LAPORAN KHUSUS
“ANALISA TEGANGAN DAN KEKUATAN SUPPORT PIPA AKIBAT
PENAMBAHAN 48 INCI BLOCK VALVE DI PLANT 32 COOLING WATER
PUMP”
Disusun Oleh :
Evan Prawira Nugraha / D211 16 008
Pembimbing:
Raihan Aditya
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI
Oleh :
Mengetahui:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaian laporan praktik kerja lapangan yang
berjudul “ANALISA TEGANGAN DAN KEKUATAN SUPPORT PIPA AKIBAT
PENAMBAHAN 48 INCI BLOCK VALVE DI PLANT 32 COOLING WATER
PUMP” ini. Kegiatan kerja praktik ini dilaksanakan pada tanggal 2 Januari 2019 – 9
Februari 2019 di departemen Technical seksi Facilities & Project Engineering (F&PE)
Badak LNG. Banyak pengalaman dan pelajaran yang telah penulis peroleh dari
program praktik kerja lapangan ini. Penulis dapat belajar mengaplikasikan ilmu – ilmu
yang di peroleh di bangku perkuliahan ke dalam dunia kerja secara nyata, khusunya
dalam bidang Teknik Mesin.
Adapun tugas ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penyelesaian laporan ini terutama kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai dan membimbing penulis dalam
melaksanakan kerja praktek
2. Orang tua, kakak dan keluarga besar yang selalu memberikan banyak dukungan
kepada penulis
3. Pimpinan PT Badak NGL yang telah memberi kesempatan penulis untuk
melaksanakan kerja praktek
4. Bpk. Dr. Ir. Ilyas Renreng, MT selaku kepala Departemen Teknik Mesin UNHAS
yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan kerja praktik di PT
Badak NGL
5. Bpk. Ir.Baharuddin Mire, MT selaku dosen pembimbing mata kuliah kerja praktik.
6. Bpk. Ahmad Junaedi selaku Pjs, Manager F&PE section
7. Bpk. Rian Jamaludin Pogram dan Bpk. Raihan Aditya selaku pembimbing utama
dan pembimbing lapangan penulis dalam melaksanakan kerja praktik, yang selalu
sabar memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis sampai berakhirnya
kegiatan kerja praktik
8. Ibu Juliana Naomi selaku staf Training Section Badak LNG yang telah membantu
proses administrasi dan pengurusan keperluan kerja praktik
9. Bpk. Samsir Simanjuntak selaku supervisor Training Section Badak LNG.
10. Seluruh karyawan F&PE section yang telah memberikan bantuan selama
pelaksanaan kerja praktik
11. Seluruh karyawan PT Badak NGL yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam melaksanakan kerja praktik.
12. Teman – teman Keluarga Mahasiswa Teknik Mesin dan rekan – rekan yang lain
yang telah memberi dukungan penulis dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan.
Dan semua rekan – rekan lain yang telah membantu penulis namun tidak dapat
disebutkan satu persatu. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan serta
ketulusan seluruh pihak yang membantu dan mendukung penyelesaian laporan ini dan
semoga laporan ini bermanfaat. Penulis juga meminta maaf apabila selama proses kerja
praktik, ada hal-hal yang kurang berkenan. Penulis menyadari laporan ini masih banyak
kekurangan. Kritik dan saran dari pembaca kami harapkan untuk perbaikan di kemudian
hari.
