TINJAUAN PUSTAKA
Sirup
Sirup merupakan larutan gula pekat (sakarosa : high fructosa syrup dan
atau gula invert lainnya) dengan atau tanpa penambahan tambahan makanan yang
diizinkan. Sirup memilik kadar kekentalan yang cukup tinggi serta kadar gula
jika ingin mengkonsumsi sirup. Pembuatan sirup dapat ditambahkan pewarna dan
asam sitrat untuk menambah warna dan cita rasa (Satuhu, 2004). Syarat mutu
sirup berdasarkan Standar Nasional Indonesia secara lengkap dapat dilihat pada
menjadi cair dibagian atas namun dibagian bawah tetap kental. Masalah ini dapat
bagian medium pendispersi dan tidak terjadi penggabungan partikel padatan yang
ada sehingga tidak mudah mengendap, selain itu bahan penstabil berfungsi untuk
dan cita rasa. Sari dari bahan yang dipergunakan adalah cairan buah atau sayur
yang tidak mengalami fermentasi. Untuk mendapatkan sari buah yang baik, sari
perlu dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak larut dengan penyaringan. Kadar
gula dalam sirup yang cukup tinggi, dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme (bakteri ragi dan jamur) yang mungkin terdapat dalam sirup
(Winarno, 2007).
Pada prinsipnya dikenal 2 (dua) macam sari bahan, yaitu sari bahan encer
(dapat langsung diminum), yaitu cairan dari bahan yang diperoleh dari
pengepresannya, dilanjutkan dengan penambahan air dan gula pasir dan sari buah
pekat atau sirup adalah cairan yang dihasilkan dan dilanjutkan dengan proses
pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti
penguapan dengan kondisi vakum, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat diminum
langsung tetapi harus diencerkan terlebih dahulu dengan air biasanya 1 (satu)
bagian sirup dengan 5 (lima) bagian air (Esti dan Sediadi, 2000).
bahan yang cukup matang disortasi, kemudian dicuci dan dibersihkan. Setelah
Universitas Sumatera
6
diambil sarinya dengan cara dilakukan penyaringan terhadap bubur bahan setelah
mengental. Setelah itu produk sirup dimasukkan ke dalam botol yang sudah
Pare
Sayur pare berasal dari India yang dikenal dengan nama tita kerala. Selain
India, Afrika juga diduga sebagai negara asal tanaman ini. Dari negara asalnya,
tanaman ini menyebar ke Brasil di sekitar abad 17 dan 18. Kemudian tanaman
pare semakin menyebar hingga Asia Tenggara, Cina, dan Karibia. Sayuran ini
memiliki bau yang langu dan rasanya pahit (Novary, 1997). Gambar pare hijau
Gambar 1. Pare
sebagai sayuran dan sebagai sumber vitamin C dan vitamin A, fosfor, dan besi.
Aroma pare dihasilkan dari alkaloid yang diproduksi dari buah dan daun. Pare
merupakan sumber ikatan fenol, termasuk asam galat, karekin, epikatekin dan
Universitas Sumatera
7
mellitus, wasir, kerusakan hati, diare, sakit kuning, menambah produksi air susu
kerjanya memecah trigliserida (Rita, dkk., 2011). Kandungan gizi yang terdapat
Universitas Sumatera
8
Pepaya
Buah pepaya merupakan salah satu jenis buah yang cukup diminati oleh
masyarakat umumnya. Hal ini dapat terlihat dari pemanfaatannya dalam sebuah
olahan pangan yang lebih dikenal masyarakat yaitu rujak. Daging buah pepaya
lunak dengan warna merah atau kuning, rasanya manis dan menyegarkan karena
mengandung banyak air. Nilai gizi buah pepaya cukup tinggi karena banyak
mengandung provitamin A dan vitamin C, juga mineral kalsium, selain itu dengan
mengonsumsi buah pepaya ini akan memudahkan proses pencernaan dalam tubuh
18.250 SI. Sementara wortel mengandung vitamin A sebesar 12.000 SI, alpukat
180 SI, nanas 130 SI, dan apel hanya 90 SI. Sedangkan bagian buah pepaya yang
dapat dimakan sekitar 75%, setara dengan buah pisang (Haryoto, 2006).
Pektin menjadi salah satu bahan yang mempengaruhi kekentalan produk, buah
yang belum terlalu masak memiliki kandungan pektin yang tinggi bergitu pula
Universitas Sumatera
9
sebaliknya buah yang terlalu masak memiliki kandungan pektin yang rendah,
karena itu pemilihan buah yang belum terlalu masak lebih baik dari pada buah
yang terlalu masak hal ini berhubungan dengan kandungan gizi didalamnya. Jika
tersedia buah yang melimpah seperti buah pepaya yang masak dapat
menambahkan zat pektin dari pepaya yang masih muda (Suprapti, 2005).
