Anda di halaman 1dari 43

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sekilas Tentang Kentang

Kentang (Solanum tuberosum L) adalah salah satu tanaman budidaya, merupakan


tanaman dikotil yang bersifat semusim karena hanya satu kali berproduksi setelah itu
mati, berumur pendek antara 90-180 hari, dan berbentuk semak/herba. Tanaman ini
berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat bangsa Eropa
memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18 (Sukman,1997). Di daerah tropis
cocok ditanam di dataran tinggi. Pusat tanaman kentang utama di Indonesia adalah
Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa Timur), dan Bali. Di
beberapa daerah, ada yang menjadikannya makanan pokok. Kentang banyak
mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A. Selain itu, sebagai sumber
karbohidrat, mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi.
Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang mendapat prioritas dalam
proses produksinya karena dapat mendatangkan keuntungan bagi petani, memiliki
peluang dalam pemasaran dan ekspor, tidak mudah rusak seperti pada sayuran lainnya
dan juga memiliki kadar kalori, protein dan vitamin yang tinggi. Parabowo (2007:2)
mengungkapkan rendahnya produktivitas kentang di Indonesia disebabkan oleh
beberapa hal antara lain rendahnya mutu benih yang digunakan petani, tingginya biaya
produksi bibit, pengetahuan kultur teknis masih kurang, menanam kentang secara terus
menerus, umur panen yang kurang tepat, penyimpanan yang kurang baik, permodalan
yang terbatas dan yang paling utama adalah faktor kehilangan hasil akibat serangan
hama dan penyakit.

2.1.1 Klasifikasi Ilmiah Kentang


Kentang (Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran semusim,
berumur pendek dan berbentuk semak/herba (tanaman pendek tidak berkayu)..
Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi, setelah itu
mati. Umur tanaman kentang antara 90-180 hari. Memiliki umbi batang yang dapat
dimakan. Umbi kentang berbentuk bulat sampai lonjong dengan ukuran yang beragam.
Menurut Gembong (1994), kentang (Solanum tuberosum L) diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanun tuberosum L.
Dari tanaman ini dikenal pula spesies-spesies lain yang merupakan spesies liar,
di antaranya Solanum andigenum L, Solanum anglgenum L, Solanum demissum L dan
lain-lain.

2.1.2 Varietas Kentang


Menurut Budi Samadi (2011: 15) berdasarkan warna umbinya, kentang
dibedakan menjadi tiga golongan, sebagai berikut:
1. Kentang putih
Jenis kentang dengan kulit dan daging umbi berwarna putih. Kentang putih memiliki
rasa yang kurang enak, agak lembek, mudah hancur pada saat dimasak dan banyak
mengandung air. Contoh dari kentang putih seperti:
a) Marita: umbi berbentuk bulat pipih dan warna daging umbi putih kekuningan
Diamant: bentuk umbi oval memanjang, kulit umbi berwarna putih dan daging
pada umbi kekuningan
2. Kentang kuning
Jenis kentang dengan kulit dan umbinya berwarna kuning. Kentang kuning
merupakan kentang yang paling digemari dimasyarakat karena memiliki rasa yang
lebih enak, lebih gurih, tidak lembek, bertekstur lembut, tidak mudah hancur saat
dimasak dan kadar airnya rendah. Contoh dari kentang kuning seperti:
a) Granola: jenis ini merupakan jenis kentang yang unggul dikarenakan
produktifiasnya yang tinggi. Bentuk kentang jenis ini adalah oval. Cosima:
merupakan jenis kentang yang dikenalkan dari Jerman, bentuk dari kentang
jenis ini umbinya pipih, mata agak dalam, umbinya kurang baik jika digoreng
karena terlalu lembut
b) Thung: berbentuk bulat pipih, kulitnya berwarna kuning dan dagingnya putih
kekuningan. Tanaman ini rentan terhadap kerusakan
c) Agria: merupakan jenis kentang yang diperkenalkan dari Belanda. Berumbi
besar dan daging berwarna kuning tua
3. Kentang merah
Jenis kentang dengan warna kulit merah, namun daging umbi berwarna putih
kekuningan. Kentang merah memiliki rasa yang lebih manis dibanding kentang
jenis lainnya. Contohnya dari kentang merah seperti: •
a) Desiree: Bentuk umbi bulat atau oval, kulit umbi berwarna merah dan daging
umbi berwarna kuning kemerahan •
b) Kondor: Merupakan jenis kentang yang dikenalkan dari Belanda. Memiliki
umbi yang besar menyerupai ubi jalar, berbentuk oval, kulit umbi berwarna
kemerahan dan daging umbi berwarna kuning terang

2.1.3 Kandungan dan Manfaat Kentang


Sebagai sumber karbohidrat, kentang mempunyai potensi yang besar sebagai
pendamping beras. Di kota-kota besar terlihat adanya pergeseran pemanfaatan kentang
sebagai sumber karbohidrat. Hal ini terlihat dengan semakin menjamurnya restoran
cepat saji (fast food) yang pada umumnya menyediakan kentang goreng (french fries)
sebagai salah satu sajiannya. Bahkan di beberapa negara maju bisnis makanan ringan
dari kentang terutama keripik kentang (potato chips) mempunyai pangsa pasar terbesar
di antara produk makanan ringan.
Seperti yang telah dilansir oleh Live Science (2014) yang membahas mengenai
manfaat kentang bagi kesehatan yang diambil dari beberapa sumber, berikut manfaat
kentang bagi kesehatan diantaranya:
1. Menurunkan Tekanan Darah
Kentang kaya akan kalium dan juga mengandung zat kimia kukoamine yang dapat
membantu menurunkan tekanan darah. Tak hanya itu, serat yang ditemukan dalam
kentang dapat mengikat kolesterol dalam darah.
2. Menjaga kesehatan otak dan sistem saraf
Vitamin B-6 yang terkandung dalam kentang berguna untuk menjaga kesehatan
saraf, yaitu dengan menciptakan zat kimia otak termasuk serotonin, dopamine dan
norepinephrine.
3. Menjaga kekebalan tubuh.
Kentang mengandung vitamin C yang berguna untuk menjaga kekebalan tubuh.
4. Mengurangi peradangan.
Dalam Journal of Nutrition dikatakan bahwa kentang dapat mengurangi peradangan
dalam waktu dua minggu.
5. Melancarkan pencernaan
Kandungan serat yang tinggi pada kentang, menjadikan kentang sebagai salah satu
sayuran yang baik untuk pencernaan. Tak hanya itu, kandungan tinggi karbohidrat
dalam kentang juga membuat sayuran ini mudah dicerna sehingga tidak menambah
beban kerja sistem pencernaan kita.
6. Menjaga kesehatan jantung
Kandungan serat dalam kentang akan membantu membersihkan kolesterol di dalam
pembuluh darah yang a akan membantu menjaga kesehatan jantung. Begitu pula
dengan vitamin C dan B-6 yang akan menjaga fungsi pada jantung.
7. Membantu kinerja atletik
Sodium dan potasium yang terkandung dalam kentang akan membantu
mengembalikan keseimbangan elektrolit setelah berolahraga yang kehilangan
cairan tubuh lewat keringat.
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Kentang dan Singkong per 100g

