Oleh:
FAJAR SANTOSO
NIM: 15612056
Oleh:
FAJAR SANTOSO
NIM: 15612056
NIM : 15612056
HULU MAHAKAM
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya
sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar
Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarism dalam Laporan Tugas
Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang – undangan
yang berlaku.
Fajar Santoso
NIM. 15612056
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
SISTEM PENGAMAN TEST SEPARATOR BERBASIS PLC PADA GTS BX
AREA SOUTH PROCESSING UNIT (SPU) DI PERTAMINA HULU
MAHAKAM
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan:
Direktur Politeknik Negeri Samarinda,
Ir. Bustani, MT
NIP. 19612712 199303 1 003
ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia
di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau
hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.
(Rasulullah SAW)
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah rasa syukur yang sangat dalam penulis ungkapkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan nikmatnya yang begitu besar sehingga penulis bisa
Tugas Akhir ini ditulis sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam rangka
memperoleh gelar Diploma di Program Studi DIII Teknik Listrik, Politeknik Negeri
Samarinda
Selama proses penyusunan tugas akhir ini, penulis telah banyak menerima
bantuan ide, bimbingan, ataupun bantuan lainnya baik secara langsung maupun tidak
1. Mamah, Papah, Istri, Ibu dan Ayah Istri (mertua) serta keluarga penulis yang
2. Bapak Drs. Dadang Suherman SST., MT. dan Bapak Hari Subagyo SST., MT
bimbingan dengan sangat baik dan sabar dalam penyusunan tugas akhir ini.
iv
untuk menyelesaikan tugas Akhir ini.
6. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
Akhir kata, penulis berharap tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
khususnya di bidang ilmu listrik, sistem kontrol dan instrumentasi, PLC dan
Penulis
v
DAFTAR ISI
ii
2.4.3 Signal Input/Output PLC ............................................................................ 16
2.4.4 HIMA PLC .................................................................................................. 18
2.5 SOFTWARE ELOP II ........................................................................................... 18
2.5.1 Pengenalan ELOP II ................................................................................... 18
2.5.2 Memulai Aplikasi ELOP II ......................................................................... 19
2.5.3 Memulai Membuat Project pada ELOP II .................................................. 20
2.5 Sensor (First Element) & Transducer ............................................................... 24
2.5.1 Sensor (First Element) ................................................................................ 24
2.5.2 Transducer .................................................................................................. 26
2.6 Transmitter ........................................................................................................ 27
2.7 Aktuator ............................................................................................................. 27
2.7.1 Katup Solenoid ............................................................................................ 28
2.8 Tombol Tekan (Push button) ................................................................................. 30
2.9 Fusible Plug ........................................................................................................... 33
4.1 Komponen pada Sistem Kontrol pada Test Separator berbasis PLC ................ 39
4.2 Deskripsi Kerja Sistem Pengaman Test Separator ............................................ 41
iii
4.2.1 Sistem Pengaman pada Shutdown Tingkat 3.4 ........................................... 41
4.2.2 Sistem Pengaman pada Shutdown Tingkat 1 .............................................. 42
4.3 Alur Kerja Sistem Pengaman Test Separator berbasis PLC ............................. 44
4.3.1 Normal Kondisi........................................................................................... 45
4.3.2 Shutdown Kondisi....................................................................................... 45
LAMPIRAN........................................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar: 26 Push Button ................................................................................................. 30
Gambar: 27 Dua Kondisi Pada Push Button ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
vi
DAFTAR TABEL
vii
INTISARI
FAJAR SANTOSO
(dibimbing oleh Bapak Dadang Suherman, S.ST., MT dan Bapak Hari Subagio ST.,
MT)
Dalam industri perminyakan, Separator adalah unit bejana yang berfungsi untuk
memisahkan campuran crude oil yang diproduksi dari reservoir bumi menjadi fase cairan
dan gas. Peranan separator pada proses produksi minyak menjadikan separator sebagai
unit yang perlu dikontrol sehingga dapat meningkatkan ke efektifan kinerja perusahaan.
Namun, pengontrolan yang dilakukan pada sistem kontrol tentu juga memiliki faktor
kegagalan yang bisa timbul akibat beberapa hal seperti gangguan pada internal sistem
maupun pada eksternal sistem. Sehingga dengan sebab itu dibuatnya sistem pengaman
yang bertujuan mengamankan alat dan sistem kontrol dimana sistem ini akan menjadi
pertahanan terakhir dalam menjaga sistem agar tetap berjalan.
xii
ABSTRACT
FAJAR SANTOSO
(supervised by Mr. Dadang Suherman, S.ST., MT and Mr. Hari Subagio ST., MT)
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mengunakan test separator tentunya terdapat sistem SSS (Safety Shutdown Sistem) yang
akan bekerja untuk dapat menghentikan proses pemisahan dan pengetesan pada test
separator yang sedang berlangsung apabila terdapat kesalahan atau bahaya yang
mungkin terdapat pada separator baik dari faktor internal maupun eksternal. Oleh
karena itu, Pentingnya pengendalian didalam proses pemisahan fluida dan pengukuran
fluida menjadi 3 fasa ini mendasari penulis untuk mengambil judul “STUDI SISTEM
PENGAMAN TEST SEPARATOR BERBASIS PLC PADA AREA GTS BX SOUTH
PROCESSING UNIT (SPU) DI PT. PERTAMINA HULU MAHAKAM”
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini
adalah
1. Apa saja komponen yang terdapat pada sistem pengaman test separator?
2. Bagaimana cara kerja sistem pengaman berbasis PLC yang terdapat pada test
separator?
3. Bagaimana peranan PLC dalam sistem pengaman pada test separator?
Adapun dalam penulisan proposal ini memiliki manfaat dan kegunaan sebagai
berikut:
3
Pembatasan masalah pada laporan ini dengan tujuan membatasi arah pembahasan
sehingga tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini dapat mencapai sasaran. Sehingga
masalah dalam laporan ini akan dibatasi sebagai berikut:
1. Pada laporan ini tidak membahas detail mengenai sistem produksi minyak dan
gas.
