Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN AKHIR

ANALISIS PEMANFAATAN SUMBERDAYA


ENERGI ALTERNATIF UNTUK PENYEDIAAN
ENERGI MASYARAKAT DI SUMATERA UTARA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


PROPINSI SUMATERA UTARA
TAHUN
2006
ABSTRAK

Energi merupakan kebutuhan dasar manusia, yang terus meningkat sejalan dengan
tingkat kehidupannya. Bahan bakar minyak/energi fosil merupakan salah satu sumber
energi yang bersifat tak terbarukan (non renewable energy sources) yang selama ini
merupakan andalan untuk memenuhi kebutuhan energi di seluruh sektor kegiatan.
Kekayaan sumber daya energi di Propinsi Sumatera Utara, yaitu tenaga air, panas
bumi, gas bumi, batubara, gambut, biomassa, biogas, angin, energi laut, matahari dan
lainnya dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif, menggantikan ketergantungan
terhadap bahan bakar minyak, yang semakin terbatas baik jumlah dan cadangannya.

Dalam pemanfaatan ditetapkan strategi dengan memperhatikan kondisi geologi,


geografis dan skala potensi serta investasi dan teknologi. Sumber daya energi panas
bumi, gas bumi, tenaga air berskala besar diarahkan untuk penyediaan tenaga listrik
yang dikelola PT. PLN (Persero) dan atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan
untuk Kepentingan Umum (PIUKU). Sumber daya energi berskala kecil/mini
dimanfaatkan untuk penyediaan tenaga listrik oleh PT. PLN (Persero) dan sektor
industri di lokasi yang sulit dijangkau jaringan dan juga dimanfaatkan sebagai bahan
bakar keperluan proses. Skala mikro, sumber daya energi air digunakan untuk
penyediaan tenaga listrik keperluan masyarakat desa. Biogas, biomassa digunakan
untuk rumah tangga sebagai bahan bakar memasak di dapur dan bahan bakar industri
kecil. Untuk daerah yang sulit dijangkau/pulau kecil dan tidak memiliki sumber daya
energi, penyediaan tenaga listriknya dilakukan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) atau Tenaga Diesel (PLTD).
KATA PENGANTAR

Bahan bakar minyak memegang posisi yang sangat dominan dalam pemenuhan
kebutuhan energi di dalam negeri. Harus disadari saat ini Indonesia telah mengimpor
minyak mentah maupun bahan bakar minyak untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Krisis energi yang melanda dunia berdampak, tingginya harga minyak mentah dunia,
berpengaruh langsung terhadap kegiatan perekonomian. Kekayaan sumber daya
energi, khususnya sumber energi baru dan terbarukan yang kita miliki, perlu
difikirkan untuk dimanfaatkan sebagai energi alternatif, menggantikan dan
mengurangi peran bahan bakar minyak dalam konsumsi energi di Sumatera Utara.

Dalam rangka itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera Utara
melakukan penelitian dengan kegiatan Analisis Pemanfaatan Sumber Daya Energi
Alternatif Untuk Penyediaan Energi Masyarakat di Sumatera Utara, sebagai bahan
kebijakan pengelolaan pemanfaatan sumber daya energi yang ada.

Laporan ini memuat gambaran tentang kondisi potensi dan lokasi sumber daya energi
yang terdapat di Sumatera Utara, dan langkah-langkah dalam upaya pengelolaannya
untuk penyediaan kebutuhan energi masyarakat.umum dan kegiatan pembangunan.
yang berkelanjutan. Kami menyadari bahwa laporan ini masih perlu penyempurnaan,
untuk itu membuka hati atas tanggapan dan saran serta masukan dari semua pihak
untuk penyempurnaannya. Semoga hasil kegiatan ini bermanfaat bagi kita semua, dan
terima kasih.

Medan, Desember 2006.


Badan Penelitian dan Pengembangan
Propinsi Sumatera Utara
Kepala

Ir. H. Syarifullah Harahap, M.Si.


Pembina Utama Madya
NIP. 010095728
DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL Vi`
DAFTAR GAMBAR vii

BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang Penelitian 1
1.2.Perumusan Masalah 4
1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 5
1.4.Kontribusi Penelitian 5
1.5.Manfaat Penelitian 5
1.6.Lokasi Daerah Penelitian 6
1.7.Ruang Lingkup Penelitian 7
1.8.Batasan Penelitian 7
1.9.Metode Penelitian 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 9


2.1.Penggolongan energi 10
2.2.Pengembangan Energi Terbarukan (reneuable resources) 11
2.3.Sumber Energi Alternatif 12
2.3.1.Sumber Daya Energi Air 13
2.3.2.Panas Bumi (Geothermal) 14
2.3.3.Gas Bumi 14
2.3.4.Batubara 14
2.3.5.Bioenergi, Biogas dan Biomassa 15
2.3.6.Energi Surya 16
2.3.7.Tenaga Angin 18
2.3.8.Gambut 19
2.3.9.Energi Laut 19
2.3.10.Teknologi Nano 20
2.3.11.Fusi 21
2.3.12.Nuklir 21
2.3.13.Tenaga Baterai 21
2.4. Kebijakan Energi Nasional 22
2.4.1.Tujuan Kebijakan Energi Nasional 22
2.4.2.Sasaran Kebijakan Energi 24
BAB III. POTENSI SUMBERDAYA DAN PEMANFAATAN ENERGI DI
SUMATERA UTARATINJAUAN PUSTAKA 25
3.1. Potensi Sumber Daya Energi 25
3.1.1.Tenaga Air 26
3.1.2.Batubara 27
3.1.3.Panas Bumi 27
3.1.4.Gambut 28
3.1.5.Gas Bumi 29
3.1.6.Biogas 29
3.1.7.Biomassa 30
3.1.8.Energi Surya 30
3.1.9.Energi Angin 31
3.1.10.Energi Laut 31
3.2.Pemanfaatan Sumber Daya Energi 31
3.2.1.Minyak Bumi 31
3.2.2.Gas Bumi 34
3.2.3.Panas Bumi 34
3.2.4.Tenaga Air 35
3.2.5.Tenaga Surya 35
3.2.6.Batubara 36
3.2.7.Gambut 36
3.2.8.Biogas 36
3.2.9.Biomassa 37
3.2.10.Tenaga Angin 37
3.3.Kelistrikan di Sumatera Utara 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 40


4.1.Pemanfaatan Bahan Bakar Minyak 40
4.2.Pengembangan Sumber Daya Energi 41
4.2.1.Sumber Daya Energi Air 42
4.2.2.Panas Bumi 43
4.2.3.Batubara dan Gambut 44
4.2.4.Tenaga Angin 44
4.2.5.Tenaga Surya 45
4.2.6.Biogas 45
4.2.7.Biomassa 45
4.2.8.Biodiesel 46
4.3.Strategi Pemanfatan Energi 47
4.3.1.Kondisi Sumber Daya Energi 48
4.3.2.Pengusahaan dan Pengelolaannya 48
4.3.3.Masyarakat Pengusaha dan Konsumen 49
4.3.4.Kondisi Wilayah 49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN REKOMENDASI 53


5.1.Kesimpulan 53
5.2.Saran Rekomendasi 54

DAFTAR PUSTAKA 56

LAMPIRAN 57
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.Potensi Panas bumi di Sumatera Utara 28


Tabel 2.Konsumsi Bahan Bakar Minyak Nasional Tahun 2005 32
Tabel 3.Konsumsi BBM di Sumatera Utara Tahun 2003-2006 33
Tabel 4.Data Pemakaian Gas Per Sektor Pelanggan Industridi Sumatera
Distrik Medan (dalam M3) 34
Tabel 5.Data Pelanggan Listrik Per Sektor Pelanggan 39

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Peta Lokasi Daerah Penelitian 6


Gambar 2.Pemanfaatan Energi Surya 70
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Energi merupakan kebutuhan dasar manusia, yang terus meningkat sejalan dengan

tingkat kehidupannya. Bahan bakar minyak (BBM) memegang posisi yang sangat

dominan dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional. Komposisi konsumsi energi

nasional saat ini adalah BBM : 52,50%; Gas : 19,04%; Batubara : 21,52%; Air :

3,73%; Panas Bumi : 3,01%; dan Energi Baru : 0,2%. Kondisi demikian terjadi

sebagai akibat dari kebijakan subsidi masa lalu terhadap bahan bakar minyak dalam

upaya memacu percepatan pertumbuhan ekonomi.

Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa produksi minyak bumi Indonesia

mengalami penurunan akibat adanya penurunan secara alamiah dan semakin

menipisnya cadangan. Menurunnya produksi minyak mentah kita dan tingginya harga

minyak mentah dunia sangat berpengaruh terhadap kemampuan anggaran

pembangunan. Selama ini bahan bakar minyak di Indonesia masih disubsidi oleh

negara (melalui APBN), sehingga menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah.

Untuk mengurangi beban subsidi tersebut pemerintah berusaha mengurangi

ketergantungan kepada energi bahan bakar minyak, dengan mencari dan

mengembangkan sumber energi lain yang murah dan mudah didapat.

Harus disadari bahwa saat ini Indonesia telah mengimpor minyak mentah maupun

BBM untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Hingga saat ini sumber
energi minyak bumi masih menjadi sumber energi utama didalam penggunaannya

terutama dalam bidang kelistrikan, industri dan transportasi. Ditengah krisis energi

saat ini timbul pemikiran untuk penganekaragaman energi (diversifikasi energi)

dengan mengembangkan sumber energi lain sebagai energi alternatif untuk

penyediaan konsumsi energi domestik.

Propinsi Sumatera Utara memiliki beranekaragam sumber daya energi, seperti

minyak dan gas bumi, panas bumi (geothermal), batubara, gambut, energi air, biogas,

biomassa, matahari, angin, gelombang laut dan lain lain. Potensi sumber daya energi

tersebut tersebar diseluruh daerah Kabupaten dan Kota menurut karekteristik dan

kondisi geologinya. Secara umum dalam pemakaian/konsumsi energi di Indonesia

masih mengandalkan dan bergantung pada sumber daya energi minyak bumi. Kondisi

real menunjukkan bahwa sumber daya energi minyak bumi akan habis dan memiliki

keterbatasan baik persediaan dalam bentuk cadangannya. Disisi lain permintaan

sumber daya energi tersebut semakin meningkat menyebabkan harga minyak

semakin tinggi sehingga mempunyai potensi pasar ekspor yang tinggi. Seharusnya

minyak bumi dapat diandalkan sebagai sumber pemasukan bagi pendapatan negara

dan hanya sebagai energi untuk keperluan tertentu yang secara teknologi harus

menggunakan bahan bakar minyak.

Energi listrik sebagai energi sekunder sangat populer digunakan diseluruh sektor

kegiatan. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai badan usaha milik negara,

menyelenggarakan tugas negara melakukan penyediaan dan pelayanan tenaga listrik,


dalam membangkitkan tenaga listrik masih banyak menggunakan sumber daya energi

minyak bumi. Suatu kondisi bahwa, perkembangan teknologi menunjukkan bahwa

hampir seluruh peralatan rumah tangga, perkantoran, perhotelan dan peralatan-

peralatan lainnya menggunakan energi listrik yang kesemua tersebut bergantung pada

bahan bakar minyak. Sementara teknologi konversi energi untuk pembangkit listrik

telah banyak ditemukan dengan berbagai skala dan kapasitas seperti energi sumber

daya air (PLTA), energi sumber daya nuklir (PLTN), energi sumber daya panas bumi

(Geothermal), energi biodisel dan lain sebagainya.

Ketergantungan pemanfaatan kepada minyak bumi ini tidak dapat dibiarkan, karena

kebutuhan energi terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk,

meningkatnya industrialisasi dan perkembangan teknologi yang serba canggih dan

mutakhir seperti pada saat sekarang ini. Komposisi penggunaan energi yang terlalu

bersandar pada bahan bakar minyak harus segera difikirkan dengan jalan

menganekaragamkan penggunaan sumber daya energi (diversifikasi energi) yang

berbasis pada potensi dan kebutuhan yang ada pada saat ini. Dalam upaya tersebut

perlu diketahui besaran penggunaan energi persektor kegiatan, jenis sumber daya

energi yang dapat digunakan, jenis pemanfaatan dan penggunaan energi, teknologi

penggunaan energi, lokasi/penyebaran kegiatan penggunaan energi.

Pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan perlu dikembangkan mengingat

peran dan harga BBM terus meningkat dan melambung tinggi sebagai pengganti

untuk penyedia energi yang berkesinambungan. Berbagai cara yang dilakukan untuk
mengetahui potensi sumber daya energi yang dapat dikembangkan di Sumatera Utara,

salah satunya adalah dengan melakukan pendataan. Berdasarkan data yang diperoleh

dapat ditentukan langkah serta strategi dalam pemanfaatan dan pengelolaan seluruh

potensi sumber kekayaan alam terutama sumber daya energi yang ada untuk

penyediaan kebutuhan energi pada wilayah tertentu dan jenis kegiatan, sehingga

dapat ditetapkan strategi pemanfaatannya. Penganekaragaman penggunaan energi

dengan memanfaatkan sumber daya energi setempat, diharapkan dapat mengurangi

ketergantungan pada sumber daya energi minyak bumi, sehingga dalam pemanfaatan

dan pengelolaan sumber daya energi minyak bumi harus benar-benar kepada yang

membutuhkannya terutama yang menjadi skala prioritas.

1.2. Perumusan Masalah

Beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam Analisis Pemanfaatan

Sumberdaya Energi Alternatif untuk Penyediaan Energi Masyarakat di Sumatera

Utara adalah :

a. Sumber energi minyak bumi/energi fosil akan habis dan bersifat irreversible

sehingga diperlukan diversifikasi energi.

b. Mencari sumber-sumber energi sebagai pengganti sumber energi minyak bumi.

c. Mendeliniasi pemanfaatan sumber energi, dengan melihat kondisi geografi dan

geologinya.

