DISUSUN OLEH
ARKHA RIZKITA OKVIANA BIRU 04161012
JHORDYA AGUSTIN HASBULLAH 04161035
DISUSUN OLEH
ARKHA RIZKITA OKVIANA BIRU 04161012
JHORDYA AGUSTIN HASBULLAH 04161035
MENGETAHUI,
KOORDINATOR TEKNIK ELEKTRO
ii
LEMBAR PENGESAHAN
DISUSUN OLEH
ARKHA RIZKITA OKVIANA BIRU 04161012
JHORDYA AGUSTIN HASBULLAH 04161035
MANAGER
DEPARTEMEN TEKNIK
SUPONO
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik yang berjudul:
“Studi Penerapan Metode Proportional Integral Derivative (PID) Pada
Pengendalian Level Air Deaerator PLTU Embalut Unit 1, 2, dan 3 PT Cahaya
Fajar Kaltim Tenggarong Seberang Kalimantan Timur”
Laporan kerja praktik ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Teknik Elektro, Jurusan
Teknologi Industri dan Proses, Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan.
Untuk itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan yang Maha Esa, atas segala anugerah dan rahmat-Nya yang selalu
dilimpahkan kepada penulis.
2. Kedua orang tua penulis atas dukungan dan doa yang tiada henti.
3. Ibu Firilia Filiana, S. T., M. T selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktik.
4. Bapak Sena Sukmananda Suprapto, ST., M.T. selaku Koordinator Kerja
Praktik Program Studi Teknik Elektro ITK.
5. Bapak Mudeng, Vicky Vendy Hengki, S. T., M. Sc selaku Koordinator
Program Studi Teknik Elektro ITK.
6. Bapak Supono selaku Manager Departemen Teknik yang telah bersedia untuk
menerima penulis untuk melakukan Kerja Praktik.
7. Bapak Median Akbar selaku Supervisor bidang Instrumentasi dan Control di
PT Cahaya Fajar Kaltim.
8. Bapak Reza selaku pembimbing lapangan selama penulis melakukan kerja
pratik di PT Cahaya Fajar Kaltim
9. Semua karyawan Departemen Produksi unit 1, 2, dan 3 yang telah banyak
membantu kami dalam memenuhi data yang diperlukan selama pelaksanaan
Kerja Praktik.
10. Bapak Muhammad Khahfi, Bapak Afrijal, dan Bapak Reza selaku foreman,
serta Bapak Iskandar, Bapak Edi Sujarwo, Bapak Syarifuddin, dan Bapak
Yayan Mariwiyanto selaku teknisi subdepartemen Instrument & Control
(I&C), serta Bapak Topan selaku helper subdepartemen Instrument &
iv
Control (I&C) yang banyak membantu dan mengajarkan kami berbagai hal
mengenai instrumentasi serta sistem kontrol selama pelaksanan Kerja Praktik.
11. Bapak Marsito Bakat selaku Supervisor plan engineer dan Bapak Mugni
selaku plan engineer yang telah banyak membantu kami selama proses
pelaksanaan Kerja Praktik khususnya dalam mencari berbagai data untuk
kelengkapan laporan.
12. Teman-teman seperjuangan Kerja Praktik, Cahyo Saputra dan Muhammad
Mukhlis Ikhsandy yang telah bersama-sama melalui Kerja Praktik di PT
Cahaya Fajar Kaltim
13. Rekan-rekan Teknik Elektro angkatan 2016 yang selalu ada dalam suka
maupun duka.
14. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro ITK.
15. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan kerja praktik ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan kerja praktik ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan segala kritik dan saran demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
vi
4.5 Kesimpulan Tugas Khusus.........................................................................
4.6 Daftar Pustaka ............................................................................................
Lampiran ..........................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 2.28 Alur Proses Boiler pada Unit 3 ..................................................
Gambar 2.29 Boiler Unit 1 PLTU Embalut .....................................................
Gambar 2.30 Boiler Unit 2 PLTU Embalut .....................................................
Gambar 2.31 Boiler Unit 3 PLTU Embalut .....................................................
Gambar 2.32 Alur Koordinasi Bagian Boiler dengan Bagian Terkait .............
Gambar 2.33 Turbin uap dan Generator PLTU Embalut Unit 1 .....................
Gambar 2.32 Turbin uap dan Generator PLTU Embalut Unit 2.....................
Gambar 2.35 Turbin dan Generator PLTU Embalut Unit 3 ...........................
Gambar 2.36 Alur Koordinasi Turbin Uap dengan Bagian Terkait .................
Gambar 3.1 Ruang Departemen Teknik...........................................................
Gambar 3.2 Ruang Subdepartemen Instrument & Control..............................
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Gambar 1. 1 Institut Teknologi Kalimantan, Karang Joang, Balikpapan
2
PT Cahaya Fajar Kaltim merupakan industri yang banyak dijadikan mahasiswa
sebagai tempat pelaksanaan kerja praktik. PT Cahaya Fajar Kaltim merupakan
salah satu perusahaan swasta yang bergerak dibidang kelistrikan, yaitu sebagai
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan bahan bakar batu bara. PT Cahaya
Fajar Kaltim atau PLTU Embalut merupakan PLTU pertama di Indonesia yang
didanai dan dioperasikan oleh swasta dengan luas area 145 hektar. PLTU Embalut
memiliki 3 unit, dengan penghasilan per unit yaitu unit 1 sebesar 25 MW, unit 2
sebesar 25 MW, dan unit 3 sebesar 60 MW. Sehingga total energi listrik yang
dihasilkan yaitu sebesar 110 MW. Pada PLTU Embalut unit 1, 2, dan 3 PT
Cahaya Fajar Kaltim terdapat Deaerator Tank yang berfungsi untuk memanaskan
sisa air untuk dipanaskan kembali di boiler. Oleh karena itu, laporan ini
dimaksudkan untuk mengontrol level air dan pressure pada Daerator.
Berdasarkan latar belakang tersebut, topik kerja praktek yang akan dilakukan
adalah “Studi Penerapan Metode Proportional Integral Derivative (PID) Pada
Pengendalian Level Air dan Pressure Deaerator PLTU Embalut Unit 3 PT Cahaya
Fajar Kaltim Tenggarong Seberang Kalimantan Timur”.
3
6. Menciptakan hubungan kerja sama yang baik antara pihak perguruan tinggi,
khususnya Institut Teknologi Kalimantan Program Studi Teknik Elektro
dengan PT Cahaya Fajar Kaltim.
4
5. Pihak perusahaan mendapatkan masukan dari mahasiswa kerja praktik untuk
menentukan kebijakan berdasarkan hasil analisis mahasiswa selama
melakukan kerja praktik.
6. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai sistem yang
ada di dunia industri, khususnya pada PT Cahaya Fajar Kaltim.
7. Mahasiswa dapat mendapatkan gambaran nyata dunia kerja, sehingga dapat
beradaptasi dalam dunia kerja untuk kedepannya.