2. Peralatan yang digunakan hanya sebatas pada test separator.
3. PLC yang dibahas hanya akan membahas PLC HIMA dalam sistem pengaman
pada test separator.
4. Membahas komponen instrument maupun sistem pengendalian yang terdapat
pada sistem pengaman test separator.
5. Sedangkan hal - hal pendukung yang ada diluar objek tersebut tetapi termasuk
dalam laporan ini merupakan bahan penunjang untuk melengkapi penulisan
guna menyempurnakan laporan.
Laporan tugas akhir disusun dan disajukan dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bagian awal
Meliputi halaman judul, halaman persetujuan, kata pengantar, ucapan terima kasih,
daftar isi, dan daftar gambar,
2. Bagian isi
Bagian isi menyangkut bab dan sub bab yang terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dikemukakan latar belakang, tujuan, batasan masalah, manfaat dan
kegunaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
4
BAB IV PEMBAHASAN
Didalam bab ini berisikan mengenai penjelasan hasil studi yang didapat
berdasarkan apa yang telah didapatkan pada pengumpulan data dan pembahasan dari hasil
studi tersebut.
BAB V PENUTUP
Didalam bab ini berisikan mengenai kesimpulan dari isi laporan yang telah dibuat
serta saran – saran dari penulis.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Separator
Pada gambar 1 menunjukkan bahwa Separator tiga fasa tersebut terbagi menjadi
3 compartement atau ruangan yang mempunyai fungsi untuk memisahkan fasa cairan (air
dan minyak) dan gas, secara umum prinsip kerja separator adalah bermulai ketika fluida
5
6
yang berasal dari manifold masuk ke separator melalui lubang inlet dan selanjutnya
menghantam inlet diverter. Kemudian disini terjadi perubahan momentum awal dalam
pemisahan cairan dan gas. Cairan yang berisi minyak dan air ini turun ke bagian bawah
bejana separator sedangkan gas akan bergerak naik ke atas melewati mist extractor dan
keluar melalui outlet gas. Untuk air akan keluar melalui outlet air dibagian bawah
sedangkan minyak akan menumpuk di bawah dan melewati weir untuk selanjutnya
terakumulasi diruang khusus berisi minyak dan keluar menuju minyak outlet. Faktor
utama yang berpengaruh dalam pemisahan di separator adalah berat jenis dari masing –
masing fase. Dengan berat jenis yang dimiliki gas ringan, maka didalam separator
letaknya akan berada di bagian atas bejana separator. Untuk air yang memiliki berat jenis
paling berat diantara ketiga fase lainnya akan berada di urutan paling bawah fluida dan
minyak dengan berat jenis yang lebih ringan dari pada air akan akan terletak dibagian atas
air. Dengan aliran fluida yang terus mengalir masuk ke dalam Separator, membuat
kapasitas penampungan untuk air dan minyak akan menjadi penuh. Dengan penumpukan
volume di separator akan berakibat pada tidak maksimalnya pengeluaran fase disetiap
lubang outletnya. Namun bila suatu kondisi dimana tempat air terlalu sedikit maka
minyak yang berada diatasnya akan keluar bersama air melalui outlet air. Untuk itu dalam
penanganannya, didalam separator terdapat suatu alat level interface control yang akan
mengirimkan sinyal ke katup pembuangan air di bagian bawah, sehingga akan terbuka
secara otomatis. Dengan itu, maka akan memungkinkan jumlah air yang tepat untuk
dikeluarkan dari bejana sehingga antar muka minyak dan air tetap dipertahankan pada
ketinggian desain separator. Batas minyak dan air adalah batas kontak langsung antara
permukaan minyak dan air yang saling menimpa dibagian bawah bejana separator.
5. Peralatan kendali, berfungsi untuk mengontrol kerja test separator terutama pada
kondisi over pressure.
a. Separator tegak/vertikal.
Biasanya digunakan untuk memisahkan fluida produksi yang mempunyai kadar
padatan tinggi, separator ini mudah dibersihkan serta mempunyai kapasitas cairan dan
gas yang besar.
b. Separator datar/horizontal
Sangat baik untuk memisahkan fluida produksi yang mempunyai kadar padatan
tinggi dan cairan berbusa. Separator ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu single tube
horizontal Separator dan double tube horizontal Separator.
Prinsip kerja dari separator datar/horizontal, yang mana fluida mengalir secara
horizontal dan bersamaan waktunya bersinggungan pada permukaan cairan. Beberapa
separator mempunyai pelat-pelat penyekat (baffle plates) horisontal yang tersusun
berdekatan dengan jarak yang sama pada hampir sepanjang bejana yang tersusun dengan
kemiringan sekitar 45° terhadap bidang horisontal. Gas mengalir di dalam permukaan
penyekat-penyekat dan butiran-butiran cairannya melekat pada pelat penyekat dan
membentuk film yang kemudian mengalir ke seksi cairan dari separator.
c. Separator Bulat/Spherical
Separator jenis ini mempunyai kapasitas gas dan surge terbatas sehingga
umumnya digunakan untuk memisahkan fluida produksi dengan kadar padatan kecil
sampai sedang Namun separator ini dapat bekerja pada tekanan tinggi.
9
Sistem kontrol (control system) atau biasa juga disebut dengan sistem pengaturan
adalah sebuah sistem dimana beberapa besaran fisik diatur, diubah dan dimanipulasi
dengan mengatur besaran input (masukan). Sebuah sistem didefinisikan sebagai
sekumpulan perangkat yang dirakit untuk membentuk sebuah perangkat gabungan yang
dapat menghasilkan sebuah fungsi yang spesifik. Sebuah sistem kontrol yang ideal adalah
sebuah sistem dimana besaran output (keluaran) merupakan fungsi langsung dari besaran
input (masukan).
Sistem Instrumentasi adalah sistem yang bekerja dalam penerapan alat ukur dan
sistem kontrol pada suatu obyek dengan tujuan mengetahui nilai numerik variabel proses
dan juga untuk tujuan mengendalikan variabel proses supaya berada dalam batas nilai
tertentu yang diinginkan (set point).
