Anda di halaman 1dari 18

ETANOL

ETHANOL

Mudah Terbakar Karsinogenik, Iritasi


Mutagenik,
Teratogenik

1. IDENTIFIKASI BAHAN
KIMIA
1.1. Golongan
Alkohol

1.2. Sinonim/Nama Dagang


Alcohol, anhydrol, ethyl alcohol, ethyl hydrate, ethyl hydroxide,
Grain
alcohol, Jaysol, Methyl carbinol, potato alcohol, spirit, synasol,
tecsol,
alkohol absolut, cologne spirit, etylowy alkohol, methyl carbinol, wp alcohol,
etanol absolut, alcool ethylique, alkoholu etylowego, dehydrated alcohol,
molasses alcohol, wp spirit, aethanol, alcool etilico, alkohol denaturasi,
alkohol fermentasi, alkohol kentang, aethyl alkohol, algrain, alkohol anhidrat,
etanolo, spirits of wine, Jaysol S, SD Alchol 23-hydrogen; C H OH, alkohol
2 5

denaturasi CD-5, alkohol denaturasi CD-5a, alkohol denaturasi CD-10,


alkohol denaturasi SD-1, alkohol denaturasi SD-13a, alkohol denaturasi
SD-
17, alkohol denaturasi SD-23a, alkohol denaturasi SD-28, alkohol denaturasi
SD-3a, alkohol denaturasi SD-30, alkohol denaturasi SD-39b, alkohol
denaturasi SD-39c, alkohol denaturasi SD- 40m, ethanol 200 proof,
NCl-CO3134, spirt, thanol, etil alkohol anhidrat, SD alcohol 23-hydrogen,
UN 1170, Tecsol C, Alcare Hand Degermer, silent spirit, ethylol, punctilious
ethyl
alcohol, pyro, synasol, USI in oval, etanol standar.

1.3. Nomor Identifikasi


1.3.1. Nomor CAS : 64-17-5
1.3.2. Nomor EC : 603-002-00-5
1.3.3. Nomor RTECS : KQ6300000
1.3.4. Nomor UN : 1170
1.3.5. Nomor EINECS : 200-578-6

2. PENGGUNAAN
Etanol digunakan sebagai salah satu komponen bahan pembersih. Dalam
dunia
medis, etanol digunakan sebagai bahan untuk sterilisasi permukaan
(mejakursi),
sebagai pengawet atau pelarut dalam obat, dan merupakan antidotum
pada
keracunan metanol dan etilen glikol. Etanol juga digunakan secara luas
sebagai
pelarut di industri dan penelitian.

3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN


3.1. Organ Sasaran
Mata, kulit, sistem pernapasan, sistem syaraf pusat, hati, darah, dan
sistem
reproduksi.
3.2. Rute Paparan
3.2.1. Paparan Jangka Pendek
Etanol dapat mengiritasi mata. Terhirupnya uap etanol dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran
pernapasan.
Paparan etanol dalam jangka pendek dapat menyebabkan korban
mengalami gangguan emosional, gangguan koordinasi motorik
(gangguan keseimbangan, bicara kurang jelas), gangguan sensorik
(vertigo, pandangan ganda), wajah kemerahan, detak jantung cepat,
berkeringat, mual, muntah, mengantuk, pingsan, hingga koma.
Korban juga dapat mengalami kejang yang disebabkan oleh kondisi
hipoglikemia.
Pada keracunan etanol ringan hingga sedang, korban/pasien dapat
mengalami gejala-gejala seperti rasa gembira yang berlebihan,
gangguan keseimbangan, nystagmus (bola mata bergerak tidak
beraturan), berkurangnya ketajaman penglihatan, hilangnya rasa
malu/batasan moral, perilaku agresif, mual, muntah, kulit kemerahan,
dan dapat terjadi takiaritmia supraventrikular. Sementara pada
keracunan yang berat, korban/pasien dapat mengalami koma, depresi
sistem pernapasan, aspirasi paru, hipoglikemia, dan hipotermia.
3.2.1.1. Terhirup
Batuk, sakit kepala, rasa lelah, mengantuk. Gagal sistem
pernapasan dapat terjadi akibat keracunan berat.
Masuknya
muntahan ke dalam paru-paru, dapat menyebabkan
pneumonitis dan edema paru.
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit
Etanol dapat mengiritasi kulit menyebabkan wajah
kemerahan, kulit kering, dan iritasi.
3.2.1.3. Kontak dengan Mata
Mata kemerahan, rasa sakit dan terbakar pada mata
3.2.1.4. Tertelan
Rasa terbakar pada saluran cerna, sakit kepala, rasa
bingung, pusing, hilang kesadaran, mual, muntah,
hipoglikemia, serta gangguan keseimbangan asam basa
dan
eletrolit.
3.2.2. Paparan Jangka panjang
Konsumsi etanol dalam jangka panjang dapat menyebabkan
beberapa komplikasi seperti :
3.2.2.1. Terhirup
Gangguan pada saluran pernapasan bagian atas
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit
Hilangnya lapisan lemak pada kulit
3.2.2.3. Kontak dengan Mata
Tidak ditemukan informasi mengenai paparan jangka
panjang kontak etanol terhadap mata
3.2.2.4. Tertelan
Konsumsi etanol dalam jangka waktu panjang dapat
menyebabkan terjadinya sirosis pada hati. Toksisitas pada
hati termasuk infiltrasi lemak ke dalam hati, hepatitis
alkoholik, dan sirosis. Paparan etanol dalam jangka
panjang
dapat menimbulkan luka pada organ hati yang
menyebabkan hipertensi pada vena porta hepatika,
akumulasi cairan pada rongga perut, perdarahan dari
varises esophagus dan hemorrhoids, hiponatremia akibat

