BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dilakukan pada ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit diabete melitus.
k) Perawatan payudara
l) Pemeriksiaan tingkat kebugaran (senam hamil).
m) terapi yodium kapsul
Terapi ini diberikan khusus buat ibu hamil dengan gangguan akibat kekurangan
yodium di derah endimis
e. Perubahan antomi dan fisiologis wanita hamil pada trimester III
(Marmi, 2011)
1) Sistem Reproduksi
Uterus pada trimester III lebih nyata pada bagian korpus uteri dan
perkembangan menjadi segmen bawah rahim (SBR).
2) Sistem traktus urunarius
Pada akhir kehamilan janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan sering
kencingakan timbuk karena lagi karena kandung kemih kencing akamn mulai
tertekan kembali.
3) Sistem repirasi
Pada 32 minggu ke atas karena usus-usu tertekan uterus yang membesar ke
arah diagfragma sehingga diagfragma kurang leluas begerak mengkibatkan
kebanyakan wanita hamil mengalami derajat kesulitan bernafas.
4) Kenaikan berat badan
Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambah berat badan dari mulai
awal kehamilan sampai akhir kehamilan aldalah 11-12kg.
5) Sirkulasi darah
Hemodulisasi penambahan folume darah sekitar 25% dengan puncak pada
usia kehamilan32 minggu, sedangkan hemotokrin mencepai level terendah
pada 30-32 minggu karena setelah 34 minggu masa RBC terus meningkat
tetapi volume plasenta tidak
6) Sistem mukoskeletal
Sendi pelvik pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Perubahan tubuh
secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil meyebabakan postur dan
cara jalan wanita berubah seacra menyolok taoi juga meningkatkan sirkulasi
13
(kusmiyati, 2009) .
f. Kebutuhan fisik pada ibu hamil trimestr I,II,III (Marmi, 2011)
1) Oksigen
Penting dalam pembentukan energi produkvitas kerja dan tubuh tidak
cepat lelah.
2) Nutrisi
Pada trimester III (sampai usia 40 minggu), nafsu makan sangat baik,
tetapi jangan berlebihan, kurangi karbohidrat,tingkatan protein, sayur-
sayuran dan buah-buahan, lemak harus tetap di komsumsi. Selain itu kurangi
makanan terlalu manis (seperti gula) dan terlau asin (sepeti garam,ikan
asin,telur asin) karena makanan tersebut akan membrikan kecendrungan
janin tumbuh besar dan merangsang timbulnya keracunan saat kehamilan.
3) Eliminasi
Lebih banyak cairan yang dikeluarkan melaui ginjal sebagia air seni dan
perubahan hormon mempengaruhi akitvitas usus halus dan besar sehingga
buang air besar mwngalami obstipasi (sembelit). Sembelit dapat terjadi
secara mekanis yang disebabkan karena menurunya gerakan ibu hamil,untuk
mengatasi sembelit dianjurkan untuk menungkatkan gerak, banyak makan
makanan yang berserat (sayur dan buah-buahan).
4) Seksualitas
Kehamilan bukan merupakan penghalang untuk melakukan hubungan
seksual asalkan dilakukan dengan hati-hatidengan cara yang benar. Perlu
diketahui keinginan seksul ibu hamil tua sudah berkurang karena berat perut
nya yang semakin membesar dan tekhniknya pun usah susah dilakukan.
5) Mobilisasi dan Body Mekanik
Ibu hamil mengetahui bagaimaa caranya memperlakukan diri dengan baik
dan giat berdiri duduk dan mengangkat tanpa menjadi tegang. Body mekanik
(sikap tubuh yang baik) diinstrusikan kepada wanita hamil ksrens sangat
diperlukan untuk membentuk aktifitas sehari_hari yang aman dan nyaman
selama kehamilan.
6) Senam hamil
14
pada vulva pada waktu his. Bila pada dasar panggul mulai berileksasi maka
kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his kemudian mulai
mengejan maksimal, kepala janin lahirkan suboksipot dibawah simpisis
dalam dahi, muka dan dagu melewati perenium. Setelah istrahat sebentar,
his mulai lagi untuk mengeluarka badan dan anggota bayi. Pada
primigravida berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-rata
0,5 jam
3) Kala II
Diesebut juga kala III, setelah bayi lahir, uterus tersa lebih keras dengan
fundus uteri beberapa menit kemudian uterus nerkontraksi lagi untuk
melepasakan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15
menit stealah bayi lahir kluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengekuaran darah, kia-kira 100-
200 cc.
