Anda di halaman 1dari 12

PENINGKATAN KINERJA PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

BERBASIS KNOWLEDGE MANAGEMENT "SECI's MODEL"


(Improving Performance of Nursing Documentation Based on Knowledge Management Through
SECI Concept Model’s

R. Arief Santoso*, Widodo J. Pudjirahardjo**


*Dinas Kesehatan Sumenep, Jalan Dr. Soetomo Sumenep, 69416
**Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
E-mail: arief_snts35@yahoo.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Pendokumentasian asuhan keperawatan, terutama diagnosa keperawatan di RSI Kalianget tahun 2011 rerata
masih rendah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kinerja pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis knowledge
management melalui konsep SECI's Model di RSI Garam Kalianget Kabupaten Sumenep. Metode: Desain penelitian
ini adalah action research yang dilakukan dari bulan Oktober 2012–Juli 2013. Populasi dan sampel dalam penelitian
adalah perawat berjumlah 29 orang. Analisis data menggunakan uji paired t test dengan tingkat signifi kasi 95%. Hasil:
Didapatkan knowledge p = 0,0001 yang berarti ada perbedaan knowledge yang signifikan antara sebelum dan sesudah
intervensi, perbandingan kinerja pendokumentasian askep diperoleh nilai p = 0,004 yang berarti ada perbedaan kinerja
yang signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi. Perbandingan kinerja komunikasi efektif SBAR diperoleh nilai p
= 0,001 yang berarti ada perbedaan kinerja yang signifi kan antara sebelum dan sesudah intervensi. Diskusi: Knowledge
management melalui SECI's model mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kinerja pendokumentasian askep
dan komunikasi efektif SBAR.

Kata Kunci: knowledge management, SECI's model, kinerja, pendokumentasian askep, komunikasi efektif SBAR

ABSTRACT
Introduction: Documentation of nursing care in Kalianget RSI in 2011 was totaled average 58,1% and in 2012 achieve
was still low. According the lowest component was nursing diagnosis. This research aims to improve the performance of
nursing care documentation based on knowledge management through the SECI Model’s concept in Garam Kalianget
RSI Sumenep District. Method: Design of this research was action research. Population and sample in the research of
knowledge, motivation and work responsibility were all nurses total ed 29 people. The dependent variable were knowledge,
performance, motivation, work responsibility, and performance after intervention knowledge management (KM) and as
independent variable in this research was knowledge, performance, and intervention research knowledge management
in documentation nursing care. Data were collected by using questionnaires and checklists. Result: The results after the
SECI model’s intervention and using Paired t Test with a 95% confidence level of knowledge obtained p = 0.0001 which
means that there was a significant knowledge difference between before and after intervention, compariosn of performance
documenting of nursing care obtained value ρ = 0.004, which means there was a difference significant performance
between before and after intervention. Comparison of SBAR effective communication performance values obtained ρ =
0.001, which means there was a significant performance difference between before and after intervention. Discussion:
Knowledge management through SECI model’s has important role in improving performance documentation of nursing
care and SBAR effective communication. It is recommended to do in forum sharing nurse’s experience or informant
in practical communication in periodic, recording, documentation, and keep document well and doing supervision
continously especially form nursing care and SBAR effective communication.

Keywords: knowledge management, SECI model’s, performance, documentation nursing care, SBAR effective
communication

PENDAHULUAN asuhan keperawatan harus didasarkan


pada Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Pelayanan keperawatan merupakan salah
sebagai pedoman dan tolak ukur. SAK harus
satu faktor yang menentukan baik buruknya
diterapkan pada seluruh tatanan pelayanan
mutu pelayanan dan citra rumah sakit. Mutu
keperawatan oleh tenaga keperawatan yang
pelayanan keperawatan harus dipertahankan
ada di rumah sakit sehingga pelayanan
dan ditingkatkan seoptimal mungkin. Upaya
dan asuhan keperawatan (askep) dapat
peningkatan mutu pelayanan, pemberian
dipertanggungjawabkan (Pandawa, 2006).

330
Peningkatan Kinerja Pendokumentasian Asuhan Keperawatan (R. Arief Santoso, dkk)

Pelayanan keperawatan yang diberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kasus


