Angio PDF
Angio PDF
DAN ANGIOEDEMA
Fitria
Abstrak. Urtikaria adalah penyakit kulit yang ditandai dengan rasa gatal disertai eritema
dan edema pada dermis superfisial. Lesi urtika cepat timbul dan hilang perlahan dalam 1-
24 jam. Angioedema merupakan urtikaria yang terjadi pada dermis bagian bawah atau
subkutis, ditandai dengan rasa nyeri, sering mengenai wajah dan membran mukosa, serta
lesi hilang perlahan dalam 72 jam. Banyak faktor penyebab dan variasi gejala klinis pada
urtikaria dan angioedema sehingga untuk memudahkannya dibuat klasifikasi berdasarkan
aspek etiologi dan klinisnya. Klasifikasi ini juga sangat bermanfaat dalam
penatalaksanaan urtikaria dan angioedema. (JKS 2013; 2: 96-104)
96
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 2 Agustus 2013
97
Fitria, Aspek Etiologi dan Klinis pada Urtikaria
dan menghasilkan anafilatoksin yang lesi muncul kurang dari 2 kali seminggu
mampu merangsang pelepasan histamin maka disebut UK episodik. Pada UK selain
dan mediator lainnya. Pada urtikaria non anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
imunologik, beberapa bahan kimia lengkap perlu juga dilakukan pemeriksaan
(golongan amin dan derivat amidin) dan penunjang untuk menemukan faktor
obat-obatan seperti morfin, kodein, pencetusnya seperti infeksi, penyakit
polimiksin dapat langsung merangsang sel autoimun, reaksi alergi mapun non
mast dan basofil untuk melepaskan alergi.7,11,16
histamin. Bahan kolinergik seperti
asetilkolin yang dilepaskan oleh saraf Urtikaria Autoimun
kolinergik kulit, faktor fisik berupa panas, Sekitar 50% pasien urtikaria kronis
dingin, stres dan sinar matahari juga dapat mempunyai histamin yang melepaskan
secara langsung merangsang pelepasan autoantibodi. Sebagian besar IgG berikatan
beberapa mediator. Pada urtikaria langsung dengan subunit α reseptor IgE
idiopatik, etiologinya belum banyak pada permukaan sel mast dan basofil,
diketahui namun diduga sebagian besar hanya sedikit yang berikatan dengan IgE.
berhubungan dengan penyakit Autoantibodi tersebut menyebabkan
3,11,13
autoimun. degranulasi sel mast melalui aktivasi
Berikut akan dibahas satu-persatu komplemen jalur klasik.5,17 Ini dapat
mengenai jenis-jenis urtikaria/angioedema terlihat pada autologous serum skin test
berdasarkan etiologi dan klinisnya: (ASST) dimana jika disuntikkan serum
autolog secara intraepidermal maka akan
Urtikaria Akut muncul urtika. Namun pemeriksaan ASST
Sekitar 65% urtikaria spontan adalah belum menjadi pemeriksaan yang rutin
urtikaria akut (UA). Dikatakan UA jika dilakukan sehingga sering pasien
urtika muncul secara spontan dengan durasi didiagnosis sebagai urtikaria idiopatik.18
kurang dari 6 minggu. UA sering
disebabkan oleh infeksi akut dari saluran Urtikaria Kontak
pernafasan atas, saluran kemih atau reaksi Urtikaria kontak alergi (UKA) merupakan
non alergi (pseudoalergen) dari obat reaksi hipersensitivitas tipe I yang
antiinflamasi non steroid sedangkan UA diperantarai oleh alergen IgE spesifik pada
alergika diperantarai oleh IgE, contohnya orang yang telah tersensitisasi sebelumnya.
alergi makanan yang banyak dijumpai pada Alergen penyebab UKA antara lain dari
orang atopi.2,14 Makanan yang sering bahan makanan (kacang, tomat, ikan), latex
menimbulkan urtikaria ialah telur, dan logam sedangkan riwayat atopi
kacang, udang, coklat, tomat, keju, bawang, merupakan salah satu faktor
semangka, asam nitrat, asam benzoat dan predisposisinya. Lesi UKA muncul tidak
ragi. Diagnosis UA ditegakkan hanya hanya pada area yang terkena bahan
berdasarkan riwayat penyakit termasuk alergen namun dapat generalisata bahkan
mencari faktor pencetusnya dan mengenai organ dalam seperti saluran
pemeriksaan fisik tapi pemeriksaan pernafasan atau pencernaan dan juga
penunjang lain masih belum perlu mengakibatkan syok anafilaktik.