4) Kala IV
Kala IV adalah pengawasan selam 1-2 jam setelah bayi lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum. Pada
primigravida, lama kala yaitu 13 jam, kala II 1 jam, kala III ½ jam, lama
persalinan 14 ½ jam . Pada multigravida, lama kala 1,7 jam , kala II 1,5,
kala III ¼ lama perasalinan 7 3/4 jam
c. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan dari asauhan persalinan antara lain:
1) Menberikan dukungan darai secara fisik maupun emosional kepada ibu
dan keluarga selam persalinan dan kelahiran
2) Melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah, menangani
komplikasi-komplikasi dengan cara pematauan ketat dan deteksi dini
selama persalinan dan kelahiran.
3) Melakuka rujukan pada kasus-kasus yang tidak dapat ditangani sendiri
untuk mendapat asuhan spesalis jika perlu.
4) Memberikan asuhan yang adekuat pada ibu, sesuai dengan intervensi
minimal tahapa persalinan.
18
2) Passage
Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu: 1.
Bagian keras. Bagian ini terdiri dari tulan paggul (Os Coxae, Os
Sacrum, Os Coocygis) dan artikulasai (simphisis pubis, artikulasi
sakro-iliaka, artikulasi sakro-kosigiu).. Dari tulang-tulang dasar dan
21
artikulasi yang ada, maka bagian terkeras janin dapat dinamkan ruang
panggul (Pelvis mayor dan minor), pintu panggul (Pintu atas panggul,
Ruang tengah panggul, Pintu bawah panggul, dan panggul
sebenarnaya yaitu antara inlet dan aoulet), Sumbu panggul
(merupakan garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang
panggul yang melengkung ke depan) Bidang- bidang (Hodge I,
Hodge II , Hodge III, Hodge IV) jenis-jenis panggul Caldwell &
Moloy , 1993 adalah Ginegoid yang bulat 45% Android panggul pria
15%, Android lonjong seperti telur 35% Platipeloid pica menyempit
aranh muka kebelakang 5 % 2. Bagian lunak yang berpengaruh dalam
persalinan adalah SBR . Serviks uteri, dan vagina disamping itu otot-
otot, jaringan ikat dan ligament yang menyokong yang alat-alat
urogenital juga sangat berperan penting dalam persalinan.
3) Passenger
Fakktor yang juga sangat mempengaruhi adalah janin. Meliputi sikap
janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap janin menunjukan
hubungan-hubungan janin dengan tumbuh sumbuh janin, mosalnya
bagaimana sikap fleksi kepala, kaki dan lengan. Letak janin dilihat
berdasarakan hubungan sumbuh tubuh janin dibandingkan dengan
sumbuh tubuh janin ibu. Ini berarti seorang janin dapat dikatakan
longitidinal (preskep atau prosbo), letak lintang, serta leyak oblik.
Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjujkan bagian janin apa
yang paling terbawah.
4) Psikis ibu
Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja
otot-otot yang dibutuhkan pada saat peersalinan baik itu yang otonom
maupun yang sadar. Jika seorang ibu menghdapi persalinan dengan rasa
tenang dan sabar, maka persalinan akan tersa mudah untuk ibu tersebut.
Namun jika ia merasa tidak ingin da kehamilan dan persalinan, maka
hal ini sangat meghambat proses persalinan.
5) Penolong
22
1. Konduksi
Melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi
2. Konveksi
Pendinginan melalui aliran udara di sekitar bayi
3. Evaporasi
Kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah
4. Radiasi
Melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung
dengan kulit
Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah
kehilangan panas melalui keempat cara diatas. Kehilangan panas secara
konduktif jarang terjadi kecuali jika bayi diletakan pada alas yang dingin
(Sarwono Prawirohardjo, 2011)
Mendeteksi adanya komplikasi atau msalah yang terjadi pada masa nifas.
d. Menagani komplikasi atau masalah yang timbul dan menggangu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
4. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Uterus secara beramgsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pysat dengan berat uterus 1000 gr.
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat
denagan berat uterus 750 gr.
3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uterus teraba pertengahan pusat
simpisis dengan berata uterus 500 gr.
4) Dua minggu postpartum dengan berat uterus tidak teraba diatas simpisis
dengan berat uterus 350 gr.
5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertamabah kecil dengan barat
uterus 50 gr.
b. lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Macam-macam lochea:
1) Lochea rubra (cruenta): berisi dan segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari
postpartum
2) Lochea sanguinlenta : bewarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7
postpartum.
3) Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-14
postpartum.
4) Lochea alba: cairanputih setelah 2 minggu
5) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan sepaerti nanah dan berabau
busuk.
6) Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya.
c. Serviks
28
kalori. Kalori bagus bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ
tubuh, proses pembentuka ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 k kalori.
