Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apel


Menurut Bappenas (2000), Apel yang mempunyai nama latin Malus sylvestris Mill
merupakan tanaman buah tahunan yang tumbuh didaerah dengan iklim sub tropis. Tanaman
apel berasal dari daerah Asia Barat dan di Indonesia sendiri apel telah ditanam sejak tahun
1934 hingga saat ini. Berdasarkan sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman apel dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Dicotyledone
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Malus
Species : Malus sylvestris Mill

Gambar 2.1. Buah apel merah


Sumber: Indlest, 2009

Di Indonesia, apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra
produksi apel adalah di Kota Batu dan Kota Malang yaitu di daerah Poncokusumo dan
Nongkojajar. Kota Batu terletak 15 km sebelah barat kota Malang, berada pada ketinggian +
680-1.900 mdpl. Masyarakat pada umumnya mengoptimalkan tanaman semusim dengan
berbagai macam komoditi buah-buahan dan juga sayuran, disamping itu Kota Batu sangat
sesuai untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman sub-tropis, seperti apel. Budidaya
apel di Kota Batu dimulai sejak tahun 1930an, oleh Belanda karena menyadari bahwa Batu
memiliki iklim yang sejuk dan tanah yang subur yang cocok untuk budidaya tanaman tersebut.
3
4

Sudah lebih dari 70 tahun tanaman apel menjadi bagian penting perekonomian di Kota Batu
yang juga menjadikan apel sebagai salah satu komoditi buah unggulan yang dikenal di
kalangan masyarakat Indonesia. Satu-satunya apel yang tumbuh di iklim tropis dunia.
Apel menjadi popular sebab apel merupakan buah yang dapat dimakan dengan berbagai
cara dan disebabkan kelezatan serta keawetannya. Buah apel dapat langsung dimakan atau
disimpan untuk memenuhi kebutuhan setiap tahunnya. Buah apel dapat diproses menjadi saus,
slices jus, produk pastry, cake, tart, dan pie. Pulp apel dapat diolah menjadi permen (kulit
buah) dan digunakan sebagai sumber pektin. Sari buah apel dapat dikonsumsi segar, secara
alami maupun filtrasi, difermentasi menjadi minuman beralkohol seperti wine, didestilasi
menjadi brandy atau dibuat menjadi cuka (Janickand, 1996). Semua buah mengandung
berbagai gula alami dalam proporsi dan rasio yang berbeda. Pada buah apel terkandung gula
alami seperti fruktosa sekitar 57 persen, sukrosa sekitar 20 persen, dan glukosa sekitar hampir
25 persen dari kadar gula total yang ada.
Apel mengandung berbagai komposisi kimia yang sangat penting untuk pemenuhan
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Komposisi kimia apel tersebut terdapat dalam
Tabel berikut:
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Buah Apel Varietas Princess Noble Tiap 100 gram
Komponen Jumlah
Air 84,5 g
Protein 0,4 g
Karbohidrat 11,8 g
Energi Value 47 kcal/199 kJ
Total Nitrogen 0,06 g
Total Gula 11,8 g
Serat Pangan 1,8 2 g
Lemak 0,1 g
Sumber: Holland, 1992
Selain itu, apel juga mengandung banyak kandungan mineral anorganik yang
bermanfaat untuk perkembangan tubuh. Kandungan mineral anorganik yang terkandung di
dalam buah apel terdapat dalam Tabel 2.2 Kandungan Anorganik Buah Apel Varietas Princess
Noble Tiap 100 gram berikut:
5

Tabel 2.2. Kandungan Anorganik Buah Apel Varietas Princess Noble Tiap 100 gram
Komponen Jumlah (mg)
Natrium (Na) 3
Kalium (K) 120
Kalsium (Ca) 4
Magnesium (Mg) 5
Fosfor (P) 11
Besi (Fe) 0,1
Tembaga (Cu) 0,02
Seng (Zn) 0,1
Mangan (Mn) 0,1
Sumber: Holland (1992)