1.3. Maksud Dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan sumber-

sumber daya energi yang dapat dikembangkan dan diusahakan di daerah Sumatera

Utara, sebagai energi alternatif dengan memperhatikan kondisi geografi dan

geologinya. Upaya ini mengingat potensi dan cadangan minyak bumi terbatas jumlah

dan cadangannya, sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi.

1.4. Kontribusi Penelitian

Mengingat keterbatasan jumlah dan cadangannya, maka untuk mengurangi

ketergantungan terhadap sumber energi minyak bumi dilakukan dengan cara mencari

potensi dan sumber daya energi yang dapat menggantikannya dan dapat

dikembangkan sebagai diversifikasi energi dengan melihat kondisi geografi dan

geologinya.

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data awal

tentang potensi sumber daya energi yang dapat dikembangkan dan diusahakan

sebagai pengganti sumber daya energi minyak bumi, sehingga penggunaan dan

pemanfaatan sumberdaya energi minyak dan gas bumi benar-benar digunakan dan

dimanfaatkan tepat pada sasaran yang dimaksudkan (skala prioritas).

1.6. Lokasi Penelitian


Daerah penelitian terletak di wilayah Propinsi Sumatera Utara dalam hal ini masing-

masing daerah Kabupaten/Kota, dilakukan melalui pengumpulan data potensi sumber

daya energi dan kemudian mendeliniasi daerah-daerah Kabupaten dan Kota dengan

memperhatikan dan menentukan potensi sumber daya energi yang dapat dikelola dan

dikembangkan menurut karakteristik geologi/geografinya.

Gbr 1.1. Peta Lokasi Daerah Penelitian

1.7. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup Analisis Pemanfaatan Sumberdaya Energi Alternatif untuk

Penyediaan Energi Masyarakat di Sumatera Utara ini adalah untuk mendeliniasi

pemanfaatan sumberdaya energi minyak dan gas bumi, sehingga penggunaan dan

pemanfaatan sumber daya energi tersebut tepat kepada sasaran yang dimaksudkan
(skala prioritas). Kemudian mengingat demikian dominannya peran minyak bumi,

sementara itu terbatasnya potensi sumber daya minyak dan gas bumi maka perlu

dilakukan penganekaragaman penggunaan energi (diversifikasi energi) sebagai energi

alternatif yang dapat dikembangkan berlandaskan kepada potensi sumber daya alam

yang ada di daerah Sumatera Utara, sehingga kebutuhan energi tersebut dapat

dipenuhi.

1.8. Batasan Permasalahan

Ada beberapa parameter yang digunakan dalam analisis pemanfaatan sumber daya

energi sebagai energi alternatif yang dapat dikelola dan dikembangkan di daerah

Sumatera Utara. Penelitian ini dibatasi pada penyediaan data dan informasi energi

alternatif yang dapat dikelola dan dikembangkan di daerah. Kemudian perlu dicarikan

solusi dengan memanfaatkan potensi sumber daya energi sebagai energi alternatif,

dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi dan karakteritik

geologi/geografi di daerah dengan cara mendeliniasi daerah tersebut dan menentukan

sumber daya energi yang sesuai berdasarkan kondisi geologi dan geografinya.

1.9. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode studi

pustaka dan metode survey lapangan. Pada tahap studi pustaka dilakukan dengan

melakukan pengumpulan data sekunder yang meliputi mencari dan mengumpulkan

referensi yang berhubungan dengan penelitian kemudian dapat dijadikan landasan


teori untuk dapat menyelesaikan persoalan/ kendala yang dihadapai didalam

penelitian.

Metode survey lapangan dilakukan dengan pengumpulan data primer dan analisis

data, kompilasi data lapangan ke daerah kabupaten/kota. Data tersebut diolah

sehingga dapat menjawab permasalahan dan problematika yang ada didalam

penelitian ini. Hasil akhir dari penelitian ini disajikan dalam bentuk laporan

penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Peranan dari pada energi dapat dilihat dalam pemanfaatan dari sumber daya alam

yang dipunyai oleh tanah air kita bersama-sama dengan sumber daya manusia dan

teknologi. Ketiga sumber daya tersebut diatas, merupakan sumber daya produksi
yang langsung menunjang perekonomian bangsa. Dari zaman ke zaman tingkat

teknologi berubah terus sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Pada

zaman dahulu bangsa primitif dalam memenuhi kebutuhannya langsung

memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di alam ini tanpa proses perantara.

Kemajuan teknologi yang semakin meningkat sebagai sifat kompetitif dari teknologi

itu sendiri yang mengakibatkan penguasaan alam sekitar dan bukan lagi sebagai

penundukan, bahkan telah menjurus kepada pengurasan sebagai akibat kebutuhan

yang beranekaragam dari manusia, dimana hal ini juga terjadi di Indonesia.

Peranan bahan bakar minyak sebagai sumber energi di negara kita cukup besar. Perlu

disadari bahwa pada dasarnya minyak bumi merupakan sumber energi habis. Maka

tidak mustahil pada suatu ketika akan mengalami krisis dalam penyediaan energi

seperti yang terjadi saat ini. Untuk itu pada saat sekarang ini perlu difikirkan

pemanfaatan sumber energi sebagai energi alternatif dan menganekaragamkan

penggunaan energi (diversifikasi energi).

Krisis energi yang melanda dunia telah mendorong peningkatan upaya untuk

memanfaatkan energi yang bukan berasal dari energi fosil. Demikian juga yang

terjadi di negeri yang kita cintai ini. Tingginya tingkat konsumsi energi fosil (BBM)

dibandingkan dengan cadangan minyak bumi yang tersedia mengakibatkan sumber

minyak dan gas bumi Indonesia diperkirakan akan habis dalam rentang waktu 20

tahun mendatang. Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional mengalami

peningkatan dari tahun ketahun. Disisi lain, produksi minyak bumi dalam negeri
menunjukkan trend menurun. Upaya yang harus dilakukan adalah melalui

diversifikasi energi dan pencarian sumber-sumber lainnya.

2.1. Penggolongan Energi

Menurut Keoleian (2000), sumber energi terbagi atas dua golongan yaitu sumber

energi tak terbarukan (non renewable energy sources) dan energi yang terbarukan

(renewable energy resources). Sumber energi tak terbarukan bersifat konvensional

yang terdiri dari minyak bumi, gas alam dan nuklir, sedangkan yang nonkonvensional

adalah batubara, coalbed methan, shale gas, oil shale dan gambut. Energi tak

terbarukan bersifat habis dan tidak dapat didaur ulang.

Selanjutnya sumber energi terbarukan adalah geothermal, hydropower, ocean energy,

solar, wind dan bioenergi dan lain-lain. Sifat utama yang terpenting dari energi yang

terbarukan adalah ramah lingkungan dan dapat didaur ulang sehingga tidak akan

habis dari waktu ke waktu.

2.2. Pengembangan Energi Terbarukan

Energi baru menurut pengertian rancangan undang undang energi (RUU Energi)

merupakan energi yang sudah dikenal tetapi pemanfaatannya belum secara massal

dan komersial. Energi baru dapat bersumber dari energi terbarukan seperti angin,

surya, biofuel sedangkan energi baru yang bersumber dari mineral seperti uranium

(nuklir), batubara dan gambut. Beberapa energi pengganti yang bersifat terbarukan

seperti angin, bioenergi, energi surya, energi air dan panas bumi sampai saat ini
masih belum mencapai tahap yang dapat diandalkan secara komersial dan dalam

skala yang besar. Ada beberapa potensi energi yang terbarukan yang dianggap

memiliki prospek yang besar untuk dapat dikembangkan yakni energi air, panas bumi

dan bioenergi. Dimasa depan ketiga energi tersebut dapat menjadi pilihan sebagai

sumber energi untuk keperluan pengganti bahan bakar minyak (BBM).

Karateristik energi terbarukan hampir tidak memiliki kesamaan satu sama lain.

Meskipun demikian, teknologi energi terbarukan mempunyai beberapa sifat umum,

antara lain :

a. Sumber energi terbarukan tidak akan habis.

b. Sumber energi terbarukan secara geografis bersifat menyebar dan umumnya

dikembangkan dan dimanfaatkan didaerah tersebut.

c. Sumber energi terbarukan mempunyai densitas daya dan energi yang rendah.

d. Teknologi energi terbarukan pada umumnya bersifat ramah lingkungan.

e. Teknologi energi terbarukan pada umumnya memerlukan biaya kapital yang

tinggi tetapi biaya operasi yang rendah.

f. Energi terbarukan umumnya bersumber dari sumber daya alam dan dapat didaur

ulang

Disamping memiliki karateristik tertentu, energi terbarukan juga mempunyai

keunggulan yang menarik, seperti :

a. Sumber energi terbarukan merupakan sumber daya indigenous yang tersedia

dalam jumlah yang banyak


b. Beberapa energi terbarukan telah mencapai tahap yang kompetitif baik finansial

maupun ekonomi untuk aplikasi tertentu

c. Teknologi energi terbarukan bersifat fleksibel dan modular

d. Perkembangan teknologi yang cepat dari sistem energi terbarukan dapat

memperlebar skala ekonomi

2.3 Sumber Energi Alternatif

Sumber daya energi terbarukan adalah sumber energi yang outputnya akan konstan

dalam rentang waktu yang lama. Berbagai sumber daya energi yang dapat

dikembangkan sebagai energi alternatif di Sumatera Utara antara lain :

2.3.1. Sumber Daya Energi Air

Energi air merupakan air terjun atau air deras merupakan salah satu sumber daya

energi kekayaan alam yang mempunyai energi potensial yang dapat dimanfaatkan.

Pemanfaatan potensi ini sejak dahulu telah dikenal nenek moyang kita, terutama

untuk menumbuk padi dan menaikkan air kebutuhan pengairan sawah.

2.3.2. Panas Bumi (Geothermal)


Panas bumi merupakan salah satu jenis energi yang memanfaatkan energi panas yang

terdapat didalam bumi. Dibandingkan dengan jenis energi yang lain energi ini dapat

diperbaharui dan lebih ramah lingkungan. Di Indonesia cadangan panas bumi cukup

banyak yang tersebar di masing-masing propinsi sesuai dengan karakteristik geologi

dan tektonic setting yang bekerja pada daerah tersebut. Menurut data Direktorat

Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi tahun 2001, potensi energi panas bumi

Indonesia mencapai 27.000 megawatt. Lokasinya membentang sepanjang jalur

Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara sampai Sulawesi. Dari potensi tersebut baru

dapat dimanfaatkan (kapasitas terpasang) sebesar 800 Megawatt atau 3%. Energi ini

biasanya dimanfaatkan dalam dunia agroindustri seperti pengeringan, pengawetan,

sterilisasi, pemanasan dan lain-lain. Melihat kondisi penyebarannya hampir merata di

masing-masing Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara. Energi panas bumi ini

sangat prospek untuk menggantikan peran minyak dan gas bumi pada skala besar

(sebagai energi pada pembangkitan tenaga listrik).

2.3.3. Gas Bumi

Gas bumi/gas alam penggunaannya saat ini semakin populer, namun masih

dikelompokkan sebagai salah satu bentuk energi alternatif yang bisa diandalkan.

Peran gas bumi untuk menggantikan bahan bakar minyak terus berkembang. Jenis

energi ini lebih murah, ramah lingkungan dan tersedia dalam cadangan yang cukup

besar yang mampu memenuhi kebutuhan energi domestik Indonesia hingga beberapa

puluh tahun mendatang. Saat ini gas Indonesia hanya untuk ekspor, mengingat

kebijakan pemerintah selama ini lebih memfokuskan pada upaya memenuhi


kebutuhan pasar internasional. Indonesia merupakan negara pemasok utama gas bagi

negara industri seperti Jepang, Taiwan dan Korea Selatan. Dengan adanya krisis

energi ini diharapkan kebijakan pemerintah harus diubah, dengan mengutamakan

kepentingan energi dan kebutuhan lainnya di dalam negeri seperti untuk bahan baku

pupuk, sehingga Pupuk Iskandar Muda dan PT. Asean Fertilizer dapat terus

beroperasi kembali.

2.3.4. Batubara

Batubara merupakam endapan organik yang mutunya sangat ditentukan oleh

beberapa faktor, antara lain tempat terdapatnya cekungan, umur dan banyaknya

kontaminasi. Didalam penggunaannya sebagai bahan bakar, kualitas batubara sangat

menentukan didalam peralatan yang akan dipergunakan nantinya. Cadangan batubara

Indonesia sangat melimpah dan bisa menjadi andalan utama bagi pemenuhan

kebutuhan energi didalam negeri untuk jangka waktu puluhan tahun. Cadangan yang

besar membuat batubara bisa menjadi salah satu subtitusi minyak bumi atau alternatif

pengganti BBM. Hanya saja, perlu diingatkan bahwa batubara merupakan barang

tambang yang bersifat tidak bisa diperbaharui. Kemudian pemanfaatan batubara di

Indonesia sangat lambat, padahal kebutuhan energi industri maupun rumah tangga

dapat dipenuhi dari batubara. Berdasarkan data hasil eksplorasi selama 20 tahun

terakhir sumber daya batubara Indonesia diperkirakan mencapai 36,5 miliar ton.

Dengan tingkat produksi sekarang ini berarti deposit batubara yang dimiliki mampu

memasok kebutuhan energi dalam jangka waktu puluhan tahun. Masalah yang utama
pengadaan pengolahan menjadi briket batubara untuk siap pakai sangat minim. Disisi

lain, sebagian besar produksi batubara di Indonesia diekspor. Pada tahun 1994,

ekspor batubara mencapai 23,6 juta metrik ton, sedangkan pemakai domestik hanya

8,9 juta metrik ton.

Berdasarkan hal tersebut batubara sebenarnya dapat diandalkan sebagai pengganti

bahan bakar minyak disemua sektor kegiatan ekonomi. Tersedianya pengelolaan

pengusahaan menjadi kan batubara dalam bentuk briket batubara dapat sebagai

pengganti konsumsi minyak tanah disektor industri kecil dan sektor rumah tangga.