retensi cairan, dan perotinitis. Produksi faktor-faktor


pembekuan darah juga akan terganggu yang
mengakibatkan
semakin panjangnya waktu protrombin. Metabolisme yang
terjadi di hati termasuk metabolisme terhadap toksin
endogen akan terganggu mengakibatkan terjadinya hepatic
encelopathy.
Perdarahan saluran cerna dapat terjadi karena gastritis yang
di nduksi oleh alkohol, esophagitis, dan duodenitis.
Pankreatitis akut merupakan penyebab umum
munculnya
rasa nyeri pada perut dan muntah.
Gangguan jantung termasuk disritmia, seperti fibrilasi
atrium
yang mungkin berkaitan dengan menurunnya kadar
kalium
dan magnesium dan rendahnya asupan kalori pada
jantung.
Penggunaan alkohol dalam jangka panjang juga
mengakibatkan terjadinya cardiomyopathy.
4. TOKSIKOLOGI Toksisitas pada syaraf termasuk atropi otak, degenerasi otak
4.1. Toksisitas kecil, dan neuropati sensori perifer. Kelainan nutrisi
seperti
kekurangan vitamin B1 pada pengguna alkohol dapat
menyebabkan enselopati Wernicke atau psikosis Korsakoff.
4.1.1. Data pada Hewan
LD 50 oral-tikus 7 g/kg; LD 50 intraperitonial –tikus 3,6 mg/kg; LD 50

intravena tikus 1,44 g/kg; LD 50 kulit-kelinci 20 g/kg, LC 50

inhalasi –
tikus 20.000 ppm, LC oral – tikus 7060 mg/kg BB, LD oral –
50 50

mencit
3450 mg/kg.
4.1.2. Data pada Manusia
LDL oral-manusia 1,4 g/kg bb.
0

Etanol pekat (95-99%) pada dosis 1 ml/kg (1 g/kg bb) menghasilkan


konsentrasi etanol di dalam darah sebesar 100-150 mg/dL (21-32
mmol/L) yang menyebabkan keracunan ringan hingga sedang pada
orang dewasa. Konsentrasi etanol dalam darah antara 150-300 mg/dL
(32.6-65.2 mmol/L) menyebabkan munculnya gejala keracunan
yang
umum.
4.2. Data Karsinogenik
IARC golongan 3, tidak diklasifikasikan sebagai bahan yang bersifat
karsinogenik pada manusia
4.3. Data Tumoregenik
Tidak terdapat informasi
4.4. Data Teratogenik
Konsumsi etanol selama kehamilan dapat memberikan efek yang
tidak
di nginkan pada janin.
4.5. Data Mutagenik
Etanol menyebabkan kerusakan DNA pada model tikus dan Saccharomyces
cereviseae, perubahan DNA pada Escheriscia coli, dan inhibisi DNA pada
leukosit manusia. Etanol juga meyebabkan mutasi pada Salmonel a
typhimurium, E.coli, Aspergil us nidulans, dan S. Cereviseae.