8. Mahasiswa dapat meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab dalam
melakukan suatu pekerjaan.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM PT CAHAYA FAJAR KALTIM
6
Pada akhirnya, Bapak Dahlan Iskan yang berasal dari Jawa Pos yang
kemudian sanggup untuk melakukan pembangunan pembangkit listrik
berkapasitas 2 x 25 MW dengan bahan bakar batubara yang banyak di Kalimantan
Timur. Kesediaan Bapak Dahlan Iskan dilatar belakangi kemampuannya dalam
bidang pendanaan, mengadakan peralatan dan kemampuan di bidang networking,
serta rasa prihatin terhadap Provinsi Kalimantan Timur yang merupakan daerah
tempat ia dibesarkan.
Mengingat pihak PT. PLN (Persero) tidak dapat melakukan MOU dengan
pihak perusahaan swasta, maka disepakati bahwa penandatanganan MOU
dilakukan antara pihak PT. PLN (Persero) dengan pemerintah provinsi
Kalimantan Timur sehingga terbentuklah sebuah perusahaan. Perusahaan ini
sendiri merupakan perusahan dengan kepemilikan bersama dan berdiri secara
patungan antara pihak PT Perusda Ketenagalistrikan Kalimantan Timur dengan
Jawa Pos Group, perusahaan ini dinamai dengan PT. Cahaya Fajar Kaltim (CFK).
7
Gambar 2. 3 PLTU Embalut Unit 3 PT Cahaya Fajar Kaltim
8
96 jam (4 x 24 jam). Sehingga, pembangkit unit 1 dan 2 PLTU Embalut
dinyatakan laik operasi oleh PT PLN (Persero) Jasa Sertifikasi pada tanggal 19
Desember 2008. Kemudian ditetapkannya tanggal Commercial Operating Date
(COD / commercial on date yaitu pengoperasian secara komersil oleh PLTU
Embalut PT Cahaya Fajar Kaltim dengan kapasitas 2 x 25 MW di Desa Tanjung
Batu Kalimantan Timur unit 1 dan 2 yang dilakukan oleh PT PLN (Persero) pada
tanggal 20 Agustus 2008. Untuk pembangkit unit 3, Reability Running Test dan
tes daya keandalan netto berhasil dilakukan pada tanggal 09 Agustus 2014 pukul
10:00 WITA sampai dengan tanggal 13 Agustus 2014 pukul 10:00 WITA
terhitung 96 jam (4 x 24 jam), sehingga pembangkit unit 3 dinyatakan laik
operasi. Kemudian, tanggal Commercial Operating Date untuk PLTU Embalut
PT Cahaya Fajar Kaltim dengan kapasitas 1 x 60 MW unit 3 yang dilakukan oleh
PT PLN (Persero) ditetapkan pada tanggal 14 Agustus 2014.
Gambar 2.4. Lokasi PT Cahaya Fajar Kaltim dalam Pantauan Google Earth
Tabel 2. 1 Koordinat geografis dan UTM PLTU Embalut PT Cahaya Fajar Kaltim
No Symbol Geographical UTM Coordinate Height
9
Longitude Latitude X Y (MSL)
10
Gambar 2.6 Jarak Lokasi PLTGU Tanjung Batu dengan PLTU Embalut
11
2.5 Visi dan Misi PT Cahaya Fajar Kaltim
2.5.1 Visi Perusahaan
Adapun visi yang menjadi dasar oleh PT Cahaya Fajar Kaltim adalah
sebagai berikut.
“Membangun keunggulan kompetisi bagi Kalimantan Timur menuju daerah
industri khususnya dalam bidang pengadaan listrik rumah”
12
Gambar 2.10 Struktur Organisasi Subdepartemen Instrument & Control
13
Gambar 2.11 Fasilitas Mess Karyawan PT Cahaya Fajar Kaltim
2.8.2 Fasilitas Klinik
PT Cahaya Fajar Kaltim juga menyediakan klinik 24 jam guna menunjang
adanya perawatan kesehatan yang terjangkau di area pembangkit. Klinik ini
berada pada area depan PLTU Embalut. Kemudian ditunjang juga dengan fasilitas
mobil ambulance untuk penanganan lebih lanjutnya apabila klinik tersebut tidak
mampu menanganinya. Klinik PT Cahaya Fajar Kaltim adalah sebagai berikut.
14
Gambar 2.13 Masjid Nur Al-Fajr
2.8.4 Fasilitas Dermaga Kapal
PT Cahaya Fajar Kaltim juga menyediakan dermaga kapal yang bisa
digunakan oleh karyawan dan warga sekitar yang menggunakan transportasi air.
Sebelum dibangunnya akses jalur darat, jalur airlah yang dahulu dipilih oleh PT
Cahaya Fajar Kaltim untung membawa karyawannya menyebrang sungai untuk
dapat bekerja. Dermaga kapal PLTU Embalut adalah sebagai berikut.
15
Gambar 2.15 Tempat Parkir Karyawan PT Cahaya Fajar Kaltim
2.8.6 Fasilitas Olahraga
PT Cahaya Fajar Kaltim juga menyediakan beberapa fasilitas olahraga
seperti lapangan sepak bola, lapangan futsal, serta lapangan tennis yang sedang
direnovasi. Fasilitas olahraga tersebut digunakan oleh karyawan yang hendak
melakukan olahraga, atau dapat pula dilakukan turnamen seperti futsal dan sepak
bola yang telah dilakukan sebelumnya oleh PT Cahaya Fajar Kaltim yang diikuti
oleh karyawannya. Fasilitas olahraga PT Cahaya Fajar Kaltim adalah sebagai
berikut.
16
Gambar 2.17 Lapangan Bola PT Cahaya Fajar Kaltim
17
Gambar 2.18 Alur Proses Pembangkitan Unit 1 dan 2 PLTU Embalut
18
System meliputi sistem transportasi batu bara dari dermaga menuju ke Coal
Storage dan sampai ke Coal Bunker. Pada PLTU Embalut PT Cahaya Fajar
Kaltim hanya terdapat satu sistem Coal Handling yang digunakan untuk semua
unit, yakni unit 1, unit 2, dan unit 3. Sistem Coal Handling System di PT Cahaya
Fajar Kaltim menggunakan Belt Conveyor System. Spesifikasi conveyor yang
digunakan adalah sebagai berikut.
19
Gambar 2.20 Konveyor PLTU Embalut
Batu bara dari ponton yang berlabuh di dermaga PT Cahaya Fajar Kaltim,
selanjutnya akan dilakukan draft awal oleh pihak surveyor independent untuk
memperkirakan tonase batu bara yang datang. Kemudian pembongkaran akan
dilakukan dengan alat berat yaitu excavator, melalui conveyor #1, #2 dan #3
(conveyor pembongkaran/unloading), sampai dengan tempat penyimpanan batu
bara (Coal Storage/Stock pile). Selama proses pembongkaran akan dilakukan
pengambilan sampling batu bara untuk menentukan kualitas yang diterima. Dan
setelah proses pembongkaran akan dilakukan draft akhir (Final Draft) dari pihak
surveyor independent yang awal melakukan draft tersebut, untuk mengoreksi nilai
plus atau minus dari data hasil draft awal atau menetapkan hasil tonase yang
sebenarnya.