Dalam proses industri, khususnya industri sistem instrumentasi adalah sistem
yang mempelajari mengenai sistem pengukuran dan pengontrolan yang bertujuan untuk
menjaga efektifitas suatu proses. Adapun besaran proses (fisis atau kimia) yang dideteksi,
diukur dan dikontrol/diatur oleh alat instrument antara lain:
Pressure (tekanan)
Temperature (suhu)
Flow (aliran)
Level (tinggi permukaan cairan), dll.
Fungsi instrumentasi pada suatu proses industri dapat diklasifikasikan ke dalam 4
golongan sebagai berikut:
Sebagai alat ukur (Measurement)
Sebagai alat ukur, yaitu untuk memonitor kondisi operasi, melalui pengukuran
variabel proses yang mempengaruhi jalannya operasi, seperti tekanan, temperatur,
jumlah aliran, level, dan sebagainya.
Sebagai alat kontrol/pengendali (Control)
Sebagai alat kontrol, untuk mengendalikan jalannya operasi agar variabel proses
selalu sesuai dengan harga yang diinginkan.
Sebagai alat pengaman (Safety)
Sebagai alat safety, untuk mencegah kerusakan pada peralatan dan mencegah
kecelakaan pada operator. Juga sebagai sistem alarm yang memberitahu operator
bila variabel proses mencapai nilai kritis, baik kritis minimum maupun kritis
maksimum.
Sebagai alat analisa (Analyze)
Sebagai alat analisa, untuk menganalisa produk apakah sudah memenuhi
spesifikasi tertentu sesuai yang diinginkan. Juga digunakan untuk mencegah
11
polusi, yaitu dengan menganalisa air buangan apakah tidak mengandung minyak
yang membahayakan lingkungan.
2.4 PLC
Programmable Logic Controller (PLC) adalah komputer elektronik yang mudah
digunakan (user friendly) yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat
kesulitan yang beraneka ragam. Definisi Programmable Logic Controller menurut
Capiel (1982) adalah “Sistem elektronik yang beroperasi secara digital dan didesain
untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori yang
dapat diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-instruksi yang
mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan,
pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses melalui modul-
modul I/O digital maupun analog”.
a. Structured text (ST): sebuah bahasa berbasiskan teks tingkat tinggi yang serupa
Pascal dalam membangun struktur kendali perangkat lunaknya.
b. Instruction List (IL): rangkaian instruksi bahasa tingkat rendah berdasarkan
mnemonics yang sering digunakan untuk perintah utama PLC.
c. Ladder Diagram (LD): sebuah bahasa pemrograman tipe grafik yang berkembang
dari metode rangkaian logika relay listrik dan digunakan di seluruh PLC.
d. Function Block Diagram (FBD): sebuah bahasa pemrograman tipe grafik
berdasarkan blok-blok fungsi yang dapat digunakan kembali di dalam bagian yang
berbeda dalam sebuah aplikasi.
13
e. Sequential Function Chart (SFC): sebuah bahasa tipe grafik untuk membangun
sebuah kendali program sekuensial untuk mengendalikan waktu dan keadaan
berdasarkan grafik.
Semua bahasa pemrograman tersebut dibuat berdasarkan proses sekuensial yang
terjadi di dalam plant (sistem yang dikendalikan). Semua instruksi dalam program akan
dieksekusi oleh modul CPU, dan penulisan program itu bisa dilakukan pada keadaan
online maupun offline. Jadi PLC dapat dituliskan program kendali pada saat ia melakukan
proses pengendalian sebuah plant tanpa mengganggu pengendalian yang sedang berjalan.
Eksekusi perangkat lunak tidak akan mempengaruhi operasi I/O yang tengah
berlangsung. Dari kelima bahasa pemrograman standar tersebut, yang dapat digunakan
pada bahasan ini adalah Function Block Diagram.
Modul CPU yang disebut juga modul kontroler atau prosesor terdiri dari dua
bagian:
1. Prosesor, yang berfungsi:
14
Catu daya listrik digunakan untuk memberikan pasokan catu daya ke seluruh
bagian PLC (termasuk CPU, memori dan lain-lain). Kebanyakan PLC bekerja pada catu
daya 24 VDC atau 220 VAC. Beberapa PLC catu dayanya terpisah (sebagai modul
tersendiri). Yang demikian biasanya merupakan PLC besar, sedangkan yang medium atau
kecil, catu dayanya sudah menyatu. Pengguna harus menentukan berapa besar arus yang
diambil dari modul keluaran/masukan untuk memastikan catu daya yang bersangkutan
menyediakan sejumlah arus yang memang dibutuhkan. Tipe modul yang berbeda
menyediakan sejumlah besar arus listrik yang berbeda.
Catu daya listrik ini biasanya tidak digunakan untuk memberikan catu daya
langsung ke masukan maupun keluaran, artinya masukan dan keluaran murni merupakan
saklar (baik relai maupun opto isolator). Pengguna harus menyediakan sendiri catu daya
terpisah untuk masukan dan keluaran PLC. Dengan cara demikian, maka lingkungan
industri dimana PLC digunakan tidak akan merusak PLC-nya itu sendiri karena memiliki
catu daya terpisah antara PLC dengan jalur-jalur masukan dan keluaran.
c. Memory
dengan backup-battery yang berfungsi untuk mempertahankan agar program tidak hilang
ketika sumber daya PLC dimatikan.
Sistem input/output dari PLC merupakan suatu sistem modul tersendiri, yakni modul
– modul input maupun output ditempatkan pada rak. Kapasitas dari suatu rak dari sistem
input/output ini bervariasi tergantung dari tipe – tipe PLC yang digunakan.