Ibu yang menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa +
700 k. Kalori pada 6 bulan pertama kemudian +500 k bulan selajutnya
Menu makanan yang seimbamg yang harus dikomsumsi adalah porsi cukuo
dan teratur, tidak teralu asin, pedas, atau berlemaak, tiidak , mengandung
alkohol, nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna. Disampuing itu harus
mengandung sumber tenaga , pembangunan dan pegatur/pelindung.
Sumber tenaga atau energi pembakaran tubuh , pembentukan jaringan baru,
penghematan protein (jika sumebr tenaga kurang protein dapat digunakan
seabagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai
sumber karbohidrat terdiri dari beras , sagu, jagung, tepung terigu ubi,.
Sedangakan zat lemak diperoleh dari hewani (lemak, mentega,keju) dan
nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarine
2. Kebutuhan Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh.
Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet
tambah darah dan zat besi diberikan 40 hari masa postpartum. Minum kapsul Vit A
(200.000 unit) .
3. Kebutuhan ambulasi
Sebagaian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setalah perasalinan
usai. Aktifitas iitu sangat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama funsi usus,
kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru Hal tersebut juga mampu membantu
mecegah trhombosis pada pembuluh tungkai dan ,e,bantu kemajuan ibu dari
ketergsntungan peran sakit menjadi sehat.
Akitifitas dapat dilakukan seacra bertahap, memberi jaraik aktifitas dan istirahat.
Dalam 2 jam setalah berasalin ibu sudah harus bisa bisa melakukan mebilisasi.
Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap. Dapat dialakukan dengan miring
kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri
dan jalan.
4. Kebutugan Eliminasi BAK/BAB
31
a. Miksi
1. Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak
mengalami hambatan apa pun. Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK
seacar spontan dalam 8 jam setelah melahirkan.
2. Miksi hendsknys sendiri secepatnya, kadang-kadamg wanita mengalami
susah kencing, karena sfigter uretra diteekan kepala janin dan spasme oleh
iritasi musculus spincher sekam persalinan, juga karena adnya ademe
kandung kemih yang terajdi selam persalinan.
3. Bila dalam 3 hari ubu tidak dapat berkemih, dapat dilakukan rangsangan
utuk berkemih dan ,mengkompres vesica uirnaria dengan aiar hangat , bila
ibu belum bisa melakukan maka ajarkan ibu untuk berkemih sambil
membuka kran air, jika tetap belum bisa melakukan juga maka dapat
dilakukan kateterisasi.
b. Defekasi
1. Buang air besar akan bisa setelah sehari, kecuali ibu taku dengan luka
episiotomi.
2. Bila sampai 3-4 hari belum bisa buang air besar, sebaiknya dilakukan
dieberikan obat ramgsangan per oral atau per rektal, jika masih belum bisa
dilakukan klisma untuk meransang buang air besar sehingga tidak
mengalami sembelit dan meyebabkan jahitan terbuka.
5. Kebersihan Diri (personal hygiene)
Kebersihan ibu sangat membantu mengurangi infeksi dan meningkatakan
perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk nmenjaga kebersihan diri dengan
cara yang teratur minimal 2 kali sehari., memngganti pakaian dan alsa tempat
tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetao bersih, segar dan
wangi. Merawat perinum dengan baik dngan menggunakan antiseptik dan selalu
diingat bahwa membersihakan perinum dari arah depan kebelakang. Jaga
kebersihan diri secara keseluruhan.
a. Kebersihan pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah meyerap keringat
karena produksi keringat jadi lebih banyak. Produksi keringat yang tinggi
32
b) Diagfragma
Diagfragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks (Setya Arum Dkk 2009).
c) Spermisida
Spemisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan
41
d) Data penunjang
(1) Pemeriksaan dalam, dilakukan untuk mengetahui ukuran
panggul dalam ibu dan kemungkinan jalan lahir dapat dilewati
53
oleh janin.
Ukuran panggul luar :
(a) Distansia spinarum : 23 – 26 cm
(b) Distansia kristarum : 26 – 29 cm
(c) Lingkar panggul : 80 – 90 cm
(d) Conjugata eksterna : 18 – 20 cm
(2) Pemeriksaan Hb, pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
keadaan hemoglobin ibu dalam darah dan apakah ada anemia.
Kadar Hb ibu hamil normal yaitu 11 gr/dl.
(3) Pemeriksaan protein urine, pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui adanya protein dalam urine. Adanya protein dalam
urine, menunjukkan ibu mengalami preeklamsia.
