Anda di halaman 1dari 85

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


Asuhan kebidanan yang komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium sederhana dan konseling
(varney, 2006).
Asuhan kebidanan komprehensif mencakup empat kegiatan pemeriksaan
berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan kehamilan (antenatal care)
asuhan kebidanan persalinan (intranatal care), asuahan kebidan masa nifas
(postnatal care), asuahan bayi baru lahir (neonatal care ) (varney, 2006).
1. Konsep Dasar Teori Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Periode anterpartum adalah perode kehamilan yang dihitung sejak hari
pertamaa haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati, yang
menandai awal periode anterpartum (varney, 2008).
Kehamilan merupakan proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap
wanita yang memiliki organ reproduksi, yang telah mengalami menstruasi,
dan melakukan hubungan seksual dengan pria yang orrgan reproduksinya
sehat besar kemungkinan akan terjadinya kehamilan. Apabila kehamilan
direncanakan, akan memberi rasa kebahagiaan dan penuh harapan,
(Mandriawati,2008)
Kehamilan merupakam proses yang normal dan alamiah. Perubahan-
perubahan yang terajdi selam kehamilan nornak bersifat fisiologis, bukan
patologis. Oleh karenanya asuhan yang diberikan asuhan yang
meminimalkan intervensi (kuswanti, 2014).
Menurut Federasi Obsterti Ginekologi Internasional, kehamilan
didefnisikan sebagai fertilisai atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau inflantasi. Bila dihitung saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi. Kegamilan normal akan berlangsung selama 40
minggu atau 9 bulan menurut kalender internasinal. Kehamilan terdiri dari
8

3trimester, dimana trimster satu berlansung dalam 12 minggu, trimster kedua


beralngsung 15 mingggu (minngu ke-13 sampai ke-27),dan trimeser ketiga
(minggu ke-28 sampai minggu ke 40). Untuk melakukan asuhan antenatal
yang baik, diperlukan pemgatahuan dan mengenali perubahan fisioligi, yang
terkait dengan proses kehamilan (Prawirohardjo, 2010).
Kehamilan merupakan pengalan yang sangat bermakna, bagi
perempuan, keluarga dan masyarakat. Prilaku ibu selama kehamilannya akan
mempengaruhi kehamilannya, prilaku ibu dalam mencari penolong
persalinan akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang akan
dilahirkan. Bidan harus mememprtahankan kesehatan ibu dan janin serta
mencegah komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan sebagai satu
kesatuan yang utuh (Walyani 2015).
b. Lingkup asuhan kehamilan
Lingkup asuhan kebidanan yang meliputi kompenen-kompenen dibawah ini
(Dewi, 2011).
1) Diangnosis dan menajemen awal dari kehamilan.
2) Penilaian dan evaluasi kesahjahteraan dan kesehatan wanita.
3) Penilaian dan evaluasi kesajahteraan dan kesehatan janin.
4) Keringanan tindakan untuk kegilisahan kehamilan yang umum
5) Mengantisipasi bimbingan dan instruksi.
6) Skrinnig komplikasi maternal dan janin.
c . Prinsip pokok asuhan kehamilan (kuswanti,2014)
Prinsip merupakan dasar atau azas kebenaran yang meliputi pokok dasar
berpikirdan bertindak. Seorang bidan dalam melakukan asuhan kebidanan
pada masa kehamilan harus berdasarkan prinsip sesuia tugas pokok dan
fungsinya tidak melanggar kewenangan. Pada dasar prinsip-prinsip
kebidanan akan memberikan batasan yang jelas tentang asuhan yang
diberikan. Prinsip pokok asuhan kehamilan (kuswanti, 2014)
1) Aman untuk keselamatan jiwa klien dan asuhan yang diberikan
berdasarka bukti.
2) Menjaga orivasu dan kerahasian ibu.
9

3) Terpusat pada ibu, bukan bepusat pada pemberi asuhan.


4) Membantu klien agar tetap nyaman, serta memberikan dukungan
emosional.
5) Memastikan ibu mendapatkan informasi, penjelasan konseling yang
cukup.
6) Medorong ibu dan keluarga agar berperan aktif dalam membuat
keputusan setlah mendapatkan penjelsan tentang asuhan yang akan akan
diberikan.
7) Mengormati adat isitiadat, kebudayaan serta keyakinan agama
dilingkungan setempat.
8) Memantu kesejahteraan fisik, psikologis serta spritual dan klien dan
keluarga..
9) Memfokuskan perhatian bpada peningkatan kesehatan dan pencegahan
.nfeksi.
d. Evidence based dalam praktik kehamilan
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmih hasil
penilitian dan pengalaman terbaik dari para praktis dari para priktis dari
seluruh penjuru dunia. Renunitas yang akan terbukti manfaatnya kini tidak
dianjurkan lagi. Sesuai dengan evidence based prative.
Pemerintah telah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut :
Tabel 2.1 kunjungan ANC minimal 4 kali kunjungan
No Trimester Waktu Alasan perlu kunjungan
1 Trimester 1 Sebelum 4 a) Mendeteksi masalah yang dapat
minggu ditangani membahayakan jiwa,
b) Mencegah masalah, misal: tetanus
neonatus, anemia, dan kebiasaan
tradisoanal yang berbahaya.
c) Membangun hubungan saling
percaya.
d) Memulai persiapan keleharin dan
kesiapan menghadapi komplikasi’
10

e) Mendorong prilaku sehat (nutrisi,


kebersihan olahrga, istirahat, seks,
dll).
2 Trimester 2 14-28 Sama dengan trimester 1, di tambah
minggu kewaspadaan khusus terhadap
hipertensi kehamilan (deteksi gejala
pre-eklamsi,, o]pantau tekanan
darah,evaluasi edama
3 Trimester 3 28-36 a) Sama dengan trimester
minggu sebulumnya deteksi kehamilan
ganda.
. b) Sama dengan trimester
>36 minggu sebelumnya ditambah kelainan
letak atau kondisi yang
memerlukan persalinan di rumah
sakit.

2). Pemberian suplemen Mikronotrien (kuswanti,2014)


Tablet yang mengandung FeSO4, 320 mg (setara dengan besi 60 mg)
dan asam folat 500gr. Sebanyak 1 tablet per hari segera setalah muah hilang.
Pemberian 10 hari (3 bulan). Ibu hamil harus dinasehati agar tidak
meminumnya bersama dengan teh atau kopi agar tidak menggangu
penyerapannya
3). Imunisasi TT 0,5 cc
Imunisasi adalah suatu proses untuk membangun kekebalanya sebagai
upaya untuk pencegahan infeksi teknus. Vaksin tetanus yaitu toksin yang telah
dilemahkan dan kemudian di murnikan

Tabel 2.2 Imunisasi TT 0,5 cc


11

TT Interval Lama Paerlindungan Perlindungan


TT1 Kunjungna ANC - -
pertama
TT2 4 minggu setelah 3 tahun 80%
TT1
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95%
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99%
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur 99%
hidup

4) 14 T dalam pemeriksaan kehamilan (kuswanti, 2014)


pada pemeriksaan kehamilan bida memeriksakaan 14 T yaitu :
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b) Tekanan darah
apabila tekanan darah melebihi 140/90 mmHg, maka perlu diwaspadai adanya
preeklamsi.
c) Tinggi fundus uteri
Pemeriksaan TFU dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui umur
berdasarkan minggu dan hasinya bisa dibandingnkan dengan hasil anamnesa
HPHT ibu).
d) Tetanus toksoid (suntik TT)
e) Pemberian zat besi
Pemberian tablet zat besi pada ibu ibu hamil minimal 90 tablet kehamilan.
f) Test terhadap menular seksual.
g) Konseling.
h) Pemeriksaan HB
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ibu menalami
anemia atau tidak, pemeriksaan Hb pada ibu hamil sebaiknya dilakukan pada
kunjungan pertama dan minggu ke 28 kehamilan.
i) Pemeriksaan urine protein
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine ibu
mengandung protein atau tidak untuk mendektesi gejala pre-eklmsi.
j) Produksi urine
12

Dilakukan pada ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit diabete melitus.
k) Perawatan payudara
l) Pemeriksiaan tingkat kebugaran (senam hamil).
m) terapi yodium kapsul
Terapi ini diberikan khusus buat ibu hamil dengan gangguan akibat kekurangan
yodium di derah endimis
e. Perubahan antomi dan fisiologis wanita hamil pada trimester III
(Marmi, 2011)
1) Sistem Reproduksi
Uterus pada trimester III lebih nyata pada bagian korpus uteri dan
perkembangan menjadi segmen bawah rahim (SBR).
2) Sistem traktus urunarius
Pada akhir kehamilan janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan sering
kencingakan timbuk karena lagi karena kandung kemih kencing akamn mulai
tertekan kembali.
3) Sistem repirasi
Pada 32 minggu ke atas karena usus-usu tertekan uterus yang membesar ke
arah diagfragma sehingga diagfragma kurang leluas begerak mengkibatkan
kebanyakan wanita hamil mengalami derajat kesulitan bernafas.
4) Kenaikan berat badan
Terjadi kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambah berat badan dari mulai
awal kehamilan sampai akhir kehamilan aldalah 11-12kg.
5) Sirkulasi darah
Hemodulisasi penambahan folume darah sekitar 25% dengan puncak pada
usia kehamilan32 minggu, sedangkan hemotokrin mencepai level terendah
pada 30-32 minggu karena setelah 34 minggu masa RBC terus meningkat
tetapi volume plasenta tidak
6) Sistem mukoskeletal
Sendi pelvik pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Perubahan tubuh
secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil meyebabakan postur dan
cara jalan wanita berubah seacra menyolok taoi juga meningkatkan sirkulasi
13

(kusmiyati, 2009) .
f. Kebutuhan fisik pada ibu hamil trimestr I,II,III (Marmi, 2011)
1) Oksigen
Penting dalam pembentukan energi produkvitas kerja dan tubuh tidak
cepat lelah.
2) Nutrisi
Pada trimester III (sampai usia 40 minggu), nafsu makan sangat baik,
tetapi jangan berlebihan, kurangi karbohidrat,tingkatan protein, sayur-
sayuran dan buah-buahan, lemak harus tetap di komsumsi. Selain itu kurangi
makanan terlalu manis (seperti gula) dan terlau asin (sepeti garam,ikan
asin,telur asin) karena makanan tersebut akan membrikan kecendrungan
janin tumbuh besar dan merangsang timbulnya keracunan saat kehamilan.
3) Eliminasi
Lebih banyak cairan yang dikeluarkan melaui ginjal sebagia air seni dan
perubahan hormon mempengaruhi akitvitas usus halus dan besar sehingga
buang air besar mwngalami obstipasi (sembelit). Sembelit dapat terjadi
secara mekanis yang disebabkan karena menurunya gerakan ibu hamil,untuk
mengatasi sembelit dianjurkan untuk menungkatkan gerak, banyak makan
makanan yang berserat (sayur dan buah-buahan).
4) Seksualitas
Kehamilan bukan merupakan penghalang untuk melakukan hubungan
seksual asalkan dilakukan dengan hati-hatidengan cara yang benar. Perlu
diketahui keinginan seksul ibu hamil tua sudah berkurang karena berat perut
nya yang semakin membesar dan tekhniknya pun usah susah dilakukan.
5) Mobilisasi dan Body Mekanik
Ibu hamil mengetahui bagaimaa caranya memperlakukan diri dengan baik
dan giat berdiri duduk dan mengangkat tanpa menjadi tegang. Body mekanik
(sikap tubuh yang baik) diinstrusikan kepada wanita hamil ksrens sangat
diperlukan untuk membentuk aktifitas sehari_hari yang aman dan nyaman
selama kehamilan.
6) Senam hamil
14

Senam hamil bukan merupakan keharusan, namun memberikan banyak


manfaat dalam membantu proses persalina, antara lain dapat melatih meedan
yang benar.
7) Istirahat dan tidur yang cukup meringankan urat syaraf atau mengurangi
aktifitas otot.
8) Kegunaan istirahat adalah
a) Untuk melepaskan lelah.
b) Memberikan kesempatan pada tubuh untuk santai dan membentuk
kegiatan yang baru.
c) Menambah ksegaran pada tubuh untuk melakukan pekerjaan
selanjutnya.
d) Mengembalikan kekuatan tubuh yang hilang.
9) Imunisasi
Kehamilan ini bukan saat untuk memakai program terhadap berbagai
penyakit yang dapat dicegah. Hal ini karena kemungkinan karena adanya
yang membahayakan janin. Imunisasi hanya diberikan pada ibu hamil hanya
imunisasi TT ntuk mecegah tetanus neonatorium. Imunisasi TT harus
diberikan sebanyak 2 kali, dengan jarak waktu TT1 dan TT2 minimal 1
bulan, dan ibu hamil usadh imunisasi lengkap pada usia kehamilan 8 bulan.
10) Persiapan Laktasi
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang paling
penting karena pada persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap buat
menyusui bayinya. Untuk itu ibu sebaiknya masuk dalam kelas bimbingan
persiapan menyusui (BPM). Suatu pusat pelayanan kesehatan seperti RS, dan
RB dan Pukesmas harus mempunyai kebijakan yang berkenan dengan
pelayanan ibu hamil yang menunjang keberhasilan menyusui.
11) Persiapan Kelahiran Janin
Sangatlah penting berkerjasama pada ibu, keluarga dan masayarakat dalam
memperisapakn persalinan serta membuat rencana tindakan sekiranya terjadi
komplikasi-komplikasi. Rencana persalinan adalah rencana yang telah
dibbuat oleh ibu anggota kelurganya dan bidan.rencana ini tidak harus
15

berbentuk tertulis dan biasanya memang tidak memamg berbentuk tertulis.


Rencana lebih hanya di sekadar diskusi untuk memastikan bahwa ibu
mendapatkan asuhan yang ia perlukan. Dengan adanya rencana persalinan
dan meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan menerima asuhan sesuai
serta tepat waktu.
g. Tujuan Asuhan Kehamilan (Walyani, 2015)
Tujuan asuhan kehamilan (ANC) dalah sebagai berikut:
1) Memastikan kemajuan kehamilan ibu untuk memastika kesehatan ibu dan
janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik ,mental social pada
ibu, dan bayi.
3) Menganalisis secara dini adanya ketidak normalan atau imflaksi yang
mungkin terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapakan persalinan cukup bulan, ,melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal dan pemberian
ASI eksklusif.
6) Mempersiakan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.