Unit Input
Pada unit input, umumnya yang berhubungan dengan peralatan input. Beberapa
kriteria yang menyatakan bahwa peralatan unit input telah memenuhi syarat sebagai
input-an PLC diantaranya:
Unit Output
Pada unit output juga memiliki beberapa kriteria untuk dinyatakan bahwa
peralatan unit output telah memenuhi syarat sebagai keluaran PLC diantaranya:
1. Output unit pada PLC juga berfungsi sebagai interface terhadap peralatan luar.
2. Output PLC bertindak sebagai switch terhadap power supply untuk
mengoperasikan peralatan output (misal: pilot Solenoid Valve, Sirene, dll).
Sinyal I/O PLC atau Instrument Masukan PLC berupa sinyal yang sesuai dengan
standarisasi Power Supply (Catu Daya). ISA (Industri Standard) pada umumnya I/O
dapat digolongkan menjadi 4, yaitu:
1) AI (Analog Input)
2) AO (Analog Output)
3) DI (Digital Input)
4) DO (Digital Output)
Dimana sinyal analog merupakan sinyal data dalam bentuk gelombang kontinyu
dengan besaran yang berubah terhadap waktu yang membawa informasi dengan
17
a. Analog Input
Pada analog input masukan berupa arus standar dan tegangan sebesar 4-20 mA
atau 1-5 VDC, sinyal ini diperoleh dari hasil konversi transmitter yang berada pada unit
plant atau lapangan yang kemudian ditransfer oleh junction box menuju DCS. Berikut
adalah acuan pembacaan sensor yang terjadi pada unit plant.
4mA = 0 % (Pembacaan Sensor)
12mA= 50 % (Pembacaan Sensor)
20mA=100 % (Pembacaan Sensor)
Namun, dalam hal ini apabila pada pengiriman sinyal transmitter mengirimkan
sinyal sebesar 0 mA, hal ini dapat di artikan oleh sensor sebagai kondisi short atau gagal
operasi dan bukan error. Sehingga terdeteksi bagian plant yang bermasalah.
b. Analog Output
Analog output merupakan sinyal yang dikirimkan DCS pada modul pengolahan
data atau konversi yang kemudian akan dikirimkan melalui BUS IO menuju actuator
signal analog berupa sinyal kontinyu atau 4-20 mA (1-5 VDC) sesuai dengan standard
analog input untuk sinyal koreksi ke actuator.
c. Digital Input
Digital input merupakan bagian dari DCS yang digunakan untuk mengumpulkan
data digital yang hanya berupa sinyal open atau close atau logika “1” dan “0” dari sebuah
modul konversi.
Dimana:
1 VDC = Close atau “0”
5 VDC = Open atau “1”
d. Digital Output
Digital output berfungsi mengirimkan hasil konversi dari modul pengolah data
atau IO modul yang berupa data sinyal digital ON-OFF pada perangkat actuator atau
18
sensor yang berada pada plant. Dimana posisi “0” adalah OFF atau 1 VDC dan “1” adalah
ON atau 5 VDC
b. Schneider Electric.
Modicon Quantum, Compact, Momentum, Micro, Premium, dll. Software yang
di pakai adalah Concept buat Modicon Quantum, dan ada lagi yang lain.
c. Siemens
S7-400, S7-300, S5. Software yang dipakai Step7 (S7-400 dan S7-300) dan Step5
(buat S5, masih under DOS tampilannya).
d. OMRON
CPM1A, CPM2A, CQM1H, CS1D-H, CS1D-S, CS1G-H, CS1H, CS1H-H,
CV1000, dll. Software yang dipakai adalah Syswin dan CX-Programmer.
e. HIMA
H41Q. H51Q menggunakan software bernama ELOP II yang dikhususkan hanya
pada PLC HIMA.
Beberapa bagian pada tampilan program ELOP II Namun kami tidak akan menjelaskan
secara detail terkait aplikasi ini. Untuk memulai aplikasi kita bisa langsung menuju menu
windos start – Select Program kemudian pilih ELOP II
8. Status bar with coordinate information of the Function Block Diagram Editor
a. Title Bar
Selain fungsi standar untuk memaksimalkan, meminimalkan dan menutup jendela,
bilah judul berisi informasi tentang proyek dan tentang objek yang dipilih saat ini.
b. Menu Bar
c. Toolbar
Bagian toolbar berada di bawah bagian menu dan dibagi menjadi beberapa bagian
Dengan editor Function Block Diagram Anda membuat diagram fungsi dalam bahasa
Function Block Diagram (FBD) atau dalam bahasa Bagan Fungsi Berurutan (SFC,
urutan). Editor Function Block Diagram (Gbr. 15) terdiri dari panel
1. Drawing area
2. Variable declaration editors
3. Overview windows
4. Interface declaration editors
f. Online Help
Dalam bantuan Online, Anda dapat menemukan deskripsi mendetail dari semua
fungsi ELOP II. Dengan bantuan indeks Anda dapat dengan cepat memperoleh
bantuan pada kata-kata kunci. Demikian juga, Anda bisa mendapatkan bantuan online
untuk semua objek dari menu konteks
Pada industri minyak dan gas variable yang digunakan terdiri dari 4 elemen,
keempat elemen itu antara lain; Aliran (Flow), Ketinggian (Level), Tekanan (Pressure),
dan Suhu (Temperature). Dan terlebih pada Test Separator keempat komponen ini akan
terus dimonitor oleh masing – masing sensor yang akan berkerja pada masing – masing
loop kontrol. Pada Test Separator yang akan kita bahas, terdapat jenis sensor yang akan
digunakan seperti sensor tekanan (pressure), sensor ketinggian (level) dan sensor api.
Kami akan membahas masing – masing sensor tersebut dalam bab dasar teori ini.
Strain gauge adalah komponen elektronika yang dipakai untuk mengukur tekanan
(deformasi atau strain) pada alat ini. Alat ini ditemukan pertama kali oleh Edward E.
