2. Subdisiplin ilmu di dalam disiplin yang telah mapan (intra-relation). Bidang ilmu lain yang
berkaitan erat dengan subdisiplin pembentuk ilmu keolahragaan dan dipelajari dalam ilmu
keolahragaan antara lain fisiologi dan anatomi, biokimia, gerak motorik, tumbuh kembang
anak, kebudayaan, dan lain-lain.
3. Subdisiplin yang baru berkembang (recently developed). Di luar disiplin ilmu yang sudah
mapan dalam menopang kajian ilmu keolahragaan, terdapat bidang ilmu yang potensial,
diantaranya: informasi olahraga, politik olahraga, hukum olahraga, dan ekonomi olahraga.
1
Dalam pandangan Haag, Grupe & Kirsch (1992: 2-3), subdisiplin yang tadinya masuk kategori
sedang berkembang dapat “naik kasta” menjadi subdisiplin yang sudah mapan seiring perkembangan
ilmu tersebut. Struktur dalam ilmu keolahrgaan merupakan model yang dinamis dan terbuka bagi
perubahan. Namun dalam perkembangan setelah hampir empat dasawarsa belum terlihat kemajuan
berarti pada subdisiplin yang sedang berkembang, khususnya di dunia akademik di Indonesia. Dengan
demikian struktur tersebut masih baku dan relatif tidak banyak perubahan
Selanjutnya makalah ini akan mencoba membahas salah satu subdisiplin dalam ilmu
keolahragaan, yaitu biomekanika olahraga. Dalam struktur ilmu keolahragaan, biomekanika olahraga
menempati kategori ilmu alam bersama dengan kedokteran olahraga. Mengingat dasar ilmu
keolahragaan yang lebih mendekati ilmu alam, maka tradisi penelitian di bidang biomekanika olahraga
terbilang lebih mapan jika dibandingkan dengan subdisiplin dalam kontinum setelahnya (psikologi
olahraga sampai filsafat olahraga). Meskipun demikian, pembahasan biomekanika dalam makalah ini
akan dibatasi pada kajian awal dan pengantar yang meliputi pengertian biomekanika olahraga, gerak
sebagai esensi biomekanika olahraga, fungsi biomekanika olahraga, dan analisis biomekanika olahraga.
2
movement analyst. Untuk padanan dalam Bahasa Indonesia, dengan ketebatasannya, dapat digunakan
istilah analis gerakan. Esensi biomekanika olahraga adalah menganalisis pola gerak tubuh manusia.
Pembagian bidang dan sumbu pada tubuh manusia seperti di atas berfungsi untuk
mendefinisikan gerakan dalam biomekanika olahraga secara presisi. Berikut beberapa jenis gerakan
berdasarkan bidang dan sumbunya:
Nama gerakan Bidang Sumbu Sendi Contoh gerakan
Flexion-Extension Sagittal Frontal Siku Melipat siku
Abduction- Frontal Sagittal Bahu Merentangkan
Adduction lengan, gerak ke
atas dan ke
bawah
Medial-Lateral Horisontal Vertikal Bahu Merentangkan
Flexion-Extension lengan, gerak
masuk dan keluar
badan
Tabel 2. Jenis-jenis gerakan tubuh berdasarkan bidang dan sumbunya. Diolah dari Bartlett
(2007: 5-8)
Di atas telah sedikit dibahas mengenai gerak manusia dalam posisi diam/statis. Tentu saja
gerakan olahraga tidak dilakukan hanya dalam posisi diam. Gerak dalam olahraga pada umumnya
disertai dengan perpindahan. Beberapa gerak dasar dalam olahraga yang melibatkan perpindahan
adalah: berjalan, berlari, dan melompat.
Kembali ke definisi biomekanika sebagai ilmu yang mempelajari gaya dan efeknya pada
makhluk hidup, di dalam mekanika terdapat dua subdivisi yaitu yang berkaitan dengan perpindahan
(displacement), kecepatan dengan arah (velocity), dan percepatan (acceleration) disebut kinematik dan
3
satu lagi berkaitan dengan gaya yang menyebabkan gerak disebut kinetik. Gerak yang disertai
perpindahan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu gerak linear dan gerak angular. Gerak linear
merupakan gerak pada lintasan baik lurus maupun melengkung tanpa disertai putaran (badan) dan
seluruh badan bergerak dalam arah dan kecepatan yang sama. Sementara itu pada gerakan angular
terdapat putaran pada salah satu sumbu imajeri (sagittal, frontal atau horisontal) ataupun sumbu nyata.
Berjalan, berlari dan loncat jauh adalah contoh gerak linear, sedangkan contoh untuk gerak angular
misalnya salto (Grimshaw 2007: 11-12).