2. Konsep Teori Persalinan


a. Pengertian Persalinan
Persalinan merupakan hal yang paling penting ditunggu-tunggu ooleh para
ibu hamil, sebuah waktu yang meyenangkan, namun disisi lain merupakan hal
lain yang menyebarkan. Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui dari dalam uterus melalui vagina
kedunia luar (Asrinah, 2010).
Persalinan dalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup, dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
b. Tahap persalinan ( kala I, II, III )
16

Tahap persalinan dibagi 4 macam :


1) Kala I
Pada kala I sernils membuka sampai terajdi pembukaan 10 cm. Kala I
dinamakan pula pembukaan. Dapat dinyatakan partus dimylai bila ditimbul
his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah disertai
dengan pendataran (affacement) . Lendir berserumu darah berasal dari
lendir kenalis servikalis karna servik mulai membuka dan mendatar. Arah
dari berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berda disekitar kanalis
servikkalis (kanali servikalis pecah karena pergeseran-pergeseran ketika
serviks membuka).
a) Fase laten
Berlangsung selama 7-8 jam jam titik ppembukaan terjadi samgat
lambat sampai terjadi diameter 3 cm
b) Fase aktif
Fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi 3 macam:
(1) fase akselarasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
(2) fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlansung sangat cepat dari 4
cm menjadi 9cm.
(3) fase deselarasi
Pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9cm menjadi lengkap.
2) Kala II
Kala disebut juga sebagai kala pengeluaran. Kala ini mulai ini dari
pembukaan lengkap sampai lahir janinnnya. Pada kala his menjadi lebih
kuat lebih cepat kira-kira2-3 menit sekali. Dalam fase ini dirasakan tekanan
pda dasar otot-otot panggul yang dapat menimbulkan mengedan. Wanita
merasakan pula tekanan pada rektum dan hendak membuang air air besar .
Kemudian pernenium mulai menonjol menjadi lebar lebar dan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kepala janin mulaii tampak
17

pada vulva pada waktu his. Bila pada dasar panggul mulai berileksasi maka
kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his kemudian mulai
mengejan maksimal, kepala janin lahirkan suboksipot dibawah simpisis
dalam dahi, muka dan dagu melewati perenium. Setelah istrahat sebentar,
his mulai lagi untuk mengeluarka badan dan anggota bayi. Pada
primigravida berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-rata
0,5 jam
3) Kala II
Diesebut juga kala III, setelah bayi lahir, uterus tersa lebih keras dengan
fundus uteri beberapa menit kemudian uterus nerkontraksi lagi untuk
melepasakan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15
menit stealah bayi lahir kluar spontan atau dengan tekanan pada fundus
uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengekuaran darah, kia-kira 100-
200 cc.
4) Kala IV
Kala IV adalah pengawasan selam 1-2 jam setelah bayi lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum. Pada
primigravida, lama kala yaitu 13 jam, kala II 1 jam, kala III ½ jam, lama
persalinan 14 ½ jam . Pada multigravida, lama kala 1,7 jam , kala II 1,5,
kala III ¼ lama perasalinan 7 3/4 jam
c. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan dari asauhan persalinan antara lain:
1) Menberikan dukungan darai secara fisik maupun emosional kepada ibu
dan keluarga selam persalinan dan kelahiran
2) Melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah, menangani
komplikasi-komplikasi dengan cara pematauan ketat dan deteksi dini
selama persalinan dan kelahiran.
3) Melakuka rujukan pada kasus-kasus yang tidak dapat ditangani sendiri
untuk mendapat asuhan spesalis jika perlu.
4) Memberikan asuhan yang adekuat pada ibu, sesuai dengan intervensi
minimal tahapa persalinan.
18

5) Memperkecilkan resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan yang


aman.
6) Selalu memberitahukan pada ibu dan keluarganua mengenai kemajuan,
adanya penyulit maupun intrvensi yang akan dilakukan pada saat
persalinan.
7) Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir.
8) membany ibu dengan pemberian ASI.
d. Tanda-tanda persalinan
Sebelum terjadinya persalinan sebenanrnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulannya atay minggu atau harinya yang sebut kala
pendahuluan. Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Lingtening atau setting dari oppinh yaitu kepala mulai turu
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada
mulitugravida begitu kental
2) Perut keliatan melebar. Fundus uteri turun.
3) Perasaan sering atau sesudah kencing karena kandungan kemih
tertekan pada bagian terbawah janin.
4) Perasaan sakit perut dan pinggang olehn adanya kontraksi-kontrasi
lemah dari uterus, kadang-kadang disebut juga pase labor pains.
5) Servuks menjadi lembek., mulai mendatar dan skresinya bertamabh,
bisa bercampur darah (bllody show) tanda-tanda inpartu:
a) Rasa sakit oleh datangnya his yang elbih kuat, sering, dan
teratur.
b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
c) Kadang-kadang ketubann pecah dengan sendirinya..
d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah
ada .
e. Perubahan fisilogis persalinan
1) Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai dengan
19

peningkatan sistolik rata-rata 15 (10-20) mmHg dan distolik rata-rata


5-10 mmhg. Pada waktu-waktu di antara kontraksi, tekanan darah
kembali meningkat sebulum persalinan. Dengan mengubah posis
tubuhb dari terlentang ke posisi miring , peruabahan tekanan darah
selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut, dan kekhwatiran
dapat meningkatakan tekanan darah (varney 2008).
2) Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anerob akan meningkat
secara berangsur disebabkan oleh karena kecemasan dan aktifitas
otoy skletal. Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan
suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang
hilang (varney, 2008).
3) Suhu tubuh
Peningkatan metabolisme menyebabkan suhu tubuh meningkat
selama persalinan, terutama selama dan segara persalinan.
Peningkatan ini jangan melebihi sampai dengan 1 c (varney, 2008).
4) Detak jantung
Peningakatan metabolisme meyebabkan detak jantung secara
dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung
sedikit meningkat dibandingkan sebelumm persalinan (varney 2008)
5) Pernafasan
Peningkatan metabolisme menyebabkan peningkatan tidak
normal dan bisa menyebabkan alkholis (varney, 2008)
6) Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan,, mingkin disebabkan
oleh peningkatan cardiac-outpot, penigkatan fitrasi glomerrullus dan
aliran plasma ginjal. Poliuria menjadai kurang jelas pada posisi
terlentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama
kehamilan. Sedikit proteinurenia (renik, 1+) umum ditemukan
sepertiga sampai setegah jumlah wanita bersalin. Proteinuria 2+ dan
lebih adalah data yang abnormal (varney,2008).
20

7) Perubahan gastrol intetinal


Mostilits lambung dan absorpi makanan pada secar asubstansial
berkurang banyak sekali selama persalinan. Selain itu, pengeluaran
getah lambunh berkurang, menyebabkan aktifitas pencernaan hanpir
berhenti, dan pengosongan lambung sangat lambat. Cairan tidak
berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. Mual
dan muntah biasa terjadi sampai ibu mancapai akhir kala (varney,
2008).
8) Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram / 100 ml selam
persalinan dan akan kembali ke kadar seblum persalinan pada hari
pertama pascapartum jika todak kehilangan darah yang abnnormal
(2008).
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1) Power
Tenaga yang mendorong keluar janin kekuatan yang berguna
mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot-otot perut,
kontraksi diagfragma dan aksi ligament, dengan kerja sama yang baik
dan sempurna. Ada dua power yang berkarja dalam proses persalinan.
Yaitu HIS dan mengejan ibu. HIS merupakan kontraksi uterus karena
otot-otot polos bekerja dengan baik dan sempurna, pada saat
konraksi, otot-otot rahim mengucup sehingga menjadi tebal dan lebih
pendek. Kavum kecil mendorig janin dan kantong amnion ke arah
bawah rahim dan serviks. Sedangakan tenaga mengejan ibu adalah
tenaga selain HIS yang membantu pengeluaran.

2) Passage
Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu: 1.
Bagian keras. Bagian ini terdiri dari tulan paggul (Os Coxae, Os
Sacrum, Os Coocygis) dan artikulasai (simphisis pubis, artikulasi
sakro-iliaka, artikulasi sakro-kosigiu).. Dari tulang-tulang dasar dan
21

artikulasi yang ada, maka bagian terkeras janin dapat dinamkan ruang
panggul (Pelvis mayor dan minor), pintu panggul (Pintu atas panggul,
Ruang tengah panggul, Pintu bawah panggul, dan panggul
sebenarnaya yaitu antara inlet dan aoulet), Sumbu panggul
(merupakan garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang
panggul yang melengkung ke depan) Bidang- bidang (Hodge I,
Hodge II , Hodge III, Hodge IV) jenis-jenis panggul Caldwell &
Moloy , 1993 adalah Ginegoid yang bulat 45% Android panggul pria
15%, Android lonjong seperti telur 35% Platipeloid pica menyempit
aranh muka kebelakang 5 % 2. Bagian lunak yang berpengaruh dalam
persalinan adalah SBR . Serviks uteri, dan vagina disamping itu otot-
otot, jaringan ikat dan ligament yang menyokong yang alat-alat
urogenital juga sangat berperan penting dalam persalinan.
3) Passenger
Fakktor yang juga sangat mempengaruhi adalah janin. Meliputi sikap
janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap janin menunjukan
hubungan-hubungan janin dengan tumbuh sumbuh janin, mosalnya
bagaimana sikap fleksi kepala, kaki dan lengan. Letak janin dilihat
berdasarakan hubungan sumbuh tubuh janin dibandingkan dengan
sumbuh tubuh janin ibu. Ini berarti seorang janin dapat dikatakan
longitidinal (preskep atau prosbo), letak lintang, serta leyak oblik.
Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjujkan bagian janin apa
yang paling terbawah.
4) Psikis ibu
Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja
otot-otot yang dibutuhkan pada saat peersalinan baik itu yang otonom
maupun yang sadar. Jika seorang ibu menghdapi persalinan dengan rasa
tenang dan sabar, maka persalinan akan tersa mudah untuk ibu tersebut.
Namun jika ia merasa tidak ingin da kehamilan dan persalinan, maka
hal ini sangat meghambat proses persalinan.
5) Penolong
22

Dalam persalinan, ibu tidak mengerto apa yang dinamakan dorongan


ingin mengerti asli atau palsu. Untuk seorang mitra yang dapat
membantunya mengenali tanda gejala persalinan sangat dibutuhkan.
Tenaga ibu akan menjadi sia-sia jika saat ibu mengejan yang ibu
lakukan sangar tidak tepat.

3. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir


a. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi baru dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong,
2008).
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan
ekstrauterine) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi,
S.ST Dkk, 2012)
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama
kelahiran (Marni, S.ST Dkk, 2012).
b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
a) Berat badan 2500-4000 gram
b) Panjang badan 48-52 cm
c) Lingkar dada 30-38 cm
d) Lingkar kepala 33-35 cm
e) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
f) Pernfasan kurang lebih 40-60 kali/menit
g) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
h) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
i) Kuku agak panjang dan lemas
j) Genetalia : perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, laki-laki
testis sudah turun, skrotum sudah ada
k) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l) Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
m) Reflek graps atau menggenggam sudah baik
n) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.
c. Penanganan Bayi Baru Lahir
1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan bayi di
atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
23

(bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang


memungkinkan).
2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/ IM
3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem
kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)
4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
5) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,
ambil tindakan yang sesuai.
6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya (Sarwono
Prawirohardjo, 2011)
Tabel Nilai APGAR Bayi Baru Lahir
Tanda 0 1 2
Appearance Blue (seluruh Body pink, limbs All pink (seluruh
(Warna Kulit) tubuh biru atau blue (Tubuh tubuh kemerehan)
pucat) kemerahan,
ekstrimitas biru)
Pulse (Denyut Absent (Tidak <100 >100
Jantung) ada)
Grimace None (Tidak Grimace (sedikit Cry (Reaksi
(Refleks) bereaksi) gerakan) melawan atau
menagis)
Actifity (Tonus Limp (lumpuh) Ekstrimitas sedikit Gerakan aktif,
Otot) fleksi eksrimitas fleksi
dengan baik
Respiratory None (Tidak ada) Lamabat tidak teratur Menagis kuat
Effort (Usaha
bernapas)
Sumber : Marmi S.ST dkk, 2012
d. Pengaturan Suhu
Bayi kehilangan panas melalui empat cara yaitu :
24

1. Konduksi
Melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi
2. Konveksi
Pendinginan melalui aliran udara di sekitar bayi
3. Evaporasi
Kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi yang basah
4. Radiasi
Melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung
dengan kulit
Keadaan telanjang dan basah pada bayi baru lahir menyebabkan bayi mudah
kehilangan panas melalui keempat cara diatas. Kehilangan panas secara
konduktif jarang terjadi kecuali jika bayi diletakan pada alas yang dingin
(Sarwono Prawirohardjo, 2011)

3. Konsep Dasar Teori Masa Nifas


1. Beberapa Pengertian Nifas
a. Masa nifas (puerperium) adalah masa setalah keluarnya plasenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan seacara normal masa
nifas beralangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
b. Periode postnatal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta
(menanda akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali ke saluran
reproduksi wanita pada sebelum hamil. Periode ini juga disebut puerperium
(Varney, 1997).
c. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamildengan waktu kurang lebuh 6 minggu (Saleha, 2009).
d. Masa atau puerpurium adalah masa setelah partus selasaisampai pulihnya
kembali alat-alat kandungan seprti sebelum hami. Lamanya masa nifas yaitu
kira-kira 6-8 minggu (Abidin, 2011).
e. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan,
peyembuhan dan pengembalian alat-alat kandungan. Proses masa nifas
berkisar antara 6 minggu atau 40 hari (jenny sr, 2006).
25

2. Tahapan Masa nifas


Nifas dibagi dalam tiga perode, yaitu
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan.
b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan yang menyeluruh alat-alat genital.
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna munkin beberapa minggu, bulan,
atau tahun.
3. Program Masa Nifas
Paling sedikit melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
a. Menilai kondisi kesehatan dan bayi.
b. Lakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.
Kunjungan Waktu Tujuan
6-8 jam setelah a. Mencegah terjadinya perdarahan
26
persalinan pada msa nifas.
b. Mendeteksi dan penyebab lain
c.
1 perdarahan dan memberikan
rujukan bila perdarahan
berlanjutan
c. Memberikan konseling kepada
ibu atau salah anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegh
perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
d. Pemberian ASI pada masa awal
menjadi ibu
e. Mengajarkan ibu untuk
mempererat hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan
mencegah hipotermi
2 a. Memsatikan involui uteri berjaln
normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbulicus tidak
pendarahan abnormal, dan tidak
bau
b. Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau kelainan
6 hari setelah pasca melahirkan
persalinan c. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan,cairan, dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui
dengan baik dan tidak ada tanda-
tanda penyulit
e. Memberian konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat, menjaga bayi
agar tetap hangat

3 2 mniggu setelah a. Memastikan involusi berjalan


persalinan normal, uterus berkontraksi,
27

Mendeteksi adanya komplikasi atau msalah yang terjadi pada masa nifas.
d. Menagani komplikasi atau masalah yang timbul dan menggangu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
4. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Uterus secara beramgsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pysat dengan berat uterus 1000 gr.
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat
denagan berat uterus 750 gr.
3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uterus teraba pertengahan pusat
simpisis dengan berata uterus 500 gr.
4) Dua minggu postpartum dengan berat uterus tidak teraba diatas simpisis
dengan berat uterus 350 gr.
5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertamabah kecil dengan barat
uterus 50 gr.
b. lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Macam-macam lochea:
1) Lochea rubra (cruenta): berisi dan segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari
postpartum
2) Lochea sanguinlenta : bewarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7
postpartum.
3) Lochea serosa: berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-14
postpartum.
4) Lochea alba: cairanputih setelah 2 minggu
5) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan sepaerti nanah dan berabau
busuk.
6) Locheastasis : lochea tidak lancar keluarnya.
c. Serviks
28

Serviks mengalami involusi berasama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium


eksterna dapat dimasukin oleh 2 hingga 3 jari tangan, setealah 6 minggu persalinan
serviks menutup.
d. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penenakan serata perengangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,
kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kundur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kenbali kepada keadaan tidak hamil dan rugea dalam vagina secara
beramgsur-angsur akan muncul kembali sementari labia menjadi lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi lebih kendur karena sebelumnya
terangang oleh tekanan kepal bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5,
perenium sudah mendapatakan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun
teta[ lebih kendur daripada kedaan sebelum melahirkan.
f. Payudara
Kadar proklatin yang disekresi oleh kelenjar hypofisid anterior meningkatan
secara stabil selama kehamilan., tetapi hormon plasenta menghambat produksi
ASI . Setelah pelahiran plasenta, kosentrasi ekstrogen dan progestrin menurun,
proklaktin dilepaskan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat
dan memyebabak pembekakan vascular sementara air susu, saat d prroduksi,
disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cata dihisap oleh
bayi untuk pegadaan dan keberlangsungan laktasi.
Pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofosis posterior distimulasi oleh isapan
bayi. Hal ini menyebabakan kontraksi sel-sel mopitel di dalam payudara dan
pengeluaran ASI. Oksitosi juga menstimulasi kintaksi miometrium pada utrus,
yang biasa dialporkan wanita sebagi afterpain ( nyeri kontrasi uterus setelah
melahirkan).
ASI yang dapat duhasilakn oleh ibu oada setiap harinya ± 150- 300 ml,
sehingga kebutuhan bayi setiap harinya. ASI dapapat dihasilakn oleh kelenjar susu
yang dipengaruhi oelh kerja-kerja hormon. Diantaraya hormon laktogen.
ASI yang akan pertama muncul oada awal nifas adalah ASI yang bewarna
29

kekunigan yang bisa dikeanal sebagi kolostrun. Kolostrum sebenarnya telah


terbentuk didalam tubuh ibu pada usia kehamilan 12 minggu. Dan kolostrum
merupakan ASI pertama yang sangat baik untuk diberikan karena banyak sekali
manfaatnya, kolostrum menjadi imun oleh bayi karena mengandung sel darah
putih.
Jadi, perubahan pada payudara dapat meliputi:
1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon proklaktin
setelah persalinan.
2) Kolostrum sudah saat persalinan produksi ASI terjadi hari ke-2 atau ke-3 setelah
perasalinan.
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya laktasi.
4. Kebutuhan Dasar Masa nifas
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-
amgsur pulih seperti keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses
pemyembuhan pada msas nifas, maka ibu nifas membutuhakan diet yang cukup dan
protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan sebaginya. Selama kehamilan dan
persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding perut yang menjadi
kendor, lonngarnya liang senggama dan otot dsar panggul. Untuk mengemablikan
keoada keaadan normal dan menjaga lesehat ibu agar tetap prima, senam nifas sangat
baik dlakukan oada ibu setelah melahirkan. Ibu tidak perlu taku untuk bergeralak,
karena dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam
mekahirkan ) dapat ,membantu rahim untuk kembali kebentuk semula.
Kebutuhan dasar masa nifas dalah sebgai berikut :
1. Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah zat sangat diperlukan oelh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui
akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan karena
sehabis maelahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukuo untuk
menyehatkan bayi semuai itu akan meningkatkan tiga kali dari kebutuhan
biasa.
Nutrisi yang dikomsumsi harus bermutu tinggi, berrgcukuo gizi dan cukup
30

