Emboli
Emboli
DISUSUN OLEH:
DR. ALI NAFIAH NST
SUPERVISOR:
Dr. PANTAS HASIBUAN, Sp.P(K)
PENDAHULUAN
Pulmonary embolism atau Emboli paru adalah peristiwa infark jaringan paru akibat
tersumbatnya pembuluh darah arteri pulmonalis oleh peristiwa emboli.1 Keadaan ini
dapat memberikan gambaran klinis dengan spektrum luas, mulai dari suatu gambaran
klinis yang asimptomatik sampai keadaan yang mengancam nyawa berupa hipotensi,
shock kardiogenik dan keadaan henti jantung yang tiba-tiba (sudden cardiac death).2,3
Insidensi emboli paru di Amerika Serikat dilaporkan hampir 200.000 kasus
pertahun dengan angka kematian mencapai 15% yang menunjukkan bahwa penyakit
ini masih merupakan problema yang menakutkan dan salah satu penyebab emergensi
kardiovaskuler yang tersering.4,5 Laporan lain menyebutkan bahwa emboli paru secara
langsung menyebabkan 100.000 kematian dan menjadi faktor kontribusi kematian
oleh penyakit-penyakit lainnya.6
Penyebab utama dari suatu emboli paru adalah tromboemboli vena (venous
thromboembolism), namun demikian penyebab lain dapat berupa emboli udara,
emboli lemak, cairan amnion, fragmen tumor dan sepsis.7,8
Diagnosis suatu emboli paru dapat ditegakkan dari penilaian gambaran klinis
dan pemeriksaan penunjang berupa foto toraks, D-Dimer test, pencitraan ventilasi-
perfusi (ventilation-perfussion scanning), CT angiografi toraks dengan kontras,
angiografi paru, Magnetic Resonance Angiography, Duplex ultrasound ekstremitas
dan ekokardiografi transtorakal.7,9
Penatalaksanaan khusus emboli paru dapat berupa pemberian antikoagulasi,
antitrombolitik atau embolektomi baik dengan intervensi kateterisasi maupun dengan
pembedahan.1,10
TUJUAN
Untuk membahas emboli paru dari sudut patofisiologi dan faktor risiko sehingga
dapat dideteksi dan didiagnosis guna penatalaksanaan yang tepat dan efektif
Trauma lokal pada dinding pembuluh darah dapat terjadi oleh karena cedera
pada
dinding pembuluh darah, kerusakan endotel vaskuler khususnya dikarenakan
tromboflebitis sebelumnya. Sedangkan keadaan hiperkoagulobilitas darah dapat
disebabkan oleh therapi obat-obat tertentu termasuk kontrasepsi oral, hormone
replacement theraphy dan steroid. Di samping itu masih ada sejumlah faktor genetik
yang menjadi faktor predisposisi suatu trombosis. Sementara statis vena dapat terjadi
akibat immobilisasi yang berkepanjangan atau katup vena yang inkompeten yang
dimungkinkan terjadi oleh proses tromboemboli sebelumnya.11
DIAGNOSIS
Diagnosis emboli paru ternyata lebih sulit dibandingkan dengan pengobatan dan
pencegahannya. Pendekatan diagnostic non invasif, khususnya pemeriksaan D-dimer,
ELISA (Enzym-linked immunosorbent assay) , CT-Scan dan ultrasonografi vena saat
ini semakin meningkatkan nilai kepercayaan dalam menegakkan diagnosis emboli
paru. Bagaimanapun juga, di samping adanya kemajuan tekhnologi diagnosis,
ternyata emboli paru yang besar selalu tidak terdiagnosis dan hanya dijumpai saat
autopsi.11
GAMBARAN KLINIS
Kecurigaan emboli paru merupakan dasar dalam menentukan test diagnostik. Dispnoe
merupakan gejala yang paling sering muncul, dan tachypnoe adalah tanda emboli paru
yang paling khas. Pada umumnya, dispnoe berat, sinkop atau sianosis merupakan
tanda utama emboli paru yang mengancam nyawa. Nyeri pleuritik menunjukkan
bahwa emboli paru kecil dan terletak di arteri pulmonalis distal, berdekatan dengan
garis pleura.11
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang emboli paru mencakup :
1. Foto Toraks
Pembesaran arteri pulmonal yang semakin bertambah pada serial foto toraks
adalah tanda spesifik emboli paru. Foto toraks juga dapat menunjukkan
kelainan lain seperti efusi pleura atau atelektasis yang sering bersamaan
insidensinya dengan penyakit ini.. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk
menyingkirkan keadaan lain khususnya pneumothorax.
