PENDAHULUAN
2.1 Bahan
2.1.1 Bahan Pangan Yang Digunakan
a. Tomat
Tomat merupakan tumbuhan keluarga Solanaceae, berasal dari Amerika
Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Penyebaran tomat ke Eropa dan
Asia dilakukan oleh orang Spanyol. Tomat ditanam di Indonesia sesudah
kedatangan orang Belanda. Dengan demikian, tanaman tomat sudah tersebar ke
seluruh dunia, baik di daerah tropik maupun subtropik. (Pracaya, 2012). Buah tomat
terdiri dari beberapa bagian yaitu perikarp, plasenta, funikulus, dan biji.
Kandungan yang terdapat dalam buah tomat meliputi alkaloid solanin
(0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, biflavonoid, protein,lemak,
gula (fruktosa, glukosa), adenine,trigonelin, kolin, tomatin, mineral (Ca,Mg, P, K,
Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin (B1, B2, B6, C, E, niasin), histamin, danlikopen
(Dalimartha, 2007). Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih
kekuningan atau coklat muda. Biji saling melekat, diselimuti daging buah, dan
tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah. Panjangnya 3-5 mm dan lebar
2-4 mm. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas dan
lingkungan, maksimum 200 biji per buah. Biji biasanya digunakan untuk bahan
perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5-10 hari. Berikut ini
merupakan kandungan gizi untuk setiap 100 gram tomat:
Tabel 2.1. Syarat Mutu Tomat Segar menurut SNI 01-3162-1992
b. Pepaya
Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan
bagian utara dari Amerika Selatan. Tanaman ini menyebar ke Benua Afrika dan
Asia serta India. Dari India, tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropis,
termasuk Indonesia di abad ke-17 (Setiaji, 2009). Sunarjono (1987) menyatakan
bahwa buah pepaya sangat populer karena banyak mengandung vitamin A dan
vitamin C serta rasanya manis. Di Eropa dan di negara maju lainnya, pepaya
dimakan sebagai buah segar atau sari buahnya diminum pada pagi hari sebelum
sarapan dengan maksud memperlancar pencernaan.
Bagian dari buah pepaya yang dapat dimakan adalah sebesar 75% dari
seluruh buah pepaya. Papaya memiliki daging buah berwarna jingga jika sudah
matang. Daun pepaya berkhasiat sebagai bahan obat malaria dan menambah nafsu
makan. Akar dan biji berkhasiat sebagai obat cacing, getah buah berkhasiat sebagai
obat memperbaiki pencernakan. Getah buah pepaya untuk kulit melepuh karena
panas, daun pepaya muda untuk pengobatan malaria, demam dan susah buang air
besar, akar jari pepaya untuk pengobatan karena digigit ular berbisa, biji pepaya
untuk pengobatan rambut beruban sebelum waktunya dan obat cacing gelang, serta
pengobatan lain misalnya maag, sariawan dan merangsang nafsu makan (Muchlisah
2004). Berikut ini merupakan kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gram buah
papaya masak buah papaya muda, dan dau pepaya:
Tabel 2.2 Analisis Komposisi Buah dan Daun Pepaya
C.CaCO3
Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan suatu zat padat putih, tak berbau,
tak berasa, terurai pada 825oC, tak beracun, larut dalam asam dengan melepas CO2,
dan dijumpai di alam sebagai kalsit, napal, aragonit, travertin, marmer, batu
gamping, dan kapur, juga ditemukan bersama mineral dolomit (CaCO3.MgCO3).
Benar-benar tidak larut dalam air (hanya beberapa bagian per juta), kristalnya
berwujud rombik/rombohedral dan dimanfaatkan sebagai obat penawar asam,
dalam pasta gigi, cat putih, pembersih, bahan pengisi kertas, semen, kaca, plastik,
dan sebagainya (Amjad, 2003).
Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan salah satu endapan penyusun kerak
yang menjadi masalah serius pada sebagian besar proses industri yang melibatkan
air garam dan pada operasi produksi minyak bumi (Halimatuddahliana, 2003).
Kalsium karbonat(CaCO3) dibuat dari reaksi CaCl2 + Na2CO3dalam air, atau
melewatkan CO2 melalui suspensi Ca(OH)2 dalam air yang murni. Kalsium
karbonat (CaCO3) berupa endapan amorf putih terbentuk dari reaksi antara ion
kalsium (Ca2+) dalam bentuk CaCl2 dengan ion karbonat (CO32-) dalam bentuk
Na2CO3 (Svehla, 2005).
D.Reagen Nelson
Penambahan reagen Nelson Somogyi ini bertujuan untuk mereduksi kupri
oksida menjadi kupro oksida karena K-Na-tartrat yang terkandung dalam reagen
Nelson Somogyi berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan kupri oksida.
Setelah ditambahkan reagen Nelson Somogyi, larutan yang berwarna biru sampai
biru kehijauan tersebut dipanaskan, tujuan dari pemanasan ini yaitu untuk
mempercepat proses reduksi kupri oksida menjadi kupro oksida.