Senyawa Units Value per 100 grams


Energy (Kcal) 58
Water (g) 83.29
Protein (g) 2.57
Total lipid (fat) (g) 0.10
Carbohydrate, by (g) 12.44
difference
Fiber, total dietary (g) 2.5
Calcium, Ca (mg) 30
Iron, Fe (mg) 3.24
Magnesium, Mg (mg) 23
Phosphorus, P (mg) 38
Potassium, K (mg) 455
Sodium, Na (mg) 10
Zinc, Zn (mg) 0.35
Thiamin (mg) 0.081
Riboflavin (mg) 0.038
Niacin (mg) 1.033
Vitamin B-6 (mg) 0.239
Folate, DFE (µg) 17
Vitamin C, total ascorbic (mg) 11.4
acid
Sugars (g) 1.70
Vitamin A, RAE (µg) 1
Vitamin A ( IU) 13
Vitamin E (alpha (mg) 0.19
tocopherol)
Vitamin K (µg) 1.9
(phylloquinone)

Sumber: USDA, 2014 (United States Department of Agriculture


2.2 Prinsip Kerja Mesin dan Diagram Alir Kerja

Gambar 2.1 Bagian Mesin

Keterangan :
1. Hopper 9. Panel surya
2. Sabuk 1 10. Inverter
3. Pulley motor 11. Baterai
4. Motor listrik 12. Corong masuk perajang
5. Poros motor 13. Poros perajang
6. Rangka mesin 14. Perajang
7. Pulley pengupas 15. Flay wheel
8. Bearing 16. Sabuk 2
2.2.1 Prinsip Kerja Mesin
Prinsip dari mesin perajang stik kentang dengan mengunakan sumber energi
surya. ini akan dirancang menjadi dua macam menurut penggunaan dayanya. Pertama
mesin dapat diawali dari motor listrik atau bisa diawali dari penyerapan panas oleh sel
surya,sel surya disini sebagai energi terbarukan tambahan. Jadi, mesin dapat bekerja
dengan listrik yang berasal dari baterai sel surya maupun langsung dari stop montak.
Saat motor dalam keadaan menyala maka motor listrik akan menggerakkan puli motor
yang dihubungkan dengan sabuk 1 ke puli pengupas yang mana ukuran puli 2 lebih
besar dari pada puli 1 karena digunakan untuk mereduksi putaran.
Setelah pengupas berputar, putaran tersebut akan di teruskan melalui poros
pengupas ke puli pengupas 2 dari puli pengupas 2 akan dipasang sabuk 2 yang mana
sabuk 2 akan diteruskan ke puli perajang, ukuran puli pengupas 2 dan puli perajang
lebih kecil karena digunakan untuk mereduksi putaran, setelah poros perajang berputar
maka akan menggerakkan alat perajang kentang. Keika kentang dimasukkan kedalam
hopper maka kentang akan masuk ketempat pengupasan, setelah itu kentng akan
terpisah dengan kulit dan dagingnya, daging akan masuk kesaluran masuk perajang dan
kulit akan terbuang keluar, setelah kentang masuk ke tempat perajang kentang akan
ditekan oleh sebuah piston yang mana dibawah piston tersebut sudah terdapat pisau
sehingga ketika kentang ditekan hasilnya akan membentuk sebuah stik.
2.2.2 Diagram Alir Kerja Mesin

B A C

START START START

Sollar cell Memasukan Kentang masuk


merubah B sumber energi
cahaya
matahari
menjadi
energi listrik Tempat
Listrik perajang
kentang

Charger
controlller ON Mesin Penampung
mengatur
stik kentang
pengisian
energi

Kentang masuk
STOP
Baerai
menyimpan
energi
Tempat
pengupasan END

Inverter
mengubah arus
DC menjadi AC C

AC distribusi
mengalirkan
arus Gambar 2.2 Diagram Alir Kerja Mesin
2.3 Dasar-Dasar Pemilihan Bahan
Setiap kali melakukan perencanaan mesin sangat penting sekali didalam
pertimbangan dalam pemilihan bahan yang hendak digunakan, agar bahan yang
digunakan sesuai dengan beban yang direncanakan. Hal penting dan mendasar yang
harus dipertimbangkan dalam pemilihan bahan adalah:
a) Sifat Fisis Bahan
Pertimbangan pemilihan bahan berdasarkan sifat fisis bahan ini bertujuan untuk
mengetahui sifat bahan seperti ketahanan terhadap korosi, titik leleh dan lain-lain.
b) Sifat Teknis Bahan
Sifat ini berkaitan dengan sifat suatu bahan dapat/ mampu bentuk. Artinya bahan
yang hendak digunakan ini mampu dikerjakan dengan pemesinan atau tidak. Jika
bahan tidak dapat dikerjakan dengan pemesinan maka bahan dapat diganti dengan
bahan lain yang mungkin dapat dikerjakan dengan pemesinan.
c) Sifat Mekanis Bahan
Untuk menentukan bahan yang hendak dipakai sifat mekanis bahan juga perlu
diketahui juga. Hal ini bertujuan dapat mengetahui kemampuan bahan dalam
menerima beban, tegangan, gaya yang terjadi, dll. Sifat mekanis bahan berupa
kekuatan tarik, modulus elastisitas, tegangan geser dan lain-lain.
d) Mudah Didapat Dipasaran
Pertimbangan ini perlu diperhatikan juga karena jika komponen mesin sulit
didapat maka mesin tidak dapat direncanakan atau sebaliknya dipasaran komponen
yang ada terbatas ini juga sangat membebani nantinya jika pada suatu saat mesin
mengalami kerusakan dan ada komponen yang harus di ganti komponen tersebut
tidak ada. Selain itu jika komponen tersedia dipasaran maka mesin yang
direncanakan akan selesai dengan tepat waktu.
e) Harga Murah
Harga yang murah ini juga harus dipertimbangkan dalam merencanakan mesin,
hendaknya harga komponen/ bahan menyesuaikan dengan kebutuhan. Sebaiknya
bahan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan harganya relatif murah dan
sesuai dengan rencana.
2.4 Komponen Utama Mesin Perajang Stik Kentang dengan Mengunakan
Sumber Energi Surya
2.4.1 Motor
Motor yang akan digunakan untuk menggerakkan poros tabung pengupas
kentang dan poros perajang kentang dengan dengan kecepatan putaran motor sesuai
dengan yang butuhkan yaitu 1400 rpm. Poros motor akan ditransmisikan ke puli
dengan menggunakan sabuk. Adapun jenis motor yang akan digunakan pada mesin
perajang stik kentang dengan mengunakan sumber energi surya ini adalah motor listrik
dengan pertimbangan sebagai berikut.
1. Getaran yang dihasilkan halus
2. Pengoprasiannya mudah
3. Perawatannya mudah
4. Hemat
5. Ringan
Maka perhitungan daya motor dapat dihitung dengan rumus:
1. Momen inersia
1
I = 2 . 𝑚. (𝑟)2 (Suharto, 1991:30)