2.3.5. Bioenergi, Biogas dan Biomassa

Biofuel = biodiesel, straight vegetable oil (SVO), bioethanol (gasohol), biogas, bahan

bakar minyak berbasis biomass kayu (bio-[crude] oil). Biodiesel = metil ester (fatty

acid methyl ester, fame) hasil konversi asam-asam lemak trigliserida pada minyak

nabati yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak solar. SVO =

bahan bakar minyak dari minyak-minyak nabati yang telah diolah melalui proses

pemurnian (degumming, bleaching, deodorizing, fraksionasi) tanpa mengubah

struktur kimiawi minyak nabati tersebut. Bio-[crude]oil = bahan bakar berbasis

biomassa kayu atau straw melalui fast-pyrolysis or thermo chemical liquefaction.

Bioethanol = etanol dari sumber daya hayati yang dapat digunakan untuk bahan bakar

minyak sebagai gasohol, hydrous fuel ethanol, atau ETBE.

2.3.6. Energi Surya


Tenaga surya telah lama dikenal sejak zaman dahulu bahkan lebih tua dari

pemanfaatan tenaga angin. Pada abad 3 SM eksentrik zaman Yunani kuno

Archimedes sudah menggunakan cermin parabola untuk memantulkan sinar matahari.

Kemudian Antoine Bacqurk menemukan efek fotoelektrik yang menunjukkan bahwa

sinar matahari dapat menunjukkan, bahwa sinar matahari dapat menghasilkan arus

listrik melalui partikel-partikel.

Selanjutnya pada tahun 1954 para ilmuwan mengembangkan pembangkit energi

menjadi sel-sel fotovoltaik yang berperan sebagai penghantar energi dari panas sinar

matahari. Sel-sel fotovoltaik dalam bentuk panel silikon hablur tersebut yang

dikembangkan NASA semenjak tahun 1960 sebagai sumber energi matahari bagi

pesawat pengorbit bumi dan satelit ruang angkasa. Semenjak saat itu berbagai pihak

turut mengembangkan menjadi sumber energi untuk menggerakkan sistem

komonikasi jarak jauh, marka marka lalu lintas, hingga barang elektronik ringan

untuk keperluan sehari- hari. Negara Jepang terus mengembangkan pemanfaatannya

untuk menggerakkan kenderaan bermotor. Panel raksasa yang terkenal sebagai

penangkap sinar matahari adalah dikota Leipziq Jerman dimana mampu

menghasilkan tenaga listrik 5 MW dengan jumlah panel 33.500 panel fotovoltaik.

Pada tahun 1997, pemerintah Amerika Serikat dan Negara Uni Eropa meluncurkan

satu program Atap Bangunan Bertenaga Matahari (solar roof program), dengan

kompensasi keringanan pajak serta subsidi kepada warganya yang membangun

rumah dengan atap tenaga matahari. Indonesia sebagai negara tropis, memiliki
potensi energi surya dengan radiasi harian matahari rata-rata 4,8 kwh per meter

persegi. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian lembaga Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT), yang dihimpun 18 lokasi radiasi sinar surya dibedakan

menjadi dua kawasan yaitu kawasan barat dan timur. Pada kawasan barat sekitar 4,5

kwh per meter persegi per hari dengan variasi bulanan sekitar 10%. Sedangkan pada

kawasan timur 5,1 kwh per meter persegi dengan variasi bulanan sekitar 9%. Kendala

yang dihadapi untuk saat ini harga sel-sel surya (solar cell) penangkap sinar matahari

sangat mahal. Sebagai contoh sebuah panel surya berdaya 1.285 watt, berharga

$15.000, sudah termasuk baterai untuk menyimpan energi ketika matahari tidak

bersinar.

Radiasi sinar matahari merupakan sumber energi yang tersedia dan melimpah di bumi

kita ini. Energi surya yang diterima dipermukaan bumi dalam satu jam hampir sama

dengan dua kali total konsumsi energi tahunan dunia saat ini. Intensitas matahari di

wilayah Sumatera Utara mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan untuk

pembangkit listrik dan pemanas air.

2.3.7. Tenaga Angin

Angin adalah massa udara yang bergerak yang pada dasarnya timbul akibat

penghangatan udara oleh matahari, sebenarnya merupakan cara lain untuk

mengumpulkan tenaga surya. Bedanya energi ini bisa tetap tersedia dalam cuaca

berawan sementara tenaga surya tidak. Kincir angin telah banyak dikenal, baik
sebagai energi untuk menaikkan air, penggilingan pada industri. Juga nenek moyang

kita telah memanfaatkannya pada kapal layar.

Untuk membangun pemanfaatannya dibutuhkan kompleks prasarana produksi yang

cukup luas terutama untuk produksi masal. Namun karena angin yang tersedia di

mana-mana, maka tenaga ini sangat mungkin didesentralisasikan pada skala

menengah dan kecil. Kecepatan angin umumnya relatif rendah dengan kontiunitas

tidak tetap. Pada daerah pantai dan perbukitan dapat dikembangkan dan dimanfaatkan

sebagai tenaga mekanis (untuk memutar pompa).

2.3.8. Gambut

Gambut adalah sisa timbunan tumbuhan yang telah mati dan kemudian diuraikan

oleh bakteri anaerobik dan aerobik menjadi komponen yang lebih stabil. Selain zat

organik yang membentuk gambut terdapat juga zat anorganik dalam jumlah yang

kecil. Di lingkungan pengendapannya gambut selalu dalam keadaan jenuh air.

Zat organik pembentuk gambut sama dengan tumbuhan dalam perbandingan yang

berlainan sesuai dengan tingkat pembusukannya. Zat organik tersebut terdiri dari

cellulosa, lignin, humus, bitumin dan lain lain. Unsur-unsur pembentuk gambut

sebagian besar terdiri dari karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N) dan oksigen (O),

selain unsur utama tersebut terdapat unsur lain Al, Si, S, P, Ca dan lain-lain, dalam

bentuk terikat. Tingkat pembusukan gambut akan menaikkan kadar karbon (C) dan

menurunkan oksigen (O).


2.3.9. Energi Laut

Energi laut di Indonesia memiliki prospek baik, hal ini karena negara kita mempunyai

pantai yang panjang, banyak pulau dan selat, sehingga arus alut akibat interaksi bumi-

bulan-matahari mengalami percepatan saat melewati selat-selat tersebut. Disamping

itu, Indonesia juga tempat pertemuan arus laut yang diakibatkan oleh konstanta

pasang surut M2 yang dominan di Samudra Hindia dengan periode sekitar 12 jam dan

konstanta pasang surut K1, yang dominan di Samudra Pasifik dengan periode lebih

kurang 24 jam. M2 adalah konstanta pasang surut akibat gerak bulan mengelilingi

bumi, sedangkan K1 adalah konstanta pasang surut yang diakibatkan oleh

kecondongan orbit bulan saat mengelilingi bumi. Interaksi bumi-bulan diperkirakan

menghasilkan daya energi arus pasang surut setiap harinya 3,17 TW.

Ada tiga macam energi yang bisa dihasilkan Samudra, yaitu : Pertama adalah energi

panas laut yang dihasilkan dengan memanfaatkan perbedaan temperatur dipermukaan

dan dasar laut. Kedua energi pasang surut yang menggunakan prinsip beda ketinggian

antara laut pasang terbesar dan laut pasang surut terkecil. Sedangkan yang ketiga

energi gelombang (wave energy). Inilah pembangkit energi yang memanfaatkan

ketinggian dan panjang gelombang. Potensi inilah yang kemudian dimanfaatkan dan

diolah menjadi tenaga listrik melalui turbin.

2.3.10. Teknologi Nano


Salah satu sumber energi alternatif yang saat ini banyak menjadi perhatian dan

menarik bagi para peneliti adalah penggunaan teknologi nano. Teknologi nano

bukanlah sebagai sumber energi langsung melainkan membantu mengefisiensikan

penggunaan energi. Kemampuan teknologi nano dalam memanipulasi lapisan

elektronik baik pada sel surya dan fuel cell maupun lapisan penyimpan energi seperti

baterai membuat banyak ilmuan/peneliti percaya teknologi nano akan menjadi energi

alternatif. Disamping itu kemampuan teknologi nano khususnya dalam nano material

untuk menghasilkan lapisan yang sangat efesien dalam mengkonversikan energi

diharapkan dapat menjadi sumber energi alternatif masa depan.

2.3.11. Fusi

Fusi merupakan reaksi penggabungan inti atom sehingga diharapkan menjadi

revolusi sumber energi potensial dimasa yang akan datang. Prinsipnya memanfaatkan

bintang-bintang yang terbakar. Diproduksi ketika dua atom digabungkan menjadi

satu, diperkirakan bahan bakar yang tersedia dari cara ini cukup untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi dunia.

2.3.12. Nuklir

Di seluruh dunia terdapat 440 pembangkit listrik tenaga nuklir yang menghasilkan

16% energi listrik dibumi. Manfaat dari pembelahan inti atom memang banyak

seperti energi melimpah dan tak ada emisi karbondioksida. Tetapi seiring dengan

masalah utama yang berkaitan dengan energi nuklir seperti “kasus chernobil”,
menyebabkan energi ini lebih mahal ketimbang energi fosil. Hal tersebut belum lagi

tantangan limbah radioaktif .

2.3.13. Tenaga Baterai

Yang dimaksud dengan tenaga baterai adalah sel-sel elektrokimia yang

mengkombinasikan bahan bakar dan oksidanya ke dalam cairan elektrolit. Inilah yang

kemudian menghasilkan ion penghantar arus dan pada saat bersamaan langsung

mengubah menjadi tenaga listrik, sehingga tidak diperlukan pengisian ulang

sepanjang suapan bahan bakarnya (biasanya hidrogen, amonia) beserta oksidannya

(umumnya udara atau oksigen) terus tersedia dari luar. Namun alternatif ini masih

memerlukan penelitian yang panjang mengingat cara penggunaan langsung hidrogen

murni sebagai bahan bakar utama lewat proses elektrolisis belum efesien.

2.4. Kebijakan Energi Nasional

Kebijakan bidang energi didasarkan searah dengan strategi pembangunan daerah

untuk menunjang tercapainya sasaran pembangunan jangka panjang yang

dilaksanakan secara bertahap. Sejalan dengan itu sasaran kebijakan pembangunan.

dibidang energi diarahkan pada pengelolaan energi secara hemat dan efisiensi,

dengan memperhitungkan kebutuhan energi, peluang ekspor dan kelestarian sumber

daya energi untuk jangka panjang. Upaya penganekaragaman sumber energi dengan
usaha untuk mengembangkan dan memanfaatkan serta memasyarakatkan sumber

energi alternatif.

2.4.1. Tujuan Kebijakan Energi Nasional

Kebijakan energi nasional bertujuan untuk mengarahkan upaya-upaya dalam

mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri dengan kebijakan utama, antara

lain :

a. Penyediaan energi, melalui :.

§ Penjaminan ketersediaan pasokan energi di dalam negeri, sesuai dengan

kebutuhan dan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat, sehingga dapat

meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia secara merata dan mendorong laju

perkembangan sosial ekonomi yang cukup tinggi.

§ Pengoptimalan produksi energi.

§ Pelaksanaan konservasi energi

b. Pemanfaatan energi, melalui :

§ Efisiensi pemanfaatan energi.

§ Diversifikasi energi.

c. Penetapan kebijakan harga energi ke arah harga keekonomian dengan tetap

mempertimbangkan kemampuan usaha kecil, dan bantuan bagi masyarakat tidak

mampu.

d. Pelestarian lingkungan dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.


Kebijakan pendukung, meliputi :

a. Pengembangan infrastruktur energi termasuk peningkatan akses konsumen

terhadap energi.

b. Kemitraan pemerintah dan dunia usaha.

c. Pemberdayaan masyarakat.

d. Pengembangan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan.

2.4.2. Sasaran Kebijakan Energi

Sasaran yang ingin dicapai adalah melanjutkan usaha pengurangan peranan minyak

bumi sebagai sumber energi dengan meningkatkan peranan sumber energi lain

sebagai pengganti. Sasaran kebijakan energi nasional adalah :

1. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025,

2. Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu

peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional :

a. Minyak bumi menjadi kurang dari 20%.

b. Gas bumi menjadi lebih dari 30%.

c. Batubara menjadi lebih dari 33%.

d. Bahan bakar nabati (biofuel), menjadi lebih dari 5%.

e. Panas bumi menjadi lebih dari 3%.


f. Energi baru terbarukan lainnya, khususnya biaomassa, nuklir, biogas, tenaga

surya dan tenaga angin menjadi lebih dari 5%.

g. Bahan bakar dicairkan menjadi lebih dari 2%,

BAB III
POTENSI SUMBER DAYA DAN
PEMANFAATAN ENERGI DI SUMATERA UTARA

Adanya krisis minyak pada dasawarsa terakhir ini telah menstimulir upaya untuk

melepaskan ketergantungan terhadap minyak bumi dengan mencari sumber-sumber

energi lain. Pengembangan sumber daya energi alternatif saat ini lebih didasarkan

oleh keinginan untuk mengembangkan sistem energi yang mendukung upaya

pelestarian dan menjamin penyediaan pasokan energi menunjang kelangsungan

pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Hardi. P. Agung (Staf Ahli Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral), pada Seminar Bahan Bakar Minyak tanggal 13

April 2006 di Medan, bahwa cadangan minyak Indonesia sudah sangat menurun.

Berdasarkan hasil audit sekarang ini cadangan minyak Indonesia tinggal 4,7 milyar

barel, sementara produksi minyak Indonesia saat ini 1 (satu) juta barel pertahun.
Diperkirakan cadangan minyak Indonesia tinggal 12-15 tahun lagi. Sedangkan trend

komsumsi BBM meningkat terus dan telah mencapai 1,1 juta barel per tahun,

menunjukkan kita harus mengimport minyak mentah untuk menutupi kekurangan

tersebut.