Dari coal storage dengan menggunakan alat berat excavator atau whee
loader, batu bara dituangkan ke dalam hopper kemudian ditransfer melalui
conveyor #4 atau menggunakan conveyor Bypass untuk proses selanjutnya
perhatikan gambar 2.6 view control coal handling system.
Untuk proses start pengisian batu bara di coal bunker, proses diawali
dengan menentukan coal bunker dari boiler unit #1 dan #2 yang akan diisi.
Karena system interlock pada coal handling system, start conveyor diawali dengan
menjalankan conveyor #9 (A & B) kemudian conveyor #8 (A & B) selanjutnya
unit crusher dan conveyor #7 (A & B), kemudian conveyor bypass. Atau dapat
juga dari conveyor #7 (A & B) kemudian conveyor #6 (A & B) lalu conveyor #5
(A & B) apabila menggunakan conveyor #4.
Tampilan dari coal handling system pada PLTU Embalut PT Cahaya Fajar
Kaltim adalah sebagai berikut.
20
Gambar 2. 21 Tampilan Coal Handling System
21
Gambar 2.23 Water Treatment Plant (WTP) PLTU Embalut
Secara singkat proses water treatment plant pada PT Cahaya Fajar Kaltim
adalah sebagai berikut : air sungai mahakam dipompakan dengan CCWP
(Circulating Cooling Water Pump) dari inject line CCWP dengan memanfaatkan
tekanan CCWP atau dengan bantuan pompa lamella, air kemudian masuk ke
statistic mix tank sebelumnya dimasukkan chemical caustic soda (NaOh) terlebih
dahulu sebagai koreksi pH, selanjutnya air masuk ke mix tank dan diinjeksi secara
kontinyu flokulan dan Powdered Activated Carbon (PAC), air mengalir ke
lamella/clarifier secara otomatis akan terjadi endapan. Kemudian air masuk ke
buffer tank dan dipompakan ke sand filter selanjutnya masuk ke clean water tank.
Untuk tahapan demineralisasi selanjutnya air dari clean water tank di pompakan
dengan ACF (Active Carbon filter) pump kemudian masuk ke tanki ACF
selanjutnya masuk ke catridge filter. Kemudian secara berurut air masuk ke tanki
kation, tanki degasifier, dengan pompa degasifier air masuk ke tanki anion, tanki
mixbad, dan ditampung di tanki demin. Air demin akan disuplai ke deaerator
menggunakan pompa air. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut :
22
Gambar 2.24 Proses Water Treatment Plant PT Cahaya Fajar Kaltim
Gambar 2.25 Proses Water Treatment Plant PT Cahaya Fajar Kaltim (lanjutan)
23
Gambar 2.26 Alur Koordinasi Bagian WTP dengan Bagian Terkait
2.9.3 Boiler
Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk
mengubah air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan
memanaskan air yang berada didalam pipa-pipa dengan memanfaatkan panas dari
hasil pembakaran bahan bakar (batu bara). Pembakaran dilakukan secara kontinyu
didalam ruang bakar dengan mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar. Uap
yang dihasilkan boiler adalah uap superheat dengan tekanan dan temperatur yang
tinggi. Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan pemindah panas,
laju aliran, dan panas pembakaran yang diberikan. Boiler yang konstruksinya
terdiri dari pipa-pipa berisi air disebut dengan water tube boiler.
Terdapat dua jenis boiler yang digunakan pada PLTU Embalut, yakni jenis
130t/h pulverized coal fired boiler yang digunakan di pembangkit unit 1 dan 2,
kemudian jenis 240t/h high-pressure natural circulation yang digunakan di
pembangkit unit 3. Boiler yang digunakan pada unit 3 PLTU Embalut merupakan
boiler bertekanan tinggi dengan sirkulasi alami yang didesain oleh SBWL
(Shanghai Boiler Work Limited), Boiler ini menggunakan jenis bahan bakar batu
bara “Lignit” dalam pembakarannya. Middle-speed Coal mil, sistem positive-
pressure cold primary air direct-blowing pulverization dan sistem pembakaran
dengan empat sudut tangensial (4-corner tangential), dan tidak ada reheating.
24
Gambar 2.27 Alur Proses Boiler pada Unit 1 dan 2
25
Gambar 2.29 Boiler Unit 1 PLTU Embalut
26
Gambar 2.31 Boiler Unit 3 PLTU Embalut
Alur koordinasi bagian boiler dengan bagian yang lain dalam proses
pembangkitan energi listrik di PLTU Embalut PT Cahaya Fajar Kaltim adalah
sebagai berikut.
27
pada penghantar listrik itu akan muncul gaya gerak listrik (GGL) yang dinyatakan
dalam satuan Volt. Pada generator, energi listrik dibangkitkan dengan cara
menggerakkan kumparan penghantar listrik memotong medan magnet sehingga
dibangkitkan GGL yang bisa disalurkan untuk energi listrik sehari-hari.
Pada PLTU Embalut, uap kering dengan temperatur dan tekanan tinggi
keluaran dari superheater akan masuk ke sistem turbin uap. Uap tersebut akan
memutar blade turbin uap, generator yang satu shaft dengan turbin akan ikut
berputar shingga akan dihasilkan energi listrik. Uap yang telah digunakan untuk
memutar turbin akan digunakan kembali untuk memanaskan air demineral pada
LP heater, HP heater, dan deaerator sebelum dimasukkan kedalam sistem boiler.
Turbin dan generator PLTU Embalut unit 1 dan 2 PT Cahaya Fajar Kaltim
dengan kapasitas daya masing-masing sebesar 25 MW serta turbin dan generator
PLTU Embalut unit 3 PT Cahaya Fajar Kaltim dengan kapasitas 60 MW adalah
sebagai berikut.
28
Gambar 2.34 Turbin uap dan Generator PLTU Embalut Unit 2
29
BAB III
DESKRIPISI DEPARTEMEN TEKNIK DAN
SUBDEPARTEMEN INSTRUMEN DAN CONTROL
3.1 Departemen Teknik
Departemen teknik merupakan bagian yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan segala hal yang menyangkut kegiatan bersifat teknis yang dilakukan
terhadap unit pembangkit tenaga listrik dan unit-unit pendukungnya. Departemen
teknik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu subdepartement Millwright yang bertugas
untuk melakukan perawatan dan perbaikan mesin yang meliputi seluruh area
pembangkit, subdepartement Electric yang bertugas untuk melakukan perawatan
dan perbaikan yang berhubungan terhadap kelistrikan dan jaringan, dan
sudepartement Instrument&Control yang bertugas untuk melakukan perawatan
dan perbaikan sistem kontrol dan peralatan instrumentasi yang meliputi seluruh
area pembangkit
Departemen teknik merupakan departemen yang memiliki seorang manager
yaitu Bapak Supono dan superintendent yaitu Bapak Sukidi. Selain itu, terdapat
pula Plan Engineer serta Admin Maintenance Teknik dan Control. Pada
departemen teknik, dibagi lagi menjadi 3 yaitu Millright, Elektrik, serta
Instrument dan Control (I&C). Dimana supervisor milllright yaitu Bapak…..,
supervisor elektrik yaitu Bapak Agus Suseno, serta supervisor Instrument dan
Control yaitu Bapak Median Akbar. Total Man Power pada departemen teknik
yaitu sebanyak 46 orang, yang bekerja secara shift dan non-shift.