kalori. Kalori bagus bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ
tubuh, proses pembentuka ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 k kalori.
Ibu yang menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa +
700 k. Kalori pada 6 bulan pertama kemudian +500 k bulan selajutnya
Menu makanan yang seimbamg yang harus dikomsumsi adalah porsi cukuo
dan teratur, tidak teralu asin, pedas, atau berlemaak, tiidak , mengandung
alkohol, nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna. Disampuing itu harus
mengandung sumber tenaga , pembangunan dan pegatur/pelindung.
Sumber tenaga atau energi pembakaran tubuh , pembentukan jaringan baru,
penghematan protein (jika sumebr tenaga kurang protein dapat digunakan
seabagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi). Zat gizi sebagai
sumber karbohidrat terdiri dari beras , sagu, jagung, tepung terigu ubi,.
Sedangakan zat lemak diperoleh dari hewani (lemak, mentega,keju) dan
nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarine
2. Kebutuhan Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh.
Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet
tambah darah dan zat besi diberikan 40 hari masa postpartum. Minum kapsul Vit A
(200.000 unit) .
3. Kebutuhan ambulasi
Sebagaian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setalah perasalinan
usai. Aktifitas iitu sangat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama funsi usus,
kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru Hal tersebut juga mampu membantu
mecegah trhombosis pada pembuluh tungkai dan ,e,bantu kemajuan ibu dari
ketergsntungan peran sakit menjadi sehat.
Akitifitas dapat dilakukan seacra bertahap, memberi jaraik aktifitas dan istirahat.
Dalam 2 jam setalah berasalin ibu sudah harus bisa bisa melakukan mebilisasi.
Dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap. Dapat dialakukan dengan miring
kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri
dan jalan.
4. Kebutugan Eliminasi BAK/BAB
31

a. Miksi
1. Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak
mengalami hambatan apa pun. Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK
seacar spontan dalam 8 jam setelah melahirkan.
2. Miksi hendsknys sendiri secepatnya, kadang-kadamg wanita mengalami
susah kencing, karena sfigter uretra diteekan kepala janin dan spasme oleh
iritasi musculus spincher sekam persalinan, juga karena adnya ademe
kandung kemih yang terajdi selam persalinan.
3. Bila dalam 3 hari ubu tidak dapat berkemih, dapat dilakukan rangsangan
utuk berkemih dan ,mengkompres vesica uirnaria dengan aiar hangat , bila
ibu belum bisa melakukan maka ajarkan ibu untuk berkemih sambil
membuka kran air, jika tetap belum bisa melakukan juga maka dapat
dilakukan kateterisasi.
b. Defekasi
1. Buang air besar akan bisa setelah sehari, kecuali ibu taku dengan luka
episiotomi.
2. Bila sampai 3-4 hari belum bisa buang air besar, sebaiknya dilakukan
dieberikan obat ramgsangan per oral atau per rektal, jika masih belum bisa
dilakukan klisma untuk meransang buang air besar sehingga tidak
mengalami sembelit dan meyebabkan jahitan terbuka.
5. Kebersihan Diri (personal hygiene)
Kebersihan ibu sangat membantu mengurangi infeksi dan meningkatakan
perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk nmenjaga kebersihan diri dengan
cara yang teratur minimal 2 kali sehari., memngganti pakaian dan alsa tempat
tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetao bersih, segar dan
wangi. Merawat perinum dengan baik dngan menggunakan antiseptik dan selalu
diingat bahwa membersihakan perinum dari arah depan kebelakang. Jaga
kebersihan diri secara keseluruhan.
a. Kebersihan pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah meyerap keringat
karena produksi keringat jadi lebih banyak. Produksi keringat yang tinggi
32

berguna untuk menhilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian


agak longgar di bagian dada sehingga payudara di tertekan dan kering.
Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terajdi iritasi (lecet) pada
daerah sekitar lochea.
b. Rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan , megalami kerontokan rambut
akibat ganggua hormon sehingga keadaanya menjadi lebih tipis dibandinkan
keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu
wanita dengan wanita yang lain. Meskipin demikian, kebanyakan akan pulih
setekah beberapa bulan kemudian. Cuci rambut dengan condisioner yang
cukup, lalu mggunakan sisir yang lenbut.
c. Kebersihan Kulit
Setelah persalinan, ekserna cairan tubuh yang dibutuhakan saat hamil
akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untunk pembekkan
pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu
pertama setelah melahirkan, ibu akan merasak jumlah keringat yamg lebih
sebanyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering jaga agar kult tetap
kering.
d. Kebersihan vulva dan sekitarnya
1. Mengajarkan ibu untuk membersihakan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil dan buang air besar.
2. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik dikeringkan dibawah matahari atay di strika.
3. Sarankan ib untuk mencuci tangan dengan sabub dan air sebelum dan
sesudah membersihak daerah kemaluanntya.
4. Jika ibu mempunyai luka epesiotomi atay laserasi, sarankan bu untuk
menghindari menyentuh luka, cebok dengan air dingin atau cuci dengan
menggunakan sabun . Perawatan luka perinum bertujuan untuk
33

mencegah infeksi, meningkat rasa nyaman , dan mempercepat


penyembuhan
e. Kebutuhan istirahat
Ibu memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan
ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam untuk siang hari.
Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup mecegah kelelehan yang
berlebihan. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan ibu rumah
tangga secara peralahan. Kurang istirahat akan mengurangi ibu dalam
berbagai hal, diantaranya mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
memperlambat involusi uterus dan memperbanyal perdarahan, serta
meyebabakan deprsi dan ketidakmampuan untuk merawarat bayinya dam
dirinya.
a. Istirahat malam
Selama satu atau dua malam yang pertama, yang ibu baru
melahirkan mungkin memerlukan obat tidur yang ringan. Biasanya
dokter akan memberikanya jika benar-benar diperlukan. Kerapkali
tubuhnya semdiri yang mengambil ahli fungsi obat tidyr ini dan ia
benar-benar tidur lelap sehingga pemeriksaan tanda-tanda vital dan
fundus hanyta sedikit menggungnya. Sebagian ibu menemukan bahwa
lingkungan yang asing baginya telah mengalihkan perhatiannya dan
sebagianmerasa ternggangu oleh luka bekas episitomi sehingga semua
ini akan mengahalangi tidurnya ketika pembiusan telah hilang. Rasa
nyeri atau terganggu selalu memrlukan pemerikasaan dan analgesik
dapat diberikan pasien menggunakan obat tidur.
b. Istirahat siang
Waktu siang di rumah sakittidak perlu diperhatikan, namun banyak
orang mengatakan hal tersebut harus pulang kerumah untuk bisa
beristirahat merupakan pernyataan yag sering terdengar dan petugas
yang terlibat dalam unit asuhan maternitas harus mendengarkan serta
mencari mengapa keluhan itu bisa terjadi.
c. Tidur
34

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan yang mutlak harus


dipenuhi oleh semua orang . Dengan istirahat dan tidr yang cukup,
tubuh baru dapat berfungsi optimal. Istirahat dan tidur sendiri memiliki
makna yang berbeda pada setiap individu. Secara umum, istirahat
merupakan keadaan yang tenang , relask, tanpa tekanan yang
emesioanal dan bebas dari persaan gelisah.
d. Kebutuhan seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dan memasukkan saty atau dua jarinya kedalam vagina tanpa
rasa nyeri . Bergitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri aman untuk
memulai, melakukan hubungan istri kapan saja ibu siap. Ibu yang baru
melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6 minggu
persalinan. Batasan waktu 6 minngu didasarkan atas pemikiran masa itu semua
luka akbit persalinan, termasuk luka epsiotomi dan luka bekas section cesaran
(SC) biasanya telah sembuh dengan membaik. Bila suatu perasalinan dipastikan
tidak ada luka atau di perobekan jaringan, hubungan seks bahkan boleh
dilakukan 3-4 minggu setelah proses melahirkan itu
f. Kebutuhan perawatan payudara
a. Sebaiknya perawatan mammae tealh dimulai sejak wanita hamil supaya
puting susu lemas, tidak kersa, dan kering sebagi persiapan untuk menyusui
bayainya.
b. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan : pembalutan mammae sampai
tertekan, pemberian obat ekstrogen supaya supresi LH seperti tablet Lynoral
dan Pardolel.
c. Ibu menyusi harus menjaga payudaranya agar tetap bersih dan kering .
d. Menggunakan payudara menyokong payudara
e. Apabila puting susu lecet oleskan kolustrum atau ASI yang keluar pada
puting susu setiap kali sehabis menyusui, kemudian apabila lecet sangat
berat dpat di istirahatkan selama 24 jam. Asi dikeluarkan dan dimminumkan
dengan menggunakan sendok. Selain itu, untuk menghilamgkan rsas nyeri
dapay minum parecetamol 1 tablet setiap 4-6 jam .
35

g. Latihan senam nifas


1. Senam nifas adalah senam yang dialkukan sejak hari pertama melahirkan
setiap hari sampai hari yang kesepuluh, terdiri dari sederatan gerakan tubuh
yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan keaadaan ibu. Hal-hal yamg
harus diperhatikan dalam melakukan senam nifas adalah :
a. Diskusikan pengembalian otot perut dan panggul karena dapat
mengurangi sakit pinggang.
b. Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mingkin secara
bertahap, misal latihann duduk jika tidak pusing baru boleh berjalan
c. Melakukan latuhan beberapa meniy sangat membantu.
2. Tujuan
Tujuan dilakukan senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah:
a. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
b. Mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan
c. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul,
perut , dan perenium terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan
dan persalinan
d. Memperlancar pengeluran lochea
e. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot stelah melahirkan
f. Melaksanakn otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan
persalinan
g. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya
emboli. Tromosia dan lain-lain.
3. Manfaat
Senam nifas membantu memperabiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap
tubuh dan punggung setelah melahirkan , memperbaiki otot tonus, pelvis dan
perengan otot abdomen , memperbaiki juga memperkuat otot panggul dan
membantu inu untuk tetap relaks dan segar pasca melahirkan.
h. Rencana KB
Rencana KB melahirkan itu sangatlah penting dikarenakan secara tidak
langsung KB dapat membantu ibu untuk merawat anaknya dengan baik serta
36

menfistirahatkan alat kandunganya (pemulihan alat kandungan). Ibu dan suami


dapat memilih alat kontrsepsi KB apa saja yang dugunakan.
5. Konsep Dasar Teori Kontrasepsi
a. Pengertian kontrasepsi
Pengertian Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahtraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. (Dyah Noviawati
Setya Arum, S.Si.T, dan Dkk 2009)
Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang diinginkan. (Th. Endang Purwoastuti S.Pd, APP dan Dkk,
2015)
Menurut Wiknjosastro (2007) Suratun dkk. (2008), kontrasepsi berasal dari
kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah” sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan
sel sperma. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat
permanen..
a. Pengertian KB
Keluarga Berencana menurut World Health Organization (WHO)
Expert Commite (1970) dalam Suratun dkk. (2008) adalah suatu tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami untuk :
1) Mendapatkan objektif-objektif tertentu
2) Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan
3) Mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan
4) Mengatur interval diantara kehamilan
5) Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan suami istri
6) Menentukan jumlah anak dalam keluarga
b. Pengertian akseptor KB
Akseptor KB adalah PUS yang salah seorang dari padanya menggunakan
salah satu cara atau alat kontrasepsi dengan tujuan untuk pencegahan
kehamilan baik melalui program maupun non program Sedangkan menurut
kamus besar bahasa Indonesia (2001) dalam Setiawan dan Saryono (2010)
37

Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti dan melaksanakan


program keluarga berencana. Menurut Handayani (2010) jenis akseptor KB
sebagai berikut :
1) Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah PUS yang pertama kali menggunakan
kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan
keguguran atau kelahiran.
2) Akseptor KB lama
Akseptor KB lama adalah PUS yang melakukan kunjungan ulang
termasuk pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi
kemudian pindah atau ganti ke cara atau alat yang lain atau mereka
yang pindah klinik baik menggunakan cara yang sama atau cara (alat)
yang berbeda.
3) Akseptor KB aktif
Peserta KB aktif adalah PUS yang pada saat ini masih menggunakan
salah satu cara atau alat kontrasepsi.
4) Akseptor KB aktif kembali
Perserta KB aktif kembali adalah PUS yang telah berhenti
menggunakan selam tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi oleh
suatu kehamilan dan kembali menggunakan alat kontrasepsi baik
dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti atau
istirahat paling kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.
c. Tujuan keluarga berencana
1) Tujuan umum
Tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka
mewujudkan visi dan misi program KB adalah “membangun kembali
dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB
Nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai.” (Dyah
Noviawati Setya Arum, S.Si.T, dan Dkk 2009)
2) Tujuan khusus
Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga
berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran. (Purwoastuti dkk,
2015).
d. Jenis kontrasepsi
1) Kontrasepsi sederhana tanpa alat
38

a) Metode Amenore Laktasi (MAL)


Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,
artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun lainya. (Dyah Noviawati Setya Arum, S.Si.T, dan
Dkk 2009)
1) Mal dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
a. Menyusui secara penuh (Full Breast Feeding) lebih efektif
bila pemberian > 8x sehari
b. Belum haid
c. Umur bayi kurang dari 6 bulan
2) Efektif sampai 6 bulan
3) Harus dilanjutkan dengan pemakaian kontrasepsi lainya
a. Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca
persalinan)
b.Segera efektif
a) tidak mengganggu senggama
b) tidak ada efek samping secara sistemik
c) tidak perlu pengawasan medis
d) tidak perlu obat atau alat
e) tanpa biaya
Keuntungan non kontrasepsi, dibagi untuk ibu dan untuk bayi.
(1) Untuk Ibu : Mengurangi perdarahan pascapersalinan,
mengurangi resiko anemia, meningkatkan
hubungan psikologi ibu dan bayi.
(2) Untuk Bayi : Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan
antibodi perlindungan lewat ASI), Sumber
asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang, Terhindar dari keterpaparan
terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau
formula atau alat minum yang dipakai.
Keterbatasan
a. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
meyusui dalam 30 menit pasca persalinan
b. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
c. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis
B/HBV dan HIV/AIDS.
Yang Dapat Menggunakan MAL
Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang
39

dari 6 bulan, dan belum mendapat hait setelah melahirkan.