perawat ditulis dalam bentuk dokumentasi dan masalah yang dihadapi oleh pasien serta
yang disebut sebagai dokumentasi asuhan intervensi yang dibuat dalam perencanaan
keperawatan dan merupakan salah satu alat tindakan keperawatan, namun masih
pembuktian atas perbuatan perawat selama banyak dokumen asuhan keperawatan yang
menjalankan tugas pelayanan keperawatan isinya belum lengkap. Dalam pelaksanaan
serta menjadikan hal yang penting sebagai pendokumentasian asuhan keperawatan
alat bukti tanggung jawab dan tanggung gugat masih belum menggunakan SBAR dan
dari perawat dalam menjalankan tugasnya. melihat kinerja pendokumentasian asuhan
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal keperawatan menggunakan instrumen A
akan terus menjadi tuntutan organisasi departemen kesehatan RI (RSI Garam, 2011).
pelayanan kesehatan (Nursalam, 2008). Pendokumentasian asuhan keperawatan
Undang-undang No. 36 tahun 2009 di RSI Kalianget tahun 2011 total rata-rata
merupakan wujud rambu atas hak dan mencapai 58,1% dan menurut komponennya
kewajiban tenaga kesehatan termasuk para terendah adalah diagnosa keperawatan yang
perawat dalam menjalankan tugas pelayanan. mencapai 42,4%.
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan Pencapaian pendokumentasian asuhan
salah satu unsur penilaian kinerja perawat keperawatan di RSI Garam Kalianget tahun
(Depkes RI, 2001) dan RSI Garam Kalianget 2012 tetap rendah, hanya mencapai 38,9% dan
memasang standar untuk pendokumentasian menurut komponen terendah pada diagnosa
asuhan keperawatan sebesar 100%. Hasil keperawatan yang mencapai 31,5%,
penelitian Diyanto (2007) menunjukkan Saat ini telah terjadi pergeseran
penatalaksanaan pengisian dokumentasi paradigma di mana peran manusia menjadi
asuhan keperawatan proporsi terbesar dalam sentral dibandingkan dengan peran teknologi
kategori kurang (48%), yang selanjutnya maupun keuangan. Aset yang paling
diikuti sedang (35%) dan baik (17%). berharga dalam manusia adalah pengetahuan.
Hasil penelitian lain oleh Pandawa (2006) Perawat membutuhkan pengetahuan untuk
menyimpulkan tingkat pengetahuan dan sikap meningkatkan kemampuan mereka untuk
merupakan determinan kinerja perawat dalam memperbaiki hasil kerja dan pelayanan mereka,
pendokumentasian asuhan keperawatan. dengan menyediakan kualitas pelayanan untuk
Dokumentasi asuhan keperawatan klien atau konsumen. Pengetahuan merupakan
berkembang seiring dengan perkembangan nutrisi yang sangat penting yang dibutuhkan
industri perumah sakitan. Saat ini setiap organisasi untuk berkembang. Di dalam
pelaksanaan tindakan di rumah sakit mengarah organisasi, karyawan mungkin bisa datang
pada patient safety. Salah satu alat komunikasi dan pergi begitu saja, tetapi pengetahuan tidak
efektif adalah menggunakan alat monitoring seperti itu, pengetahuan tidak dapat hilang
yang memastikan sebuah pendokumentasian ataupun mati dari sebuah organisasi (Yunika,
mengarah kepada patient safety. Alat yang 2011)
digunakan adalah metode SBAR (Situation, Pengetahuan dari organisasi dapat
Background, Assesment, Recomendation). menjadikan organisasi tersebut memahami
SBAR dijadikan syarat utama dalam sistem tujuan keberadaannya. Organisasi yang
akreditasi rumah sakit, dari tahun 2012 dan sukses, adalah organisasi yang secara
selanjutnya (Nursalam, 2011). konsisten menciptakan pengetahuan baru
RSI Garam Kalianget Kabupaten dan menyebarkannya secara menyeluruh
Sumenep merupakan rumah sakit tipe D di dalam organisasinya, dan secara cepat
dengan kapasitas 50 tempat tidur. Jumlah mengadaptasinya ke dalam teknologi dan
perawat sebanyak 35 orang, perawatan produk serta layanan mereka. Akhir ini
menggunakan metode asuhan keperawatan banyak organisasi yang telah menjadikan
tim dengan mekanisme timbang terima antar manajemen pengetahuan (knowledge
shift langsung setiap tim jaga dengan waktu 30 Management) sebagai salah satu strategi
menit sebelum jam jaga usai dengan cara baik untuk menciptakan nilai, meningkatkan
melalui langsung pasien per pasien maupun efektivitas dan produktivitas organisasi, serta
melalui buku laporan jaga. Pelaksanaan keunggulan kompetitif organisasi. Mereka

331
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 330–341

mulai menerapkan manajemen pengetahuan dan komunikasi efektif yaitu dengan cara
dalam rangka peningkatan kinerja usaha mengambil 30% dari populasi. Didapatkan
dan daya tahan organisasi mereka (Kosasih, bulan Maret 2013 yaitu 73 rekam medik, Mei
2006). 2013 didapatkan sebanyak 71 rekam medik
Penerapan knowledge management yang selanjutnya diproporsionalkan menurut
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan ruangan. Teknik pengambilan sampel kinerja
menjadi solusi dalam meningkatkan kinerja pendokumentasian asuhan keperawatan dan
pendokumentasian asuhan keperawatan untuk komunikasi SBAR adalah teknik simple
menyelesaikan masalah dalam penelitian ini random sampling.
yaitu rendahnya pendokumentasian asuhan Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap
keperawatan di RSI Garam Kalianget tahun pelaksanaan yaitu tahap sebelum intervensi,
2011 yang mencapai 58,1% dan tahun 2012 pelaksanaan intervensi dan setelah intervensi.
mencapai 38,9%. Aktivitas pada tahap sebelum intervensi
Tujuan penelitian ini adalah upaya yaitu melakukan analisis knowledge, kinerja,
meningkatkan kinerja pendokumentasian motivasi dan beban kerja perawat dalam
asuhan keperawatan berbasis knowledge pendokumentasian asuhan keperawatan
management melalui konsep SECI Model’s di dan komunikasi efektif SBAR. Hasil dari
RSI Garam Kalianget. analisis dijadikan bahan FGD yang bertujuan
untuk menyusun metode intervensi melalui
pembahasan tentang hasil analisis knowledge,
BAHAN DAN METODE kinerja, motivasi dan beban kerja perawat
Metode penelitian ini adalah action dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
research. Dalam penelitian ini peneliti dan komunikasi efektif SBAR. Kegiatan
melakukan analisis knowledge, kinerja, FGD menghasilkan asessment yang nantinya
motivasi, dan beban kerja perawat tentang dijadikan bekal untuk menjadi skenario
pendokumentasian asuhan keperawatan dan yang akan dilakukan dalam melaksanakan
komunikasi efektif SBAR sebagai tahap pra intervensi.
intervensi SECI. Pada tahap intervensi SECI Tahap kedua yaitu pelaksanaan intervensi
melakukan analisis hasil intervensi kegiatan KM berdasarkan SECI Model yaitu antara lain
knowledge management (KM) pada tahap yaitu 1) socialization, 2) externalization, 3)
socialization, externalization, combination, combination, dan 4) internalization. Dengan
dan internalization. Kemudian menganalisis rincian aktivitas sesuai dengan komponen dari
knowledge, kinerja tentang pendokumentasian SECI model.
asuhan keperawatan dan komunikasi efektif Tahap setelah intervensi adalah
SBAR, dan melihat perbandingan antara menganalisis knowledge, kinerja, perawat
sebelum dan setelah intervensi sebagai tahap dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
post intervensi SECI. dan komunikasi efektif SBAR dan
Populasi dalam penelitian dibagi membandingkan antara sebelum dan sesudah
menjadi dua bagian, yaitu populasi untuk intervensi SECI. Setelah itu menyusun
knowledge, motivasi dan beban kerja adalah rancangan upaya meningkatkan kinerja
sebanyak 29 orang dan sampelnya adalah pendokumentasian asuhan keperawatan
seluruh perawat yang bekerja di RSI Garam dengan konsep knowledge management
Kalianget yang berjumlah 29 orang. Sedangkan melalui SECI Model’s.
populasi untuk kinerja pendokumentasian Variabel dependen dalam penelitian
asuhan keperawatan dan komunikasi efektif ini adalah knowledge, kinerja, motivasi,
adalah rekam medik yang dibagi menjadi 2 beban kerja, dan kinerja setelah intervensi
bagian yaitu sebelum intervensi dan sesudah pelaksanaan kegiatan knowledge management
intervensi SECI's model. Populasi sebelum dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
intervensi didapatkan 242 rekam medik. dan komunikasi efektif SBAR melalui SECI
Sedangkan setelah intervensi didapatkan 237 Model’s. Variabel independen dalam penelitian
rekam medik. ini adalah knowledge, kinerja dan intervensi
Teknik pengambilan sampel tentang pelaksanaan kegiatan knowledge management
kinerja pendokumentasian asuhan keperawatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