E. Reagen Arsenolibdat
Penambahan reagen arsenolibdat ini bertujuan agar bisa bereaksi dengan
endapan kupro oksida. Pada peristiwa ini kupro oksida akan mereduksi kembali
arsenomolibdat menjadi molibdene blue yang berwarna biru, warna biru inilah yang
nantinya akan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer.
F. Natrium Oksalat
Nama lain dari Natrium Oksalat adalah oxcalid acid sodium salt dengan
berat molekul 134 g/mol.Natrium Oksalat mempunyai pH 8, dengan densitas 2,27
g/cm3, senyawa ini termasuk berbahaya jika terkena kulit, mata dan tertelan.
Fungsinya pada metode ujigula reduksi yaitu untuk mengendapkan sisa Pb-asetat
sehingga terbentuk Pb-oksalat (Giandwood, 2007).
2.2 Persiapan Sampel
1. Preparasi Sampel
Tomat/pepaya
Penambahan aqudes 50 mL
Disentrifuge
Penambahan CaCO3 1
g
Filtrat
Pendinginan
Penyaringan
Pengambilan sampel 2 ml
2. Analisa Sampel
Sampel Ulangan Volume (ml) Absorban (A)
0,2 0,124
1 0,5 0,160
1 0,209
Tomat
0,2 0,123
2 0,5 0,152
1 0,199
0,2 0,191
1 0,5 0,317
1 0,518
Pepaya
0,2 0,187
2 0,5 0,251
1 0,458
Tabel 2 Data Pengamatan analisa kadar Karbohidrat praktikum ke-1
Praktikum Ke-2
1. Kurva Standart
Sampel Volume (ml) Absorbansi (A)
Aquades 1 1 0,183
Aquades 2 1 0,243
0,1 0,264
0,25 0,321
0,5 0,431
Glukosa
0,75 0,488
1 0,589
1,5 0,849
Tabel 3 Data pengamatan kurva standart praktikum ke-2
2. Analisa Sampel
Sampel Ulangan Volume (ml) Absorbansi (A)
0,2 0,223
1 0,5 0,315
1 0,460
Pepaya
0,2 0,238
2 0,5 0,306
1 0,462
0,2 0,167
1 0,5 0,238
1 0,309
Tomat
0,2 0,272
2 0,5 0,296
1 0,331
Tabel 4 Data Pengamatan analisa kadar Karbohidrat praktikum ke-2
1. Kurva Standar
Volume
Ulangan cuplikan Absorban Konsentrasi
(ml)
1 0 0.0795 0,000
6 1 0.9395 0,407
0.100 0.100
0.080 Series1
0.075
0.060 Linear (Series1)
0.050
0.040
0.025
0.020
0.010
0.000 0.000
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
-0.020
2. Tomat
Praktikum ke-2
1. Kurva Standar
Volume
Ulangan cuplikan Absorban Konsentrasi
(ml)
5 1 0.636 0.150
0.120
0.100 0.100
Series1
0.080 Linear (Series1)
0.075
0.060
0.050
0.040
0.025
0.020
0.010
0.000 0.000
0 0.2 0.4 0.6 0.8
2. Tomat
3.2 Pembahasan
Dalam percobaan ini dilakukan pembuatan kurva standar dan perhitungan
kadar gula pereduksi pada sampel tomat dan pepaya. Kurva standar yang dihasilkan
memiliki nilai R2 sebesar 0,9953. Hal ini menunjukkan bahwa nilai absorbansi yang
dihasilkan cukup akurat karena mendekati nilai 1 (Dailami,2010).
20 18.1561
15
11.3529 10.95
9.453
10
5.6288
5 3.696
0
0.2 0.5 1
Gambar 6. Diagram rata-rata kandungan gula pereduksi pada praktikum hari ke-1
Pada analisa kandungan gula reduksi, setiap sampel (tomat dan pepaya)
dilakukan variasi volume yaitu 0,2 ml; 0,5 ml; dan 1 ml. Variasi ini dilakukan agar
dapat diketahui perbedaan kandungan gula pereduksi disetiap volume sampel. Hasil
dari percobaan ini menunjukkan bahwa tomat memiliki kandungan gula reduksi
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan buah pepaya yaitu 6,8924% sedangkan
pepaya 12,8471%. Hasil tersebutsesuai dengan literatur dimana kandungan
karbohidrat dalam buah pepaya masak yaitu sebesar 12,2 gram dari 100 gram buah
pepaya (Direktorat Gizi, 1992). Sedangkan kandungan karbohidrat dalam tomat
masak yaitu sebesar 4,2 mg dari 100 gram tomat (Tranggono dan Latifah, 2007).
Perbedaan kandungan karbohidrat yang jauh tersebut menyebabkan konsentrasi
gula dan kandungan gula reduksi dalam pepaya jauh lebih tinggi dibandingkan
kandungan gula reduksi pada tomat.
