Anda di halaman 1dari 60

Hak asasi Manusia

Hak asasi Manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan.

HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan

Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945

Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1,

dan pasal 31 ayat 1

Dalam kaitannya dengan itu, maka HAM yang kita kenal sekarang adalah sesuatu yang

sangat berbeda dengan yang hak-hak yang sebelumnya termuat, misal, dalam Deklarasi

Kemerdekaan Amerika atau Deklarasi Perancis. HAM yang dirujuk sekarang adalah

seperangkat hak yang dikembangkan oleh PBB sejak berakhirnya perang dunia II yang tidak

mengenal berbagai batasan-batasan kenegaraan. Sebagai konsekuensinya, negara-negara

tidak bisa berkelit untuk tidak melindungi HAM yang bukan warga negaranya. Dengan kata

lain, selama menyangkut persoalan HAM setiap negara, tanpa kecuali, pada tataran tertentu

memiliki tanggung jawab, utamanya terkait pemenuhan HAM pribadi-pribadi yang ada di

dalam jurisdiksinya, termasuk orang asing sekalipun. Oleh karenanya, pada tataran tertentu,

akan menjadi sangat salah untuk mengidentikan atau menyamakan antara HAM dengan hak-

hak yang dimiliki warga negara. HAM dimiliki oleh siapa saja, sepanjang ia bisa disebut

sebagai manusia.

Alasan di atas pula yang menyebabkan HAM bagian integral dari kajian dalam disiplin ilmu

hukum internasional. Oleh karenannya bukan sesuatu yang kontroversial bila komunitas

internasional memiliki kepedulian serius dan nyata terhadap isu HAM di tingkat domestik.
Malahan, peran komunitas internasional sangat pokok dalam perlindungan HAM karena sifat

dan watak HAM itu sendiri yang merupakan mekanisme pertahanan dan perlindungan

individu terhadap kekuasaan negara yang sangat rentan untuk disalahgunakan, sebagaimana

telah sering dibuktikan sejarah umat manusia sendiri. Contoh pelanggaran HAM:

1. Penindasan dan merampas hak rakyat dan oposisi dengan sewenang-wenang.

2. Menghambat dan membatasi kebebasan pers, pendapat dan berkumpul bagi hak

rakyat dan oposisi.

3. Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak manusiawi.

4. Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan keinginan penguasa dan partai

tiran/otoriter tanpa diikut/dihadir rakyat dan oposisi.

5. Penegak hukum dan/atau petugas keamanan melakukan kekerasan/anarkis terhadap

rakyat dan oposisi di manapun.

http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia

Pengertian dan Definisi HAM :

HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal

dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai

warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa

membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.

Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak

asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi

manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih

banyak yang belum terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham

di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia
adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari

Indonesia.

Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :

1. Hak asasi pribadi / personal Right

- Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat

- Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat

- Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan

- Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan

yang diyakini masing-masing

2. Hak asasi politik / Political Right

- Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan

- hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan

- Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya

- Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right

- Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan

- Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns

- Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum

4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths

- Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli

- Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak

- Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll


- Hak kebebasan untuk memiliki susuatu

- Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights

- Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan

- Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan

penyelidikan di mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right

- Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan

- Hak mendapatkan pengajaran

- Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

http://organisasi.org/pengertian_macam_dan_jenis_hak_asasi_manusia_ham_yang_berla

ku_umum_global_pelajaran_ilmu_ppkn_pmp_indonesia

Pengertian HAM

Hak asasi adalah hak – hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya. Hak

asasi manusia meliputi hak hidup,hak kemerdekaan atau kebebasan, hak milik dan hak – hak

dasar lain yang melekat pada diri pribadi manusia dan tidak dapat diganggu gugat oleh

orang lain. Hak asasi manusia hakikatnya semata – mata bukan dari manusia sendiri tetapi

dari tuhan yang maha esa, yang dibawa sejak lahir. Hak – hak asasi ini menjadi dasar hak –

hak dan kewajiban – kewajiban yang lain.

Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan martabat kemanusiaannya,

diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak – hak kemanusiaan

yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati yang melekat pada
diri manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini sebagai suatu usaha

untuk menegakkan hak asasi manusia.

Sejarah singkatnya timbulnya HAM

Hak asasi manusia yang dikenal saat ini dalam berbagai piagam atau konstitusi

sesungguhnya telah diperjuangkan sejak abad ke 13 di inggris. Pada masa raja Inggris John

Lackland (1199-1216) memerintah secara sewenang – wenang telah timbul protes keras

dikalangan para bangsawan. Protes tersebut melahirkan sebuah piagam agung yang dikenal

dengan nama Magna Charta. Di dalam piagam ini pengertian hak asasi belum sempurna

karena terbatas hanya memuat jaminan perlindungan terhadap hak – hak kaum bangsawan

dan gereja.

Pada tahun 1628 di Inggris pula terjadi pertentangan antara raja Charles I dengan parlemen

yang terdiri dari utusan rakyat (the hause of sommons) yang menghasilkan petition of rights.

Petisi ini membuat ketentuan bahwa penetapan pajak dan hak – hak istimewa harus dengan

izin parlemen, dan bahwa siapapun tidak boleh ditangkap tanpa tuduhan – tuduhan yang

sah.Perjuangan hak asasi manusia yang lebih nyata terjadi pada tahun 1689 ketika raja

willem III revolution. Revolusi ini besar mengawali babak baru kehidupan demokasi di

Inggris dengan suatu perpindahan kekuasaan dari tangan raja ke parlemen.

Pemikiran john locke mempengaruhi Montesquieu dan Rousseau,sehingga mereka

menentang kekuasaan mutlak raja. Montesquieu menyusun teori trias politica, yaitu

konsepsi pemisahan kekuasaan antara legislative,eksekutif dan yudikatif. Sedangkan dalam

hukum du contract social Rousseau menyatakan bahwa Negara dilahirkan bebas yang tak

boleh dibelenggu oleh manusia lain termasuk oleh raja. Pandangan demikian ini

menmbulkan semangat bagi rakyat tertindas ,khususnya di prancis ,untuk memperjuangkan

hak asasinya.
Pemerintahan raja yang sewenang – wenang dan kaum bangsawan yang feodalistik

menimbulkan kebencian di kalangan rakyat Perancis. Pada masa pemerintahan Raja Louis

XVI yang lemah, rakyat perancis baru berani membentuk Assemblee Nationale, yaitu dewan

nasional sebagai perwakilan bangsa perancis. Pada masa pemerintahan Raja Louis XVI yang

lemah, rakyat perancis baru berani membentuk Assemblee Nationale, yaitu dewan nasional

sebagai perwakilan bangsa perancis. Masyarakat Perancis baru berani mengubah

strukturnya dari feodalistis menjadi lama (kerajaan)n dihapuskan dan disusunlah

pemerintah baru.

PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA

Di dalam mukadimah deklarasi universa tentang hak asasi manusia yang telah disetujui dan

diumuman oleh resolusi Majelis umum perserikatan bangsa – bangsa nomor 217 Z (III)

tanggal 10 desember 1984 terdapat pertimbangan – pertimbangan berikut:

1) Menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak – hak yang sama dan

tidak tersaingkan dari semua anggota keluarga kemanusiaan,keadilan,dan perdamaian di

dunia.

2) Menimbang bahwa mengabaikan dan memandang rendah pada hak – hak asasi manusia

telah mengakibatkan perbuatan – perbuatan bengis yang menimbulkan rasakemarahan

dalam hati nurani umat manusia dan bahwa terbentuknya suatu dunia dimana manusia

akan mengecap kenikmatan kebebasan berbicara dan agama tertinggi dari rakyat jelata

3) Menimbang bahwa Negara – Negara anggota telah berjanji akan mencapai perbaikan

penghargaan umum terhadap pelaksanaan hak – hak manusia dan kebebasan asas dalam

kerja sama dengan PBB.


Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang

termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara

melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi

Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak

mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil

dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun

1999 tentang HAM).

Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak Asasi

Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh

Pengadilan HAM meliputi :

1. Kejahatan genosida;

2. Kejahatan terhadap kemanusiaan

1. Pengertian HAM

Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada

manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya

yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum,

pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia.

Dengan akal budinya dan nuraninya, manusia memiliki kebebasan untuk

memutuskan sendiri perbuatannya. Disamping itu, untuk mengimbangi

kebebasannya tersebut manusia memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab

atas semua tindakan yang dilakukannya.


Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut Hak Asasi Manusia yang

secara kodratnya melekat pada diri manusia sejak manusia dalam kandungan

yang membuat manusia sadar akan jatidirinya dan membuat manusia hidup

bahagia. Setiap manusia dalam kenyataannyalahir dan hidup di masyarakat.