Simmons pada tahun 1938, dalam bentuk foil logam yang bersifat insulatif (isolasi) yang
menempel pada benda yang akan diukur tekanannya. Jika tekanan pada benda berubah,
maka foilnya akan terdeformasi, dan tahanan listrik alat ini akan berubah
DP Cell Pengukuran level jenis differential pressure (DP) didasarkan pada prinsip
“hydrostatic head”. Prinsip ini mengatakan bahwa pada setiap titik di dalam fluida yang
diam (static), gaya yang bekerja padanya adalah sama untuk semua arah dan tidak
tergantung pada volume fluida maupun bentuk ruang atau tempat dimana fluida berada,
tetapi hanya bergantung pada tinggi kolom fluida di atas titik yang bersangkutan. Oleh
karena itu hydrostatic head sering dinyatakan dalam satuan tekanan.
services yang bersih, korosif, slurry dan high viscous. Hampir semua jenis peralatan D/P
dapat digunakan untuk mengukur level jika peralatan tersebut tersedia dalam range yang
diperlukan untul level yang dimaksud. Pada umumnya range D/P untuk level adalah
sekitar (10 ~ 150) inches H20.
2.5.2 Transducer
Transduser adalah alat yang mengubah suatu energi dari satu bentuk ke bentuk
lain, yang merupakan elemen penting dalam sistem pengendali. Secara umum transduser
dibedakan atas dua prinsip kerja yaitu: pertama, Transduser Input dapat dikatakan bahwa
transduser ini akan mengubah energi non-listrik menjadi energi listrik. Kedua, Transduser
Output adalah kebalikannya, mengubah energi listrik ke bentuk energi non-listrik.
William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah sebuah alat yang bila
digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi
tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem transmisi
berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau
thermal (panas).
27
2.6 Transmitter
Transmitter / Secondary element adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal
yang dihasilkan oleh sensor dan mengubahnya menjadi suatu standar yang dapat dibaca
oleh controller Transmitter terdiri dari dua macam, yaitu transmitter pneumatic dan
transmitter electrik.
2.7 Aktuator
Solenoid adalah peralatan yang dipakai untuk mengkonversi signal elektrik atau
arus listrik menjadi gerak linear mekanik. Solenoid dibuat dari kumparan, dan inti besi
yang dapat digerakkan. Kekuatan menarik dan mendorong ditentukan oleh jumlah lilitan
pada kumparan. Sentakan dari Solenoid adalah sangat penting. Sentakan kecil akan
dihasilkan tingkat operasi yang tinggi, dan daya yang dibutuhkan juga lebih sedikit.
Solenoide valve adalah sebuah katup electromagnet untuk penggunaan cairan atau
gas dikendalikan oleh arus listrik melalui selenoide dimana sebuah kawat koil, begitu
berubah kondisi katup.
Solenoid valve juga dapat digunakan menghilangkan kondisi alarm pada proses.
Suatu proses tekanan mungkin mempunyai pressure switch yang meng-aktifkan solenoid
valve. Jika tekanan melebihi set point maka switch akan menutup dan meng-aktifkan
solenoid valve. Solenoid valve tersebut membuka dan membuang tekanan udara yang
berlebihan tersebut. Ketika tekanan lebih rendah dari nilai level amannya maka switch
membuka dan solenoid valve tidak aktif dan tetap tertutup. Dengan demikian tekanan
proses akan kembali ke operasi normalnya. Oleh karena itu secara ringkas fungsi dasar
solenoid valve adalah merubah suatu alat dari satu kondisi yang satu menjadi kondisi
yang lain.
Prinsip Operasi
Pada keadaan energized, gaya magnet yang dihasilkan oleh koil menarik plunger
kearah atas dengan cepat. Plunger terpasang pada plug valve dan plunger tersebut juga
akan menarik plug (disc) keatas sehingga valve membuka.
Pada keadaan de-energized plunger terbebas dari gaya magnit dan spring (sama
dengan tekanan proses) akan mengembalikan plug ke seatnya, sehingga valve dalam
kondisi menutup.
Tipe direct acting solenoid valve digunakan untuk proses yang tidak mempunyai
tekanan tinggi. Karena gaya magnet yang dihasilkan oleh koil tidak bisa mengatasi
tekanan tinggi yang mengenai plug pada seatnya, maka valve tersebut harus digunakan
untuk sistem dengan tekanan yang relatif rendah. Tekanan untuk valve tersebut biasanya
lebih kecil dari 100 psi. Gambar diagram diatas menunjukkan solenoid valve dengan aksi
normally close (N.C.) pada keadaan de-energized. Valve dengan aksi diect juga ada yang
normally open pada keadaan de-energized. Ketika gaya magnit digunakan pada aktuator
maka plug valve kemudian menutup.
30
Push button switch (saklar tombol tekan) adalah perangkat / saklar sederhana yang
berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik dengan sistem kerja
tekan unlock (tidak mengunci). Sistem kerja unlock disini berarti saklar akan bekerja
sebagai alat penghubung atau pemutus aliran arus listrik saat tombol ditekan, dan saat
tombol tidak ditekan (dilepas), maka saklar akan kembali pada kondisi normal.
Sebagai alat penghubung atau pemutus, push button switches hanya memiliki 2
kondisi, yaitu on dan Off (1 dan 0). Istilah on dan Off ini menjadi sangat penting karena
semua perangkat listrik yang memerlukan sumber energi listrik pasti membutuhkan
kondisi on dan off.
33
Karena sistem kerjanya yang unlock dan langsung berhubungan dengan operator,
push button switches menjadi device paling utama yang biasa digunakan untuk memulai
dan mengakhiri kerja mesin di industri. Secanggih apapun sebuah mesin bisa dipastikan
sistem kerjanya tidak terlepas dari keberadaan sebuah saklar seperti push button switch
atau perangkat lain yang sejenis yang bekerja mengatur pengkondisian on dan off.
Berdasarkan fungsi kerjanya yang menghubungkan dan memutuskan, push button
switches mempunyai 2 tipe kontak yaitu NC (Normally Close) dan NO (Normally Open).