332
Peningkatan Kinerja Pendokumentasian Asuhan Keperawatan (R. Arief Santoso, dkk)

dan komunikasi efektif SBAR melalui SECI asuhan keperawatan, seperti yang ditunjukkan
Model’s. Tabel 5.16 yang menunjukkan beban kerja
Peneliti menggunakan instrumen tugas pokok perawat di RSI Garam Kalianget
pengumpulan data berupa kuesioner yang tahun 2013 hampir seluruhnya kurang yaitu
disebarkan pada responden. Instrumen 28 perawat (96,6%).
pertama adalah kuesioner untuk menganalisis Tugas tambahan perawat yaitu tugas
knowledge, motivasi, beban kerja dan yang diberikan di luar sebagai perawat. Beban
penilaian dari setiap tahapan SECI dalam kerja tugas tambahan perawat di RSI Garam
pendokumentasian asuhan keperawatan. Kalianget tahun 2013 sama dengan beban
Instrumen kedua adalah checklist untuk kerja tugas pokok yang ditunjukkan pada
menganalisis kinerja pendokumentasian tabel 4 yaitu hampir seluruhnya kurang yaitu
asuhan keperawatan yang diukur menggunakan 28 perawat (96,6%).
S-BAR tools. Tugas lain perawat seperti mengikuti
Penelitian ini dilakukan di RSI Garam rapat, makan dan istirahat. Dari tabel 4
Kalianget Kabupaten Sumenep. Variabel
penelitian dapat diketahui perbandingan
knowledge dan kinerja pendokumentasian Tabel 1. K n o w l e d g e p e r a w a t t e n t a n g
asuhan keperawatan sebelum dan setelah pendokumentasian askep dan
intervensi, yang menggunakan uji statistik komunikasi efektif SBAR sebelum
paired samples test melalui komputer dengan intervensi SECI Model's di RSI
tingkat kemaknaan 5% yaitu p 0,05. Garam Kalianget

No Knowledge Perawat Jumlah %


HASIL 1 Kurang 5 17,2
Knowledge perawat tentang 2 Cukup 13 44,8
pendokumentasian askep dan komunikasi 3 Baik 11 37,9
efektif SBAR di RSI Garam Kalianget hampir Total 29 100,0
setengahnya adalah cukup (44,8%).
Pendokumentasian askep di RSI
Garam Kalianget sudah dilakukan Tabel 2. Kinerja pendokumentasian askep
dan pencapaian tertinggi adalah pada sebelum intervensi SECI Model’s di
perencanaan keperawatan yang mencapai RSI Garam Kalianget
76,0% dan terendah pada aspek tindakan No Aspek yang dinilai % Kategori
keperawatan. 1 Pengkajian 72,9 Cukup
Setelah mengukur knowledge dan
2 Diagnosis 68,5 Cukup
kinerja, sebagai bekal untuk melakukan
3 Perencanaan 76,0 Baik
intervensi SECI juga menganalisis motivasi
perawat akan pendokumentasian askep 4 Tindakan 49,0 Kurang
dan beban kerja dari perawat di RSI Garam 5 Evaluasi 70,5 Cukup
Kalianget. 6 Catatan 61,5 Cukup
Motivasi perawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan dan
komunikasi efektif SBAR di RSI Garam Tabel 3. M o t i v a s i p e r a w a t d a l a m
Kalianget Tahun 2013 sebagian besar baik pendokumentasian askep dan
yaitu 18 perawat (62,1%) seperti yang komunikasi efektif SBAR di RSI
ditunjukkan pada Tabel 3. Garam Kalianget
Beban kerja perawat dalam
melaksanakan tugas setiap jam kerja dibagi No Kategori Motivasi Jumlah %
menjadi beban tugas pokok, tambahan, lain 1 Kurang 1 3,4
dan keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4. 2 Cukup 10 34,5
Beban kerja tugas pokok perawat seperti 3 Baik 18 62,1
pasang infus, melakukan pendokumentasian Total 29 100,0

333
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 330–341

Tabel 4. Distribusi beban kerja perawat berdasarkan tugas pokok, tambahan, lain dan total di RSI
Garam Kalianget

Kategori
Total
No Beban Kerja Kurang Normal Berlebih
Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Tugas Pokok 28 96,6 1 3,4 0 0 29 100
2 Tugas Tambahan 28 96,6 1 3,4 0 0 29 100
3 Tugas Lain 20 69,0 5 17,2 4 13,8 29 100
4 Tugas Total 19 65,5 9 31,0 1 3,4 29 100

