Anda di halaman 1dari 7

Biomekanika Olahraga: Sebuah Pengantar

Hysa Ardiyanto. NIM: 17711251038.


Oktober 2017

Struktur ilmu keolahragaan: posisi biomekanika olahraga


Biomekanika sebagai sebuah istilah/kata baru populer di tahun 1960-an. Sejarah biomekanika sendiri
adalah bagian dari sejarah kinesiologi (ilmu gerak manusia) yang mulai digunakan di akhir abad ke-19.
Buku berjudul Scientific Principles of Coaching oleh John Bunn yang diterbitkan tahun 1955 merupakan
teks pertama yang menekankan aspek mekanika dalam gerak olahraga. Pada periode sebelumnya,
pembahasan gerak olahraga lebih menekankan aspek anatomi. Perkembangan berikutnya, pada 1967
diadakan seminar internasional biomekanika pertama di Zurich, Swiss. Setahun kemudian Journal of
Biomechanic untuk pertama kalinya diterbitkan. Beberapa paper di dalamnya mengangkat topik
biomekanika olahraga. Dari segi kelembagaan, lahir American Society of Biomechanics pada 1977 dan
pada awal 1980 International Society of Biomchanics didirikan (McGinnis, 2013: 10-11).
Berdasarkan catatan sejarah di atas, keberadaan olahraga sebagai sebuah kajian ilmu terbilang
baru atau setidaknya lahir setelah kemapanan ilmu-ilmu lain. Hal ini bisa dilihat dari struktur yang
membentuk ilmu keolahragaan dengan pendekatan yang berorientasi pada bidang ilmu yang sudah
mapan (existing scientific field) di mana salah satu disiplin penopangnya adalah biomekanika (Haag,
Grupe & Kirsch, 1992: 2). Melalui pendekatan yang berorientasi pada ilmu-ilmu yang sudah mapan,
tema-tema yang diajukan dalam Dasar-dasar Ilmu Keolahragaan dapat dikelompokkan ke dalam
ketegori berikut:
1. Subdisiplin ilmu yang sudah mapan (established subdisciplines). Ada tujuh subdisiplin ilmu
yang membentuk struktur ilmu keolahrgaan (seven field theory model), yaitu: kedokteran
olahraga, biomekanika olahraga, psikologi olahraga, pedagogi olahraga, sosiologi olahraga,
sejarah olahraga, dan filsafat olahraga. Ketujuh bidang ilmu keolahrgaan yang sudah mapan
tersebut didaptasi oleh Kristiyanto (2013: 5) ke dalam tabel berikut ini:
Bidang teori Ilmu Terkait Akar Ilmu Paradigma
Kedokteran Olahraga Kedokteran Ilmu Alam Empirik Analitik
Biomekanika Olahraga Biologi, Fisika,
Matematika
Psikologi Olahraga Psikologi Ilmu Sosial- Fenomenologis
Pedagogi Olahraga Pedagogi Perilaku
Sosiologi Olahraga Sosiologi
Sejarah Olahraga Sejarah Humaniora Hermeneutika
Filsafat Olahraga Filsafat
Tabel 1. Subdisiplin ilmu dalam struktur ilmu keolahragaan.

2. Subdisiplin ilmu di dalam disiplin yang telah mapan (intra-relation). Bidang ilmu lain yang
berkaitan erat dengan subdisiplin pembentuk ilmu keolahragaan dan dipelajari dalam ilmu
keolahragaan antara lain fisiologi dan anatomi, biokimia, gerak motorik, tumbuh kembang
anak, kebudayaan, dan lain-lain.
3. Subdisiplin yang baru berkembang (recently developed). Di luar disiplin ilmu yang sudah
mapan dalam menopang kajian ilmu keolahragaan, terdapat bidang ilmu yang potensial,
diantaranya: informasi olahraga, politik olahraga, hukum olahraga, dan ekonomi olahraga.