Berdasarkan hasil percobaan, kandungan gula pereduksi pada tomat dan
pepaya mengalami penurunan seiring dengan penambahan jumlah volume sampel
yang dianalisis. Hal ini tidak sesuai dengan literatur dimana semakin tinggi
kandungan gula pereduksi maka semakin gelap warna sampel dan nilai
absorbansinya (Kalengkongan, 2013). Penyimpangan yang terjadi ini dapat
disebabkan karena praktikan yang kurang teliti dalam melakukan perhitungan kadar
gula reduksi. Perhitungan kadar gula reduksi dilakukan dengan cara
mensubstitusikan nilai absorbansi sampel pada persamaan regresi kurva standar
(Mutia dkk., 2012).
40
34.052 33.571
35
30
25
18.3
20 16.307
13.55
15
9.76
10
5
0
0.2 0.5 1
Gambar 7. Diagram rata-rata kandungan gula pereduksi pada praktikum hari ke-2
Seperti percobaan pada hari pertama, percobaan pada hari kedua inihari
kedua ini juga dilakukan pembuatan kurva standar dan analisa kandungan gula
pereduksi menggunakan sampel tomat dan pepaya.Kurva standar yang dihasilkan
memiliki nilai R2 sebesar 0,99 yang berarti bahwa nilai absorbansi yang dihasilkan
cukup akurat karena mendekati nilai 1 (Dailami, 2010). Hasil dari percobaan hari
kedua ini menunjukkan bahwa tomat memiliki kandungan gula reduksi yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan buah pepaya yaitu 21,97% sedangkan pepaya
19,8793%. Hasil tersebut tidak sesuai dengan literatur dimana kandungan
karbohidrat dalam buah pepaya masak yaitu sebesar 12,2 gram dari 100 gram buah
pepaya (Direktorat Gizi, 1992). Sedangkan kandungan karbohidrat dalam tomat
masak yaitu sebesar 4,2 mg dari 100 gram tomat (Tranggono dan Latifah, 2007).
Penyimpangan ini dapat disebabkan karena kesalahan praktikan yang kurang teliti
dalam menambahkan larutan arsenomolybdat sehingga sampel tomat memiliki
warna yang terlalu pekat ataupun sampel pepaya yang memiliki warna terlalu
terang.
Hasil percobaan pada hari kedua menghasilkan data yang hampir sama
seperti hari pertama yaitu semua sampel mengalami penurunan kandungan gula
reduksi seiring dengan penambahan jumlah volume sampel. Hal ini tidak sesuai
dengan literatur dimana semakin tinggi kandungan gula pereduksi maka semakin
gelap warna sampel dan nilai absorbansinya (Kalengkongan, 2013). Penyimpangan
yang terjadi ini dapat disebabkan karena mahasiswa yang kurang teliti dalam
melakukan perhitungan kadar gula reduksi.
14 12.3
12 10.72
10
8
6 4.6597
3.9819
4
2
0
Tomat Pepaya
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur-unsur: C, H dan O,
terutama terdapat didalam tumbuh-tumbuhan yaitu kira-kira 75%.
2. Gula reduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi
senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya
adalah glukosa dan fruktosa.
3. Analisa kualitatif pada karbohidrat meliputi Uji molisch, Uji barfoed, Uji
benedict, Uji Seliwanoff dan Uji Iodin.
4. Analisa kuantitatif pada karbohidrat meliputi Metode Luff Schoorl, Metode
Nelson-Somogyi, Metode Anthrone, Metode Folin, Metode Enzimatis, dan
Metode Kromatografi.
5. Prinsip kerja Nelson Somogyi yaitu tereduksinya jumlah endapan
kuprooksida yang bereaksi dengan arsenomolibdat yang tereduksi menjadi
molybdine blue dan warna biru diukur absorbansinya.
4.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya diharapkan praktikan dalam proses
praktikum dilakukan dengan teliti dan hati-hati serta asisten dosen diharapkan
selalu mendampingi dalam praktikum untuk menghindari kesalahan saat praktikum
berlangsung sehingga praktikum dapat berjalan dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Cahyono, Bambang. 2010. Sukses Budi Daya Jambu Biji di Pekarangan dan
Perkebunan. Yogyakarta: LilyPublisher.
Endra, Yuli. 2006. Analisis Proksimat dan Komposisi Asam Amino Buah Pisang
Batu. Bogor : IPB.
Fauzi, Mukhammad. 1994. Analisa Hasil Pangan (Teori dan Praktek). Jember:
UNEJ
Satuhu, S.,. 1994. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta: Penebar Swadaya
Sattler L dan FW. Zerban. 1948. The Dreywood anthrone reaction as
affected by carbohydrate structure, Science, 108:207.
Stover, R.H. and N.W. Simmons. 1987. Bananas 3rd. Singapura: Longmans
Group, U.K. Ltd.