Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I
Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I
A. Pengertian
D. Kedudukan :
1. Kedudukan secara administratif
c. Unsur pelaksana
1. Unit yang terdiri dari tenaga atau pegawai dalam jabatan fungsioanal
2. Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas daerah
masing-masing
3. Unit-unit terdiri dari
UNIT 1.
Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga
berencana dan perbaikan gizi
UNIT II.
Bertugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit khususnya imunisasi, kesehatan lingkuangan dan lab sederhana.
UNIT III.
Bertugas melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan
tenaga kerja dan manula.
UNIT IV.
Bertugas melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat,
kesehatan sekolah dan olah raga. Kesehatan jiwa kesehatan mata dan
kesehatan khusus lainnya.
UNIT V.
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya
kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat.
UNIT VI.
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap.
UNIT VII
Melaksanakan kefarmasian.
2. Tata Kerja
Kepala puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi, Integrasi dan
sinkronisasi baik dalam lingkungan puskesmas maupun dengan satuan
organisasi diluar puskesmas sesuai dengan tugasnya masing.
Puskesmas pembantu
Puskesmas keliling
-Pelaksanaan :
c) Waktu :
Pertemuan diadakan dalam waktu satu hari, antara 09.00-15.00 dengan jadwal acara sebagai
berikut:
1. pengertian
setelah puskesmas selesai melaksanakan lokakarya penggalangan puskesmas, maka
segala keputusan yang telah diambil secara bersama harus dilaksanakan sebaik-
baiknya. walaupun lokakarya sudah diselenggarakan dan segala hasilnya sudah
dilaksanakan sebaik-baiknya, masih perlu adanya tindak lanjut yang bertujuan untuk
menilai pencapain dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh para pelaksananya,
sehingga dapat dibuat perencanaan ulang yang lebih baik.
2. Tujuan :
a. Timbulnya kebiasaan pada seluruh petugas Puskesmas untuk selalu mengadakan
tindak lanjut dari setiap kegiatan dalam melaksanakan program kesehatan.
b. Adanya suatu system manajemen sederhana dan terselenggarakannya yang sedang
berjalan secara teratur, dan hambatan-hambatan yang dijumpai selama satu bulan
yang lalu dapat dipecahkan bersama.
3. Pentahapan pelaksanaan
a. tahapan pelaksanaan rapat kerja bulanan puskesmas
ANALISA
MASUKAN : HAMBATAN
KEGIATAN BULAN
- laporan hasill
TUJUA kegiatan bulan lalu LALU
N RENCANA
- Hasil rapat PKK KERJA BARU
kecamatan
PEMECAHAN
- Tambahan MASALAH
pengetahuan
- Menyusun rencana pembinaan untuk tribulan yang akan dating, dan sebagai
penutup rencana kerja dari semua sector diserahkan oleh camat kepada ketua tim
penggerak PKK kecamatan.
b. Pelaksanaan :
- pengarah : Camat
- Peserta : undangan rapat ditanda tangani oleh camat dan disampaikan kepada
:
= Tim Pembina Posyandu/KB-Kes Dati II
= Tim penggerak PKK Kecamatan
= BKKBN Kecamatan
= Bangdes Kecamatan
= sector lain yang dianggap perlu
- Waktu : pertemuan sebaiknya diadakan pada hari sabtu akhir tribulan antara jam
09.00 – 12.30 dengan acara sebagai berikut :
6. Pemecahan masalah
8. Kesepakatan pembinaan
- pengertian
semangat kerjasama dalam tim yang telah ditimbulkan dalam lingkungan sector-sektor,
perlu dipelihara dengan baik agar kerjasama lintas sektoral yang telah dibina bisa
berjalan mantap dan berkesinambungan. Salah satu cara untuk memelihara kerjasama
ialah dengan mengadakan pertemuan berkala dan membahas pelaksanaan kerjasama
maupun masalah yang dihadapai dan sekaligus mencari pemecahannya bersama-sama.
- tujuan :
a. umum :
meningkatnya dan terpeliharanya hubungan kerjasama lintas sektoral
b. khusus :
- terlaksananya pertemuan lintas sektoral berkala untuk mengkaji kegiatan
kerjasama selama 3
bulan yang lalu dalam pembinaan PSM di bidang kesehatan.
- terpecahhkannya masalah dan hambatan yang dihadapai dalam rangka kerjasama
lintas sektoral
- terumuskannya mekanisme dan rencana kerjasama lintas sektoral untuk tribulan
berikutnya.
- Pentahapan Pelaksanaan :
a. tahapan pelaksanaan rapat kerja tribulan lintas sektoral.
Materi yang akan dibahas dalam rapat kerja tribulan lintas sektoral adalah sebagai berikut :
b. Pelaksanaan :
- Pengarah : Camat
- Peserta : Undangan rapat ditanda tangani oleh Camat dan disampaikan kepada:
= Tim Pembina Posyandu/KB-KES Dati II
= Tim Penggerak PKK Kecamatan
= Puskesmas di wilayah kecamatan
= BKKBN Kecamatan
= Bangdes Kecamatan
= Sektor lain yang dianggap perlu
- Waktu : Pertemuan sebaiknya diadakan pada hari sabtu akhir tribulan antara jam 09.00 –
12.30 dengan acara sebagai berikut :
b. Tujuan :
1. umum :
Tersedianya data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara
periodik/teratur untuk pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui
Puskesmas di berbagai tingkat administrasi
2. Khusu :
a. Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok
Puskesmas yang akurat, tepat waktu dan mutakhir secara teratur.
b. terlaksananya pelaporan data tersebut secara teratur di berbagai jenjang
administrasi, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Termanfaatnya data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka
pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui Puskesmas di berbagai tingkat
administrasi.
c. Ruang Lingkup :
1. SP2TP dilakukan oleh semua Puskesmas ( termasuk Puskesmas dengan
perawatan, Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling )
2. Pencatatan dan Pelaporan mencakup :
a. data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas
b. data ketenagaan di puskesmas
c. data sarana yang dimiliki puskesmas
d. data kegiatan pokok puskesmas yang dilakukan baik di dalam maupun di luar
gedung puskesmas.
3. Pelaporan dilakukan secara periodik ( bulanan, tribulanan, semester dan
tahunan ), dengan menggunakan formulir yang baku. seyogyanya berjenjang dari
puskesmas ke Dati II, dari Dati II ke Dati I, dan dari Dati I ke Pusat. Namun
sementara ini dapat dilakukan dari Dati II langsung ke Pusat, dengan tindasan ke
Propinsi.
2. Beberapa Batasan
Dalam pelaksanaan SP2TP ada beberapa batasan tentang istilah yang digunakan untuk
mendapatkan kesamaan pengertian, sehinga pencatatan dilakukan dengan benar dan sama
diseluruh puskesmas.
a. Kunjungan :
Ada 2 macam kunjungan :
1. Kunjungan seseorang ke Puskesmas, Puskesmas pembantu, baik untuk mendapat
pelayanan kesehatan maupun sekedar mendapat keterangan sehat-sakit.
untuk dibedakan 2 kategori :
a. Kunjungan baru, ialah seseorang yang pertama kali datang ke Puskesmas/Puskesmas
pembantu, sehingga seumur hidupnya hanya dicatat sebagai satu kunjungan baru.
b. Kunjungan lama, ialah seseorang yang datang ke puskesmas/puskesmas pembantu
yang kedua kali dan seterusnya untuk mendapat pelayanan kesehatan.
Perkecualian kedua kategori tersebut pada ibu Hamil, ibu Menyusui dan Balita :
a. Kunjungan ibu Hamil pada setiap kehamilan dianggao sebagai kunjungan baru,
sedangkan kunjungan kedua kali dan seterusnya untuk memeriksa kehamilan, dianggap
sebagai kunjungan lama. Dengan demikian penetapan kunjungan Ibu Hamil tidak
ditentukan dengan tahun/periode, tetapi diberlakukan sebagi “episode of illness”
3. Pelaksanaan SP2TP
Pelaksanaan SP2TP terdiri dari 3 kegiatan, ialah :
a. Pencatatan dengan menggunakan format.
b. Pengiriman laporan dengan menggunakan format secara periodic
c. Pengolahan analisis dan pemanfaatan data/informasi
a. Pencatatan :
Pencatatan dilakukan dalam gedung Puskesmas/Puskesmas Pembantu, yaitu mengisi :
1. Family Folder ( Kartu Individu dan Kartu Tanda Penganal Keluarga )
2. Buku Register untuk :
a. Rawat jalan/rawat nginap
b. Penimbangan
c. Kohort Ibu
d. Kohort Anak
e. Persalinan
f. Laboratorium
g. Pengamatan penyakit menular
h. Imunisasi
I. P.K.M
3. Kartu Indek Penyakit ( Kelompok Penyakit ) yang disertai distribusi jenis kelamin,
golongan, umur dan desa
4. Kartu Perusahaan
5. Kartu Murid
6. Sensus harian ( Penyakit dan Kegiatan Puskesmas ) untuk mempermudah pembuatan
laporan.
Petunjuk pengisiannya ada dalam buku Pedoman SP2TP
b. Pelaporan :
Jenis dan periode laporan sebagai berikut :
1. Bulanan
a. Data Kesakitan ( Format LB.1 )
b. Data Kematian ( Format LB.2 )
c. Data Operasional ( Format LB.3 )
( Gizi, Imunisasi dan KIA )
d. Data Manajemen Obat ( Format LB.4 )
2. Triwulan
a. Data kegiatan Puskesmas ( Format LT. )
3. Tahunan
a. Umum, Fasilitas ( Format LSD.1 )
b. Sarana ( Format LSD.2 )
c. Tenaga ( Format LSD.3 )
Alur pengiriman laporan adalah sebagai berikut :
1. Alur pengiriman laporan adalah sebagai berikut :
a. Laporan dari Puskesmas dikirim ke Dinas Kesehatan Tk. II untuk diolah sesuai dengan
petunjuk, dan selanjutnya direkapitulasi, laporan dikirim ke Dinkes Tk. I dan
Departemen Kesehatan c.q. Bagian Informasi Ditjen Pembinaan Kesehatan Masalah.
b. Umpan balik dari Departemen Kesehatan dikirim ke Ka.Kanwil Departemen
Kesehatan Propinsi.
2. Alur pengiriman laporan jangka panjang ( mulai Pelita VI ) adalah mengikuti jalur
jenjang administratif organisasi. Departemen Kesehatan menerima laporan dari Kantor
Wilayah Departemen Kesehatan R.I.
Langkah ini akan menghasilkan satu rumusan tentang keadaan dan perioritas maslah yang
dihadapi Puskesmas serta alternative pemecahannya.
- Sarana Fisik
Meliputi Posyandu, Pos KB dan Pos lainnya serta peralatan yang
dimiliki seperti dacin, set alat masak, dukun kit dan lain
sebagainya.
- Tenaga
Meliputi kader PKK, kader Dasawisma, kader Posyandu dan kader
lainnya, serta dukun bersalin atau tenaga kesehatan tradisonal
lainnya.
- Dana
Meliputi Dana Sehat, Dana Koperasi Simpan Pinjam dan dana
lainnya yang dapat dipergunakan untuk kegiatan kesehatan.
5. Data Status Kesehatan
Dihimpun dari data indicator derajat kesehatan yaitu IMR (Infant Mortality
Rate), CMR (Children Mortality Rate), MMR (Maternal Mortality Rate), CDR
(Crude Death Rate), Incidence/Prevalence Rate dan CFR (Case Fatality Rate)
penyakit tertentu, CBR (Crude Birth Rate), FR (Fertality Rate), LE (Level of
Edukation) dan lain sebagainya.
6. Data Cakupan Program
Meliputi data cakupan untuk masing-masing program sesuai dengan indicator
dan variabelnya.
3) Analisa data
Analisa keadaan dan masalah dalam perencanaan meliputi:
Analisa Derajat Kesehatan
Analisa Aspek kependudukan
Analisa Upaya Pelayanan Kesehatan
Analisa Perilaku
Analisa Lingkungan
4) Perumusan Masalah
Permasalahan tersebut harus dirumuskan dengan baik secara epidemiologis, sehingga
tergambarkan masalahnya, dimana, kapan dan seberapa besar. Dengan perkataan lain,
besarnya masalah diusahakan dapat tergambarkan secara kwantitatif.
5) Penentuan peringkat masalah
Untuk menentukan peringkat masalah, dapat dipergunakan cara Delbecg atau cara
Hanlon.
Kriteria yang dipakai untuk masing-masing masalah adalah:
Besarnya masalah
Penentuan score untuk besarnya masalah dilaksanakan dengan memberi nilai
(0-10) pada faktor-faktornya yaitu:
- Persentase penduduk yang terkena
- Biaya yang dikeluarkan per orang per bulan karena masalah
tersebut
- Kerugian yang dialami penduduk
Tingkat kegawatan masalah
Penentuan score untuk kegawatan masalah dilaksanakan dengan memberi nilai
(0-10) pada faktor-faktornya yaitu:
- Tingkat keganasannya
- Tingkat urgensinya
- Kecendrungannya
Kemudahan penanggulangan masalah
Penentuan kemudahan untuk penanggulangan masalah dilaksanakan dengan
memberi nilai (0,5-1,5).
PEARL factor yaitu menentukan dapat atau tidaknya program tersebut
dilaksanakan.
Penentuan scorenya untuk masing-masing factor dilaksanakan melalui voting
(1 = ya, 0 = tidak)
P = Appropriantness (tepat guna)
E = Economic feasibility (secara ekonomi murah)
A = Acceptability (dapat diterima)
R = Resource Availability (tersedianya sumber)
L = Legality (legalitas terjamin)
Penyusunan rencana
Adalah suatu upaya pengarahan antara lain dengan mendengarkan alas an dan keluhan
tentang masalah pelaksana dan pemberian petunjuk serta saran dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi pelaksana.
Bertujuan agar :
Pembimbingan dilakukan oleh dokter kepala puskesmas kepada staf puskesmas baik
secara berkelompok maupun perorangan, dilakukan minimal satu bulan sekali atau bila
sewaktu-waktu ada masalah yang timbul. Khusus untuk posyandu dilakukan pembimbingan
minimal tiga bulan sekali. Dalam melakukan pembimbingan perlu dibuat laporan tertulis oleh
pelaksana. Laporan dibuat paling lambat satu minggu setelah kegiatan, dan kemudian laporan
itu akan digunakan didalam rapat staf. Format bimbingan digunakan pedoman yang sudah
ada yaitu Pedoman Pembimbingingan Keterpaduan KB-Kesehatan yang diterbitkan
Departemen Kesehatan tahun 1987.
i. Stratifikasi Puskesmas
Adalah upaya untuk melakukan penilaian prestasi kerja puskesmas dengan
mengelompokannya kedalam 3 strata, yaitu :
a. Strata I ( Strata puskesmas dengan prestasi kerja baik)
b. Strata II (Strata puskesmas dengan prestasi kerja cukup)
c. Strata III (Strata puskesmas dengan prestasi kerja kurang)
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa terdapat 3 area yang perlu dibina :
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
1. Di tingkat Puskesmas
Dilaksanakan sendiri oleh masing-masing puskesmas , dan merupakan kegiatan
mengukur kemampuan penampilan puskesmas dalam rangka mawas diri. Dengan
tujuan agar kepala puskesmas mengetahui kelemahan dan masalah yang dihadapi
untuk berusaha memperbaikinya.
a. Tahap I :
b. Tahap II :
Diadakan analisa untuk melihat nilai scoring yang rendah pada hasil kegiatan dan
manajemen, dicari sebab-sebabnya mengapa hasil cakupan rendah. Misal :
Tenaga :
- Kurang jumlah
- Kurang terampil
- Kurang bimbingan
- Kurang produktif
- Dll
Sarana :
Dana :
- Kurang memadai
c. Tahap III :
Upaya untuk mengatasi masalah masalah tersebut diatas dan kiranya ada hal-hal yang
memerlukan bantuan tingkat kabupaten/DinKes Dati II. Kemudian menyusun rencana
penanggulangan masalah dikirim ke Dati II untuk dipelajari oleh Dokabu/Kandep.
a. Bagi Puskesmas :
Mendapatkan gambaran mengenai masalah serta hambatan yang dihadapi oleh Dinkes
Dati I selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan Puskesmas di wilayah
kerja yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh Dinkes Dati I/Kanwil
propinsi antara lain melalui penyusunan rencana tahunan.
d. Bagi Pusat :
Mendapatkan gambaran mengenai masalah serta hambatan ang dihadapi oleh Dinkes
Dati I/Kanwil selama setahun dalam pembinaan dan pengembangan puskesmas
diwilaya kerjanya. Yang perlu mendapatkan bantuan penyelesaian oleh pusat antara
lain melalui penyusunan rencana tahunan. Di samping itu dapat juga digunakan untu
mendapatkan informasi untuk kebutuhan studi, survai, dll.
Sumber Data yang dikumpulkan sebagian besar dari sistem pencatatan dan pelaporan yang
ada di puskesmas dan sebagian lagi dari sumber lain atau informasi dinas lain atau
kecamatan. Sumber tersebut antara lain :
b. Keluarga Berencana
c. Perbaikan Gizi
d. Kesehatan Lingkungan
g. Pengobatan
h. Kesehatan Sekolah
k. Kesehatan Jiwa
l. Laboratorium
Dalam rangka memberi nilai dan menghitung nilai pada data yang terkumpul, maka data
disusun dalam kelompok variabel, sub variabel, dan sub sub-variabel sebagai berikut :
- Hasil kegiatan puskesmas dalam bentuk cakupan bagi masing-masing kegiatan
pokok puskesmas (Hs)
Kelompok variabel hasil kegiatan puskesmas di bagi dalam 12 variabel (H1, H2, H3<.... H12)
H2 = keluarga Berencana
H3 = Perbaikan Gizi
Tujuan Umum Pembinaan Stratifikasi Puskesmas di tingkat Pusat adalah untuk mendapatkan
gambaran tingkat perkembangan fungsi puskesmas di seluruh propinsi Indonesia dalam
rangka pembinaan dan pengembangannya.
Tujuan khusus :
- Memberikan arah dan prioritas wilayah yang perlu dibina dan dikembangkan
1. Landasan hukum dalam pengelolaan keuangan negara adalah UUD 1945 pasal 23
ayat (1)
Administrasi keuangan di puskesmas adalah sistem pengelolaan keuangan baik yang
berasal dari APBN, APBD tk.I dan tk.II dan retribusi/penerimaan.
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
- Adanya catatan tertib dan benar atas semua uang yang diterima oleh
puskesmas
2. Sumber dari Dati I dan Dati II à APBD I & II (operasional yg belum didapat dr pusat )
C. Pengelola Keuangan
Tugas:
Tanggung Jawab:
Tugas :
Tanggung Jawab:
• Menyimpan dana pendapatan non Tax dengan tertib sehingga terhidar dari ketekoran
dan kecurian
Tugas:
• Mengadakan pengamanan uang tersebut dengan baik à terhindar dari kehilangan atau
kecurian
• Memantau & memeriksa pemungutan dan penyetoran dana pendapatan non Tax.
• Melaporkan jumlah penerimaan dan penyetoran pendapatan non Tax secara berkala
kepada instansi yg berwenang
1. mengadakan Pembukuan
2. membuat Laporan pertanggungjawaban keuangan
3. membuat Laporan keadaan kas yg dikelolanya
Pembukuan
b. Buku bank
keuangan (SPJ)
• Buku Kas Umum merupakan Alat monitoring utama dlm pengurusan uang negara.
Buku kas pembantu merupakan salah satu pembantu buku kas umum
• Buku kas pembantu merupakan buku kas dimana semua penerimaan/pengeluaran per
mata anggaran/tolak ukur/ satu kegiatan dicatat.
digunakan kepala puskesmas untuk pelaporan barang inventaris per jenis barang/alat 1 thn
sekali dilaporkan/diserahkan ke kepala Dinas Dati II & kanwil propinsi serta Kepala
direktorat bina upaya kesehatan puskesmas
K. Surat Menyurat
Setiap unit organisasi selalu melakukan hubungan surat-menyurat, baik ke dalam antar sub-
unitnya maupun ke luar dengan unit organisasi atau instansi lain. Surat-surat tersebut ada
yang bersifat sekali pakai lalu tak berguna lagi, tapi ada yang perlu disimpan karena masih
selalu diperlukan. Surat-surat yang demikian itu perlu ditata dengan baik, agar mudah dicari
kembali saat dibutuhkan. Biasanya orang lebih mengenal sebagai arsip. Penatalaksanaan
surat-menyurat pada dasarnya adalah pengurusan arsip.
1. Pendahuluan
Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang lebih merata dan sedekat
mungkin kepada masyarakat terutama penduduk pedesaan dan daerah perkotaan
terutama untuk penduduk berpenghasilan rendah, maka sejak tahun 1974 pemerintah
memberikan Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan untuk seluruh Daerah Tingkat
II di Indonesia.
a) Kekurangan obat-obatan yang sering dipakai walaupun dana obat cukup tersedia.
b) Kelebihan obat yang biasa dipakai, disebabkan karena:
Pemilihan jenis dan jumlah yang tidak tepat.
Oat yang dipilih tidak sesuai dengan pola penyakit, atau
Bentuk dan dosis yang tersedia tidak disukai oleh dokter atau pasien.
c) Kelebihan obat di beberapa unit-unit pelayanan sedangkan unit yang lain mengalami
kekurangan obat. Keadaan ini dapat disebabkan karena suplai obat yang tidak merata
di antara unit-unit pelayanan kesehatan. Misalnya Rumah Sakit dan unit pelayanan
kesehatan di perkotaan mendapat suplai obat lebih baik dari pada unit pelayanan di
pedesaan, atau daerah-daerah pinggiran. Apabila kesenjangan ini sering terjadi, maka
pasien biasanya akan langsung berobat ke unit-unit pelayanan dimana tersedia obat
yang lebih memadai.
d) Efektifitas penggunaan dana yang tidak memadai karena kecenderungan penggunaan
obat-obatan yang lebih mahal daripada penggunaan obta-obatan yang lebih murah
dengan efektifitas yang sama dengan obat-obatan yang mahal.
e) Penyesuaian yang tidak rasional terhadap kendala anggaran dapat menuju kepada
jumlah pesanan yang tidak rasional.
f) Preskripsi yang tidak rasional dan tidak efektif dapat juga disebabkan karena
perhitungan perkiraan obat yang tidak tepat, sehingga dapat terjadi:
Jangka waktu pengobatan yang diperpendek agar obat yang tersedia
mencukupi kebutuhan untuk jangka waktu tertentu.
Substitusi obat-obatan tertentu dengan obat alternatif yang dipakai secara tidak
tepat.
2. Tujuan
a. Umum:
Memelihara dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis
melalui penyediaan obat-obatan yang tepat baik jenis maupun jumlahnya di
Puskesmas.
b. Khusus:
i. Mengetahui urutan kegiatan dalam seluruh rangkaian kegiatan
pengelolaan obat.
ii. Mengetahui maksud dan tujuan serta kegiatan masing-masing
komponen pengelolaan obat.
iii. Mengenal proses dan kriteria pemilihan jenis obat esensial.
iv. Mengenal langkah-langkah penyusunan standar pengobatan untuk
perencanaan.
v. Mengenal upaya-upaya peningkatan efisiensi penggunaan dana.
vi. Mengetahui manfaat pencatatan dan pelaporan obat.
vii. Mampu memperkirakan jumlah kebutuhan obat di berbagai tingkat unit
pelayanan kesehatan menggunakan metode konsumsi dan atau metode
epidemiologi.
Secara spesifik kemampuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mampu menilai perlunya perhitungan yang lebih sistematis dan
mampu menyusun tujuan praktis dari perkiraan kebutuhan obat.
2. Mampu memilih metode perhitugan yang paling tepat.
3. Mampu menetapkan masalah-masalah kesehatan yang akan
ditangani pada berbagai unit pelayanan.
4. Mampu mengumpulkan dan mengolah data morbiditas yang
tepat dan data penggunaan obat dari sumber-sumber rutin.
5. Mampu menghitung jumlah dan biaya obat.
6. Mampu merencanakan biaya dan mencocokkan jumlah
perkiraan agar sesuai dengan biaya yang tersedia.
7. Mampu menggunakan perkiraan kebutuhan obat yntuk
melakukan pesanan obat dan pengiriman kepada unit-unti
pelayanan kesehatan lainnya.
8. Mampu mengevaluasi efektifitas perhitungan perkiraan
kebutuhan obat.
9. Mampu memperbaiki perkiraan kebutuhan obat.
3. Pengelolaan obat
a. Pengertian
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut empat
fungsi pokok yaitu PERENCANAAN, PENGADAAN, PENDISTRIBUSIAN dan
PENGGUNAAN OBAT dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia,
mencakup pola/tata laksana dan perangkat lunak lainnya, tenaga, sarana dan dana
dalam rangka pencapaian tujuan.
b. Tujuan
Memelihara dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan ekonomis di
unit-unit pelayanan kesehatan melalui penyediaan obat-obatan yang tepat jenis, tepat
jumlah dan tepat waktu dan tempat.
c. Kegiatan
Kegiatan utama pengelolaan obat meliputi:
Perencanaan, pengadaan, pendistribusian, dan penggunaan obat. Untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tersebut antara lain diperlukan sumber-sumber tertentu yang
meliputi sistem informasi dan pembiayaan.
Uraian atas pengelolaan obat ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
(1) Informasi
(2) Pembiayaan
(3) Perencanaan
(4) Pengadaan
(5) Pendistribusian
(6) Penggunaan obat
1. Informasi
a. Pengumpulan data
i. Pengertian.
Data adalah bahan baku yang dapat berupa kejadian, keterangan atau
angka yang bila diproses dapat menghasilkan suatu informasi.
Pengolahan data adalah suatu kegiatan merubah atau membuat sekian
banyak data menjadi suatu bentuk, sehingga dapat dianalisa dan ditarik
kesimpulan.
Cara pengolahan data dapat dengan menggunakan tangan (manual)
maupun secara elektronik dengan komputer. Pengolahan data baik
dengan tangan maupun elektronik, akan menghasilkan keluaran yang
dapat berbentuk tabel, grafik, atau ringkasan seperti jumlah, angka
rata-rata, persentase dan sebagainya.
Informasi adalah hasil dari proses pengolahan data setelah mengalami
validasi, pengecekan, pemilihan, perhitungan dan pembandingan
dengan data lain yang berkaitan, yang dapat digunakan/dapat
mempengaruhi tindakan/putusan berdasarkan permasalahan yang
sedang dihadapi.
Dari berbagai bentuk catatan dan laporan mengenai pengelolaan obat
dapat diperoleh berbagai informasi untuk perencanaan kebutuhan obat.
Tanpa informasi yang baik akan sering terjadi kehabisan persediaan
(stockout) atau mungkin terjadi persediaan berlebih (overstock),
kerusakan atau obat kadaluwarsa.
ii. Tujuan.
Mendapatkan informasi yang lengkap dan dapat dipercaya.
b. Pengolahan data
Jumlah pemakaian tiap jenis obat
- Kekosongan obat
- Stok pengaman
Yang dimaksudkan dengan stok pengaman adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan obat (stockout). Kemungkinan terjadinya stockout dapat
disebabkan karena penggunaan obat lebih besar dari perkiraan semula, atau
keterlambatan dalam penerimaan obat yang dipesan (leadtime).
- Leadtime
Adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan obat-obatan
sampai dengan kedatangan obat-obatan yang dipesan tersebut diterima di
gudang persediaan.
- Pemakaian rata-rata
Pemakaian rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah pemakaian dengan
waktu tersedianya obat.
- Episode pengobatan
Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan (pemakaian obat) dengan metoda
epidemiologi digunakan rumusan sebagai berikut:
- Kesimpulan
Informasi yang lengkap dan dapat dipercaya atas pengadaan, pendistribusian
dan penggunaan obat sangat diperlukan dalam pengelolaan supali obat yang
efisien. Tanpa informasi yang baik akan sering terjadi kehabisan persediaan
(stockout), kerusakan, hilang atau kadaluwarsa obat.
2. Pembiayaan
a. Pada umumnya obat-obatan untuk Puskesmas berasal dari berbagai
sumber dana, seperti:
i. Dana bantuan INPRES
ii. Perum Husada Bhakti
iii. APBD Tk. I dan Tk. II
iv. Sumber-sumber dana lainnya
b. Untuk penyusunan rencana kebutuhan obat di setiap Puskesmas maka
jumlah alokasi dana tahun lalu dapat dipakai sebagai dasar perkiraan
alokasi dana tahun berikutnya (khususnya dana bantuan Inpres, dimana
jumlah dana bantuan didasarkan kepada jumlah penduduk).
3. Perencanaan
a. Pengertian
Perencanaan kebutuhan obat merupakan suatu proses memilih jenis dan
menetapkan jumlah perkiraan kebutuhan obat di suatu unit pelayanan
kesehatan/unit kerja/wilayah. Untuk dapat memilih jenis dan menetapkan
jumlah obat secara tepat, diperlukan persiapan-persiapan yang menyangkut
berbagai kegiatan berikut:
- Menetapkan tujuan dan sasaran serta metode/prosedur pencapaian
- Mengumpulkan dan analisis data
- Evaluasi proses perencanaan.
c. Kegiatan
Dari berbagai kegiatan yang tertera pada Rencana Kegiatan di atas, di
bawah ini akan diuraikan kegiatan pokok dalam perencanaan perkiraan
kebutuhan obat yang meliputi:
Pemilihan jenis obat.
Perhitungan jumlah kebutuhan obat.
Peningkatan efisiensi dana.
KELEBIHAN KEKURANGAN
Pola – Konsumsi
Tidak dibutuhkan data morbiditas atau Data konsumsi, data obat, dan data
standar pengobatan jumlah kontak pasien yang dapat
diandalkan mungkin sulit diperoleh.
Perhitungan kebutuhan obat lebih
Tidak dapat dijadikan dasar dalam
sederhana.
mengkaji penggunaan obat dan
Bermanfaat untuk Rumah Sakit dimana perbaikan pada pola preskripsi.
Tidak dapat diandalkan jika terjadi
masalah kesehatan amat banyak dan
kekurangan stok obat lebih dari 3 bulan,
kompleks.
obat yang berlebih atau adanya
Dapat diandalkan, jika data konsumsi
kehilangan.
dicatat dengan baik, pola preskripsi Pencatatan data morbiditas yang baik
tidak berubah dan suplai tidak jauh tidak dianjurkan/didorong.
berbeda dengan sebelumnya.
Masalah pengelolaan stok dapat
diidentifikasi sehingga perbaikan
pengelolaan dapat ditingkatkan.
Pola-Epidemiologi
Perlu waktu yang banyak dari tenaga
Data konsumsi obat tidak dibutuhkan.
yang terampil.
Didasarkan pada preskripsi yang Data penyakit sulit diperoleh secara
rasional sehingga dapat dijadikan dasar pasti dan kemungkinan terdapat
untuk mengkaji pola penggunaan pola penyakit yang tidak termasuk dalam
preskripsi. daftar/tidak terlampir.
Mendorong terlaksananya pencatatan Memerlukan sistem pencatatan dan
data morbiditas yang dapat diandalkan. pelaporan.
Pola penyakit dan pola preskripsi tidak
selalu sama.
Dapat terjadi kekurangan obat karena
ada wabah atau kebutuhan insidentil
tidak terpenuhi.
Variasi obat terlalu luas.
d. Metode perhitungan rencana kebutuhan obat
- Metode konsumsi
Pelaksanaan perhitungan rencana kebutuhan obat menurut pola konsumsi
di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit Kabupaten)
dilaksanakan sebagai berikut:
Analisis data dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat
Penyesuaian jumlah permintaan obat dengan alokasi dana
Penyampaian rencana permintaan obat
Pengumpulan dan analisis data serta perhitungan perkiraan kebutuhan
obat
Penyesuaian jumlah permintaan obat dengan alokasi dana
Penyampaian rencana permintaan obat
Kesimpulan:
Standar pengobatan untuk perencanaan dimaksudkan untuk membantu
petugas pengelola obat dalam menyusun perkiraan kebutuhan obat. Standar
ini harus mengacu pada standar pengobatan klinis yang digunakan. Dalam
penerapannya standar ini perlu disertai dengan pedoman pelaksanaannya.
Kelompok A: adalah beberapa jenis obat yang memakai alokasi paling besar (sekitar
80% dari total dana).
Kelompok B: adalah beberapa jenis obat yang memakai alokasi dana sekitar 20% dari
total dana.
Kelompok C: adalah beberapa jenis obat yang memakai alokasi dana sekitar 10% dari
total dana.
Data yang diperlukan untuk melakukan analisis Pareto adalah:
- Harga patokan tiap jenis obat.
- Jumlah perkiraan kebutuhan obat dalam 1 tahun.
Hasil analisis Pareto ini dapat menunjukkan beberapa jenis obat yang menyerap
sebagian besar dari alokasi dana (contoh perhitungan terlampir).
Informasi yang dihasilkan dapat digunakan dalam upaya menghemat biaya dan
meningkatkan efisiensi misalnya dalam:
o Perencanaan pola pengadaan.
o Pengelolaan stok.
o Penetapan harga satuan obat.
o Penetapan jadwal pengiriman.
o Pengawssan stok dan lain-lain.
o Monitoring umur pakai obat.
SISTEM VEN
Peningkatan efisiensi penggunaan dana obat yang terbatas dapat pula dilakukan
dengan penyusunan daftar kebutuhan obat didasarkan kepada dampak tiap jenis obat
kepada kesehatan.
Semua jenis obat yang terdapat dalam daftar obat dikelompokkan ke dalam 3
kelompok berikut:
- Kelompok V
Adalah kelompok obat-obatan yang sangat esensial, seperti:
Obat penyelamat jiwa
Obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok.
- Kelompok E:
Adalah obat-obatan esensial lainnya
- Kelompok N:
Adalah obat-obatan esensial untuk penyakit-penyakit ringan atau obat-obat
kuasi.
4. Pengadaan/permintaan
a. Pengertian:
Suatu proses untuk memperoleh obat yang dibutuhkan di puskesmas.
b. Maksud dan tujuan:
- Memperoleh obat dengan jenis dan jumlah yang tepat
- Mendapatkan obat dengan mutu yang tinggi
- Menjamin penyampaian yang cepat dan tepat waktu
- Optimasi pengelolaan persediaan obat melalui prosedur
pengadaan/permintaan yang baik.
c. Kegiatan
Berupa:
- Menyusun daftar permintaan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan
- Pengajuan permintaan kebutuhan obat kepada Dinas Kesehatan Dati II/Gudang Obat
dengan menggunakan formulir “Daftar Permintaan/Penyerahan Obat”
- Penerimaan dan pengecekan jenis dan jumlah obat.
5. Distribusi
Merupakan Serangkaian kegiatan yang menyangkut aspek-aspek penerimaan dan
pengecekan, pengendalian persediaan, penyimpanan, penyerahan, termasuk
penyerahan kepada pasien.
Perlengkapan dan alat tersebut dibawah ini terutama terdiri dari barang-barang yang
tidak habis dipakai dan yang diberikan kepada Puskesmas, termasuk perlengkapan
laboratorium. Apabila puskesmas mempunyai laboratorium denggan petugas teknis
laboratorium, maka perlengkapan tadi diserahkan kepadanya. Apabila Puskesmas tidak
mempunyai petugas teknis laboratorium, maka perlengkapan itu dapat digunakan oleh
anggota staf Puskesmas yang mampu melakukan pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium
tertentu.
I. BASIC EQUIPMENT
a. Umum
Refrigerator, kerosene
b. KIA set
Weighing scale (adult, infant)
Single solution basin stand
Sterilizer, instrument, kerosene
Basin, kidney, wash, shallow
Cup, solution, glycerine spuit, jar, dressing
Apron, utility,plastic
Catheter, urethral, soft rubber, hand gloves, pump, breast
Syringe, rectal, infant, dropper medicine, pipette
Thermometer (oral, rectal)
Brush, hand , surgeon, tape, vinyl, depressor, tongue, hammer, reflex testing
Sphygmomanometer, stethoscope, forceps, needle, scissors, syrings, HB set
Sahli, pengukur panggul
c. Poliklinik set
Single solution basin stand, solution basin
Basin, kidney, wash, shallow
Cup, solution, irrigator, jar dressing
Apron, utility, catheter, connector, hand gloves, pump, breast, syringe, tube
Dropper, thermometer (oral, rectal), brush, suture (silk), tape
Torniquet, depressor, hammer reflex, sphygmomanometer, stethoscope
Forceps, holder needle, needle, scissors, syringe, clamp, stretcher lipat tanpa
roda, manset anak.
II. PUBLIC HEALTH NURSING & MIDWIFERY KIT
a. Sterilizer, basin kidney, bowl, glycerine syringe, nelaton catheter urethral,
catheter mucous
b. Thermometer, brush hand, syringe, needle, surgical suture, needle
c. Lamp, spiritus, tongue depressor, forceps
d. Stethoscope, sphygmomanometer, scissors, scale spring baby size, surgeon
gloves, tape measure, towel, apron plastic, pouch plastic, sheeting plastic,
urinary test set, cotton absorbent,
e. Gauze, soap, bottle, bag canvas, safety pin medium, oralit spoon, object glass,
scalpel, HB set Sahli, flash light, umbilical cord clips, tensimeter
III. DIAGNOSTIC AND SURGICAL EQUIPMENT
a. Snellen chart, head mirror, forceps, complete diagnostic set
b. Forceps obstetrical, holder needle,knife handle, knife blade, probe, scalpel,
cissors, speculum, suture clip
IV. PHYSICIAN’S KIT
a. Thermometer, depressor tongue, pocket lamp, tensimeter, stetoskop, forsep,
needle
b. Scissors, syringe, hammer reflex
c. Leather bag, paratus for syringe
V. HEALTH EDUCATION EQUIPMENT
a. Flanelets, green darkcolor
b. Green board, double sided
c. Wax, crayon
d. Standard untuk flipchart
e. Radio kaset
f. Slide projector
g. Model untuk penyuluhan (gizi, gigi, KB)
VI. LABORATORY EQUIPMENT
a. Centrifuge
b. Burner, kerosene
c. Microscope, monooculair
d. Sterilizer, steam
e. Albuminometer, Esbach
f. Blood sendimentation apparatus, Westergreen
g. Hemocytometer set
h. Hemameters, Sahli
i. Lamp, spiritus, litmus, paper lens
j. Syringe, stove, kerosene
k. Timer, interval, spring wound, stopwatch
l. Urinometer, tensimeter, loop, paper, filter
m. Beaker, bottle, ccontainer (specimen, sputum)
n. Cover glass, cylinder, flask erlemeyer
o. Funnel, petridish, pipet, slide microscope, vdrl
p. Tube, centrifuge, test, brush (jar, cylinder)
q. Gauze wire, holder tube
r. Tongs pickup, forceps, pencil, rack, tripod, basket, wash basin
s. Staining plate, slide box, map sediaan dari karton
VII. ALAT-ALAT RESUSITASI DASAR
a. S tube, ETT, Laringoskop
b. Endomecheal tube infant size
c. Resuscitation equipment for adult, infant
d. NGT
e. Guedel
f. Suction catheter
g. Magil forceps
h. Cricothyrotomy, xylocain sprayer
i. Oxygen delivery set
VIII. ALAT-ALAT KESEHATAN MATA
a. Optotypen (snellen chart), reading chart
b. Trial lens set, trial frame, tonometer, oftalmoskop, loupe
c. Eye speculum, eye lid retractor, silk black braided
d. Silet, knife golf club, currete
e. Forceps, scissors, needle holder, eye suture needle, pinset
f. Phantoum eye, gambar anatomi mata
IX. DAFTARALAT IMUNISASI (UNICEF)
a. Spuit 1cc, barrel 1cc, spuit 10cc, spare O ring
b. Jarum, ring rubber, sterilisator, metal box/shield
c. Pinset, lampu spiritus, termos es 1,5 L
d. Kotak kapas, sahrpping stone, botol plastik, spuit 2cc
e. Tas imunisasi, Sumbu L es, semprong, Burner, elemen strika, elemen listrik
f. Thermometer lemari es, vaccine carier, cholera cat
X. SCREENING KIT BAGI UKS UNTUK DI PUSKESMAS
a. Timbangan, micro toir, snellen chart
b. Tensimeter, stetoskop, objek glass, depressor lidah
c. Buku ishihara
d. Thermometer
e. Tourniquet, ear speculum
f. Head minor, nasal speculum, percussion hammer
g. Pinset gigi, cermin gigi, dan sonde
h. Alat deteksi dan rehabilitasi ALB
i. Kartu berobat anak.
I. PENGOBATAN JALAN
II. PUBLIC HEALTH NURSING & MIDWIFERY KIT
4. Alat kesehatan esensial untuk ruang perawatan di Puskesmas dengan 10 tempat tidur
I. 10 beds with accessories (bed, mattres, pillow, bedsheet, pillowcase, blanket, sheeting
plastic, chair, bedside cabinet)
bedpan, urinal breaker, tray instrument with cover, dressing jar with cover, stetoskop
…..
• 1. Fasilitas
a. Puskesmas
2. Daerah dengan penduduk padat dan kunjungan tinggi dapat dibangun dengan luas
lantai : 250 m2
3. Khusus DKI Jakarta luas lantai gedung Puskesmas Kecamatan : 420 m2/435 m2
b. Puskesmas Pembantu:
1. Luas lantai puskesmas pembantu : 80m2 terdiri dari : ruang pelayanan kesehatan 30 m2 dan
tempat tinggal paramedis 50 m2
c. Rumah dokter : 70 m2
d. Rumah paramedis : 50 m2
1. Obat esensial adalah obat yang paling dibutuhkan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat terbanyak meliputi diagnosa, profilaksis, terapi, dan rehabilitasi.
7. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan dijatuhkan pada:
- mudah diperoleh
2. Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi dari pada
masing-masing komponen
3. Analgesik-Narkotik :Petidin
• Obat Kardiovaskular
3. Saluran Pernapasan
1. Diuretik ( Hidroklortiazid)
6. AntiAlergi
2. Larutan keseimbangan cairan elektrolit asam lindi (Natrium bikarbonat, Natrium Chlorida),
RL, kombinasi
8. Hormon
1. Estrogen ( Dietilstilbestrol)
2. Kontrasepsi
9. Antidiabetik
4. Retinol (Vitamin A)
6. Vitamin B Kompleks
11. Antiinfeksi
2. Antifungi (Griseofulvin)
8.