3.1 Potensi Sumber Daya Energi

Kekayaan sumber daya energi di Sumatera Utara beranekaragam, yaitu ; minyak dan

gas bumi, tenaga air, batubara, gambut, panas bumi, biogas, biomassa, tenaga surya,

tenaga angin, tenaga pasang surut air laut dan tersedianya lahan untuk pengembangan

biofuel dan lainnya. Potensi yang kita miliki ini sebagian besar belum dimanfaatkan

dan mempunyai prospek dikembangkan untuk pemenuhan kebutuhan energi.

3.1.1 Tenaga Air

Daerah Sumatera Utara secara morfologi tersusun oleh morfologi pegunungan,

perbukitan dan dataran. Dengan kondisi tersebut memungkinkan daerah ini memiliki

potensi sumber daya energi air yang cukup besar. Pada daerah pegunungan/

perbukitan yang secara hidrologi merupakan daerah tangkapan air (cathment area)

merupakan daerah yang kaya akan potensi sumber daya energi air.

Air sebagai kekayaan alam yang dapat diperbaharui, tenaga air yang dimiliki sebagai

salah satu sumber energi dapat dimanfaatkan secara langsung untuk tenaga mekanis.

Disamping digunakan sebagai energi lain, yang terpenting usaha pengembangan

tenaga air adalah untuk pembangkit listrik. Berdasarkan hasil pendataan yang
dilakukan bahwa potensi tenaga air di Propinsi Sumatera Utara sebesar

1.876.606,5 KW dengan rincian sebagai berikut :

- skala besar dan menengah 1.723.054 KW tersebar pada 23 lokasi

- skala mini 143.019,9 KW tersebar di 82 lokasi

- skala mikro : 6.532,69 Kw tersebar pada 87 lokasi

Rincian data potensi tenaga air dan penyebarannya di Sumatera Utara sebagaimana

pada Lampiran 1 - 11.

3.1.2. Batubara

Batubara mempunyai nilai kalor cukup tinggi untuk menghasilkan energi. Nilai kalor

batubara hampir setara dengan kalor minyak solar. Dari penyelidikan pendahuluan

dan pengukuran, cadangan batubara di Propinsi Sumatera Utara cukup banyak yang

tersebar di daerah Kabupaten. Dari beberapa daerah yang dilakukan penyelidikan

batubara di Sumatera Utara tersebar di 6 (enam) Kabupaten.

Jenis batubara yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara mempunyai nilai kalor

berkisar sekitar 3500 – 6000 kkal/ Kg. Data dan lokasi batubara di Sumatera Utara

selengkapnya sebagaimana disusun pada Lampiran 12 - 17.

3.1.3. Panas Bumi

Daerah Sumatera Utara secara geologi terletak pada jalur gunung api (volcanic belt)

dan dibatasi oleh tinggian-tinggian dan patahan Sumatera (sesar Semangko). Kondisi
geologi tersebut menyebabkan daerah ini memiliki potensi panas bumi yang tersebar

pada daerah gunung api. Berdasarkan data yang ada potensi panas bumi di daerah ini

sudah cukup layak untuk dikembangkan.

Panas bumi merupakan energi terbarukan, yang apabila digunakan secara bijaksana

akan dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan terus menerus. Lambatnya

perkembangan energi panas bumi disebabkan karena dari hasil perhitungan mahalnya

biaya pembangunan pembangkit per kWH dibandingkan energi fosil. Tetapi seiring

dengan meningkatnya harga minyak bumi yang begitu tinggi dan dikurangi beban

subsudi yang selama ini ditanggung pemerintah serta semakin menipis dan

terbatasnya jumlah cadangannya diharapkan pemanfaatan energi panas bumi dapat

segera tumbuh dan terealisasi secara baik dan optimal. Potensi panas bumi di Propinsi

Sumatera Utara berkisar 1.870 MW, tersebar di 5 (lima) Kabupaten. Data potensi dan

penyebaran panas bumi di Sumatera Utara sebagaimana pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Potensi Panas Bumi di Sumatera Utara

No Daerah Lapangan MW
1 Tapanuli Selatan Sibual Buali 750
2 Mandailing Natal Sorik Merapi 250
3 Tapanuli Utara Sarulla 630
4 Samosir Pusuk Bukit 100
5 Karo Sibayak 240

3.1.4. Gambut
Gambut di Propinsi Sumatera Utara terdapat di Kabupaten Labuhan Batu dan

Kabupaten Humbang Hasundutan. Di daerah Kabupaten Labuhan Batu terdapat di

Sungai Barumun dan Sungai Bilah dengan luas areal 500 Km2 dan ketebalan rata-rata

1 - 2 meter. Potensi gambut di Kabupaten Humbang Hasundutan terdapat di daerah

Siborong Borong, Lintong Nihuta dengan jumlah cadangan belum diketahui secara

rinci.

3.1.5. Gas Bumi

Cadangan gas bumi di Propinsi Sumatera Utara ditemukan di daerah Kabupaten

Langkat dan lepas pantai Selat Malaka, yaitu : pada lapangan Pangkalan Susu,

Arubay, Aru (off shore) dan Secanggang. Jumlah potensi gas bumi dari lapangan

tersebut berkisar 9.422 BCF. Di Kabupaten Deli Serdang terdapat di Hamparan

Perak, Diski dan Polonia. Di samping itu pernah dilakukan pemboran eksplorasi 3

(tiga) sumur di Binanga Kabupaten Tapanuli Selatan dan sedang berlangsung

eksplorasi di Blok Kisaran Kabupaten Labuhan Batu oleh PT. Caltex Oil. Data dan

informasi rinci cadangan dan produksi minyak dan gas bumi ini pun sampai saat ini

belum dapat diperoleh.

3.1.6. Biogas

Kotoran ternak melalui proses fermentasi akan menghasilkan gas metan (CH4) yang

disebut sebagai biogas. Gas ini mempunyai nilai bakar (nilai kalor) dan dapat

dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Untuk memproduksi biogas, proses dilakukan


didalam suatu ruangan pencerna (digester), dan gas yang dihasilkan dikumpul pada

sisi atas dari ruang tersebut, untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan.

Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga, yaitu

bahan bakar memasak makanan di dapur dan lampu penerangan. Sisa kotoran ternak

yang telah diproses permentasi (dikeluarkan biogasnya) sangat cocok untuk pupuk

organik. Populasi ternak ini tersebar dan terdapat di beberapa daerah yaitu daerah

Tapanuli Selatan, Kisaran, Tapanuli Utara dan Labuhan Batu. Nilai kalor biogas yang

dihasilkan berkisar 5500 - 6000 Kkal/m3.

3.1.7. Biomassa

Biomassa adalah suatu jenis gas yang dapat diproduksi melalui proses fermentasi dari

limbah pertanian. Sama halnya dengan pembuatan biogas, proses dilakukan didalam

suatu ruangan pencerna (digester), dan gas yang dihasilkan dikumpul pada sisi atas

dari ruangan tersebut. Limbah pertanian seperti cangkang sawit, batok kelapa, kayu

dapat langsung dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Nilai kalor yang dihasilkan

berkisar 5500 s/d 6000 Kkal/m3. Potensi limbah pertanian banyak terdapat di areal

perkebunan.dan hutan merupakan bagian yang tidak dapat diproses lagi yang

merupakan produk sampingan. Dari pengumpulan data yang dilakukan hanya

Kabupaten Mandailing Natal yang memiliki data biomassa dan selengkapnya

sebagaimana pada Lampiran 18.

3.1.8. Energi Surya


Daerah tropis menerima sinar matahari dengan intensitas dan kontinuitas yang tinggi.

Potensi ini dapat dimanfaatkan sebagai energi, dengan teknologi solar sel dapat

membangkitkan tenaga listrik dan dengan memfokuskan sinar matahari dapat

digunakan untuk memanaskan air.

3.1.9. Energi Angin

Kecepatan masa angin umumnya relatif rendah dengan kontinuitas yang tidak tetap.

Kecepatan angin didaerah pantai dan daerah perbukitan relatif lebih tinggi, dapat

dimanfaatkan sebagai tenaga mekanis pemutar pompa untuk menaikkan air.

3.1.10. Energi Laut

Beda tinggi antara pasang naik dan pasang surut, dapat menghasilkan energi.

Pemanfaatan diatur dengan konstruksi sedemikian, dimana disaat pasang naik massa

air disimpan dan dilepaskan saat pasang surut terendah. Energi potensial dari air

tersebut digunakan untuk memutar turbin/kincir sehingga menghasilkan energi putar

(energi mekanik). Teknologi pengembangan pemanfaatan energi laut ini masih tahap

percobaan konstruksi dan model. Demikian juga dengan pemanfaatan energi

gelombang laut.

3.2. Pemanfaatan sumber Daya Energi


3.2.1. Minyak Bumi

Pada era ini energi merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia sehari-

hari. Bahan bakar minyak (BBM) yang merupakan hasil proses dari minyak bumi,

masih merupakan energi utama yang digunakan diseluruh kegiatan-kegiatan.

Penggunaan energi dimaksud diatas meliputi penggunaan di sektor listrik,

transportasi, industri, komersial (perkantoran dan hotel), rumah tangga dan lainnya.

Khusus disektor transportasi, perkembangan teknologi menunjukkan, seluruh alat

angkutan baik darat, laut maupun udara menggunakan bahan bakar minyak. Sebagai

dampak kebijakan subsidi bahan bakar minyak masa lalu, bahan bakar minyak

(BBM), memegang posisi yang sangat tinggi dibandingkan dengan sumber daya

energi lainnya yaitu mencapai 52% dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional.

Tingkat konsumsi BBM secara nasional pada tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 2

berikut :

Tabel 2. Konsumsi Bahan Bakar Minyak Nasional Tahun 2005

Minyak Minyak Minyak Minyak Minyak


Sektor
Tanah Premium Solar Diesel Bakar
Transportasi - 17.471.139 12.078.204 70.879 277.679
Industri 90.984 - 8.388.270 811.798 2.310.023
Pembangkitan
- - 7.108.889 16.107 2.098.580
Listrik
R. Tangga 11.233.237 - - - -
Total 11.324.221 17.471.139 27.535.363 898.784 4.686.282
Sumber : Data Penjualan BBM Pertamina Unit Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negeri I Medan
Propinsi Sumatera Utara tercatat daerah di luar Pulau Jawa yang menggunakan energi

terbesar. Hal ini terjadi seiring dengan pesatnya pertumbuhan industri dan sektor

lainnya, sebagai realisasi dari program pembangunan yang memprioritaskan

pembangunan sektor industri. Sebagai dampak dari kebijakan pemerintah, terlihat

bahwa konsumsi energi di seluruh sektor kegiatan pembangunan di Propinsi

Sumatera Utara yaitu sektor transportasi, sektor industri, sektor listrik dan sektor

rumah tangga serta sektor lainnnya cenderung menggunakan minyak dan gas bumi.

Peningkatan kebutuhan energi ini diperkirakan terus meningkat dimasa yang akan

datang, paralel dengan peningkatan kehidupan masyarakat dan kemajuan teknologi.

Ini dapat dilihat dari hasil penjualan tiap jenis BBM pada sektor kegiatan di Propinsi

Sumatera Utara seperti Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Data Konsumsi BBM di Sumatera Utara Tahun 2003 - 2006

Kebutuhan
Tahun BBM (dalam KL) Elpiji
Sektor Premium Minyak Minyak Minyak Minyak (dalamMT)
Tanah Solar Diesel Bakar
Transportasi 791,095 - 795,072 9,563 8,963 -
2003 Rmh.Tangga - 790,521 - - - 40,336
Industri 3,225 615 361,318 35,266 137,225 900
Listrik - - 598,182 - 342,019 -
Transportasi 910,579 - 861,736 6,882 8,503 -
Rmh.Tangga - 780,342 - - - 42,113
2004 Industri 3,609 1,185 357,077 32,274 134,029 1,383
Listrik - - 604,758 - 303,377 -
Transportasi 988,023 - 903,238 9,323 13,340 -
Rmh.Tangga - 722,068 - - - 39,967
2005 Industri 3,318 1,185 315,604 26,264 132,793 398
Listrik - - 618,591 - 281,387 -
Transportasi 548,496 - 443,459 3,357 6,663 -
Rmh.Tangga - 393,210 - - - 20,364
2006* Industri 1,592 555 115,956 8,178 39,998 159
Listrik - - 342,795 - 153,898 -
Sumber : Data Penjualan BBM Pertamina Unit Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negeri I Medan
* Kebutuhan BBM dan Elpiji sampai dengan bulan Juni 2006

3.2.2. Gas Bumi

Penggunaan gas bumi sebagai bahan bakar terus berkembang yaitu disektor listrik,

industri dan rumah tangga. Pemanfaatan gas bumi sebagai bahan bakar memberi

keuntungan disamping harga yang murah, dan juga relatif aman terhadap lingkungan

dibandingkan sumber energi lainnya. Penggunaan gas bumi dan sektor kegiatan

sebagaimana Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4. Data Pemakian Gas Per Sektor Pelanggan Industri Distrik


Medan (dalam M3)

Sektor Industri Tahun


2003 2004 2005
Chemical 86,699,208 80,639,325 117,124,415
Metal 27,592,883 26,442,259 28,208,852
Food 17,368,652 18,145,267 9,280,911
Glass 22,847,359 29,837,176 29,1556,669
Paper 3,081,635 3,321,507 2,892,756
Textile 649,617 572,503 557,810
Total 158,239,354 158,958,037 187,221,413
Sumber : PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

3.2.3. Panas Bumi


Potensi panas bumi di Propinsi Sumatera Utara berkisar 1.870 MW dan telah

dilakukan penelitian eksplorasi di 3 (tiga) lokasi, yaitu di Sibualbuali Sipirok, Sarulla

dan Sibayak. Sedangkan yang baru termanfaatkan relatif sangat kecil yaitu di Sibayak

dengan telah dimanfaatkan sebesar 2 Megawatt (MW). Dalam waktu dekat Pertamina

akan mengembangkan hingga 5 MW. PT Unocal juga telah melakukan eksplorasi di

Desa Silangkitang Sarulla dan memperoleh panas bumi mencapai 330 MW. Dalam

waktu dekat ini akan dibangun PLTP Sarulla dengan daya terpasang sebesar 50 MW

dan pembangunan secara bertahap hingga mencapai daya terpasang 330 MW.