Penulis,
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gate valve ................................................................................................... 6
Gambar 2.2. Plug valve ................................................................................................... 7
Gambar 2.3. Ball valve .................................................................................................... 7
Gambar 2.4. Globe valve................................................................................................. 8
Gambar 2.5. Diaphragm valve ........................................................................................ 8
Gambar 2.6. Butterfly valve ............................................................................................ 9
Gambar 2.7. (a) Lift check valve; (b) Swing check valve; (c) Ball check valve ............ 9
Gambar 2.8. Flange, gasket, and bolt ............................................................................ 10
Gambar 2.9. Tipe elbow berdasarkan sudut perubahan arah ........................................ 10
Gambar 2.10. Tipe reducer ............................................................................................ 11
Gambar 2.11. (a) Equal tee; (b) Unequal tee ................................................................. 11
Gambar 2.12. Rest support ............................................................................................ 12
Gambar 2.13. Guide support ......................................................................................... 12
Gambar 2.14. (a) Equipment connection; (b) Anchor trunion; (c) Anchor ring; (d)
Anchor flange ....................................................................................... 13
Gambar 2.15. (a) Gaya tarik; (b) Gaya tekan (Hibbeler, 2003) .................................... 14
Gambar 2.16. Gaya aksial akibat defleksi (Hibbeler, 2003) ......................................... 15
Gambar 2.17. Tegangan bending akibat momen M (Hibbeler, 2003) .......................... 16
Gambar 2.18. Tegangan longitudinal tekan (Ashby M, 1999) .................................... 177
Gambar 2.19. Tegangan tangensial (Ashby M, 1999) ................................................ 188
Gambar 2.20. Tegangan geser dari penampang pipa (Ashby M, 1999) ...................... 199
Gambar 2.21. Pergeseran sudut akibat gaya torsi (Hibbeler, 2003) .............................. 19
Gambar 2.22. Tegangan torsi maksimum saat r=c (Ashby M, 1999) ........................... 20
Gambar 3.1. Tata letak sistem perpipaan cooling water pump ..................................... 26
Gambar 3.2. Tata letak penambahan block valve (32CW-510) .................................... 27
Gambar 3.3. Spesifikasi komponen pipa untuk penambahan block valve .................... 28
Gambar 3.4. Diagram alir perancangan dan analisis ..................................................... 29
Gambar 3.5. Desain sebelum penambahan block valve ................................................ 32
Gambar 3.6. Desain setelah penambahan block valve .................................................. 30
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sistem utilitas adalah area penyedia air pendingin yang terdapat pada
plant 32. Air pendingin dalam Process Train di PT Badak NGL diperlukan dalam
jumlah yang besar mengingat keperluannya untuk mengkondesasikan steam dari aliran
keluar turbin dan mendinginkan fluida proses maupun refrigerant yang terkompresi.
Sumber air pendingin di PT Badak NGL berasal dari air laut yang diolah terlebih
dahulu. Air laut diambil dari empat buah basin dengan menggunakan pompa.
Sebelumnya, air laut yang masuk akan disaring melewati tiga tipe sistem saringan:
barge screen, bar screen, dan travelling screen untuk menyaring kotoran, sampah, dan
biota dari laut. Kemudian Air laut dipompakan menggunakan cooling water pump. Air
yang dipompakan akan disaring di Hayward Strainer.
Hayward Strainer berfungsi untuk menyaring kotoran dari air laut yang masih
tersisa setelah di saring oleh 3 saringan sebelumnya. Pada PT Badak NGL pembersihan
dan pengecekan Hayward Strainer dapat dilakukan jika terdapat 2 block valve sesudah
Hayward Strainer untuk mencegah adanya kebocoran pada salah satu katup sehingga
air laut dapat masuk ketika dilakukan pembersihan dan pengecekkan di dalam Hayward
Strainer. Namun Hayward Strainer 35 dari cooling water pump 16 hanya terdapat 1
block valve sehingga tidak dapat dilakukan pembersihan dan pencekkan di dalam
Hayward Strainer. Untuk mengatasi hal ini harus dilakukan penambahan 1 block valve
lagi. Dalam penambahan block valve tersebut perlu dilakukan analisa distribusi
tegangan dan kekuatan support pada sistem perpipaan tersebut untuk mengetahui
apakah tegangan yang diterima oleh pipa masih dalam batas tegangan yang diijinkan
oleh material pipa tersebut. Dari paparan tersebut maka penulis melakukan studi dengan
judul “ANALISA TEGANGAN DAN KEKUATAN SUPPORT PIPA AKIBAT
PENAMBAHAN 48 INCI BLOCK VALVE DI PLANT 32 COOLING WATER
PUMP”.
3. Sebagai rujukan atau referensi bagi penelitian sejenis atau penelitian untuk
pengembangan yang lebih luas.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Perpipaan
2.1.1. Jenis Pipa
Jenis pipa yang digunakan dalam perancangan sistem perpipaan harus
memenuhi analisis tegangan yang terjadi pada pipa tersebut. Dalam mentukan
material pipa yang digunakan untuk mengatasi tegangan yang terjadi pada pipa,
harus mengetahui jenis pipa apa yang digunakan. Jenis pipa dapat dikategorikan
menjadi dua yaitu pipa tanpa sambungan (seamless pipe) dan pipa dengan
sambungan (welded pipe). Kedua jenis pipa ini memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing tergantung pada penggunaannya.