30
3.2 Subdepartemen Instrument dan Control
Departemen Instrument & Control (I&C) merupakan departemen yang
merupakan penjabaran dari Departemen Teknik PT Cahaya Fajar Kaltim.
Subdepartemen ini berada dibawah naungan dari Manajer Teknik PT. Cahaya
Fajar Kaltim. Subdepartemen ini memiliki lingkup kerja umum yakni menjaga
kinerja peralatan instrumentasi pada seluruh unit untuk tetap dapat bekerja sesuai
dengan semestinya. Departemen I&C bertanggung jawab untuk melakukan
perawatan harian pada peralatan instrumentasi, mengkalibrasi peralatan
instrumentasi diawal pemakaian alat maupun pasca perawatan, penggantian
peralatan instrumentasi, serta memperbaiki kerusakan pada peralatan
instrumentasi yang ada. Beberapa peralatan instrumentasi yang dimaksud yakni
transmitter, MOV (Motor Operated Valve), control valve atau biasa disebut katup
pengendali, controller, dan berbagai jenis sensor yang tersebar di seluruh unit 1, 2
dan 3.
Departemen I&C dipimpin oleh seorang supervisor dan membawahi
beberapa foreman dan staff. Saat laporan ini disusun jabatan supervisor dijabat
oleh Bapak Median Akbar. Foreman dijabat oleh Bapak Muhammad Kahfi,
Bapak Reza Setiawan, dan Bapak Afrijal. Lalu staffnya meliputi Bapak Edy S,
Bapak Iskandar, Bapak Syahrudin, serta Bapak Yayan M. Kemudian, terdapat
seorang helper yaitu Bapak Topan.
31
BAB IV
STUDI PENERAPAN METODE PROPORTIONAL INTEGRAL
DERIVATIVE (PID) PADA PENGENDALIAN LEVEL AIR
DEAERATOR PLTU EMBALUT UNIT 1, 2, DAN 3 PT
CAHAYA FAJAR KALTIM TENGGARONG SEBERANG
KALIMANTAN TIMUR
32
uap berfungsi untuk menghilangkan oksigen atau gas-gas terlarut lainnya pada
feedwater sebelum masuk ke boiler. Deaerator bekerja berdasarkan sifat oksigen
yang kelarutannya pada air akan berkurang dengan adanya kenaikan suhu.
Deaerator terdiri dari dua drum, drum yang lebih kecil merupakan tempat
pemanasan pendahuluan dan pembuangan gas-gas dari air umpan (feed water),
sedangkan drum yang lebih besar merupakan tempat penampungan air umpan
sebelum masuk ke boiler. Pada drum kecil terdapat spray nozzle yang berfungsi
untuk menyemprotkan air umpan (feed water) menjadi butiran-butiran air halus
agar proses pemanasan dan pembuangan gas-gas lebih sempurna. Pada drum kecil
disediakan saluran vent agar gas-gas yang tidak terkondensi bisa dibuang ke
atmosfer.
Gas-gas yang terkandung didalamnya yaitu berupa gas O2 dan CO2 yang
dapat menyebabkan korosi pada boiler dan pada peralatan pipa-pipa logam
lainnya apabila tidak dihilangkan. Kemudian, apabila air bereaksi dengan
karbondioksida terlarut juga akan membentuk senyawa asam karbonat yang dapat
menyebabkan korosi lebih lanjut. Sehingga, fungsi deaerator disini adalah untuk
mengurangi kadar oksigen, biasanya kadar oksigen dikurangi sampai memiliki
kadar lebih kecil atau sama dengan 7 ppb (0,0005 cm3/L).
Proses menghilangkan gas-gas yang terkandung didalam air tersebut yaitu
dengan cara memasukkan uap (steam) sebagai pemanas yang akan menguapkan
gas-gas di dalam air. Setelah itu air yang telah melalui proses pemanasan
(heating) akan ditampung pada tangki yang merupakan bagian dari deaerator
sebelum dialirkan pada boiler.
Terdapat dua tipe dari deaerator yaitu Deaerator tipe Tray dan Deaerator
tipe Spray. Deaerator tipe Tray terdiri dari bagian domed deaeration yang
dipasang diatas silinder vessel horizontal yang berfungsi sebagai rangka
penyimpanan air dari boiler. Prinsip kerjanya adalah, air umpan (feed water)
deaerator masuk melalui bagian atas deaeraetor melewati tray dan uap masuk
melalui bagian bawah. Dengan adanya tray maka, bidang kontak antara air dengan
uap menjadi lebih luas. Gas-gas yang tidak terlarut akan dipisahkan oleh uap dan
keluar melalui lubang di bagian atas deaerator. Saluran ventilasi terdiri dari katup
yang hanya memperbolehkan uap untuk keluar. Air umpan yang telah dideaerasi
33
mengalir kedalam tangki penyimpanan yang kemudian dipompa ke boiler. Uap
pemanas bertekanan rendah yang memasuki tangki deaerator bagian bawah
melalui pipa sparger ditujukan untuk menjaga air umpan tetap hangat.
34
Gambar 4.2 Deaerator Tipe Spray
35
matematis dari level tangki deaerator dapat diturunkan dengan menggunakan
persamaan hukum kesetimbangan energi sebagai berikut.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔
[ ]=[ ]−[ ]
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
𝛿𝑣
𝜌 𝛿𝑡 = 𝐹𝑖. 𝜌𝑖 + 𝑚𝑠 − 𝐹𝑜 . 𝜌𝑜 ............................. (4.1)
Dimana :
Fi , Fo = laju aliran feed water (m3/detik)
ρi , ρo = massa jenis feed water (kg/m3)
ms = laju aliran steam (kg/detik)
36
𝑤𝑡 = √(𝐷 − ℎ)ℎ ............................................... (4.4)
Dimana :
Gp = 2√ℎ/𝐾
Gm = 2√ℎ/𝐾. 𝜌
𝜏p = 2√ℎ/𝛿𝑣. 𝐾
Dimana, Gp merupakan gain dari proses yaitu laju aliran volume air umpan (feed
water). Gm merupakan gain dari load yaitu laju aliran massa steam, dan 𝜏p
merupakan time konstan dari proses dan juga load.
37
Fungsi alih dari level transmitter dapat diperoleh dari persamaan sebagai
berikut.