2. Kecepatan sudut
2.𝜋.𝑛2
ω= (rad/s) (Suharto, 1991:30)
60

Dimana: ω = kecepatan sudut (rad/s)

n2 = kecepatan putar penggiling


ω
3. Percepatan sudut 𝛼 = (rad/𝑠 2 ) (Suharto, 1991:32)
𝑡

Di mana: 𝛼 = percepatan sudut (rad/𝑠 2 )

ω = kecepatan sudut (rad/s)

t = waktu yang di gunakan (60 s)


4. Torsi pengupas

T = I . 𝛼 (kg.m) (Suharto, 1991:36)

Dimana: 𝛼 = percepatan sudut (rad/𝑠 2 )

I = momen inersi (kg.mm)


Daya motor yang di butukan, pada proses perhitungan daya motor pada mesin perajang
stik kentang dengan mengunakan sumber energi surya dapat di tentukan dengan
persamaan:
5. Daya motor
2𝜋.𝑁.𝑇
P= (W) (Khurmi, 1980:410)
60

Di mana: P = daya motor yang di butuhkan (rad/𝑠 2 )


T = torsi (kg.mm)
N = putaran motor dalam rpm

2.4.2 Poros
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Poros memiliki
fungsi sebagai penerus daya bersamaan dengan putaran, peran dalam transmisi yang
seperti itu yang dipegang oleh poros (Sularso dan Suga, 1997:11). Menurut Sularso dan
Suga (1997:1) poros dalam meneruskan daya diklasifikasikan menurut
pembebanannya sebagai berikut:
2.4.2.1 Poros transmisi
Poros jenis ini mencapai beban puntir murni dan lentur. Daya yang
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pully sabuk atau sprocket,
rantai dll.

2.4.2.2 Spindel
Poros ini adalah poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama
mesin perkakas, dimana utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus dimiliki poros
ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
2.4.2.3 Gandar
Poros gandar biasanya dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana
tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar. Gandar ini
hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan untuk penggerak mula dimana
akan mengalami beban puntir juga. Berdasarkan bentuknya poros dapat digolongkan
atas poros lurus umum, poros engkol, poros fleksibel. Poros engkol sebagai poros
utama dari torak sedangkan poros fleksibel untuk transmisi daya yang kecil agar
mempunyai kebebasan untuk melakukan perubahan arah. Untuk merencanakan poros,
hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau beban lentur bahkan juga
dapat mengalami beban gabungan. Selain itu, poros juga mendapatkan beban tarik
dan tekan seperti yang terjadi pada poros baling-baling kapal atau turbin. Sehingga
kelelahan pada poros akibat tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila
diameter poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak hal tersebut harus
diperhatikan. Pada perencanaan sebuah poros, kekuatan poros terhadap beban –
beban yang di peroleh seperti diatas haruslah diperhatikan.
2. Kekakuan poros
Meskipun kekuatan poros yang dimiliki cukup tinggi, akan tetapi jika terkena
lenturan dan defleksi yang terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian atau
getaran dan suara. Selain kekuatan, kekakuan juga perlu diperhatikan pada saat
merencanakan poros yang hendak dipakai.
3. Putaran kritis
Putaran kritis adalah apabila suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Hal ini dapat terjadi pada motor
bensin, motor diesel, motor listrik dan dapat menyebabkan kerusakan pada poros
dan bagian-bagian yang lainnya. Oleh karena itu poros harus direncanakan
sedemikian serupa sehingga putaran kerja yang dihasilkan atau yang terjadi lebih
rendah dari putaran kristis.
4. Bahan poros
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan difinish.
Baja karbon dari konstruksi mesin disebut baja S-C dari baja yang dioksidasi dengan
ferisilikon dan dicor, kadar karbon terjamin. Penarikan dingin membuat permukaan
poros menjadi keras dan kekuatannnya bertambah besar. Poros yang dipakai untuk
meneruskan putaran tinggi dan beban, umumnya dibuat dari baja paduan dengan
pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan.
5. Korosi
Bahan-bahan yang tahan korosi harus dipilih untuk proses propeler pompa bila
terjadi kontak dengan fluida yang korosif, demikian pula untuk poros-poros yang
direncanakan akan terjadi sampai pada batas-batas tertentu dapat puladilakukan
terhadpa poros. Kavitasi dan poros-poros mesin yang sering berhenti lama

Tabel 2.2 Baja Karbon untuk Konstruksi Mesin dan Baja Batang untuk Poros

Standar dan Lambang Perlakuan Kekuatan Keterangan


macam panas tarik
(kg/mm2)
Baja karbon S30C Penormalan 48
konstruksi S30C - 52
mesin S40C - 55
(JIS G 4501) S45C - 58
S50C - 62
S55C - 66
Batang baja S35C-D - 53 Ditarik dingin,
yang difinis S45C-D - 60 digerinda, dibubut,
dingin S55C-D - 72 atau gabungan antara
hal – hal tersebut

Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1983 : 3


Tabel 2.3 Baja Paduan untuk Poros

Standar dan macam Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik (kg/mm2)


Baja khrom nikel SNC 2 - 85
(JIS G 4120) SNC 3 - 95
SNC 21 Pengerasan kulit 80
SNC 22 - 100
Baja khrom nikel SNCM 1 - 85
molibden SNCM 2 - 95
(JIS G 4103) SNCM 7 - 100
SNCM 8 - 105
SNCM 22 Pengerasan kulit 90
SNCM 23 - 100
SNCM 25 - 120
Baja khrom SCr 3 - 90
(JIS G 4104) SCr 4 - 95
SCr 5 - 100
SCr 21 Pengerasan kulit 80
SCr 22 - 85
Lanjutan Tabel...
Standar dan macam Lambang Perlakuan panas Kekuatan tarik (kg/mm2)
Baja khrom molibden SCM 2 - 85
(JIS G 4105) SCM 3 - 95
SCM 4 - 100
SCM 5 - 105
SCM 21 Pengerasan kulit 85
SCM 22 - 95
SCM 23 - 100

Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1983 : 3


2.4.2.4 Perhitungan Poros
Dalam perhitungan poros untuk mesin perajang stik kentang dengan
mengunakan sumber energi surya ini dipilih bahan S45C, yang memiliki densitas (𝜌)
sebesar 7800 kg/m3, dengan komposisi dan sifat mekanis sebagai berikut:

Tabel 2.4 Komposisi Dan Sifat Mekanik Bahan Untuk Poros

Komposisi dan sifat Mekanik Kandungan


Karbon (C) 0,42% - 0,48%
Chromium (Cr) 0,2%
Nickel (Ni) 0,2%
Magnesium (Mn) 0,6% - 0,9%
Silikon (Si) 0,15% - 0,35%
Sulfur (S) 0,035%
Fosfor (P) 0,03%
Molibdenum (Mo) 0
Kekuatan Tarik 58 kg/mm2

Sumber: http://ditcher-sugarcane.blogspot.com/2009/07/disain-ditcher-untuksaluran-
drainase_15.html

Tabel 2.5 Jenis-Jenis Faktor Koreksi Berdasarkan Daya yang Akan Ditransmisikan

Daya yabf di transmisikan Fc


Daya rata-rata 1,2 – 2,0
Daya maksimum 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1,5

Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1983 : 20


Tabel 2.6 Batang Baja Karbon yang Difinis Dingin (Standar JIS)

Sumber: Sularso, 1994


1. Momen puntir

𝑃𝑑
T = 9,74 x 105 (kg.mm) (Sularso dan Suga, 1997:7)
𝑛1

Dimana: T = momen puntir (kg.mm)

Pd = daya yang di rencanakan (kW)

n1 = putaran dalam rpm

2. Tegangan geser

5,1.𝑇
𝜏= (kg/mm2 ) (Sularso dan Suga, 1997:7)
𝑑𝑠3

Dimana: T = momen puntir (kg.mm)

ds = diameter poros (mm)

3. Tegangan geser ijin


σ
𝜏ba = 𝑆𝑓1 𝑥𝑎 𝑆𝑓2

Dimana: σ𝑎 = tegangan Tarik (kg/mm2 )

Sf1 = fakor keamanan

Sf2 = fakor keamanan

Tabel 2.7 Faktor-Faktor Koreksi Daya yang Akan Ditransmisikan fc

Daya yang akan ditransmisikan fc


Daya rat-rata yang diperlukan 1,2-2,0
Daya maksimal yang diperlukan 0,8-1,2
Daya normal 1,0-1,5

Sumber: Sularso dan Suga, 1978:7


4. Diameter poros

5,1
d𝑠 = [ 𝜏 𝐾𝑡 𝐶𝑏 𝑇]1/3 (Sularso dan Surga,1997:8)
𝑎

5,1
d𝑠 = [(𝜏𝑏𝑎) √(𝐾𝑚 × 𝑀)2 + (𝐾𝑡 × 𝑇)2 ]1/3(mm) (Sularso dan Surga,1997:18)

Dimana: Km = factor koreksi (1,5 untuk beban dengan tumbukan ringan)

Kt = fakor koreksi (1 unuk beban dikenakan secara halus)

T = momen puntir (kg.mm)

Cb = faktor lenturan

M = momen lentur gabungan maksimum (kg.mm)

Tabel 2.8 Diameter Poros

Sumber: Sularso dan Suga, 1978:9

Keterangan: 1. Tanda* menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standar
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang
bantalan gelinding
Gambar 2.3 Faktor Koreksi Tegangan 𝜶 untuk Pembebanan Puntir Statis dari Suatu
Poros Bulat dengan Alur Pasak Persegi yang Diberi Filet
Sumber: Sularso dan Suga, 1978:9

Gambar 2.4 Faktor Konsentrasi Tegangan 𝜷 untuk Pembebanan Puntir Statis dari
Suatu Poros Bulat dengan Pengecekan Diameter yang Diberi Filet
Sumber: Sularso dan Suga, 1978:11
5. Putaran kritis

ds2 L
Ncr = 52700. 𝐼 . √𝑊 (rpm) (Sularso dan Suga,1997:19)
1. 𝐼2

Dimana: L = Panjang poros antara bantalan penumpu

𝐼1. 𝐼2 = jarak dari bantalan yang bersangkutan ke titik pembebanan

W = berat total benda yang berputar

6. Pengecekan tegangan geser maksimum

5,1
𝜏 max = [(𝑑s 2 2 1/3
3 ) √(𝐾𝑚 × 𝑀) + (𝐾𝑡 × 𝑇) ] (kg/mm2 ). (Sularso danSuga, 1997:23)

7. Salah satu syarat poros adalah


𝜏max < 𝜏a (memenuhi syarat) (Sularso dan Suga, 1997: 18)
Perbandingan antara putaran kritis poros mesin (Ncr) yang terjadi dengan putaran
poros mesin (np) yang direncanakan harus lebih besar atau dibawah dari
perbandingan putaran kritis mesin yang disyaratkan, yaitu 0,6-0,7. Ncr/np ≤ 0,6
(Sularso dan Suga, 1991:23)”.

2.4.3 Puli
Puli adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mengaitkan atau
meletakkan sabuk. Pada dasarnya puli mempunyai prinsip kerja yang sama dengan
sproket, perbedaannya terletak pada media yang dikaitkan. Jika puli yang dikaitkan
adalah sabuk, sedangkan sproket media yang dikaitkan adalah rantai.
Puli banyak dibuat dari bahan besi cor, baja cor, baja tempa dan paduan
alumunium. Puli dari bahan besi cor memiliki nilai koefisien gesek yang lebih tinggi
dibandingkan dengan puli dari bahan baja tempa. Kedudukan puli penggerak dan puli
yang digerakkan pada poros harus senter (lurus) agar sabuk tidak mudah lepas dari
kedudukan puli.
2.4.3.1 Jenis-Jenis Konstruksi Puli
Jenis-jenis konstruksi puli dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Alur Puli
Jenis konstruksi puli yang didasarkan jenis alur yang digunakan dalam
hubungannya dengan sabuk dibedakan atas alur puli untuk sabuk rat, alur V
tunggal yang digunakan untuk jenis sabuk yang berpenampang V, dan alur V
ganda untuk sabuk berpenampang V dan U.
2. Puli Tingkat
Jenis konstruksi puli ini dibedakan berdasarkan jumlah sabuk yang dihubungkan
dengan puli. Puli bertingkat satu atau tunggal digunakan untuk menghubungkan
dengan satu buah sabuk saja, dan puli bertinglat lebih dari satu digunakan untuk
puli yang menggunakan lebih dari satu sabuk. Untuk jenis puli bertingkat ini,
ukuran diameter puli berbeda sesuai dengan kenaikan diameter porosnya. Begitu
juga dengan diameter luarnya, dapat berbeda sesuai degan kenaikan diameternya.
3. Pengunci Puli
Pengunci puli berguna untuk mengunci antara puli dengan poros sehingga tidak
terjadi pergeseran letak kedudukan puli ketika mentransmisikan putaran. Jenis
pengunci antara puli dan poros ini dapat berbentuk pasak, baut pengunci dan spi
penahan puli.