Dalam perkembangan sejarah tampak bahwa Hak Asasi Manusia memperoleh

maknanya dan berkembang setelah kehidupan masyarakat makin berkembang

khususnya setelah terbentuk Negara. Kenyataan tersebut mengakibatkan

munculnya kesadaran akan perlunya Hak Asasi Manusia dipertahankan terhadap

bahaya-bahaya yng timbul akibat adanya Negara, apabila memang

pengembangan diri dan kebahagiaan manusia menjadi tujuan.

Berdasarkan penelitian hak manusia itu tumbuh dan berkembang pada waktu

Hak Asasi Manusia itu oleh manusia mulai diperhatikan terhadap serangan atau

bahaya yang timbul dari kekuasaan yang dimiliki oleh Negara. Negara Indonesia

menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan kewajiban dasar manusia. Hak secara

kodrati melekat dan tidak dapat dipisahkan dari manusia, karena tanpanya

manusia kehilangan harkat dan kemanusiaan. Oleh karena itu, Republik

Indonesia termasuk pemerintah Republik Indonesia berkewajiban secara

hokum, politik, ekonomi, social dan moral untuk melindungi, memajukan dan

mengambil langkah-langkah konkret demi tegaknya Hak Asasi Manusia dan

kebebasan dasar manusia.

2. Landasan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia


Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai Hak Asasi

Manusia yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai

luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang

dasar 1945.

Pengakuan, jaminan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia tersebut diatur dalam

beberapa peraturan perundangan berikut:

A. Pancasila

a) Pengakuan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha

Esa.

b) Pengakuan bahwa kita sederajat dalam mengemban kewajiban dan memiliki

hak yang sama serta menghormati sesamam manusia tanpa membedakan

keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan social, warna kulit,

suku dan bangsa.

c) Mengemban sikap saling mencintai sesamam manusia, sikap tenggang rasa,

dan sikap tida sewenang-wenang terhadap orang lain.

d) Selalu bekerja sama, hormat menghormati dan selalu berusaha menolong

sesame.

e) Mengemban sikap berani membela kebenaran dan keadilan serta sikap adil

dan jujur.

f) Menyadari bahwa manusia sama derajatnya sehingga manusia Indonesia

merasa dirinya bagian dari seluruh umat manusia.

B. Dalam Pembukaan UUD 1945


Menyatakan bahwa “ kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan oleh karena

itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan pri

kemanusiaan dan pri keadilan”. Ini adalah suatu pernyataan universal karena

semua bangsa ingin merdeka. Bahkan, didalm bangsa yang merdeka, juga ada

rakyat yang ingin merdeka, yakni bebas dari penindasan oleh penguasa,

kelompok atau manusia lainnya.

C. Dalam Batang Tubuh UUD 1945

a) Persamaan kedudukan warga Negara dalam hokum dan pemerintahan (pasal

27 ayat 1)

b) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)

c) Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (pasal 28)

d) Hak mengeluarkan pikiran dengan lisan atau tulisan (pasal 28)

e) Kebebasan memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama dan

kepercayaanya itu (pasal 29 ayat 2)

f) hak memperoleh pendidikan dan pengajaran (pasal 31 ayat 1)

g) BAB XA pasal 28 a s.d 28 j tentang Hak Asasi Manusia

D. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

a) Bahwa setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan

tanggung jawab untuk menghormati HAM orang lain secara timbale balik.

b) Dalm menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orangbwajib tunduk kepada

pembatasan yang ditetapkan oleh UU.


E. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaksanaan HAM

serta member I perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan aman kepada

masyarakat, perlu segera dibentuk suatu pengadilan HAM untuk menyelesaikan

pelanggaran HAM yan berat.

F. Hukum Internasional tentang HAM yang telah Diratifikasi Negara RI

a) Undang- undang republic Indonesia No 5 Tahun 1998 tentang pengesahan

(Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang

kejam, ridak manusiawi, atau merendahkan martabat orang lain.

b) Undang-undang Nomor 8 tahun 1984 tentang pengesahan Konvensi Mengenai

Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita.

c) Deklarasi sedunia tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 (Declaration

Universal of Human Rights).

3. Macam-Macam Hak Asasi Manusia

a) Hak asasi pribadi / personal Right

• Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat

• Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat

• Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan


• Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan

kepercayaan yang diyakini masing-masing

b) Hak asasi politik / Political Right

• Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan

• Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan

• Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik

lainnya

• Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

c) Hak azasi hukum / Legal Equality Right

• Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan

• Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns

• Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum

d) Hak azasi Ekonomi / Property Rigths

• Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli

• Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak

• Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll

• Hak kebebasan untuk memiliki susuatu

• Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak


e) Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights

• Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan

• Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan

penyelidikan di mata hukum.

f) Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right

• Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan

• Hak mendapatkan pengajaran

• Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

http://unknown-mboh.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-macam-macam-ham-

hak.html

Pengertian HAM

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan

manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang

wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap

orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1

UU No. 39 Tahun 1999) “Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan

meningkatkan taraf hidupnya”, ayat (2) “Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai,

bahagia, sejahtera, lahir dan bathin”, dan ayat (3) “Setiap orang berhak atas lingkungan

hidup yang baik dan sehat.”


Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang

termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara

melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi

Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak

mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil

dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun

1999 tentang HAM).

Dalam Undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan

berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi PBB tentang penghapusan

segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak anak dan

berbagai instrumen internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia. Materi

Undang-undang ini disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan

hukum nasional yang berdasarkan Pancasila, UUD 45 dan TAP MPR RI Nomor

XVII/MPR/1998.

Rincian isi tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia terdiri dari:

1. Hak untuk hidup.

Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, meningkatkan taraf

kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin serta

memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.

2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.


berhak untuk membentuk kelaurga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang

sah atas kehendak yang bebas.

3. Hak mengembangkan diri.

Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik secara pribadi

maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

4. Hak memperoleh keadilan.

Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan

permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun

administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai

dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan secara obyektif oleh Hakim yang jujur

dan adil untuk memperoleh putusan adil dan benar.

5. Hak atas kebebasan pribadi.

Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politik, mengeluarkan

pendapat di muka umum, memeluk agama masing-masing, tidak boleh diperbudak, memilih

kewarganegaraan tanpa diskriminasi, bebas bergerak, berpindah dan bertempat tinggal di

wilayah Republik Indonesia.

6. Hak atas rasa aman.

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, hak

milik, rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk

berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

7. Hak atas kesejahteraan.


Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang

lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat dengan cara tidak melanggar

hukum serta mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan, berhak atas pekerjaan,

kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi melindungi dan

memperjuangkan kehidupannya.

8. Hak turut serta dalam pemerintahan.

Setiap warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau

perantaraan wakil yang dipilih secara bebas dan dapat diangkat kembali dalam setiap

jabatan pemerintahan.

9. Hak wanita.

Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam jabatan, profesi dan

pendidikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan. Di samping itu

berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya

terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya.

10. Hak anak.

Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan negara

serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan diri dan tidak

dirampas kebebasannya secara melawan hukum.

Hak Asasi Manusia dalam Islam

Masalah hak asasi manusia menurut para sarjana yang melakukan penelitian pemikiran

Barat tentang negara dan hukum, berpendapat bahwa secara berurut tonggak-tonggak
pemikiran dan pengaturan hak asasi manusia mulai dari Magna Charta (Piagam Agung

1215), yaitu dokumen yang mencatat beberapa hak yang diberikan raja John dari Inggris

kepada bangsawan bawahannya atas tuntutan mereka. Naskah ini sekaligus membatasi

kekuasaan raja tersebut. Kedua adalah Bill of Right (Undang-Undang Hak 1689) suatu

undang-undang yang diterima oleh parlemen Inggris, setelah dalam tahun 1688 melakukan

rrevolusi tak berdarah (the glorius revolution) dan berhasil melakukan perlawanan terhadap

raja James II. Menyusul kemudian The American eclaration of Indepencence of 1776,

dibarengi dengan Virginia Declaration of Right of 1776. seterusnya Declaration des droits de

I’homme et du citoyen (pernyataan hak-hak manusai dan warga negara, 1789) naskah yang

dicetuskan pada awal revolusi Perancis sebagai perlawanan terhadap kesewenang-

wenangan raja dengan kekuasaan absolut. Selanjutnya Bill of Right (UU Hak), disusun oleh

rakyat Amerika Serikatr pada tahun 1789, bersamaan waktunya dengan revolusi Perancis,

kemudain naskah tersebut dimasukkan atau ditambahkan sebagai bagian dari Undang-

Undang Dasar Amerika Serikat pada tahun 1791.

Beberapa pemikiran tentang hak asasi manusia pada abad ke 17 dan 18 di atas hanya

terbatas pada hak-hak yang bersifat politis saja, misalnya persamaan hak, kebebasan, hak

memilih dan sebagainya. Sedangkan pada abad ke 20, ruang lingkup hak asasi manusia

diperlebar ke wilayah ekonomi, sosial, dan budaya.

Berdasar naskah-naskah di atas, Franklin Delano Roosevelt (Presiden Amerika ke-32)

meringkaskan paling tidak terdapat Empat Kebebasan (The Four Freedoms) yang harus

diakui, yakni (1) freedom of speech (kebebasan untuk berbicara dan mengeluarkan

pendapat, (2) freedom of religion (kebebasan beragama), (3) freedom from want

(kebebasan dari kemiskinan), dan (4) freedom from fear (kebebasan dari rasa takut).
Jika dilihat lebih seksama, semua yang termasuk isi utama dari naskah-naskah politik di atas,

yang berkaitan dengan hak asasi manusia, terdapat dalam al-Qur’an, sedangkan Empat

Kebebsan terdapat dalam Konstitusi Madinah, baik tersirat maupun tersurat. Kendati

demikian, Konstitusi Madinah yang sudah tersurat pada tahun 622 (abad ke-7 M) dan al-

Qur’an sudah selesai dikumpulkan dan ditulis sebagai kitab pada tahun 25 H (tahun 647 M)

tetapi ternyata dalam studi tentang hak-hak asasi manusia oleh kebanyakan para sarjana

tidak disinggung sama sekali. Padahal kalau dibandingkan dengan naskah-naskah di atas,

semuanya tertinggal tujuh sampai tiga belas abad di belakang Konstitusi Madinah dan al-

Qur’an.

Secara historis, berbicara tentang konsep HAM menurut Islam dapat dilihat dari isi Piagam

Madinah. Terdapat sedikitnya lima makna pokok kandungan alenia tersebut, yaitu pertama,

penempatan nama Allah SWT pada posisi teratas, kedua, perjanjian masyarakat (social

contract) tertulis, ketiga, kemajemukan peserta, keempat, keanggotaan terbuka (open

membership), dan kelima, persatuan dalam ke-bhineka-an (unity in diversity).

Hak asasi manusia yang terkandung dalam Piagam Madinah dapat diklasifikasi menjadi tiga,

yaitu hak untuk hidup, kebebasan, dan hak mencari kebahagiaan.

1. Hak untuk hidup

Pasal 14 mencantumkan larangan pembunuhan terhadap orang mukmin untuk kepentingan

orang kafir dan tidak boleh membantu orang kafir untuk membunuh orang mukmin. Bahkan

pada pasal 21 memberikan ancaman pidana mati bagi pembunuh kecuali bila pembunuh

tersebut dimaafkan oleh keluarga korban.


2. Kebebasan

Dalam konteks ini, kebebasan dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

a. Kebebasan mengeluarkan pendapat

Musyawarah merupakan salah satu media yang diatur dalam Islam dalam menyelesaikan

perkara yang sekaligus merupakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan mengeluarkan

pendapat.

b. Kebebasan beragama

Kebebasan memeluk agama masing-masing bagi kaum Yahudi dan kaum Muslim tertera di

dalam pasal 25.

c. Kebebasan dari kemiskinan

Kebebasan ini harus diatasi secara bersama, tolong menolong serta saling berbuat kebaikan

terutama terhadap kaum yang lemah. Di dalam Konstitusi Madinah upaya untuk hal ini

adalah upaya kolektif bukan usaha individual seperti dalam pandanagn Barat.

d. Kebebasan dari rasa takut

Larangan melakukan pembunuhan, ancaman pidana mati bagi pelaku, keharusan hidup

bertetangga secara rukun dan dami, jaminan keamanan bagi yang akan keluar dari serta

akan tinggal di Madinah merupakan bukti dari kebebasan ini.

3. Hak mencari kebahagiaan

Dalam Piagam Madinah, seperti diulas sebelumnya, meletakkan nama Allah SWT pada posisi

paling atas, maka makna kebahagiaan itu bukan hanya semata-mata karena kecukupan

materi akan tetapi juga harus berbarengan dengan ketenangan batin.


Relevansi Konsep HAM dalam UU No. 39 tahun 1999 dan Islam

Walaupun tidak sampai pada tingkatan studi kritis dan dengan mencoba melakukan

komparasi secara sederhana antara konsep hak asasi manusia yang tertuang dalam UU No.

39 tahun 1999 dengan konsep HAM dalam Islam melalui pendekatan relevansional maka

studi ini bermaksud menjawab pertanyaan sejauh mana relevansi antar kedua konsep

tersebut.

Untuk melakukan kajian ini penulis membagi ke dalam beberapa domain, antara lain

Ketuhanan Yang Maha Esa, keadilan, kesejahteraan bersama,

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Piagam Madinah dimulai dengan kalimat basmalah. Dalam pasal 22 ditegaskan bahwa orang

yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak akan menolong pelaku kejahatan dan juga

tidak akan membelanya. Bilamana terjadi peristiwa atau perselisihan di antara pendukung

Piagam Madinah yang dikhawatirkaan akan menimbulkan bahaya dan kerusakan,

penyelesaiannya menurut ketentuan Allah, demikian ditetapakan dalam pasal 42.

Sedangkan dalam UU. No. 39 tahun 1999 tepatnya pada bagian “Ketentuan Umum” point 1

disebutkan bahwa hak asasi manusia merupakan sebuah hak yang melekat pada manusia

dalam eksistensinya sebagai ciptaan Tuhan dan merupakan anugerah-Nya. Artinya

persoalan penghormatan dan perlindungan HAM tidak saja menempatkan manusia pada

posisi sentral (antropoSentris) akan tetapi terdapat dimensi transendental yang juga harus

diperhatikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep penegakan Ketuhanan Yang Maha Esa,

yang dalam terminologi Islam disebut tauhid tertera baik dalam Piagam Madinah maupun

UU tentang HAM.

2. Keadilan

Keadilan tercantum secara tegas baik di dalam Islam yang tertera dalam al-Qur’an maupun

dalam Piagam Madinah maupun di dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

dan konstitusi mana saja di dunia ini. Bahkan kata keadilan ini bergema pada setiap ada

persekutuan sosial, tidak terkecuali dalam suatu keluarga. Keadilan, menurut Daniel

Webster, adalah kebutuhan manusia yang paling luhur.

Pasal 17, 18, dan 19 UU No. 39 tahun 1999 secara umum menetapkan bahwa bahwa setiap

warga negara mempunyai hak untuk memperoleh keadilan. Tentu saja cara mmeperolehnya

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan melalui mekanisme yang telah diatur. Semua

perkara, kasus, dan sengketa yang terjadi dalam masyarakat harus diselesaikan melalui jalur

hukum.

Menurut SM. Amin, hukum adalah kumpulan peraturan yang terdiri dari norma-norma dan

sanksi-sanksi yang bertujuan mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia sehingga

keadilan, keamanan dan ketertiban terpelihara. Sedangkan dalam konsepsi Islam, berbuat

adil merupakan aktivitas yang dekat dengan takwa.

3. Kesejahteraan bersama

Dalam pasal 36 UU No. 39 tahun 1999 disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak

untuk memiliki demi pengembangan dirinya dengan cara yang tidak melanggar hukum.
Lebih jauh lagi dalam pasal 27 (2) UUD 1945 ditetapkan bahwa tiap-tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Hak untuk mendapatkan kesejahteraan dalam Islam merupakan salah satu yang

diutamakan. Ajaran zakat, infaq dan sodaqoh merupakan bentuk kepedulian Islam terhdapa

terciptanya kesejahteraan bersama dan kebebasan dari kemiskinan. Selain itu, Islam juga

sangat mengutamakan kebersamaan dan menganjurkan tolong menolong terutama

terhadap kaum miskin dan lemah dan oleh karena itu, Islam mengharamkan riba

http://sagimansmart.wordpress.com/2011/03/16/hak-asasi-manusia-ham/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak asasi manusia merujuk kepada hak yang dimiliki oleh semua insan. Konsep hak asasi

manusia adalah berdasarkan memiliki suatu bentuk yang sama sebagaimana yang dimiliki

oleh semua insan manusia yang tidak dipengaruhi oleh asal, ras, dan warga negara. Oleh

karena itu secara umum hak asasi manusia dapat diartikan sebgai hak-hak yang telah dimiliki

seseorang sejak ia lahir dan merupakan pemberian Tuhan. Ruang lingkup hak asasi manusia

itu sendiri adalah:

1. Hak untuk hidup

2. Hak untuk memperoleh pendidikan

3. Hak untuk hidup bersama-sama seperti orang lain


4. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama

5. Hak untuk mendapatkan pekerjaan

Dalam hal proses penegakan hukum, apabila implementasi lebih berorientasi pada

penghoirmatan terhadaphak asasi manusia maka akan lebih “menggugah” masyarakat untuk

menjunjung tinggi hukum itu sendiri.

Dalam hubungannya dengan hal ini, hak asasi manusia memiliki dua segi yaitu segi moral

dan segi perundangan. Apabila dilihat dari segi moral, hak asasi manusia merupakan suatu

tanggapan moral yang didukung oleh anggota masyarakat. Sehubungan dengan segi ini

anggota masyarakat akan mengakui wujud hak tertentu yang harus dinikmati oleh setiap

individu, yang dianggap sebagai sebagaian dari sifat manusia, walaupun mungkin tidak

tercantum dalam undang-undang. Jadi, masyarakat pun mengakui secara moral akan

eksistensi hak asasi yang dimiliki oleh setiap manusia.

Dari segi perundangan, hak asasi manusia diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat

pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,

hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia. Dalam konteks nasional, tak dapat dipungkiri bahwa isi dari adat istiadat

dan budaya yang ada di Indonesia juga mengandung pengakuan terhadap hak dasar dari

seorang manusia. Apabila dilihat dari konteks ini, maka sebenarnya bangsa Indonesia sudah

memiliki pola dasar dalam pengakuannya terhadap hak asasi manusia. Dasar-dasar hak asasi

manusia di Indonesia terletak pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1,

dan pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945.


Sedangkan dalam hubungannya dengan konteks internasional, hak asasi manusia (HAM)

merupakan substansi dasar dalam kehidupan bermasyarakat di dunia, yang terdiri dari

berbagai macam unsur adat istiadat serta budaya yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.

Jadi yang dimaksud dengan hukum hak asasi manusia internasional adalah hukum mengenai

perlindungan terhadap hak-hak individu atau kelompok yang dilindungi secara internasional

dari pelanggaran yang terutama dilakukan oleh pemerintah atau aparatnya, termasuk di dalam

upaya penggalakan hak-hak tersebut. Oleh karena itu, dengan dilakukan dialog dan pedekatan

antar suku bangsa di dunia, maka dimungkinkan dapat mewujudkan penerapan hak asasi

manusia yang jujur dan berkeadilan. Dalam hal hak asasi manusia dilihat dari konteks

internasional ini, tentu penerapan, mekanisme penegakan hingga penyelesaiannya pun lebih

kompleks bila dibandingkan dengan penanganan hak asasi manusia dalam lingkup nasional.

Walaupun perkembangan dunia sudah semakin maju dan kompleks, selama ini penegakan

hak asasi manusia hanya diikat perjanjian bilateral antarnegara yang sifatnya moral. Padahal

di sisi lain, masyarat internasional harusloah tunduk pada mekanisme internasional dalam hal

penegakan hak asasi manusia. Oleh karena itu, instrumen internasional sangatlah dibutuhkan

untuk mewujudkannya. Dalam hubungannya dengan penulisan makalah ini, sebagai awal kita

harus mengetahui mengenai konsep hukum internasional itu sendiri. Hukum internasional

diartikan sebagai hukum yang hanya mengatur hubungan antar negara.

Kemudian pada masa setelah Perang Dunia ke-II diperluas hingga mencakup organisasi

internasional sebagai subyek hukum internasional yang memiliki hak-hak tertentu

berdasarkan hukum internasional. Manusia sebagai individu dianggap tidak memiliki hak-hak

menurut hukum internasional, sehingga manusia lebih dianggap sebagai obyek hukum

daripada sebagai subyek hukum internasional. Teori-teori mengenai sifat hukum internasional

ini kemudian membentuk kesimpulan bahwa perlakuan negara terhadap warga negaranya
tidak diatur oleh hukum internasional, sehingga tidak ada pengaruhnya terhadap hak negara-

negara lainnya. Karena hukum internasional tidak dapat diterapkan terhadap pelanggaran

HAM suatu negara terhadap warga negaranya, maka seluruh permasalahan ini secara

eksklusif berada di bawah yurisdiksi domestik setiap negara. Dengan kata lain, masalah

HAM merupakan urusan dalam negeri setiap negara sehingga negara lain tidak berhak

bahkan dilarang untuk turut campur tangan terhadap pelanggaran HAM di dalam suatu

negara.

Dari keseluruhan alasan itulah, maka kelompok kami ingin mendeskripsikan mengenai

mekanisme penegakan hak asasi manusia internasional baik dari konsep mekanisme,

perkembangannya dari dahulu maupun implementasinya dalam perkembangan dunia saat ini.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa latar belakang timbulnya mekanisme penegakan Hak Asasi Manusia internasional?

2. Apakah mekanisme penegakan Hak Asasi Manusia Internasional yang telah berjalan

hingga saat ini?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mendeskripsikan latar belakang timbulnya mekanisme penegakan Hak Asasi

Manusia internasional sehingga timbul mekanisme yang telah berjalan hingga sekarang.

2. Untuk mendeskripsikan mekanisme penegakan Hak Asasi Manusia internasional baik

dari segi konsepsi maupun implementasinya di dalam kehidupan pergaulan masyarakat

internasional.
BAB II

ISI

HAM adalah hak-hak yang seharusnya diakui secara universal sebagai hak-hak yang melekat

pada manusia karena hakekat dan kodratnya sebagai manusia. Adapun pembatasan terhadap

HAM tersebut dapat dibagi menjadi :

1. universal : tanpa melihat perbedaan suku, agama, ras, kepercayaan, usia, latar belakang,

jenis kelamin, warna kulit.

2. Melekat (inherent) : hak tersebut bukan hasil pemberian kekuasaan/ orang lain.

Adapun ruang lingkup dari HAM adalah :

a. Larangan Diskriminasi

Prinsip non diskriminasi adalah suatu konsep sentral dalam kaidah hak asasi manusia. Prinsip

tersebut dapat diketemukan dalam instrumen umum hak asasi manusia. Komite Hak Asasi

Manusia telah menyatakan bahwa dengan mengacu pada persamaan jenis kelamin Kovenan

International mengenai hak sipil dan politik tidak hanya memerlukan perlindungan tetapi juga

memerlukan tindakan penguat yang dimaksudkan untuk menjamin perolehan positif hak-hak

yang sama.

b. Hak atas Penghidupan, Kemerdekaan, dan Keselamatan seseorang.

Hak atas penghidupan dalam instrumen tidak dijamin sebagai hak mutlak. Misalnya, menurut

Konvensi Eropa, pencabutan nyawa tidak bertentangan dengan hak atas penghidupan, apabila

pencabutan ini diakibatkan oleh tindakan tertentu yang sudah ditetapkan. Dalam beberapa

instrumen, laran gan hukuman mati dimuat dalam sebuah Protokol tersendiri. Kovenan

Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik dan Konvensi Amerika keduanya membatasi
hukuman mati pada “kejahatan yang paling berat,” keduanya mengatur bahwa hukuman mati

harus hanya boleh dikenakan dengan suatu “keputusan final suatu pengadilan yang

berwenang” sesuai dengan undang-undang yang tidak retroaktif. Kedua perjanjian

internasional ini memberikan hak untuk mencari “pengampunan atau keringanan hukuman”

dan melarang pengenaan hukuman mati pada orang di bawah usia delapan belas tahun pada

saat melakukan kejahatan, dan melarang eksekusinya pada wanita hamil. Konvensi Eropa

mensyaratkan hukuman mati dikenakan oleh suatu pengadilan, sesudah memperoleh

keyakinan mengenai suatu kejahatan yang karena keputusannya ditetapkan oleh undang-

undang.

c. Larangan .penganiayaan

Semua instrumen umum melarang penganiayaan atau perlakuan secara kejam deng an tak

mengingat kemanusiaan ataupun cara perlakuan atau hukuman yang menghinakan. Konvensi

melawan penganiayaan atau perlakuan secara kejam dengan tak mengingat kemanusiaan

ataupun cara perlakuan atau hukuman yang menghinakan ini disetujui pada tahun 1984 oleh

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konvensi tersebut menetapkan bahwa Negara

berkewajiban mengekstradisi pelaku penganiayaan dan menuntutnya. Prinsip ini melibatkan

yurisdiksi universal yang berarti bahwa setiap negara mempunyai yurisdiksi dan memiliki

hak untuk mengekstradiksi atau menuntut pelaku penganiayaan tanpa dibatasi oleh

kewarganegaraan pelaku penganiayaan atau tempat pelanggaran yang dituduhkan.

d. Hak Persamaan di Muka Hukum.

Ketentuan ini pada dasarnya merupakan suatu klausul nondiskriminasi. Ada tiga aspek yang

dicakup oleh ketentuan ini. Aspek pertama adalah persamaan di muka hukum. Aspek kedua

yaitu perlindungan hukum yang sama, dan aspek ketiga adalah perlindungan dari

diskriminasi.
e. Hak Kebebasan Bergerak dan Berdiam

Dalam perjanjian-perjanjian internasional hak-hak asasi manusia umum, hak kebebasan

bergerak dan berdiam mencakup kebebasan memilih tempat tinggal dalam suatu Negara,

kebebasan meninggalkan dan memasuki negerinya sendiri, hak untuk tidak dikeluarkan dari

suatu negeri tanpa diberi kesempatan untuk menyanggah keputusan tersebut, dan bebas dari

pengasingan.

f. Hak atas Kebebasan Pikiran, Hati Nurani, dan Agama

Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan politik menyatakan bahwa perwujudan

agama dan kepercayaan seseorang boleh dijadikan sasaran pembatasan seperti itu hanya

karena ditentukan oleh undang-undang dan diperlukan untuk melindungi keselamatan umum,

ketertiban umum, kesehatan masyarakat, atau moral umum, atau hak-hak dasar dan

kebebasan orang lain.

Hubungan antara HAM dengan konsep Negara hukum

Negara hukum (the rule of law) lahir pada zaman Paus VII and Henriech IV th 1122, dimana

kekuasaan raja/ gereja sebelumnya bersifat mutlak, perintahnya mengingkat kepada orang

lain namun tidak pernah mengikat raja tersebut dimana kekuasaan semacam ini dikenal

sebagai (the rule of man — titah). Jadi dengan lahirnya konsep the rule of law maka segala

hukum yang lahir dari konsep kesepakatan ditempatkan pada posisi paling tinggi, yang pada

akhirnya mendorong lahirnya “magna charta” yang isinya membatasi kekuasaan raja dan

menghormati hak-hak warga kota (citizen). Jadi dalam suatu negara yang menerapkan konsep

the rule of law, maka jaminan akan dihormatinya HAM lebih mudah diwujudkan.

B. SEJARAH HAM INTERNASIONAL

Di Inggris 1215 ; Magna Charta ; membatasi kekuasaan raja2 (raja John). Setelah PD I :

Perjanjian negara-negara Eropa untuk melindungi kelompok minoritas dan harus dituangkan
ke dalam uu Negara tersebut.

Abad 19 :

• Penghapusan perdagangan budak dan perlindungan hak buruh samapi lahirnya konvensi

LBB untuk menghapus Perbudakan dan Perdagangan Budak).

• Pendirian ILO

• Pendirian ICRC Lahirnya Konvensi Genewa 1864 tentang perlindungan korban perang dan

batas-batas cara dan pemakaian mesin perang.

• Lahirnya Konvensi Den Hag tentang pelarangan penggunaan gas beracun, senjata kimia

• Lahirnya Declaration of the Rights of Man and of citizens, AS 1776 diikuti Belanda 1798,

Swedia 1709, Norwegia 1814, belgia 1831, Spanyol 1812 dsb.

Setelah Perang Dunia II

• Lahir Konvensi Genewa 1949 tentang Hukum Humaniter

• 1977 lahir Konvensi Genewa tentang gabungan antara konvensi genewa tentang

perlindungan korban perang dan konvensi tentang tata cara perang.

Abad 20

• Nazi 1930-1940 Holocoust: pembantain kaum minoritas

• 1948 Universal Decalaration of Human Rights

• 1966 The International Covenant on Civil and Political Rights

• 1966 The International Covenant on Economical and Social and Cultural Rights.

C. SEJARAH PERKEMBANGAN HAM NASIONAl

Tekad bangsa Indonesia untuk mewujudkan penghormatan dan penegakan HAM sangat kuat

ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu: “kemerdekaan”, yang telah berabad-

abad dirampas oleh penjajah.

Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang dialami karena

hak asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak mengherankan setelah
berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini mencanturnkan prinsip-prinsip HAM

dalam Konstitusi RI (Undang-undang Dasar 1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan

cita-cita yang harus dilaksanakan dan dicapai.

Namun dalam perjalanan sejarah bangsa, pedoman dan cita-cita yang telah dicanturnkan

dalam konstitusi tersebut tidak dilaksanakan bahkan dilanggar oleh pemerintah yang

seharusnya melaksanakan dan mencapainya. Kita semua sudah mengetahui bahwa

Pemerintah Orde Lama dan Orde Baru tidak hanya tidak melaksanakan penghormatan dan

penegakan HAM namun juga banyak melakukan pelanggaran HAM. Hal ini disebabkan oleh

alasan politis dan teknis. Alasan politis adalah situasi politik di tingkat nasional dan tingkat

intemasional (perang dingin). Di jaman Orde Lama, focus kebijakan Pemerintah RI adalah

“Revolusi”. Kebijakan ini membawa kita ke konflik internal (domestik) dan intemasional,

serta berakibat melupakan hak asasi rakyat. Sedangkan di jaman Orde Baru kebijakan

pemerintah terfokus pada pembangunan ekonomi. Memang pembangunan ekonomi juga

termasuk upaya pemenuhan HAM (hak ekonomi dan sosial). Namun kebijakan terlalu

terfokus pada pembangunan ekonomi dan mengabaikan hak sipil dan politik, telah

menyebabkan kegagalan pembangunan ekonomi itu sendiri. Adapun alasan teknis adalah

karena prinsip-prinsip HAM yang tercantum dalam konstitusi belum dijabarkan dalam hukum

positif aplikatif (Undang-undang Organik).

Sejak memasuki era reformasi, Indonesia telah melakukan upaya pemajuan HAM, termasuk

menciptakan hukum positif yang aplikatif. Dilihat dari segi hukum, tekad bangsa Indonesia

tercermin dari berbagai ketentuan yang tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar

1945 (UUD 45) dan Pancasila, dalam Undang-undang Dasar yang telah di amandemen,

Undang-undang Nomor 39/1999 tentang HAM, Undang-undang Nomor 26/2000 tentang

Pengadilan HAM, dan ratifikasi yang telah dilakukan terhadap sejumlah instrumen HAM
intemasional

D. HAM DALAM UUD 1945

Dalam Pembukaan UUD 45 dengan tegas dinyatakan bahwa “pejajahan di atas dunia harus

dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Dalam Pancasila

yang juga tercantum dalam Pembukaan UUD 45 terdapat sila “Kemanusiaan yang adil dan

beradab”. Da1am P4, meskipun sekarang tidak dipakai lagi, namun ada penjelasan Sila kedua

yang masih relevan untuk disimak, yaitu bahwa “dengan Sila Kemanusiaan yang adil dan

beradab, manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban

asasinya, tanpa membedakan suku, keturunan, agama dan kepercayaan, jenis kelamin,

kedudukan social, warna kulit, dan sebagainya. Karena itu dikembangkanlah sikap saling

mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa dan ‘tepa salira ” serta sikap tidak semena-

mena terhadap orang lain”.

Dibandingkan dengan UUDS 1950, ketentuan HAM di dalam UUD 1945 relatif sedikit,

hanya 7 (tujuh) pasal saja masing-masing pasal 27, 28, 29, 30, 31, 31 dan 34, sedangkan di

dalam UUDS 1950 didapati cukup lengkap pasal-pasal HAM, yaitu sejumlah 35 pasal, yakni

dari pasal 2 sampai dengan pasal 42. Jumlah pasal di dalam UUDS 1950 hampir sama dengan

yang tercantum di dalam Universal Declaration of Human Rights.

Meskipun di dalam UUD 1945 tidak banyak dicantumkan pasal-pasal tentang HAM, namun

kekuarangan-kekurangan tersebut telah dipenuhi dengan lahirnya sejumlah Undang-undang

antara lain UU No. 14 Tahun 1970 dan UU No. 8 Tahun 1981 yang banyak mencantumkan

ketentuan tentang HAM. UU No. 14 Tahun 1970 memuat 8 pasal tentang HAM, sedangkan

UU No. 8 Tahun 1981 memuat 40 pasal. Lagipula di dalam Pembukaan UUD 45 didapati

suatu pernyataan yang mencerminkan tekad bangsa Indonesia untuk menegakkan HAM yang

berbunyi, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan

perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Dalam amandemen kedua UUD 1945, pasal 28 telah dirobah menjadi bab tersendiri yang

memuat 10 pasal mengenai hak asasi manusia. Sebagian besar isi perubahan tersebut

mengatur mengani hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Adapun

Hak Asasi Manusia yang ditetapkan dalam Bab X A Undang-undang Dasar 1945 adalah

sebagai berikut :

 Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya (Pasal 28 A)

 Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah

(Pasal 28 B ayat 1)

 Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta hak atas perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28 B ayat 2)

 Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar (Pasal 28 C ayat 1)

 Hak untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan

teknologi, seni, dan budaya (Pasal 28 C ayat 1)

 Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara kolektif (Pasal 28 C

ayat 2)

 Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil dan perlakuan

yang sama di depan hukum (Pasal 28 D ayat 1)

 Hak utnuk bekerja dan mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam

hubungan kerja (Pasal 28 D ayat 3)

 Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (Pasal 28 D ayat 3)

 Hak atas status kewarganegaraan (Pasal 28 D ayat 4)

 Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agamanya (Pasal 28 E ayat
1)

 Hak memilih pekerjaan (Pasal 28 E ayat 1)

 Hak memilih kewarganegaraan (Pasal 28 E ayat 1)

 Hak memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak untuk

kembali (Pasal 28 E ayat 1)

 Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati

nuraninya (Pasal 28 E ayat 2)

 Hak kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat (Pasal 28 E ayat

3)

 Hak untuk berkomunikasi dan memeperoleh informasi (Pasal 28 F)

 Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda (Pasal

28 G ayat 1)

 Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak

berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi manusia (Pasal 28 G ayat 1)

 Hak untuk bebeas dari penyiksaan (torture) dan perlakuan yang merendahkan derajat

martabat manusia (Pasal 28 G ayat 2)

 Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat (Pasal 28 H ayat 1)

 Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28 H ayat 1)

 Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus guna mencapai persamaan dan

keadilan (Pasal 28 H ayat 2)

 Hak atas jaminan sosial (Pasal 28 H ayat 3)

 Hak atas milik pribadi yang tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapapun

(Pasal 28 H ayat 4)
 Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (retroaktif) (Pasal 28 I ayat

1)

 Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminasi atas dasar apapun dan berhak mendapat

perlindungan dari perlakuan diskriminatif tersebut (Pasal 28 I ayat 2)

 Hak atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional (Pasal 28 I ayat 3)

 Perlindungan, pemajuan, penegakkan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung

jawab negara, terutama pemerintah (pasal 28 I ayat 4)

 Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum

yang demokratis maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam

peraturan perundang-undangan (pasal 28I ayat 5)

 Setiap orang wajib menghormati hak orang lain (pasal 28 J ayat 1)

 Setiap orang dalam menjalankan hak dan kebebasanya wajib tunduk kepada pembatasan

yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang (pasal 28 J ayat 2)

Definisi hak-hak sipil dan politik

Hak-hak sipil dan politik adalah hak yang bersumber dari martabat dan melekat pada setiap

manusia yang dijamin dan dihormati keberadaannya oleh negara agar menusia bebas

menikmati hak-hak dan kebebasannya dalam bidang sipil dan politik.

Adapun yang berkewajiban untuk melindungi hak-hak sipil dan politik warga negara sesuai

dengan Pasal 8 Undang-undang No. 39 tahun 1999 ditegaskan bahwa perlindungan,

Pemajuan, Penegakan dan Pemenuhan Hak Asasi Manusia terutama menjadi tanggung jawab

pemerintah.

Karakteristik hak-hak sipil dan politik:

1. Dicapai dengan segera;

2. Negara bersifat pasif;


3. Dapat diajukan ke pengadilan;

4. Tidak bergantung pada sumber daya;

5. Non-ideologis.

Di dalam perlindungan hak-hak sipil dan politik, peran negara harus dibatasi karena hak-hak

sipil dan politik tergolong ke dalam negative right, yaitu hak-hak-hak dan kebebasan yang

dijamin di dalamnya akan terpenuhi apabila peran negara dibatasi. Bila negara bersifat

intervensionis, maka tidak bisa dielakkan hak-hak dan kebebasan yang diatur d idalamnya

akan dilanggar negara.

Hak-hak yang termasuk ke dalam hak-hak sipil dan politik

1. Hak hidup;

2. Hak bebas dari penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi;

3. Hak bebas dari perbudakan dan kerja paksa;

4. Hak atas kebebasan dan keamanan pribadi;

5. Hak atas kebebasan bergerak dan berpindah;

6. Hak atas pengakuan dan perlakuan yang sama dihadapan hukum;

7. Hak untuk bebas berfikir, berkeyakinan dan beragama;

8. Hak untuk bebas berpendapat dan berekspresi;

9. Hak untuk berkumpul dan berserikat;

10. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan.

Instrumen HAM yang mengatur hak-hak sipil dan politik:

1. UUD 1945 (Pasal 28 A, 28 B (ayat 1, 2), 28 D ayat (1, 3, 4), 28 E ayat (1, 2, 3), 28 F, 28 G

ayat (1, 2), 28 I ayat (1, 2).

BAB III

KESIMPULAN
Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut hak asasi manusia yang melekat pada

manusia secara kodrati sebagai anugerah tuhan yang maha esa. Hak-hak ini tidak dapat

diingkari. Pengingkaran terhadap hak tersebut berarti mengingkari martabat kemanusiaan.

Oleh karena itu, negara, pemerintah, atau organisasi apapun mengemban kewajiban untuk

mengakui dan melindungi hak asasi manusia pada setiap manusia tanpa kecuali. Ini berarti

bahwa hak asasi manusia harus selalu menjadi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara sebagimana tercantum dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 yang berbasis hak asasi manusia.

http://bryantobing01.blog.com/hak-asasi-manusia/

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,

hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat

dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan

UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).

Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau

kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja

atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi

dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin

oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan

memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme

hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran

Hak Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus

oleh

Pengadilan HAM meliputi :

1. Kejahatan genosida;

2. Kejahatan terhadap kemanusiaan

Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud

untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa,

ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :

1. Membunuh anggota kelompok;

2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-

anggota kelompok;

3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan

kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;

4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam

kelompok; atau

5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok

lain.

Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan

sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa

serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :


1. pembunuhan;

2. pemusnahan;

3. perbudakan;

4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;

5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara

sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum

internasional;

6. penyiksaan;

7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan

kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk

kekerasan seksual lain yang setara;

8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang

didasari persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama,

jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal

yang dilarang menurut hukum internasional;

9. penghilangan orang secara paksa; atau

10. kejahatan apartheid.

(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)

Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga

menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani,

pada seseoarang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang dari

orang ketiga, dengan menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan

atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang ketiga, atau mengancam
atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang

didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan

tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau

sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU

No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)

Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh siapapun

yang menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan keadaannya

(Penjelasan Pasal 33 ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kemanusiaan yang adil dan beradab itulah penggalan kata dari isi pancasila sila ke 2

yang teringat dalam ingatan penulis ketika ingin membicarakan masalah ini lebih dalam lagi .

Sebenarnya mencari keadilan yang benar – benar adil di dunia ini memang betul , tidak ada

kata tidak percaya jika Allah SWT yang maha adil dan yang menciptakan isi alam semesta

dan semua kekayaan yang dimilikiNya , ketika melihat betapa buruknya keadilan didunia ini .

Tidak hanya adail yang ingin penulis sampaikan dalam makalah ini tetapi semua maksud dari

pengertian dari Hak Asasi Manusia . Tidak terasa perkembangan zaman yang semakin pesat

ini memaksa kita untuk mengikuti apa yang sedang diperbincangkan oleh orang – orang .

Kekerasan dan demonstrasi yang di sertai amukan massa di berbagai dunia khusunya

indonesia adalah salah satu kejadian yang sering terjadi di negeri tercinta kita ini . Bagaimana

tidak hukum dan sanksi yang lemah pada bangsa ini yang menyebabkan masyarakat

berpikiran negatif tentang bagaimana citra hukum Indonesia di mata masyarakat .


Dengan adanya Hak Asasi Manusia di dunia setidaknya dapat menghentikan tindakan

– tindakan yang menyangkut anarkis atau kekerasan . Adanya aturan , sanksi tegas membuat

masyarakat yang ingin bertindak kekerasan berpikir lebih dalam lagi mengenai akan

perbuatan yang akan diperbuatnya . Oleh karena itu penulis ingin mendalami dan

mempelajari lebih dalam lagi mengenai Hukum dan Hak Asasi Manusia .

Identifikasi Masalah

Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

• Sejarah Hak Asasi Manusia

• Pelanggaran mengenai Hak Asasi Manusia

• Contoh kasus mengenai Hak Asai Manusia

Batasan Masalah

Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan

tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun membatasi masalah

hanya pada ruang lingkup Hak Asasi Manusia .

BAB II

Pembahasan

Sejarah Hak Asasi Manusia

Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang

Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karenanya tidak ada kekuasaan apapun
di dunia yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian bukan berarti dengan hak-haknya itu

dapat berbuat semau-maunya. Sebab apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat

dikategorikan melanggar hak asasi orang lain, maka ia harus mempertanggungjawabkan

perbuatannya.

Pada hakikatnya Hak Asasi Manusia terdiri atas dua hak dasar yang paling fundamental, ialah

hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak dasar inilah lahir hak-hak asasi lainnya

atau tanpa kedua hak dasar ini, hak asasi manusia lainnya sulit akan ditegakkan.Mengingat

begitu pentingnya proses internalisasi pemahaman Hak Asasi Manusia bagi setiap orang yang

hidup bersama dengan orang lainnya, maka suatu pendekatan historis mulai dari dikenalnya

Hak Asasi Manusia sampai dengan perkembangan saat ini perlu diketahui oleh setiap orang

untuk lebih menegaskan keberadaan hak asasi dirinya dengan hak asasi orang lain.