Menurut Deptan (2009), Buah apel terdiri dari tiga golongan berdasarkan klasifikasi
warnanya yaitu: apel hijau, apel merah, dan apel kuning. Golongan yang termasuk apel hijau
antara lain adalah varietas Princess Noble atau apel Australia dan Granny Smith, sedangkan
yang termasuk golongan apel merah adalah varietas Rome Beauty dan Jonathan atau Apel
Anna, sementara yang termasuk golongan apel kuning adalah jenis varietas Winter Banana,
Golden Delicious, dan Manalagi. Pada beberapa varietas apel, aroma apel terasa sangat tajam.
Citarasa, aroma, maupun tekstur sebenarnya dihasilkan dari kurang lebih 230 komponen kimia,
termasuk pula beragam asam seperti asam asetat, format serta 20 jenis asam lain. Asam-asam
tersebut berubah menjadi gula dan ester, rasa buah manis dan aroma yang tajam. Gula berasal
dari perubahan karbohidrat yang kemudian dipakai untuk menghasilkan energi. Selain itu
terkandung pula alkohol berkisar 30-40 jenis, ester seperti etil asetat sekitar 100 jenis, karbonil
seperti formaldehid dan asetaldehid, dan lainnya. Pada kondisi anaerob gula akan terurai
menjadi karbondioksida dan alkohol. Alkohol yang bercampur dengan asam diubah
menghasilkan ester, sumber pengharum apel matang.
Jenis apel yang banyak dibudidayakan di Malang adalah Manalagi, Rome Beauty dan
Anna. Ketiga jenis apel ini mempunyai rasa dan kandungan asam yang berbeda. Apel Manalagi
mempunyai rasa manis dan mempunyai kandungan asam rendah sedangkan Rome Beauty
mempunyai rasa asam manis dengan kandungan asam tinggi. Adanya perbedaan kadar asam
total dimana pada varietas Anna dan Rome Beauty total asam relatif sama, sedangkan varietas
6

manalagi mempunyai kadar asam total yang lebih rendah, nilai asam total pada varietas Rome
Beauty, Anna, dan Manalagi berturut-turut adalah 0,43; 0,44; dan 0,25 mg/100g. Apel mulai
dapat berbuah setelah berumur 3-5 bulan. Umur buah dari berbunga tergantung varietas dan
iklim. Pada umumnya Rome Beauty 4-4,5 bulan, Anna 5 bulan, dan Manalagi 4,5 bulan.
Berikut karakteristik ketiga varietas apel tersebut pada Tabel berikut:

Tabel 2.3. Karakteristik Apel Varietas Anna, Rome Beauty, dan Manalagi
Komponen Anna Rome Beauty Manalagi
Vitamin C (mg/100 gr) 5,28 7,04 6,60
Total Asam (%) 0,61 0,56 0,52
pH 3,54 3,60 4,27
Aktivitas Antioksidan (%) 5,50 10,19 6,53
Gula Pereduksi (%) 8,09 8,85 6,96
Total Padatan Terlarut (oBrix) 12,90 15,30 17,10
Sumber: Susanto (2011)

2.2 Manfaat Buah Apel


Menurut Yudy (2010), buah yang berasal dari pohon apel ini mempunyai banyak
manfaat bagi kita yang mengkonsumsinya. Manfaat-manfaat buah apel diantaranya adalah
sebagai berikut :
A. Mencegah Risiko Alzheimer
Sebuah penelitian baru yang dilakukan pada tikus menunjukan bahwa minum jus buah
apel dapat melawan efek penuaan pada otak dan mencegah penyakit Alzheimer. Tikus yang
diberikan diet apel tersebut menunjukan adanya peningkatan level neurotransmitter asetilkolin
dan dapat melakukan tes labirin (maze) lebih baik dibandingkan dengan tikus yang diberikan
diet regular.

B. Menurunkan kadar Kolesterol


Serat larut yang terdapat pada apel akan mengikat lemak di usus sehingga dapat
menurunkan kadar kolesterol.

C. Mengendalikan Berat Badan


Berat Badan yang berlebihan merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai
masalah kesehatan seperti penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2 dan
7

kesulitan tidur. Untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan, umumnya dokter akan menyarankan diet yang kaya serat.