dilakukan.15 Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk menegakkan diagnosis ini
Urtikaria Kronis adalah pemeriksaan IgE spesifik dan tes
Prevalensi urtikaria kronis (UK) sebesar tusuk.9,19
0,5% dari populasi umum dan sering Urtikaria kontak non alergi (UKNA) terjadi
mengenai wanita usia dewasa muda. Lesi tanpa adanya sensitisasi awal, hanya terjadi
muncul secara spontan, minimal 2 kali reaksi setempat tanpa reaksi sistemik.
seminggu selama lebih dari 6 minggu. Jika Penyebab UKNA diduga karena efek
98
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 2 Agustus 2013
langsung terhadap dinding pembuluh darah tipe lambat (jarang) dengan onset 4-6 jam
dermal atau pelepasan substansi vasoaktif dan berlangsung selama 24-48 jam. 3) UD
misalnya histamin, SRSA dan bradikinin tipe intermediate muncul dalam 30 menit
tanpa pengaruh antibodi. Bahan-bahan sampai 2 jam dengan durasi 3-9 jam.
penyebab UKNA antara lain bahan Tes rutin yang digunakan adalah
pengawet atau penyedap makanan, sabun, dermografisme.1,21
parfum dan produk farmasi seperti salep
atau krim. Waktu optimum untuk melihat 2. Delayed-pressure urticaria
reaksi yang timbul adalah 40-45 menit Delayed-pressure urticaria (DPU) terjadi
setelah aplikasi bahan alergen.19,20 karena tekanan yang menetap sehingga
dalam waktu 3-12 jam muncul urtika
Urtikaria Kompleks Imun disertai rasa nyeri atau panas dan dapat
Aktivasi sistem komplemen melalui menetap lebih dari 24 jam. DPU terjadi
anafilatoksin C5a dapat memperantai dan hanya 1% dari seluruh jenis urtikaria dan
meningkatkan pelepasan histamin dari sel biasanya karena ikat pinggang, jam tangan,
mast. Mekanisme inflamasi ini terjadi sepatu atau setelah olahraga yang lama.
karena adanya ikatan antara antigen dan Penegakan diagnosis DPU selain dari
antibodi yang membentuk kompleks imun, anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat
biasanya berhubungan dengan infeksi virus dilakukan tes tekanan dengan
hepatitis B, hepatitis C dan infeksi oleh menggunakan alat yang telah dikalibrasi
parasit sehingga dapat dilakukan beratnya (500-1500 g/cm2) dan diletakkan
pemeriksaan serologis sesuai dengan pada 3 tempat atau lebih bagian tubuh
klinisnya.13,20 (punggung, paha, bahu atau lengan) selama
10 menit dan dibaca pada 30 menit, 3 jam,
Urtikaria Fisik 6 jam dan 24 jam.4,21
Sebesar 50% urtikaria kronik adalah
urtikaria fisik yang terjadi karena adanya 1 3. Urtikaria dingin
atau lebih rangsangan fisik berupa trauma, Sekitar 3-5% urtikaria fisik adalah urtikaria
suhu, sinar atau getaran. Patomekanisme dingin yang muncul karena terpapar
urtikaria ini masih belum jelas namun dengan objek yang dingin, air atau udara
diyakini bahwa faktor fisik tersebut yang dingin dan jarang karena makanan
merangsang terjadinya pelepasan histamin atau minuman dingin.1,4 Untuk
karena adanya degranulasi sel mast.2,21 memudahkan praktek sehari-hari urtikaria
Berdasarkan faktor pencetusnya urtikaria dingin diklasifikasikan menjadi:
fisik dibagi menjadi : a. Urtikaria dingin tipikal, (sering
dijumpai) terdiri atas:
1. Urtikaria dermografika (factitial − Urtikaria dingin primer (idiopatik);
urticaria) pada pemeriksaan darah vena dan
Urtikaria dermografika (UD) merupakan biopsi kulit dijumpai histamin, faktor
urtikaria yang paling sering muncul pada kemotaktik, prostaglandin D2,
urtikaria fisik, biasanya mengenai dewasa Platelet-activating factor dan Tumor
muda dan biasa berlangsung selama 6,5 necrosis factor-α.
