Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan gerakan nasional yang


diprakarsai oleh Presiden RI dalam mengoptimalkan upaya promotif dan preventif, tanpa
mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif sebagai payung besar tercapainya hidup sehat,
dan penurunan prevalensi penyakit. GERMAS yang mulai dicanangkan pada 15 November
2016 di Desa Tamanan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia memiliki perhatian yang
besar pada upaya promotif dan preventif serta masih berusaha mengatasi persoalan gaya
hidup atau perilaku kurang sehat. Pada tahap awal di tahun 2016–2017, GERMAS berfokus
pada 3 kegiatan, yaitu dengan melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, mengonsumsi buah
dan sayur, serta memeriksakan kesehatan secara rutin (Kemenkes, 2016). GERMAS berusaha
mendorong masyarakat Indonesia untuk dapat memulainya dari diri sendiri dan keluarga.
Gerakan ini ke depannya membutuhkan inovasi-inovasi dalam kegiatan promotif dan
preventif salah satunya dengan memotivasi masyarakat untuk membudayakan gaya hidup
sehat dan aktif sebagai upaya mencegah peningkatan obesitas melalui media pendidikan
kesehatan.

Obesitas telah menjadi masalah kesehatan global karena terjadi hampir di seluruh
dunia. Jumlah anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas di dunia terus meningkat. Pada
tahun 2014, World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa terdapat lebih dari 1,9
miliar orang dewasa dan remaja di dunia mengalami kelebihan berat badan dan 600 juta
orang di antaranya mengalami obesitas (WHO, 2015). Dahulu obesitas hanya ditemukan di
negara-negara maju dengan pendapatan per kapita tinggi, namun kini obesitas juga ditemukan
di negara berkembang dengan pendapatan per kapita rendah hingga sedang, termasuk
Indonesia. Di Indonesia prevalensi gemuk pada usia 5–12 tahun masih tinggi yaitu 18,8%,
terdiri dari 10,8% gemuk dan 8,8% obesitas, sedangkan pada remaja usia 16–18 tahun
terdapat sebanyak 7,3% yang terdiri dari 5,7% gemuk dan 1,6% obesitas. DIY merupakan
salah satu dari 15 provinsi dengan prevalensi sangat gemuk di atas prevalensi nasional pada
kelompok remaja 16–18 tahun yaitu sebesar 9,8% yang terdiri dari 7,2% remaja yang
mengalami overweight dan 2,6% obesitas (Riskesdas, 2013). Pencegahan peningkatan

1
obesitas pada kelompok remaja di DIY perlu dilakukan sejak dini, terutama di Kota
Yogyakarta yang memiliki jumlah obesitas tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lainnya
yaitu sebesar 14,2% pada usia 5–12 tahun (Dinkes DIY, 2015).

Menurut WHO (2014), obesitas adalah suatu akumulasi lemak yang abnormal atau
berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Obesitas menjadi salah satu masalah yang
dapat mengancam kesehatan remaja karena remaja dapat mengalami peningkatan berat badan
yang berlangsung sangat cepat pada masa pubertas (Rzehak & Heinrich, 2006). Masa remaja
merupakan salah satu periode tumbuh kembang yang penting dan menentukan pada periode
perkembangan berikutnya, apabila pada masa remaja ini telah mengalami obesitas maka
terdapat kemungkinan juga akan mengalami obesitas pada masa dewasa (Yu, 2012). Pada
masa ini pula terjadi perubahan sikap dan perilaku dalam memilih makanan dan minuman,
yang dapat dipengaruhi oleh teman sebaya dan lingkungan. Perilaku makan bagi sebagian
besar remaja menjadi bagian gaya hidup, sehingga seringkali terjadi perilaku makan yang
tidak seimbang, seperti konsumsi makanan cepat saji (fast food), soft drink, melewatkan
sarapan pagi, dan konsumsi serat yang tidak mencukupi (Rathnayake et al., 2014). Perilaku
makan yang tidak seimbang inilah yang dapat menyebabkan terjadinya masalah gizi lebih.
Obesitas yang timbul pada masa remaja apabila berlanjut pada masa dewasa akan sulit untuk
diatasi. Selain dapat menimbulkan masalah kesehatan, obesitas pada remaja juga dapat
membawa masalah sosial dan emosi bagi remaja. Penelitian yang dilakukan Syahrir pada
tahun 2013 menunjukkan bahwa terdapat 24 orang di SMA Athirah Makassar (33,8%)
memiliki persepsi negatif terhadap body image atau mengalami ketidakpuasan terhadap
bentuk tubuhnya.

Masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan cenderung memiliki tingkat obesitas


yang lebih tinggi dibandingkan pedesaan. Perkembangan teknologi dan urbanisasi
menyebabkan masyarakat mengalami perubahan gaya hidup yang memengaruhi pola makan
dan aktivitas fisik. Sebagai contoh kini masyarakat lebih cenderung memilih perkerjaan yang
tidak banyak mengeluarkan energi, penggunaan alat transportasi yang praktis, serta
ketergantungan pada makanan olahan dan instan yang tidak lepas dari pengaruh paparan iklan
televisi. Faktor lingkungan atau gaya hidup merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
terjadinya obesitas yang masih dapat diubah, sehingga perlu dilakukan pencegahan dengan
merubah atau menghindari gaya hidup yang memicu terjadinya obesitas. Pencegahan
peningkatan obesitas sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya beberapa masalah
kesehatan pada remaja seperti penurunan fungsi kognitif, gangguan psikologi, perubahan

2
masa pubertas, dan faktor risiko penyakit kardiovaskular, sindrom metabolik, resistensi
insulin, diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, bahkan kematian (Yu,
2012).

Pendidikan kesehatan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya masyarakat untuk
menciptakan perilaku akan kesadaran dalam menjaga kesehatan, mencegah hal-hal yang
merugikan kesehatan, dan mengetahui tempat mencari pengobatan atau pelayanan kesehatan
(Notoatmodjo, 2012). Perilaku akan kesadaran dalam menjaga kesehatan dapat diciptakan
melalui peningkatan pengetahuan yang diharapkan dapat menurunkan angka kejadian
obesitas pada remaja. Pendidikan kesehatan atau edukasi dapat dilakukan dengan bermacam-
macam media di antaranya, media grafis, benda asli, benda tiruan, sandiwara, demonstrasi,
pameran, video, dan lain-lain (Maulana, 2007). Media pembelajaran berupa media cetak
memiliki beberapa kelebihan yang dapat dirancang sesuai kebutuhan, memungkinkan uraian
dan teks panjang, memadukan teks dan gambar untuk menambah daya tarik, serta
pendistribusiannya yang mudah (Lanita, 2015). Booklet merupakan salah satu media yang
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan berupa buku, baik berupa
tulisan maupun gambar (Notoatmodjo, 2012). Pop up book termasuk dalam media grafis dan
media cetak yang secara umum dikenal sebagai buku yang tidak hanya memiliki elemen-
elemen 3 dimensi, tetapi juga elemen-elemen interaktif yang terbuat secara manual dengan
media kertas. Pada penelitian ini media pop up book diharapkan dapat menciptakan inovasi
dan variasi media dalam memberikan pendidikan kesehatan yang interaktif dan menarik
sebagai upaya pencegahan peningkatan obesitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah penggunaan pendidikan kesehatan melalui media pop up book dapat
meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan obesitas pada siswa SMP di kota
Yogyakarta?
2. Apakah penggunaan pendidikan kesehatan melalui media pop up book tentang
pencegahan obesitas dapat memengaruhi asupan zat gizi siswa SMP di kota Yogyakarta?
3. Apakah pendidikan kesehatan melalui media pop up book lebih efektif dibandingkan
booklet terhadap tingkat pengetahuan pada siswa SMP di Kota Yogyakarta?
4. Apakah pendidikan kesehatan melalui media pop up book lebih efektif dibandingkan
booklet terhadap asupan zat gizi pada siswa SMP di Kota Yogyakarta?

3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui keefektifan penggunaan pop up book tentang pencegahan obesitas
sebagai media pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan asupan zat gizi
pada siswa SMP di Kota Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh penggunaan pendidikan kesehatan melalui media pop up book
tentang pencegahan obesitas terhadap pengetahuan siswa SMP di kota Yogyakarta.
b. Mengetahui pengaruh penggunaan pendidikan kesehatan melalui media pop up book
terhadap asupan zat gizi pada siswa SMP di kota Yogyakarta.
c. Mengetahui perbedaan keefektifan pendidikan kesehatan melalui media pop up book
dan booklet terhadap tingkat pengetahuan pada siswa SMP di Kota Yogyakarta.
d. Mengetahui perbedaan keefektifan pendidikan kesehatan melalui media pop up book
dan booklet terhadap asupan zat gizi pada siswa SMP di Kota Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Menambah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan
b. Mempraktikkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang penelitian tentang
pencegahan obesitas pada siswa SMP
2. Bagi Responden
a. Menambah pengetahuan tentang pencegahan obesitas dan pedoman gizi seimbang
b. Termotivasi untuk membudayakan perilaku makan sehat dan aktif bergerak
3. Bagi Pihak Sekolah
a. Meningkatkan pengetahuan siswa tentang pencegahan obesita
b. Membantu meningkatkan status kesehatan siswa
4. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan inovasi dan variasi media dalam memberikan pendidikan kesehatan yang
interaktif dan menarik tentang pencegahan obesitas