Yang seharusnya tidak pakai MAL
a. Sudah mendapat haid setelah bersalin
b. Tidak menyusui secara eksklusif
c. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
d. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
b) Metode Suhu Basal
Metode ini berdasarkan suhu tubuh setelah ovulasi sampai
sehari sebelum menstruasi sebelumnya. Untuk mengetahui suhu
tubuh benar-benar naik, maka harus selalu diukur dengan
termometer yang sama dan pada tempat yang sama (di mulut, anus
atau vagina) setiap pagi setelah bangun tidur sebelum mengerjakan
pekerjaan apapun dan dicatat pada tabel. Syaratnya tidur malam
paling sedikit selama 5 sampai 6 jam hari secara berturut-turut,
suhu rendah (36,4o C- 36,70C), kemudian 3 hari berturut-turut suhu
lebih tinggi (36,9oC-37,5oC), maka setelah itu dapat dilakukan
senggama tanpa menggunakan alat kontrasepsi. (Setya Arum Dkk
2009)
c) Pantang berkala (sistem berkala)
Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat pertengahan
siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu
keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk perhitungan masa
subur dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11, siklus
terpendek dikurangi 18 antara kedua waktu, senggama dihindari
(Setya ArumDkk, 2009).
Manfaat dari pantang berkala adalah :
Kontrasepsi
1) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
2) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan
kontrasepsi
3) Tidak ada efek samping sistemik
4) Murah tanpa biaya
Nonkontrasepsi
1) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
2) Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi pada suami
dan istri
3) Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui
40

peningkatan komunikasi antara suami istri/pasangan.


d) Metode Lendir Serviks
Pengamatan dilakukan pada lendir yang melindungi serviks
(Mulut Rahim) dari bakteri-bakteri penyebab penyakit dan dari
sperma sebelum masa subur. Pada saat menjelang ovulasi lendir ini
akan mengandung lebih banyak air (menjadi encer) sehingga
mudah dilalui oleh sperma. Setelah ovulasi lendir kembali menjadi
padat.
Lendir dari serviks tidak dapat diamati pada saat sedang
terangsang dan beberapa jam setelah senggama, karena dinding
vagina juga akan mengeluarkan lendir yang akan memalsukan
lendir serviks.
Metode ini cukup aman bagi wanita yang berpengalaman
dalam mengenali bentuk-bentuk lendir, dengan demikian
diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menggunakan
metode ini.
1) Kontrasepsi sederhana dengan alat
a) Kondom
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik.
Kondom mencegah kehilangan dan infeksi penyakit kelamin
dengan cara menghentikan sperma untuk masuk kedalam vagina.
Kondom pria dapat terbuat dari bahan latex (karet), polyurethane
(plastik), sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane.
Pasangan yang mempunyai alergi terhadap latex dapat
menggunakan kondom yang terbuat dari polyurethane. Efektivitas
kondom pria antara 85-98% sedangkan efektivitas kondom wanita
antara 79-95%. Harap diperhatikan bahwa kondom pria dan wanita
jangan digunakan secara bersamaan. (Purwoastuti dkk, 2015)

b) Diagfragma
Diagfragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks (Setya Arum Dkk 2009).
c) Spermisida
Spemisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan
41

kimia (non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma


(Purwoastuti Dkk, 2015)
Jenis spermisida terbagi menjadi :
1) Aerosol (busa)
2) Tablet vagina, supositoria atau dissolvable flm
(1) Krim
d) KB pil
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon
estrogen dan hormon progesteron) ataupun hanya berisi hormon
progesteron saja. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah
terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding
rahim. Apabila pil kontrasepsi ini digunakan secara tepat maka
angka kejadian kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita.
Disarankan penggunaan kontrasepsi lain (kondom) pada minggu
pertama pemakaian pil kontrasepsi. (Purwoastuti Dkk, 2015)
e) KB suntik
Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan
kontrasepsi mengandung hormon progesteron yang menyerupai
hormon progesterone yang diproduksi oleh wanita selam 2 minggu
pada setiap awal siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah
wanita untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek
kontrasepsi. Banyak klinik kesehatan yang menyarankan
penggunaan kondom pada minggu pertama saat suntik kontrasepsi.
Sekitar 3 dari 100 orang yang menggunakan kontrasepsi suntik
dapat mengalami kehamilan pada tahun pertama pemakaiannya.
(Purwoastuti Dkk, 2015)
f) Kontrasepsi implant
Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi
yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di
dalamnya terdapat hormon progesteron, implan ini kemudian
dimasukan kedalam kulit di bagian lengan atas. Hormon tersebut
kemudian akan dilepaskan secara perlahan dan implan ini dapat
efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun. Sama seperti pada
kontrasepsi suntik, maka disarankan penggunaan kondom untuk
42

minggu pertama sejak pemasangan implan kontrasepsi tersebut.


g) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
IUD merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf T yang
lentur dan diletakan didalam rahim untuk mencegah kehamilan,
efek kontrasepsi didapat dari lilitan yang ada di badan IUD. IUD
merupakan salah satu kontrasepsi yang paling banyak banyak
digunakan di dunia. Efektivitas IUD sanat tinggi sekitar 99,2-
99,9%, tetapi IUD tidak memberikan perlindungan bagi penularan
penyakit menular seksual (PMS). (Purwoastuti Dkk, 2015)
h) Kontrasepsi tubektomi (sterilisasi pada wanita)
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur
wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan
mendapatkan keturunan lagi. Dengan demikian, jika salah satu
pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi
alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik
sekali, karena kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali.
Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah
kesukarelaan dari akseptor.Dengan demikian, sterilisasi tidak boleh
dilakukan kepada wanita yang belum/tidak menikah, pasangan
yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-
waktu terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu
menerima sterilisasi. Yang harus dijadikan patokan untuk
mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia
istri. Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah anak yang
hidup harus 3 atau lebih.
i) Kontrasepsi vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
Vasektomi merupakan upaya untuk menghenttikan fertilis
dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan
terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan
ketahanan dan kualitas keluarga. Memerlukan perhatian khusus
43

bagi tindakan vasektomi Infeksi kulit pada daerah operasi, infeksi


sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien,
hidrokel atau varikokel, hernia inguinalis, filarisasi (elephantiasis),
undesensus testikularis, massa intraskotalis, anemia berat,
gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan
antikoaglansia
j) Penggunaan kontrasepsi menurut umur
(1) Umur ibu kurang dari 20 tahun
(a) Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral
(b) Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena
pasangan muda frekuensi bersenggama tinggi sehingga
akan mempunyai kegagalan tinggi
(c) Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang
dianjurkan
(d) Umur di bawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak
dulu.
(2) Umur ibu antara 20–30 tahun
(a) Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan
melahirkan
(b) Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk
memakai spiral sebagai pilihan utama. Pilihan kedua
adalah norplant atau pil.
(3) Umur ibu di atas 30 tahun
(a) Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau
norplant. Kondom bisa merupakan pilihan kedua
(b) Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara
operasi (sterlilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik
dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun pil dalam
arti mencegah
k) Kekurangan program Keluarga Berencana (KB)
Program KB ini dirasa dianggap kurang memadai, karena tidak
semua Posyandu di pedesaan dibekali dengan infrastruktur dan
keahlian pemeriksaan KB, ditambah lagi dengan kurangnya
presentasi tentang pengetahuan KB di daerah pedesaan, sehingga
kebanyakan masyarakat indonesia yang berdomisili di pedesaan
44

masih kurang pengetahuaannya tentang Program KB dan


manfaatnya, mereka masih beranggapan bahwa banyak anak
banyak rezeki, padahal zaman semakin maju dan harus diimbangi
dengan pemikiran yang semakin maju pula.
45

Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif


1. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal
Trimester III (Varney)
a. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi
keadaan klien. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan data
objektif serta data penunjang (bila ada).
1) Data Subjekif
Data ini bisa didapat dengan cara anamnesa yaitu tanya jawab antara
klien dengan petugas kesehatan (auto anamnesa) maupun antara petugas
kesehatan dengan orang lain yang mengetahui keadaan/kondisi klien
(aloanamnesa). Anamnesa dapat dilakukan pada pertama kali klien
datang (secara lengkap) dan anamnesa selanjutnya/ulang untuk hal yang
diperlukan saja setelah melakukan review data yang lalu.
Hal – hal yang perlu dikaji dalam data subjektif, meliputi :
a) Biodata
(1) Nama klien, dimaksudkan agar lebih mengenal klien sehingga
tercipta hubungan interpersonal yang baik, sehingga bidan
lebih mudah dalam memberikan asuhannya karena klien lebih
kooperatif.
(2) Umur, untuk mengetahui apakah umur klien termasuk dalam
usia produktif atau usia beresiko tinggi untuk hamil, karena
umur yang < 20 tahun atau > 35 tahun beresiko tinggi bila
hamil.
(3) Pendidikan, dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
pendidikan dan tingkat intelegensi klien, sehingga bidan bisa
menyesuaikan cara pemberian Konseling Informasi dan
Edukasi (KIE) dengan kemampuan daya tangkap klien.
(4) Pekerjaan, dimaksudkan untuk mengetahui tingkat sosial
ekonomi klien yang tentunya berpengaruh dengan kemampuan
klien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisinya. Hal ini juga
dapat membantu bidan dalam pemberian KIE tentang nutrisi
ibu hamil. Selain itu juga untuk mengetahui apakah pekerjaan
yang dilakukan klien dapat mengganggu kehamilan atau tidak.
(5) Suku atau bangsa, berpengaruh pada adat istiadat atau
46

kebiasaan sehari – hari.


(6) Agama atau kepercayaan, hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui agama atau kepercayaan yang dianut klien,
sehingga bidan secara tidak langsung dapat menyesuaikan
pemberian KIE yang sesuai dengan ajaran-ajaran maupun
norma-norma agama atau kepercayaan yang dianut.
(7) Alamat, ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan
bila diperlukan bila keadaan mendesak. Dengan diketahuinya
alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal
pasien/klien dan lingkunganya. Dengan tujuan untuk
mempermudah menghubungi keluarganya, menjaga
kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan
saat kunjungan rumah.
(8) Penanggung jawab, untuk mengetahui siapa yang bertanggung
jawab terhadap klien, sehingga bila sewaktu-waktu dibutuhkan
bantuannya dapat segera ditemui.
b) Keluhan pasien
Perlu dikaji untuk mengetahui hal apa saja yang dikeluhkan
dalam kehamilannya ini, terutama keluhan saat pengkajian
dilakukan. Keluhan-keluhan yang muncul pada ibu hamil kembar
berbeda-beda dalam tiap trimesternya, dan keluhannya khas untuk
masing-masing ibu. Keluhan juga perlu dikaji untuk mengetahui
adakah tanda dan gejala yang mengarah pada bahaya maupun
ketidak normalan (patologis).
c) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat kesehatan dahulu, untuk mengetahui apakah dahulu
ibu mempunyai penyakit yang berbahaya bagi
kehamilannya.Selain itu untuk mengetahui apakah ibu pernah
menjalani operasi yang berhubungan dengan organ
reproduksinya atau tidak, karena akan berpengaruh pada
kehamilannya.
(2) Riwayat kesehatan sekarang, untuk mengetahui apakah pada
saat sekarang ini ibu benar-benar dalam keadaan sehat, tidak
menderita suatu penyakit kronis seperti ashma, jantung, TBC,
47

hipertensi, ginjal, DM dan lainnya, karena apabila ada


gangguan kesehatan pada saat ibu hamil akan secara tidak
langsung berpengaruh pada kehamilannya baik itu pada diri
ibu sendiri maupun perkembangan dan pertumbuhan janin
yang dikandungnya.
(3) Riwayat kesehatan keluarga, hal penting yang perlu dikaji bila
ada riwayat penyakit menular dalam keluarga ibu maupun
suami (seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS, PMS) yang dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lain. Juga perlu
dikaji bila ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga ibu
maupun suami seperti jantung, DM, asma, hipertensi, dan
lainnya, karena dapat menurunkan kepada anggota keluarga
yang lain dan dapat membahayakan apabila penyakit-penyakit
tersebut terjadi pada ibu yang sedang hamil.
d) Riwayat obstetric
(1) Riwayat haid, beberapa hal yang perlu dikaji di dalam riwayat
haid meliputi umur menarche, siklus haid (teratur atau tidak),
lama haid, dysmenorrheal (ya atau tidak) dan HPHT (Haid
Pertama Haid Terakhir). Dengan diketahuinya HPHT maka
bidan dapat menentukan HPLnya (Hari Perkiraan Lahir), usia
kehamilan sehingga keadaan kehamilannya dapat dipantau,
terutama untuk memantau pertambahan BB, TFU (Tinggi
Fundus Uteri) dan frekuensi gerak anak, karena hal tersebut
dapat mendukung dalam penegakkan diagnosa kehamilan,
selain melalui palpasi dan USG.
(2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat
obstetric yang buruk atau tidak baik dalam kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, sehingga bila memang ibu
memiliki riwayat obstetric yang buruk maka dapat
dipersiapkan tindakan-tindakan untuk pencegahan.
(3) Riwayat kehamilan sekarang, hal-hal yang perlu dikaji di
dalamnya antara lain berapa kali ibu sudah melakukan ANC,
48

dimana ibu memperoleh ANC, apakah ibu sudah mendapatkan


imunisasi TT dan berapa kali mendapatkannya, apakah ibu
teratur minum tablet tambah darah, kalk dan vitamin yang ibu
peroleh setiap kali control, apakah ada keluhan atau
komplikasi selama ibu hamil dan apakah ibu mempunyai
kebiasaan-kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan, merokok,
minum jamu dan alcohol dan sebagainya, sehingga bidan dapat
memantau perkembangan kehamilannya. Pada kehamilan,
pemeriksaan ANC harus lebih sering guna untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandung.
e) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama klien menikah,
sudah berapa kali klien menikah, berapa umur klien dan suami
pada saat menikah, sehingga dapat diketahui apakah klien masuk
dalam infertilitas sekunder atau bukan. Selain itu secara normal
juga untuk mengetahui apakah anak yang dikandungnya sah secara
hukum atau anak hasil hubungan di luar nikah karena dapat
berpengaruh terhadap penerimaan ibu terhadap kehamilannya.
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah ibu sudah menjadi akseptor KB
sebelum hamil atau tidak, metode kontrasepsi yang digunakan apa
dan sudah berapa lama ibu menjadi akseptor KB serta rencana KB
apa yang akan digunakan ibu (klien) setelah melahirkan.
g) Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu sudah
menunjukkan perilaku hidup sehat dalam kehidupannya sehari-hari
atau belum. Pola-pola yang dikaji di dalamnya, meliputi :
(1) Pola nutrisi, dikaji tentang jenis makanan yang dikonsumsi
klien, apakah ibu hamil (klien) sudah makan teratur 3x sehari
atau belum, apakah sudah mengkonsumsi makanan yang sesuai
dengan menu seimbang (nasi, lauk-pauk, sayur dan buah) atau
belum, karena asupan nutrisi juga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya.
49

Selain makanan, berapa kali minum dalam sehari juga perlu


dipertanyakan, hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah
keadaan kekurangan cairan.
(2) Pola eliminasi, eliminasi yang dikaji adalah BAB dan BAK.
BAB perlu dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAB
setiap harinya dan bagaimana konsistensi warna fecesnya,
biasanya pada ibu hamil kemungkinan besar terkena sembelit
karena pengaruh dari hormon progesterone dan juga warna dari
fecesnya terkadang hitam yang disebabkan oleh tablet Fe yang
dikonsumsi selama hamil.
BAK dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK setiap
harinya, lancar atau tidak. Biasanya ibu yang hamil apalagi
hamil kembar akan sering BAK karena adanya penekanan pada
kandungan kencing oleh uterus (TM 1) dan oleh kepala janin
(TM II-III).
(3) Pola istirahat, dikaji untuk mengetahui apakah ibu dapat
beristirahat dengan cukup dan tenang setiap harinya atau tidak,
karena dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya
apabila tidak mempunyai cukup waktu untuk beristirahat.
(4) Pola personal hygiene, dikaji untuk mengetahui apakah ibu
sudah menerapkan perilaku hidup sehat dalam kehidupannya.
Kebersiahan diri yang paling dan harus diperhatikan oleh ibu
hamil adalah kebersihan alat kelamin (genetalia), apabila ibu
tidak menjaga genetalia akan memudahkan masuknya kuman
ke dalam kandungan.
(5) Pola seksual, dikaji untuk mengetahui apakah selama hamil ibu
melakukan hubungan seksual atau tidak, karena pada dasarnya
hubungan seksual boleh dilakukan selama hamil, asal umur
kehamilan ibu cukup besar, karena hubungan seksual yang
dilakukan pada saat hamil mudaakan sangat berpengaruh
terhadap kondisi janin yang dikandung.
h) Psikologi dan sosiospiritual ibu
Dikaji untuk mengetahui bagaimana penerimaan ibu terhadap
50

kehamilannya. Dikaji pula apakah pihak keluarga mendukung


kehamilan ibu, bagaiman hubungan ibu dengan keluarga dan
masyarakat sekitar, apakah ibu mempunyai hewan peliharaan,
karena hewan peliharaan dapat menyebabkan penyakit TORCH
pada ibu hamil yang dapat mengancam janin yang dikandungnya.
2) Data objektif
a) Pemeriksaan umum, meliputi :
(1) Keadaan umum, dikaji pada saat pertama kali pasien datang.
Lihat apakah pasien tampak baik atau tampak lemah dan pucat.
Hal ini penting untuk mengetahui bila ibu mengalami anemia
yang merupakan komplikasi tersering dari kehamilan.
(2) Tanda-tanda vital (Vital sign), vital sign terpenting yang harus
selalu dikaji, yaitu : tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi,
serta tinggi badan dan berat badan.
b) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe), meliputi :
(1) Kepala, untuk observasi bentuk, benjolan, infeksi pada
kepala.Palpasi bila tampak benjolan untuk mengetahui besar,
bentuk, kekenyalan dan mobilitasnya.
(2) Rambut, untuk mengetahui keadaan rambut, seperti hitam,
lebat, tidak berbau, tidak berketombe.
(3) Muka, untuk mengetahui bentuk muka lonjong atau bulat, ada
atau tidak ada kelainan.
(4) Mata, untuk mengetahui mata simetris atau tidak, apakah
terjadi anemia atau tidak pada conjungtiva, sklera ikterik atau
tidak.
(5) Hidung, untuk mengetahui kebersihan, ada atau tidak ada polip
atau secret.
(6) Telinga, untuk mengetahui kebersihan, ada atau tidak ada
serumen di telinga.
(7) Mulut, untuk mengetahui kebersihan dan keadaan konstruksi
gigi apakah terjadi kekeroposan atau tidak dimana hal ini
menjadi indikasi adanya kekurangan kalsium atau tidak, ada
stomatitis atau tidak.
(8) Leher, untuk mengetahui ada atau tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, ada atau tidaknya struma atau kelenjar
51

gondok, dan ada atau tidaknya pembesaran vena jugularis.