menunjukkan bahwa beban kerja tugas lain keputusan oleh Direktur RSI Garam
di RSI Garam Kalianget 2013 sebagian besar Kalianget.
adalah kurang yaitu 20 perawat (69,0%) yang c. Dilakukan berbagi pengalaman antar
berarti perawat masih minim melakukan tugas perawat dan dengan nara sumber dalam
lain dan kebanyakan terpaku pada tugas di komunikasi praktis (Communities
ruangan masing-masing sebagai perawat. of practice) dilakukan dalam forum
Beban kerja tugas perawat bila di diskusi yang dihadiri oleh para perawat
jumlahkan mulai dari tugas pokok, tambahan kecuali yang 5 perawat karena berjaga
dan lain di RSI Garam Kalianget didapatkan di ruangan. Nara sumber memberikan
sebagian besar juga kurang seperti ditunjukkan pengalaman tentang pelaksanaan
pada tabel 4 yang menggambarkan 19 perawat komunikasi SBAR, mulai dari
(65,5%) mempunyai kategori beban kerja total hambatan, pentingnya sampai dengan
kurang. hal yang bisa membuat sukses dalam
Tahap pelaksanaan intervensi SECI pelaksanaan komunikasi efektif SBAR.
model’s dibagi menjadi 4 tahap yaitu Dilakukan mulai jam 09.00–12.00 WIB
socialization, externalization, combination juga dilakukan sesi tanya jawab.
dan internalization. Berikut hasil intervensi: 2) Externalization
Pelaksanaan intervensi SECI model’s Tahap ini dilakukan intervensi yaitu:
dilaksanakan sesuai dengan tahapan: a. Proses notulensi dilakukan oleh
1) Socialization perawat yang masuk dalam tim yang
Tahap ini melakukan intervensi yaitu: bertugas mencatat semua kegiatan yang
a. Dilakukan identifikasi dokumen SPO disampaikan dan beberapa pertanyaan
pendokumentasian Askep dan komunikasi dan jawaban dalam kegiatan berbagi
SBAR. SPO pendokumentasian Askep pengalaman di komunikasi praktis
dan komunikasi efektif SBAR belum (Communities of practice).
disusun hanya dimasukkan dalam SAK b. Hasil notulensi dijadikan konsep dan
di bagian keperawatan RSI Garam prosedur pendokumentasian asuhan
Kalianget. keperawatan. Hasil notulensi disusun
b. Di bentuk Tim Knowledge Management. diperbanyak dan dijadikan konsep oleh
Tim Knowledge Management di RSI tim dalam rangka persiapan menyusun
Garam Kalianget yang bertujuan sebagai prosedur yang nantinya dilakukan
pelaksana dalam proses knowledge dalam forum komunikasi. Tim juga
management. Tim dibentuk terdiri dari mendapatkan beberapa literatur yang
ketua dan anggota. Ketua langsung diberikan oleh nara sumber.
adalah Kabid. Keperawatan dan 3) Combination
anggotanya adalah para kepala ruangan Tahap ini dilakukan intervensi yaitu:
yang bertanggung jawab akan perawat a. Dilakukan forum diskusi dalam rangka
di masing-masing ruangan. Namun penyusunan SPO pendokumentasian
pelaksanaannya belum maksimal asuhan keperawatan. Tiga hari
karena belum disahkan lewat surat setelah pelaksanaan kegiatan

334
Peningkatan Kinerja Pendokumentasian Asuhan Keperawatan (R. Arief Santoso, dkk)

berbagi pengalaman di komunikasi Tabel 5. Distribusi hasil intervensi SECI


praktis (Communities of practice) model’s di RSI Garam Kalianget
tim knowledge management RSI
Garam Kalianget mengadakan forum Mean
No SECI model’s Kategori
diskusi yang bertujuan menyusun SPO Komposit
pendokumentasian asuhan keperawatan 1 Socialization 2,64 Baik
dan komunikasi efektif SBAR. Yang 2 Externalization 2,76 Baik
dilakukan dari jam 09.00–12.00 WIB. 3 Combination 2,59 Baik
Hasil dari forum diskusi tersebut dapat 4 Internalization 3,01 Sangat
dilihat pada lampiran. Baik
b. D i l a k u k a n d e s i m i n a s i d a n
pendistribusian SPO pendokumentasian
asuhan keperawatan. SPO yang
telah disusun di desiminasikan dan Garam Kalianget kategori sangat baik pada
didistribusikan kepada seluruh perawat tahapan internalization yang mencapai mean
di ruangan serta di tempelkan di komposit 3,01.
masing-masing ruangan oleh tim
Setelah Intervensi SECI
knowledge management RSI Garam
Kalianget. Intervensi SECI model’s memberikan dampak
4) Internalization peningkatan knowledge perawat tentang
Tahap ini dilakukan intervensi yaitu: pendokumentasian asuhan keperawatan dan
a. Dilakukan percobaan penggunaan komunikasi efektif, nampak dalam tabel 6,
SOP. Dua hari setelah seluruh semula knowledge perawat dengan kategori
perawat mengerti tentang adanya SPO baik sebesar 37,9% meningkat menjadi
pendokumentasian asuhan keperawatan 72,4%. Sedangkan kategori knowledge kurang
dan komunikasi efektif SBAR oleh tim menurun sebesar 6,9%. Berdasarkan hasil uji
knowledge management RSI Garam Paired t-Test diperoleh nilai p = 0,0002 (p <
Kalianget mengumumkan bahwa SPO α).
yang telah disusun mulai dilakukan Perbandingan kinerja sebelum dan
percobaan selama 1 bulan. setelah pelaksanaan intervensi SECI model’s
b. Dilakukan monitoring and evaluation pendokumentasian asuhan keperawatan dan
yang hasilnya didapatkan pelaksanaan komunikasi SBAR juga dilihat mulai dari
SPO tidak semuanya dilaksanakan pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan,
secara penuh. Karena perawat evaluasi, dan catatatan keperawatan dapat
menganggap ini hal baru sehingga dilihat pada Tabel 7.
mereka belum terbiasa serta belum Peningkatan pencapaian setelah
disediakannya format yang mudah intervensi SECI model’s juga terdapat
untuk mengaplikasikannya. pada kinerja pendokumentasian askep di
RSI Garam Kalianget di mana seluruhnya
Selain pelaksanaan intervensi juga mengalami peningkatan terutama pada
dilakukan penilaian oleh perawat tentang tindakan keperawatan yaitu sebesar 20,7%.
pelaksanaan intervensi komponen SECI Berdasarkan hasil uji Paired t-Test yang
model’s dapat dilihat sebagai berikut: mengukur perbandingan kinerja sebelum dan
Mean komposit didapat dari setelah intervensi tentang pendokumentasian
penjumlahan total keseluruhan penilaian askep dan komunikasi SBAR diperoleh nilai
dibagi dengan jumlah pertanyaannya sesuai p = 0,004 (p < α).
dengan komponen yang diukur. Selanjutnya Pelaksanaan komunikasi efektif SBAR
ditentukan standar yaitu sangat baik bila mean di RSI Garam Kalianget baru dilaksanakan
komposit lebih atau sama dengan 3, baik bila setelah intervensi SECI model’s sehingga
mean komposit 2–2, 9 dan kurang bila mean kinerja belum mencapai baik, namun dari
komposit kurang dari 1–1, 9. Seperti yang semua komponen terjadi peningkatan terutama
ditunjukkan pada tabel 5 menggambarkan pada assesment yang meningkat sebesar
bahwa hasil intervensi SECI model’s di RSI 39,4%, dapat dilihat pada tabel 8.