Pada deklarasi HAM yang dicetuskan di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 10

desember 1948, tidak berlebihan jika dikatakan sebagai puncak peradaban umat manusia

setelah dunia mengalami malapetaka akibat kekejaman dan keaiban yang dilakukan negara-

negara Fasis dan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.

Pada deklarasi HAM sedunia itu mengandung makana ganda, baik ke luar (antar

negara-negara) maupun ke dalam (antar negara-bangsa), berlaku bagi semua bangsa dan

pemerintahan di negara-negaranya masing-masing. Makna ke luar adalah berupa komitmen

untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan antar

negara-bangsa, agar terhindar dan tidak terjerumus lagi dalam malapetaka peperangan yang

dapat menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan makna ke dalam, mengandung

pengertian bahwa Deklarasi HAM seduania itu harus senantiasa menjadi kriteria objektif oleh

rakyat dari masing-masing negara dalam menilai setiap kebijakan yang dikelauarkan oleh

pemerintahnya.

Bagi negara-negara anggota PBB, Deklarasi itu sifatnya mengikat. Dengan demikian
setiap pelanggaran atau penyimpangan dari Deklarasi HAM sedunia si suatu negara anggota

PBB bukan semata-mata menjadi masalah intern rakyat dari negara yang bersangkutan,

melainkan juga merupakan masalah bagi rakyat dan pemerintahan negara-negara anggota

PBB lainnya.

Mereka absah mempersoalkan dan mengadukan pemerintah pelanggar HAM di suatu

negara ke Komisi Tinggi HAM PBB atau melalui lembaga-lembaga HAM internasional

lainnya unuk mengutuk bahkan menjatuhkan sanksi internasional terhadap pemerintah yang

bersangkutan. Semua manusia adalah sama. Semua kandungan nilai-nilainya berlaku untuk

semua.

Hak Asasi Manusia oleh PBB

Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan piagam hak-hak

asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa

yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia (commission of

human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah pimpinan Ny. Eleanor

Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948 Sidang Umum PBB yang

diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu

berupa UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia

tentang Hak – Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil

dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2

negara lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari

Hak Asasi Manusia.

Universal Declaration of Human Rights antara lain mencantumkan, Bahwa setiap orang

mempunyai Hak :
 Hidup

 Kemerdekaan dan keamanan badan

 Diakui kepribadiannya

 Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk mendapat

jaminan hokum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak

bersalah kecuali ada bukti yang sah

 Masuk dan keluar wilayah suatu Negara

 Mendapatkan asylum

 Mendapatkan suatu kebangsaan

 Mendapatkan hak milik atas benda

 Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan

 Bebas memeluk agama

 Mengeluarkan pendapat

 Berapat dan berkumpul

 Mendapat jaminan sosial

 Mendapatkan pekerjaan

 Berdagang

 Mendapatkan pendidikan

 Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat

 Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan

Majelis umum memproklamirkan Pernyataan Sedunia tentang Hak Asasi Manusia itu

sebagai tolak ukur umum hasil usaha sebagai rakyat dan bangsa dan menyerukan semua

anggota dan semua bangsa agar memajukan dan menjamin pengakuan dan pematuhan hak-

hak dan kebebasan- kebebasan yang termasuk dalam pernyataan tersebut. Meskipun bukan
merupakan perjanjian, namun semua anggota PBB secara moral berkewajiban

menerapkannya.

Hak Asasi Manusia di Indonesia

Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada pancasila. Yang artinya

Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara

pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus

memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi

bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti melaksanakan dengan

sebebas-bebasnya, melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung

dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya

memang tidak ada hak yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak

orang lain.

Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak, kita tidak

memperhatikan hak orang lain,maka yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan

kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak terpisah dari

manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat

kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik Indonesia,yakni:

 Undang – Undang Dasar 1945

 Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

 Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia itu dapat dibeda-bedakan

menjadi sebagai berikut :


 Hak – hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat,

kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.

 Hak – hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk memiliki sesuatu, hak

untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya.

 Hak – hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan,

hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik.

 Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (

rights of legal equality).

 Hak – hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture rights). Misalnya hak untuk

memilih pendidikan dan hak untukmengembangkan kebudayaan.

 Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural

rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan

peradilan.

Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia dituangkan dalam Piagam Hak

Asasi Manusia sebagai lampiran Ketetapan Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia

Nomor XVII/MPR/1998.

Pelanggaran dan Contoh Kasus Pelanggaran HAM

PELANGGARAN HAM OLEH TNI

Berdasarkan gambar diatas penulis ingin menjelaskan pelanggaran HAM yang terjadi

akibat dari kejadian kekerasan yang diakibatkan oleh oknum TNI dan POLRI di Indonesia .

Pada awalnya kejadian ini terjadi pada saat Alm.Presiden Soeharto masih berkuasa yang

sering disebut massa orde baru . Dimana pada saat itu oknum TNI dan POLRI berkuasa untuk

menjaga keamanan Indonesia salah satunya adalah pada saat demonstrasi yang semakin

anarkis yang membuat para penjaga keamanan Indonesia harus membubarkan massa dengan
cara yang tidak wajar . Begitu kejamnya oknum – oknum yang tidak bertanggung jawab

dengan gampangnya menembaki para pendemostrasi .

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian atau penjelasan diatas penulis dapat mensimpulkan

bahwa HAM adalah hak yang harus dimiliki oleh semua orang tidak di Indonesia saja tetapi

orang yang ada di dunia ini . Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang

berlaku di Indonesia . Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus

permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komnas HAM , jadi jika seseorang

mendapatkan pelanggaran HAM dapat diselesaikan di KOMNAS HAM .

Kasus pelanggaran HAM di Indonesia memang masih banyak yang belum terselesaikan /

tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia HAM di Indonesia dapat terwujud ke arah

yang lebih baik.

http://pancasilazone.blogspot.com/2012/06/hukum-dan-hak-asasi-manusia.html
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu dilahirkan.

Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia

yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia. Hak ini dimiliki

oleh manusia semata – mata karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat atau

pemberian negara. Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain,

masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu Tuhan

Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.

Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak asasi

manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat universal, artinya

berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun. Hak ini

dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga

digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.

Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu,selain ada hak asasi manusia, ada juga

kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan demi terlaksana atau

tegaknya hak asasi manusia (HAM). Dalam menggunakan Hak Asasi Manusia, kita wajib

untuk memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki oleh orang

lain.

Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan martabat kemanusiaannya,

diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak – hak kemanusiaan

yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati yang melekat pada
diri manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini sebagai suatu usaha

untuk menegakkan hak asasi manusia.

Sebelum dibahas lebih mendalam mengenai hak asasi manusia di Indonesia, terlebih

dahulu kita membahas sekelumit sejarah perkembangan dan perumusan hak asasi manusia di

Dunia. Perkembangan atas pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara perlahan dan

beraneka ragam. Perkembangan tersebut antara lain dapat ditelusuri sebagai berikut.

1. Hak Asasi Manusia di Yunani

Filosof Yunani, seperti Socrates (470-399 SM) dan Plato (428-348 SM) meletakkan dasar

bagi perlindungan dan jaminan diakuinya hak – hak asasi manusia. Konsepsinya

menganjurkan masyarakat untuk melakukan sosial kontrol kepada penguasa yang zalim dan

tidak mengakui nilai – nilai keadilan dan kebenaran. Aristoteles (348-322 SM) mengajarkan

pemerintah harus mendasarkan kekuasaannya pada kemauan dan kehendak warga negaranya.

2. Hak Asasi Manusia di Inggris

Inggris sering disebut–sebut sebagai negara pertama di dunia yang memperjuangkan hak

asasi manusia. Tonggak pertama bagi kemenangan hak-hak asasi terjadi di Inggris.

Perjuangan tersebut tampak dengan adanya berbagai dokumen kenegaraan yang berhasil

disusun dan disahkan. Dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut :

MAGNA CHARTA

Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan bijaksana telah diganti oleh

Raja John Lackland yang bertindak sewenang–wenang terhadap rakyat dan para

bangsawan. Tindakan sewenang-wenang Raja John tersebut mengakibatkan rasa tidak


puas dari para bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk membuat

suatu perjanjian yang disebut Magna Charta atau Piagam Agung.

Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip dasarnya memuat

pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja.

Tak seorang pun dari warga negara merdeka dapat ditahan atau dirampas harta

kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara apapun dirampas hak-haknya, kecuali

berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam Magna Charta itu menandakan kemenangan

telah diraih sebab hak-hak tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerintah.

Piagam tersebut menjadi lambang munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi karena

ia mengajarkan bahwa hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi daripada

kekuasaan raja.

Isi Magna Charta adalah sebagai berikut :

Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak, dan

kebebasan Gereja Inggris.

Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak

sebagi berikut :

Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak

penduduk.

Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang

sah.

Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah

tanpa perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.
Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja

berjanji akan mengoreksi kesalahannya.

PETITION OF RIGHTS

Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hak-hak

rakyat beserta jaminannya. Petisi ini diajukan oleh para bangsawan kepada raja di depan

parlemen pada tahun 1628. Isinya secara garis besar menuntut hak-hak sebagai berikut :

Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.

Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya.

Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai.

HOBEAS CORPUS ACT

Hobeas Corpus Act adalah undang- undang yang mengatur tentang penahanan

seseorang dibuat pada tahun 1679. Isinya adalah sebagai berikut :

Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah penahanan.

Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum.

BILL OF RIGHTS

Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan tahun 1689 dan diterima

parlemen Inggris, yang isinya mengatur tentang :

Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.


Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.

Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen.

Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing .

Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.

3. Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat

Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hak-hak alam,seperti hak

atas hidup, kebebasan, dan milik (life, liberty, and property) mengilhami sekaligus menjadi

pegangan bagi rakyat Amerika sewaktu memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun

1776. Pemikiran John Locke mengenai hak – hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi

Kemerdekaan Amerika Serikat yang dikenal dengan DECLARATION OF

INDEPENDENCE OF THE UNITED STATES.

Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya tanggal 4 Juli 1776, suatu

deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh 13 negara bagian, merupakan

pula piagam hak – hak asasi manusia karena mengandung pernyataan “Bahwa sesungguhnya

semua bangsa diciptakan sama derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa semua manusia

dianugerahi oleh Penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan untuk menikmati

kebhagiaan.

John Locke menggambarkan keadaan status naturalis, ketika manusia telah memiliki

hak-hak dasar secara perorangan. Dalam keadaan bersama-sama, hidup lebih maju seperti

yang disebut dengan status civilis, locke berpendapat bahwa manusia yang berkedudukan

sebagai warga negara hak-hak dasarnya dilindungi oleh negara.


Declaration of Independence di Amerika Serikat menempatkan Amerika sebagai negara

yang memberi perlindungan dan jaminan hak-hak asasi manusia dalam konstitusinya,

kendatipun secara resmi rakyat Perancis sudah lebih dulu memulainya sejak masa Rousseau.

Kesemuanya atas jasa presiden Thomas Jefferson presiden Amerika Serikat lainnya yang

terkenal sebagai “pendekar” hak asasi manusia adalah Abraham Lincoln, kemudian

Woodrow Wilson dan Jimmy Carter.

Amanat Presiden Flanklin D. Roosevelt tentang “empat kebebasan” yang diucapkannya

di depan Kongres Amerika Serikat tanggal 6 Januari 1941 yakni :

Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of speech and expression).

Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya (freedom of

religion).

Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear).

Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).

Kebebasan- kebebasan tersebut dimaksudkan sebagai kebalikan dari kekejaman dan

penindasan melawan fasisme di bawah totalitarisme Hitler (Jerman), Jepang, dan Italia.

Kebebasan – kebebasan tersebut juga merupakan hak (kebebasan) bagi umat manusia untuk

mencapai perdamaian dan kemerdekaan yang abadi. Empat kebebasan Roosevelt ini pada

hakikatnya merupakan tiang penyangga hak-hak asasi manusia yang paling pokok dan

mendasar.

4. Hak Asasi Manusia di Prancis


Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada awal

Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk melawan kesewenang-wenangan rezim

lama. Naskah tersebut dikenal dengan DECLARATION DES DROITS DE L’HOMME ET

DU CITOYEN yaitu pernyataan mengenai hak-hak manusia dan warga negara. Pernyataan

yang dicetuskan pada tahun 1789 ini mencanangkan hak atas kebebasan, kesamaan, dan

persaudaraan atau kesetiakawanan (liberte, egalite, fraternite).

Lafayette merupakan pelopor penegakan hak asasi manusia masyarakat Prancis yang

berada di Amerika ketika Revolusi Amerika meletus dan mengakibatkan tersusunnya

Declaration des Droits de I’homme et du Citoyen. Kemudian di tahun 1791, semua hak-hak

asasi manusia dicantumkan seluruhnya di dalam konstitusi Prancis yang kemudian ditambah

dan diperluas lagi pada tahun 1793 dan 1848. Juga dalam konstitusi tahun 1793 dan 1795.

revolusi ini diprakarsai pemikir – pemikir besar seperti : J.J. Rousseau, Voltaire, serta

Montesquieu. Hak Asasi yang tersimpul dalam deklarasi itu antara lain :

1) Manusia dilahirkan merdeka dan tetap merdeka.

2) Manusia mempunyai hak yang sama.

3) Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak lain.

4) Warga Negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan serta pekerjaan

umum.

5) Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut undang-undang.

6) Manusia mempunai kemerdekaan agama dan kepercayaan.

7) Manusia merdeka mengeluarkan pikiran.


8) Adanya kemerdekaan surat kabar.

9) Adanya kemerdekaan bersatu dan berapat.

10) Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.

11) Adanya kemerdekaan bekerja,berdagang, dan melaksanakan kerajinan.

12) Adanya kemerdekaan rumah tangga.

13) Adanya kemerdekaan hak milik.

14) Adanya kemedekaan lalu lintas.

15) Adanya hak hidup dan mencari nafkah.

5. Hak Asasi Manusia oleh PBB

Setelah perang dunia kedua, mulai tahun 1946, disusunlah rancangan piagam hak-hak

asasi manusia oleh organisasi kerja sama untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa

yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia (commission of

human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 di bawah pimpinan Ny. Eleanor

Rossevelt. Baru 2 tahun kemudian, tanggal 10 Desember 1948 Sidang Umum PBB yang

diselenggarakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu

berupa UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau Pernyataan Sedunia

tentang Hak – Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 Negara yang terwakil

dalam sidang umum tersebut, 48 negara menyatakan persetujuannya, 8 negara abstain, dan 2
negara lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari

Hak Asasi Manusia.

Universal Declaration of Human Rights antara lain mencantumkan, Bahwa setiap orang

mempunyai Hak :

Hidup

Kemerdekaan dan keamanan badan

Diakui kepribadiannya

Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk

mendapat jaminan hokum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum,

dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah

Masuk dan keluar wilayah suatu Negara

Mendapatkan asylum

Mendapatkan suatu kebangsaan

Mendapatkan hak milik atas benda

Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan

Bebas memeluk agama

Mengeluarkan pendapat

Berapat dan berkumpul


Mendapat jaminan sosial

Mendapatkan pekerjaan

Berdagang

Mendapatkan pendidikan

Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat

Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan

Majelis umum memproklamirkan Pernyataan Sedunia tentang Hak Asasi Manusia itu

sebagai tolak ukur umum hasil usaha sebagai rakyat dan bangsa dan menyerukan semua

anggota dan semua bangsa agar memajukan dan menjamin pengakuan dan pematuhan hak-

hak dan kebebasan- kebebasan yang termasuk dalam pernyataan tersebut. Meskipun bukan

merupakan perjanjian, namun semua anggota PBB secara moral berkewajiban

menerapkannya.

6. Hak Asasi Manusia di Indonesia

Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan bermuara pada pancasila. Yang artinya

Hak Asasi Manusia mendapat jaminan kuat dari falsafah bangsa, yakni Pancasila. Bermuara

pada Pancasila dimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi manusia tersebut harus

memperhatikan garis-garis yang telah ditentukan dalam ketentuan falsafah Pancasila. Bagi

bangsa Indonesia, melaksanakan hak asasi manusia bukan berarti melaksanakan dengan

sebebas-bebasnya, melainkan harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung

dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini disebabkan pada dasarnya
memang tidak ada hak yang dapat dilaksanakan secara multak tanpa memperhatikan hak

orang lain.

Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak, kita tidak

memperhatikan hak orang lain,maka yang terjadi adalah benturan hak atau kepentingan

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan

kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat dan tidak terpisah dari

manusia yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat

kemanusisan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik Indonesia,yakni:

Undang – Undang Dasar 1945

Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia itu dapat dibeda-

bedakan menjadi sebagai berikut :

Hak – hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi kebebasan menyatakan

pendapat, kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.

Hak – hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk memiliki

sesuatu, hak untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya.


Hak – hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam

pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk

mendirikan partai politik.

Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan

pemerintahan ( rights of legal equality).

Hak – hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture rights). Misalnya hak

untuk memilih pendidikan dan hak untukmengembangkan kebudayaan.

Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan

(procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan,

penggeledahan, dan peradilan.

Secara konkret untuk pertama kali Hak Asasi Manusia dituangkan dalam Piagam Hak

Asasi Manusia sebagai lampiran Ketetapan Permusyawarahan Rakyat Republik Indonesia

Nomor XVII/MPR/1998.

http://emperordeva.wordpress.com/about/sejarah-hak-asasi-manusia/

Anda mungkin juga menyukai