3.2.4. Tenaga Air

Zaman dahulu tenaga air dimanfaatkan untuk menumbuk padi. Pemanfaatan tenaga

air ini terus dikembangkan untuk membangkitkan tenaga listrik. Sampai saat ini

tercatat telah dibangun 33 unit PLTMH dengan daya terpasang 735,5 KVA, 23 unit

PLTM dengan daya terpasang 15.044 KVA dan 8 unit PLTA dengan daya terpasang

602.600 KVA.

Pada masa yang akan datang dalam rangka penyediaan tenaga listrik di Sumatera

Utara akan dibangun PLTA baik oleh PT. PLN maupun Swasta, antara lain : PLTA

Renun 2 x 41 MW; PLTA Sipansihaporas 50 MW; PLTA Asahan I : 2 x 90 MW;

PLTA Asahan III 400 MW dan PLTA Wampu 85 MW.

3.2.5. Tenaga Surya


Pada daerah yang sangat terpencil dan sulit terjangkau jaringan PT. PLN,

pemanfaatan tenaga surya untuk penyediaan energi khususnya penyediaan energi

listrik adalah alternatif penting Pemerintah, melalui Departemen Kesehatan telah

memanfaatkan tenaga surya untuk tenaga listrik pada peralatan pendingin (kulkas)

Puskesmas serta Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera Utara secara

bertahap terus membangun PLTS sesuai dengan kemampuan dana yang tersedia.

3.2.6. Batubara

Pengusahaan batubara yang terdapat di Sumatera Utara belum dilakukan dalam skala
industri. Eksploitasi batubara dilokasi Sungai Bilah Labuhan Batu masih dilakukan
secara tradisional dengan produksi yang relatif kecil.

3.2.7. Gambut

Pengusahaan penambangan gambut di daerah Lintong Nihuta telah berproduksi dan

dimanfaatkan PT. Pulp Toba Lestari sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik.

Upaya pengembangan briket gambut untuk bahan bakar keperluan rumah tangga dan

industri kecil menggantikan peran minyak tanah telah dilakukan. Namun upaya ini

tidak berkembang disebabkan kurangnya minat masyarakat.

3.2.8. Biogas
Pengembangan pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak

di sektor rumah tangga mengalami kendala psikologi, mengingat biogas yang

bersumber dari kotoran.

3.2.9. Biomassa

Limbah pertanian yaitu biomassa, seperti kayu-kayuan dan batok kelapa telah lama

digunakan secara langsung oleh masyarakat sebagai bahan bakar baik untuk

kebutuhan memasak di rumah tangga maupun untuk industri. Perkebunan kelapa

sawit umumnya menggunakan limbah cangkang sawit untuk digunakan sebagai

bahan bakar pembangkit listrik untuk keperluan sendiri dan bahan bakar

memproduksi uap untuk keperluan proses pengolahan sawit.

3.2.10. Tenaga Angin

Tenaga angin masih dimanfaatkan hanya untuk memutar pompa air, untuk menaikkan

air keperluan irigasi.

3.3. Kelistrikan Sumatera Utara

Tenaga listrik adalah salah satu bentuk energi sekunder yang sangat penting artinya

dalam kehidupan dan mendorong peningkatan kegiatan perekonomian. Pada era ini
sebagian besar peralatan teknologi menggunakan tenaga listrik sebagai sumber

energi. Demikian penting dan strategisnya peran tenaga listrik, penyediaannya pada

dasarnya dilakukan oleh negara. PT. PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik

Negara diberi tugas melakukan penyediaan dan pelayanan tenaga listrik kepada

masyarakat luas untuk seluruh sektor kegiatan. Disamping PT. PLN (Persero),

penyediaan tenaga listrik juga dapat dilakukan oleh pihak lain dalam bentuk usaha

ketenagalistrikan untuk keperluan umum (UKU) dan usaha ketenagalistrikan untuk

kepentingan sendiri (UKS).

PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara dalam melakukan penyediaan dan

pelayanan tenaga listrik mengalami permasalahan yang kompleks. Daya terpasang

yang ada belum mampu melayani kebutuhan. Pertumbuhan kebutuhan yang terus

meningkat tidak diikuti dengan pembangunan pembangkit. Kondisi pelayanan saat ini

selalu mengalami pemadaman bergilir, keadaan ini disebabkan daya mampu dibawah

dari pada beban puncak. Sementara permintaan pelayanan penyediaan tenaga listrik

dari tahun ketahun terus meningkat. Data pertumbuhan pelayanan tenaga listrik dari

tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 5. Sedangkan data pembangkit listrik yang

terdapat di Sumatera Utara sebagaimana pada Lampiran 19 – 25.


Tabel 5. Data Pelayanan Listrik Per Sektor Pelanggan

Pelanggan
Tahun
Tarif 2003 2004 2005 Target 2006
Rumah tangga 1.868.503 1.929.419 2.002.956 2.095.806
Bisnis 68.282 71.174 73.364 81.213
Industri 3.763 3.641 3.590 4.030
Publik 44.677 47.408 49.561 52.962
Multiguna - - - -
Total 1.985.225 2.051.642 2.129.471 2.234.011

KVA Pelanggan
Tahun
Tarif 2003 2004 2005 Target 2006
Rumah tangga 1.198.531 1.258.077 1.336.265 1.414.485
Bisnis 318.585 348.105 382.066 411.198
Industri 634.341 653.508 644.232 672.592
Publik 133.733 150.024 163.301 169.365
Multiguna - - - -
Total 2.285.189 2.409.714 2.525.864 2.657.639

MWH Jual
Tahun
Tarif 2003 2004 2005 Target 2006
Rumah tangga 1.788.593 1.914.058 1.989.333 2.147.184
Bisnis 492.628 559.115 609.106 678.792
Industri 1.593.199 1.620.232 1.635.369 1.693.072
Publik 266.889 338.629 367.690 423.391
Multiguna 9.112 7.935 11.874 8.199
Total 4.150.421 4.439.969 4.613.372 4.950.637
Sumber : PT. PLN (Persero ) Wilayah Sumatera Utara.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pemanfaatan Bahan Bakar Minyak

Bahan bakar minyak masih merupakan sumber energi utama untuk penyediaan

kebutuhan energi dalam menunjang seluruh sektor kegiatan pembangunan di Propinsi

Sumatera Utara. Kemajuan teknologi sampai era ini menunjukkan bahwa bahan bakar

minyak merupakan sumber energi yang paling efisien, murah dan populer serta baik

digunakan untuk mesin tetap/diam (statyc engine) maupun mesin bergerak (dinamyc

engine).

Sebagian besar pembangkit listrik menggunakan bahan bakar minyak selama ini

digunakan untuk keperluan penyediaan tenaga listrik disektor industri. Khusus

pembangkitan PT. PLN (Persero) Wilayah II PLTG Sicanang, akibat terbatasnya

pasokan gas alam maka substitusi bahan bakar minyak untuk menggantikan gas alam

akan terus meningkat. Sulitnya dan tingginya harga minyak pada akhir-akhir ini

menjadi kendala dalam menjamin keandalan pelayanan tenaga listrik. Keadaan ini

berdampak kepada seringnya terjadi pemadaman listrik.


Di sektor industri, baik industri besar, menengah maupun kecil pembangunan

pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) untuk penyediaan tenaga listrik untuk

keperluan sendiri sudah seharusnya dilakukan oleh para pengusaha. Sedangkan untuk

industri kecil dan industri rumah tangga umumnya masih dapat menggunakan bahan

bakar minyak sebagai energi pada proses produksinya. Di sektor rumah tangga

khusus untuk keperluan memasak, peran bahan bakar minyak masih dominan dan

secara perlahan akan beralih kepada energi listrik, gas alam dan elpiji. Sedangkan

masyarakat di pedesaan sebagian besar menggunakan kayu bakar. Di sektor

transportasi, sumber energi bahan bakar minyak masih dominan. Ini ditunjukkan

bahwa teknologi peralatan transportasi, baik darat, laut dan udara masih

memanfaatkan bahan bakar minyak sebagai energi.

4.2 Pengembangan Sumber Daya Energi

Minyak bumi sebagai bahan dasar bahan bakar minyak merupakan sumber energi

tidak terbarukan, dimana cadangannya akan habis. Kenyataan bahwa, pada kondisi

saat ini, untuk kebutuhan bahan bakar minyak domestik kita telah mengimpor.

Kekayaan dan keanekaragaman sumber daya energi di daerah Sumatera Utara

merupakan potensi kekayaan yang dapat dikembangkan untuk melayani kebutuhan

energi yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Pemanfaatan sumber daya energi

yang tidak bernilai ekspor perlu segera dikelola dan dikembangkan dalam upaya
mengurangi ketergantungan terhadap salah satu jenis energi terutama minyak bumi

(BBM) / energi fosil lainnya yang jumlah cadangannya semakin kecil dan terbatas.

Kedepan, upaya pengembangan dan pemanfaatan sumber energi lain yang ada di

daerah Sumatera Utara perlu menjadi pemikiran. Khususnya pengembangan sumber

energi yang teknologinya telah ada serta teruji dan telah kita miliki, seperti .tenaga

air, batubara, gambut, biomassa, panas bumi, tenaga surya, angin, biofuel dan lain-

lain. Potensi ini menjadi perhatian dan dikembangkan mengingat lokasi

keterdapatannya tersebar.

4.2.1. Sumber Daya Energi Air

Daerah Sumatera Utara secara morfologi tersusun oleh morfologi pegunungan,

perbukitan dan dataran. Dengan kondisi tersebut memungkinkan daerah ini memiliki

potensi sumber daya energi air yang cukup besar. Pada daerah

pegunungan/perbukitan yang secara hidrologi merupakan daerah tangkapan air

(cathment area) merupakan daerah yang kaya akan potensi sumber daya air. Air

terjun, air deras dan air sungai merupakan energi yang dapat dirobah kepada bentuk

energi lainnya. Potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi energi untuk

membangkitkan tenaga listrik. Berdasarkan data yang didapat potensi sumber daya

air di daerah ini adalah 1.876.606, 5 KWH yang tersebar di beberapa Kabupaten.

Potensi energi air skala mikro dapat dibangun atas swadaya masyarakat dimanfaatkan

untuk membangkitkan tenaga listrik mikro hidro (PLTMH) untuk penyediaan listrik
di pedesaan. PT. PLN (Persero) membangun skala mini dan skala besar sebagai

upaya pengurangan ketergantungan terhadap BBM.

4.2.2. Panas Bumi

Daerah Sumatera Utara secara geologi terletak pada jalur gunung api (volcanic belt)

dan dibatasi oleh tinggian-tinggian dan patahan Sumatera (Sesar Semangko).

Kondisi geologi tersebut menyebabkan daerah ini memiliki potensi panas bumi yang

tersebar pada daerah gunung api. Berdasarkan data yang ada potensi panas bumi di

daerah ini sudah cukup layak untuk dikembangkan. Hal ini didukung dengan hasil

pemboran yang dilakukan di daerah Sarulla (Tapanuli Utara) dan Sibayak (Karo) baik

oleh pemerintah dan pihak swasta. Karena sifatnya yang tidak menghasilkan polusi

pembakaran sehingga ramah lingkungan dan sifat lainnya yang terbarukan, maka

dibandingkan energi fosil, energi panas bumi memiliki keunggulan dan kelebihan

yang lebih baik. Lambatnya perkembangan energi panas bumi di daerah ini

diperkirakan karena mahalnya biaya pembangkit per KWH dibandingkan energi fosil.

Sedangkan pengusahaan pembangkit listrik tenaga panas bumi skala besar merupakan

teknologi tinggi dan padat modal, sehingga masih ketergantungan dengan investor

dari luar.
Tetapi seiring dengan meningkatnya harga minyak bumi yang begitu tinggi dan

dikuranginya beban subsidi bahan bakar minyak yang selama ini ditanggung

pemerintah, pemanfaatan panas bumi akan mempunyai daya saing. Disamping itu

semakin menipis dan terbatasnya jumlah cadangan minyak dan gas bumi perlu dipacu

pemanfaatan energi panas bumi dapat segera tumbuh dan terealisasi secara baik dan

optimal.

4.2.3. Batubara dan Gambut

Cadangan batubara dan gambut yang tersebar di daerah Tapanuli Selatan, Tapanuli

Tengah, Maindailing Natal, Labuhan Batu dan Langkat, perlu dieksploitasi dengan

mengundang investor untuk dapat dimanfaatkan sebagai energi di Sumatera Utara.

Rendahnya minat investor, pemerintah perlu memberikan insentif dalam upaya

memicu pungusahaan batubara dan gambut. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan

kualitas batubara yang terdapat di daerah tersebut merupakan jenis sub bitminus

dengan nilai kalori yang rendah. Dengan kalori yang rendah tersebut dapat

dimanfaatkan untuk bahan bakar rumah tangga, untuk industri kecil dengan mengolah

batubara ataupun gambut menjadi bentuk briket. Cara lainnya adalah pengolahan dan

pemanfaatan batubara dan gambut yang memiliki nilai kalori rendah dengan metode

Coal Oil Mixture (COM), Coal Water Fuel (COF) dan teknologi pencairan batubara.

Diharapkan dengan metode tersebut pemanfaatan batubara dan gambut dapat

memberikan andil untuk mengatasi permasalahan energi di daerah ini.