Komposisi gizi pada pepaya per 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 3.
dengan alkalin chloroacetic acid. Struktur karboksil metil selulosa (CMC) dasar
molekul yang lebih pendek dibanding dengan selulosa murni (Yissa, 2009).
tidak berbau, tidak beracun, butiran atau bubuk yang larut dalam air namun tidak
larut dalam larutan organik, memiliki rentang pH sebesar 6.5 sampai 8.0, stabil
pada rentang pH 2 – 10, bereaksi dengan garam logam berat membentuk film
yang tidak larut dalam air, transparan, serta tidak bereaksi dengan senyawa
organik
Universitas Sumatera
1
(Deviwings, 2008). Rumus struktur molekul dari CMC dapat dilihat pada Gambar
3.
CMC memiliki kelarutan yang baik dalam air panas dan dapat membentuk
gel yang bersifat reversibel bila dipanaskan pada suhu 50-60ºC dan berfungsi
sebagai agen pembentuk tekstur elastis. Selain itu juga berfungsi untuk mencegah
terbentuknya buih saat pendinginan. Karboksil metil memiliki sifat larut pada air
hangat yang berpotensi meningkatkan kepekatan pada larutan dan bersifat anionik
(Lersch, 2010)
pemisahan antara fase terdispersi dan fase pendispersi apabila produk makanan
kekentalan yang stabil dan homogen tetapi tidak mengalami pengendapan dalam
waktu yang lama. Pemakaian CMC lebih efektif jika dibandingkan dengan
pemakaian gum arab atau gelatin. Penambahan CMC pada konsentrasi 0,5-3,0%
Universitas Sumatera
1
. CMC merupakan turunan dari selulosa dan beberapa sering dipakai untuk
memperbaiki tekstur dari suatu produk makanan. Fungsi CMC ada sebagai
pengental kedalam bahan pangan dapat meningkatkan sifat hidrofilik protein dari
bahan pangan dan sifat lipofilik dari lemak sehingga air yang diserap protein
menjadi lebih banyak. Pengikatan air oleh protein menyebabkan tekstur bahan
pangan menjadi lebih lembut dan sifat lipofilik dari lemak menyebabkan lemak
terdispersi secara merata kedalam bahan pangan sehingga tekstur menjadi lebih
Sirup Gula
penting dalam proses pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu dan bit.
Untuk skala industri-industri makanan yang digunakan adalah gula dalam bentuk
kristal yang halus maupun yang kasar, tetapi apabila yang digunakan adalah gula
dalam bentuk kristal yang halus maupun yang kasar, tetapi apabila yang
digunakan dalam bentuk cairan gula atau yang biasa disebut sirup. Pada
pembuatan sirup, gula pasir (sukrosa) dilarutkan dalam air dan kemudian
dipanaskan, sebagian gula akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa, yang
pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan, dan kelapa
bentuk cairan
Universitas Sumatera
1
sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup, gula pasir (sukrosa) dalam bentuk cairan
sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup, gula pasir (sukrosa) dilarutkan dalam air
dan dipanaskan, sebagian dari sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa
Gula bukan hanya terlibat sebagai pemanis saja namun juga digunakan
yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada
menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorgansme dan aktivitas air dari
65% gula akan menyebabkan sel-sel mikroorganisme yang terdapat dalam bahan
pangan akan mengalami dehidrasi atau plasmolisis sehingga pangan lebih awet
Pemanis memiliki peranan yang besar pada penampakan dan cita rasa sari
buah. Pemanis juga berperan sebagai pengikat komponen favor. Pemanis yang
sering digunakan dalam pembuatan sari buah skala rumah tangga ialah sukrosa
(gula pasir). Rasa manis sukrosa bersifat murni karena tidak ada after taste, yaitu
cita rasa kedua yang timbul setelah cita rasa pertama (Depkes, 2004). Disamping
itu, sukrosa juga memiliki fungsi untuk memperkuat citarasa makanan, melalui
penyeimbangan rasa asam, pahit dan juga rasa asin (Koswara, 2009).
Asam benzoat
penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan yang asam. Bahan ini
pada pH 2,5 – 4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar maka bisa digunakan
dalam
Universitas Sumatera
1
bentuk garam natrium benzoat. Dalam bahan garam benzoat terurai menjadi
bentuk efektif, yaitu bentuk asam benzoate yang terdisosiasi pada makanan
(Winarno, 2007).
benzoat lebih efektif pada khamir dan bakteri dari pada kapang pada konsentrasi
diatas 25 mg/l, asam yang tidak terurai akan menghambat pertumbuhan kapang.