bertujuan untuk menahan internal presure dari fluida yang mengalir di dalam
pipa, kekuatan material pipa itu sendiri (strength of material), mengatasi karat,
mengatasi kegetasan pipa. Schedule pada pipa dikelompok menjadi sebagai
berikut:
a. Schedule (SCH): 5, 10, 20, 30,40, 60, 80, 100, 120, 160
b. Schedule standard (STD)
c. Schedule Extra Strong (XS)
d. Schedule Double Extra Strong (XXS)
e. Schedule special
Pada umumnya, ketebalan pipa dihitung berdasarkan diameter dan schedule
yang digunakan pada sistem perpipaan yang sudah diatur oleh Code and
Standard. Berdasarkan ASME B31.3, besarnya ketebalan pipa dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
i) Pipa Lurus
𝑃𝑑 𝐷
𝑡𝑚𝑖𝑛 = +𝐶 (2.1)
2(𝑆𝐸 + 𝑃𝑑 𝑌)
ii) Elbow
𝑃𝑑 𝐷
𝑡𝑚𝑖𝑛 = 𝑆𝐸 +𝐶 (2.2)
2( 𝐼 + 𝑃𝑑 𝑌)
b. Plug Valve
Plug valve memiliki fungsi yang sama dengan gate valve yaitu
membuka dan menutup aliran secara penuh. Salah satu contoh aplikasi valve
ini adalah pada pengaliran gas.
c. Ball Valve
Ball valve merupakan tipe quick opening valve yang hanya memerlukan
¼ putaran dari posisi tertutup penuh ke posisi terbuka penuh. Valve jenis ini
dapat dioperasikan pada fluida yang memiliki temperatur -450oF sampai
500oF.
d. Globe Valve
Aliran di dalam valve ini berubah arah sehingga menghasilkan friksi
yang cukup besar meskipun dalam keadaan terbuka lebar. Jenis valve ini
dapat digunakan untuk penutupan yang rapat terutama pada aliran gas.
f. Butterfly Valve
Butterfly valve biasa digunakan untuk tekanan rendah dengan desain
sangat sederhana yang digunakan untuk mengatur aliran, untuk terbuka
penuh dan tertutup penuh hanya memerlukan ¼ putaran
g. Check Valve
Jenis valve ini didesain untuk mencegah terjadinya aliran balik. Ada
beberapa jenis check valve seperti lift check, swing check, dan ball check.
(a) (b)
(c)
Gambar 2.6. (a) Lift check valve; (b) Ball check valve; (c) Swing check
valve
2.2.2. Flange, Gasket, and Bolting
Flange merupakan sambungan yang digunakan untuk menyambungkan pipa
pada komponen lain seperti valve. Flange biasanya digunakan bersama gasket dan
nut, cara penyambungannya adalah dengan cara kedua ujung pipa yang akan
disambung dihubungan dengan flens kemudian diikat dengan baut. Flange dan
gasket memiliki rating tersendiri dimaksudkan untuk menerima tekanan yang
lebih besar daripada tekanan yang diterima pipa sehingga flens dan gasket tidak
mudah rusak. Flange yang biasa digunakan pada sistem perpipaan adalah welding
neck, slip on, dan blind flange. Ketiga jenis flange ini memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing disesuaikan dengan kebutuhan dan kasus yang
dihadapi.
Gasket merupakan bagian yang disisipkan di antara kedua permukaan
kontak flange untuk mencegah terjadinya kebocoran. Pemilihan gasket biasanya
tergantung pada ketahanan kimia dan tekanan fluida yang mengalir di dalam pipa.
(a)
(b)
Gambar 2.10. (a) Equal tee; (b) Unequal tee
b. Guide Support
Guide support berfungsi untuk menahan beban yang bekerja pada
pipa secara horizontal dan menjaga pipa agar tetap pada jalur yang
ditentukan, tidak bersentuhan dengan pipa yang berada di sebelahnya,
dan tidak melewati batas support. Jenis support ini tidak menyentuh
pipa tetapi menyentuh shoe. Guide support dapat digunakan dengan
atau tanpa gap. Jika gap ditentukan, maka movement di sepanjang pipa
akan bernilai positif maupun negatif.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.13. (a) Equipment connection; (b) Anchor trunion; (c) Anchor
ring; (d) Anchor flange
Ketentuan yang berlaku untuk pendekatan ini diambil dari diameter pipa dan tebal pipa
yang disubstitusikan ke dalam ketentuan yang ada dibawah ini, apabila:
𝐷
𝑡 < 6 , dikategorikan sebagai dinding tipis
𝐷
𝑡 ≥ 6 , dikategorikan sebagai dinding tebal
Dalam perhitungan analisa tegangan pada sistem perpipaan yang didasarkan pada
Code and Standard yang berlaku, dalam hal ini adalah ASME B31.3 maka tegangan
yang terjadi pada sistem perpipaan dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
2.3.1. Tegangan Normal
Tegangan normal merupakan tegangan rata-rata yang terjadi pada luas area
dari suatu penampang baik secara searah, tangensial, maupun radial dengan
sumbu penampang. Tegangan normal terjadi akibat gaya yang terjadi pada
penampang. Dimana dalam sistem perpipaan terjadi gaya yang menjauh dari
penampang yang disebut gaya tarik (tension) dan gaya yang mengarah ke
penampang atau disebut gaya tekan (compress). Akibat dari kedua gaya ini bisa
memperpanjang atau memperpendek silinder yang ditunjukkan oleh Gambar 2.2
sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 2.14. (a) Gaya tarik; (b) gaya tekan (Hibbeler, 2003)
tegangan tekuk tarik. Dimana tegangan tekuk mencapai nilai maksimum pada
permukaan pipa dan nol pada sumbu pipa (neutral axis). Hal ini disebabkan
karena tegangan ini merupakan fungsi jarak dari sumbu ke permukaan pipa.