D. Meningkatkan Sistem kekebalan tubuh


Apel merah mengandung antioksidan yang disebut dengan Quercetin. Penelitian terbaru
menemukan bahwa Quercetin dapat membantu meningkatkan dan memperkuat sistem
kekebalan tubuh, terutama saat kita mengalami Stress.

E. Mencegah Katarak
Katarak merupakan penyakit yang mengaburkan penglihatan dan sangat umum terjadi.
Sebuah penelitian jangka panjang menemukan bahwa orang yang menkonsumsi makanan yang
kaya antioksidan seperti buah apel akan menurunkan risiko terkena penyakit katarak sekitar
10% hingga 15%.

F. Menurunkan risiko terkenanya penyakit Kanker


Para peneliti yang berasal dari Universitas Cornell mengidentifikasikan beberapa
senyawa yang terdapat pada kulit apel (senyawa triterpenoids) dapat menghambat pertumbuhan
sel kanker terutama sel kanker hati, usus besar dan payudara.

G. Menurunkan risiko Diabetes


Apel yang merupakan buah yang kaya serat larut dapat mengendalikan gula darah
dengan melepaskannya zat gula lebih lambat ke dalam aliran darah. Dengan demikian, lonjakan
gula darah yang dikuatirkan penderita Diabetes terhindari. Serat larut juga memiliki zat anti-
inflamasi yang dapat membantu penderita diabetes pulih lebih cepat dari infeksi.

H. Jantung yang lebih Sehat


Senyawa Fenolik yang terdapat pada kulit buah apel dapat mencegah peningkatan kadar
kolesterol dengan memperkuat dinding pembuluh arteri atau pembuluh nadi dan mencegah
pembentukan plak (plaque) di dalam arteri. Pembentukan plak dalam arteri inilah yang dapat
mengurangi aliran darah ke jantung sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner.

I. Mencegah Batu Empedu (Gallstones)


Batu Empedu terbentuk ketika terlalu banyak kolesterol dalam empedu kita. Apel yang
kaya dengan serat dapat membantu kita dalam mengendalikan kolesterol dan berat badat yang
merupakan penyebab utama terbentuknya batu empedu.

J. Membantu sistem pencernaan


8

Apel mengandung serat yang dapat membantu melancarkan sistem pencernaan sehingga
penyakit seperti sembelit dan diare dapat dicegah. Apel juga mengandung Pektin yang dapat
membantu meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus sehingga dapat membantu usus untuk
bekerja lebih maksimal.

2.3 Senyawa Aktif dalam Buah Apel


Menurut Liu (2003), buah apel kaya akan serat dan fitokimia. Fitokimia merupakan
antioksidan alami dalam buah dan sayuran yang digunakan sebagai pencegah radikal bebas
penyebab kerusakan sel-sel tubuh. Kandungan fitokimia di dalam buah apel terdapat dalam
konsentrasi yang tinggi. Apel mempunyai banyak manfaat karena mengandung berbagai jenis
fitokimia yang diperlukan oleh tubuh. Fitokimia merupakan zat kimia alami yang terdapat di
dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna pada tumbuhan tersebut.
Fitokimia dalam 50 mg apel dengan kulitnya per milliliter (berat basah) dapat menghambat
perkembangbiakkan sel tumor sampai dengan 42%. Sedangkan kandungan fitokimia dalam 50
mg apel tanpa kulitnya per milliliter (berat basah) hanya dapat menghambat
perkembangbiakkan sel tumor sampai dengan 23%. Hal ini menunjukkan kandungan fitokimia
kulit apel lebih banyak dibandingkan dengan daging buah apel.
Distribusi kandungan kimia pada kulit dan daging buah apel berbeda. Salah satu
fitokimia yang terkandung dalam apel dan kulitnya adalah polifenol dengan komponen
utamanya procyanidins oligomer. Polifenol merupakan salah satu jenis fitokimia yang bersifat
antioksidan aktif dengan kekuatan 100 kali lebih efektif dibandingkan dengan vitamin C dan 25
kali lebih tinggi dibanding vitamin E. Polifenol bermanfaat untuk mencegah radikal bebas yang
merusak DNA. Polifenol membantu melawan pembentukan radikal bebas dalam tubuh
sehingga dapat memperlambat penuaan sel. Rata-rata manusia bisa mengkonsumsi polifenol
kurang lebih sampai 23 mg per hari. Polifenol dari ekstrak apel dikenal dengan istilah
applephenon yang diproduksi secara komersial dari apel mentah. Applephenon telah digunakan
sebagai makanan aditif untuk mencegah oksidasi komponen dalam makanan. Applephenon
tersebut mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat dan berbagai fungsi fisiologis. Di Jepang,
telah digunakan sebagai aditif dan gizi suplemen makanan.
Daging buah apel mengandung senyawa-senyawa flavonoid seperti: Catechin,
procyanidin, phloridzin, phloretin glycoside, caffeic acid, dan chlorogenic acid. Sedangkan
kulit apel selain mengandung senyawa senyawa di atas, juga mengandung flavonoid
tambahan yang tidak terdapat pada daging buah seperti quercetin glycosides dan cyanidin
9