tahun. Prevalensi UD pada populasi umum - Urtikaria dingin sekunder; terdapat
berkisar antara 2-5%. UD muncul secara kelainan krioglobulinemia, cold
cepat pada daerah yang mengalami tekanan hemolysin dan cold agglutinin, selain
atau goresan dan seringnya disertai rasa itu juga berhubungan dengan
gatal. Berdasarkan onsetnya urtikaria beberapa penyakit infeksi seperti
dermografika dibagi menjadi 3 tipe, yaitu: mononukleosis, sifilis, varisela,
1) UD tipe cepat (paling sering) dengan hepatitis dan infeksi HIV.
onset 2-5 menit dan durasi 30 menit. 2) UD
99
Fitria, Aspek Etiologi dan Klinis pada Urtikaria
100
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 2 Agustus 2013
101
Fitria, Aspek Etiologi dan Klinis pada Urtikaria
102
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 2 Agustus 2013
ditegakkan jika kemungkinan diagnosis inhibitornya yang terganggu (AEH tipe II)
urtikaria yang lain seperti urtikaria sedangkan pada AEH tipe III terjadi mutasi
vaskulitis dan urtikaria fisik telah gen F12 yang berfungsi mengontrol faktor
disingkirkan. Namun demikian sekitar 30- pembekuan 12. AEH tipe III sering pada
60% pasien UI memiliki autoantibodi wanita dan dapat dieksaserbasi oleh
terutama IgG1 dan IgG3 yang spesifik kehamilan dan penggunaan kontrasepsi
terhadap FcεRIα sehingga perlu dilakukan hormonal.3,10
pemeriksaan ASST untuk dapat Diagnosis angioedema ditegakkan
menentukan terapi yang tepat seperti berdasarkan gambaran klinis dan
pemberian imunomodulator (siklosporin pemeriksaan penunjang seperti
A, plasmaferesis dan Ig intra vena).5,27 laboratorium darah lengkap, mast cell
tryptase level yang meningkat jika
Angioedema berhubungan dengan reaksi alergi akut
Angioedema terjadi pada lebih dari (anafilaksis), konsentrasi plasma
setengah pasien urtikaria spontan dan komplemen C4 dan jumlah serta fungsi
sekitar 10-20% pasien angioedema tanpa dari C1INH.8,10,11
disertai urtikaria terjadi karena obat-obatan
seperti aspirin, golongan ACE inhibitor Daftar Pustaka
dan AINS. Obat-obat ini mencegah 1. Zuberbier T. Urticaria: Current opinions
degradasi bradikinin yaitu komponen about etiology, diagnosis and therapy.
peptida yang berfungsi sebagai vasodilator Acta Derm Venereol. 2007 : 87 : 196-205.
yang poten sehingga terjadi akumulasi 2. Zuberbier T. Urticaria. Allergy. 2003 :
cairan di daerah interstitium terutama pada 58 : 1224-1234.
3. Nettis E. Clinical and laboratory
area wajah. Ada 2 cara terbentuknya
investigations : Clinical and aetiological
bradikinin, yaitu : aspects in urticaria and angio-oedema.
1. Melalui komponen enzim jaringan British Journal of Dermatology. 2003 :
kallikrein dan substrat plasma. 148 : 501-506.
Kallikrein disekresi terutama oleh sel- 4. Deacock SJ. An approach to the patient
sel kelenjar (saliva, keringat dan with urticaria. Clinical and Experimental
eksokrin pankreas), paru, ginjal, usus Immunology. 2008; 153: 151-161.
halus dan otak. 5. Liutu M, Kalimo K, Uksila J, Kalimo H.
2. Melalui aktivasi jalur pembekuan Etiologic aspects of chronic urticaria.
instrinsik. Adanya trauma akan International Journal of Dermatology.
mengaktivasi faktor Hageman (XII) 1998 : 37 : 515-519.
6. Baiardini I, Pasquali M, Braido F,
yang akan memicu pembentukan
Fumagalli F, Guerra L, Compalati E,
plasmin dan kalikrein. Plasmin Braga M, Lombardi C, Fassio O,
mengaktivasi C1 melalui pembentukan Canonica GW. A new tool to evaluate the
C2 kinin-like peptide dan kallikrein impact of chronic urticaria on quality of
menghasilkan bradikinin dari life: chronic urticaria quality of life
kininogen.3,8 questionnaire (CU-Q2oL). Allergy .2005 :
Angioedema juga dapat terjadi karena 60 : 1073-1078.
defisiensi atau disfungsi C1INH. 7. Buss YA. Chronic urticaria-which clinical
Defisiensi C1INH bisa bersifat herediter parameters are pathogenetically relevant?
atau dapatan. Defisiensi C1INH dapatan A retrospective investigation of 339
jarang ditemukan dan berhubungan dengan patients. JDDG. 2007 : 5 : 22-29.