(4) Pemeriksaan USG, pemeriksaan ini dilakukan untuk
menegakkan diagnosis kehamilan normal.
b. Langkah II : Identifikasi masalah diagnosa dan kebutuhan (intrepretasi data)
Dalam langkah ini data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
menjadi diagnose spesifik yang sudah diidentifikasi. Interpretasi data
diambil berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan pada langkah
pengkajian.Susunan interpretasi data, mengacu pada diagnosa.Diagnosa
yang dapat ditegakkan adalah gravida, para, abortus, umur ibu, umur
kehamilan dan keadaan janin (jumlah, presentasi dan letak janin).Pada kasus
ini diagnosa yang dapat ditegakkan adalah gravida, para, abortus, umur ibu,
umur kehamilan dengan kehamilan normal.
yang dapat diketahui dari pemeriksaan objektif dan data penunjang serta
yang membutuhkan tindakan antisipasi.
d. Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang membutuhkan penanganan segera
(antisipasi)
Langkah ke-4 ini akan muncul bila langkah ketiga muncul. Langkah ini
berupa tindakan yang harus segera bidan lakukan maupun berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan yang lebih kompeten karena adanya diagnose
potensial.
e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Langkah ini merupakan lanjutan dari diagnosa yang telah diidentifikasi.
Rencana asuhan yang akan diberikan harus menyeluruh. Tidak hanya
meliputi apa yang sudah terlihat dari kondisi klien atau masalah yang
berkaitan tetapi juga tentang perkiraan atau kemungkinan yang akan terjadi
berikutnya.
tidak.
(3) Riwayat jumlah gravida dan paritas, multigravida dan
multiparitas serta interval kehamilan lebih dari 2 tahun.
(4) Riwayat kehamilan sekarang, riwayat ANC meliputi dimana
periksa kehamilannya, berapakah dan kapan perlu dikaji untuk
mengetahui apakah ditemukan adanya kelainan letak pada
kehamilan 34 minggu.
(5) Riwayat persalinan sekarang, hal yang perlu dikaji meliputi
sejauh ini berapa lama proses persalinan berlangsung, apakah
persalinan pada awalnya berlangsung normal atau kemudian
berhenti secara tiba-tiba, apakah kulit ketubannya sudah pecah
dan jika telah pecah berapa lama hal itu telah terjadi.
f) Pola kehidupan sehari-hari
(1) Pola nutrisi, nutrisi pasien perlu dikaji karena malnutrisi
merupakan faktor resiko terjadinya penyulit dalam persalinan.
(2) Pola elimininasi, dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan
BAK baik frekuensi dan pola sehari-hari
(3) Pola istirahat, dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya
tidur.
(4) Pola seksual, dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam
hubungan seksual.
(5) Pola aktifitas, Ibu yang biasa kerja keras kemungkinan bisa
menyebabkan kelelahan pada saat persalinan.
(6) Pola personal hygiene masalah dan lingkungan, mandi berapa
kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali, bagaimana
kebersihan lingkungan apakah memenuhi syarat kesehatan.
g) Pola persepsi kesehatan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang akan
dilakukan ibu, apabila ibu mempunyai indikasi akan dilakukannya
persalinan dengan tindakan.
h) Pola pertahanan diri
Untuk mengkaji pertahanan diri yang dipakai dalam mengatasi
perasaan takut dan cemas karena adanya masalah dalam persalinan.
i) Keadaan sosial ekonomi
Untuk mengkaji hubungan sosial ibu dengan keluarga dan
untuk mengkaji kemampuan pasien berkaitan dengan biaya
57
(12) Genitalia, dikaji apakah ada oedem vulva atau tidak, vagina
panas dan kering atau tidak, periksa adanya pembukaan pada
servik dan berapa penipisan (effecement pada serviks).
(13) Punggung, periksa apakah ada kelainan tulang punggung atau
tidak.
(14) Anus, apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.
(15) Ekstremitas, diperiksa apakah ada varises atau tidak, apakah
ada odema dan kelainan atau tidak.
c) Pemeriksaan Obstetri
(1) Pemeriksaan palpasi, dilakukan untuk mengetahui letak janin.
(2) Denyut jantung janin, diperiksa untuk memantau janin selalu
dalam keadaan normal dengan DJJ normal 120-160x/menit,
jika lebih dari 160 disebut fetal distres dan waspadai terjadinya
fetal death.
(3) His dan pengeluaran pervaginam, perlu dikaji untuk
mengetahui apakah his adekuat dan untuk mengetahui PPV
ibu. Dikatakan his adekuat bila frekuensinya 3x dalam 10
menit dan lamanya lebih dari 30 detik.
(4) Pemeriksaan dalam, dilakukan untuk mengetahui pembukaan
serviks dan penipisan serviks.
d) Pemeriksaan panggul
Untuk mengetahui gambaran secara garis besar bentuk dan
ukuran panggul, penilaian ukuran panggul normal meliputi
distansia spinarum 23-26 cm, distansia cristarum 26-29 cm,
conjungtiva externa 18-20 cm, ukuran lingkar panggul 80-90 cm
sehingga dapat ditentukan ukuran panggul pasien termasuk ukuran
normal atau sempit , ukuran panggul ini dapat mempengaruhi
persalinan normal melalui pervaginam atau tidak.
b. Langkah II : Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah
Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan.