E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang hampir serupa atau berkaitan dengan media pendidikan kesehatan,
pengetahuan, dan asupan zat gizi antara lain :

4
1. Penelitian Kanta, D.A. (2013) yang berjudul Pengaruh Media Pop Up Book Terhadap
Peningkatan Pengetahuan dan Intensi ASI Ekslusif Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi
eksperimental dengan rancangan non equivalent control group design. Sampel pada
penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu 24 orang ibu hamil yang diberikan perlakuan
(media pop up) dan 24 orang ibu hamil yang tidak diberikan perlakuan (kelompok
kontrol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pop up book dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan ASI Eksklusif ibu hamil namun tidak sampai pada taraf
memberikan kepercayaan untuk berniat melakukannya. Persamaan dengan penelitian ini
adalah memberikan pop up book sebagai media pendidikan kesehatan dan menggunakan
jenis penelitian yang sama. Perbedaannya terletak pada rancangan penelitiannya yaitu
penelitian ini menggunakan rancangan non equivalent control group design dan
menggunakan subjek penelitian ibu hamil.
2. Penelitian Lanita, Usi (2015) yang berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui
Short Message Service (SMS) dan Booklet Tentang Obesitas Terhadap Pengetahuan dan
IMT Remaja Overweight dan Obese di 3 SMA Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini
adalah eksperimen semu dengan rancangan pre-test dan post-test. Subjek penelitiannya
adalah 105 remaja SMA yang mengalami overweight dan obese. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan SMS, booklet, dan perpaduan
SMS dan booklet berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja overweight dan
obese, sedangkan hanya media SMS dan booklet yang dapat memberikan pengaruh
dalam menurunkan IMT. Persamaannya terletak pada jenis dan rancangan penelitian
serta perbedaanya tidak menggunakan media pendidikan kesehatan yang sama yaitu
SMS, menggunakan subjek penelitian remaja SMA, serta menggunakan variabel IMT
Remaja overweight dan obese.
3. Penelitian Wahyuningsih, S.N. (2016) yang berjudul Pengaruh Penyuluhan dengan
Media Buku Cerita Bergambar Terhadap Konsumsi Sayur dan Buah pada Anak SD
Kelas V. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental semu (quasi
experimental) dengan rancangan pre-test dan post-test group design, mengelompokkan
anggota sampel ke dalam 2 kelompok perlakuan yaitu kelompok ceramah dan kelompok
ceramah kombinasi cergam. Hasil penelitian ini tidak terdapat pengaruh penyuluhan
terhadap konsumsi sayur dan buah antara kelompok ceramah kombinasi cergam.
Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan jenis dan rancangan penelitian

5
yang sama namun perbedaanya tidak menggunakan media pendidikan kesehatan yang
sama yaitu buku cerita bergambar dan menggunakan subjek penelitian anak SD.
4. Penelitian Sulastri, Fitri (2014) yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Gizi Seimbang
Melalui Media Lagu Terhadap Pengetahuan Gizi Seimbang Anak-anak Sekolah Dasar di
Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental semu (quasi
experimental) dengan rancangan pre-test dan post-test group design. Analisis deskriptif
digunakan untuk menilai karakteristik dasar responden seperti umur, jenis kelamin,
pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
pengaruh pemberian pembelajaran gizi seimbang dengan metode ceramah, lagu, dan
kombinasi ceramah dan lagu tentang gizi seimbang terhadap pengetahuan anak-anak
sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Perbedaan penelitian ini adalah terletak pada jenis
media dan subjek penelitian yaitu menggunakan media lagu pada anak-anak SD.
5. Penelitian Wicaksari, S.A. (2016) yang berjudul Penggunaan Media Sosial Sebagai
Media Penyuluhan Terhadap Perubahan Pola Makan Remaja SMA Gizi Lebih di Kota
Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasy experimental with control
group design. Subjek penelitian adalah siswa SMA berusia 14–16 tahun yang memiliki
status gizi overweight atau obes. Terdapat 2 kelompok dalam penelitian ini yaitu
kelompok kontrol (penyuluhan dengan metode ceramah) dan kelompok intervensi
(penyuluhan dengan metode ceramah + media sosial). Masing-masing kelompok terdiri
dari 40 subjek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan asupan protein dan karbohidrat pada kelompok yang mendapatkan
penyuluhan lanjutan menggunakan media sosial. Persamaannya terletak pada jenis dan
rancangan penelitian namun penelitian ini menggunakan media dan subjek penelitian
yang berbeda yaitu media sosal dan remaja SMA yang mengalami gizi lebih.

Anda mungkin juga menyukai