335
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 330–341

Tabel 6. Perbandingan knowledge perawat tentang pendokumentasian asuhan keperawatan dan


komunikasi efektif SBAR sebelum dan setelah intervensi SECI Model’s di RSI Garam
Kalianget

Sebelum Setelah
No. Kategori Knowledge Keterangan
Jumlah % Jumlah %
1 Kurang 5 17.2 3 10.3 Menurun 6,9%
2 Cukup 13 44.8 5 17.2 Menurun 27,6%
3 Baik 11 37.9 21 72.4 Meningkat 34,5%

Tabel 7. Perbandingan kinerja pendokumentasian askep sebelum dan setelah pelaksanaan intervensi
SECI Model’s di RSI Garam Kalianget
Pencapaian
No Aspek yang dinilai Keterangan
Sebelum (%) Setelah (%)
1 Pengkajian keperawatan 72,9 82,7 Meningkat 9,8%
2 Diagnosis keperawatan 68,5 78,4 Meningkat 9,9%
3 Perencanaan keperawatan 76,0 83,8 Meningkat 7,8%
4 Tindakan keperawatan 49,0 69,7 Meningkat 20,7%
5 Evaluasi keperawatan 70,5 76,8 Meningkat 6,3%
6 Catatan keperawatan 61,5 71,3 Meningkat 9,8%

Tabel 8. Perbandingan kinerja komunikasi efektif SBAR sebelum dan setelah pelaksanaan intervensi
SECI Model’s di RSI Garam Kalianget
Pencapaian
No Komponen SBAR Keterangan
Sebelum (%) Setelah (%)
1 Situation 0,0 39,2 Meningkat 39,2
2 Background 0,0 38,0 Meningkat 38,0
3 Assessment 0,0 39,4 Meningkat 39,4
4 Recomendation 0,0 28,2 Meningkat 28,2

Berdasarkan hasil uji Paired Samples memahami (comprehension), dan aplikasi


Test yang mengukur perbandingan kinerja (application). Dari tingkatan tahu (know),
sebelum dan setelah intervensi tentang perawat di RSI Garam Kalianget sebagian
komunikasi SBAR diperoleh nilai p = 0,001 besar sudah tahu tentang pendokumentasian
(p < α). Ini berarti pada interval kepercayaan asuhan keperawatan dan komunikasi efektif
95%, ada perbedaan kinerja yang signifikan SBAR mulai dari tujuan dari pengkajian
antara sebelum dan sesudah intervensi. awal, standar pengkajian askep, komponen
diagnosa keperawatan, kepanjangan PES,
dan kepanjangan SBAR. Namun ada bagian
PEMBAHASAN yang perawat pencapaian tahu masih rendah
Knowledge perawat saat ini tentang sehingga hal itu yang membuat pengetahuan
pendokumentasian asuhan keperawatan dan perawat tentang pendokumentasian asuhan
komunikasi efektif SBAR di RSI Garam keperawatan dan komunikasi efektif SBAR
Kalianget didapatkan hampir setengahnya dengan kategori cukup. Dari data penelitian
(44,8%) mempunyai kategori cukup. yang menunjukkan bahwa perawat sebagian
Setiap perawat memiliki 6 tingkatan besar tidak tahu tentang langkah, faktor
pengetahuan, pada penelitian hanya yang mempengaruhi dan fungsi dokumentasi
mengukur 3 tingkatan yaitu tahu (know), keperawatan sehingga hal tersebut bisa

336
Peningkatan Kinerja Pendokumentasian Asuhan Keperawatan (R. Arief Santoso, dkk)

dikatakan menyebabkan pengetahuan perawat efektif SBAR. Hal itu berhubungan dengan
di RSI Garam Kalianget cukup. Padahal pelaksanaan komunikasi efektif SBAR belum
diketahui bahwa pendokumentasian asuhan dimasukkan ke dalam kebijakan RSI Garam
keperawatan dan komunikasi efektif SBAR Kalianget, sehingga pengetahuan yang di
harus diketahui oleh semua perawat, termasuk dapat oleh perawat tidak bisa diaplikasikan
langkah pertama, fungsi dan faktor yang karena dari tahu dan paham perawat akan
mempengaruhi pendokumentasian asuhan bisa mengaplikasikan suatu konsep yang
keperawatan, karena tahu diartikan sebagai perawat pelajari. Aplikasi diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari kemampuan untuk menggunakan materi
sebelumnya termasuk dalam pengetahuan yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) riil atau sebenarnya (Notoatmodjo, 2005).
terhadap suatu spesifik terhadap seluruh Proses keperawatan merupakan bagian
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang integral dari praktik keperawatan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tingkatan tahu membutuhkan pertimbangan yang matang
ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan dalam pengambilan keputusan. Pengambilan
yang paling rendah (Notoatmodjo, 2005). keputusan ini harus dilandaskan pada
Tingkatan knowledge selanjutnya pengetahuan dan penerapan ilmu pengetahuan
adalah memahami (comprehension), hasil serta prinsip biologis, psikologis, sosial, dan
penelitian menunjukkan bahwa sebagian spiritual. Langkah dan tahapan pada proses
besar sudah paham tentang pendokumentasian keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis
asuhan keperawatan dan komunikasi namun keperawatan, perencanaan, implementasi
ada sebagian yang belum paham. Yang tindakan keperawatan, dan evaluasi (Diyanto,
belum dipahami oleh perawat di RSI Garam 2007).
Kalianget yaitu perawat belum paham Kinerja pendokumentasian asuhan
tentang prioritas pengkajian, perawat belum keperawatan dan komunikasi efektif SBAR
paham tentang perawatan keselamatan dilihat berdasarkan pencapaian dalam
pasien dan pemahaman tentang situation, instrumen A dan instrumen penilaian
background dan assessment Perawat tidak pelaksanaan komunikasi efektif SBAR. Hasil
memahami tentang pendokumentasian penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
asuhan keperawatan dan komunikasi SBAR penilaian hasil kinerja pendokumentasian
berarti belum mampu menjelaskan secara asuhan keperawatan di RSI Garam Kalianget
benar tentang apa yang diketahui pada hal adalah cukup dan yang baik adalah
ini tentang prioritas pengkajian, keselamatan perencanaan keperawatan yang mencapai
pasien dan komunikasi efektif SBAR 76% serta tindakan keperawatan kurang
sehingga pencapaian kinerja pengkajian yang mencapai 49%. Sedangkan komunikasi
keperawatan hanya mencapai 72,9% dan efektif SBAR di RSI Garam Kalianget belum
pencapaian kinerja komunikasi efektif SBAR dilaksanakan sehingga pencapaian kinerja
belum dilaksanakan. Memahami diartikan mulai dari komponen situation, background,
sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara assessment dan recomendation masih 0%.
benar tentang objek yang diketahui dan dapat Pencapaian kinerja pendokumentasian
menginterpretasikan materi secara benar asuhan keperawatan yang rata-rata sudah
(Notoatmodjo, 2005). cukup disebabkan karena semua item penilaian
Tingkatan selanjutnya adalah aplikasi sudah dilaksanakan. Sedangkan pencapaian
(application), hasil penelitian menunjukkan dari unsur tindakan keperawatan yang kurang
bahwa sebagian besar sudah bisa disebabkan perawat tidak melakukan sama
mengaplikasikan konsep pendokumentasian sekali observasi respons pasien terhadap
asuhan keperawatan. Namun sama hal dengan tindakan keperawatan. Selanjutnya yang
tingkatan tahu dan memahami, perawat di RSI jarang dilakukan adalah merevisi tindakan
Garam Kalianget belum bisa mengaplikasikan berdasarkan hasil evaluasi. Secara normatif
tentang pengkajian berdasarkan ANA perawat dalam melakukan pendokumentasian
dan hampir seluruhnya belum bisa asuhan keperawatan melakukan observasi
mengaplikasikan tentang pelaksanaan respons pasien terhadap tindakan karena
keselamatan pasien dari aspek komunikasi bertujuan sebagai evaluasi apakah tindakan

337
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 330–341

tersebut berhasil apa tidak. Hal tersebut besar sudah mengetahui maka perawat akan
akan berdampak pada perawat di RSI Garam memahami tentang pendokumentasian asuhan
Kalianget dalam melakukan revisi tindakan keperawatan dan komunikasi efektif SBAR
keperawatan berdasarkan hasil evaluasi yang hal itu sesuai dengan hasil penelitian yang
menurut hasil penelitian menunjukkan jarang menunjukkan bahwa sebagian besar juga
dilakukan. Tindakan keperawatan merupakan sudah memahami tentang pendokumentasian
langkah keempat dalam tahap proses asuhan keperawatan dan komunikasi efektif
keperawatan dengan melaksanakan berbagai SBAR, ditunjukkan tertinggi perawat sudah
strategi keperawatan yang telah direncanakan memahami kriteria standar pelaksanaan dan
dalam rencana tindakan keperawatan (Tsai, komponen SBAR hampir juga dipahami.
Wu, Lin, & Hsia, 2006). Setelah tahu dan memahami perawat bisa
Kinerja komunikasi efektif SBAR mengaplikasikan sesuai dengan hasil
belum ada pencapaian disebabkan karena penelitian yang menunjukkan sebagian besar
pelaksanaan komunikasi efektif SBAR perawat sudah bisa mengaplikasikan tentang
belum dimasukkan ke dalam kebijakan RSI pendokumentasian asuhan keperawatan
Garam Kalianget. SBAR merupakan suatu dan komunikasi efektif SBAR, mulai
mekanisme yang mudah untuk di ingat dalam dari menyusun diagnosa keperawatan,
kegiatan pendokumentasian askep, cara
kerangka percakapan, terutama yang kritis,
pendokumentasian askep, komunikasi
membutuhkan perhatian dan tindakan segera
keselamatan pasien, dan komponen
dari seorang dokter. Hal ini memungkinkan
komunikasi efektif SBAR. Perubahan mulai
untuk mengklarifikasi informasi apa dan dari tahu, paham dan aplikasi didapatkan
bagaimana yang harus dikomunikasikan setelah adanya proses intervensi SECI model’s
antara anggota tim, dapat juga membantu karena sesuai dengan tujuan knowledge
untuk mengembangkan kerja sama tim dan management yaitu menjaga agar isi dari
meningkatkan budaya keselamatan pasien pengetahuan yang dibawa tetap up to date dan
(CPSI, 2010). Kinerja pendokumentasian askep sesuai dengan perubahan kondisi, sehingga
dan komunikasi efektif SBAR juga mempunyai menerapkan pengetahuan pada lokasi yang
hubungan dengan pengetahuan perawat yang tepat, menerapkan pengetahuan disesuaikan
sebagian besar mempunyai kategori cukup. dengan bentuk yang terbaik, menyesuaikan
Pengetahuan perawat tentang rekam medis penerapan pengetahuan yang dimiliki dengan
yang meliputi aspek hukum rekam medis pengetahuan pada saat dibutuhkan (Setiarso,
dan tata cara pengisian dokumentasi asuhan Harjanto, & Subagyo, 2009).
keperawatan pada rekam medis memiliki Kinerja pendokumentasian askep post
hubungan dengan kelengkapan pengisian intervensi SECI Model’s di RSI Garam
Kalianget pencapaian tertinggi adalah pada
dokumentasi asuhan keperawatan pada rekam
perencanaan keperawatan yang mencapai
medis (Ryco, 2012).
83,8% dan terendah pada aspek tindakan
Hasil penelitian menunjukkan knowledge
keperawatan, dan pelaksanaan komunikasi
perawat tentang pendokumentasian asuhan
efektif SBAR di RSI Garam Kalianget baru
keperawatan dan komunikasi efektif SBAR
dilaksanakan setelah intervensi SECI model’s
post intervensi SECI model’s di RSI Garam
yang membuat pencapaian kinerja mulai dari
Kalianget Tahun 2013 sebagian besar baik
komponen situation, background, assessment
yaitu 21 perawat (72,4%).
dan recomendation masih di bawah 50% yang
Perubahan knowledge perawat yang
berarti masih kurang.
sebagian besar baik disebabkan karena
Kinerja pendokumentasian asuhan
perawat sudah mulai tahu tentang
keperawatan dan komunikasi efektif SBAR
pendokumentasian asuhan keperawatan dan
setelah intervensi SECI model’s terjadi
komunikasi efektif SBAR. Dapat dilihat pada
peningkatan hal itu disebabkan karena
tingkatan tahu yang sebagian besar perawat
pengetahuan perawat meningkat di mana
tahu terutama tentang standar pengkajian
hasil penelitian menunjukkan pengetahuan
asuhan keperawatan diikuti sudah mengetahui
perawat sebagian besar baik yaitu 21 perawat
tentang kepanjangan SBAR. Dari sebagian
(72,4%). Pengetahuan perawat yang baik

338
Peningkatan Kinerja Pendokumentasian Asuhan Keperawatan (R. Arief Santoso, dkk)

dapat menunjang kepada kinerja individu material), Environment (lingkungan tempat


terutama dalam hal pendokumentasian kerja karyawan), Validity (pedoman atau
asuhan keperawatan dan komunikasi efektif petunjuk dan uraian kerja), dan Evaluation
SBAR. Pengetahuan tersebut didapatkan (adanya umpan balik hasil kerja).
dari pelaksanaan intervensi SECI sehingga Intervensi SECI model’s memberikan
membuat perawat bisa tahu, paham dan bisa dampak peningkatan knowledge perawat
mengaplikasikan. Sesuai dengan penelitian tentang pendokumentasian asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh Ardika (2012) yang dan komunikasi efektif, nampak bahwa yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara semula knowledge perawat dengan kategori
pengetahuan perawat dengan kelengkapan baik sebesar 37,9% meningkat menjadi
pendokumentasian asuhan keperawatan. 72,4%. Sedangkan kategori knowledge kurang
Menurut Kapolmen yang dikutip oleh Ilyas menurun sebesar 6,9%.
(2002), ada empat determinan utama dalam Peningkatan knowledge perawat setelah
produktivitas organisasi termasuk didalamnya intervensi SECI disebabkan karena salah
adalah prestasi kerja. Faktor determinan satu faktor yang mempengaruhi knowledge
tersebut adalah lingkungan, karakteristik yaitu adanya fasilitas yaitu forum berbagi
organisasi, karakteristik kerja dan karakteristik pengalaman dalam komunikasi praktis
individu. Karakteristik kerja dan karakteristik (Communities Practice) di mana perawat
organisasi akan memengaruhi karakteristik menilai baik pelaksanaan kegiatan tersebut.
individu seperti imbalan, penetapan tujuan Karena melalui fasilitas berbagi pengalaman
akan meningkatkan motivasi kerja, sedangkan dapat meningkatkan tingkatan knowledge
prosedur seleksi tenaga kerja serta latihan dan perawat. Selain itu tingkat pendidikan
program pengembangan akan meningkatkan perawat juga memengaruhi. Menurut
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang
dari individu. Selanjutnya variabel karakteristik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
kerja yang meliputi penilaian pekerjaan yaitu: pengalaman, pendidikan, dan fasilitas.
akan meningkatkan motivasi individu untuk Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman
mencapai prestasi kerja yang tinggi. sendiri maupun pengalaman orang lain.
Selain pengetahuan, faktor motivasi Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas
juga mempengaruhi di mana sebagian besar pengetahuan seseorang. Tingkat pendidikan;
perawat di RSIGK mempunyai motivasi Secara umum, orang yang berpendidikan lebih
yang baik sehingga walaupun hal baru dalam tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih
pendokumentasian asuhan keperawatan luas daripada orang yang berpendidikan lebih
terutama komunikasi efektif SBAR baru rendah. Fasilitas sebagai sumber informasi
diterapkan sudah mempunyai peningkatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan
pencapaiannya. Hal tersebut sesuai dengan seseorang adalah majalah, radio, koran,
pendapat Stoner yang dikutip oleh Diyanto, televisi, buku.
(2007), mengemukakan bahwa prestasi Peningkatan pencapaian setelah
individu di samping dipengaruhi oleh motivasi intervensi SECI model’s juga terdapat
dan pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor pada kinerja pendokumentasian askep di
persepsi peran yaitu pemahaman individu RSI Garam Kalianget di mana seluruhnya
tentang perilaku apa yang diperlukan untuk mengalami peningkatan terutama pada
mencapai prestasi individu. Kemampuan tindakan keperawatan yaitu sebesar 20,7%.
(ability) menunjukkan kemampuan seseorang Pelaksanaan komunikasi efektif SBAR di RSI
untuk melakukan pekerjaan dan tugas. Garam Kalianget baru dilaksanakan setelah
Sedangkan menurut (Notoatmodjo, 2005), ada intervensi SECI model’s sehingga kinerja
teori yang mengemukakan tentang beberapa belum mencapai baik, namun dari semua
faktor yang memengaruhi kinerja yang komponen terjadi peningkatan terutama pada
disingkat menjadi ACHIEVE yang artinya assesment yang meningkat sebesar 39,4%.
Ability (kemampuan pembawaan), Capacity Perbedaan kinerja yang signifikan baik
(kemampuan yang dapat dikembangkan), kinerja pendokumentasian asuhan keperawatan
Help (bantuan untuk terwujudnya kinerja), dan komunikasi efektif SBAR di RSI Garam
Incentive (insentif material maupun non Kalianget juga tidak lepas dari peningkatan

