KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sekilas Tentang Kentang
Keterangan :
1. Hopper 9. Panel surya
2. Sabuk 1 10. Inverter
3. Pulley motor 11. Baterai
4. Motor listrik 12. Corong masuk perajang
5. Poros motor 13. Poros perajang
6. Rangka mesin 14. Perajang
7. Pulley pengupas 15. Flay wheel
8. Bearing 16. Sabuk 2
2.2.1 Prinsip Kerja Mesin
Prinsip dari mesin perajang stik kentang dengan mengunakan sumber energi
surya. ini akan dirancang menjadi dua macam menurut penggunaan dayanya. Pertama
mesin dapat diawali dari motor listrik atau bisa diawali dari penyerapan panas oleh sel
surya,sel surya disini sebagai energi terbarukan tambahan. Jadi, mesin dapat bekerja
dengan listrik yang berasal dari baterai sel surya maupun langsung dari stop montak.
Saat motor dalam keadaan menyala maka motor listrik akan menggerakkan puli motor
yang dihubungkan dengan sabuk 1 ke puli pengupas yang mana ukuran puli 2 lebih
besar dari pada puli 1 karena digunakan untuk mereduksi putaran.
Setelah pengupas berputar, putaran tersebut akan di teruskan melalui poros
pengupas ke puli pengupas 2 dari puli pengupas 2 akan dipasang sabuk 2 yang mana
sabuk 2 akan diteruskan ke puli perajang, ukuran puli pengupas 2 dan puli perajang
lebih kecil karena digunakan untuk mereduksi putaran, setelah poros perajang berputar
maka akan menggerakkan alat perajang kentang. Keika kentang dimasukkan kedalam
hopper maka kentang akan masuk ketempat pengupasan, setelah itu kentng akan
terpisah dengan kulit dan dagingnya, daging akan masuk kesaluran masuk perajang dan
kulit akan terbuang keluar, setelah kentang masuk ke tempat perajang kentang akan
ditekan oleh sebuah piston yang mana dibawah piston tersebut sudah terdapat pisau
sehingga ketika kentang ditekan hasilnya akan membentuk sebuah stik.
2.2.2 Diagram Alir Kerja Mesin
B A C
Charger
controlller ON Mesin Penampung
mengatur
stik kentang
pengisian
energi
Kentang masuk
STOP
Baerai
menyimpan
energi
Tempat
pengupasan END
Inverter
mengubah arus
DC menjadi AC C
AC distribusi
mengalirkan
arus Gambar 2.2 Diagram Alir Kerja Mesin
2.3 Dasar-Dasar Pemilihan Bahan
Setiap kali melakukan perencanaan mesin sangat penting sekali didalam
pertimbangan dalam pemilihan bahan yang hendak digunakan, agar bahan yang
digunakan sesuai dengan beban yang direncanakan. Hal penting dan mendasar yang
harus dipertimbangkan dalam pemilihan bahan adalah:
a) Sifat Fisis Bahan
Pertimbangan pemilihan bahan berdasarkan sifat fisis bahan ini bertujuan untuk
mengetahui sifat bahan seperti ketahanan terhadap korosi, titik leleh dan lain-lain.
b) Sifat Teknis Bahan
Sifat ini berkaitan dengan sifat suatu bahan dapat/ mampu bentuk. Artinya bahan
yang hendak digunakan ini mampu dikerjakan dengan pemesinan atau tidak. Jika
bahan tidak dapat dikerjakan dengan pemesinan maka bahan dapat diganti dengan
bahan lain yang mungkin dapat dikerjakan dengan pemesinan.
c) Sifat Mekanis Bahan
Untuk menentukan bahan yang hendak dipakai sifat mekanis bahan juga perlu
diketahui juga. Hal ini bertujuan dapat mengetahui kemampuan bahan dalam
menerima beban, tegangan, gaya yang terjadi, dll. Sifat mekanis bahan berupa
kekuatan tarik, modulus elastisitas, tegangan geser dan lain-lain.
d) Mudah Didapat Dipasaran
Pertimbangan ini perlu diperhatikan juga karena jika komponen mesin sulit
didapat maka mesin tidak dapat direncanakan atau sebaliknya dipasaran komponen
yang ada terbatas ini juga sangat membebani nantinya jika pada suatu saat mesin
mengalami kerusakan dan ada komponen yang harus di ganti komponen tersebut
tidak ada. Selain itu jika komponen tersedia dipasaran maka mesin yang
direncanakan akan selesai dengan tepat waktu.
e) Harga Murah
Harga yang murah ini juga harus dipertimbangkan dalam merencanakan mesin,
hendaknya harga komponen/ bahan menyesuaikan dengan kebutuhan. Sebaiknya
bahan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan harganya relatif murah dan
sesuai dengan rencana.