Integrasi fusible plug dan pressure switch dapat menjadi suatu sistem terpadu
penanggulangan kebakaran. Prinsip kerjanya dengan mendeteksi panas dari api pada
platform produksi darat. TSE (Temperature Safety Element) seperti fusible plug yang
terhubung dengan sprinkler/deluge valve (alat pemadam kebarakaran) merupakan salah
satu sistem pendukung darurat. Gunanya untuk meminimalisir dampak pelepasan
hidrokarbon pada suatu platform. Seperangkat instrumen ini tergolong sebagai SIS
(Safety Instrumented System) yang diaplikasikan untuk menjamin safety, meliputi ESD
(Emergency Shutdown System) dan F&G (Fire & Gas System). Untuk membangun SIS
menggunakan fusible plug dan pressure switch, dibutuhkan pula suatu panel yang
berfungsi menjadi penengah di antara keduanya. Baik fusible plug (detektor api)
maupun pressure switch membutuhkan tabung udara sebagai sumber sinyal pneumatik
(instrument air/gas). Panel fusible loop berfungsi memantau keadaan,
mengendalikan pressure switch, dan meneruskan sinyal menuju sistem F&G.
Panel fusible loop adalah suatu sistem yang tidak dapat kembali ke kondisi awal dengan
sendirinya (non-resetable type)
Setelah tekanan sistem berubah, maka diperlukan pergantian fusible plug baru
(secara manual) agar panel dapat dipergunakan lagi di lain waktu. Pada akhirnya, instalasi
sistem fusible loop panel sebaiknya disesuaikan dengan API RP 14C (Recommended
Practice for Analysis, Design, Installation, and Testing of Basic Surface Safety System
for Offshore Production Platforms) Pertama, fusible plug akan meleleh ketika variabel
35
proses berada di luar rentang operasi normal (misal P>> atau T>>). Lalu aliran udara
(yang awalnya tersumbat oleh fusible plug) akan terbuka dan sinyal pneumatik akan
mengalir melalui pipa pembuluh (tubing) pada panel fusible loop. Aliran udara tersebut
akan menyebabkan perubahan tekanan pada tubingyang selanjutnya menyebabkan
pressure switch mencapai nilai batasnya (set point). Hasilnya, pressure switch akan
meneruskan sinyal ke sistem F&G, bisa jadi alarm maupun aksi ESD.
Studi mengenai Sistem Pengaman pada Test Separator ini mulai dilakukan sejak
pertengahan bulan maret di Lapangan South Processing Unit, PT Pertamina Hulu
Mahakam, Anggana, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
Dalam penulisan proposal ini tidak lepas dari proses pengambilan data sebagai
ladasan pembuatan proposal, maka ada beberapa hal dalam teknik pengumpulan data
yang akan dilakukan nantinya, antara lain:
1. Mencari referensi dari buku-buku pendukung yang memuat berbagai
informasu maupun keterangan lain yang berkaitan dengan tugas akhir ini.
2. Mencari data-data referensi melalui media internet, karena data yang bisa
diperoleh melalui media ini sangat beragam dan mudah.
3. Mencari data-data dengan cara obeservasi langsung ke lapangan.
Pada laporan ini dibutuhkan beberapa jenis data yang dibutuhkan, antara lain:
1. Jenis data lapangan yang berisikan model ataupun tipe dari komponen yang
digunakan dalam sistem pengaman pada test separator.
2. Jenis data dokumen – dokumen yang didapatkan dari datasheet maupun
manual dari kompenen tersebut. Serta dokumen – dokumen pendukung yang
terdapat di dokumen – dokumen projek.
Dari jenis data – data yang kita butuhkan diatas Tentunya sumber data dapat dicari
melalui terjun langsung kelapangan, mencari literartur yang terdapat pada proyek
dokumen maupun langsung dari internet.
34
35
MULAI
SURVEY
LAPANGAN
PENGAMBILAN
DATA
APAKAH
DATA SUDAH
TERPENUHI NO
YES
PENGUMPULAN REFERENSI
TINJAUAN PUSTAKA
MENGANALISA DATA NO
DAN KONSULTASI
KEPEMBIMBING
YES
MEMBUAT LAPORAN
TUGAS AKHIR
SELESAI
Tahapan awal dari studi ini adalah mencari bahan-bahan penelitian dengan
memilih journal, article, websites, dan beberapa buku proyek sebagai acuan atau
reference.
Tabel 1 Data Spesifikasi Test separator 50 – VZ – 11 – 01
Item Number 50-VZ-11-01
Service Test Separator
Pressure Bar G Design 46
Working 13-38
Temp Design -29/115
Working 80-100
Internal Diameter 1650 mm
Length 4500 mm
Internal Coating -
Material CS + 5mm CA
37
4 Existing + Phase 13B Used I/O Slots 177 154 101 432 12 8 0 20
51-PSY-110102 PSDV SOLENOID VALVE Test Separator Inlet from Header Line ESD DO
51-BY-110113 BDV SOLENOID VALVE Test Separator Outlet to Vent System ESD DO
51-PSY-110119 PSDV SOLENOID VALVE Test Separator Outlet To Prod. Expedition ESD DO
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Komponen pada Sistem Kontrol pada Test Separator Berbasis PLC
Sistem pengaman pada Test Separator terpisah antara sistem kontrol yang
terdapat pada Test Separator dengan tujuan sistem pengaman akan tetap bekerja
walaupun ada masalah pada sistem kontrol yang terdapat pada sistem Test Separator itu
sendiri. Pada Area South Processing Unit – GTS Bx kami mendapati bahwa sistem yang
terdapat pada Test Separator dibagi menjadi dua yaitu SSS (Safety Shutdown Sistem) dan
PCS (Process Control Sistem). Seperti yang bisa kita lihat pada gambar lampiran
mengenai aristekture sistem kontrol GTS Bx.
Dan pada studi ini penulis hanya akan membahas mengenai Safety Shutdown
System saja dimana dengan judul sistem pengaman pada Test Separator yang merupakan
tujuan dari SSS itu sendiri. Pengguna PLC pada sistem ini tentunya sangat memudahkan
dalam proses pengendalian tanpa harus dimonitor oleh operator. Pemisahan jenis PLC
antara Process Control Sistem dengan PLC sistem pengaman (SSS) bertujuan untuk
mencegah adanya fail pada PLC sehingga apabila terdapat salah satu PLC yang rusak
atau fault masih dapat menjaga sistem untuk tetap berjalan.