339
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 330–341

knowledge perawat yang menggambarkan hasil notulensi sampai dengan konsep yang
bahwa yang semula knowledge perawat dikumpulkan. Perlu dilakukan supervisi terus
dengan kategori baik sebesar 37,9% meningkat menerus terutama pada kelengkapan pengisian
menjadi 72,4%. Sedangkan kategori format asuhan keperawatan dan komunikasi
knowledge kurang menurun sebesar 6,9%. efektif SBAR. Perlu pemberian reward dan
Pengetahuan dapat memengaruhi kinerja punishment bagi perawat yang mengisi format
karena lewat pengetahuan individu dapat asuhan keperawatan dan komunikasi efektif
meningkatkan kinerja. Dengan meningkatnya
SBAR secara lengkap dan bagi yang tidak
pengetahuan maka kemampuannya juga akan
mengisi secara lengkap. Perlu meningkatkan
meningkat dan akhirnya motivasinya juga akan
pencapaian kinerja pendokumentasian askep
meningkat. Hal tersebut yang menyebabkan
peningkatan kinerja pendokumentasian askep dan komunikasi efektif SBAR melalui
dan komunikasi efektif SBAR. Selain itu evaluasi dan monitoring secara berkala. Perlu
perawat mempunyai motivasi karena form membuat form askep yang ringkas dan jelas
isian yang ringkas dan mudah serta 62,1% dan didukung dengan prosedur yang jelas.
perawat menilai SPO pendokumentasian Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
asuhan keperawatan dan komunikasi efektif kajian lain tentang pendokumentasian asuhan
SBAR mudah dijalankan serta perawat juga keperawatan.
menilai sistematika SPO pendokumentasian
asuhan keperawatan dan komunikasi efektif KEPUSTAKAAN
SBAR jelas. Menurut Davies yang dikutip Anshori, 2005. Analisis Keunggulan Bersaing
oleh (Anshori, 2005), juga mengatakan bahwa Melalu i Pe ne r apa n K nowle dge
faktor yang memengaruhi pencapaian kinerja Management dan Knowledge-Based
adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor Strategy di Surabaya Palza Hotel.
motivasi (motivation). Manajemen Perhotelan Vol. 1, No. 2
september, 39–53.
Arsanti, A.T., 2009. Hubungan Antara
SIMPULAN DAN SARAN Penetapan Tujuan, Self-Efficacy dan
Simpulan Kinerja. Jurnal Bisnis dan Ekonomi
(JBE), September Vol. 16, No. 2 ISSN:
Knowledge perawat tentang 1412–3126, 97–110.
pendokumentasian asuhan keperawatan CPSI, 2010. Using SBAR for Communicate Falls
dan komunikasi efektif SBAR mengalami Risk and Management Interprofessional
peningkatan setelah pelaksanaan intervensi Rehabilitation Teams. Toronto: Canadian
SECI di RSI Garam Kalianget. Perbandingan Patient Safety Institute.
kinerja pendokumentasian asuhan keperawatan Depkes, RI., 2001. Konsep dan Proses
sebelum dan setelah pelaksanaan intervensi Keperawatan. Jakarta: Depkes RI.
SECI di RSI Garam Kalianget yaitu semua Diyanto, Y., 2007. Analisis Faktor-Faktor
komponen mengalami peningkatan terutama Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan
pada tindakan keperawatan. Sedangkan Keperawatan di Rumah Sakit Umum
komunikasi efektif SBAR semua komponen Daerah Tugurejo Semarang. Semarang:
t e r ja d i p e n i ng k at a n t e r ut a m a pa d a Tesis Program Pasca Sarjana Universitas
assesment. Diponegoro.
Ilyas, Y., 2002. Kinerja (Teori Penilaian
dan Kinerja). Depok: Pusat Kajian
Saran
Ilmu Kesehatan FKM Universitas
Perlu dilakukan for um berbagi Indonesia.
pengalaman baik antar perawat atau dengan Kosasih, 2007. Pengar uh K nowledge
nara sumber dalam komunikasi praktis secara Ma n age me nt t e rh a d ap K i ne r ja
berkala. Setiap forum berbagi pengalaman Karyawan Studi Kasus Departement
perlu dilakukan notulensi yang baik. Front Office Surabaya Plaza Hotel.
Perlu dilakukan pendokumentasian dan Manajemen Perhotelan Vol. 3, No. 2,
penyimpanan dokumen secara baik mulai dari September, 80–88.

340
Peningkatan Kinerja Pendokumentasian Asuhan Keperawatan (R. Arief Santoso, dkk)

Nursalam, & Effendi, F., 2008. Pendidikan Ryco, G.A., 2012. Hubungan Antara
Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Pengetahuan Perawat tentang Rekam
Medika. Medis dengan Kelengkapan Pengisian
Nursalam, 2011. Manajemen Keperawatan Catatan Keperawatan. Jurnal Penelitian
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Media Medika Muda, 1–12. Setiarso,
Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba B., Harjanto, N., & Subagyo, H. (2009).
Medika. Penerapan Knowledge Management
Nursalam, 2011. Proses dan Dokumentasi pada Organisasi. Yogyakarta: Graha
Keperawatan: Konsep dan Praktek Ilmu.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Setiarso, B., Harjanto, N., Triyono, & Subagyo,
Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian H., 2009. Penerapan Knowledge
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Management pa da Orga nisa si.
Pandawa, R., 2006. Determinan Perawat Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pelaksana dalam Pendokumentasian Tsai, T.H., Wu, H. J., Lin, M.L., & Hsia, L.
Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat T., 2006. A Framework For Designing
Inap RSUD Dr. H, Chasan Boesoirie Nursing Knowledge Management
Ternate. Jakarta: Program Pascasarjana System. Interdiciplinary Journal
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas of Information, Knowledge, and
Indonesia. Management Vol 1.
RSI Garam, Kalianget, 2011. Laporan Yunika, D.L, 2011. Pendekatan Knowledge
dan Evaluasi Peningkatan Mutu Management dalam Upaya Mencapai
Keperawatan Periode Juli – September Competitive Advantage. Majalah Ilmiah
2011. Kalianget Sumenep: RSI Garam Informatika Vol 2 Januari, 41–56.
Kalianget.

341

Anda mungkin juga menyukai