glycoside. Di samping zat-zat gizi tersebut, apel juga mengandung betakaroten. Betakaroten
memiliki aktivitas sebagai provitamin A yang berguna untuk menangkal serangan radikal bebas
penyebab berbagai penyakit degenerative. Senyawa antioksidan merupakan suatu inhibitor
yang digunakan untuk menghambat autooksidasi dalam menetralisasi radikal bebas.
Antioksidan merupakan senyawa yang akan menghambat atau menunda proses oksidasi
substrat pada konsentrasi yang rendah. Secara umum, antioksidan mengurangi kecepatan reaksi
inisiasi pada reaksi berantai pembentukan radikal bebas dalam konsentrasi yang sangat kecil,
yaitu 0,01% atau bahkan kurang.

Adapun kandungan dari buah apel yaitu:


A. Flavonoid
Flavonoid pada buah apel paling banyak dibandingkan dengan buah buahan lain.
Flavonoid tersebut, mampu menurunkan risiko kena penyakit kanker paru-paru sampai 50
persen, selain itu juga quacertin, sejenis flavonoid yang terkandung dalam apel, dapat
membantu mencegah pertumbuhan sel kanker prostat.

B. Fitokimia
Fitokimia di dalam apel juga akan berfungsi sebagai antioksidan yang melawan
kolesterol jahat (LDL, Low Density Lipoprotein), yang potensial menyumbat pembuluh darah
dan juga Antioksidan akan mencegah kerusakan sel-sel atau jaringan pembuluh darah. Pada
saat bersamaan, antioksidan akan meningkatkan kolesterol baik (HDL, High Density
Lipoprotein), yang bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung dan pembuluh darah.

C. Pektin
Kandungan pektin (serat larut yang dikandung buahbuahan dan sayuran), telah diteliti
dan terbukti menurunkan kadar kolesterol di dalam darah. Secara spesifik pada sebuah
penelitian awal, terbukti bahwa dalam apel ditemukan asam D-glucaric yang bermanfaat
mengatur kadar kolesterol, jenis asam ini mampu mengurangi kolesterol sampai 35 persen.

D. Tannin
Apel mengandung tannin yang berkonsentrasi tinggi. Tannin ini mengandung zat yang
dapat mencegah kerusakan gigi dan penyakit gusi yang disebabkan oleh tumpukan plak.

2.4 Produk Olahan Apel


Menurut Sagna (2006), apel sangat banyak manfaatnya dalam berbagai bidang
kehidupan. Banyak produk olahan yang berbahan dasar buah apel misalnya:
10

A. Sari Buah Apel


Sebagai bahan sari buah, dimanfaatkan buah apel yang tidak layak dijadikan wisata
petik, misalnya karena ukurannya kecil atau yang bentuknya kurang menarik. Setelah diseleksi,
apel terlebih dahulu lalu dibuang bijinya lalu dicuci. Melalui mesin, apel-apel itu diproses
hingga mengeluarkan sari dan ditambahkan gula. Semuanya diolah dari bahan alami
tanpa campuran dan diolah secara higienis.