Sistem pengaman Test Separator berbasis PLC prinsipnya sama halnya dengan
sistem pengaman berbasis pneumatic dimana kontroller langsung berada pada lokal
equipment dan tidak ada sistem monitoring yang dapat dimonitor langsung melalui ruang
kontrol ataupun Human Machine Interface (HMI). Dikarenakan fungsi Test separator
yang akan digunakan sebagai unit untuk mengukur karakteristik dari well (Well Testing)
Pada gambar dibawah adalah Secara keseluruhan sistem yang ada pada separator dapat
dilihat bahwa pada sistem PCS maupun SSS memiliki sensor dan final element yang
berbeda.
39
40
Input
1. Sensor Ketinggian Level switch High – High – 50 LAHH 110108
2. Sensor Ketinggian Level Switch Low – Low – 50 LALL 110108
3. Sensor Ketinggian Interface Level Switch Low – Low – 50 ILALL 110106
4. Sensor Tekanan Fusible Plug Loop Pressure Low – Low – 50 RDSLL 110122
5. Push button ESD 3.4 Test Separator Shutdown – 50 PB 110125
Output
1. Solenoid Valve – SOV 110101 untuk SDV 110101 Bypass Line
2. Solenoid Valve – SOV 110102 untuk SDV 110102 Inlet Line
3. Solenoid Valve – SOV 110119 untuk SDV 110119 Outlet Line
4. Solenoid Valve – SOV 110113 untuk BDV 110113 Vent Line
5. Sirene – XS 620102
41
Untuk lebih jelas mengenai gambar ini penulis sudah melampirkan gambar ini di bab
Lampiran.
Sistem Pengaman Test Separator bekerja dengan didasari dari Diagram Cause
Effect. Sistem Pengaman pada Test Separator terdapat pada dua sub bagian level
shutdown yaitu SD 3.4 dan SD 1. dimana pada tiap – tiap level SD memiliki parameter
yang berbeda yaitu Level Transmitter dan Push button pada SD 3.4 sebagai Sensing
element yang akan mengaktifkan perintah menuju tiap – tiap valve sebagai final element-
nya.
Input pada level SD 3.4 Sensor yang terdapat pada Test Separator
1. LAHH 110108
2. LALL 110108
3. ILALL 110106
Dan 1 Input Push button
1. PB 1101 25
42
Ke 4 input tersebut akan memberikan perintah dan akan menggerakan ketiga valve pada
Test Separator.
melihat langsung sistem SD tingkat 1 dapat dilihat pada diagram Cause Effect seperti
gambar dibawah ini.
1. PIT 110122
1. BDV 110113
2. Sirene XS-620102
Pada SD 1 hanya terdapat satu sensor fusible plug yang mana akan terinterkoneksi
langsung menuju pressure transmitter PIT 110122. Yang akan langsung meng-aktifkan
signal yang akan diteruskan langsung menuju valve BDV 110113 dan Sirene XS-620102.
Kemudian signal tersebut juga langsung mengaktifkan SD 3.4 sehingga ketiga valve pada
level SD 3.4 juga ikut aktif.
44
Well Testing
menggunakan Test
Separator
scanning sistem
TEKANAN
(Bar)
Ya
INTERFACE
LEVEL (%)
LEVEL (%)
ESD 1 AKTIF
Tidak
Tidak ILSHH> 88%
LSLL < 50% ILSLL <16% Membuka BDV dan
membunyikan Sirene
Ya Ya
ESD 1 RESET
MEMBUKA
SDV OUTGOING
MENUTUP
SDV OUTGOING
TEST
TEST SELESAI
Berlangsung
Pada kondisi normal maka hanya akan terjadi apabila ke 4 parameter pada tingkat
SD 3.4 yang menjadi sebab dalam kondisi normal juga sehingga LALL 110108, LAHH
110108, ILALL 110106 masih belum mencapai settingan point-nya. Dan serta Push
button PB 110125 juga dalam kondisi yang normal dan pada tingkat SD 1 untuk
parameter tekanan fusible plug RDALL 110122 juga masih berada diatas settingan yang
diinginkan. Setelah kondisi ini semua tercapai maka Valve inlet dan Valve outlet dapat
dibuka sehingga aliran yang menuju Test Separator bisa mengalir dan Valve bypass dan
Valve Blowdown menutup sehingga Test Separator dapat bekerja dengan benar. Kondisi
Normal adalah tujuan dari sistem pengaman pada Test Separator di ciptakan sehingga
Test Separator dapat bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan operator.
Pada Kondisi Shutdown maka dalam kondisi ini terdapat 4 kemungkinan yang
mungkin terjadi. Maka kami akan menjabarkan tiap – tiap parameter yang akan menjadi
penyebab terjadinya SHUTDOWN.
LALL 110108
Tujuan dari LALL 110108 adalah menjaga level Test Separator agar level tidak
turun dan outlet dari Minyak tetap teraliri oleh fluida jenis Minyak. Setting dari
LALL 110108 adalah 16% dari Level Test Separator. Apabila settingan tersebut
sudah di lalui maka Signal trip akan diberikan melalui perintah dari PLC yang
telah di program pada Ai_LL39 – Fx_LALL110108 yang mengaktifkan signal
ESD 3.4 yang kemudian akan memberikan signal terusan ke masing – masing
SOV pada tiap – tiap SDV pada Test Separator untuk menutup sehingga Test
Separator akan berhenti beroperasi.