𝐼𝑠 𝐺𝐿𝑇
=𝜏 ......................................................... (4.9)
𝐿𝑇𝑠 𝐿𝑇 𝑠+1
Gain dari level transmitter merupakan perbandingan dari span sinyal output
dan span dari variable yang diukur (input) adalah sebagai berikut.
𝑠𝑝𝑎𝑛_𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝐺𝐿𝑇 = ............................................. (4.10)
𝑠𝑝𝑎𝑛_𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
Dengan 𝐺𝐿𝑇 adalah gain level transmitter (mA/m) dan 𝜏𝐿𝑇 adalah time constant
(detik).
Dan
𝑚 𝑚𝑎𝑥
𝐾 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑡𝑜𝑟 = 𝑆𝑝𝑎𝑛_𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 ............................... (4.14)
Dengan 𝐺𝑐𝑣 adalah gain control valve (kg/s/mA) dan 𝜏𝑐𝑣 adalah time constant
(detik).
Time constant dari control valve dapat dicari dari persamaan sebagai berikut.
𝜏𝑐𝑣 = 𝜏𝑣 ( ∆V + 𝑅𝑣 ) ....................................... (4.15)
Dimana :
Rcv = Perbandingan time constant inherent dengan time stroke
Rcv = 0.003 (untuk jenis aktuator diaphragma)
Rcv = 0.3 (untuk jenis aktuator piston)
38
𝜏𝑣 dapat diperoleh dari persamaan sebagai berikut.
𝑌
𝜏𝑣 = 𝐶𝑐 .......................................................... (4.16)
𝑣
Dimana :
𝑌𝑐 = Faktor storking time valve
𝑌𝑐 = 0.676
𝐶𝑣 = Koefisien control valve
𝐶𝑣 = 0.39 (untuk jenis Positioner I/P)
Sedangkan untuk ∆V dapat diperoleh dari persamaan berikut :
𝑉 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑉 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
∆V = .................. (4.17)
𝑉 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
E. Respon Transien
Sistem kendali umumnya dirancang memiliki faktor redaman lebih kecil dari
satu, misalnya pada respon berupa osilasi dari masukan sinyal step. Pada sistem
kendali orde yang lebih tinggi lagi biasanya memiliki pole-pole konjugate
kompleks dengan faktor redaman lebih besar dari satu yang cenderung melampaui
pole yang lain. Oleh sebab itu respon waktu sistem kendali orde dua dan orde
yang lebih tinggi dengan masukan sinyal step umumnya berupa redaman osilasi
alami. Dari gambar tampak bahwa respon memiliki "overshoot" dan "undershoot"
yang hampir tidak memiliki batas waktu berhentinya.
39
Perubahan yang terjadi tidak dapat bebas atau netral dari keterkaitan
parameter yang satu dengan parameter lainnya yang diklasifikasikan sebagai
berikut.
1. Waktu tunda (delay time = td), yaitu waktu yang diperlukan respon untuk
mencapai 50% dari harga akhir puncak lewatan lebih yang pertama.
2. Waktu naik (rise time = r.), yaitu waktu yang diperlukan respon untuk naik dari
10% hingga 90% hingga akhir sistem redaman lebihnya atau dari 0 hingga
100% dari harga akhir sistem redaman kurangnya.
3. Waktu puncak (peak time = t p)' yaitu waktu yang diperlukan respon untuk
mencapai puncak lewatan (overshoot) dari lewatan yang pertama.
4. Lewatan puncak (peak overshoot = M p)' yaitu harga lewatan puncak atau
lewatan maksimum dari kurva respon yang diukur dari harga satu (100%). Jika
harga respon keadaan tunaknya tidak sama dengan satu, maka biasa digunakan
persen lewatan puncak yang dirumuskan sebagai berikut.
𝑐(𝑡𝑝 )−𝑐(∞)
% 𝑙𝑒𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 = 𝑥 100% .... (4.18)
𝑐(∞)
Dimana dalam sistem kendali keluaran kondisi tunak untuk masukan sinyal
step umumnya sama dengan masukannya. Sebagai misal pada sistem orde
kedua, c( (0) = css = 1.
5. Waktu penetapan (setting time = Is)' yaitu waktu yang diperlukan kurva respon
untuk mencapai dan menetap pada daerah pita toleransi antara 2% - 5% dari
harga akhimya.
6. Kesalahan tunak (steady state error = ess)' yaitu kesalahan yang merupakan
selisih antara keluaran yang sebenarnya dengan keluaran yang diharapkan.
Kesalahan tunak dapat dibentuk persamaan sebagai berikut.
𝑒𝑠𝑠 = lim [𝑟(𝑡) − 𝑐(𝑡)] ................................... (4.19)
𝑡→∞
40
cepat, aksi kendali integral mempunyai keunggulan untuk memperkecil error, dan
aksi kendali derivatif mempunyai keunggulan untuk meredam overshoot/
undershoot. Untuk itu, agar dapat menghasilkan output dengan rise time yang
cepat dan error yang kecil dapat digabungkan ketiga aksi kendali ini menjadi aksi
kendali PID.
F.1 Pengendali Proporsional
Pengendali proporsional memiliki keluaran yang sebanding atau
proporsional dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang
diinginkan dengan harga aktualnya). Secara lebih sederhana dapat dikatakan
bahwa keluaran pengendali proporsional merupakan perkalian antara konstanta
proporsional dengan masukannya. Untuk pengendalian proporsional, hubungan
antara keluaran pendendali m(t) dan sinyal kesalahan dinamis e(t) adalahsebagai
berikut.
𝑚(𝑡) = 𝐾𝑃 × 𝑒(𝑡) ........................................... (4.20)
𝑀(𝑠) = 𝐾𝑃 × 𝐸(𝑠) .......................................... (4.21)
𝑀(𝑠)
= 𝐾𝑃 .......................................................... (4.22)
𝐸(𝑠)
Dengan M(s) dan E(s) adalah transformasi Laplace dari m(t) dan e(t) secara
berturut. Kp merupakan konstanta proporsional pada pengendali proporsional (P).
Ciri-ciri pengendali proportional diantaranya adalah:
1. Jika nilai Kp kecil, pengendali proporsional hanya mampu melakukan koreksi
kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem yang lambat
(rise time menjadi besar).
2. Jika nilai Kp dinaikkan, respon/tanggapan sistem akan semakin cepat
mencapai keadaan mantapnya (mengurangi rise time).
3. Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan,
akan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil atau respon sistem akan
berosilasi.
F.2 Pengendali Integral
Pengendali integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki
kesalahan keadaan stabil nol (steady state error). Jika sebuah plant tidak memiliki
unsur integrator (1/s), pengendali proporsional tidak akan mampu menjamin
keluaran sistem dengan kesalahan keadaan stabil nol. Pengendali integral
41
memiliki karakteristik seperti halnya sebuah integral. Keluaran sangat
dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan nilai sinyal kesalahan.
Keluaran pengendali ini merupakan penjumlahan yang terus menerus dari
perubahan masukannya. Kalau sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan,
keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya perubahan masukan.