Gambaran EKG seorang pria 33 tahun dengan emboli paru pada cabang utama kiri
arteri pulmonalis yang telah dikonfirmasi dengan CT scan thorax.
Sumber : Kepustakaan no.11
5. Scanning Ventilasi-Perfusi
Pemeriksaan ini sudah menjadi uji diagnosis non invasive yang penting untuk
sangkaan emboli paru selama bertahun-tahun. Keterbatasan alat ini pada kasus
alergi kontras, insufisiensi ginjal, atau kehamilan.
Dikutip dari Goldhaber SZ. Pulmonary embolism. N Engl J Med 1998; 339:98
DIAGNOSIS BANDING
Emboli paru dapat didiferensial diagnosis dengan :
1. Pneumonia atau bronchitis
2. Asthma bronchiale
3. Penyakit Paru Obstruksi Menahun eksaserbasi
4. Miokard infark
5. Edema Paru
6. Anxietas
7. Diseksi Aorta
8. Pericardial Tamponade
9. Kanker Paru
10. Hipertensi Pulmonal Primer
11. Fraktur Costae
12. Pneumothoraks
13. Costochondritis
14. Nyeri Muskuloskletal14
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan emboli paru mencakup terapi yang bersifat umum dan khusus.1
Tatalaksana yang umum anatara lain :
1. Tirah baring di ruang intensif
2. Pemberian oksigen 2 – 4 l/menit
3. Pemasangan jalur intravena untuk pemberian cairan
4. Pemantauan tekanan darah
5. Stocking pressure gradient (30-40 mmHg , bila tidak ditoleransi gunakan 20-
30 mmHg)
Secara skematik penanganan khusus suatu emboli paru dapat dilihat pada bagan di
bawah ini :16
Dikutip dari Piazza G, Goldhaber ZS. Acute pulmonary Embolism: Part II: Treatment
and prophylaxis. Circulation 2006;114:42-47
Penggunaan trombolitik pada emboli paru masih menjadi perdebatan dikarenakan
masih sedikitnya uji klinis. Namun ada suatu konsensus yang merekomendasi
Dikutip dari Piazza G, Goldhaber SZ. Acute pulmonary embolism part II: Treatment
and prophylaxis. Circulation 2006;114:42-47
PENCEGAHAN
Pencegahan emboli paru menjadi salah satu hal penting dikarenakan kelainan ini sulit
dideteksi dan penatalaksanaannya tidak selalu berhasil. Setiap penderita yang dirawat
seharusnya dilakukan stratifikasi risiko emboli paru dan bila perlu mendapat therapy
profilaksis.16
Pencegahan non farmakologis yang dapat dilakukan adalah penggunaan
graduated-compression stockings , suatu alat yang memberikan kompresi berkala dan
filter vena cava inferior atau kombinasi keduanya.16 Disamping itu regimen
farmakologis profilaksis lainnya dapat diberikan seperti pada table berikut ini :
KESIMPULAN
Emboli paru merupakan salah satu masalah kesehatan dengan insidensi yang masih
tinggi dan angka mortalitasnya cukup signifikan.
Deteksi dan stratifikasi risiko merupakan langkah awal dalam diagnosis dan
tatalaksana suatu emboli paru sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas.
Pemberian antikoagulan, baik low-molecular weight heparin, unfractionated
heparin dan oral antikoagulan lain seperti warfarin masih cukup efektif dalam hal
therapy khusus emboli paru.