(9) Dada, observasi bentuk thorak.Misal, apakah kifosis atau tidak.
(10) Payudara, observasi dilakukan untuk mengetahui bentuk
payudara.Palpasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
benjolan, rasa sakit (oleh karena adanya infeksi).
(11) Aksila, observasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
benjolan.Palpasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
rasa sakit dan tumor.
(12) Abdomen, untuk mengetahui bentuk abdomen
membujur/melintang.Ada tidaknya bekas operasi.
(13) Pinggang, untuk mengetahui adanya nyeri tekan pada daerah
ginjal.
(14) Punggung, untuk mengetahui bentuk tulang punggung, misal
apakah lordosis atau tidak.
(15) Anus, untuk mengetahui ada atau tidak ada hemoroid.
(16) Genetalia, untuk mengetahui kebersihan genetalia, adanya
keputihan atau tidak.
(17) Ekstremitas :
(a) Atas, obeservasi keadaan tangan terutama kelengkapanjari
tangan, kuku pucat atau sianosis,oedem atautidak.
(b) Bawah, obeservasi keadaan kaki terutama kelengkapanjari
tangan, kuku pucat atau sianosis, oedem atautidak, adanya
varises atau tidak.
(18) Kulit, observasi kelembaban kulit ibu dengan kembalinya
turgor kulit.
c) Pemeriksaan obstetric
(1) Inspeksi
(a) Muka, dikaji apakah ada chlosma gravidarum, apakah ada
oedema muka, terutama pada trimester II dan III yang
dapat mengarah pada preeklamsia, terutama bila tekanan
darah ibu tinggi.
(b) Dada, kaji mammae ibu dan kesiapan masa laktasi yang
meliputi bagaimana bentuk putting susunya, pigmentasi
pada areola mammae dan putting, bentu payudara serta
apakah kolostrum sudah keluar atau belum.
(c) Abdomen, lihat apakah ada linea nigra dan striae.
Biasanya pada kehamilan kembar, striae akan sangat jelas
52

terlihat karena peregangan dari kulit perut akibat


perbesaran perut ibu.
(d) Vulva, kaji apakah ada oedema, varises dan kondiloma
yang nantinya dapat mengganggu proses persalinan
pervaginam, karena varises dapat pecah saat persalinan
dan menimbulkan perdarahan.
(2) Palpasi leopold
(a) LI, pada leopold I dikaji bagian janin apakah yang ada
pada fundus uteri, apakah kepala (bulat keras) atau bokong
janin (bulat lunak). Pada kehamilan kembar dapat teraba
dua bagian besar janin pada fundus uteri. Tetapi bila
kehamilan masih dalam Trimester I dan awal Trimester II,
leopold I hanya untuk mengetahui adanya ballottement.
(b) LII, leopold II ini efektif digunakan bila umur kehamilan
sudah menginjak usia 6 bulan, karena bagian-bagian janin
sudah mulai dapat dibedakan. Leopold II ini dilakukan
untuk mengetahui dimanakah letak punggung janin yang
ditandai dengan terabanya bagian panjang, keras, danada
tahanan dan juga untuk mengetahui dimanakah letak
ekstremitas janin yang ditandai dengan terabanya bagian-
bagian kecil.
(c) LIII, dilakukan untuk mengetahui bagian terbawah janin,
yaitu bulat lunak/bulat keras. Masih bisa digoyangkan atau
tidak.
(d) L IV, dilakukan untuk mengetahui apakah bagian bawah
janin sudah masuk PAP atau belum. Apabila posisi tangan
difergen berarti bagian bawah janin sudah masuk PAP dan
konvergen apabila bagian bawah janin belum masuk PAP.
(3) Auskultasi, mendengarkan DJJ menggunakan linex ataupun
doppler. DJJ normal 120 – 160 x / menit.

d) Data penunjang
(1) Pemeriksaan dalam, dilakukan untuk mengetahui ukuran
panggul dalam ibu dan kemungkinan jalan lahir dapat dilewati
53

oleh janin.
Ukuran panggul luar :
(a) Distansia spinarum : 23 – 26 cm
(b) Distansia kristarum : 26 – 29 cm
(c) Lingkar panggul : 80 – 90 cm
(d) Conjugata eksterna : 18 – 20 cm
(2) Pemeriksaan Hb, pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
keadaan hemoglobin ibu dalam darah dan apakah ada anemia.
Kadar Hb ibu hamil normal yaitu 11 gr/dl.
(3) Pemeriksaan protein urine, pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui adanya protein dalam urine. Adanya protein dalam
urine, menunjukkan ibu mengalami preeklamsia.
(4) Pemeriksaan USG, pemeriksaan ini dilakukan untuk
menegakkan diagnosis kehamilan normal.
b. Langkah II : Identifikasi masalah diagnosa dan kebutuhan (intrepretasi data)
Dalam langkah ini data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
menjadi diagnose spesifik yang sudah diidentifikasi. Interpretasi data
diambil berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan pada langkah
pengkajian.Susunan interpretasi data, mengacu pada diagnosa.Diagnosa
yang dapat ditegakkan adalah gravida, para, abortus, umur ibu, umur
kehamilan dan keadaan janin (jumlah, presentasi dan letak janin).Pada kasus
ini diagnosa yang dapat ditegakkan adalah gravida, para, abortus, umur ibu,
umur kehamilan dengan kehamilan normal.

Dasar-dasar dari diagnosa tersebut adalah :


1) Pernyataan klien tentang jumlah kehamilan yang dialaminya.
2) Pernyataan klien tentang jumlah persalinan yang dialaminya.
3) Pernyataan klien tentang jumlah abortus yang dialaminya.
4) Pernyataan klien tentang umurnya.
5) Pernyataan klien tentang HPHT.
6) Hasil palpasi Leopold I, yaitu hasil pengukuran TFU.
7) Hasil palpasi Leopold II, teraba satu bagian besar janin dan bagian –
bagian kecil janin.
8) Hasil palpasi Leopold III, yaitu teraba bagian terendah janin.
9) Hasil palpasi Leopold IV, yaitu diketahui apakah bagian terendah janin
sudah masuk PAP atau belum.
10) Denyut jantung janin pada auskultasi.
c. Langkah III : Identifikasi diagnosa atau masalah potensial
Langkah ke3 ini dibuat berdasarkan keadaan ibu yang mungkin terjadi
54

yang dapat diketahui dari pemeriksaan objektif dan data penunjang serta
yang membutuhkan tindakan antisipasi.
d. Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang membutuhkan penanganan segera
(antisipasi)
Langkah ke-4 ini akan muncul bila langkah ketiga muncul. Langkah ini
berupa tindakan yang harus segera bidan lakukan maupun berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan yang lebih kompeten karena adanya diagnose
potensial.
e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Langkah ini merupakan lanjutan dari diagnosa yang telah diidentifikasi.
Rencana asuhan yang akan diberikan harus menyeluruh. Tidak hanya
meliputi apa yang sudah terlihat dari kondisi klien atau masalah yang
berkaitan tetapi juga tentang perkiraan atau kemungkinan yang akan terjadi
berikutnya.

f. Langkah VI : Pelaksanaan perencanaan


Setiap rencana yang telah dibuat oleh bidan dilaksanakan dalam
langkah ini. Caranya dengan memberitahu klien tentang apa saja yang harus
klien lakukan berkaitan dengan kehamilannya serta anjuran-anjuran apa saja
yang harus dilaksanakan oleh klien. Bidan dalam hal ini tetap memiliki
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.Pelaksanaan
perencanaan juga dapat dilakukan secara kolaborasi apabila bidan tidak
mempunyai kewenangan dalam menangani hal-hal yang tidak normal atau
patologi.
g. Langkah VII : Evaluasi
Langkah VII ini untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan asuhan
kebidanan sesuai dengan diagnosa yang telah diidentifikasi. Apabila dalam
pelaksanaannya belum efektif, maka akan berpengaruh pula terhadap
kegiatan evaluasinya sehingga perlu mengulang kembali dari awal setiap
asuhan yang akan diberikan.
2. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan Normal (Varney)
a. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada pasien.Pada tahap ini semua data dasar dan
55

informasi tentang klien dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi


keadaan pasien.
Data ini difokuskan pada :
1) Data Subjektif
a) Biodata
(1) Nama, dikaji dengan nama jelas dan lengkap agar tidak terjadi
kekeliruan dalam melaksanakan tindakan.
(2) Umur, dikaji karena resiko dalam komplikasi persalinan.
(3) Agama, untuk mengetahui keyakinan yang dianut klien
sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan asuhan
kebidanan.
(4) Suku/bangsa, untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat
yang dianut pasien sehingga dapat mempermudah dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
(5) Pendidikan, pendidikan perlu dikajiuntuk mengetahui tingkat
kemampuan klien. Karena pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang.
(6) Alamat, untuk mengetahui pasien tinggal dimana.
b) Keluhan Pasien
Ditu jukan pada data yang terutama mengarah pada tanda dan
gejala yang berhubungan dengan persalinan.
c) Riwayat Kesehatan Pasien
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah
menderita atau sedang menderita penyakit-penyakit meliputi
hipertensi, jantung, TBC, paru-paru, asma, diabetes mellitus,
riwayat penyakit/trauma tulang punggung.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga
mempunyai riwayat penyakit keturunan meliputi penyakit
hipertensi, jantung, asma, diabetes mellitus, dan riwayat keturunan
kembar.
e) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat haid, riwayat haid perlu dikaji untuk mengetahui
apakah kehamilannya aterm atau tidak melalui perhitungan
HPHT.
(2) Riwayat persalinan yang lalu, jika ia pernah melahirkan,
apakah ia memiliki riwayat kelahiran dengan operasi atau
56

tidak.
(3) Riwayat jumlah gravida dan paritas, multigravida dan
multiparitas serta interval kehamilan lebih dari 2 tahun.
(4) Riwayat kehamilan sekarang, riwayat ANC meliputi dimana
periksa kehamilannya, berapakah dan kapan perlu dikaji untuk
mengetahui apakah ditemukan adanya kelainan letak pada
kehamilan 34 minggu.
(5) Riwayat persalinan sekarang, hal yang perlu dikaji meliputi
sejauh ini berapa lama proses persalinan berlangsung, apakah
persalinan pada awalnya berlangsung normal atau kemudian
berhenti secara tiba-tiba, apakah kulit ketubannya sudah pecah
dan jika telah pecah berapa lama hal itu telah terjadi.
f) Pola kehidupan sehari-hari
(1) Pola nutrisi, nutrisi pasien perlu dikaji karena malnutrisi
merupakan faktor resiko terjadinya penyulit dalam persalinan.
(2) Pola elimininasi, dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan
BAK baik frekuensi dan pola sehari-hari
(3) Pola istirahat, dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya
tidur.
(4) Pola seksual, dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam
hubungan seksual.
(5) Pola aktifitas, Ibu yang biasa kerja keras kemungkinan bisa
menyebabkan kelelahan pada saat persalinan.
(6) Pola personal hygiene masalah dan lingkungan, mandi berapa
kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali, bagaimana
kebersihan lingkungan apakah memenuhi syarat kesehatan.
g) Pola persepsi kesehatan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang akan
dilakukan ibu, apabila ibu mempunyai indikasi akan dilakukannya
persalinan dengan tindakan.
h) Pola pertahanan diri
Untuk mengkaji pertahanan diri yang dipakai dalam mengatasi
perasaan takut dan cemas karena adanya masalah dalam persalinan.
i) Keadaan sosial ekonomi
Untuk mengkaji hubungan sosial ibu dengan keluarga dan
untuk mengkaji kemampuan pasien berkaitan dengan biaya
57

perawatan dan pengobatan yang diberikan.


j) Data Psikologis
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu
sehubungan dengan adanya masalah dalam persalinan.
2) Data Objektif
a) Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi,suhu, dan RR) yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi adanya kelainan dalam
persalinan. Sehingga bidan dapat mengambil keputusan bila terjadi
masalah dalam persalinan.
b) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
(1) Kepala, periksa keadaan kepala dan kulit kepala, distribusi
rambut rontok atau tidak.
(2) Mata, untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak, sklera
ikterik atau tidak, dan untuk mengetahui kelopak mata cekung
atau tidak.
(3) Hidung, diperiksa untuk mengetahui ada polip atau tidak.
(4) Mulut, diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau
tidak dan ada caries dentis atau tidak.
(5) Telinga, diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda
infeksi telinga seperti OMA atau OMP.
(6) Leher, diperiksa apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau
tidak.
(7) Ketiak, untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar
limfe atau tidak.
(8) Dada, untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi
dinding dada saat respirasi atau tidak.
(9) Mammae, apakah ada kelainan pada bentuk payudara seperti
benjolan abnormal atau tidak.
(10) Abdomen, diperiksa untuk mengetahui kepala janin dapat
diraba diatas rongga pelvik atau tidak, kontraksi uterus sering
dan kuat atau tidak, uterus dapat mengalami kontraksi tertarik
dan bermolase ketat disekeliling janin atau tidak serta ada
cincin bandle (bandle’s ring) dapat terlihat atau tidak.
(11) Pinggang, untuk mengetahi adanya nyeri tekan waktu diperiksa
atau tidak.
58

(12) Genitalia, dikaji apakah ada oedem vulva atau tidak, vagina
panas dan kering atau tidak, periksa adanya pembukaan pada
servik dan berapa penipisan (effecement pada serviks).
(13) Punggung, periksa apakah ada kelainan tulang punggung atau
tidak.
(14) Anus, apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.
(15) Ekstremitas, diperiksa apakah ada varises atau tidak, apakah
ada odema dan kelainan atau tidak.
c) Pemeriksaan Obstetri
(1) Pemeriksaan palpasi, dilakukan untuk mengetahui letak janin.
(2) Denyut jantung janin, diperiksa untuk memantau janin selalu
dalam keadaan normal dengan DJJ normal 120-160x/menit,
jika lebih dari 160 disebut fetal distres dan waspadai terjadinya
fetal death.
(3) His dan pengeluaran pervaginam, perlu dikaji untuk
mengetahui apakah his adekuat dan untuk mengetahui PPV
ibu. Dikatakan his adekuat bila frekuensinya 3x dalam 10
menit dan lamanya lebih dari 30 detik.
(4) Pemeriksaan dalam, dilakukan untuk mengetahui pembukaan
serviks dan penipisan serviks.
d) Pemeriksaan panggul
Untuk mengetahui gambaran secara garis besar bentuk dan
ukuran panggul, penilaian ukuran panggul normal meliputi
distansia spinarum 23-26 cm, distansia cristarum 26-29 cm,
conjungtiva externa 18-20 cm, ukuran lingkar panggul 80-90 cm
sehingga dapat ditentukan ukuran panggul pasien termasuk ukuran
normal atau sempit , ukuran panggul ini dapat mempengaruhi
persalinan normal melalui pervaginam atau tidak.
b. Langkah II : Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah
Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan.
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang dapat ditegakan adalah diagnosa yang berkaitan
dengan gravida , para, abortus , umur ibu, umur ibu, umur kehamilan
keadaan janin, dan perjalanan persalinan.
59