2.4 Komponen Utama Mesin Perajang Stik Kentang dengan Mengunakan
Sumber Energi Surya
2.4.1 Motor
Motor yang akan digunakan untuk menggerakkan poros tabung pengupas
kentang dan poros perajang kentang dengan dengan kecepatan putaran motor sesuai
dengan yang butuhkan yaitu 1400 rpm. Poros motor akan ditransmisikan ke puli
dengan menggunakan sabuk. Adapun jenis motor yang akan digunakan pada mesin
perajang stik kentang dengan mengunakan sumber energi surya ini adalah motor listrik
dengan pertimbangan sebagai berikut.
1. Getaran yang dihasilkan halus
2. Pengoprasiannya mudah
3. Perawatannya mudah
4. Hemat
5. Ringan
Maka perhitungan daya motor dapat dihitung dengan rumus:
1. Momen inersia
1
I = 2 . 𝑚. (𝑟)2 (Suharto, 1991:30)
2. Kecepatan sudut
2.𝜋.𝑛2
ω= (rad/s) (Suharto, 1991:30)
60
2.4.2 Poros
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Poros memiliki
fungsi sebagai penerus daya bersamaan dengan putaran, peran dalam transmisi yang
seperti itu yang dipegang oleh poros (Sularso dan Suga, 1997:11). Menurut Sularso dan
Suga (1997:1) poros dalam meneruskan daya diklasifikasikan menurut
pembebanannya sebagai berikut:
2.4.2.1 Poros transmisi
Poros jenis ini mencapai beban puntir murni dan lentur. Daya yang
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pully sabuk atau sprocket,
rantai dll.
2.4.2.2 Spindel
Poros ini adalah poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama
mesin perkakas, dimana utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus dimiliki poros
ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
2.4.2.3 Gandar
Poros gandar biasanya dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana
tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar. Gandar ini
hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan untuk penggerak mula dimana
akan mengalami beban puntir juga. Berdasarkan bentuknya poros dapat digolongkan
atas poros lurus umum, poros engkol, poros fleksibel. Poros engkol sebagai poros
utama dari torak sedangkan poros fleksibel untuk transmisi daya yang kecil agar
mempunyai kebebasan untuk melakukan perubahan arah. Untuk merencanakan poros,
hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau beban lentur bahkan juga
dapat mengalami beban gabungan. Selain itu, poros juga mendapatkan beban tarik
dan tekan seperti yang terjadi pada poros baling-baling kapal atau turbin. Sehingga
kelelahan pada poros akibat tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila
diameter poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak hal tersebut harus
diperhatikan. Pada perencanaan sebuah poros, kekuatan poros terhadap beban –
beban yang di peroleh seperti diatas haruslah diperhatikan.
2. Kekakuan poros
Meskipun kekuatan poros yang dimiliki cukup tinggi, akan tetapi jika terkena
lenturan dan defleksi yang terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian atau
getaran dan suara. Selain kekuatan, kekakuan juga perlu diperhatikan pada saat
merencanakan poros yang hendak dipakai.
3. Putaran kritis
Putaran kritis adalah apabila suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran
tertentu terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Hal ini dapat terjadi pada motor
bensin, motor diesel, motor listrik dan dapat menyebabkan kerusakan pada poros
dan bagian-bagian yang lainnya. Oleh karena itu poros harus direncanakan
sedemikian serupa sehingga putaran kerja yang dihasilkan atau yang terjadi lebih
rendah dari putaran kristis.
4. Bahan poros
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan difinish.
Baja karbon dari konstruksi mesin disebut baja S-C dari baja yang dioksidasi dengan
ferisilikon dan dicor, kadar karbon terjamin. Penarikan dingin membuat permukaan
poros menjadi keras dan kekuatannnya bertambah besar. Poros yang dipakai untuk
meneruskan putaran tinggi dan beban, umumnya dibuat dari baja paduan dengan
pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan.