Adapun persamaan matematis untuk pengendali integral adalah:
1 𝑡
𝑢(𝑡) = 𝑇 𝐾𝑐 ∫0 𝑒(𝑡)𝑑𝑡 ..................................... (4.23)
𝑖
𝑡
𝑢(𝑡) = 𝐾𝐼 ∫0 𝑒(𝑡)𝑑𝑡 ........................................ (4.24)
Pengendali integral mempunyai beberapa karakteristik berikut ini:
1. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, keluran pengendali akan bertahan pada
nilai sebelumnya.
2. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan
kenaikan atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan
nilai Ki.
3. Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya
offset. Tetapi semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan
peningkatan osilasi dari sinyal keluaran sistem kendali.
F.3 Pengendali Derivatif
Sinyal kontrol yang dihasilkan oleh kendali derivatif dapat dinyatakan
sebagai berikut.
𝑑𝑒(𝑡)
𝑈(𝑡) = 𝑇𝐷 𝐾𝑐 ............................................. (4.25)
𝑑𝑡
Dari persamaan diatas nampak bahwa sifat dari kendali derivatif ini berada
dalam konteks kecepatan atau rate dari error. Dengan sifat ini ia dapat digunakan
untuk memperbaiki respon transien dengan memprediksi error yang terjadi.
Kendali derivatif hanya berubah saat ada perubahan error sehingga error statis
kendali ini tidak akan bereaksi, hal ini pula yang menyebabkan pengendali
derivatif tidak dapat dipakai sendiri
F.4 Pengendali PID
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pengendali P, I dan D
dapat saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi
pengendali PID. Penggabungan antara pengendalian proporsional, integral dan
42
derivatif pada sistem kendali PID memiliki tujuan tertentu. Kendali proporsional
yang unggul dalam rise time yang cepat, kendali integral yang dapat
menghilangkan error steady state, dan kendali derivatif yang dapat meredam
overshoot. Apabila digabungkan akan mendapatkan hasil pengendalian dengan
sifat menghilangkan error, mengurangi rise time, mengurangi settling time dan
memperkecil overshoot. Karakteristik dari masing-masing parameter sistem
kendali PID dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Parameter PID
Error Staedy
Penguatan Rise Time Overshoot Settling Time
State
K Berkurang Bertambah Sedikit Berubah Berkurang
KI Berkurang Bertambah Bertambah Hilang
KD Sedikit berubah Berkurang Berkurang Sedikit berubah
Model matematis dan struktur paralel sistem kendali PID pada gambar 4.6 dapat
dituliskan sebagai berikut:
1 𝐾𝐼
𝐺(𝑠) = 𝐾𝑝 [1 + 𝑇 𝑠 + 𝑇𝐷 𝑠] = 𝐾𝑝 + 𝑠
+ 𝐾𝐷 𝑠 ..... (4.26)
𝐼
G. Kestabilan Routh
Persoalan yang paling penting dalam sistem kontrol linier adalah mengenai
kestabilan. Suatu sistem kontrol dikatakan stabil jika dan hanya jika semua pole
dari fungsi alih lup tertutup (close loop transfer function) terletak disebelah kiri
sumbu imajiner bidang s. Sebagian besar sistem loop tertutup linier mempunyai
fungsi alih loop tertutup dalam bentuk berikut.
43
𝐶(𝑠) 𝑏0 𝑠𝑚 +𝑏1 𝑠𝑚−1 +...+𝑏𝑚−1 𝑠+𝑏𝑚 𝐵(𝑠)
= = 𝐴(𝑠) ........... (4.27)
𝑅(𝑠) 𝑎0 𝑠𝑛 +𝑎1 𝑠𝑛−1 +...+𝑎𝑛−1 𝑠+𝑎𝑛
44
positif. Agar semua akar mempunyai bagian nyata negatif, maka konstanta a,
b, dan c pada semua faktor harus positif. Hasil perkalian sejumlah faktor linier
dan kuadratik yang hanya mengandung koefisien positif selalu menghasilkan
polinomial dengan koefisien-koefisien yang positif. Perlu diingat bahwa
kondisi semua koefisien berharga positif belum cukup untuk kestabilan sistem.
3. Jika semua koefisien berharga positif, susunlah koefisien polinomial tersebut
dalam baris dan kolom sesuai pola berikut:
n
sn1 a0 a2 a4 a6
sn2 a1 a3 a5 a7
sn3 b1 b2 b3 b4
sn4 c1 c2 c3 c4
s d1 d2 d3 d4
2
s1 e1 e2
s f1
0
s g1 ........................................... (4.29)
Koefisien b1, b2, b3, dan seterusnya dihitung sebagai berikut:
𝑎1 𝑎2 −𝑎0 𝑎3
𝑏1 = ................................................ (4.30)
𝑎1
𝑎1 𝑎4 −𝑎0 𝑎5
𝑏2 = ................................................. (4.31)
𝑎1
𝑎1 𝑎6 −𝑎0 𝑎7
𝑏3 = ................................................ (4.32)
𝑎1
dan
𝑐1 𝑏2 −𝑏1 𝑐2
𝑑1 = ................................................. (4.36)
𝑐1
𝑐1 𝑏3 −𝑏1 𝑐3
𝑑2 = ................................................. (4.37)
𝑐1
45
tersebut, suatu baris dapat dibagi atau dikalikan dengan suatu bilangan positif
untuk menyederhanakan perhitungan numerik berikutnya tanpa mengubah
kesimpulan kestabilan.
46
Nilai Kcr dan Pcr yang diperoleh kemudian disubstitusikan ke dalam tabel 4.2
aturan tuning berikut:
Tipe Controller KP TI TD
P 0.5 Kcr ∞ 0
1
PI 0.45 Kcr Pcr 0
1.2
4.3 Metodologi
Metodologi dari tugas khusus yang dilakukan disajikan dalam diagram alir
sebagai berikut.
47
A. Studi Literature
B. Pemodelan Tangki Deaerator
C. Pemodelan Transmitter
D. Pemodelan Level Control Valve
E. Penentuan Parameter PID
F. Spesifikasi Deaerator
G. Spesifikasi Transmitter
H. Spesifikasi Level Control Valve
I. Pengumpulan Data
J. Pemodelan Tangki Deaerator Pada PLTU Embalut Unit 1, 2 dan 3
K. Pemodelan Transmitter
L. Pemodelan Level Control Valve
48
M. Pemodelan Sistem Plant
N. Simulasi Pemodelan Sistem Plant
O. Respon Sistem
P. Penerapan Control PID
Q. Simulasi Control PID
R. Analisis
49
Gambar. Deaerator PLTU Embalut Unit 1 dan 2
50
B. Pemodelan Tangki Deaerator PLTU Embalut Unit 1 dan 2
Pada bagian deaerator terjadi pencampuram antara gas yakni uap steam sisa
dari turbin dengan fluida yakni air dari kondensator. Untuk mendapatkan model
matematis dari level tangki deaerator dapat diturunkan dengan menggunakan
persamaan hukum kesetimbangan energi sebagai berikut.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔
[ ]=[ ]−[ ]
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
𝛿𝑣
𝜌 = 𝐹𝑖. 𝜌𝑖 + 𝑚𝑠 − 𝐹𝑜 . 𝜌𝑜
𝛿𝑡
Dimana :
Fi , Fo = laju aliran feed water (m3/detik)
ρi , ρo = massa jenis feed water (kg/m3)
ms = laju aliran steam (kg/detik)
𝛿𝑣 = 2 √(𝐷 − ℎ)ℎ 𝐿. 𝛿ℎ
51
Kemudian, agar dapat menyelesaikan persamaan diatas maka persamaan
harus dilinearisasi terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan deret Taylor.