5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN


5.1. Terhirup
Segera pindahkan korban dari area paparan. Bila perlu gunakan kantong
masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
5.2. Kontak dengan Kulit
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.
Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam jumlah yang
banyak
sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20
menit). Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.
5.3. Kontak dengan Mata
Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam
normal (NaCl 0,9%) selama 15-20 menit, atau sekurangnya 1 liter
untuk
setiap mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan
bawah
sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa
ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
5.4. Tertelan
Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat.
Jangan
sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak
sadar/ pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada
panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban dalam keadaan sadar dan
terjaga, miringkan kepala ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat.

6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN


6.1. Resusitasi dan Stabilisasi
6.1.1. Pastikan fungsi jantung dan paru dalam keadaan baik.
a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas
untuk menjamin pertukaran udara
b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan, untuk memperbaiki fungsi
ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk
menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran
karbon
dioksida
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan untuk mengembalikan
fungsi
sirkulasi darah
d. Jika ada kejang, berikan benzodiazepin sebagai terapi lini
pertama
pada pasien kejang. Pemeriksaan kadar gula darah harus ditentukan
dengan cepat untuk pengambilan tindakan selanjutnya
6.2. Dekontaminasi
6.2.1. Dekontaminasi Mata(
Dilakukan sebelum membersihkan kulit
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah
dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk
kondisinya.
- Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan
cuci
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl
0,9%
diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya
satu
liter untuk setiap mata.
- Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata
lainnya.
- Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10
menit
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat atau konsul ke
dokter mata.
6.2.2. Dekontaminasi Kulit
- Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
- Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir
yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan
kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi
atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/ plastik
tertutup.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron.
Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
6.2.3. Dekontaminasi Gastrointestinal
Dekontaminasi gastrointestinal (saluran cerna) tidak
disarankan
untuk dilakukan karena risikonya lebih tinggi daripada manfaat.
6.3. Antidotum
Tidak ada antidotum khusus untuk keracunan etanol.
7. SIFAT FISIKA KIMIA
7.1. Nama Bahan
Etanol
7.2. Deskripsi
Cairan tidak berwarna dengan bau khas; Rumus molekul: CH CH OH;
3 2

Berat
molekul 46.1; Titik didih 79°C; Titik leleh -114°C; Kelarutan:
bercampur
dengan air, eter, aseton, etanol, kloroform; Tekanan uap (20°C): 5.8 kPa;

Titik nyala 13°; Kerapatan 0,79; pKa 15.9 pada suhu 25 °C.
7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan (GHS)
7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4)

Kesehatan 2 = Paparan berulang kali dapat menyebabkan


munculnya lumpuh sementara atau
kemungkinan cedera
Kebakaran 3 = Senyawa dapat terbakar pada kondisi suhu
ruang
Reaktivitas 0 = Stabil pada kondisi normal bahkan saat
terjadi
kebakaran dan tidak reaktif dengan air.
7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan)
R11 : Sangat mudah menyala
S2 : Jauhkan dari jangkauan anak-anak
S7 : Jaga wadah dalam keadaan tertutup rapat
S9 : Letakkan wadah di tempat yang berventilasi baik
S16 : Jauhkan dari sumber nyala – Dilarang Merokok
S33 : Ambil tindakan pencegahan untuk meniadakan muatan
listrik
statis
7.3.3. Klasifikasi GHS
Kata kunci : Berbahaya
Pernyataan Bahaya :
H225 Cairan dan uap yang sangat mudah terbakar
H302 Berbahaya bila tertelan
H319 Menyebabkan iritasi mata yang serius
H371 Menyebabkan kerusakan pada organ

Pernyataan Pencegahan
Pencegahan
P210 Jauhkan dari panas/nyala api/api terbuka/
permukaan panas – Dilarang merokok
P233 Tutup wadah penyimpanan dengan rapat
P240 wadah dan peralatan diletakkan di tanah atau di kat.
P241 Gunakan peralatan/ alat listrik/saluran
udara/pencahayaan yang tahan terhadap ledakan
P242 Gunakan alat-alat yang tidak mencetuskan api
P243 Lakukan tindakan pencegahan untuk menghilangkan
muatan statis