4.2.4. Tenaga Angin


Pada daerah perbukitan dan pantai, untuk menggerakkan pompa baik untuk keperluan

air irigasi, diarahkan penggunaan tenaga angin. Untuk penggunaan ini dapat

dilakukan pembangunan kincir angin yang relatif sederhana dan dapat dikerjakan di

dalam negeri.

4.2.5. Tenaga Surya

Teknologi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), masih relatif mahal. Untuk

penyediaan energi skala kecil (khusus tenaga listrik), pada daerah yang tidak

memiliki sumber daya energi lainnya dengan jumlah penduduk relatif kecil diarahkan

pemanfaatan tenaga surya.

4.2.6. Biogas

Bagi masyarakat peternak, khususnya ternak jenis kerbau, lembu/sapi dan kambing,

kotoran ternak dapat diproses (proses permentasi) menghasilkan biogas yang dapat

digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak didapur. dan juga sebagi bahan bakar

lampu petromak untuk penerangan

4.2.7. Biomassa

Cangkang telah dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler (ketel pembangkit uap) di

perkebunan kelapa sawit untuk membangkitkan tenaga listrik. Di PT. Perkebunan


Negara dan Perkebunan Swasta Nasional maupun Perkebunan Swasta Asing

menggunakan limbah (cangkang, tandang dan ampas perasan) sebagai sumber energi

untuk pembangkitan uap dan tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Pengoptimalan

pemanfaatan cangkang, tandan sawit dan ampas hasil pressan daging sawit total

untuk keperluan pembangkit litrik akan mampu memberikan pelayanan penyediaan

tenaga listrik untuk keperluan proses, keperluan bagi perumahan pekerja serta

masyarakat di sekitar lokasi perkebunan sehingga ketergantungan kepada tenaga

listrik dari PT. PLN akan semakin berkurang.

4.2.8. Biodiesel

Ditengah krisis bahan bakar saat ini pemikiran untuk mengembangkan dan

memanfaatkan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L). Tanaman ini merupakan

tanaman semak yang dapat tumbuh di lahan kritis dan tidak membutuhkan banyak air

serta pupuk. Banyak lahan-lahan yang kurang produktif dan lahan kritis di wilayah

Kabupaten. Karena sifatnya yang mudah beradaptasi dengan berbagai cuaca, maka

untuk membudidayakannya tanaman ini tidak sulit dan yang penting adalah sentuhan

bioteknologi untuk mendapatkan tanaman dan buah yang unggul.

Berdasarkan hasil kajian ilmiah tanaman tersebut dapat menghasilkan minyak yang

dapat digunakan sebagai pengganti minyak solar (biodisel) dan atau juga sebagai

minyak bakar pengganti minyak tanah. Pengembangan minyak jarak sebagai energi

alternatif pengganti minyak solar menjadi penting. Sementara dari hasil perhitungan

harga minyak jarak lebih murah dari minyak solar. Pembuatan minyak jarak perlu
direalisasikan dengan segera, mengingat teknologi proses pengolahannya tersebut

relatif mudah dan telah dikuasai, termasuk teknologi penanaman dan pembibitannya.

Diharapkan pemanfaatan minyak jarak akan mengurangi peran bahan bakar minyak

dan memberi manfaat bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat

petani setempat.

4.3 . Strategi Pemanfaatan Energi

Kegiatan pembangunan Propinsi Sumatera Utara yang maju dengan pesatnya

menuntut penyediaan energi yang cukup. Kondisi ini memerlukan kebijakan

pengelolaan sumber energi yang tersedia secara bijaksana, dalam upaya

kesinambungan pembangunan. Kekayaan dan keanekaragam sumber daya energi

yang dimiliki adalah potensi untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.yang

perlu pengelolaan secara bijaksana untuk kelestariannya.. Pemanfaatan sumber daya

energi yang tidak bernilai ekspor perlu dikembangkan dalam upaya mengurangi

pemakaian bahan bakar minyak.

Semakin meningkatnya kebutuhan energi, maka untuk menghadapi masalah ini perlu

ditetapkan suatu strategi dengan menetapkan skala prioritas, sejalan dengan

pemakaian dan penggunaan energi di Sumatera Utara. Penggunaan dan pemanfaatan

sumber daya energi di Sumatera Utara disesuaikan dengan kebutuhan, tingkat

teknologi dan analisis ekonominya dengan mengutamakan pemanfaatan jenis energi

terbarukan dan tak dapat diekspor. Strategi yang ditempuh dalam pengusahaan jenis
sumber energi dengan mempertimbangkan klassifikasi potensi sumber energi atas

dasar tingkat teknologi, dana dan jenis pemanfaatan. Untuk menyusun strategi dan

langkah pemanfaatan sumber daya energi ini perlu memperhatikan beberapa faktor.

4.3.1. Kondisi Sumber Daya Energi

Potensi sumber daya energi yang bervariasi, letaknya tersebar dan jauh dari lokasi

pusat pemanfaatannya. Beberapa sumber daya energi secara alami tidak dapat

dipindahkan ataupun sulit dipindahkan ke lokasi lain. Penggarisan pemanfaatan

potensi setempat merupakan suatu langkah yang penting dalam upaya

penanggulangan biaya transportasi. Dalam rangka ini perlu penyusunan tata ruang

pemanfaat sumber daya energi.

4.3.2. Pengusahaan Serta Pengelolaannya

Penggunaan diupayakan memanfaatkan sumber daya energi secara optimal sumber

energi terbarukan yang tidak dapat dan tidak mempunyai nilai ekspor. Meningkatkan

keterpaduan antara pengembangan sumber daya alam dengan sumber daya energi.

Dalam rangka itu diupayakan produk limbah untuk dimanfaatkan sebagai energi,

seperti cangkang, sabut pengepresan daging sawit, tandan sawit dan limbah lainnya.

Langkah ini harus didukung melalui penelitian dan penyelidikan kelayakan dan

prospek ekonomis, sehingga mampu menarik perhatian untuk mengusahakan.

Pengembangan teknologi sederhana pemanfaatan potensi sumber daya energi skala

kecil yang dapat dilakukan oleh perbengkelan lokal. Dengan demikian diharapkan
penyediaan energi yang relatif murah, harga stabil dan dapat menunjang pertumbuhan

ekonomi masyarakat.

4.3.3. Masyarakat Pengusaha dan Konsumen

Peran serta masyarakat swasta dalam pengelolaan sumber daya energi untuk

menunjang kebutuhan di sektor listrik sangat berkaitan dengan kelestarian

penyediaan energi tersebut secara kontiniu. Penyediaan tenaga listrik tergantung

daripada tingkat kebutuhan konsumen. Untuk keperluan bahan bakar rumah tangga

dan industri kecil, pemakaian briket batubara/gambut dan sekam padi menjadi

alternatif dan perlu dikembangkan untuk menggantikan peran bahan bakar minyak.

Persaingan harga menjadi pertimbangan penting untuk menarik minat masyarakat

dalam menggunakannya, sehingga perlu insentif untuk pengembangan pemanfaatan

briket maupun sekam padi.

4.3.4. Kondisi Wilayah

Kondisi alam, infrastruktur, sosial ekonomi budaya serta pertahanan dan keamanan

sangat diperlukan untuk pengembangan sumber daya energi di suatu wilayah

diprioritaskan, karena dapat menumbuhkan nilai tambah pertumbuhan ekonomi,

sebagai akibat dari pada pembangunan tersebut. Untuk kelancaran kegiatan ini peran

masyarakat dan sosial ekonomi dan budaya sangat mendukung khususnya dalam

pembebasan tanah. Strategi yang ditempuh dalam pemanfaatan sumber daya energi,
berpedoman pada kebijakan energi nasional. Pemanfaatan secara optimal

memprioritaskan pengembangan sumber daya energi terbarukan dan tidak dapat

diekspor. Disamping itu penggunaan teknologi yang dipakai, biaya pembuatan dan

kelestarian lingkungan merupakan pertimbangan dalam menentukan strategi ini.

Langkah-langkah tersebut antara lain :

1. Potensi Skala Besar

Pemanfaatan potensi skala besar adalah pembangunan dengan teknologi tinggi yang

harus didukung dengan multi disiplin ilmu dan biaya yang besar. Hal ini diarahkan

untuk penyediaan tenaga listrik yang dikelola PT. PLN (Persero), ataupun swasta

untuk keperluan sendiri atau juga oleh pihak swasta untuk kepentingan umum.

Sumber daya energi batubara, panas bumi, tenaga air skala besar dan gas bumi

dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik skala besar. Khusus gas bumi perlu

pertimbangan pemanfaatannya sebagai bahan baku pembuatan pupuk.

2. Potensi Skala Mini

Diarahkan untuk penyediaan tenaga listrik kebutuhan sektor industri, perkebunan dan

pertanian, terutama potensi energi yang tersedia di sekitar pusat kegiatan. Penyediaan

tenaga listrik termasuk diatas adalah pembangkit untuk kepentingan sendiri dan

umum pada daerah-daerah yang belum terjangkau PT. PLN Persero. Jenis sumber

energi air diarahkan untuk penyediaan tenaga listrik untuk keperluan sendiri dalam

upaya memenuhi kebutuhan proses produksi dan penerangan.

Disamping itu diarahkan untuk membangkitkan tenaga listrik kebutuhan pedesaan

yang belum terjangkau PLN, dimana peran swasta diharapkan dapat untuk
penyediaan tenaga listrik kepentingan umum. Potensi batubara dan gambut juga dapat

dikembangkan sebagai bahan bakar pada kegiatan industri. Di sektor industri

perkebunan, pemanfaatan limbah pertanian (cangkang, tandan, kayu) diarahkan

dikembangkan untuk pembangkit listrik skala mini (PLTM) untuk keperluan sendiri.

3. Potensi Skala Kecil

Pemanfaatan diarahkan pada penyediaan energi bahan bakar, tenaga listrik untuk

keperluan industri kecil (home industry) dan rumah tangga. Jenis sumber energi

batubara, gambut, limbah pertanian, dan kotoran ternak dapat dimanfaatkan untuk

bahan bakar disektor rumah tangga. Tenaga air skala kecil diupayakan untuk

pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dalam upaya penyediaan tenaga

listrik di desa yang belum terjangkau PT. PLN (Persero). Pengembangan

pemanfaatan tenaga air skala mikro ini sangat positif mengingat pembuatannya telah

dapat dilakukan di dalam negeri. Disisi lain dapat memberi nilai tambah yaitu di

sekitar lokasi menjadi daerah wisata.

Tenaga surya dapat dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik di desa-desa

terpencil dengan penduduk yang relatif kecil jumlahnya dan sulit dijangkau PT. PLN

(Persero) dan tidak memiliki sumber daya energi lain. Pengelolaan sumber daya

energi ini mencakup banyak kegiatan, biaya besar, teknologi dan lahan. Dalam

penetapan langkah-langkah tersebut terdapat beberapa masalah antara lain :

a. Aspek teknis

Kemampuan teknis dalam pemanfaatan panas bumi masih sangat tergantung dari

teknologi luar baik penelitian geologi, eksplorasi, eksploitasi maupun alat konversi
energinya. Kegiatan ini merupakan kegiatan padat modal dan tingkat keberhasilannya

masih belum jaminan. Lokasi potensi pada umumnya sulit dijangkau dan pembebasan

areal memerlukan koordinasi yang panjang. Demikian halnya dengan pemanfaatan

tenaga air yang memerlukan kegiatan pembangunan memerlukan waktu yang

panjang. Fungsi air yang sedemikian penting juga masih dimanfaatakan sebagai

penyediaan air irigasi dan juga sebagai lokasi wisata alam.

Pada pemanfaatan batubara/gambut hingga menjadi briket, harga jualnya masih

relatif mahal dibandingkan dengan pemanfaatan BBM dalam satu satuan. Harga

yang relatif mahal dan perobahan lingkungan dapat menghambat masyarakat untuk

memanfaatkannya. Untuk mengatasi ini peran pemerintah dalam pelaksanakan alih

teknologi perlu mendapat perhatian. Pengembangan tenaga kerja pada jabatan

tertentu dalam kegiatan yang terkait, persiapan sumber daya manusia dengan disiplin

ilmu yang relevan, mempunyai jiwa patriotisme dengan motivasi merebut dan

menyelidiki ilmu serta pengalaman. Skala prioritas dalam pemanfaatan sumber daya

perlu digariskan antar instansi pemerintah dan memperhatikan hajat orang banyak.

b. Aspek Sosial Budaya

Kultur masyarakat di sekitar lokasi sangat mempengarui rencana pembangunan.

Status tanah yang sangat terkait dengan adat setempat, mempersulit pembebasan

tanah. Kondisi masyarakat yang sedemikian, mudah dipengaruhi pihak tertentu untuk

memintakan biaya pembebasan yang relatif tinggi. Kegiatan penyuluhan dan

bimbingan kepada masyarakat setempat khususnya dengan bangsa pada umumnya.


Gambut, limbah pertanian, limbah ternak dikembangkan untuk kebutuhan Rumah

Tangga dan industri kecil sebagai pengganti BBM.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Energi telah menjadi kebutuhan penting dalam kehidupan masyarakat dan menunjang

kegiatan pembangunan. Jaminan ketersediaan pasokan energi adalah mutlak untuk

kelangsungan hidup dan pembangunan yang berkelanjutan. Kebutuhan akan energi

terus meningkat seiring dengan tingkat kehidupan masyarakat dan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Peran sumber daya energi minyak bumi masih sangat dominan dalam konsumsi

energi pada semua sektor kegiatan. Di sektor transportasi, peran bahan bakar minyak

masih belum dapat digantikan sumber daya energi lain. Pada sektor industri,

penyediaan tenaga listrik untuk keperluan sendiri masih menggunakan sumber energi

minyak solar.