LAHH 110108
Tujuan dari LAHH 110108 adalah menjaga level Test Separator agar level tidak
melebih setting operational pada Test Separator dan outlet dari Minyak tetap
teraliri oleh fluida jenis Minyak. Setting dari LAHH 110108 adalah 81% dari
Level Test Separator. Apabila settingan tersebut sudah di lalui maka Signal trip
akan diberikan melalui perintah dari PLC yang telah di program pada Ai_HH39
46
ILALL 110106
Tujuan dari ILALL 110106 adalah menjaga level air pada Test Separator tidak
melebih setting operational pada Test Separator dan outlet dari Minyak tetap
teraliri oleh fluida jenis Minyak. Setting dari ILALL 110106 adalah 50% dari
Level Test Separator. Apabila settingan tersebut sudah di lalui maka Signal trip
akan diberikan melalui perintah dari PLC yang telah di program pada Ai_LL46 –
Bx_ILALL110106_Trip yang mengaktifkan signal ESD 3.4 yang kemudian akan
memberikan signal terusan ke masing – masing SOV pada tiap – tiap SDV pada
Test Separator untuk menutup sehingga Test Separator akan berhenti beroperasi
47
RDALL 110122
Gambar: 37 Diagram Function Block RDALL 110122
Tujuan dari RDALL 110122 adalah menjaga Test Separator ketika didaerah
sekitar Test Separator atau pada Test Separator terjadi kebakaran maka akan
dibaca oleh fusible plug yang akan mengeluarkan tekanan yang telah berada pada
pipa tubing 3/8 inch dan kemudian penurunan tekanan itu akan dideteksi oleh PIT
110122 sehingga akan mengaktifkan signal trip langsung yang diberikan melalui
command Bx_RDALL110122_Trip menuju langsung ESD level 1 yang
kemudian akan memberikan signal terusan ke masing – masing SOV pada tiap –
48
tiap SDV dan juga unit lain yang berada pada area sekitar Test Separator untuk
berhenti dan juga untuk menutup semua valve sehingga Test Separator akan
berhenti beroperasi.
PB 110125
Tujuan dari PB 110125 adalah menjaga Test Separator secara manual sehingga
ketika terdapat kejadian yang tidak normal maupun kerusakan pada Test
Separator bisa langsung di aktifkan melalui Push button tersebut. Apabila push
button sudah diaktikan maka signal trip akan diberikan melalui perintah dari PLC
yang telah di program pada ESD_PB22 – Bx_PB110125_TRIP yang
mengaktifkan signal ESD 3.4 yang kemudian akan memberikan signal terusan ke
masing – masing SOV pada tiap – tiap SDV pada Test Separator untuk menutup
sehingga Test Separator akan berhenti beroperasi.
SD 3.4
Setelah mendapatkan perintah dari salah satu dari LALL, LAHH, ILALL atau
Push button yang nantinya akan mengaktifkan signal langsung ke SD 3.4 yang
selanjutnya akan langsung memberikan signal langsung ke SOV PSDV 110102,
SOV PSDV 110101, dan SOV PSDV 110119 untuk menutup aktuator valvenya.
49
PSDV 110102
Setelah mendapatkan perintah langsung dari ESD bar 3.4 melalui Bx_EM_Bar
3.4 menuju ke perintah SOV 110102 yang akan mengaktifkan sov yang kemudian
secara pneumatik menutup katup yang terdapat pada Test Separator. Kemudian
secara mekanikal setelah menutupnya valve akan mengaktifkan limit switch close
Bx_PSZL110102 yang akan memberikan umpan balik ke HMI ketika valve sudah
berubah status dari buka menjadi menutup.
PSDV 110101
Setelah mendapatkan perintah langsung dari ESD bar 3.4 melalui Bx_EM_Bar
3.4 menuju ke perintah SOV 110101 yang akan meaktifkan sov yang kemudian
secara pneumatik membuka katup yang terdapat pada Test Separator. Kemudian
secara mekanikal setelah menutupnya valve akan mengaktifkan limit switch close
Bx_PSZL110101 yang akan memberikan umpan balik ke HMI ketika valve sudah
berubah status dari menutup menjadi membuka.
PSDV 110119
Setelah mendapatkan perintah langsung dari ESD bar 3.4 melalui Bx_EM_Bar
3.4 menuju ke perintah SOV 110119 yang akan meaktifkan sov yang kemudian
secara pneumatik menutup katup yang terdapat pada Test Separator. Kemudian
secara mekanikal setelah menutupnya valve akan mengaktifkan limit switch close
51
Bx_PSZL110119 yang akan memberikan umpan balik ke HMI ketika valve sudah
berubah status dari menutup menjadi membuka.
SD 1
Setelah mendapatkan perintah langsung dari ESD bar 1 melalui Bx_EM_1 menuju
ke perintah SOV 110113 yang akan meaktifkan sov yang kemudian secara
pneumatik membuka katup yang terdapat pada Test Separator. Kemudian secara
mekanikal setelah menutupnya valve akan mengaktifkan limit switch open
Bx_PSZL110113 yang akan memberikan umpan balik ke HMI ketika valve sudah
berubah status dari menutup menjadi membuka.
53
Sirene XS 620102
Sirene pada area GTS-Bx akan aktif apabila Sistem Pengaman tingkat 1 sudah
aktif, sehingga pada tingkat SD 1 akan memberikan perintah langsung via perintah
signal Bx_EM_1 yang akan memberikan signal 1 pada sirene.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saran yang diberikan penulis selama proses studi berlangsung adalah untuk
menguasai program yang berkaitan langsung dengan sistem PLC sehingga bisa dapat
menguasai Bahasa Diagram Function Block. Dan semoga Politeknik Negeri Samarinda
dapat memiliki akses full terhadap software – software PLC sehingga memudahkan
dalam belajar program tersebut.
54
DAFTAR PUSTAKA
Training Manual Total E&P Indonesie (EXP-MN-SI070-EN), 2007. The regulator and
its functions
Training Manual Total E&P Indonesie (OP 22), 2007. Fisher Control Valve
Training Course Jetec Indonesia, Feb 2014. HIMA Training HI-Quad Safety Sistem SN2B
& PCK7B Project.
Refino, Andam. 2012 Studi Sistem Kontrol Level Pada High Pressure Separator C-3-
08A: Laporan Kerja Praktek PT. Pertamina RU-V hal 23-32