1
Dalam pandangan Haag, Grupe & Kirsch (1992: 2-3), subdisiplin yang tadinya masuk kategori
sedang berkembang dapat “naik kasta” menjadi subdisiplin yang sudah mapan seiring perkembangan
ilmu tersebut. Struktur dalam ilmu keolahrgaan merupakan model yang dinamis dan terbuka bagi
perubahan. Namun dalam perkembangan setelah hampir empat dasawarsa belum terlihat kemajuan
berarti pada subdisiplin yang sedang berkembang, khususnya di dunia akademik di Indonesia. Dengan
demikian struktur tersebut masih baku dan relatif tidak banyak perubahan
Selanjutnya makalah ini akan mencoba membahas salah satu subdisiplin dalam ilmu
keolahragaan, yaitu biomekanika olahraga. Dalam struktur ilmu keolahragaan, biomekanika olahraga
menempati kategori ilmu alam bersama dengan kedokteran olahraga. Mengingat dasar ilmu
keolahragaan yang lebih mendekati ilmu alam, maka tradisi penelitian di bidang biomekanika olahraga
terbilang lebih mapan jika dibandingkan dengan subdisiplin dalam kontinum setelahnya (psikologi
olahraga sampai filsafat olahraga). Meskipun demikian, pembahasan biomekanika dalam makalah ini
akan dibatasi pada kajian awal dan pengantar yang meliputi pengertian biomekanika olahraga, gerak
sebagai esensi biomekanika olahraga, fungsi biomekanika olahraga, dan analisis biomekanika olahraga.

Biomekanika olahraga: analisis pola gerak tubuh


Untuk mengetahui pengertian biomekanika dapat ditelisik dari akar katanya. Biomekanika terdiri dari
kata bio dan mekanika. Bio berarti berkaitan dengan kehidupan atau sistem biologi, sedangkan
mekanika berhubungan dengan analisis gaya (force) dan dampaknya. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pengertian biomekanika adalah llmu yang mempelajari gaya dan efeknya pada sistem hidup.
Definisi semacam ini pernah dikemukakan oleh Hatze yang menyebutkan biomekanika adalah ilmu
tentang struktur dan fungsi sistem biologi dalam sudut pandang metode mekanika (McGinnis 2013: 3).
Mekanika sendiri merupakan cabang dari fisika yang menaruh perhatian pada gerak dan
bagaimana gaya menyebabkan gerak. Tidak mengherankan jika prinsip mekanika juga berlaku pada
makhluk hidup di mana gerak merupakan ciri-ciri utamanya. Biomekanika dengan demikian
menyediakan kerangka konseptual dan matematis yang dibutuhkan dalam memahami bagaimana
makhluk hidup (sistem biologi) bergerak (Knudson, 2007: 3). Penekanan pada kata mekanika juga
mengandung konsekuensi analisis biomekanika berhubungan erat dengan konsep dasar dan standar
pengukuran dalam mekanika seperti panjang (dalam meter), waktu (dalam detik), dan massa (dalam
kilogram) (McGinnis 2013: 15).
Sebagaimana pengertian dasarnya, biomekanika mempelajari prinsip mekanika yang berlaku
pada makhluk hidup. Hal ini tidak terkecuali pada tumbuhan dan hewan. Namun dalam makalah ini
biomekanika yang dibahas khusus dalam lingkup olahraga di mana manusia berperan sebagai
pelakunya. Dengan demikian biomekanika olahraga berhubungan dengan analisis prinsip mekanika
pada aktivitas gerak manusia yang disebut sebagai olahraga.
Mengenai definisi biomekanika olahraga, Bartlett (2007: xvii) mengajukan definisi yang “tidak
konsisten”, dari pernyataan sebelumnya, “sports biomechanic uses the scientific methods of mechanics to
study the effect of various forces on the sports performer” menjadi kalimat yang lebih sederhana, “the
study and analysis of human movement patterns in sport”. Perubahan ini merupakan refleksi dari
pengalamannya sebagai pengajar, peneliti dan konsultan di bidang biomekanika olahraga selama lebih
dari 30 tahun. Pada awal perkembangannya, kajian biomekanika olahraga memang berasal
peneliti/penulis berlatar belakang matematika, teknik atau fisika. Buku-buku teks biomekanika
olahraga terdahulu menekankan pada aspek mekanika dan penekanan yang kuat pada analisis
kuantitatif.
Perubahan dalam biomekanika olahraga, terutama kebutuhan praktis di lapangan mengubah
cara pandang terhadap biomekanika olahraga. Para sarjana yang lulus dengan kompetensi biomekanika
akan lebih memilih bekerja sebagai movement analyst atau performance analyst di organisasi olahraga
dibandingkan melanjutkan di bidang penelitian. Mereka lebih banyak mengerjakan analisis kualitatif
gerak, dibandingkan kuantitatif. Dari perubahan ini istilah sports biomechanist digantikan oleh