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang dapat ditegakan adalah diagnosa yang berkaitan
dengan gravida , para, abortus , umur ibu, umur ibu, umur kehamilan
keadaan janin, dan perjalanan persalinan.
59
diakhiri.
2) Melakukan pengawasan.
3) Melakukan penatalaksanan pasca persalinan dengan baik sehingga
diharapkan dengan penatalaksanaan yang baik diagnosa potensial tidak
muncul.
4) Untuk pelaksanaan tindakan pada masalah kecemasan terhadap proses
persalinan yang akan dialami oleh ibu maka dilaksanakan dengan
memberikan informasi secara singkat tentang keadaan yang dialami ibu
dan tindakan yang akan dilakukan berkenaan dengan masalah yang ada,
selain itu juga perlu diberikan informasi mengenai hal-hal yang perlu
dilakukan rasa cemasnya dalam menghadapi proses persalinan.
g. Langkah VII : Evaluasi
Penularan dari semua tindakan yang telah dilakukan, apakah
implementasi sesuai dengan perencanaan dan harapan dari asuhan
kebidanan yang diberikan.
1) Berkaitan dengan diagnose kebidanan
a) Bayi dalam keadaan baik, menangis kuat, warna merah muda.
b) Ibu dalam keadaan baik.
2) Berkaitan dengan masalah
a) Ibu merasa tenang dan tidak cemas lagi.
b) Ibu mengetahui gambaran pada proses persalinan yang normal.
c) Ibu mengetahui apa yang akan dilakukan pada saat proses
persalinan berlangsung.
hidrosefalus.
Periksa adanya trauma kelahiran misalnya: caput
suksadeneum, chephamatoma, perdarahan sub
apanereutik/fraktur tulang tengkorak. Perhatikan kelainan
congenital seperti: anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya.
(2) Telinga, periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang, daun
telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang
jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga
yang letaknya rendah terdapat pada bayi yang mengalami
sindrow tertentu. Perhatikan adanya kulit tambahan atau
aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
(3) Mata, periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang
belum sempurna. Periksa adanya glaucoma congenital,
mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai
kekeruhan pada kornea. Katarak congenital akan mudah
terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat.
Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kecil yang dapat
mengindikasi adanya defek retina.
Periksa adanya trauma seperti palpebral, perdarahan
konjugtiva atau retina, adanya secret pada mata, konjungtivitis
oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmiadan
menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus
melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
(4) Hidung atau mulut, bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan
lidahnya harus rata dan simetris. Bibir dipastikan tidak adanya
sumbing dan langit-langit harus tertutup. Reflex hisap bayi
harus bagus, dan berespon terhadap rangsangan. Kaji bentuk
dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
2,5 cm.
Bayi harus bernafas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi jalan nafas karena
63
2015)
Menurut Wiknjosastro (2007) Suratun dkk. (2008), kontrasepsi berasal dari
kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah” sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan
sel sperma. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat
permanen..
e. Pengertian KB
Keluarga Berencana menurut World Health Organization (WHO)
Expert Commite (1970) dalam Suratun dkk. (2008) adalah suatu tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami untuk :
7) Mendapatkan objektif-objektif tertentu
8) Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan
9) Mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan
10) Mengatur interval diantara kehamilan
11) Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan suami istri
12) Menentukan jumlah anak dalam keluarga
f. Pengertian akseptor KB
Akseptor KB adalah PUS yang salah seorang dari padanya menggunakan
salah satu cara atau alat kontrasepsi dengan tujuan untuk pencegahan
kehamilan baik melalui program maupun non program Sedangkan menurut
kamus besar bahasa Indonesia (2001) dalam Setiawan dan Saryono (2010)
Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti dan melaksanakan
program keluarga berencana. Menurut Handayani (2010) jenis akseptor KB
sebagai berikut :
5) Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah PUS yang pertama kali menggunakan
kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan
keguguran atau kelahiran.
6) Akseptor KB lama
Akseptor KB lama adalah PUS yang melakukan kunjungan ulang
termasuk pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi
kemudian pindah atau ganti ke cara atau alat yang lain atau mereka
yang pindah klinik baik menggunakan cara yang sama atau cara (alat)
yang berbeda.
67
7) Akseptor KB aktif
Peserta KB aktif adalah PUS yang pada saat ini masih menggunakan
salah satu cara atau alat kontrasepsi.