Propinsi Sumatera Utara memiliki keanekaragaman sumber daya energi yang tersebar

di wilayah Kabupaten/Kota, dapat dikembangkan sebagai energi alternatif untuk

memenuhi konsumsi energi di daerah. Potensi panas bumi, tenaga air, limbah

pertanian (cangkang, tandan dan ampas daging sawit) adalah sumber energi

terbarukan, dapat menggantikan peran minyak dan gas bumi, khususnya untuk
penyediaan tenaga listrik skala besar. Teknologi pemanfaatan sumber daya energi air,

biodisel, biogas skala kecil telah kita miliki. Percepatan pemanfaatan sumber daya

energi perlu dilakukan segera untuk kelestariannya.

5.2. Saran Rekomendasi

Bahan bakar minyak (BBM), memegang posisi yang sangat dominan dalam

pemenuhan kebutuhan energi di Propinsi Sumatera Utara. Bahan bakar minyak yang

bersumber dari minyak bumi adalah sumber energi yang tidak terbarukan berarti

mempunyai cadangan yang terbatas. Suatu kenyataan bahwa kita telah mengimpor

minyak maupun BBM untuk memenuhi konsumsi dalam negeri. Untuk itu

direkomendasikan sebagai berikut :

1. Percepatan penganekaragaman pemanfaatan potensi sumber daya energi yang

terdapat di Propinsi Sumatera Utara diarahkan kepada penggunaan sumber energi

baru dan terbarukan. Penggunaan jenis energi lebih diarahkan kepada penggunaan

energi berbasis teknologi, dengan langkah-langkah :

a. Sumber daya energi panas bumi, tenaga air, batubara dan limbah pertanian

dengan skala besar, diarahkan untuk penyediaan tenaga listrik untuk

kepentingan umum yang dikelola PT. PLN (Persero) dan atau Swasta

pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum (PIUKU).

b. Sumber daya energi tenaga air, batubara dan limbah pertanian skala mini,

diarahkan untuk penyediaan tenaga listrik keperluan sendiri di sektor industri,


perkebunan dan pertanian, terutama potensi energi yang tersedia di sekitar

pusat kegiatan. Penyediaan tenaga listrik di atas adalah pembangkit untuk

kepentingan sendiri dan umum pada daerah-daerah yang belum terjangkau

PT. PLN (Persero).

c. Sumber daya energi dengan skala kecil diarahkan pada penyediaan energi

bahan bakar, tenaga listrik untuk keperluan industri kecil (home industry) dan

rumah tangga. Jenis sumber energi batubara, gambut, limbah pertanian, dan

kotoran ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar di sektor rumah tangga.

Tenaga air skala kecil diupayakan untuk pembangkit listrik tenaga mikro

hidro (PLTMH) dalam upaya penyediaan tenaga listrik di desa yang belum

terjangkau PT. PLN (Persero). Tenaga Surya dikembangkan sebagai

pembangkit tenaga listrik di desa-desa terpencil dengan penduduk yang relatif

kecil jumlahnya dan sulit dijangkau PT. PLN (Persero) dan tidak memiliki

sumber daya energi lain.

2. Percepatan pengembangan biodisel jarak pagar, pemerintah pusat dan daerah agar

mengelola dan memanfaatkan lahan marjinal/lahan kritis/lahan kosong yang

ditinggalkan untuk menanam jarak pagar.

3. Melakukan koordinasi dengan Kabupaten/Kota untuk penyiapan data dan

informasi sumber daya energi yang akurat termasuk kondisi lingkungan di sekitar

sumber.

4. Membentuk dan atau mengaktifkan Badan Koordinasi Energi Daerah Sumatera

Utara.
DAFTAR PUSTAKA

Armstead, H., Cristopher, 1983, Geothermal Energy, E. &F.N. Spon Ltd, New York

http//www.esdm.go.id Departerment Energi dan Sumber Daya Mineral., 2006,


Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025, ESDM, Jakarta,

Hardjono, H., 2001, Teknologi Minyak Bumi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

Irving and Adler, R.,1974, Coal, The John day Company, New York

Nur Alamsyah, Andi., 2006, Biodisel Jarak Pagar, Agromedia Pustka, Jakarta

Prihandana, Rama., 2006, Dari Energi Fosil menuju Energi Hijau, Proklamasi
Publising House, Jakarta

Sukandarrumidi., 1995, Batubara dan Gambut, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Potensi Sumber Energi Air di Kabupaten Asahan

No. Skala Nama Lokasi Ket.


Air Terjun

Desa Kecamatan Debit Head Daya


(m3/det) (Meter) (KW)
A. Skala Mikro
1. Sungai Kampak Sidomulyo Buntu Pane 0.35 10 34.3 *)
2. Pargambiran Pargambiran Bandar Pulau 0.5 10 37.5 **)
3. Aek Napah Adian Tukat Bandar Pulau 1 8 60 **)
4. Sirindang Gonting Malaha Bandar Pulau 0.5 10 49 *)
5. Aek Dalik Gonting Malaha Bandar Pulau 1 8 78.4 *)
6. Aek Nagari Gonting Malaha Pasir Mandoge 1 10 98.1 *)
Jumlah 357.3

B. Skala Mini
1. Aek Sagar Liang Bandar Pulau 1 20 150 **)
Jumlah 150

Lampiran 2. Data Potensi Sumber Energi Air di Kabupaten Dairi

No. Skala Nama Lokasi Ket.


Air Terjun

Desa Kecamatan Debit Head Daya


(m3/det) (Meter) (KW)
A. Skala Mikro
1. Semponan Ulu Pura Salak 0.3 6 13.5 **)
2. Pertimbahoan II Pertimbahoan Salak 0.5 8 30 **)
3. Pertimbahoan I Lau Soluk Salak 0.5 10 37.5 **)
4. Aek Galian Puno Teguh Puno Teguh 1 7 68.6 **)
Jumlah 149.6
B. Skala Mini
1. Lau Sembelin Silima Punga- Sumbul 2 11 215.6 *)
Punga
2. Lau Mbelgah Kecupat Salak 6 20 588 *)
3. Lau Papanca Parangil Silima Punga- 0.5 50 245 *)
punga
4. Lau Bongkaras Bongkaras Sda 1.5 50 735 *)
5. Lau Sembelin Pardomuan Sda 3 50 1470 *)
Jumlah 3253.6

Lampiran 3. Data Potensi Sumber Energi Air di Kabupaten Deli Serdang

No. Skala Nama Lokasi Ket.


Air Terjun

Desa Kecamatan Debit Head Daya


(m3/det) (Meter) (KW)
A. Skala Mikro
1. Lau Jabi Cinta Rakyat Sibolangit 0.5 3 14.7 *)
2. Namo Mbiring Blenus Sda 0.02 8 1.5 *)
3. Binua Pik-pik Sda 0.5 10 47 *)
4. Lau Putih Tanjung Raja Tiga Juhar 0.02 16 39 *)
5. Lau Blumun Talun Kenas Talun Kenas 1 10 98 *)
6. Lau Besaman Sarung Kulit Deli Tua 0.1 50 49 *)
Jumlah 249.2

B. Skala Mini
1. Lau Pulo Basukem Sibolangit 0.5 30 147 *)
2. Tarenggang Tiga Juhar Tiga Juhar 0.5 20 196 **)
3. Namo Sawa Malengo Tiga Juhar 1 15 147 **)
4. Lau Gembur Talapeta Deli Tua 1 20 196 *)
5. Betala Terumba Sbiru- biru 1.1 8 114 *)
6. Lau Putih Batu Sianggehen Sibolangit 2 100 1960 *)
7. Lau Malem Batu Sianggehen Sibolangit 0.5 50 245 *)
8. Lau Parira Negeri Suah Sibolangit 0.5 200 980 *)
Jumlah 3965

Lampiran 4. Data Potensi Sumber Energi Air di Kabupaten Karo


No. Skala Nama Lokasi Ket.
Air Terjun

Desa Kecamatan Debit Head Daya


(m3/det) (Meter) (KW)
A. Skala Mikro
1. Perteguhen Perteguhan Simpang 0.4 8 30 *)
Empat
2. Lau Solu Lau Solu Mardinding 0.3 6 13.5 *)
3. Lau Mulgak Lau Solu Mardinding 0.2 6.5 9.7 *)
4. Sikulikap Dolu Kabanjahe 0.2 10 19.6 *)
Jumlah 72.80
B. Skala Mini
1. Pangolahan Pargendangan Tiga Binanga 10 4 392 *)
2. Tongging Tongging Tiga Juhar 0.5 100 490 *)
3. Lau Jandi Jandi Juhar 6 10 588 *)
4. Lau Biong/Dah Kandi Bata Kabanjahe 6 30 1764 *)
Jumlah 3234
Lampiran 5. Data Potensi Sumber Energi Air di Kabupaten Labuhan Batu

No. Skala Nama Air Lokasi Ket.


Terjun

Desa Kecamatan Debit Head Daya


(m3/det) (Meter) (KW)
A Skala Mikro
1. Siabal- abal Hatapang Na IX-X 0.05 10 5 **)
2. Suruhen II Padang Laut Bilah Hulu 0.4 7 21 **)
3. Suruhen I Padang Laut Bilah Hulu 0.4 8 24 **)
4. Siringo-ringo Siringo-ringo Bilah Hulu 0.5 5 19.5 *)
5. Simongal-mongal I Padang Laut Bilah Hulu 0.05 121 45 *)
6. Simongal-mongal II Padang Laut Bilah Hulu 0.05 30 11.25 *)
7. Simongal-mongal III Padang Laut Bilah Hulu 0.05 19 7.12 *)
8. Simongal-mongal IV Padang Laut Bilah Hulu 0.05 50 18.75 *)
9. Labo Sona Ujung Bandar Bilah Hulu 0.2 40 78.4 *)
10. Montang Silumajang Na XI-X 0.05 8 39.2 *)
11. Siborgot Siborgot Bilah Hulu 1 10 98 *)
12 Suruhan Siborgot Bilah Hulu 0.5 15 73.5 *)
Jumlah 440.72

B Skala Mini
1. Simonis Simonis Na IX-X 9 20 1.764 *)
2. Ulumahuang Ulumahuang Kota Pinang 10 20 1.960 *)
3. Simahalinking Hatapang Na IX-X 2 60 1.176 *)
Jumlah 4.900

Lampiran 6. Data Potensi Sumber Energi Air di Kabupaten Langkat

No. Skala Nama Lokasi Ket.


Air Terjun

Desa Kecamatan Debit Head Daya


(m3/det) (Meter) (KW)
A. Skala Mikro
1. Serenggana I Serenggana Selapian 0.2 30 58 **)
2. Gergas Gergas Stabat 0.2 10 19 **)
3. Lau Gersik Namo Tonga Bahorok 0.4 6 18 **)
4. Lau Berhala Sialangor Bahorok 0.3 7 15.75 **)
Jumlah 110.75

B. Skala Mini
1. Serenggana II Serenggana Selapian 0.25 80 196 **)
Jumlah 196

Lampiran 7. Data Potensi Sumber Energi Air di Kabupaten Simalungun

No. Skala Nama Air Lokasi Ket.


Terjun

Desa Kecamatan Debit Head Daya


(m3/det) (Meter) (KW)
A. Skala Mikro
1. Bah Horas II Buntu Turunan Tanah Jawa 1.1 30 23 **)
2. Bah Horas III Huta Ginjang Buntu 0.5 20 89 **)
Turunan
3. Alur Sarang Sarang Godang Panai Tengah 0.1 5 37.5 **)
Godang
Jumlah 158.5
B Skala Mini
1. Pusuk Pusuk Pardamaian Siantar 0.5 30 147 *)
Pardamaian
2. Holoan Holoan Raya 1 16 156.8 *)
3. Sibatu- batu Buntu Turunan Tanah Jawa 1 15 112.5 **)
4. Manik Torop Torop J. Hataran 1 19 142.5 *)
5. Gunung Pariama Pariama J. Hataran 1 22 165 **)
6. Bah Haposuli Aek Bontar Tanah Jawa 1 14 105 **)
7. Bah Sopang Janji Sidamanik 1 60 588 **)
8. Bah Horas I Afd.XI Paro Tanah Jawa 1.29 40 505 **)
Belokan
9. Bah Haposuk I Bagot Pulauan - 2.88 50 1.411 **)
10. Bah Haposuk II Aek Bontan - 2 15 461 **)
11. Bah Boluk Pancur - 4.5 50 2.205 **)
12. Aek Silau Ambalambang - 3.88 200 7.800 **)
13. Aek Parlakkitangan - 3.88 200 7.800 **)
Parbarumbangan
Jumlah 21.598.8

Lampiran 8. Data Potensi Sumber Energi Air di Kabupaten Nias

No. Skala Nama Lokasi Ket.