Dasar dari diagnosa tersebut :


a) Pernyataan pasien mengenai jumlah kehamilan.
b) Pernyataan pasien mengenai jumlah persalinan.
c) Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus.
d) Pernyataan ibu mengenai umurnya.
e) Pernyataan ibu mengenai HPHT.
f) Hasil pemeriksaan :
(1) Palpasi ( leopold I,II,III,IV)
(2) Auskultrasi yaitu DJJ
(3) Pemeriksaan dalam yang dinyatakan dengan hasil VT
g) Sudah dipimpin mengejan pada primigravida sedangkan pada
multigravida 1 jam.
2) Masalah
Tidak ada
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Tidak ada
d. Langkah IV : Antisipasi Masalah
Tidak ada
e. Langkah V : Perencanaan/Intervensi
Merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan kasus yang ada yang
didukung dengan pendekatan yang rasional sebagai dasar untuk mengambil
keputusan sesuai langkah selanjutnya.Perencanaan berkaitan dengan
diagnosa kebidanan, masasal dan kebutuhan.
1) Berkaitan dengan diagnose kebidanan
a) Pemberian informasi tentang persalinan yang normal.
b) Kolaborasi dengan dokter untuk mendapatkan pelaksanaan
persalinan normal yang aman.
c) Melakukan pengawasan yang meliputi KU, tensi, nadi, suhu, RR,
his, DJJ, bandle ring, PPV.
d) Penatalaksanaan pasca persalinan
2) Berkaitan dengan masalah
Pemberian informasi mengenai proses persalinan yang akan
dihadapi dan apa yang harus dilakukan saat proses persalinan
berlangsung.
f. Langkah VI : Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa kebidanan, masalah
pasien sesuai rencana yang telah dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya
dibuat secara sistematis, agar asuhan kebidanan dapat diberikan dengan
baik.
1) Memberikan informasi kepada ibu tentang sebab persalinan harus
60

diakhiri.
2) Melakukan pengawasan.
3) Melakukan penatalaksanan pasca persalinan dengan baik sehingga
diharapkan dengan penatalaksanaan yang baik diagnosa potensial tidak
muncul.
4) Untuk pelaksanaan tindakan pada masalah kecemasan terhadap proses
persalinan yang akan dialami oleh ibu maka dilaksanakan dengan
memberikan informasi secara singkat tentang keadaan yang dialami ibu
dan tindakan yang akan dilakukan berkenaan dengan masalah yang ada,
selain itu juga perlu diberikan informasi mengenai hal-hal yang perlu
dilakukan rasa cemasnya dalam menghadapi proses persalinan.
g. Langkah VII : Evaluasi
Penularan dari semua tindakan yang telah dilakukan, apakah
implementasi sesuai dengan perencanaan dan harapan dari asuhan
kebidanan yang diberikan.
1) Berkaitan dengan diagnose kebidanan
a) Bayi dalam keadaan baik, menangis kuat, warna merah muda.
b) Ibu dalam keadaan baik.
2) Berkaitan dengan masalah
a) Ibu merasa tenang dan tidak cemas lagi.
b) Ibu mengetahui gambaran pada proses persalinan yang normal.
c) Ibu mengetahui apa yang akan dilakukan pada saat proses
persalinan berlangsung.

3. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Normal


(Varney)
a. Langkah I : Pengkajian
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.
1) Pengkajian setelah lahir
Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir
dari kehidupan dalam uterus kekehidupan luar uterus yaitu dengan
penilaian APGAR, meliputi:
Tanda 0 1 2
Appearance Biru, pucat Badan pucat, Semuanya
tungkai biru muda merah
Pulse Tidak teraba <100 >100
Grimance Tidak ada Lambat Menangis kuat
61

Activity Lemas/lumpuh Gerakan Aktif


Baik
sedikit
Respiratory Tidak ada Lambat, Baik,
tidak teratur menangis kuat
Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variable dinilai dengan angka
0,1 dan 2, nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat ditetntukan
keadaan bayi sebagai berikut:
a) Nilai 7-10 menunjukan bahwa bayi dalam keadaan baik
b) Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang dan
membutuhkan tindakan resusitasi
c) Niali 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius dan
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi.
2) Pengkajian keadaan fisik
Data Subyektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan, antara lain
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus dikaji adalah:
factor genetic, factor maternal, factor antenatal, factor perinatal.
Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara lain:
a) Pemeriksaan umum
Pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar kepala
yang dalam keadaan normal berkisar 33-35 cm, lingkar dadad 30,5-
33 m, panjang badan 45-50 cm, panjang badan 45-50 cm, berat
badan bayi 2500-4500 gram.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital
(1) Suhu bayi, suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara
36,5- 37,50 C pada pengukuran diaxilla.
(2) Nadi, denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali
permenit.
(3) Pernafasan, pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur
kedalaman, kecepatannya, iramanya. Pernafasan bervariasi dari
30 sa,api 60 kali permenit.
(4) Tekanan darah, tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit
untuk diukur secara akurat. Rata-rata tekanan darah pada
waktu lahir adalah 80/60 mmHg.
c) Pemeriksaan fisik secara sistematis( head to toe)
(1) Kepala, raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah
ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjaraklebar
mengidentifikasikan yang preterm, moulding yang buruk atau
62

hidrosefalus.
Periksa adanya trauma kelahiran misalnya: caput
suksadeneum, chephamatoma, perdarahan sub
apanereutik/fraktur tulang tengkorak. Perhatikan kelainan
congenital seperti: anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya.
(2) Telinga, periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya
pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang, daun
telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang
jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga
yang letaknya rendah terdapat pada bayi yang mengalami
sindrow tertentu. Perhatikan adanya kulit tambahan atau
aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
(3) Mata, periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang
belum sempurna. Periksa adanya glaucoma congenital,
mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai
kekeruhan pada kornea. Katarak congenital akan mudah
terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat.
Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kecil yang dapat
mengindikasi adanya defek retina.
Periksa adanya trauma seperti palpebral, perdarahan
konjugtiva atau retina, adanya secret pada mata, konjungtivitis
oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmiadan
menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus
melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
(4) Hidung atau mulut, bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan
lidahnya harus rata dan simetris. Bibir dipastikan tidak adanya
sumbing dan langit-langit harus tertutup. Reflex hisap bayi
harus bagus, dan berespon terhadap rangsangan. Kaji bentuk
dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
2,5 cm.
Bayi harus bernafas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi jalan nafas karena
63

atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel


yang menonjol kenasofaring.
(5) Leher, ukuran leher normalnya pendek banyak lipatan tebal.
Leher berselaput berhubungan dengan abnormalitas
kromosom. Periksa kesimetrisannya pergerakannya harus baik.
Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada
kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat
menyebabkan kerusakan pada fleksusu brakhialis. Lakukan
perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.
Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Adanya lipatan kulit yang berlebihan dibagian belakang leher
menunjukkan adanya kemungkinan trisomy 21.
(6) Dada, kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan
simetris. Payudara baik pada laki-laki maupun perempuan
terlihat membesar. Karena pengaruh hormone wanita dari
darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernafas.
Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotorik, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
Pernafasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak
secara bersamaan. Tarikan sternum atau intercostal pada saat
bernafas perlu diperhatikan.
(7) Bahu, lengan dan tangan, gerakan normal, kedua lengan harus
bebas gerak, jika gerakan kurang kemungkinan adanya
kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari.
Perhatikan adanya plidaktili atau sidaktili. Telapak tangan
harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah
berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti trisomy 21.
Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau
tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
(8) Perut, dikaji bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdarahan tali pusat. Perut harus tampak bulat dan
bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernafas.
Kaji adanya pembengkakan, jika perutsangat cekung
64

kemungkinan karena hepatosplenomegali atau tumor lainnya.


Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis
vesikalis, omfalokel atau duktus omfaloentriskus persisten.
(9) Kelamin, pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya
verniks dan smegma (kelenjar kecil yang terletak dibawah
prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada lekukan.
Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris.
Klitoris normalnya menojol. Menstruasi palsu kadang
ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga
psedomenstruasi, normalnya terdapat umbai hymen. Pada bayi
laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua
testis turun kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya
terletak pada ujung glands penis. Epispadia adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada
dipermukaan dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi
meatus berada dipermukaan ventral penis.
(10) Ekstremitas atas dan bawah, eksremitas bagian atas normalnya
fleksi dengan baik dengan gerakan yang simetris. Reflex
menggengam normalnya ada. Kelemahan otot parsial atau
komlet dapat menandakan trauma pada fleksi brakhialis. Nadi
brakhialis normalnya ada. Ekstremitas bagian bawah
normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan baik, nadi
femoralis dan pedis normalnya ada.
(11) Punggung, periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi,
cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida,
pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak kecil
berambut yang dapat menunjukan adanya abnormalitas
medulla spinalis atau kolumna vertebrata.
(12) Kulit, verniks (tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga
kehangatan tubuh bayi), warna, pembengkakan atau bercak-
bercak hitam, tanda-tanda lahir. Perhatikan adanya lanugo,
jumlah yang banyak terdapat pada kurang bulan.
(13) Reflex, reflex berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada
65

waktu lahir dantetap tidak berubah sampai dewasa. Beberapa


reflex lain normalnya ada waktu lahir, yang menunjukkan
imaturitas neurologis, refleks-refleks tersebut akan hilang pada
tahun pertama. tidak Adanya refleks-refleks ini menandakan
masalah neurologis yang serius.

b. Langkah II : Interpretasi data


Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dan
kebutuhan bayi berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada langkah I.
c. Langkah III : Identifikasi diagnosis atau masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diiiidentifikasi.
d. Langkah IV : Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan/atau ada hal yang perlu dikonsultasi atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain seusai kondisi bayi.
e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan nenyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan
pada langkah sebelumnya.
f. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan
aman.
g. Langkah VII : Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.
(Saifudin, 2008).
6. Konsep Dasar Teori Kontrasepsi
b. Pengertian kontrasepsi
Pengertian Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahtraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. (Dyah Noviawati
Setya Arum, S.Si.T, dan Dkk 2009)
Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang diinginkan. (Th. Endang Purwoastuti S.Pd, APP dan Dkk,
66

2015)
Menurut Wiknjosastro (2007) Suratun dkk. (2008), kontrasepsi berasal dari
kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah” sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan
sel sperma. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat
permanen..
e. Pengertian KB
Keluarga Berencana menurut World Health Organization (WHO)
Expert Commite (1970) dalam Suratun dkk. (2008) adalah suatu tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami untuk :
7) Mendapatkan objektif-objektif tertentu
8) Menghindari kehamilan yang tidak diinginkan
9) Mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan
10) Mengatur interval diantara kehamilan
11) Mengontrol waktu kelahiran dalam hubungan dengan suami istri
12) Menentukan jumlah anak dalam keluarga
f. Pengertian akseptor KB
Akseptor KB adalah PUS yang salah seorang dari padanya menggunakan
salah satu cara atau alat kontrasepsi dengan tujuan untuk pencegahan
kehamilan baik melalui program maupun non program Sedangkan menurut
kamus besar bahasa Indonesia (2001) dalam Setiawan dan Saryono (2010)
Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti dan melaksanakan
program keluarga berencana. Menurut Handayani (2010) jenis akseptor KB
sebagai berikut :
5) Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah PUS yang pertama kali menggunakan
kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan
keguguran atau kelahiran.
6) Akseptor KB lama
Akseptor KB lama adalah PUS yang melakukan kunjungan ulang
termasuk pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi
kemudian pindah atau ganti ke cara atau alat yang lain atau mereka
yang pindah klinik baik menggunakan cara yang sama atau cara (alat)
yang berbeda.
67

7) Akseptor KB aktif
Peserta KB aktif adalah PUS yang pada saat ini masih menggunakan
salah satu cara atau alat kontrasepsi.
8) Akseptor KB aktif kembali
Perserta KB aktif kembali adalah PUS yang telah berhenti
menggunakan selam tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi oleh
suatu kehamilan dan kembali menggunakan alat kontrasepsi baik
dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti atau
istirahat paling kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.
g. Tujuan keluarga berencana
3) Tujuan umum
Tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka
mewujudkan visi dan misi program KB adalah “membangun kembali
dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB
Nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai.” (Dyah
Noviawati Setya Arum, S.Si.T, dan Dkk 2009)
4) Tujuan khusus
Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga
berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran. (Purwoastuti dkk,
2015).
h. Jenis kontrasepsi
1) Kontrasepsi sederhana tanpa alat
a) Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif,
artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun lainya. (Dyah Noviawati Setya Arum, S.Si.T, dan
Dkk 2009)
4) Mal dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
d. Menyusui secara penuh (Full Breast Feeding) lebih efektif
bila pemberian > 8x sehari
e. Belum haid
f. Umur bayi kurang dari 6 bulan
5) Efektif sampai 6 bulan
6) Harus dilanjutkan dengan pemakaian kontrasepsi lainya
c. Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca
68

persalinan)
d. Segera efektif
f) tidak mengganggu senggama
g) tidak ada efek samping secara sistemik
h) tidak perlu pengawasan medis
i) tidak perlu obat atau alat
j) tanpa biaya
Keuntungan non kontrasepsi, dibagi untuk ibu dan untuk bayi.
(3) Untuk Ibu : Mengurangi perdarahan pascapersalinan,
mengurangi resiko anemia, meningkatkan
hubungan psikologi ibu dan bayi.
(4) Untuk Bayi : Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan
antibodi perlindungan lewat ASI), Sumber
asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang, Terhindar dari keterpaparan
terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau
formula atau alat minum yang dipakai.
Keterbatasan
d. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
meyusui dalam 30 menit pasca persalinan
e. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
f. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis
B/HBV dan HIV/AIDS.
Yang Dapat Menggunakan MAL
Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang
dari 6 bulan, dan belum mendapat hait setelah melahirkan.
Yang seharusnya tidak pakai MAL
e. Sudah mendapat haid setelah bersalin
f. Tidak menyusui secara eksklusif
g. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
h. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
d) Metode Suhu Basal
Metode ini berdasarkan suhu tubuh setelah ovulasi sampai
sehari sebelum menstruasi sebelumnya. Untuk mengetahui suhu
tubuh benar-benar naik, maka harus selalu diukur dengan
termometer yang sama dan pada tempat yang sama (di mulut, anus
atau vagina) setiap pagi setelah bangun tidur sebelum mengerjakan
pekerjaan apapun dan dicatat pada tabel. Syaratnya tidur malam
69

paling sedikit selama 5 sampai 6 jam hari secara berturut-turut,


suhu rendah (36,4o C- 36,70C), kemudian 3 hari berturut-turut suhu
lebih tinggi (36,9oC-37,5oC), maka setelah itu dapat dilakukan
senggama tanpa menggunakan alat kontrasepsi. (Setya Arum Dkk
2009)
e) Pantang berkala (sistem berkala)
Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat pertengahan
siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu
keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk perhitungan masa
subur dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11, siklus
terpendek dikurangi 18 antara kedua waktu, senggama dihindari
(Setya ArumDkk, 2009).
Manfaat dari pantang berkala adalah :
Kontrasepsi
5) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan
6) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan
kontrasepsi
7) Tidak ada efek samping sistemik
8) Murah tanpa biaya
Nonkontrasepsi
4) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana
5) Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi pada suami
dan istri
6) Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui
peningkatan komunikasi antara suami istri/pasangan.
e) Metode Lendir Serviks
Pengamatan dilakukan pada lendir yang melindungi serviks
(Mulut Rahim) dari bakteri-bakteri penyebab penyakit dan dari
sperma sebelum masa subur. Pada saat menjelang ovulasi lendir ini
akan mengandung lebih banyak air (menjadi encer) sehingga
mudah dilalui oleh sperma. Setelah ovulasi lendir kembali menjadi
padat.
Lendir dari serviks tidak dapat diamati pada saat sedang
terangsang dan beberapa jam setelah senggama, karena dinding
vagina juga akan mengeluarkan lendir yang akan memalsukan
lendir serviks.
70

Metode ini cukup aman bagi wanita yang berpengalaman


dalam mengenali bentuk-bentuk lendir, dengan demikian
diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menggunakan
metode ini.
2) Kontrasepsi sederhana dengan alat
l) Kondom
Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik.
Kondom mencegah kehilangan dan infeksi penyakit kelamin
dengan cara menghentikan sperma untuk masuk kedalam vagina.
Kondom pria dapat terbuat dari bahan latex (karet), polyurethane
(plastik), sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane.
Pasangan yang mempunyai alergi terhadap latex dapat
menggunakan kondom yang terbuat dari polyurethane. Efektivitas
kondom pria antara 85-98% sedangkan efektivitas kondom wanita
antara 79-95%. Harap diperhatikan bahwa kondom pria dan wanita
jangan digunakan secara bersamaan. (Purwoastuti dkk, 2015)

m) Diagfragma
Diagfragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks (Setya Arum Dkk 2009).
n) Spermisida
Spemisida adalah alat kontrasepsi yang mengandung bahan
kimia (non oksinol-9) yang digunakan untuk membunuh sperma
(Purwoastuti Dkk, 2015)
Jenis spermisida terbagi menjadi :
3) Aerosol (busa)
4) Tablet vagina, supositoria atau dissolvable flm
(2) Krim
o) KB pil
Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon
estrogen dan hormon progesteron) ataupun hanya berisi hormon
progesteron saja. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah
terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding
rahim. Apabila pil kontrasepsi ini digunakan secara tepat maka
angka kejadian kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita.
71