8) Akseptor KB aktif kembali
Perserta KB aktif kembali adalah PUS yang telah berhenti
menggunakan selam tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi oleh
suatu kehamilan dan kembali menggunakan alat kontrasepsi baik
dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti atau
istirahat paling kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.
g. Tujuan keluarga berencana
3) Tujuan umum
Tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka
mewujudkan visi dan misi program KB adalah “membangun kembali
dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB
Nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai.” (Dyah
Noviawati Setya Arum, S.Si.T, dan Dkk 2009)
4) Tujuan khusus
Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga
berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran. (Purwoastuti dkk,
2015).
h. Jenis kontrasepsi
1) Kontrasepsi sederhana tanpa alat
a) Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,
artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun lainya. (Dyah Noviawati Setya Arum, S.Si.T, dan
Dkk 2009)
4) Mal dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
d. Menyusui secara penuh (Full Breast Feeding) lebih efektif
bila pemberian > 8x sehari
e. Belum haid
f. Umur bayi kurang dari 6 bulan
5) Efektif sampai 6 bulan
6) Harus dilanjutkan dengan pemakaian kontrasepsi lainya
c. Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca
68
persalinan)
d. Segera efektif
f) tidak mengganggu senggama
g) tidak ada efek samping secara sistemik
h) tidak perlu pengawasan medis
i) tidak perlu obat atau alat
j) tanpa biaya
Keuntungan non kontrasepsi, dibagi untuk ibu dan untuk bayi.
(3) Untuk Ibu : Mengurangi perdarahan pascapersalinan,
mengurangi resiko anemia, meningkatkan
hubungan psikologi ibu dan bayi.
(4) Untuk Bayi : Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan
antibodi perlindungan lewat ASI), Sumber
asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang, Terhindar dari keterpaparan
terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau
formula atau alat minum yang dipakai.
Keterbatasan
d. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
meyusui dalam 30 menit pasca persalinan
e. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
f. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis
B/HBV dan HIV/AIDS.
Yang Dapat Menggunakan MAL
Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang
dari 6 bulan, dan belum mendapat hait setelah melahirkan.
Yang seharusnya tidak pakai MAL
e. Sudah mendapat haid setelah bersalin
f. Tidak menyusui secara eksklusif
g. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
h. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
d) Metode Suhu Basal
Metode ini berdasarkan suhu tubuh setelah ovulasi sampai
sehari sebelum menstruasi sebelumnya. Untuk mengetahui suhu
tubuh benar-benar naik, maka harus selalu diukur dengan
termometer yang sama dan pada tempat yang sama (di mulut, anus
atau vagina) setiap pagi setelah bangun tidur sebelum mengerjakan
pekerjaan apapun dan dicatat pada tabel. Syaratnya tidur malam
69
m) Diagfragma
Diagfragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks (Setya Arum Dkk 2009).
n) Spermisida
Spemisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan
kimia (non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma
(Purwoastuti Dkk, 2015)
Jenis spermisida terbagi menjadi :
3) Aerosol (busa)
4) Tablet vagina, supositoria atau dissolvable flm
(2) Krim
o) KB pil
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon
estrogen dan hormon progesteron) ataupun hanya berisi hormon
progesteron saja. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah
terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding
rahim. Apabila pil kontrasepsi ini digunakan secara tepat maka
angka kejadian kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita.
71
relevan.
Pengkajian data dibagi menjadi :
1) Data Subjektif
Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa.
Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, baik secara langsung
pada pasien ibu nifas maupun kepada keluarga pasien. Bagian penting
dari anamnesa adalah data subjektif pasien ibu nifas kepada keluarga
pasien. Bagian penting dari anamnesa adalah data subjektif pasien ibu
nifas yang meliputi :
a) Biodata/identitas pasien dan suami pasien.
b) Alasan masuk dan keluhan.
c) Riwayat haid/menstruasi.
d) Riwayat perkawinan.
e) Riwayat obbstetri (riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu).
f) Riwayat persalinan sekarang.
g) Riwayat dan perencanaan keluarga berencana.
h) Riwayat kesehatan (kesehatan sekarang, kesehatan yang lalu,
kesehatan keluarga).
i) Pola kebiasaan (pola makan dan minum, pola eliminasi, pola
aktivitas dan istirahat, personal hygiene).
j) Data pengetahuan, psikososial, spiritual, budaya.
2) Data Objektif
Data objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.
Pemeriksaan fisik meliputi:
a) Pemeriksaan keadaan umum pasien
b) Kesadaran pasien
c) Tanda-tanda vital
d) Kepala dan wajah (kepala, muka, hidung dan telinga)
e) Gigi dan mulut ( bibir, gigi dan gusi)
f) Leher
g) Dada dan payudara
h) Abdomen
i) Ekstremitas (ekstremitas atas dan bawah)
j) Genetalia (vagina, kelenjar bartolini, pengeluaran pervaginam,
perenium dan anus)
75
f. Langkah VI : Implementasi
Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama
dengan klien atau anggota tim kesehatan. Bila tindakan dilakukan oleh
dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk
mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya. Kaji ulang apakah semua
rencana asuhan telah dilaksanakan.