b. Tegangan Torsi
Tegangan torsi adalah tegangan yang terjadi akibat momen puntir pada pipa.
Untuk poros dengan panjang L dengan jari-jari r yang terkena torsi T,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.8, pergeseran sudut (angular
displacement) tepi satu dengan tepi lainnya diberikan dengan sudut ∅ (dalam
radian).
Untuk pipa yang memiliki jari-jari luar co maka kita dapat membuat
penguranganradius (r) antara radius dalam (ri) dan radius luar (ro), maka akan
diperoleh momen inersia polar (J) seperti berikut:
𝜋(𝑟𝑜 − 𝑟𝑖 )4
𝐽= (2.13)
2
diakibatkan karena beban akibat tekanan dinetralisasi oleh tegangan pada dinding
pipa.
𝑃 𝑑0 √(𝐼𝑖 𝑀𝑖 )2 + (𝐼𝑖 𝑀𝑜 )2 (2.14)
𝑆𝐿 = +
4𝑡 𝑍
∆𝐸 = 𝐿 𝛼 ∆𝑇 (2.15)
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 3.2. Tata letak penambahan block valve pada sistem perpipaan cooling water
pump (32CW-510)
3.3. Metodelogi
Pada penelitian ini yang di akan dilihat adalah rasio tegangan, yaitu rasio antara
tegangan yang dihitung dengan tegangan yang diperbolehkan sebelum dan sesudah
penambahan block valve. Apakah tegangan yang terjadi setelah penambahan block valve
tidak melebihi dari tegangan yang di perbolehkan. Jika ternyata tegangan yang terjadi
setelah penambahan block valve melebihi dari yang diperbolehkan, maka akan
ditambahkan pipe support pada daerah tertentu untuk menopang block valve yang baru
dipasang. Diagram alur untuk melakukan analisis tegangan pipa dijelaskan dalam
gambar di bawah ini.
MULAI
PENGUMPULAN DATA
PENDESAINAN DAN
ANALISIS TEGANGAN
PERPIPAAN JUGA SUPPORT
TIDAK
SESUAI DENGAN
GENERAL SPECIFICATION
SESUAI
HASIL
SELESAI
Parameter Value
Nominal Pipe Size 48 inch 72 inch 84 inch
Carbon Steel Carbon Steel Carbon Steel
Pipe Material
API 5L-B API 5L-B API 5L-B
Outer Diameter 1219,2 mm 1828,8 mm 2133,6 mm
Operation Pressure 1 & 5,1 kg/cm2 5,1 kg/cm2 1 & 5,1 kg/cm2
Operation
29,4 oC 29,4 oC 29,4 oC
Temperatur
Corrosion Allow 0 0 0
Allowable Stress (S) 843 kg/cm2 843 kg/cm2 843 kg/cm2
Minumum Nominal
9,53 mm 9,53 mm 9,53 mm
Pipe Thickness
Nominal Pipe
12,7 mm 12,7 mm 12,7 mm
Thickness GenSpec
Berat Valve 1996 kg - 3493 kg
Berat Flange 609 kg - 1065 kg
Berat Bolt 173 kg - 302 kg
Dari Tabel 3.1. di atas, kita dapat membandingkan ketebalan minimum yang
diperlukan dan ketebalan nominal yang ditentukan dalam General Specification.
Jika kita membandingkan nilainya, ketebalan minimum yang dibutuhkan masih
lebih kecil dari ketebalan pipa nominal yang ditentukan dalam General
Specification. Oleh karena itu, ketebalan pipa nominal yang dipilih dari General
Specification aman menurut General Specification dan ASME B31.3.