5. Korosi
Bahan-bahan yang tahan korosi harus dipilih untuk proses propeler pompa bila
terjadi kontak dengan fluida yang korosif, demikian pula untuk poros-poros yang
direncanakan akan terjadi sampai pada batas-batas tertentu dapat puladilakukan
terhadpa poros. Kavitasi dan poros-poros mesin yang sering berhenti lama
Tabel 2.2 Baja Karbon untuk Konstruksi Mesin dan Baja Batang untuk Poros
Sumber: http://ditcher-sugarcane.blogspot.com/2009/07/disain-ditcher-untuksaluran-
drainase_15.html
Tabel 2.5 Jenis-Jenis Faktor Koreksi Berdasarkan Daya yang Akan Ditransmisikan
𝑃𝑑
T = 9,74 x 105 (kg.mm) (Sularso dan Suga, 1997:7)
𝑛1
2. Tegangan geser
5,1.𝑇
𝜏= (kg/mm2 ) (Sularso dan Suga, 1997:7)
𝑑𝑠3
5,1
d𝑠 = [ 𝜏 𝐾𝑡 𝐶𝑏 𝑇]1/3 (Sularso dan Surga,1997:8)
𝑎
5,1
d𝑠 = [(𝜏𝑏𝑎) √(𝐾𝑚 × 𝑀)2 + (𝐾𝑡 × 𝑇)2 ]1/3(mm) (Sularso dan Surga,1997:18)
Cb = faktor lenturan
Keterangan: 1. Tanda* menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standar
2. Bilangan di dalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana akan dipasang
bantalan gelinding
Gambar 2.3 Faktor Koreksi Tegangan 𝜶 untuk Pembebanan Puntir Statis dari Suatu
Poros Bulat dengan Alur Pasak Persegi yang Diberi Filet
Sumber: Sularso dan Suga, 1978:9
Gambar 2.4 Faktor Konsentrasi Tegangan 𝜷 untuk Pembebanan Puntir Statis dari
Suatu Poros Bulat dengan Pengecekan Diameter yang Diberi Filet
Sumber: Sularso dan Suga, 1978:11
5. Putaran kritis
ds2 L
Ncr = 52700. 𝐼 . √𝑊 (rpm) (Sularso dan Suga,1997:19)
1. 𝐼2
5,1
𝜏 max = [(𝑑s 2 2 1/3
3 ) √(𝐾𝑚 × 𝑀) + (𝐾𝑡 × 𝑇) ] (kg/mm2 ). (Sularso danSuga, 1997:23)
2.4.3 Puli
Puli adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mengaitkan atau
meletakkan sabuk. Pada dasarnya puli mempunyai prinsip kerja yang sama dengan
sproket, perbedaannya terletak pada media yang dikaitkan. Jika puli yang dikaitkan
adalah sabuk, sedangkan sproket media yang dikaitkan adalah rantai.
Puli banyak dibuat dari bahan besi cor, baja cor, baja tempa dan paduan
alumunium. Puli dari bahan besi cor memiliki nilai koefisien gesek yang lebih tinggi
dibandingkan dengan puli dari bahan baja tempa. Kedudukan puli penggerak dan puli
yang digerakkan pada poros harus senter (lurus) agar sabuk tidak mudah lepas dari
kedudukan puli.
2.4.3.1 Jenis-Jenis Konstruksi Puli
Jenis-jenis konstruksi puli dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Alur Puli
Jenis konstruksi puli yang didasarkan jenis alur yang digunakan dalam
hubungannya dengan sabuk dibedakan atas alur puli untuk sabuk rat, alur V
tunggal yang digunakan untuk jenis sabuk yang berpenampang V, dan alur V
ganda untuk sabuk berpenampang V dan U.
2. Puli Tingkat
Jenis konstruksi puli ini dibedakan berdasarkan jumlah sabuk yang dihubungkan
dengan puli. Puli bertingkat satu atau tunggal digunakan untuk menghubungkan
dengan satu buah sabuk saja, dan puli bertinglat lebih dari satu digunakan untuk
puli yang menggunakan lebih dari satu sabuk. Untuk jenis puli bertingkat ini,
ukuran diameter puli berbeda sesuai dengan kenaikan diameter porosnya. Begitu
juga dengan diameter luarnya, dapat berbeda sesuai degan kenaikan diameternya.
3. Pengunci Puli
Pengunci puli berguna untuk mengunci antara puli dengan poros sehingga tidak
terjadi pergeseran letak kedudukan puli ketika mentransmisikan putaran. Jenis
pengunci antara puli dan poros ini dapat berbentuk pasak, baut pengunci dan spi
penahan puli.
4. Volume puli
𝜋 2 2
Vp2 = 4 𝐵. (𝐷𝑜𝑢𝑡2 -𝐷𝑖𝑛2 ) (Khurmi, 1980:719)
5. Berat puli
W= ρ. V (kg) (Khurmi, 1980:719)
Diman:
W = berat puli (kg)
Ρ = massa jenis (kg/mm3)
V = volume puli (mm3)
2.4.4 Sabuk
Sabuk dipakai untuk memindahkan daya antara dua poros yang sejajar. Belt atau
sabuk digunakan untuk menghubungkan dua buah poros yang mempunyai jarak
renggang yang agak jauh (yang tidak mungkin ditransmisikan oleh roda gigi). Poros-
poros tersebut harus dipisahpada suatu jarak minimum tertentu yang tergantung pada
jenis pemakaian sabuk, agar bekerja secara efisien. Sabuk dibuat dengan bahan karet,
kulit dan campuran getah. Menurut bentuk sari sabuk sebagai sistem transmisi, sabuk
dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Sabuk rata (Flat Belt)
Sabuk jenis ini biasanya dipasang pada pully silinder dan meneruskan momen
antara dua poros. Sabuk ini umumnya tidak menimbulkan suara (tidak berisik),
efisien pada putaran yang tinggi, dan dapat mentransmisikan daya besar dengan
jarang yang panjang.
