typhoid, pielitis, rubeola, demam
malta dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman
atau virus pada fetus.
2. Keracunan Pb (timah), nikotin, gas racun, alkohol dan lain-lain.
3. Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat, anemia gravis.
4. Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotyroid, kekurangan vitamin A, C atau E,
diabetes melitus.
5. Anatomi fisiologi
Anatomi fisiologi sistem reproduksi menurut Syaiffudin (2006)
a. Organ reproduksi eksternal.
1) Mons veneris darah yang menggunung di atas simfisis yang akan ditumbuhi rambut kemaluan
(pubes) apabila wanita beranjak dewasa.
2) Bibir besar kemaluan (labia mayora) berada pada bagian kanan dan kiri berbentuk lonjong yang
pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh pubes yaitu lanjutan dari mons veneris.
3) Klitoris (klentit) adalah sebuah jaringan erektil kecil serupa dengan penis laki-laki, letaknya dalam
vestibula.
4) Vestibula di setiap sisi dibatasi oleh lipatan labia dan bersambung dengan vagina.
5) Kelenjar vesibularis major (barthom) terletak tepat di belakang labia mayora di setiap sisi. Kelenjar
ini mengeluarkan lendir dan salurannya keluar antara limen dan labia minora.
6) Himen adalah diafragma dari membrane lifis, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi
dapat mengalir keluar. Letaknya di mulut vagina, dan dengan demikian memisahkan genetalia
eksterna dan interna.
7) Vagina (liang sanggama) adalah lubang berotot yang dilapisi membrane dan jenis epithelium
bergaris yang khusus dialiri pembuluh darah dan serabut saraf secara berlimpah.
b. Organ reproduksi interna
1) Uterus (rahim) adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir terletak di dalam pelvis antara
rectum di belakang dan kandung kencing.
2) Fundus bagian cembung di atas muara tuba uterine.
3) Badan uterus melebar dari fundus ke serviks, sedangkan antara badan dan serviks terdapat istmus.
4) Ovarium indung telur adalah kelenjar berbentuk biji buah kenari terletak di kanan dan kiri uterus, di
bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri.
5) Tuba uterine (falopi atau saluran telur) berjalan di sebelah kiri dan sebelah kanan, dari atas uterus
ke samping di tepi atas ligamen lebar ke arah sisi pelvis.
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang mungkin dapat terjadi menurut Mochtar Rustam (1998) :
a. Amenorea.
b. Sakit perut dan mulas-mulas.
c. Perdarahan yang bisa sedikit atau banyak, dan biasanya seperti stolsel (darah beku).
d. Sudah ada keluar fetus atau jaringan.
e. Sering terjadi infeksi.
f. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang
dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri serta uterus yang
berukuran lebih kecil dari seharusnya.
C. Pelaksanaan
1. Komprehensive
2. Humanistic dan holistik
D. Evaluasi
1. Proses
2. Hasil
b. Diagnose keperawatan
a. Defisit Volume Cairan s.d perdarahan
b. Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
c. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
d. Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
e. Cemas s.d kurang pengetahuan
c. Perencanaan keperawatan
a. Defisit Volume Cairan s.d perdarahan
1) Ukur pengeluaran cairan
Rasional : Jumlah cairan di tentukan oleh pengeluaran/ perdarahan pervaginal.
2) Berikan sejumlah cairan pengganti
Rasional : Transfusi mungkin diperlukan pada perdarahan massif.
3) Kaji status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi.
4) Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
b. Gangguan Aktivitas b/d kelemahan, penurunan sirkulasi
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk
menccegah kondisi klien lebih buruk
2) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klien secara optimal
3) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rasional : Menilai kondisi umum klien
e. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan tingkat kegawatdaruratan klien dapat 1menit, 5, 15,
30 menit, atau 1 jamsesuai dengan kondisi klien/ kebutuhan. Konsep kegawatan hanya 2 – 6 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilin, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.
Manuaba Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC.
Musliha. 2010. Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta : Salemba Medika.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta, EGC
Wahyuningsih E. 2009. A Midewife’s handbook. Jakarta : EGC.