8. Friedmann PS. Assesment of urticaria and
penyakit autoimun atau limfoma.
angioedema. Clinical and Experimental
Defisiensi C1INH herediter bisa Allergy. 1999 : 29 : 109-112.
dikarenakan produksinya yang menurun 9. Grattan C, Charlesworth EN. Urticaria.
(angioedema herediter/AEH tipe I) akibat Dalam: Holgate ST, Lichtenstein LM,
mutasi gen SERPIN1 atau fungsi
103
Fitria, Aspek Etiologi dan Klinis pada Urtikaria
Allergy 2nd Ed, London : Mosby. 2001 : predicting chronic urticaria duration: a
6 : 93-104. prospective study of 139 patients. Allergy.
10. Kaplan AP. Urticaria and angioedema. 2004 : 59 : 869-873.
Dalam: Wolff K, Goldsmith L.A, 18. Asero R. Chronic urticaria: novel clinical
Fitzpatrick’s Dermatology in General and serological aspects. Clinical and
Medicine 7th Ed, Vol I, New York : Mc Experimental Allergy. 2001 : 31 : 1105-
Graw Hill Medical. 2008 : 37 : 330-343. 1110.
11. Powel RJ, Du Toit GL, Siddique N, Leech 19. Wakelin SH. Contact urticaria. Clinical
SC, Dixon TA, Clark AT, Mirakian R, Dermatology. 2000 : 26 : 132-136.
Walker SM, Huber PA, Nasser SM. 20. Grattan CEH, Humphreys F. Guidelines
BSACI guidelines for the management of for evaluation and management of
chronic urticaria and angio-oedema. urticaria in adults and children. British
Clinical and Experimental Allergy. 2007 : Journal of Dermatology. 2007 : 157 :
37 : 631-650. 1116-1123.
12. Zuberbier T, Bindslev-Jensen C, 21. Kountou-Filli K, Borici-Mazi R, Kapp A,
Canonica W, Grattan CE, Greaves MW, Matjevic LJ, Mitchel FB. Physical
Henz BM, Kapp A, Kozel MM, Maurer urticaria: classification and diagnostic
M, Merk HF, Schäfer T, Simon D, Vena guidelines. Allergy. 1997 : 52 : 504-513.
GA, Wedi B. EAACI/GA2LEN/EDF 22. Siebenhaar F, Weller K, Mlynek A,
guideline : definition, classification and Magerl M, Altrichter S, Vieira Dos Santos
diagnosis of urticaria. Allergy. 2005 : 6 : R, Maurer M, Zuberbier T. Acquired cold
123-127. urticaria: clinical picture and update on
13. Zuberbier T, Greaves MW, Juhlin L, diagnosis and treatment. Clinical
Kobza-Black A, Maurer D, Stingl G, Dermatology. 2007 : 32 : 241-245.
Henz BM. Definition, Classification and 23. Mang R. Solar urticaria. Clinical and
Routine Diagnosis of Urticaria: A Experimental Dermatology. 2002 : 18 :
Consensus Report. Journal Investigative 196-198.
Dermatology. 2001 : 6 : 123-127. 24. Grattan CEH. Aspirin sensitivity and
14. Wedi B. Urticaria. JDDG. 2008 : 6 : 306- urticaria. Clinical Dermatology. 2002 :
320. 28 : 123-127.
15. Yates C. Parameters for the treatment of 25. Soter NA. Urticarial venulitis.
urticaria and angioedema. Journal of the Dermatologic Therapy. 2000 : 13 :
American Academy Practitioners. 2002; 400-408.
14: 478-483. 26. Güler E, Emir S, Kutluk T, Varan A,
16. Bindslev-Lensen C, Finzi A, Greaves M, Büyükpamukçu M. Urticaria Pigmentosa
Camarasa J, Ortonne JP, Schöpf E, Associated with Wilms Tumor. 2001 :
Tennstedt D. Chronic urticaria: diagnostic 18 : 313-315.
recommendations. JEADV. 2000 : 14 : 27. Sabroe RA, Greaves MW. Chronic
175-180. idiopathic urticaria and its management.
17. Toubi E, Kessel A, Avshovich N, Dermatologic Therapy. 2000 : 13 : 384-
Bamberger E, Sabo E, Nusem D, Panasoff 391.
J. Clinical and laboratory parameters in
104