Disarankan penggunaan kontrasepsi lain (kondom) pada minggu


pertama pemakaian pil kontrasepsi. (Purwoastuti Dkk, 2015)
p) KB suntik
Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan
kontrasepsi mengandung hormon progesteron yang menyerupai
hormon progesterone yang diproduksi oleh wanita selam 2 minggu
pada setiap awal siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah
wanita untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek
kontrasepsi. Banyak klinik kesehatan yang menyarankan
penggunaan kondom pada minggu pertama saat suntik kontrasepsi.
Sekitar 3 dari 100 orang yang menggunakan kontrasepsi suntik
dapat mengalami kehamilan pada tahun pertama pemakaiannya.
(Purwoastuti Dkk, 2015)
q) Kontrasepsi implant
Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi
yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di
dalamnya terdapat hormon progesteron, implan ini kemudian
dimasukan kedalam kulit di bagian lengan atas. Hormon tersebut
kemudian akan dilepaskan secara perlahan dan implan ini dapat
efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun. Sama seperti pada
kontrasepsi suntik, maka disarankan penggunaan kondom untuk
minggu pertama sejak pemasangan implan kontrasepsi tersebut.
r) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
IUD merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf T yang
lentur dan diletakan didalam rahim untuk mencegah kehamilan,
efek kontrasepsi didapat dari lilitan yang ada di badan IUD. IUD
merupakan salah satu kontrasepsi yang paling banyak banyak
digunakan di dunia. Efektivitas IUD sanat tinggi sekitar 99,2-
99,9%, tetapi IUD tidak memberikan perlindungan bagi penularan
penyakit menular seksual (PMS). (Purwoastuti Dkk, 2015)
s) Kontrasepsi tubektomi (sterilisasi pada wanita)
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur
wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan
72

mendapatkan keturunan lagi. Dengan demikian, jika salah satu


pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi
alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik
sekali, karena kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali.
Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah
kesukarelaan dari akseptor.Dengan demikian, sterilisasi tidak boleh
dilakukan kepada wanita yang belum/tidak menikah, pasangan
yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-
waktu terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu
menerima sterilisasi. Yang harus dijadikan patokan untuk
mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia
istri. Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah anak yang
hidup harus 3 atau lebih.
t) Kontrasepsi vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
Vasektomi merupakan upaya untuk menghenttikan fertilis
dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan
terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan
ketahanan dan kualitas keluarga. Memerlukan perhatian khusus
bagi tindakan vasektomi Infeksi kulit pada daerah operasi, infeksi
sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien,
hidrokel atau varikokel, hernia inguinalis, filarisasi (elephantiasis),
undesensus testikularis, massa intraskotalis, anemia berat,
gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan
antikoaglansia
u) Penggunaan kontrasepsi menurut umur
(4) Umur ibu kurang dari 20 tahun
(a) Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral
(b) Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena
pasangan muda frekuensi bersenggama tinggi sehingga
akan mempunyai kegagalan tinggi
73

(c) Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang


dianjurkan
(d) Umur di bawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak
dulu.
(5) Umur ibu antara 20–30 tahun
(a) Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan
melahirkan
(b) Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk
memakai spiral sebagai pilihan utama. Pilihan kedua
adalah norplant atau pil.
(6) Umur ibu di atas 30 tahun
(a) Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau
norplant. Kondom bisa merupakan pilihan kedua
(b) Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara
operasi (sterlilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik
dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun pil dalam
arti mencegah
v) Kekurangan program Keluarga Berencana (KB)
Program KB ini dirasa dianggap kurang memadai, karena tidak
semua Posyandu di pedesaan dibekali dengan infrastruktur dan
keahlian pemeriksaan KB, ditambah lagi dengan kurangnya
presentasi tentang pengetahuan KB di daerah pedesaan, sehingga
kebanyakan masyarakat indonesia yang berdomisili di pedesaan
masih kurang pengetahuaannya tentang Program KB dan
manfaatnya, mereka masih beranggapan bahwa banyak anak
banyak rezeki, padahal zaman semakin maju dan harus diimbangi
dengan pemikiran yang semakin maju pula.

4. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Nifas


a. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang akurat
dan lengkap dari sebuah data yang akurat dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien secara keseluruhan. Bidan dapat
melakukan pengkajian dengan efektif, maka harus meenggunakan format
pengkajian yang terstandar agar peryantaan yang diajukan lebih terarah dan
74

relevan.
Pengkajian data dibagi menjadi :
1) Data Subjektif
Data subjektif diperoleh dengan cara melakukan anamnesa.
Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data pasien
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, baik secara langsung
pada pasien ibu nifas maupun kepada keluarga pasien. Bagian penting
dari anamnesa adalah data subjektif pasien ibu nifas kepada keluarga
pasien. Bagian penting dari anamnesa adalah data subjektif pasien ibu
nifas yang meliputi :
a) Biodata/identitas pasien dan suami pasien.
b) Alasan masuk dan keluhan.
c) Riwayat haid/menstruasi.
d) Riwayat perkawinan.
e) Riwayat obbstetri (riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu).
f) Riwayat persalinan sekarang.
g) Riwayat dan perencanaan keluarga berencana.
h) Riwayat kesehatan (kesehatan sekarang, kesehatan yang lalu,
kesehatan keluarga).
i) Pola kebiasaan (pola makan dan minum, pola eliminasi, pola
aktivitas dan istirahat, personal hygiene).
j) Data pengetahuan, psikososial, spiritual, budaya.
2) Data Objektif
Data objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.
Pemeriksaan fisik meliputi:
a) Pemeriksaan keadaan umum pasien
b) Kesadaran pasien
c) Tanda-tanda vital
d) Kepala dan wajah (kepala, muka, hidung dan telinga)
e) Gigi dan mulut ( bibir, gigi dan gusi)
f) Leher
g) Dada dan payudara
h) Abdomen
i) Ekstremitas (ekstremitas atas dan bawah)
j) Genetalia (vagina, kelenjar bartolini, pengeluaran pervaginam,
perenium dan anus)
75

k) Sedangkan pemeriksaan penunjang dapat diperoleh melalui


pemeriksaan laboratorium (Kadar Hb, hematocrit, leukosit,
golongan darah), USG, rotgen dan sebagainya.
b. Langkah II : Interpretasi data
Interpretasi data merupakan identifikasi terhadap diagnosa, masalah dan
kebutuhan pasien pada ibu nifas berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Diagnose dapat didefinisikan, masalah
tidak. Pada langkah ini mencakup:
1) Menentukan keadaan normal.
2) Membedakan antara ketidaknyamanan dan kemungkinan komplikasi.
3) Identifikasi tanda dan gejala kemungkinan komplikasi.
4) Identifikasi kebutuhan.
5) Interpretasi data meliputi: Diagnosis kebidanan, Masalah dan
Kebutuhan.
Diagnosis kebidanan alah diagnosis yang ditegakan oleh profesi (bidan)
dalam lingkup praktif kebidanan yang memenuhi standar nomenklatur
(tatanama) diagnosis kebidanan.
Diagnosis dapat berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu
dan keadaan nifas, kemudian ditegakkan dengan data subjektif dan objektif.
Contoh:Seorang P1A0 post partum normal hari pertama.
Dasar
1) DS: ibu mengatakan baru saja melahirkan anak pertamanya.
2) DO: partus tanggal 21 oktober 2011, pukul 11.00 WIB.
3) Ku baik, kesadaran composmentis.
4) TD 110/80 mmHg, N 80x/menit, S 37 C, R 24x/menit.
5) TFU 1 jari dibawah pusat, keras.
6) PPV: lochea rubra, warna merah, jumlah perdarahan 1 pembalut tidak
penuh
Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi
pada respons ibu terhadap masa nifas. Masalah ini terjadi belum termasuk
dalam rumusan diagnosis yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan
penanganan bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnosa.
Permasalahan yang muncul merupakan pernyataan dari pasien, ditunjang
dengan data dasar baik subjektif maupun objektif.
Contoh:
76

Masalah : nyeri jahitan


Dasar :
DS: ibu mengatakan nyeri pada luka jahitannya
DO: luka perenium derjata dua, keadaan masih basah, jenis heating jelujur
c. Langkah III : Diagnosis/ Masalah Potensial
Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan
asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalah yang
akan timbul dari kondisi yang ada.
Contoh :
Seorang ibu postpartum P1A0 hari ke 3 dengan bendungan ASI
Diagnosa Potensial: Mastitis
d. Langkah IV : Kebutuhan Tindakan segera
Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan
juga harus merumuskan tindakan emergensi yang harus dirumuskan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, secara mandiri, kolaborasi atau rujukan
berdasarkan kondisi klien.
Contoh :
Diangnosis Potensial: Mastitis
Tindakan Segera: kompres air hangat, pemberian analgetik dan atibiotik

e. Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan


Langkah ini ditentukan dari hasil kajian pada langkah sebelumnya. Jika
ada informasi/data yang tidak bisa dilengkapi. Merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi yang sifatnya segera atau rutin. Rencana asuhana dibuat
berdasarkan pertimbangan yang tepat, baik dari pengetahuan, teori yang up
date, dan divalidasikan dengan kebutuhan pasien. Penyusunan rencana
asuhan sebaiknya melibatkan pasien. Sebelum pelaksanaan rencana asuhan,
sebaiknya dilakukan kesepakatan antara bidan dan pasien kedalam
imformed consent.
Contoh:
1) Anjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI
2) Lakukan kompres air hangat dan dingin
3) Lakukan massae pada payudara secara bergantian
4) Berikan terapi antipiretik dan analgetik
5) Anjurkan ibu untuk tetap konsumsi makanan yang bergizi
77

f. Langkah VI : Implementasi
Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama
dengan klien atau anggota tim kesehatan. Bila tindakan dilakukan oleh
dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk
mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya. Kaji ulang apakah semua
rencana asuhan telah dilaksanakan.
Contoh :
Sesuai dengan pelaksanaan tetapi ada rasionalisasi tindakan
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah
diberikan. Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang diidentifikasi saat
merencanakan asuhan kebidanan. Untuk mengetahui keberhasilan asuhan,
bisan mempunyai pertimbangan tertentu antara lain: tujuan asuhan
kebidanan, efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah dan hasil asuhan
kebidanan.
Contoh:
1) ASI telah dikeluarkan, jumlah ASI cukup.
2) Kompres air hangat dan dingin telah dilakukan, ibu merasa lebih
nyaman.
3) Telah dilakukan masase, ibu merasa lebih rileks.
4) Terapi yang diberikan adalah parasetamol 500 mg 3x1 peroral dan
antalgin 500 mg 3x1 per oral.
5) Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi.
(Ambarwati, 2008).
5. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Neonatus
a. Pengkajian
1) Pengumpulan Data
Pengkajian segera setelah bayi baru lahir bertujuan untuk mengkaji
adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di
luar rahim. Caranya adalah dengan melakukan penilaian skor APGAR,
yaitu meliputi appearence (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace
(respons terhadap rangsangan), activity (tonus otot), respiratory
(pernafasan).
2) Pengumpulan data subjektif
Data subjektif bayi baru lahir yang penting untuk dikumpulkan dan
harus dikaji adalah sebagai berikut:
a) Faktor genetik yang perlu diketahui adalah ada kelainan atau
78

gangguan metabolik pada keluarga dan sindrom genetik.


b) Faktor maternal (ibu) yang perlu diketahui adalah apakah ibu
memiliki penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit ginjal,
penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat trauma, riwayat
abortus.
c) Faktor antenatal yang perlu diketahui adalah ibu melakukan
perawatan antenatal, apakah ada riwayat perdarahan, pre-eklamsia,
atau infeksi, apaka terjadi kelainan perkembangan janin, apaka
mengalami diabetes gestasional, apakah tedapat gangguan pada air
ketuban (poli/oligohidramnion)
d) Faktor perinatal yang perlu diketaui adala apakah persalinan terjadi
prematur atau postmatur, apakah persalinan berlangsung lama, apa
saja obat yang digunakan selama persalinan, apakah terjadi gawat
janin, apakah suhu tubuh ibu meningkat, apakah posisi janin tidak
normal, apakah air ketuban bercampur dengan mekonium, apaka
terjadi amnionitis, ketuban pecah dini, perdarahan dalam persalinan,
prolapsus tali pusat, dan ibu hipotensi.
b. Pengumpulan data obyektif
Data obyektif bayi baru lahir didapatkan dari pemeriksaan umum dan
pemeriksaan fisik dari kepala hingga jari kaki.
1) Pemeriksaan umum
a) Pernafasaan frekuensi pernafasan normal BBL adalah 30-60
kali/menit tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase
ekspirasi.
b) Kulit BBL aterm terlihat lebih pucat dari pada BBL preterm karena
memiliki kulit yang lebih tebal. Perhatikan pula adanya verniks
caseosa, pembengkakan bercak hitam, atau tanda lahir/ bercak
mongol. Beberapa kelainan pada kulit masi bisa dianggap normal,
misalnya milia, eritema, dan pengelupasan kulit tubuh pada hari
pertama.
c) Denyut jantung: Denyut jatung BBL normal adalah 100-160
kali/menit.
d) Suhu aksila: Suhu aksila BBL normal adalah 30,5-37,5 C.
e) Postur dan gerakan: Postur normal BBL dalam keadaan istirahat
adalah kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul, dan lutut
79

semifleksi. Ekstremitas bayi arus bisa bergerak secara spontan dan


simetris diserti gerakan sendi penuh.
f) Penggukuran tubuh bayi: Meliputi berat badan, panjang badan, tebal
kulit, lingkaran lengan, dan lingkaran kepala.
g) Tingkat kesadaran: Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah
mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenanggkan jika
rewel.
h) Ekstremitas: Periksa posisi dan gerakan ekstremitas. Periksa juga
apakah ada pembengkakan. Perhatikan reaksi bayi ketika ekstremitas
disentuh.
i) Tali Pusat: Tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada hari
pertama, kemudian akan mengering dan mengerut/ mengecil hingga
akhirnya lepas setelah 7-10 hari.
j) Reflek: Moro, rooting, berjalan, menggenggam, menghisap, dan tonik
leher.
k) Eliminasi: Normalnya BBL buang air kecil lebih dari 6 kali per hari
dan buang air besar 6-8 kali per hari. Jika frekuensi buang air
meningkat, tinja berwarna hijau, tinja mengandung lendir atau darah:
Bayi yang dapat dicurigai menderita diare. Perdarahan per vaginam
pada bayi perempuan pada minggu pertama kehidupan dianggap
normal.
2) Pemeriksaan fisik ( head to toe)
a) Kepala: Sutura, molase, kaput suksedaneum, fase hematoma, sefal
hematoma, hidrosefalus, ubun-ubun kecil.
b) Muka: Tanda-tanda paralisis.
c) Mata: Keluar nanah, kelopak mata bengkak, perdarahan,
subkonjungtiva, dan kesismetrisan.
d) Telinga: Kesismetrisan letak yang dihubungkan dengan mata dan
kepala.
e) Hidung : Kebersihan dan palatoskisis.
f) Mulut: Labio/palatokskisis, trush, sianosis, mukosa kering/ basah.
g) Leher: Lembengkakan dan benjolan.
h) Klavikula dan lengan: Gerakan dan jumlah jari.
i) Dada: bentuk dada, bentuk susu, bunyi jantung, dan pernafasan
j) Abdomen: Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh darah pada tali pusat,
dinding perut, serta adanya benjolan, distensi, gastroskisis,
80

omfalokel, dan bentuk.