2.4.3.2 Perhitungan Puli


Dari tabel V-belt, untuk tipe A diketahui ukuran-ukuran puli sebagai berikut:
e: 12,5 mm, c: 3,5 mm, t: 16 mm, s: 10mm, ϴ: 400.
1. Diameter luar puli penggerak
Dout = D + 2.c (Dobrovolsky, 1976:231)
2. Diameter dalam puli penggerak
Din = Dout - 2.e (Dobrovolsky, 1976:231)
3. Lebar puli
B = (z – 1). t + 2.s (Dobrovolsky, 1976:231)
Dimana:
B = lebar puli
z = jumlah sabuk yang direncanakan
t = jarak antara dua alur puli (mm)
s = jarak antara tepi an alur puli (mm)

Tabel 2.9 V-Belt

Sumber: Dobrovolsky, 1976:226

4. Volume puli
𝜋 2 2
Vp2 = 4 𝐵. (𝐷𝑜𝑢𝑡2 -𝐷𝑖𝑛2 ) (Khurmi, 1980:719)

5. Berat puli
W= ρ. V (kg) (Khurmi, 1980:719)
Diman:
W = berat puli (kg)
Ρ = massa jenis (kg/mm3)
V = volume puli (mm3)

2.4.4 Sabuk
Sabuk dipakai untuk memindahkan daya antara dua poros yang sejajar. Belt atau
sabuk digunakan untuk menghubungkan dua buah poros yang mempunyai jarak
renggang yang agak jauh (yang tidak mungkin ditransmisikan oleh roda gigi). Poros-
poros tersebut harus dipisahpada suatu jarak minimum tertentu yang tergantung pada
jenis pemakaian sabuk, agar bekerja secara efisien. Sabuk dibuat dengan bahan karet,
kulit dan campuran getah. Menurut bentuk sari sabuk sebagai sistem transmisi, sabuk
dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Sabuk rata (Flat Belt)
Sabuk jenis ini biasanya dipasang pada pully silinder dan meneruskan momen
antara dua poros. Sabuk ini umumnya tidak menimbulkan suara (tidak berisik),
efisien pada putaran yang tinggi, dan dapat mentransmisikan daya besar dengan
jarang yang panjang.
2. Sabuk penampang trapesium (V-Belt)
Sabuk ini biasanya dipasang dengan membelitkannya dikeliling alur pully
berbentuk V dan meneruskan putaran dua poros. Sabuk jenis ini biasanya
digunakan pada jarak pendek dan daya yang dihasilkan besar pada tegangan yang
relatif rendah serta tidak ada sambungan pada sabuknya.
V- belt terbuat dari karet dengan inti dari bahan tetoron atau bahan sejenis.
Penampang V-belt berbentuk trapesium. V-belt dibelitkan disekeliling aluar luar
pully yang juga berbentuk V. Bagian yang memebelit pully akan mengalami
lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah. V-belt biasanya
dipakai untuk menghubungkan poros –poros yang sejajar dengan arah putaran yang
sama. Daya yang dipindahkan dapat ditingkatkan dengan mengatur V-belt pada
posisi sebeleh menyebelah.

Gambar. 2.5 Konstruksi Sabuk V


(Sumber: Khurmi,2005:728)
3. Sabuk dengan gigi (Timing Belt)
Sabuk deengan gigi ini merupakan jenis sabuk yang biasanya dipasang secara
berpasangan dengan jenis pully, untuk meneruskan putaran secara tepat. Sabuk
jenis ini memiliki kecenderungan selip yang kecil, daya yang ditransmisikan
konstan dan dengan adanya gigi memungkinkan untuk mendapatkan putaran rendah
atau tinggi.

Gambar 2.6 Mavam-Macam Sabuk


Sumber: Sularso dan Suga, 1978:187
2.4.4.1 Perhitungan pada sabuk:

` Gambar. 2.7 Profil Alur Sabuk

Sumber: Sularso dan Suga,1991:165

Perencanaan pully dan sabuk-V haruslah menggunakan suatu perhitungan.


Rumus perhitungan untuk pully dan sabuk-v antara lain untuk menentukan
perbandingan transmisi, keceptan sabuk, dan panjang sabuk. Rumus perhitungan
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perbandingan transmisi

𝑛1 𝑑𝑝
Dimana: = (Sularso dan Suga, 1991:166)
𝑛2 𝐷𝑝

n1 = putaran poros pertama (rpm)


n2 = putaran poros kedua (rpm)
dp = diameter pully penggerak (mm)
Dp = diameter pully yang digerakkan (mm)
2. Kecepatan sabuk

𝜋.𝑑.𝑛
V= (m/s) (Sularso dan Suga, 1991:166)
60𝑥1000

Dimana: V = kecepatan sabuk (m/s)

d = diameter pully (mm)


n = putaran moor disel (rpm)
3. Kecepatan linier sabuk
𝑑𝑝.𝑛
V= (m/s) (Dobrovolsky, 1976:252)
60𝑥1000
Dimana: V = kecepatan linier sabuk (m/s)
Dp = diameter penggerak (mm)
N = putaran moor disel (rpm)

Gambar. 2.8 Diagram Pemilihan Sabuk


Sumber: Sularso dan Suga, 1991:164

4. Jarak sumbu poros

𝑏+ √b2 −8(Dp−dp)2
𝐶= (mm) (Sularso dan Suga, 1991:170)
8

Dimana: Dp = diameter pully besar (mm)


Dp = diameter pulli kecil

5. Luas penampang sabuk A sebagai berikut

𝑎+𝑏
A= . t (mm2)
2

6. Panjang sabuk

(Dp−dp)2
L = 2C + π/2 (dp + Dp) (Sularso dan Suga, 1991 : 170)
4𝑐
Dimana: L = Panjang sabuk (mm)

C = jarak sumbu poros (mm)

Dp = diameter pully (mm)

Dp = diameter pully yang di gerakan (mm)

Untuk perhitungan perancangan ini perancnag menyesuaikan panjang sabuk (belt)


yang ada dipasaran, sesuai dengan tabel panjang sabuk di tabel (Sularso dan Suga,
1991:168).
(Dp−dp)
7. Sudut kontak α = 180° - (Sularso dan Suga, 1991:173)
𝑐
Dimana: α = sudu kontak (rad)
C = jarak sumbu poros (mm)

Dp = diameter pully (mm)

Dp = diameter pully (mm)

8. Berat sabuk

W = A . L. 𝜌 (kg) (Khurmi, 2005:722)

Dimana: W = berat sabuk (kg)

A = luas sabuk (m2 )

𝜌 = massa jenis sabuk (kg/m3 )

L = Panjang sabuk (m)


Tabel. 2.10 Panjang Sabuk V Standar

Sumber: Sularso dan Suga, 1991:168

Gaya-gaya yang terjadi pada sabuk sebagai berikut.