Asam benzoat akan ditolak pada konsentrasi diatas 400 mg/l dan tidak
zat yang terkandung dalam makanan tersebut. Garam benzoat dalam makanan
Winarno (2007). Dengan demikian pada pH makanan yang lebih rendah menurut
Asam sitrat
pada daun dan buah tumbuhan yang memiliki rasa yang asam. Senyawa ini
merupakan bahan pengawet alami yang baik, selain dipakai sebagai penambahan
rasa masam pada makanan juga dapat digunakan pada minuman ringan. Dalam
biokomia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara yang penting dalam
Universitas Sumatera
1
Asam sitrat banyak digunakan pada makanan sebagai asidulan atau zat
pengasam. Asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau
menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat
pengolahan. Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah
rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion H3O+
(Winarno, 2007).
Proses Pengolahan
Sirup dapat dibuat dari berbagai bahan buah maupun sayur atau
kombinasinya. Biasanya buah yang digunakan adalah jenis buah yang mempunyai
aroma yang kuat, rasa yang khas, dan warna yang menarik, contohnya mangga,
nenas, sirsak, markisa, dan jeruk (Satuhu, 2004). Keadaan buah yang digunakan
sangat menentukan dalam pembuatan sirup buah. Buah yang akan dijadikan sirup
dipilih yang bermutu baik, belum membusuk dan sudah cukup matang untuk
dikonsumsi (Haryoto, 1998). Buah yang telah matang akan memberikan warna,
Ekstraksi buah
Sari buah diperoleh dari ekstraksi buah segar. Buah yang akan digunakan
Universitas Sumatera
1
dalam proses pembuatan sari buah harus melalui beberapa tahap perlakuan
ukuran dan ada tidaknya cacat (Satuhu, 2004). Sortasi dilakukan dengan memilih
buah (sayur) yang telah matang penuh dan masih dalam kondisi baik (tidak
Pencucian dilakukan dengan air bersih agar buah terbebas dari segala
kotoran yang melekat, sperti tanah, debu, sisa pestisida, dan lain-lain. Proses
misalnya bagian-bagian yang cacat atau busuk (Haryoto, 1998). Tahap ini
merupakan operasi penting untuk menjaga kualitas sari buah yang diperoleh.
penurunan gizi pada bahan. Sebagian besar bahan pangan yang dipotong-potong
(Asgar dan Musaddad, 2006). Selain itu untuk menginaktivasi enzim, blanching
Universitas Sumatera
1
juga bertujuan untuk mebersihkan permukaan bahan dari kotoran dan orgsnisme,
mengurangi endapan pada sari buah yang dihasilkan dari hasil penghancuran
serat buah, sedangkan penyaringan bertujuan untuk memisahkan ampas dari sari
air. Perbandingan daging buah : air adalah 1 : 2 tergantung dari tinggi rendahnya
Adapun tujuan dari ekstraksi sari buah (sirup) ini adalah untuk mengambil
sari atau cairan dari dalam buah yang akan diteliti. Oleh sebab itu buah yang telah
Penyaringan
proses penyaringan dengan kain saring atau saringan yang halus. Penyaringan sari
buah bertujuan untuk memisahkan serat, biji atau daging buah yang tidak hancur
nantinya. Penyaringan juga sangat berguna untuk menghasilkan sari yang lebih
kecil
Universitas Sumatera
1
Pembotolan
Gelas digunakan sebagai alat pengemasan. Sifat kimia dari gelas adalah
inert, tetapi korosif pada bagian tutupnya dan mudah pecah karena tekanan dari
dalam, berbenturan atau perbedaan panas yang mendadak. Oleh karena itu gelas
harus dipanaskan secara perlahan-lahan dan tidak boleh langsung pada suhu tinggi
karena dapat pecah jika terjadi perbedaan panas yang cepat. Dalam penggunannya
botol harus disterilisasi terlebih dahulu, dimana sterilisasi ini bertujuan untuk
(Winarno, 2007).
Penelitian Sebelumnya
penelitian menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan adalah produk yang sehat
baik tanpa penggunaan pengawet ataupun dengan menggunakan bahan baku yang
dan gula yang tepat diperlukan supaya mutu sirup tetap terjaga dengan lama
metil selulosa (CMC) terhadap mutu sirup jambu mete Canadardium occidentale
memberikan hasil terbaik pada nilai pH, kandungan vitamin C dan kestabilan.
Rendahnya kestabilan pada perlakuan kontrol, karena semua partikel yang ikut
Universitas Sumatera
1
tersuspensi dalam sirup jambu mete ikut mengendap, karena tidak adanya bahan
perbandingan sari buah markisa dengan pepaya dan konsentrasi gula terhadap
mutu permen (hard candy), menyatakan bahwa pada pembuatan permen buah
markisa memiliki rasa yang khas yaitu asam, untuk itu perlu diimbangi dengan
menambahkan buah yang manis seperti pepaya. Selain itu, semakin tinggi sari
buah yang pepaya yang digunakan maka total solidnya akan semakin besar. Hal
produk olahan seperti sayuran, teh, dan manisan, baik itu manisan basah maupun
kering. Namun sejauh ini manisan lebih disarankan karena dapat menyamarkan
buah pare.
Universitas Sumatera