Adapun persamaan deret Taylor adalah sebagai berikut.
𝑑𝑦′ 𝛿𝑓 ′ 𝛿𝑓 ′ 𝑑𝑓
= |𝑦 + | 𝑢 + | 𝑧′
𝑑𝑡 𝛿𝑦 𝛿𝑢 𝑑𝑧
52
monitor pada DCS Unit 1 dan 2 di tanggal 25 Juli 2019. Oleh karena itu,
didapatkan parameter-parameter sebagai berikut.
Tabel. Parameter yang digunakan untuk pemodelan deaerator
Parameter Unit 1 Unit 2
F (m3/detik)
ρ (kg/m3) 1000 1000
ms (kg/detik)
V (m3) 43 43
A (m2)
Wt (m2)
L (m) 6.8 6.8
h (mm) 1270.7 1415.0
D (m) 2.7 2.7
Berdasarkan data yang terlihat di monitor pada DCS, terdapat nilai level air
dearator yang dijaga oleh operator yang disebut dengan setpoint. Nilai setpoint
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Tabel. Nilai Setpoint Level Air Deaerator Unit 1 dan 2
Parameter Unit 1 Unit 2
Setpoint (mm) 1300 1300
𝛿𝑣 = 2 √1,816 . 6,8 𝛿ℎ
𝛿𝑣 = 2 . 1,348 . 6,8 𝛿ℎ
𝛿𝑣 = 18,327 𝛿ℎ
53
𝛿𝑣
18,327 𝜌 = 𝐹𝑖. 𝜌𝑖 + 𝑚𝑠 − 𝐹𝑜 . 𝜌𝑜
𝛿𝑡
𝛿𝑣 𝑚𝑠
18,327 = 𝐹𝑖 + − 𝐹𝑜
𝛿𝑡 𝜌
𝛿𝑣 𝑚𝑠
18,327 = 𝐹𝑖 + − 𝑘. √ℎ
𝛿𝑡 𝜌
𝛿𝑣 𝑚𝑠
18,327 = 𝐹𝑖 + − 𝑘. √ℎ
𝛿𝑡 𝜌
2√1,2707
=
1
= 2,255
2√ℎ
𝐺𝑚 =
𝐾 .𝜌
2√1,2707
=
1 . 1000
= 0,00225
2√ℎ
𝑇𝑝 =
18,327 . 𝐾
54
2√1,2707
=
18,327 . 1
= 0,123
Sehingga, didapatkan transfer function level air deaerator adalah sebagai berikut.
𝐺𝑝 𝐺𝑚
ℎ′ = 𝐹𝑖 + 𝑚𝑠′
𝑇𝑝 𝑆 + 1 𝑇𝑝 𝑆 + 1
2,25 0,00225
ℎ′ = 𝐹𝑖 + 𝑚𝑠
0,123𝑠 + 1 0,123𝑠 + 1
𝛿𝑣 = 2 √1,818 . 6,8 𝛿ℎ
𝛿𝑣 = 2 . 1,348 . 6,8 𝛿ℎ
𝛿𝑣 = 18,337 𝛿ℎ
𝛿𝑣
18,337 𝜌 = 𝐹𝑖. 𝜌𝑖 + 𝑚𝑠 − 𝐹𝑜 . 𝜌𝑜
𝛿𝑡
𝛿𝑣 𝑚𝑠
18,337 = 𝐹𝑖 + − 𝐹𝑜
𝛿𝑡 𝜌
𝛿𝑣 𝑚𝑠
18,337 = 𝐹𝑖 + − 𝑘. √ℎ
𝛿𝑡 𝜌
𝛿𝑣 𝑚𝑠
18,337 = 𝐹𝑖 + − 𝑘. √ℎ
𝛿𝑡 𝜌
55
Jika persamaan disederhanakan, akan didapatkan fungsi transfer dari proses yaitu
sebagai berikut.
2√ℎ
𝐺𝑝 =
𝑘
2√1,2707
=
1
= 2,379
2√ℎ
𝐺𝑚 =
𝐾 .𝜌
2√1,2707
=
1 . 1000
= 0,00238
2√ℎ
𝑇𝑝 =
18,337 . 𝐾
2√1,415
=
18,337 . 1
= 0,129
Sehingga, didapatkan transfer function level air deaerator adalah sebagai berikut.
𝐺𝑝 𝐺𝑚
ℎ′ = 𝐹𝑖 + 𝑚𝑠′
𝑇𝑝 𝑆 + 1 𝑇𝑝 𝑆 + 1
2,379 0,00238
ℎ′ = 𝐹𝑖 + 𝑚𝑠
0,129𝑠 + 1 0,129𝑠 + 1
Control Valve pada deaerator berfungsi untuk mengatur jumlah air yang
masuk ke dalam tangki deaerator tersebut, yang berguna untuk mengendalikan
56
dan menjaga level air pada deaerator agar sesuai dengan nilai yang ditentukan.
Control valve yang digunakan pada PLTU Embalut Unit 1 dan 2 adalah control
valve tipe globe dengan aktuator elektrik berupa motor servo DY-J. Range bukaan
katup control valve yang digunakan yakni 0%-100%, dimana range tersebut akan
dikonversi ke dalam variabel sudut putar yakni 0°-90° pada motor servo.
D. Deaerator Unit 3
Pada deaerator unit 3, air akan dipanaskan hingga melebihi 105o – 104o c
yang merupakan titik didih air di deaerator agar oksigen-oksigen yang terkandung
didalam air dapat dilepaskan. Apabila oksigen-oksigen yang terkandung didalam
air tersebut tidak dilepaskan, maka akan menimbulkan korosi pada boiler dan
pipa-pipa atau alat logam lainnya. Air yang ada pada deaerator berasal dari
beberapa sumber yaitu berasal dari Condenser. Pada deaerator, level air perlu
dijaga agak tidak mencapai kekeringan pada deaerator. Adapun spesifikasi
deaerator PLTU Embalut Unit 3 adalah sebagai berikut.