4
Sedikit berbeda, Sunaryadi (2010) melihat peran biomekanika dalam pendidikan untuk
mengajarkan gerak kepada siswa. Guru diharapkan memiliki pengetahuan biomekanika olahraga
dengan tujuan untuk (1) melakukan analisis kualitatif terhadap teknik gerak sebagai pembelajaran
keterampilan motorik siswa, (2) membantu siswa melakukan gerak dengan efektif dan efisien, (3)
mengevaluasi dan mengintervensi guna memperbaiki penampilan siswa, dan (4) mendorong
perkembangan berbagai kelompok otot dan komponen kesegaran jasmani dengan resiko cedera yang
minimal.
5
3. Jika dikerjakan dengan baik, analisis kualitatif akan tampil sistematis (karena fokus pada
pola bukan kuantitas data),
4. Pola gerak lebih “bisa berbicara” dibandingkan angka-angka (a picture is worth a thousand
words),
5. Lebih ramah bagi para pelatih, tidak mengintimidasi karena kompleksitas datanya.
Analisis kualitatif membutuhkan jam terbang untuk mendapatkan pengetahuan yang memadai.
Sekali lagi analis menjadi faktor instrumen yang menentukan hasil. Namun demikian, bukan berarti
analisis kualitatif dapat dilakukan tanpa terstruktur. Bantuan alat-alat dan software juga kadang
dibutuhkan oleh seorang analis kualitatif. Tahap-tahap seperti telah disampaikan di atas memberikan
panduan agar analisis kualitatif, dalam tingkat tertentu, dapat diandalkan validitasnya. Antara analisis
kualitatif dan kuantitatif bukan dua hal yang saling dipertentangkan, namun keduanya memilki
keungulan dan kekurangan masing-masing yang dapat saling melengkapi.
Kesimpulan
Biomekanika adalah ilmu yang mempelajari gaya dan efeknya pada sistem hidup. Biomekanika olahraga
mulai dikenal pada 1960-an, seiring dengan itu biomekanika olahraga menjadi salah satu subdisiplin
pembangun struktur ilmu keolahragaan. Esensi biomekanika olahraga adalah menganalisis pola gerak
tubuh manusia.
6
Ada dua manfaat dari mempelajari biomekanika olahraga, yaitu untuk meningkatkan performa
dan mencegah cedera. Pada tataran yang lebih praktis, manfaat biomekanika olahraga dapat
diaplikasikan pada bidang pendidikan jasmani oleh para pendidik, serta olahraga rekreasi.
Analisis biomekanika olaraga yang pada mulanya sangat diwarnai oleh pendekatan kuantitatif
melalui matematika dan fisika, seiring waktu, bergeser ke analisis kualitatif. Analisis kualitatif yang
lebih mengedepankan analisis pola gerak, lebih praktis diaplikasikan oleh pelatih, guru, fisioterapis, dan
analis. Berbeda dengan analisis kuantitatif yang lebih umum dilakukan oleh para peneliti berbasis
laboratorium.
Aspek biomekanika olahraga dalam makalah ini masih terbatas pada dasar dan pengantar.
Dasar-dasar biomekanika yang tertuang dalam pengertian, esensi berupa gerak tubuh, fungsi/peran
dalam pengembangan olahraga dan pendekatan analisis dirasa baru menyentuh permukaan saja. Untuk
itu diperlukan pembahasan yang lebih mendalam dengan sumber-sumber yang lebih beragam untuk
lebih memahami biomekanika olahraga.
Daftar pustaka
Bartlett, R.M. (2007). Introduction to sports biomechanic: analysing human movement patterns. (2nd ed.).
London: Routledge.
Grimshaw, P., et al. (2007). Sport and exercise biomechanics. New York: Taylor & Francis.
Haag, H., Grupe, O., Kirsch, A. (1992), Sport science in Germany. Berlin: Springer.
Knudson, D. (2007). Fundamentals of biomechanics. (2nd ed.)., New York, NY: Springer.
Kristiyanto, A. (2013). Riset futuristik keolahragaan: inspirasi substansi dan metodologi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
McGinnis, P.M. (2013). Biomechanics of sport and exercise 3rd ed. Champaign, IL: Human Kinetics.
Sains olahraga bukan jaminan. (26 Mei 2017). Kompas, hlm. 10
Soeharsono. (2005). Aplikasi praktis biomekanika dalam pendidikan jasmani dan olahraga. Jurnal
Pendidikan Jasmani Indonesia, 2 (Edisi Khusus Mei).
Sumaryanto. (2016). Aksiologi olahraga dalam perspektif pengembangan karakter bangsa. Yogyakarta:
UNY Press.
Sunaryadi, Yadi. (2010). Aplikasi biomekanika dalam pendidikan jasmani. Jurnal pendidikan jasmani
dan olahraga, 2(1), 32-39.