Tabel 3.2. Nilai dan ratio tegangan pada titik tertentu hasil kalkulasi Bently
AutoPipe
Stress
Point Loads Stress Value (kg/cm2)
Ratio
Sustain 144,7 0,17
A07 Expantion 191,7 0,14
Hoop 277,7 0,33
Sustain 149,7 0,17
A07* Expantion 191,7 0,14
Hoop 277,7 0,33
Sustain 136,9 0,16
A06 Expantion 41,8 0,03
Hoop 277,7 0,33
Sustain 151,3 0,18
A06* Expantion 41,8 0,03
Hoop 277,7 0,33
A11 Sustain 130,2 0,15
(Lokasi block Expantion 18,8 0,01
valve) Hoop 277,7 0,33
A12 Sustain 138,1 0,16
(Lokasi block Expantion 20 0,01
valve) Hoop 277,7 0,33
Keterangan : * = Setelah penambahan block valve
Gambar 3.4. Permodelan sistem perpipaan tanpa block valve pada Bentley
AutoPIPE
Gambar 3.5. permodelan sistem perpipaan dengan block valve pada Bentley
AutoPIPE
ekspansi sebesar 18,8 kg/cm2; dan karena beban hoop sebesar 277,7 kg/cm2
sedangkan pada titik A12 tegangan yang terjadi karena beban sustain sebesar
138,1 kg/cm2, karena beban ekspansi 20 kg/cm2. Teganga yang terjadi karena
beban ekspansi dan beban hoop tidak terjadi perubahan karena parameter tekanan
dan temperature fluida tidak ada. Meskipun adanya peningkatan tegangan yang
terjadi namun support pipa yang ada masih efektif dalam menahan tegangan dari
beban sustain yang ditimbulkan sehingga tegangan yang terjadi tidak melebihi
dari batas tegangan yang ditentukan dan tidak diperlukan lagi adanya penambahan
support pipa untuk menahan adanya penambahan block valve.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Semua tegangan kerja dari semua sistem perpipaan cooling water pump
telah dihitung oleh perangkat lunak AutoPipe Bentley dan perincian
hasilnya dapat ditemukan dalam lampiran makalah ini.
2. Penambahan beban yang terhitung karena penambahan control valve yaitu
beban sustain sebesar 14,4 kg/cm2 pada titik A06. Sementara untuk nilai
allowable stress untuk material API 5L-B sendiri yaitu sustain sebesar 843,7
kg/cm2, ekspansi 1406,1 kg/cm2 dan hoop sebesar 843,7 kg/cm2
3. Setelah penambahan block valve, pipe support masih cukup kuat menahan
tekanan pipa. Maka dari itu tidak perlu dilakukan penambahan support pipe
lagi untuk menahan sistem perpipaan cooling water pump.
5.2 Saran
Penambahan block valve sebaiknya ditempatkan di 1373mm sebelum tee untuk
jump over ke train G, hal ini dikarenakan agar sistem perpipaan tidak membutuhkan
tambahan pipe support setelah penambahan block valve.
DAFTAR PUSTAKA
API, 1991, API Recommended Practice 14E (RP 14E) 5th, Washington: API Press.
ASME, 2002, ASME B 31.3 Process Piping, New York: ASME Press.
ASME, 2013, ASME B 16.5 Pipe Flanges and Flanged Fitting NPS ½ Through NPS 24,
New York: ASME Press.
ASME, 2012, ASME B 16.9Wrought Steel Butt Weld Fittings, New York: ASME Press.
ANSI, 1979, ANSI B 36.10 Welded and Seamless Wrought Steel Pipe, New York: ASME
Press.
ASME, 2013, ASME B 16.34 Valves - Flanged, Threaded and Welding End, New York:
ASME Press.
Vakharia, D.P. dan Mohd. Farooq A., 2009, Determination of maximum span between pipe
support using maximum bending stress theory, India: National Institute of
Technology.
Smith, Paul R., 1987, Piping and Pipe Support System Design and Engineering, San
Francisco: Mc-Grawhill Book Company.
Crocker, Sabin, 1992, Piping Handbook 4th edition, New York: McGraw Hill
Peng, Liang-Chuan (L.C.) dan Tsen-Loong (Alvin) Peng, 2009, Pipe Stress Engineering,
New York: Three Park Avenue.
Escoe, A.Keith, 1986, Mechanical Design of Process Systems Vol.1, Houston, Texas: Gulf
Publishing Company.
Hibbeler, R.C., 2011, Mechanics of Material 8th Edition, USA: Pearson Prentice Hall.
LAMPIRAN