B. Jenang Apel
Produk olahan lain dari apel adalah selai dan jenang apel. Pembuatan jenang apel diolah
dari sari pati apel atau disebut bubur apel. Pada beberapa home industry ada pula yang
menambahkan ketela atau labu ke dalam jenang tersebut. Buah yang dapat digunakan untuk
membuat selai atau jenang adalah buah yang masak tetapi tidak terlalu matang dan tidak ada
tanda-tanda busuk. Untuk membuat selai atau jenang, kulit apel tidak perlu dikupas karena
banyak mengandung pektin. Pektin adalah sejenis serat makanan yang mudah larut. Bila
dimakan atau dijus dengan dagingnya, maka akan bermanfaat sebagai pembersih racun dalam
tubuh. Salah satu kendala untuk produksi jenang apel adalah masa kadaluarsanya yang hanya
tiga bulan, berbeda dengan sari apel yang bisa tahan hingga satu tahun. Apalagi karena lebih
mengutamakan kualitas, maka bahan pengawet yang digunakan kadarnya juga sangat kecil.

C. Cuka Apel
Cara yang lebih baik untuk mendapatkan tambahan vitamin C atau vitamin lainnya
adalah dengan meminum sari buah asli, disamping itu sebagian besar buah-buahan juga
mengandung karotin yang kemudian diubah menjadi vitamin A dalam tubuh, vitamin B serta
mineral. Demikian pula dengan apel, manfaat buahnya tidak hanya dalam keadaan segar, ketika
diolah menjadi minuman, apel tetap memberi khasiat. Manfaat dari apel bisa dalam
bentuk cuka. Produk cuka ini telah terbukti bermanfaat sebagai bahan untuk terapi misalnya
kegemukan. Cuka apel juga bisa mengatasi rambut rontok yang disebabkan karena jaringan
atau akar rambut kekurangan garam atau mineral seperti potasium, oleh karenanya cuka apel
yang mengandung potasium serta vitamin esensal yang lain akan mengembalikan
keseimbangan alami dan mensuplai kekurangan mineral yang dibutuhkan oleh rambut.

2.5 Asam Cuka/Asam Asetat (CH3COOH)


Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
11

empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat
paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. (Depkes RI,1995)
Fermentasi asam asetat adalah fermentasi aerobik atau respirasi oksidatif, yaitu respirasi
dengan oksidasi berlangsung tidak sempurna dan menghasilkan produk-produk akhir berupa
senyawa organik seperti asam asetat. Proses ini dilakukan oleh bakteri dari genus Acetobacter
dan Gluconobacter. Kondisi respirasi oksidatif ini dapat dilakukan dengan kultur murni, tetapi
kondisinya tidak selalu aseptis oleh karena pH yang rendah serta adanya alkohol dalam media
merupakan faktor penghambat bagi mikroorganisme lain selain Acetobacter acetii. Mekanisme
fermentasi asam asetat ada 2 yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam asetat. Pada
fermentasi alkohol mula-mula gula yang terdapat pada bahan baku akan dibongkar oleh khamir
menjadi alkohol dan gas CO2 yang berlangsung secara anaerobik. Setelah alkohol dihasilkan
maka dilakukan fermentasi asam asetat,dimana bakteri asam asetat akan mengubah alkohol
menjadi asam asetat.Setelah terbentuk asam asetat fermentasi harus segera dihentikan supaya
tidak terjadi fermentasi lebih lanjut oleh bakteri pembusuk yang dapat menimbullkan kerusakan
(Day JR, R.A. dan AL Underwood, 2002).