102.N
9. Gaya keliling Prated = (kg) (Dobrovolsky, 1976:252)
𝑣
Dimana: N = daya motor (rpm)
10. Gaya akibat beban lebih
P = β. Prated (kg) (Dobrovolsky, 1976:252)
Dimana: β = faktor konntak (1,5)
11. Tegangan maksimum sabuk
P γ.𝑣 2 ℎ
σ𝑚𝑎𝑥 = σ0 + + + 𝐸𝑏 (kg/cm) (Dobrovolsky, 1976:252)
10.𝑔 10.𝑔 𝐷

Dimana: σ0 = tegangan awal sabuk V (12 kg/c𝑚2 )


P = gaya aksial beban lebih (kg)
F = luas penampang sabuk (c𝑚2 )
z = jumlah sabuk (1)
γ= berat jenis sabuk (1,25-1,5), diambil 1,5
g = percepatan grafitasi bumi (9,8 m/detik 2 )
𝐸𝑏 = modulus elestisitas bahan sabuk 800-1000 (kg/c𝑚2 ), diambil 800
kg/c𝑚2
H = tebal sabuk (0,9 cm)
D = diameter pully penggerak (cm)
12. Gaya sentrifugal
𝑊
Fc = . 𝑣 2 (kg) (Khurmi, 1980:669)
𝑔

Dimana: W = berat sabuk (kg)


G = grafitasi bumi (9,8 m/detik 2 )
v = kecepatan sabuk (m/detik 2 )

Gaya maksimum sabuk kencang (T1)

Gambar. 2.9 Tegangan Gaya Sabuk

Sumber: Khurmi, 1980:670


13. Gaya maksimum sabuk kencang
T1 = T-Fc (N) dan T𝑡2 = T2 + Fc (N) (Khurmi, 1980:670)
Dimana: T = σ𝑚𝑎𝑥 . A
14. Koefisien gesek antara pully dengan sabuk
42,6
𝜇 = 0,54 − (Khurmi, 1980:651)
152,6.𝑉

15. Gaya maksimum sabuk kendor


𝑇1
2,3 log = 𝜇 .θ (N) (Khurmi, 1980:666)
𝑇2
Dimana: 𝜇 = koefesien gesek antara pully dan sabu
Θ = sudut kontak sabuk
16. Gaya yang bekerja pada sabuk
Terdiri dari gaya vertikal dan gaya horizontal.Khurmi (1980:660) menyatakan
gaya-gaya yang bekerja pada sabuk sebagai berikut:
T2 −T1
Sinα =
x1

Dimana:r2 = jari-jari puli penggerak (mm)

r1 = jari-jari puli yang digerakkan (mm)


x1 = C = jarak antara kedua sumbu (mm)
17. Gaya vertikal sabuk
Tv1 = Tt1 . cos α
Fv = Tv1 –Tv2

Gambar. 2.10 Gaya Vertikal Sabuk


18. Gaya horizontal sabuk
Th = Tt1 . sin α
Fh = Th1 –Th2

Gambar. 2.11 Gaya Horizontal Sabuk

19. Umur sabuk


N𝑏𝑎𝑠𝑒 𝜎𝑓𝑎𝑡
H= ( )m jam (Dobrovolsky, 1976:248)
3600.𝑣.𝑋 𝜎𝑚𝑎𝑥

Dimana: H = umur sabuk (jam)


𝑁𝑏𝑎𝑠𝑒 = dasar dari tes titik lelah diasumsikan 107 putaran
σ𝑓𝑎𝑡 = tegangan sabuk V-belt (9,3 kg/cm2)

σ𝑚𝑎𝑥 = tegangan maksimum sabuk (kg/cm2)


m = V-belt (8)
X = jumlah puli
V1 = v/l (0,093 cm2/detik)

V2 = v/l (0,103 cm2/detik)


2.4.5 Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus dan aman.
Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya
dapat bekerja dengan baik (Sularso dan Suga, 1997:103)”. Selain itu bantalan juga
mempunyai peran sebagai pembatas gerak dari poros agar poros selalu berada pada
posisi yang benar. Menurut Sularso dan Suga (1997:103) Pada dasarnya bantalan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

2.4.5.1 Klasifikasi Bantalan


Pada dasarnya bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Sularso dan Suga,
1978:103). Klasifikasi berdasarkan gerak bantalan terhadap poros adalah.
1. Bantalan luncur
Pada bantalan jenis ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan
pelumas. Kelebihan dari bantalan luncur adalah menghemat tempat arah radial,
lebih tahan terhadap gaya-gaya kejutan (tumbukan), gaya sentrifugal dan putaran
tinggi, pembuatan yang mudah serta memiliki daya tahan lama. Sedangkan
kekurangannya adalah sering mengalami keulitan percobaan setelah dipasang,
pemasangan sulit, system pelumas, dan gesekan yang terjadi besar.
2. Bantalan gelinding
Bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang
diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum dan rol
bulat. Kelebihan dari bantalan gelinding adalah gesekan sangat kecil dan suhu
yang ditimbulkan tidak terlalu tinggi, perlawanan gesekan permulaan berputar dan
setelah berputar hampir sama, sedikit memelukan pelumas tidak mengalami
kesulitan mengenai percobaan jalan, penggantian yang mudah, keausan poros
tidak ada mengehemat tempat arah aksial sehingga ukuran poros dapat
diperpendek, sedangkan kekurangannya adalah memerlukann tempat agak besar
arah radial, daya tahan pendek, kurang tahan terhadap gaya tumbukan dan putaran
tinggi, serta pembuatan sulit dan teliti. Dalam perencanaan ini dipilih bantalan
gelinding bola radial alur dalam baris tunggal, karena arah putaran poros nantinya
lebih tenang dan mudah dalam pemberian pelumas dan juga keakuratan bantalan
pada kecepatan tinggi, kemampuan terhadap gesekan, serta umur bantalan.

Gambar. 2.12 Macam-Macam Bantalan Gelinding

Sumber: Sularso dan Suga,1997:129

a. Klasifikasi berdasarkan arah beban terhadap poros sebagai berikut.


(a) Bantalan radial adalah bantalan yang arah bebannya tegak lurus dengan sumbu
poros.
(b) Bantalan aksial adalah bantalan yang arah bebannya sejajar dengan sumbu
poros.
(c) Bantalan kombinasi adalah bantalan yang mampu menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus dengan sumbu poros.
b. Kelebihan dan kekurangan bantalan luncur dan bantalan gelinding adalah sebagai
berikut:
(a) Bantalan luncur
Kelebihan bantalan luncur:
 Mampu menumpu poros yang memiliki putaran tinggi dengan besar
 Konstruksinya sederhana dan dapat dibuat serta dipasang dengan mudah
 Dapat meredam tumbukan dan getaran sehingga hampir tidak bersuara
 Tidak memerlukan ketelitian tinggi sehingga harga lebih murah.