2
movement analyst. Untuk padanan dalam Bahasa Indonesia, dengan ketebatasannya, dapat digunakan
istilah analis gerakan. Esensi biomekanika olahraga adalah menganalisis pola gerak tubuh manusia.

Gerak manusia: esensi biomekanika olahraga


Istilah seperti “mengangkat tangan”, “menendang” atau “jongkok” adalah contoh beberapa gerakan
olahraga yang bisa dipahami oleh awam. Istilah-istilah tersebut menonjolkan kesederhanaan dan
kemudahan khususnya untuk berkomunikasi dengan kalangan bukan ilmuwan. Meskipun tidak
mempermasalahkan hal tersebut, menurut Bartlett (2007: 3-4) untuk membedakan gerakan olahraga
dalam analisis biomekanika olahraga dengan gerakan lainnya, dibutuhkan termonologi ilmiah yang
memadai.
Tradisi penggunaan terminologi ilmiah bisa dimulai dengan mengenali bidang (plane) dan
sumbu (axis) tubuh manusia yang berkaitan dengan gerak olahraga. Bidang dan sumbu tubuh manusia
masing-masing dibagi ke dalam tiga jenis:
1. Bidang sagittal. Bidang vertikal yang membentang dari belakang (posterior) ke depan
(anterior) dan membagi tubuh menjadi bagian kanan dan bagian kiri.
2. Bidang frontal. Bidang vertikal yang membentang dari kiri ke kanan dan membagi tubuh
menjadi bagian depan dan bagian belakang.
3. Bidang horisontal. Bidang horisontal yang membagi tubuh menjadi bagian (superior) atas
dan bagian bawah (inferior).
4. Sumbu sagittal. Sumbu horisontal dari belakang ke depan.
5. Sumbu frontal. Sumbu horisontal dari kiri ke kanan.
6. Sumbu vertikal atau longitudinal. Sumbu vertikal dari bawah ke atas.

Pembagian bidang dan sumbu pada tubuh manusia seperti di atas berfungsi untuk
mendefinisikan gerakan dalam biomekanika olahraga secara presisi. Berikut beberapa jenis gerakan
berdasarkan bidang dan sumbunya:
Nama gerakan Bidang Sumbu Sendi Contoh gerakan
Flexion-Extension Sagittal Frontal Siku Melipat siku
Abduction- Frontal Sagittal Bahu Merentangkan
Adduction lengan, gerak ke
atas dan ke
bawah
Medial-Lateral Horisontal Vertikal Bahu Merentangkan
Flexion-Extension lengan, gerak
masuk dan keluar
badan
Tabel 2. Jenis-jenis gerakan tubuh berdasarkan bidang dan sumbunya. Diolah dari Bartlett
(2007: 5-8)

Di atas telah sedikit dibahas mengenai gerak manusia dalam posisi diam/statis. Tentu saja
gerakan olahraga tidak dilakukan hanya dalam posisi diam. Gerak dalam olahraga pada umumnya
disertai dengan perpindahan. Beberapa gerak dasar dalam olahraga yang melibatkan perpindahan
adalah: berjalan, berlari, dan melompat.
Kembali ke definisi biomekanika sebagai ilmu yang mempelajari gaya dan efeknya pada
makhluk hidup, di dalam mekanika terdapat dua subdivisi yaitu yang berkaitan dengan perpindahan
(displacement), kecepatan dengan arah (velocity), dan percepatan (acceleration) disebut kinematik dan

3
satu lagi berkaitan dengan gaya yang menyebabkan gerak disebut kinetik. Gerak yang disertai
perpindahan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu gerak linear dan gerak angular. Gerak linear
merupakan gerak pada lintasan baik lurus maupun melengkung tanpa disertai putaran (badan) dan
seluruh badan bergerak dalam arah dan kecepatan yang sama. Sementara itu pada gerakan angular
terdapat putaran pada salah satu sumbu imajeri (sagittal, frontal atau horisontal) ataupun sumbu nyata.
Berjalan, berlari dan loncat jauh adalah contoh gerak linear, sedangkan contoh untuk gerak angular
misalnya salto (Grimshaw 2007: 11-12).

Fungsi biomekanika olahraga


Fungsi mempelajari biomekanika olahraga pada dasarnya hanya ada dua saja yaitu meningkatkan
performa dan mengurangi resiko cedera (Bartlett, 2007) dan (Knudson, 2007). Menariknya, kedua hal
tersebut saling incompatible. Tujuan satu dan lainnya saling bertentangan. Bagaimana mencapai
penampilan maksimal tapi resiko cedera minimal atau bagaimana terhindar dari cedera tetapi bisa
juara. Kecenderungan pada satu kutub akan mengorbankan kutub yang lain. Ini menjadi sangat
menantang bagi para analis gerakan biomekanika olahraga.
Meningkatkan performa artinya bagaimana meningkatkan efektivitas gerak. Gerak yang efektif
melibatkan faktor anatomi, kapasitas fisiologi, keterampilan neuromuscular dan kemampuan
psikologis/kognitif. Perlu diperhatikan, analisis biomekanika paling berpengaruh pada jenis olahraga
yang didominasi kemampuan teknik, dibandingkan olahraga yang mengandalkan keunggulan struktur
fisik atau kapasitas fisiologi. Lari adalah contoh yang bagus dalam hal ini. Faktor kemampuan fisiologis,
anatomi dan psikologis dalam lari lebih dominan jika dibandingkan keterampilan teknik gerak sehingga
perbaikan teknik atau peningkatan efektivitas gerak hanya menyumbangkan sedikit perbaikan
performa (Knudson, 2007: 5-7).
Dalam hal pencegahan cedera dan keamanan dalam bergerak, para peneliti di bidang olahraga
kesehatan telah membangun tradisi yang kuat dalam mempelajari data cedera dan berusaha
menjelaskan potensi penyebab cedera. Riset biomekanika olahraga membantu dalam pencegahan
cedera dengan menyediakan informasi yang berhubungan dengan prinsip mekanika seperti besar
tekanan, nilai gaya yang berpotensi menyebabkan cedera (Knudson, 2007: 9). Cabang olahraga senam
merupakan contoh yang baik bagaimana biomekanika olahraga diterapkan. Pada gerakan-gerakan
senam, berlaku hukum mekanika yang kompleks. Efek dari gaya yang terus-menerus merupakan
penyebab overuse injury yang sering dialami para atlet. Teknik gerak, loncat atau mendarat yang tepat,
dengan analisis biomekanika olahraga, membantu mengurangi resiko cedera (McGinnis 2013: 10).
Dalam perspektif aksiologis ilmu keolahragaan, sesuai dengan UU No. 3 tahun 20015 tentang
Sistem Keolahrgaan Nasional, kegiatan olahraga dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu: olahraga
pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi (Sumaryanto, 2016: 65). Penjelasan untuk olahraga
prestasi telah banyak disebutkan di atas. Dalam olahraga pendidikan, biomekanika olahraga berperan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Analisis biomekanika didasarkan pada bukti-bukti yang
ilmiah. Penelitian dan pengembangan teori biomekanika olahraga menjadi wilayah olahraga
pendidikan. Penekanan analisis biomekanika pada olahraga rekreasi lebih mengarah pada pencegahan
cedera. Bagaimana gerakan yang aman dalam melakukan olahraga dapat menjadi fokus kajiannya.
Harapannya, olahraga yang menyehatkan tidak berubah menjadi petaka karena kesalahan dalam
melakukan gerak.
Soeharsono (2005) menyoroti perbedaan fungsi biomekanika olahraga pada pendidikan
jasmani dan pada olahraga. Dalam beberapa hal, antara pendidikan jasmani dan olahraga terdapat
perbedaan yang berarti meskipun pendidikan jasmani selalu dilengkapi dengan olahraga. Pada
pendidikan jasmani, pengetahuan guru akan biomekanika olahraga cukup untuk (1) menganalisa teknik
gerak yang aman, efektif dan efisien, (2) membedakan antara teknik gerak yang benar dan yang salah,
(3) mengevaluasi: mengidentifikasi kesalahan kemudian membetulkan, dan (4) menemukan cara baru
yang lebih baik.

4
Sedikit berbeda, Sunaryadi (2010) melihat peran biomekanika dalam pendidikan untuk
mengajarkan gerak kepada siswa. Guru diharapkan memiliki pengetahuan biomekanika olahraga
dengan tujuan untuk (1) melakukan analisis kualitatif terhadap teknik gerak sebagai pembelajaran
keterampilan motorik siswa, (2) membantu siswa melakukan gerak dengan efektif dan efisien, (3)
mengevaluasi dan mengintervensi guna memperbaiki penampilan siswa, dan (4) mendorong
perkembangan berbagai kelompok otot dan komponen kesegaran jasmani dengan resiko cedera yang
minimal.

Analisis biomekanika olahraga: kuantitatif dan kualitatif


Untuk menganalisis gerak olahraga ada dua jenis pendekatan yang dilakukan, yaitu analisis kuantitatif
dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif terutama dilakukan oleh para peneliti untuk kepentingan
riset. Pada pendekatan kuantitatif, gerakan dianalisis menggunakan seperangkat alat dengan kalkulasi
tertentu seperti analisis gerak berbasis gambar (menggunakan video), sistem pendeteksi gerak
otomatis, elektromyografi (teknik medis untuk mengukur dan merekam aktivitas elektrik yang
dihasilkan oleh gerakan otot rangka), atau papan pangukur gaya/tekanan. Data-data kemudian
dianalisis menggunakan statistik dan simulasi komputer untuk menganalisis pola gerakan. Pada analisis
kuantitatif terkandung banyak sekali informasi yang, sayangnya, tidak semua relevan untuk
mengetahui pola gerak yang diharapkan (Bartlett, 2007: 37).
Analisis kualitatif mengandalkan observasi oleh pelatih atau analis gerak baik secara langsung
ataupun melalui rekaman video. Ini sesuai dengan sifat penelitian kualitatif di mana peneliti (pelatih,
analis) merupakan instrumen utamanya. Meskipun menekankan peran analis gerak, pendekatan
analisis kualitatif tetap menggunakan alat bantu berupa software untuk menganalisis gerak. Bedanya,
pada analisis kualitatif yang menjadi fokus adalah polanya, bukan kuantifikasi datanya. Jika analisis
kuantitatif pada umumnya dilakukan oleh peneliti, analisis kualitatif lebih sesuai bagi guru, pelatih,
fisioterapis, dan juri olahraga artistik (Bartlett, 2007: 36).
Secara umum perbedaan antara analisis kualitatif dan kuantitatif adalah: analisis kualitatif
mendeskripsikan secara non-numerik dengan melihat gerakan sebagai pola, sedangkan kuantitatif
mendeskripsikan gerakan secara numerik. Analisis kuantitatif sering kali tampak lebih objektif karena
adanya data-data yang dapat dilihat secara empirik. Dari segi eksistensi, analisis kualitatif lebih
mengakar kuat dalam pendekatan yang terstruktur dan multidisiplin dibandingkan analisis kuantitatif
yang mengandalkan data tapi minim landasar teori (Bartlett, 2007: 38).
Seperti telah disinggung pada bagian sebelumnya, perubahan di dunia biomekanika olahraga
dalam kurun waktu 30 tahun mempengaruhi kecenderungan dalam menganalisis gerak olahraga.
Pendekatan kualitiatif lebih menonjol dalam perkembangannya. Analisis kualitatif membutuhkan
sumber daya manusia yang mumpuni. Faktor manusia sebagai analis gerak sangat menentukan. Hal ini
diakui oleh pakar biomekanika Indonesia, Iwan Hermawan. Dalam wawancara yang dimuat dengan
judul “Sains Olahraga Bukan Jaminan” (Kompas, 26/5/2017), ia mengungkapkan tidak hanya
pengadaan alat yang penting, tetapi untuk mengembangkan sports science, juga diperlukan
pengetahuan para pelaku olahraga. Petugas di lapangan tidak hanya mengoperasikan peralatan tetapi
harus bisa menginterpretasikan data sehingga menjadi rekomendasi. Dalam kenyataannya, hasil
pengujian fisik dan biomekanik sering tidak ditindaklanjuti. Ini menunjukkan kebutuhan akan personal
(sumber daya manusia) yang mengerti dan berpengalaman sangat dibutuhkan.
Jika dikaitkan dengan olahraga pendidikan dan rekreasi, analisis kualititif dapat dikembangkan
oleh guru, pelatih, dan instruktur di tingkat grassroots. Keunggulan analisis kualitatif antara lain
(Bartlett, 2007: 39):
1. Tidak membutuhkan peralatan yang mahal,
2. Berbasis pada lapangan, bukan laboratorium, sehingga memiliki tingkat validitas ekologi
yang lebih baik,

5
3. Jika dikerjakan dengan baik, analisis kualitatif akan tampil sistematis (karena fokus pada
pola bukan kuantitas data),
4. Pola gerak lebih “bisa berbicara” dibandingkan angka-angka (a picture is worth a thousand
words),
5. Lebih ramah bagi para pelatih, tidak mengintimidasi karena kompleksitas datanya.

Pada analisis kualitatif terdapat sisi kelemahan yang muncul seperti:


1. Kurangnya data numerik (bisa diperdebatkan apakah data merupakan sebuah keunggulan),
2. Dibutuhkan pengetahuan tentang gerak yang memadai oleh analis,
3. Reliabilitas dan objektivitasnya kadang diragukan dan sulit ditakar, adanya bias karena
subjektivitas analis.

Meskipun mengandalkan kemampuan analis, dalam melakukan analisis kualitatif harus


memenuhi kriteria metodologi standar yang terwujud dalam tahapan pendekatan terstruktur dalam
analisis gerak manusia dalam olahraga. Secara umum tahapan melakukan analisis biomekanika
olahraga kualitatif seperti berikut ini (Bartlett, 2007: 47):
1. Tahap 1. Persiapan
Tahap ini meliputi analisis kebutuhan, mengumpulkan informasi (jenis aktivitas dan
atletnya), menentukan faktor utama yang akan dianalisis, mengembangkan strategi
pemantauan yang sistematis
2. Tahap 2. Pengamatan
Meliputi mengimplemantasikan strategi pada tahap 1, mengumpulkan informasi dari
gerakan (atau video), fokus pada observasi.
3. Tahap 3. Evaluasi dan diagnosis
Aktivitas di dalamnya mengevaluasi kekuatan dan kelemahan atlet, menguji validitas dan
reabilitas, menentukan intervensi paling tepat.
4. Tahap 4. Intervensi
Pada tahap ini analis menekankan atlet untuk memperbaiki teknik dan performa,
melakukan review atas semua analisis kualitatif, menyediakan masukan kepada atlet.

Analisis kualitatif membutuhkan jam terbang untuk mendapatkan pengetahuan yang memadai.
Sekali lagi analis menjadi faktor instrumen yang menentukan hasil. Namun demikian, bukan berarti
analisis kualitatif dapat dilakukan tanpa terstruktur. Bantuan alat-alat dan software juga kadang
dibutuhkan oleh seorang analis kualitatif. Tahap-tahap seperti telah disampaikan di atas memberikan
panduan agar analisis kualitatif, dalam tingkat tertentu, dapat diandalkan validitasnya. Antara analisis
kualitatif dan kuantitatif bukan dua hal yang saling dipertentangkan, namun keduanya memilki
keungulan dan kekurangan masing-masing yang dapat saling melengkapi.

Kesimpulan
Biomekanika adalah ilmu yang mempelajari gaya dan efeknya pada sistem hidup. Biomekanika olahraga
mulai dikenal pada 1960-an, seiring dengan itu biomekanika olahraga menjadi salah satu subdisiplin
pembangun struktur ilmu keolahragaan. Esensi biomekanika olahraga adalah menganalisis pola gerak
tubuh manusia.

6
Ada dua manfaat dari mempelajari biomekanika olahraga, yaitu untuk meningkatkan performa
dan mencegah cedera. Pada tataran yang lebih praktis, manfaat biomekanika olahraga dapat
diaplikasikan pada bidang pendidikan jasmani oleh para pendidik, serta olahraga rekreasi.
Analisis biomekanika olaraga yang pada mulanya sangat diwarnai oleh pendekatan kuantitatif
melalui matematika dan fisika, seiring waktu, bergeser ke analisis kualitatif. Analisis kualitatif yang
lebih mengedepankan analisis pola gerak, lebih praktis diaplikasikan oleh pelatih, guru, fisioterapis, dan
analis. Berbeda dengan analisis kuantitatif yang lebih umum dilakukan oleh para peneliti berbasis
laboratorium.
Aspek biomekanika olahraga dalam makalah ini masih terbatas pada dasar dan pengantar.
Dasar-dasar biomekanika yang tertuang dalam pengertian, esensi berupa gerak tubuh, fungsi/peran
dalam pengembangan olahraga dan pendekatan analisis dirasa baru menyentuh permukaan saja. Untuk
itu diperlukan pembahasan yang lebih mendalam dengan sumber-sumber yang lebih beragam untuk
lebih memahami biomekanika olahraga.

Daftar pustaka
Bartlett, R.M. (2007). Introduction to sports biomechanic: analysing human movement patterns. (2nd ed.).
London: Routledge.
Grimshaw, P., et al. (2007). Sport and exercise biomechanics. New York: Taylor & Francis.
Haag, H., Grupe, O., Kirsch, A. (1992), Sport science in Germany. Berlin: Springer.
Knudson, D. (2007). Fundamentals of biomechanics. (2nd ed.)., New York, NY: Springer.
Kristiyanto, A. (2013). Riset futuristik keolahragaan: inspirasi substansi dan metodologi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
McGinnis, P.M. (2013). Biomechanics of sport and exercise 3rd ed. Champaign, IL: Human Kinetics.
Sains olahraga bukan jaminan. (26 Mei 2017). Kompas, hlm. 10
Soeharsono. (2005). Aplikasi praktis biomekanika dalam pendidikan jasmani dan olahraga. Jurnal
Pendidikan Jasmani Indonesia, 2 (Edisi Khusus Mei).
Sumaryanto. (2016). Aksiologi olahraga dalam perspektif pengembangan karakter bangsa. Yogyakarta:
UNY Press.
Sunaryadi, Yadi. (2010). Aplikasi biomekanika dalam pendidikan jasmani. Jurnal pendidikan jasmani
dan olahraga, 2(1), 32-39.

Anda mungkin juga menyukai