P260 Jangan menghirup debu / asap / gas / embun / uap /


semprotan
P264 Cuci seluruh tangan setelah menyentuh
bahan ini
P270 Hindari makan, minum, atau merokok saat
menggunakan bahan ini
P280 Gunakan sarung tangan/pakaian pelindung /
pelindung mata / pelindung wajah
Respon
P301+P312 APABILA TERTELAN : hubungi Sentra Informasi
Keracunan atau Dokter bila merasa tidak sehat.
P303+P361+P353 APABILA KONTAK DENGAN KULIT
(atau
rambut) : lepaskan pakaian yang terkontaminasi.
Bilas kulit menggunakan air/ semprotan.
P305+P351+P338 APABILA TERPAPAR PADA MATA : bilas mata
selama beberapa menit. Lepaskan lensa kontak,
apabila menggunakannya, lanjutkan pembilasan.
P309+P311 : Apabila terpapar atau merasa tidak sehat :
Hubungi Sentra Informasi Keracunan atau
Dokter.
P330 : Bilas mulut.
P337+P313 : Bila iritasi pada mata terus berlanjut, cari
bantuan medis.
P370+P378 : Apabila terjadi kebakaran : gunakan pasir kering,
bahan kimia kering atau busa tahan alkohol untuk
pemadaman.
Penyimpanan
P403+P235 : Simpan pada tempat yang memiliki sirkulasi udara
baik. Simpan di tempat sejuk.
P405 : Simpan dalam keadaan tertutup rapat.
Pembuangan
P501 : Buang bahan/wadah penyimpanan ke tempat
pembuangan limbah yang telah disetujui.
8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS
8.1. Reaktivitas
Stabil pada kondisi normal.
8.2. Kondisi yang Harus Dihindari
Jauhkan dari oksidator kuat; sumber nyala api; suhu ekstrim; dan
cahaya
matahari langsung..
8.3. Bahan Tak Tercampurkan
Alumunium, Asam, Oksidator, Logam Alkali, komponen Halogen,
Amoniak, Asam Klorida, Asam Anhidrida, Reduktor, Peroksida
8.4. Dekomposisi
Produk dekomposisi adalah karbon dioksida dan karbon monoksida
8.5. Polimerisasi
Pada kondisi penggunaan dan penyimpanan normal, tidak terbentuk
polimer yang berbahaya.

9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI


9.1. Ventilasi
Senyawa ini harus disimpan di tempat kering, bersuhu dingin, dan memiliki
saluran udara yang baik.
9.2. Perlindungan Mata
Gunakan kacamata pelindung yang telah diuji dan memenuhi standar
peraturan yang berlaku atau sesuai standar NIOSH atau EN166 (EU)
9.3. Pakaian
Gunakan pakaian pelindung lengkap yang melindungi dari bahan kimia,
pakaian pelindung antistatik tahan api, jenis baha pelindung yang
digunakan harus dipilih berdasarkan konsentrasi dan sumbah bahan
berbahaya yang ada di tempat kerja.
9.4. Sarung Tangan
Gunakan sarung tangan pelindung yang memenuhi standar peraturan
yang berlaku atau sesuai spesifikasi EU 89/686/EEC dan standar
EN374.
9.5. Respirator
Paparan hingga 3300 ppm :
APF = 10 : Gunakan respirator penyuplai udara
APF = 50 : Gunakan alat pernafasan mandiri dengan penutup
wajah
penuh
Kondisi gawat darurat atau pada kondisi dimana konsentrasi paparan tidak
diketahui :
APF = 10.000 : Gunakan alat pernafasan mandiri dengan penutup wajah
dan dijalankan berdasarkan kebutuhan tekanan atau mode tekanan positif
lainnya.
APF = 10.000 : Gunakan respirator penyuplai udara yang memiliki
penutup wajah dan dijalankan berdasarkan kebutuhan tekanan atau mode
tekanan positif lainnya dikombinasikan dengan bantuan alat pernapasan
mandiri tekanan positif.

Anda mungkin juga menyukai