Contoh :
Sesuai dengan pelaksanaan tetapi ada rasionalisasi tindakan
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah
diberikan. Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang diidentifikasi saat
merencanakan asuhan kebidanan. Untuk mengetahui keberhasilan asuhan,
bisan mempunyai pertimbangan tertentu antara lain: tujuan asuhan
kebidanan, efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah dan hasil asuhan
kebidanan.
Contoh:
1) ASI telah dikeluarkan, jumlah ASI cukup.
2) Kompres air hangat dan dingin telah dilakukan, ibu merasa lebih
nyaman.
3) Telah dilakukan masase, ibu merasa lebih rileks.
4) Terapi yang diberikan adalah parasetamol 500 mg 3x1 peroral dan
antalgin 500 mg 3x1 per oral.
5) Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi.
(Ambarwati, 2008).
5. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Neonatus
a. Pengkajian
1) Pengumpulan Data
Pengkajian segera setelah bayi baru lahir bertujuan untuk mengkaji
adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di
luar rahim. Caranya adalah dengan melakukan penilaian skor APGAR,
yaitu meliputi appearence (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace
(respons terhadap rangsangan), activity (tonus otot), respiratory
(pernafasan).
2) Pengumpulan data subjektif
Data subjektif bayi baru lahir yang penting untuk dikumpulkan dan
harus dikaji adalah sebagai berikut:
a) Faktor genetik yang perlu diketahui adalah ada kelainan atau
78
f. Melaksanakan Perencanaan
Lakukan asuhan yang telah direncanakan secar efektif dan aman.
Contohnya:
1) Mempertahankan suhu bayi tetap angat, memfasilitasi kontak kulit bayi
dengan kulit ibu, mengganti handuk atau kain basah yang digunakan
untuk membersihkan tubuh bayi kemudian membungkus bayi dengan
selimut.
2) Memberikan perawatan mata kepada bayi: memberikan obat mata
eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata
karena klamidia.
3) Memberikan identitas bayi: memasang alat pengenal pada tangan bayi
dan tempat tidur bayi.
4) Memperliatkan bayi kepada orang tua dan keluarganya.
5) Memfasilitasi kontak dini antara ibu dn bayinya, yaitu dengan
memberikan bayi kepada ibu segera mungkin.
6) Memberikan vitamin K kepada bayi: vitamin K dapat memberikan per
oral dengan dosis 1 mg/hari selama 3 hari (untuk bayi normal dan cukup
bulan) atau parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM (untuk bayi beresiko
tinggi)
7) Memberikan konseling atau pengarahan kepada ibu dan keluarga: cara
menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI, perawatan tali pusat, dan
tanda-tanda bahaya
8) Memberikan imunisasi: memberikan vaksin BCG, vaksin Polio oral, dan
vaksin Hepatitis B dalam waktu 24 jam serta sebelum ibu dan bayi
dipulangkan.
g. Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui keekfektifan asuhan yang sudah
diberikan. Jika tidak efektif, perlu dilakukan asuhan alternatif.
3) Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
a. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada pasien.Pada tahap ini semua data dasar dan
informasi tentang klien dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi
keadaan pasien.
Data ini difokuskan pada :
1) Data Subjektif
a) Biodata
82
(1) Nama, dikaji dengan nama jelas dan lengkap agar tidak terjadi
kekeliruan dalam melaksanakan tindakan.
(2) Umur, dikaji untuk mengetahui dan memberikan perencanaan
keluarga pada pasien dengan tepat sesuan 3 fase perencanaan
KB.
(3) Agama, untuk mengetahui keyakinan yang dianut klien
Sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan asuhan
kebidanan.
(4) Suku/bangsa untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat
yang dianut pasien sehingga dapat mempermudah dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
(5) Pendidikan, pendidikan perlu dikajiuntuk mengetahui tingkat
kemampuan klien. Karena pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang.
(6) Alamat, untuk mengetahui pasien tinggal dimana.
b) Keluhan Pasien
Dikaji keluhan pasien yang berhubungan dengan penggunaan
KB.
c) Riwayat Kesehatan Pasien
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah
menderita atau sedang menderita penyakit-penyakit meliputi
hipertensi, jantung, TBC, paru-paru, asma, diabetes mellitus,
riwayat penyakit/trauma tulang punggung.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga
mempunyai riwayat penyakit keturunan meliputi penyakit
hipertensi, jantung, asma, diabetes mellitus, dan riwayat keturunan
kembar.
e) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat haid, dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid,
lamanya haid, sifat darah haid, dismenorhea atau tidak, flour
albus atau tidak.