k) Genetalia: Laki-laki: testis berada dalam skrotum, penis berlubang,
dan berada di ujung penis. Perempuan: vagina, uretra berlubang,
labia mayora, dan labia minora.
l) Tungkai dan kaki: Gerakan, bentuk, dan jumlah jari.
m) Anus: Berlubang atau tidak, sfingter ani berfungsi atau tidak.
n) Punggung: Perhatikan apakah ada spina bifida atau
mielomeningokel.
c. Interpretasi Data
Lakukan identifikasi data yang benar kemudian tegakkan diagnosis dan
tentukan masalah dan kebutuhan bayi berdasarkan data yang telah
dikumpulkan. Contohnya adalah sebagai berikut:
1) Diagnosis
a) Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamiloan, dengan asfiksia sedang.
b) Bayi kurang bulan, kecil, dengan hipotermia dan gangguan
pernafasan.
2) Masalah
a) Ibu kurang informasi.
b) Ibu melahirkan dengan cara seksio Caesarea sehingga tidak dapat
melakukan kontak kuli ke kulit secara maksimal.
3) Kebutuhan
Perlu dilakukan perawat rutin.
d. Identifikasi Diagnosis dan Masala Potensial
Identifikasilah diagnosis potensial atau masalah potensial yang mungkin
terjadi berdasarkan doagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Contohnya adalah sebagai berikut.
1) Diagnosis potensial
a) Hipotermia potensial menyebabkan gangguan pernafasan.
b) Hipoksia potensial menyebabkan asidosis.
c) Hipoglikemia potensial menyebabkan hipotermia.
2) Masalah potensial
Potensial terjadi masalah ekonomi bagi orang tua yang tidak mampu,
karena bayi membutukan perawatan intensif dan lebih lama.
e. Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera
Identifikasi apakah diperlukan tindakan segera ole bidan atau dokter atau
apakah ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim keseatan lain, misalnya bayi tidak segera bernafas spontan
dalam 30 detik sehingga perlu segera dilakukan resusitasi.
81

f. Melaksanakan Perencanaan
Lakukan asuhan yang telah direncanakan secar efektif dan aman.
Contohnya:
1) Mempertahankan suhu bayi tetap angat, memfasilitasi kontak kulit bayi
dengan kulit ibu, mengganti handuk atau kain basah yang digunakan
untuk membersihkan tubuh bayi kemudian membungkus bayi dengan
selimut.
2) Memberikan perawatan mata kepada bayi: memberikan obat mata
eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah penyakit mata
karena klamidia.
3) Memberikan identitas bayi: memasang alat pengenal pada tangan bayi
dan tempat tidur bayi.
4) Memperliatkan bayi kepada orang tua dan keluarganya.
5) Memfasilitasi kontak dini antara ibu dn bayinya, yaitu dengan
memberikan bayi kepada ibu segera mungkin.
6) Memberikan vitamin K kepada bayi: vitamin K dapat memberikan per
oral dengan dosis 1 mg/hari selama 3 hari (untuk bayi normal dan cukup
bulan) atau parenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM (untuk bayi beresiko
tinggi)
7) Memberikan konseling atau pengarahan kepada ibu dan keluarga: cara
menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI, perawatan tali pusat, dan
tanda-tanda bahaya
8) Memberikan imunisasi: memberikan vaksin BCG, vaksin Polio oral, dan
vaksin Hepatitis B dalam waktu 24 jam serta sebelum ibu dan bayi
dipulangkan.
g. Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui keekfektifan asuhan yang sudah
diberikan. Jika tidak efektif, perlu dilakukan asuhan alternatif.
3) Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
a. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada pasien.Pada tahap ini semua data dasar dan
informasi tentang klien dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi
keadaan pasien.
Data ini difokuskan pada :
1) Data Subjektif
a) Biodata
82

(1) Nama, dikaji dengan nama jelas dan lengkap agar tidak terjadi
kekeliruan dalam melaksanakan tindakan.
(2) Umur, dikaji untuk mengetahui dan memberikan perencanaan
keluarga pada pasien dengan tepat sesuan 3 fase perencanaan
KB.
(3) Agama, untuk mengetahui keyakinan yang dianut klien
Sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan asuhan
kebidanan.
(4) Suku/bangsa untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat
yang dianut pasien sehingga dapat mempermudah dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
(5) Pendidikan, pendidikan perlu dikajiuntuk mengetahui tingkat
kemampuan klien. Karena pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang.
(6) Alamat, untuk mengetahui pasien tinggal dimana.

b) Keluhan Pasien
Dikaji keluhan pasien yang berhubungan dengan penggunaan
KB.
c) Riwayat Kesehatan Pasien
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah
menderita atau sedang menderita penyakit-penyakit meliputi
hipertensi, jantung, TBC, paru-paru, asma, diabetes mellitus,
riwayat penyakit/trauma tulang punggung.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga
mempunyai riwayat penyakit keturunan meliputi penyakit
hipertensi, jantung, asma, diabetes mellitus, dan riwayat keturunan
kembar.
e) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat haid, dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid,
lamanya haid, sifat darah haid, dismenorhea atau tidak, flour
albus atau tidak.
(2) Riwayat perkawinan, dikaji untuk mengetahui sudah berapa
lama pasien menikah, sudah berapa kali pasien menikah,
83

berapa umur pasien dan suami pada saat menikah, sehingga


dapat diketahui apakah pasien masuk dalam infertilitas
sekunder atau bukan.
(3) Riwayat persalinan yang lalu, jika ia pernah melahirkan,
apakah ia memiliki riwayat kelahiran dengan operasi atau
tidak.
(4) Riwayat KB, untuk mengetahui apakah ibu sudah menjadi
akseptor KB lain sebelum menggunakan KB pil dan sudah
berapa lama menjadi akseptor KB tersebut.
(5) Pola kehidupan sehari-hari
(a) Pola nutrisi, menggambarkan tentang pola makan dan
minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, dan
makanan pantangan atau terdapatnya alergi.
(b) Pola eliminasi, dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan
BAK baik frekuensi dan pola sehari-hari.
(c) Pola istirahat, dikaji untuk mengetahui pola tidur serta
lamanya tidur.
(d) Pola seksual, dikaji apakah ada gangguan atau keluhan
dalam hubungan seksual.
(e) Pola aktifitas, menggambarkan pola aktifitas pasien
sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas
terhadap kesehatannya.
(f) Pola personal hygiene masalah dan lingkungan, mandi
berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali,
bagaimana kebersihan lingkungan apakah memenuhi
syarat kesehatan.
(6) Data pengetahuan, untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan dan usaha yang akan dilakukan ibu, mengenai
jenis-jenis alat kontrasepsi, manfaat dan efek samping.
(7) Data Psikologis, hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan
psikologi ibu sehubungan dengan hubungan pasien dengan
suami, keluarga, dan tetangga. Dan bagaimana pandangan
suami dengan alkon yang dipilih apakah mendapat dukungan
atau tidak.
2) Data Objektif
84

a) Pemeriksaan Umum
Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi,suhu, dan RR) yang dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya, sehingga bidan dapat mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan medis pada pasien.
b) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
(1) Kepala, periksa keadaan kepala dan kulit kepala, distribusi
rambut rontok atau tidak.
(2) Mata, untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak, sklera
ikterik atau tidak, dan untuk mengetahui kelopak mata cekung
atau tidak.
(3) Hidung, diperiksa untuk mengetahui ada polip atau tidak.
(4) Mulut, diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau
tidak dan ada caries dentis atau tidak.
(5) Telinga, diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda
infeksi telinga seperti OMA atau OMP.
(6) Leher, diperiksa apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau
tidak.
(7) Ketiak, untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar
limfe atau tidak.
(8) Dada, untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi
dinding dada saat respirasi atau tidak.
(9) Mammae, apakah ada kelainan pada bentuk payudara seperti
benjolan abnormal atau tidak.
(10) Abdomen, diperiksa untuk mengetahui adanya bekas operasi
pada daerah abdomen atau tidak.
(11) Pinggang, untuk mengetahi adanya nyeri tekan waktu diperiksa
atau tidak.
(12) Genitalia, dikaji apakah adanya condiluma aquminata dan
diraba adanya infeksi kelenjar batholini dan kelenjar skene
atau tidak.
(13) Punggung, periksa apakah ada kelainan tulang punggung atau
tidak.
(14) Anus, apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak.
(15) Ekstremitas, diperiksa apakah ada varises atau tidak, apakah
ada odema dan kelainan atau tidak.
85

b. Langkah II : Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah


Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa
diagnosa kebidanan, masalah dan keadaan pasien.
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang dapat ditegakan adalah diagnosa yang berkaitan
dengan para, abortus , umur ibu, dan kebutuhan
Dasar dari diagnosa tersebut :
a) Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b) Pertanyaan mengenai jumlah persalinan
c) Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalamiabortus.
d) Pernyataan pasien mengenai kebutuhannya
e) Pertanyaan pasien mengenai keluhannya
f) Hasil pemeriksaan :
(1) Pemeriksaan keadaan umum pasien
(2) Pemeriksaan status emosional pasien
(3) Pemeriksaan kesadaran pasien
(4) Pemeriksaat tanda – tanda vital pasien
2) Masalah
Tidak ada
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Tidak ada
d. Langkah IV : Antisipasi Masalah
Tidak ada
e. Langkah V : Perencanaan/Intervensi
Lakukan komunikasi terapiutik pada pasien dan merencanakan asuhan
kebidanan sesuai dengan kasus yang ada yang didukung dengan pendekatan
yang rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan sesuai langkah
selanjutnya.Perencanaan berkaitan dengan diagnose kebidanan, masalah dan
kebutuhan.
1) Berkaitan dengan diagnose kebidanan
a) Pemberian informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien.
b) Pemberian informasi tentang indikasi dan kontraindikasi.
c) Pemberian informasi tentang keuntungan dan kerugian.
d) Pemberian informasi tentang cara penggunaan.
2) Berkaitan dengan masalah
Pemberian informasi mengenai proses atau cara kerja pil progestin.
f. Langkah VI : Pelaksanaan/ Implementasi
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnose kebidanan, masalah
pasien sesuai rencana yang telah dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya
dibuat secara sistematis, agar asuhan kebidanan dapat diberikan dengan baik
dan melakukan follow up.
1) Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien.
86

2) Memberikan informasi tentang indikasi dan kontraindikasi.


3) Memberikan informasi tentang keuntungan dan kerugian.
4) Memberikan informasi tentang cara penggunaan.
g. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir dari semua tindakan guna
mengetahui apa yang telah dilakukan bidan, apakah implementasi sesuai
dengan perencanaan dan harapan dari asuhan kebidanan yang diberikan.
1) Pasien mengetahui tentang kondisinya.
2) Pasien mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi KB pil
progestin.
3) Pasien mengetahui tentang keuntungan dan kerugian KB Pil progestin.
4) Pasien mengetahui tentang cara penggunaan KB pil progestin.
87

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rencana Penelitian
Penelitian deskriptif merupakan bagian jenis penelitian observasional,
yang dilakukan melalui pengamatan atau observasi baik secaralangsung maupun
tidak langsung tanpa ada perlakuan atau intervensi (Hidayat, 2011).
Rencana penelitian deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau
mengembangkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik
tempat, waktu, jenis kelamin, social, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara
hidup dan lain-lain (Hidayat, 2010).
Analisa deskriftif berfungsi untuk meringkas, mengklafikasikan,
memberikan gambaran yang sistematik, factual dan actual mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan yang menyajikan data yang merupakan langkah awal
dari analisis lebih lanjut dalam penggunaan ujian statistik.
Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan,
dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulan dari berbagai sumber. Sebagai
sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan
hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diteliti.
B. Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa factor
yang dianggap penting untuk masalah. Singkatnya konsep membahas saling
ketergantungan antara veriabel yang di anggap perlu untuk melengkapi dinamika
situasi atau hal yang sedang atau yang akan diteliti (Hidayat, 2010).

Bagan 3.1 Kerangka kerja penelitian

Studi Pendahuluan Subjek Penelitian

Ibu Hamil Trimester III Multigravida Tanpa


Faktor Resiko

Persetujuan (Informed
Consen )
88

Studi Kasus
Asuhan Kebidanan Komprehensif

Asuhan Asuhan Persalinan Asuhan Nifas Rencana Pelayanan


Kehamilan Dan Bayi Baru Lahir Kontrasepsi

Pengumpulan Data

Data Primer Data


1. Observasi Skunder
1. Kohort Ibu Hamil
2. Wawancara 2. Buku KIA
3. Pemeriksaan Fisik 3. Data Penunjang
4. Asuhan Kebidan Lainnya

Dokumentasi

Analisis Kesenjangan

Alternatif Pemecahan Masalah


Penyusunan LTA

Sumber (Hidayat, 2010)

C. Subjek Penelitian
Pada penelitian studi kasus ini subyek yang diteliti mulai dari ibu hamil
trimesret III dengan atau tanpa faktor resiko, ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu
nifas serta calon akseptor kontrasepsi.
Subyek kasus yang akan dibahas dalam LTA ini adalah Ny. E usia 36
tahun G4P2A1 dengan usia kehamilan 40 minggu dengan keadaan fisiologis,
diberikan asuhan mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifsas,
pelayanan calon akseptor kontrasepsi.
D. Pengumpulan Data dan Analisa Data
1. Pengumpulan Data
Merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan
dalam penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat
ukur pengumpulan data agar dapat memperkuan hasil penelitian (Hidayat,
2010). Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah data
89

primer dan skunder :


a) Data Primer
1) Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk
mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode ini,
instrument yang dapat digunakan, antara lain : lembar observasi,
panduan pengamatan (observasi) atau lembar chek list (Hidayat,
2010).
2) Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini
memberikan hasil secara langsung. Metode ini dapat dilakukan apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam
serta responden sedikit. Wawancara ini, dapat digunakan instrument
pedoman wawancaran kemudian daftar periksa atau chek list (Hidayat,
2010).

3) Pemeriksaan Fisik
Peneliti melakukan pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi yang dilakukan untuk memperoleh data yang
sesuai dengan kasus yang dikelola selama peneliti yang dilakukan.
4) Asuhan Kebidanan
Proses pemberian asuhan kebidanan kepada perempuan Ny. E
dengan usia 36 tahun, yaitu ibu hamil trimester III, mulai dari
kehamilan, persalinan, asuhan bayi baru lahir, nifas hingga pemilihan
metode kontrasepsi.
b) Data Sekunder
1) Menggali pada data kohort ibu hamil di lahan praktik
2) Mengambil data dari buku KIA ibu
3) Menccari data-data penunjang yang didapat dari literature penunjang.
2. Analisa Data
Dalam melakukan analisa data terlebih dahulu data harus diolah dengan
tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang
diperoleh dipergunakan untuk proses penganmilan keputusan, tertentu dalam
pengujian hipotesis (Hidayat, 2010).
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini mengubah data hasil
90

penelitian menjadi suatu informasi yang dapat digunakan untuk mengambil


kesimpulan adalah menggunakan menejemen kebidanan omenurut Varney
yang di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.
Dalam melakukan asuhan kebidanan komprehensif ini, peneliti
menggunakan format pengkajian dan chek list, lembar observasi dan patograf,
liflet serta alat-alat instrument yang digunakan yaitu ANC kit, partus kit, PNS
kit serta alat untuk pemeriksaan BBL.
E. Keterbatasan Penelitian
Tidak ada penelitian yang sempurna. Setiap penelitian memiliki
keterbatasan. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan yang komprehensif ini,
penulis mempunyai keterbatasn secara teknis yang mungkin memiliki dampak
secara metodologis maupun sub stantif. Penlitian yang meliputi asuhan kebidanan
komprehensif ini dilakukan dengan metode kuantitatif, kualitatif dan
menggunakan data primer maupun skunder yang dperoleh melalui wawancara
mendalam dan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
Keterbatasan pada asuhan kebidanan komprehensif ini meliputi
subyektifitas tang ada pada peneliti. Penelitian ini sangat tergantung kepada
interpretasi peneliti tentang makna yang tersirat dalam wawancara dan hasil
pemeriksaan sehingga kecenderungan untuk bias tetap masih ada. Untuk
mengurangi bias melakukan proses triangulasi sumber data dan metode.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross check data data dengan fakta dari
informan yang berbeda dan dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh penulis.
Sedangkan triangulasi metode dilakukan dengan cara menggunakan beberapa
metode dengan pengumpulan data, yaitu metoide wawancara mendalam dan
observasi serta hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh penulis.
Adapun keterbatasn lainnya ialah dilaksanakannya kegiatan tidak sesuai
dengan waktu yang seharusnya. Hal tersebut dikarenakan faktor cuaca dan juga
waktu yang dimiliki oleh klien dan penulis. Sehingga tidak terjadi kesesuaian
antara kegiatan dan perencanaan yang telah disusun. Hal-hal ini yang berpengaruh
kepada asuhan kebidanan yang komprehensif.
F. Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek
penelitian adalah manusia, maka penelitian harus memahami hak dasar manusia.
91

Manusia memiliki kebebasan salam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang


akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia (Hidayat,
2010). Peneliti akan memperhatikan etika dalampenelitian yang dilakukan dengan
langkah-langkah :
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden.

2. Anominity (Tanpa Nama)


Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak membetikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar atau ukuran dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan dan atau hasil yang akan
disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan kejaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah- maslah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai