1. Pendahuluan
P
A min. =
σt
dengan :
P = beban aksial total yang harus didukung fondasi
Amin. = luas tanah (luas pelat fondasi) minimum yang diperlukan
σt = tekanan tanah yang diizinkan
Kolom
σbahan kolom
Pondasi
P −
Tanah σt = ≤σt
A fondasi
1
Apabila pelat fondasi cukup kaku, maka tegangan tanah yang timbul (σ) dapat
dianggap merata. Sebaliknya, apabila tidak cukup kaku, maka tegangan tanah tidak
merata (terkonsentrasi di bawah kolom).
P P
L L
σ σ
Kolom tunggal
2
b. Fondasi telapak dengan tumpuan menerus.
Tumpuan/dinding menerus
Bila fondasi berbatasan dengan tanah milik orang lain, dengan fondasi telapak
setempat akan terjadi eksentrisitas yang besar, maka perlu dipasang balok pengikat
untuk menetralisir eksentrisitas tersebut.
3
Bila keadaan tanah yang jelek, di samping beban struktur yang besar, dan jarak
beban terpusat berdekatan satu sama lain, maka fondasi menerus adalah jalan
pemecahannya. Bila luas fondasi menerus yang ada telah mencapai 80% luas
bangunan yang ada, maka fondasi menerus berkembang menjadi pondasi pelat
penuh.
Material kolom
A2
Pn = 0,85. fc ' . A1.
A1
A2
Dengan nilai harus ≤ 2
A1
4
(2) Dowel
Luas tulangan minimum yang harus diteruskan ke dalam fondasi sebesar
0,01 x luas kolom.
Jumlah tulangan minimum 4 buah
Bila kekuatan dukung tanah dasar disajikan dengan nilai tegangan-izin tanah, maka
tegangan yang terjadi pada tanah dasar didasarkan pada beban tak berfaktor.
Persyaratan yang harus dipenuhi adalah σ terjadi ≤ σ t
Dengan σ t adalah tegangan tanah yang diizinkan (hasil analisis mekanika tanah).
Bila σ terjadi > σ t maka luas dasar fondasi harus diperbesar.
PD , PL
P
Tegangan yang terjadi pada tanah dasar : σ =
A
Dengan P adalah gaya normal total yang ditahan oleh fondasi.
P = PD + PL + berat fondasi + berat tanah di atas fondasi
A = luas pelat fondasi (untuk pelat persegi, A = B x L)
5
b. Beban berupa gaya aksial eksentris (gaya aksial + momen lentur)
PD , PL
MD , M L
σ2
σ1
Pada kasus beban eksentris, maka tegangan tanah yang timbul dipengaruhi adanya
momen :
P M
σ = ±
BL W
dengan :
W = tahanan inersia = I / y
I = momen inersia dari pelat fondasi
y = jarak dari sumbu netral pelat fondasi ke titik di mana tegangan akan dihitung
Untuk dasar fondasi berbentuk persegi dengan arah lenturan seperti pada gambar di
atas, maka :
BL3 L
I= dan y=
12 2
sehingga persamaan tegangan menjadi :
P 6M
Tegangan maksimum : σ1 = + , syarat ≤ σ t
BL BL2
P 6M
Tegangan minimum : σ2 = − , syarat ≥ 0
BL BL2
6
4. Tinjauan Kuat Geser
Diperlakukan seperti pada kasus balok, dengan penampang kritis terletak pada
jarak d dari muka kolom.
PU
PU dan MU merupakan
beban berfaktor
MU
Tulangan lentur
h d
qU (≠ tegangan tanah)
d
Luas A1
Penampang kritis
B
PU M U
dengan qU = +
B.L W
7
fc'
Gaya geser yang disumbangkan oleh bagian beton : Vc = .B.d
6
Syarat yang harus dipenuhi :
φ .Vn ≥ Vu
dengan Vn = Vc + Vs
fc' 6 V
φ. .B.d ≥ Vu ⇒ d≥ . u
6 fc'.B φ
(merupakan nilai d minimum agar fondasi tanpa tulangan geser)
dengan :
AV = luas tegangan geser (mm2)
fy = tegangan leleh tulangan yang disyaratkan (MPa)
α = sudut antara tulangan miring dengan sumbu mendatar
8
Cara 2 : Aksi Dua Arah
Pada peninjauan aksi dua arah, penampang kritis ditentukan pada jarak d/2 dari
muka kolom
PU
PU dan MU merupakan
beban berfaktor
MU
Dimensi kolom
mxn
Tulangan lentur
h d
qU (≠ tegangan tanah)
Luas A1
fc '
Tetapi tidak boleh melebihi nilai : VC ≤ bO .d
3
dengan
βC = perbandingan antara sisi kolom terpanjang dan sisi kolom terpendek
bO = keliling bidang kritis = 2.(m+d) + 2.(n+d)
Selanjutnya perencanaan kuat geser seperti pada kasus aksi satu arah.
9
5. Tinjauan Kuat Lentur
Penampang kritis untuk perencanaan lentur ditentukan pada sisi kolom (atau sisi
dinding untuk jenis fondasi tumpuan menerus)
PU
PU dan MU merupakan
beban berfaktor
MU
Tulangan lentur
h d
qU (≠ tegangan tanah)
Penampang kritis
B (pada sisi kolom)
MU,pelat
h d
qU
Penjelasan :
Seperti pada tinjauan geser, akibat Pu dan Mu akan terjadi tekanan qu.
Akibat qu maka pelat fondasi akan melentur, timbul Mu,pelat yang dapat didekati /
dihitung (seperti balok kantilever) sebagai berikut :
.(B × qu ).a 2
1
M u , pelat =
2
Selanjutnya dilakukan hitungan tulangan lentur seperti pada kasus perencanaan
pelat.
10
Contoh aplikasi
Periksalah kemampuan pondasi telapak bujur sangkar pada gambar 6.9., menurut
metode kekuatan dari PBI 89. Beton untuk kolom dan pondasi mempunyai mutu f’c =
20 MPa, dan tulangan fy = 275 MPa. Tegangan tanah yang diijinkan adalah 2,5
kg/cm2. Beban aksial kolom adalah 136 ton akibat beban mati dan 62 ton akibat
beban hidup (tanah urug diabaikan).
3000
15D22
600
3000
15D22
15D22
600
15D22
3000
Gambar 9 Pondasi bujur sangkar
Penyelesaian :
210,96
Tegangan total = = 23,44 ton/m2
3× 3
= 2,344 kg/cm2 < 2,5 kg/cm2 Ok !
11
2. Htung kekuatan geser
Dua penampang kritis yang mungkin harus diperiksa
Dengan tebal pondasi h = 600 mm, penutup beton = 50 mm dan tulangan utama D
22 maka di dapat : d = 600 – 60 = 540 mm = 0,54 m
3000
1140
3000
a. Permukaan beban untuk aksi geser b. Permukaan beban untuk aksi geser
satu arah. dua arah
12
Untuk aksi geser dua arah
Geser berfaktor menurut gambar 6.10b. adalah :
VU = σnet x luas efektif
= 29,155 x [(3x3)-(1,14 x 1,14)]
= 224,5 ton = 2245 kN
Bila tidak digunakan tulangan geser, kekuatan geser VC untuk βC = 1 ditentukan
menurut persamaan (6.15) :
1
VC = f ' c .bO .d
3
20 × (4 × 1140 ) × 540
1
=
3
= 3671 kN
Φ VC = 0,6 x 3671 = 2202 kN < VU (= 2245 kN)
Φ VC mendekati VU , maka dianggap memenuhi syarat.
13
CONTOH PONDASI
Data Perencanaan
40
Tanah Urug
200
30
20
lantai kerja t= 7 cm
68 Pasir t= 5 cm
40
175
175
68
Pu 63040,34
A = =
σ tanah 21000
= 3,00 m2
B =L= A = 3
= 1,73 m ~ 1,75 m
14
Direncanakan pondasi telapak dengan kedalaman 2,0 m ukuran 1,75 m × 1,75 m
- f ,c = 25 MPa
- fy = 400 MPa
- σtanah = 2,1 kg/cm2 = 21000 kg/m2
- γ tanah = 1,7 t/m3 = 1700 kg/m3
- γ beton = 2,4 t/m3
d = h – p – ½ ∅tul.utama
= 300 – 50 – 8
= 242 mm
Pembebanan pondasi
Berat telapak pondasi = 1,75 × 1,75 × 0,30 × 2400 = 2205 kg
Berat kolom ponda = 0,4 × 0,4 × 1,5 × 2400 = 576 kg
Berat tanah = (1,752 x 1,7)- (0,402 x1,7) x 1700 = 8388,3 kg
Pu = 63040,3 kg
∑P = 74209,6 kg
e =
∑ Mu = 1144,88
∑ P 74209,6
= 0,015 kg < 1/6. B = 0,46
σ yang terjadi =
∑P + Mu
A 1
.b.L2
6
74209,6 1144,88
= +
1,75 × 1,75 1
× 1,75 × (1,75)
2
6
= 18757,75 kg/m2
15
Perhitungan Tulangan Lentur
Mu = ½ . σ . t2 = ½ × (18757,75) × (0,68)2
= 4336,8 kgm = 4,3368 × 10 7 Nmm
4,3368 × 107
Mn = =5,4 × 10 7 Nmm
0,8
fy 400
m = = = 18,82
0,85.f' c 0,85 × 25
0,85.f' c 600
ρb = β
fy 600 + fy
0,85 × 25 600
= 0,85
400 600 + 400
= 0,027
ρ max = 0,75 . ρb
= 0,75 × 0,027
= 0,02
1,4 1,4
ρ min = = = 0,0035
fy 400
Mn 5,4 × 107
Rn = = = 0,53
b . d 2 1750 × (242)
2
1 2.m.Rn
ρ = 1 − 1 −
m fy
1 2 × 18,82 × 0,53
= 1 − 1 −
18,82 400
ρ = 0,0013
ρ < ρ max
ρ < ρ min → dipakai tulangan tunggal
Digunakan ρ min = 0,0035
As perlu = ρ min . b . d
= 0,0035 × 1750 × 242
= 1482,25 mm2
16
Digunakan tul D 16 = ¼ . π . d2
= ¼ × 3,14 × (16)2
= 200,96 mm2
1482,25
Jumlah tulangan (n) = = 7,38 ≈ 8 buah
200,96
1000
Jarak tulangan = = 125 mm
8
17