2.6 Cuka Apel


Cuka apel telah digunakan selama ribuan tahun untuk mengobati berbagai keluhan
penyakit. Hipprocates, bapak kedokteran modern, merekomendasikan penggunaan cuka apel
yang dicampur dengan madu untuk mengobati demam dan flu pada tahun 400 SM. Sejak itu,
cuka apel terus digunakan untuk mengobati berbagai penyakit termasuk nyeri. Cuka apel juga
digunakan oleh tentara Romawi dan para pendekar samurai Jepang sebagai ramuan untuk
kesehatan, kekuatan, dan vitalitas. Cuka apel juga digunakan pada perang saudara Amerika
sebagai antiseptik untuk membersihkan luka tentara dan terus digunakan untuk tujuan yang
sama pada Perang Dunia I. Rasa asam dari cuka apel membuatnya memiliki sifat
membersihkan dan dapat digunakan sebagai antiseptik. Cuka apel mengandung asam asetat
yang membantu menyingkirkan bakteri berbahaya dan jamur pada saluran pencernaan. Hal ini
membantu kerja pencernaan dan penyerapan nutrisi dari makanan oleh usus. Cuka apel juga
mengandung pektin, merupakan serat yang larut dalam air, sehingga membantu menyerap air,
lemak, racun, dan kolesterol dari saluran pencernaan dan membuangnya keluar dari tubuh.
12

Cuka apel banyak sekali kegunaannya. Cuka apel memiliki sifat pembersih yang kuat
dan membantu penyembuhan banyak penyakit. Cuka apel dapat digunakan untuk
membersihkan usus dan saluran pencernaan. Cuka apel juga memiliki kemampuan menurunkan
tekanan darah dan kolesterol, serta mampu membuang lemak dan racun keluar dari tubuh.
Penggunaan yang lain dari cuka apel adalah untuk membersihkan kulit dan memerangi jerawat.
Cuka apel diketahui memiliki sifat antibakteri dan bisa mengurangi gejala dan tingkat
keparahan demam, flu, sinusitis, dan infeksi. Cuka apel yang dikonsumsi setiap pagi saat perut
masih kosong dapat meningkatkan energi, vitalitas, dan kesehatan secara umum. Rasa sakit
akibat penyakit kronis bisa berkurang bahkan hilang sama sekali. Dengan cuka apel, kulit akan
lebih bersih, pencernaan menjadi lebih lancar, kesehatan jantung, kesehatan sistem saraf,
sehingga taraf kesehatan secara keseluruhan akan meningkat.

2.7 Anggur Merah


Kandungan gizi di dalam cuka anggur merah tidak hanya baik untuk mencegah
gangguan kesehatan, namun baik juga untuk mengobati penyakit. Banyak praktisi kesehatan
menekankan pada kandungan vitamin antioksidannya yang dapat membantu Anda dalam
menangkal penyakit-penyakit yang terkait usia dan juga agar hidup Anda tetap sehat di usia
lanjut. Tetapi ada begitu banyak hal yang mesti diketahui soal kandungan-kandungan
tersembunyi di dalam anggur merah. Inilah laporan para pakar dan anekdot-anekdot tentang
cuka anggur merah (beberapa diantaranya pengalaman saya sendiri) untuk menunjukkan pada
Anda bagaimana rempah-rempah ini seperti halnya cuka sari apel merupakan sebuah tambang
emas.
Para peneliti di Denmark menemukan bahwa mengonsumsi minuman anggur merah
secara mingguan akan memangkas kemungkinan stroke. Pada sebuah penelitian selama 16
tahun yang melibatkan 13.329 orang, mereka yang mengaku meminum anggur secara
mingguan sekitar 1-6 gelas per minggu memiliki peluang terkenak stroke 34% lebih rendah
daripada mereka yang sama sekali tidak pernah atau jarang meminum anggur. Mereka yang
mengaku meminum anggur secara harian menikmati pemotongan risiko sebesar 32%, mereka
yang meminum bir atau minuman beralkohol lainnya tidak mendapatkan penurunan risiko yang
signifikan. Satu alasan minuman anggur mampu melindungi Anda, menurut para peneliti
mungkin terletak pada kandungan flavonoida dan taninnya nutrisi-nutrisi yang dapat membantu
mencegah penumpukan kotoran penyebab serangan jantung dan stroke. Tetapi camkan,
American Heart Association tidak menganjurkan Anda untuk mulai meminum anggur untuk
13

menurunkan risiko terkena serangan jantung atau stroke. Penelitian menunjukkan bahwa minul
alcohol berlebihan ternyata meningkatkan risiko penyakit jantung.

Anda mungkin juga menyukai