Air Terjun

Desa Kecamatan Debit Head Daya


(m3/det) (Meter) (KW)
A. Skala Mini
1. Sungai Idano - Idano Gawo 0.5 10 37.5 **)
2. Sungai Sawo - Tuemberua 0.4 8 30 **)
3. Sungai Gomo - Teluk Dalam 0.2 6 9 **)
4. Sungai Eho - Teluk Dalam 1 10 75 **)
5. Sungai Moaroe Onowaembo Gunung Sitoli 1.8 25 275 **)
Jumlah 426.5
Lampiran 9. Data Potensi Sumber Energi Air di Kabupaten Tapanuli Selatan
No. Skala Nama Lokasi Ket
Air Terjun

Desa Kecamatan Debit Head Daya


(m3/det) (Meter) (KW)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
A. Skala Mikro
1. Padang Padang Kota Nopan 0.38 2 7.5 **)
Nagodang Nagodang
2. Aek Marlehuan Lancat Sipirok 0.20 6 9.00 **)
3. Aek Muara Muara Soma Batang Natal 0.75 15 84.40 **)
Soma II
4. Aek Botung Pagaran/ Muara Sipongi 1.50 2 29.48 **)
Botung
5. Aek Bangus Damparan Saipar Dolok 0.50 12 45.00 **)
Hole
6. A. Sibonggor Sibanggor Kota Nopan 1.00 8 60.00 **)
Tonga Tonga
7. Aek Milas Kayu Laut Penyabungan 1.00 10 75.00 **)
8. Aek Sitimbulan Pasar Marancar Batang Toru 1.00 10 75.00 **)
9. Aek Jariar Simaninggir Batang Toru 0.50 15 56.25 **)
10. Aek Durian Sungai Durian Padang Bolak 0.35 10 34.30 **)
11. Aek Lubuk Torop Padang Bolak 0.20 15 29.40 **)
Garonggang
12. Aek Situnggaling Saipar Dolok 0.15 10 14.72 **)
Situnggaling Hole
13 Aek Muara Simpang Kota Nopan 0.8 8 62.72 **)
Sabut Pining
Jumlah 582.44

B. Skala Mini
1. Aek Sipongi Tanjung Balai Muara Sipongi 0.3 100 294 **)
2. Aek Sinabuan Huta Godang Kota Nopan 0.2 275 539 **)
3. Aek Siponggol Siponggol Sidempuan 0.2 275 539 **)
Timur
4. Harambir G.Tua/ Sidempuan 0.5 100 490 **)
Pargarutan Timur
5. Siharimau Gunung Tua Panyabungan 1 70 686 **)
6. Aek Parsariran Parsariran Batang Toru 2.7 15 304 **)
7. Aek Siguti Arse Sipirok 9.51 30 7.140 **)
8. Aek Godang Aek Godang Sidempuan 3.74 25 701 **)
Timur
9. Simarpinggan Napa P. Sidempuan 0.635 30.75 176 **)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
10. Batang Kumal Pargarutan Sidempuan 0.29 10 157 **)
timur
11. Siulang-ulang Bangkeling Natal 1.00 20 150 **)
12. Aek Sompit Batu Lotung B. Natal 1.00 25 187.50 **)
13 Aek Muara Muara Soma B. Natal 1.00 15 112.50 **)
Soma I
14. Aek Silima- Damparan Saipar Dolok 1.00 50 350.00 **)
lima Hole
15. Aek Tolang Tolang Padang Boak 1.05 15 771.75 **)
16. Aek Tapus Tapus Saipar Dolok 1.20 15 176 **)
Hole
17. Sibinail Sibinail Muara Siponggi 0.5 35 171.5 *)
Jumlah 12.965.65

C. Skala Besar
1. B.Gadis II - B. Angkola - - 103.00 **)
2. B.Gadis III - B. Angkola - - 69.900 **)
3. B.Gadis IV - B. Angkola - - 45.000 **)
4. Batang - Natal - - 423.700 **)
Singkuang
5. Aek Putih - P.Bolak - - 13.500 **)
Jumlah 655.900

Lampiran 10. Data Potensi Sumber Energi Air di Kabupaten Tapanuli Tengah

No. Skala Nama Air Lokasi Ket.


Terjun

Desa Kecamatan Debit Head Daya


(m3/det) (Meter) (KW)
A. Skala Mini
1. Gambir - Barus 0.2 5 7.5 **)
2. Lau Banten - Barus 0.5 8 30 **)
3. Saragi - Barus 0.4 8 24 **)
4. Batu Garingir Huta Tambak Sorkam 0.5 7.5 28.12 **)
5. Sigurung-gurung - Sorkam 0.6 6 27 **)
6. Panambungan - Sorkam 0.5 8 30 **)
Jumlah 146.62

Lampiran 11. Data Potensi Sumber Energi Air di Kabupaten Tapanuli Utara

No. Skala Nama Air Lokasi Ket


Terjun

Desa Kecamatan Debit Head Daya


(m3/det) (Meter) (KW)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
A Skala Mikro
1. Aek Sibatu Purba Pakkat 0.3 6 17.64 **)
Huring Pordomuan
2. Tongguran Sigonggom Lumban Julu 2 5 98 **)
3. Aek Sibuntuan I Arban Onan Gonjang 0.5 18 88.2 **)
4. Aek Naoto - Lagu Boti 0.1 4 3 **)
5. Aek Bulu Poltak Raut Bosi Pangaribuan 0.5 20 75 **)
6. Aek Sibuntuan Banjar Toruan 0.5 18 67.5 **)
Parmonangan
7. Binanga Tobing Sipollung Pakkat 0.4 20 60 **)
Jumlah 409.34

B. Skala Mini
1. Aek Kualat Parsoburan Habinsaran 1.46 20 220 **)
Timur
2. Aek Doras Siaro/ Siborong- 1.41 20 210 **)
Sitampurung borong
3. Aek Sibontuan Sibotuon Balige 3.24 17 413 **)
4. Aek Sibuluan Sibuluan Onan Ganjang 1.45 50 545 **)
5. Aek Sibontuan Sibuluan Onan Ganjang 2.52 50 954 **)
6. Binangara Binangara Pakkat 1 200 1.960 **)
7. Bonan Dolok Bonan Dolok Parmonangan 1.5 100 1.470 **)
8. Situ Molop Pearaja Parlilitan 1.4 100 1.373 **)
9. Marjunjung Sarulla Dolok Pahae Julu 1.2 75 882 **)
10. Aek Raisan Parsingkaman Adian Koting 4.8 25 1.176 **)
11. Sibokat Pinun - 13.2 30 3.380 **)
12. Aek Silang Marbu Muara 1.68 250 3.150 **)
13 Aek Sibontar Bonan Dolok Sianjur Mula 0.5 60 294 **)
14. Aek Butar Banualuhu Siborong- 2.79 60 1.256 **)
borong
15. Aek Sibundong - Onan Gonjang 7.65 40 2.205 **)
6. Aek Sibaulung - Habinsaran 3.24 30 1.215 **)
7. Aek Agong - Habinsaran 57 30 1.828 **)
8. Aek Balungan - Habinsaran 2.11 50 790 **)
9. Aek Situmandi Huta Barat Tarutung 10.13 25 1.985 **)
20. Sarulla Parsaoran Pahae Jahe 0.84 25 158 **)
Nainggolan
21. Aek Raisan III - Adian Koting 11.2 25 2.100 **)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
22. Aek Raisan IV - Adian Koting 1.95 25 366 **)
23. Sipolung Jaya Payung Pakkat 1.5 18 264.6 **)
24. Sidempula Pearungsilo Paranginan 2 30 588 **)
25. Lintong Lintong Harian Baho 1 60 588 *)
26. Aek Sarulla Pasar Sarulla Pahae Julu 1 75 735 *)
27. Aek Sipigagan Bonan Dolok Sianjur Mula 0.7 60 411 *)
Jumlah 31.007.6

C. Skala Besar
1. Asahan I Ambar Halim Porsea 180.000 **)
2. Asahan III Meranti Timur Habinsaran 300.000 **)
3. Asahan IV - Pulau Rakyat 75.000 **)
4. Asahan V - Bandar 20.000 **)
5. Sirahar Situmeang Sipoholon 21.000 **)
Habinsaran
6. Toru I Ompu Tarutung 48.600 **)
hem-hem
7. Toru III Simasom Pahae Jahe 148.200 **)
8. Sibundong V Sihotang Parlilitan 19.800 **)
Hasugian
9. Sibundong VI Tara Bintang Parlilitan 47.000 **)
10. Aek Simonggo Sianom Hudor Parlilitan 11.300 **)
Selatan
11. Aek Simonggo Sianom Hudor Parlilitan 53.400 **)
Selatan
12. A.Simonggo Tara Bintang Parlilitan 15.100 **)
Jumlah 939.400

Lampiran 12. Data Potensi Bahan Galian Golongan A (Potensial) di


Kabupaten Labuhan Batu
No Bahan Lokasi Tingkat Cadangan Keterangan
Galian Penyelidikan
1. Batubara Rantau Panjang, Penyelidikan Ribuan Ton CV = 6.050 –7.630
Muara Bt. Gadis Pendahuluan Kkal/Kg
ASH = 8,1 – 19,2 %
FC = 40,1 – 53,0 %
6 Lobang Bor,Tebal 0,10 –
2,50 Meter
2. Gambut Kec. Batahan Penyelidikan Jutaan Ton Tebal 8 Meter
Umum

Lampiran 13. Data Potensi Bahan Galian Golongan A (Potensial) di


Kabupaten Labuhan Nias

No Bahan Lokasi Tingkat Cadangan Keterangan


Galian Penyelidikan
1. Batu Bara Desa Najalow Ribuan Ton CV=3.270-7.480
Alowa Kkal/kg
Kec.Hiliduho 19.200.000 ton
Penyelidikan
Desa Hilimbowo -
Pendahuluan
Kare Kec.Alasa 1.000.000 ton
Desa Ono Sitoli Kp.Eksplorasi
Kec.Gn.Sitoli
2. Minyak Bumi Gn.Sitoli Eksplorasi - -
3. Gas Bumi Gn.Sitoli Eksplorasi - -

Lampiran 14. Data Potensi Bahan Galian Golongan A di Kabupaten


Asahan

No Bahan Lokasi Tingkat Cadangan Keterangan


Galian Penyelidikan
1. Gambut Tersebar Penyelidikan Jutaan Ton -
Pendahuluan

Lampiran 15. Data Potensi Bahan Galian Golongan A (Strategis) di


Kabupaten Tapanuli Selatan

No Bahan Lokasi Tingkat Cadangan Keterangan


Galian Penyelidikan
1. Batu Bara Desa Pasir Penyelidikan - CV = 6.050-7.630
Ampolu. Kec. Pd. Pendahuluan Kkal/Kg, ASH =
Sidempuan 8.1 –19.2%, FC =
40.0 – 53.0% 6
Pargarutan 1.000.000 ton Lobang Bor, Tebal
0.10 – 2.50 Meter
2. Panas Bumi Kec. Sipirok Eksplorasi 1130 MW

Lampiran 16. Data Potensi Bahan Galian Golongan A di Kabupaten


Tapanuli Tengah

No Bahan Lokasi Tingkat Cadangan Keterangan


Galian Penyelidikan
1. Batu Bara Desa Aloban Bair CV = 7200 Kkal/kg
Penyelidikan
Kec.Sibolga
Pendahuluan
Ash=32,08-69,42%
Ribuan Ton
Desa Hudopa Nauli C=16,68-47,42%
Kec. Kolang S=0,24-0,35%
CV=1470-5241 Kal/gr
2. Radioaktif Desa Aek Habil - Indikasi Radium ( Ra )
Penyelidikan
Kec.Sibolga
Umum

Lampiran 17. Data Potensi Bahan Galian Golongan A di Kabupaten


Tapanuli Utara

No Bahan Lokasi Tingkat Cadangan Keterangan


Galian Penyelidikan
1. Panas Bumi Desa Silangkatan Eksplorasi 250 MW -
Kec.Pahae Jae
2. Gambut Desa Simangarunsang Eksplorasi 20.666.444 m3 -
Kec.Dolok Sanggul Lanjutan KP.Eksplorasi
Desa Naga Saribu I, Eksplorasi 35.000.000 Ash = 2,73-
Kec.Lintongnihuta Lanjutan Ton 29.13%
S=0,10-0,80%
PH=3,55-4,53%
3. Batu Bara Adian Koting Ribuan Ton
Lampiran 18. Data Potensi Biomassa di Kabupaten Mandailing Natal

No Jenis Biomassa Luas Tanaman (Ha) Produksi


A. Kelapa Sawit
1. Perkebunan Negara 5.588 8.369
2. Perkebunan Rakyat 22.270,76 621.314
Jumlah 27.858,76 629.683

B. Padi
1. Sawah Irigasi 38.076 204.695
2. Sawah non Irigasi 3.646 8.178
Jumlah 41.722 212.873

C. Sampah
1. Sapi 3004 -
2. Kerbau 4.176 -
3. Kuda 38 -
4. Kambing/domba 17.738 -
5. Babi 515 -
6. Ayam kampung 2.145.432 -
7. Ayam Ras 34.333 -
8. Itik 604.005 -
Jumlah 2.809.241 -
Sumber : Kantor Pertambangan Kabupaten Mandailing Natal

Lampiran 19. Data Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di


Propinsi Sumatera Utara

No. Nama PLTH Kabupaten Keterangan


1. Cinta rakyat Deli Serdang
2. Gontong Malaha Asahan
3. Napa Tapauli Selatan
4. Dola tebu
5. Sibinail Maindailing natal

Lampiran 20. Data Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Propinsi


Sumatera Utara

No. Nama PLTS Kabupaten Keterangan


1. Armaolu
2. Bargot
3. Dolok meriah
4. Gadu
5. Hasahatan Tapanuli Selatan
6. Hutaginjang
7. Janji/lobi
8. Kuta pungkah
9. Mahola
10. Namo Sialang
11. Ombalata
12. Pangaribuan Tapanuli Utara
13. Pintu bosi
14. Salese
15. Sidang
16. Silrang
17. Simajanggut
18. Simarpara
19. Sirumambe
20. Sisobahili
21. Sitonding
22. Sitorbu
23. Telaga said Langkat
24. Toga basa

Lampiran 21. Data Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Propinsi


Sumatera Utara

No. Nama PLTA Kabupaten Keterangan


1. Asahan I Asahan
2. Asahan II a Asahan
3. Asahan Asahan
4. Renun Dairi

Lampiran 22. Data Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Propinsi


Sumatera Utara

No. Nama PLTU Kabupaten Keterangan


1. Belawan Medan
2. Belawan Medan
3. Glugur Medan
4. Paya pasir Medan

Lampiran 23. Data Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro(PLTMH) di


Propinsi Sumatera Utara

No. Nama PLTMH Kabupaten Keterangan


1. Batang gadis I dan II Maindailing natal
2. Boho Tapanuli Utara
3. Kombih I dan II Dairi
4. Raisan I dan II Tapanuli Tengah
5. Sibuondong Tapanuli Utara

Lampiran 24. Data Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Propinsi


Sumatera Utara

No. Nama PLTMH Kabupaten Keterangan


1. Aek tolang
2. Gunung sitoli Nias
3. Teluk dalam Nias
4. Titkuning Medan
Lampiran 25. Gambar Pemanfaatan Energi Surya

Anda mungkin juga menyukai