(2) Riwayat perkawinan, dikaji untuk mengetahui sudah berapa
lama pasien menikah, sudah berapa kali pasien menikah,
83
a) Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi,suhu, dan RR) yang dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya, sehingga bidan dapat mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan medis pada pasien.
b) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
(1) Kepala, periksa keadaan kepala dan kulit kepala, distribusi
rambut rontok atau tidak.
(2) Mata, untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak, sklera
ikterik atau tidak, dan untuk mengetahui kelopak mata cekung
atau tidak.
(3) Hidung, diperiksa untuk mengetahui ada polip atau tidak.
(4) Mulut, diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau
tidak dan ada caries dentis atau tidak.
(5) Telinga, diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda
infeksi telinga seperti OMA atau OMP.
(6) Leher, diperiksa apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau
tidak.
(7) Ketiak, untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar
limfe atau tidak.
(8) Dada, untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi
dinding dada saat respirasi atau tidak.
(9) Mammae, apakah ada kelainan pada bentuk payudara seperti
benjolan abnormal atau tidak.
(10) Abdomen, diperiksa untuk mengetahui adanya bekas operasi
pada daerah abdomen atau tidak.
(11) Pinggang, untuk mengetahi adanya nyeri tekan waktu diperiksa
atau tidak.
(12) Genitalia, dikaji apakah adanya condiluma aquminata dan
diraba adanya infeksi kelenjar batholini dan kelenjar skene
atau tidak.
(13) Punggung, periksa apakah ada kelainan tulang punggung atau
tidak.
(14) Anus, apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.
(15) Ekstremitas, diperiksa apakah ada varises atau tidak, apakah
ada odema dan kelainan atau tidak.
85
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rencana Penelitian
Penelitian deskriptif merupakan bagian jenis penelitian observasional,
yang dilakukan melalui pengamatan atau observasi baik secaralangsung maupun
tidak langsung tanpa ada perlakuan atau intervensi (Hidayat, 2011).
Rencana penelitian deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau
mengembangkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik
tempat, waktu, jenis kelamin, social, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara
hidup dan lain-lain (Hidayat, 2010).
Analisa deskriftif berfungsi untuk meringkas, mengklafikasikan,
memberikan gambaran yang sistematik, factual dan actual mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan yang menyajikan data yang merupakan langkah awal
dari analisis lebih lanjut dalam penggunaan ujian statistik.
Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan,
dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulan dari berbagai sumber. Sebagai
sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan
hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diteliti.
B. Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa factor
yang dianggap penting untuk masalah. Singkatnya konsep membahas saling
ketergantungan antara veriabel yang di anggap perlu untuk melengkapi dinamika
situasi atau hal yang sedang atau yang akan diteliti (Hidayat, 2010).
Persetujuan (Informed
Consen )
88
Studi Kasus
Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pengumpulan Data
Dokumentasi
Analisis Kesenjangan
C. Subjek Penelitian
Pada penelitian studi kasus ini subyek yang diteliti mulai dari ibu hamil
trimesret III dengan atau tanpa faktor resiko, ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu
nifas serta calon akseptor kontrasepsi.
Subyek kasus yang akan dibahas dalam LTA ini adalah Ny. E usia 36
tahun G4P2A1 dengan usia kehamilan 40 minggu dengan keadaan fisiologis,
diberikan asuhan mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifsas,
pelayanan calon akseptor kontrasepsi.
D. Pengumpulan Data dan Analisa Data
1. Pengumpulan Data
Merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan
dalam penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat
ukur pengumpulan data agar dapat memperkuan hasil penelitian (Hidayat,
2010). Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah data
89
3) Pemeriksaan Fisik
Peneliti melakukan pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi yang dilakukan untuk memperoleh data yang
sesuai dengan kasus yang dikelola selama peneliti yang dilakukan.
4) Asuhan Kebidanan
Proses pemberian asuhan kebidanan kepada perempuan Ny. E
dengan usia 36 tahun, yaitu ibu hamil trimester III, mulai dari
kehamilan, persalinan, asuhan bayi baru lahir, nifas hingga pemilihan
metode kontrasepsi.
b) Data Sekunder
1) Menggali pada data kohort ibu hamil di lahan praktik
2) Mengambil data dari buku KIA ibu
3) Menccari data-data penunjang yang didapat dari literature penunjang.
2. Analisa Data
Dalam melakukan analisa data terlebih dahulu data harus diolah dengan
tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang
diperoleh dipergunakan untuk proses penganmilan keputusan, tertentu dalam
pengujian hipotesis (Hidayat, 2010).
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini mengubah data hasil
90