2. Sabuk penampang trapesium (V-Belt)
Sabuk ini biasanya dipasang dengan membelitkannya dikeliling alur pully
berbentuk V dan meneruskan putaran dua poros. Sabuk jenis ini biasanya
digunakan pada jarak pendek dan daya yang dihasilkan besar pada tegangan yang
relatif rendah serta tidak ada sambungan pada sabuknya.
V- belt terbuat dari karet dengan inti dari bahan tetoron atau bahan sejenis.
Penampang V-belt berbentuk trapesium. V-belt dibelitkan disekeliling aluar luar
pully yang juga berbentuk V. Bagian yang memebelit pully akan mengalami
lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah. V-belt biasanya
dipakai untuk menghubungkan poros –poros yang sejajar dengan arah putaran yang
sama. Daya yang dipindahkan dapat ditingkatkan dengan mengatur V-belt pada
posisi sebeleh menyebelah.
1. Perbandingan transmisi
𝑛1 𝑑𝑝
Dimana: = (Sularso dan Suga, 1991:166)
𝑛2 𝐷𝑝
𝜋.𝑑.𝑛
V= (m/s) (Sularso dan Suga, 1991:166)
60𝑥1000
𝑏+ √b2 −8(Dp−dp)2
𝐶= (mm) (Sularso dan Suga, 1991:170)
8
𝑎+𝑏
A= . t (mm2)
2
6. Panjang sabuk
(Dp−dp)2
L = 2C + π/2 (dp + Dp) (Sularso dan Suga, 1991 : 170)
4𝑐
Dimana: L = Panjang sabuk (mm)
8. Berat sabuk
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus dan aman.
Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya
dapat bekerja dengan baik (Sularso dan Suga, 1997:103)”. Selain itu bantalan juga
mempunyai peran sebagai pembatas gerak dari poros agar poros selalu berada pada
posisi yang benar. Menurut Sularso dan Suga (1997:103) Pada dasarnya bantalan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Pehitunag untuk bantalan radial (kecuali bantalan rol silinder) adalah sebagai
berikut.
1. Beban ekuivalen dinamis
2. Faktor kecepatan
1
33,3
Fn =( 𝑛 ) 3 (Sularso dan Suga, 1997:136)
2.4.6 Pasak
1. Menyambung beberapa mesin bagian yang satu terhadap bagian yang lain
dengan memakai pasak bertingkat.
2. Untuk memindahkan daya mesin yang satu dengan yang lain dalam satu arah
tertentu dengan menggunakan pasak penyetel.
3. Untuk menjaga agar elemen mesin tidak berputar (slip).
Pasak pada umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam menurut
letaknya pada poros, antara lain; pasak pelana, pasak rata, pasak benam, dan pasak
singgung yang semuanya pada umumnya berpenampang segi empat. Dalam arah
memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus. Pasak benam prismatis ada
yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping macam diatas ada pula pasak
tembereng dan pasak jarum (Sularso dan Suga, 1997:24).
Pada pasak yang rata, sisi sampingnya harus pas dengan alur pasak agar pasak
tidak menjadi goyah dan rusak. Untuk pasak pada umumnya dipilih bahan yang
memiliki kekuatan tarik yang lebih dari 60 kg/mm2, lebih besar dari kekuatan tarik
porosnya namun terkadang sengaja dipilih bahan pasak yang lebih lemah dari bahan
porosnya. Ini disebabkan harga pasak yang lebih mudah dan lebih murah
menggantinya. Dalam perencanaan ini pasak yang dipakai adalah pasak benam, karena
bahan yang dipakai untuk pasak adalah bahan yang lebih lunak dari bahan poros
sehingga ketika pasak akan diganti yang baru pemasangan pasak lebih mudah karena
alur untuk pasak sudah ada pada poros dan pully.
2.4.6.1 Perhitungan pasak
2.4.8.2 Baterai
Baterai merupakan tempat menyimpan energi yang dihasilkan oleh konversi
energi dari modul surya. Adapun perhitungan untuk baterai sebagai berikut.
1. Daya yang direncanakan
ET = EB x Rugi dan faktor keamanan (Djaufani, 2015:77)
𝑃𝑚𝑎𝑥
Imax = (Djaufani, 2015:84)
𝑉𝑠