Tabel. Spesifikasi Deaerator Unit 3
Spesifikasi Unit 3
Merk Wu Xi Lian Ying Elektrik Equipment Co, Ltd
Type GS-50
Kapasitas 50 m3
Pressure 0,64 Mpa
Temperature Design 300o C
Temperature Air Keluar 158o C
57
PLTU Embalut unit 3 merupakan unit pembangkitan yang dapat membangkitkan
60 MW. Dalam sebuah pembangkit tersebut tentu diperlukan sistem pengendalian
dan sistem instrumentasi yang menunjang operasi pada sistem tersebut. Dimana
salah satu sistem yang ada yaitu water system. Pada PLTU Embalut Unit 3, air
yang akan dipanaskan pada boiler akan dilepaskan kandungan oksigennya oleh
deaerator sehingga air yang akan dipanaskan kembali oleh boiler sudah menurun
kandungan oksigennya.
E. Pemodelan Tangki Deaerator PLTU Embalut Unit 3
Sistem pengendalian level pada deaerator bertujuan untuk menjaga suplai air
ke boiler agar tidak kekurangan dan volumenya tidak melebihi kapasitas tangki
yang diijinkan. Ketinggian level pada deaerator diukur oleh level transmitter (LT)
dan dibandingkan dengan setpoint oleh level indicating controller (LIC) yang
mana jika terjadi selisih antara setpoint dengan level aktual, maka LIC akan
memberikan sinyal kepada level control valve (LCV) untuk mengurangi atau
menambah laju aliran yang masuk.
Dengan mengasumsikan bahwa massa gas yang dibuang ke atmosfir lewat
venting bisa diabaikan, diameter dari tangki deaerator 3,2 m, panjang dari tangki
deaerator adalah 8,6 m, ketinggian air adalah 2,132 m dan 𝜌 air adalah 1000
kg/m3 serta K=1 maka dengan menggunakan persamaan (4.XX) didapatkan hasil
sebagai berikut :
𝛿𝑣 = 2√(𝐷 − ℎ)ℎ 𝐿. 𝛿ℎ
𝛿𝑣 = 2√(𝑥𝑥)𝑥𝑥𝑥𝑥 . 𝑥𝑥𝑥. 𝛿ℎ
𝛿𝑣 = 𝑥𝑥𝑥𝑥 𝛿ℎ
Agar dapat menyelesaikan persamaan diatas maka persamaan harus dilinearisasi
terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan deret Taylor kemudian
persamaan tersebut dilinearisasi dan disederhanakan maka didapatkan fungsi
transfer dari proses yaitu :
𝐺𝑝 𝐺𝑚
ℎ′ = 𝐹𝑖 + 𝑚𝑠′
𝑇𝑝 𝑆 + 1 𝑇𝑝 𝑆 + 1
Dengan
2√ℎ 2√2,132
Gp = = = 𝑋𝑋𝑋𝑋
𝐾 𝑋𝑋𝑋
58
2√ℎ 2√2,132
Gm = = =XXX
𝐾.𝜌 𝑋𝑋𝑋𝑋
2√ℎ 2√2,132
Tp = 𝛿𝑣 = = 𝑋𝑋𝑋
.𝐾 𝑋𝑋𝑋𝑋
𝛿ℎ
Parameter Unit 3
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟 (%) 0-100%
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 (mA) 4-20 mA
59
Rv 0.03
Ṁ𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 (kg/s) 76,1
Fungsi transfer dari control valve dapat diperoleh dengan menggunakan
persamaan berikut.
𝑄𝑠 (𝑠) 𝐺𝑐𝑣
=
𝐼(𝑠) 𝜏𝑐𝑣 𝑠 + 1
Untuk mendapatkan gain control valve (𝐺𝑐𝑣 ), dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan (4.23)
𝐺𝑐𝑣 = 𝐾𝐼/𝑃 𝑋 𝐾 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑡𝑜𝑟
Dimana
0 − 100%
𝐾 𝐼/𝑃 =
(20 − 4)𝑚𝐴
Dan
76,1
𝐾 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑡𝑜𝑟 =
0 − 100%
Maka didapatkan
0 − 100% 76,1
𝐺𝑐𝑣 = 𝑥
(20 − 4)𝑚𝐴 0 − 100%
Dengan 𝐺𝑐𝑣 adalah gain control valve (kg/s/mA) dan 𝜏𝑐𝑣 adalah time constant
(detik). Time constant dari control valve dapat dicari dari persamaan berikut:
𝜏𝑐𝑣 = 𝜏𝑣 ( ∆V + 𝑅𝑣 )
dengan nilai perbandingan time constant inherent dengan time stroke (Rv) sebesar
0.03 untuk jenis aktuator diaphragma. Sedangkan untuk nilai 𝜏𝑣 dapat diperoleh
dengan persamaan :
𝑌𝑐
𝜏𝑣 =
𝐶𝑣
0.676
𝜏𝑣 = = 1.73 s
0.39
60
𝜏𝑐𝑣 = 1,73 ( 1 + 0.03)
𝜏𝑐𝑣 = 1,78 s
sehingga fungsi transfer dari control valve adalah sebagai berikut:
𝑄𝑠 (𝑠) 𝐺𝑐𝑣
=
𝐼(𝑠) 𝜏𝑐𝑣 𝑠 + 1
𝑄𝑠 (𝑠) 4,76
=
𝐼(𝑠) 1,78𝑠 + 1
𝐼𝑠 6,15
=
𝐿𝑇𝑠 2𝑠 + 1
61
untuk membaca level air aktual pada deaerator, kemudian nilai tersebut akan
digunakan sebagai umpan balik pada sistem yang digunakan unutk menyesuaikan
dengan nilai setpoint level.
Susunan blok diagram sistem plant secara close loop dapat diihat pada
gambar XX berikut :
62
4.5 Kesimpulan
4.6 Daftar Pustaka
Permana, Rizki Bayu. 2016. “Desain Sistem Pengendalian Level Air pada
Deaerator PT Petrokimia Gresik Menggunakan PI Nested Cascade”.
Universitas Gajah Mada, Teknik Fisika. Yogyakarta.
Pamungkas, Wahyu. “Perancangan Sistem Pengaturan Level Deaerator Pada
Simulator PLTU Menggunakan Quantitative Feedback Theory (QFT)”
Institut Teknologi Sepuluh November, Teknik Elektro. Surabaya.
Iqbal, Hafyz, Hendra Cordova S. T., M. T. “Perancangan MIMO Kontrol (Level
dan Pressure) Unit Deaerator Menggunakan Metode Decoupler”. Institut
Teknologi Sepuluh November, Teknik Fisika. Surabaya.
Ariyanto, Ir. Syamsul Arifin, MT, Ir. M. Ilyas. Hs. “Perancangan Sistem
Pengendalian Level Deaerator Menggunakan Fuzzy Gain Scheduling – PI
di PT Petrowidada”. Institut Teknologi Sepuluh November, Teknik Fisika.
Surabaya.
Ogata, K. (2010). Modern Control Engineering (5th Edition ed.). New Jersey,
United States of America: Prentice Hall.
Yuan, G., & Liu, J. (2012). The Design for Feed Water System of Boiler Based on
Fuzzy Immune Smith Control. Journal Of Computer , 7, 280.
63