Kekurangan bantalan luncur:


 Gesekan besar pada waktu mulai jalan
 Memerlukan momen awal yang besar
 Pelumasnya tidak begitu sederhana
 Panas yang timbul dari gesekan besar sehingga emerlukan pendinginan
khusus
(b) Bantalan kelinding
kelebihan bantalan gelinding:
 Cocok untuk beban kecil
 Gesekan rendah
 Pelumasanya sederhana

Kekurangan bantalan gelinding:


 Harganya lebih mahal karena ketelitianya yang tinggi
 Pada putaran yang tinggi
2.4.5.2 Perhitungan Bantal

Gambar. 2.13 Diagram Analisis Gaya Pada Bantalan

Pehitunag untuk bantalan radial (kecuali bantalan rol silinder) adalah sebagai
berikut.
1. Beban ekuivalen dinamis

Pr = X .V. Fr + Y. Fa (Sularso dan Suga, 1997:135)


Dimana: X = faktor beban radial (0,54)
V = faktor beban putaran cincin dalam (1)
Y = faktor beban aksial (1,45)
Fr = gaya radial pada tumpuan beban terbesar (kg)
Fa = gaya aksial (0)

2. Faktor kecepatan
1
33,3
Fn =( 𝑛 ) 3 (Sularso dan Suga, 1997:136)

Dimana: n = putaran poros transmisi (rpm)

3. Factor umur bantalan


c
Fh = Fn . (Sularso dan Suga, 1997:136)
𝑃𝑟

Dimana: C = beban nominal spesifik (kg)

𝑃𝑟 = beban ekuivalen di namis (kg)

4. Umur nominal bantalan bola

Lh = 500 (fh)3 (Sularso dan Suga, 1997:136)


Tabel. 2.11 Pemilihan Jenis Bantalan

Sumber: Sularso dan Suga, 1997:143

2.4.6 Pasak

Pasak merupakan elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan elemen-


elemen mesin seperti roda gigi, pully sprocket, dan kopling pada suatu poros. Pasak
berfungsi sebagai pengunci antara roda gigi atau pully pada poros sehingga daya yag
ada dapat diteruskan, selain itu pasak berfungsi untuk:

1. Menyambung beberapa mesin bagian yang satu terhadap bagian yang lain
dengan memakai pasak bertingkat.
2. Untuk memindahkan daya mesin yang satu dengan yang lain dalam satu arah
tertentu dengan menggunakan pasak penyetel.
3. Untuk menjaga agar elemen mesin tidak berputar (slip).
Pasak pada umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam menurut
letaknya pada poros, antara lain; pasak pelana, pasak rata, pasak benam, dan pasak
singgung yang semuanya pada umumnya berpenampang segi empat. Dalam arah
memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus. Pasak benam prismatis ada
yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping macam diatas ada pula pasak
tembereng dan pasak jarum (Sularso dan Suga, 1997:24).

Gambar. 2.14 Macam-Macam Pasak


Sumber: Sularso dan Suga, 1997:24

Pada pasak yang rata, sisi sampingnya harus pas dengan alur pasak agar pasak
tidak menjadi goyah dan rusak. Untuk pasak pada umumnya dipilih bahan yang
memiliki kekuatan tarik yang lebih dari 60 kg/mm2, lebih besar dari kekuatan tarik
porosnya namun terkadang sengaja dipilih bahan pasak yang lebih lemah dari bahan
porosnya. Ini disebabkan harga pasak yang lebih mudah dan lebih murah
menggantinya. Dalam perencanaan ini pasak yang dipakai adalah pasak benam, karena
bahan yang dipakai untuk pasak adalah bahan yang lebih lunak dari bahan poros
sehingga ketika pasak akan diganti yang baru pemasangan pasak lebih mudah karena
alur untuk pasak sudah ada pada poros dan pully.
2.4.6.1 Perhitungan pasak

Gambar. 2.15 Pasak

Gambar. 2.16 Ukuran Pasak


Sularso dan Suga, 1997:10

1. Momen torsi pada pasak


Mt = (T1 -T2 ).R (kg) (Khurmi, 1982:410)
Dimana: T1 = gaya maksimum sabuk kencang (kg)
T2 = gaya maksimum sabuk kendor (kg)
R = jari-jari pully besar (mm)
2. Gaya tangensial
2.𝑀𝑡
Ft = (kg) (Dobrovolsky, 1976:276)
𝑑𝑠

Dimana: 𝑀𝑡 = torsi (kg.mm)


ds = diameter poros (mm)
3. Tegangan geser pada pasak
𝐹𝑡
τg = 𝑏.𝑙 kg/mm2 (Dobrovolsky, 1976:276)
Dimana: b = lebar pasak
l = panjang pasak
4. Tekanan permukaan pasak
𝐹𝑡
P = 𝑖.𝑡 kg/mm2 (Sularso dan Suga, 1978:27)
1

Dimana: t1 = kedalaman pasak pada poros

2.4.7 Spesifikasi Kerangka Mesin


Perancangan mesin perajang stik kentang dengan mengunakan sumber energi
surya. kerangka yang digunakan adalah baja hollow dengan ukuran 40 mm x 40 mm x
2mm yang ada dipasaran. Dengan menyesuaikan dimensi mesin.
Sambungan yang digunakan adalah sambungan las. Mengelas sendiri memiliki
arti yaitu, aktivitas menyambung 2 bagian benda atau lebih dengan menggunakan
bahan tambah maupaun tanpa bahan tambah dengan cara memanaskan keduanya
sehingga keduanya saling menyatu. Secara khusus las dapat didefinisikan sebagai suatu
ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilakukan dalam
keadaan cair. Las yang dipakai pada perancangan ini menggunakan las jenis SMAW
(Shield Metal Arc Welding) dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Arus yang dipakai : DC 50-60 Ampere
2. Electroda: RB 2,6 E6013

2.4.8 Spesifikasi Energi Surya


Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah pembangkit listrik yang
mengubah energi surya menjadi energi listrik.Pembangkitan listrik bisa dilakukan
dengan dua cara, yaitu secara langsung menggunakan photovoltaic dan secara tidak
langsung dengan pemusatan energi surya. Photovoltaic mengubah secara langsung
energi cahaya menjadi listrik menggunakan efekelektrik. Pembangkit listrik tenaga
surya tipe photovoltaic adalah pembangkit listrik yang menggunakan perbedaan
tegangan akibat efek fotoelektrik untuk menghasilkan listrik. Solar panel terdiri dari 3
lapisan, lapisan panel P di bagian atas, lapisan pembatas di tengah, dan lapisan panel
N di bagian bawah. Efek fotoelektrik adalah di mana sinar matahari menyebabkan
elektron di lapisan panel P terlepas, sehingga hal ini menyebabkan proton mengalir ke
lapisan panel N di bagian bawah dan perpindahan arus proton ini adalah arus listrik.
Kanudungan cahaya matahari terdapat foton atau partikel energi surya. Foton
inilah yang akan dikonversikan menjadi energi listrik. Panjang antara jenis foton yang
satu dengan yang lainnya berbeda. Santhiarsa dan Kusuma (2005:30) memaparkan
bahwa energi foton yang diserap oleh sel surya, kemudian akan diserahkan sebagian
atau seluruhnya kepada elektron mampu lepas dari posisi normalnya terhadap atom
sehingga menjadi arus dalam satu sirkuit listrik. Sistem sel surya yang digunakan di
permukaan bumi terdiri dari panel sel surya, rangkaian kontroler pengisian (charge
controller), dan aki (batere) 12 volt yang maintenance free. Panel sel surya merupakan
modul yang terdiri beberapa sel surya yang digabung dalam hubungkan seri dan paralel
tergantung ukuran dan kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul
sel surya 20 watt atau 30 watt. Modul sel surya itu menghasilkan energi listrik yang
proporsional dengan luas permukaan panel yang terkena sinar matahari.

2.4.8.1 Modul Surya


Modul surya merupakan komponen yang terdiri dari kepingan komponen
modul-modul surya yang digabungkan menjadi satu panel yang berfungsi mengubah
atau mengkonversi energi cahaya matahari menjadi energi listrik. Hasil dari
pengkonversian energi tersebut dapat digunakan sebagai kebutuhan energi listrik
sehari-hari. Terdapat dua komponen dalam modul, yaitu solar arry dan junction box,
fungsi solar arry untuk menyerap energi matahari dan dirubah menjadi energi listrik
(DC) dan menyalurkannya ken junction bax. Sedangkan fungsi dari junction box adalah
menyalurkan listrik (DC) dari solar array ke charge contrller dan berfungsi sebagai
breaker. Perhitungan untuk modul surya sebagai berikut.
1. Kapasitas daya modul surya
𝐸𝑡
Cpanel surya = 𝐼𝑀x FP (Djaufani, 2015:78)

Dimana: ET = Energi total beban (watt jam perhari)


IM = Insolasi Matahari (Kwh/m2)
FP = Faktor Penyesuaian
2. Persentase jatuh tegangan
𝑉𝑁𝐿 − 𝑉𝐹𝐿
VR (%) = x 100% (Djaufani, 2015:81)
𝑉𝐹𝐿

Diman: VNL = Tegangan pada saat beban nol


VFL = Tegangan pada saat berbeban
3. Keluaran harian minimum modul
𝐽𝑆𝐺
Tnominal = 𝑀𝑆𝐺 1000 (Djaufani, 2015:82)

Dimana: Tnominal = Lamanya modul mendapatkan sinar global (jam)


JSG = Jumlah Sinar Global (Wh/m2)
MSG = Maksimum Sinar Global 1000 (Watt/m2/hari)
4. Energi yang dihasilkan oleh modul surya
Emodul = Pnom x Tnom (Djaufani, 2015:83)
Dimana: Emodul = Energi yang dihasilkan modul surya (Wh/hari)
Pnom = Daya nominal modul (Watt)
Tnom = Lamanya modul mendapatkan sinar global (jam)
5. Jumlah minimum modul surya
∑Modul surya = ET x 100% : Emodul : DOD (Djaufani, 2015:83)
Diman: ET = energi total beban (watt.jam/hari)
Emodul = energi yang dihasilkan modul surya (wh/hari)
6. Luas keseluruahan sel surya
Luas = (¼ π d2) x 36 (Djaufani, 2015:83)
Dimana: d = diameter keping surya
7. Faktor pengisian
𝑉𝑚𝑝 .𝐼𝑚𝑝
FF = (Djaufani, 2015:84)
𝑉𝑜𝑐 .𝐼𝑠𝑐

Dimana: Voc = Tegangan open circuit ( volt )


Isc = Arus short circuit ( Ampere )
Vm = Tegangan nominal ( volt )
Im = Arus ( Ampere )
8. Efisiensi modul
𝑃𝑜𝑢𝑡 𝑉𝑜𝑐 .𝐼𝑠𝑐 .𝐹𝐹
ɳ= = (Djaufani, 2015:84)
𝑃𝑖𝑛 𝑆.𝐹

Dimana: Voc = Tegangan open circuit ( Volt )

Isc = Arus Short Circuit (Ampere)

S = Luas permukaan modul ( m2 )

F = Intensitas radiasi matahari yang diterima ( watt/m2 )

2.4.8.2 Baterai
Baterai merupakan tempat menyimpan energi yang dihasilkan oleh konversi
energi dari modul surya. Adapun perhitungan untuk baterai sebagai berikut.
1. Daya yang direncanakan
ET = EB x Rugi dan faktor keamanan (Djaufani, 2015:77)

Dimana: EB = Energi beban (watt jam perhari)

ET = Energi total beban (watt jam perhari)

2. Kapasitas yang dapat digunakan


Cbaterai = Cnominal baterai x DOD : 100% (Djaufani, 2015:78)
Dimana: Cnominal baterai = kapasitas baterai yang dipilih
3. Kapasitas sampai umur daur
Cbaterai umur daur = Cbaterai x UD (Djaufani, 2015:78)
Dimana: UD = usia daur
Cbaterai umur daur = kapasitas baterai sampai umur daur (Ah)
Cbaterai = total kapasitas yang dapat digunakan (Ah pada 12 volt)
4. Total kapasitas baterai
Cbaterai = ET x A : Vs (Djaufani, 2015:78)
Dimana : ET = energi total beban (watt/jam)
A = total penyimpanan
Vs = tegangan yang digunakan
5. Jumlah baterai yang diperlukan
∑baterai = Cbaterai x 100 % : Cnom : DOD (Djaufani, 2015:79)
Dimana : Cbaterai = total kapasitas yang dapat digunakan (Ah pada 12 volt)
Cnominal baterai = kapasitas baterai yang dipilih

2.4.8.3 Charge Cntroller


Charge Cntroller berfungsi sebagai pengatur intensitas pengisian menuju
baterai. Charge Cntroller akan berhenti menyuplai pengisian saat setelah baterai penuh.
Alat ini merupakan penghubung antara modul surya dengan baterai dimana menyerap
beberapa persen dari tenaga suraya. Adapun perhitungan untuk Charge Cntroller
sebagai berikut

𝑃𝑚𝑎𝑥
Imax = (Djaufani, 2015:84)
𝑉𝑠

Dimana: Imax = Arus maksimum (Ampere)


Pmax = Daya maksimum (Watt)
Vs = Tegangan Sistem (Volt)

Anda mungkin juga menyukai