Anda di halaman 1dari 29

TUGAS

MAKALAH
Candi Borobudur, Keraton Jogyakarta, Candi
Prambanan
dan Gunung Merapi

NAMA : DANLO RAHMADANI NUGROHO

KELAS : 8.4

SEKOLAH : SMP NEGERI 15 DEPOK JAWA BARAT

0
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas mengenai “objek wisata Candi Borobudur Candi
Prambanan Keraton Jogjakarta dan Gunung Merapi”.
Dalam kesempatan ini, tak lupa kami mengucapkan terima kepada:
1. Hj Anis Budiyani M.Pd selaku Kepala Kepala Sekolah;
2. Para Guru dan staf – staf tata laksana;
3. Ibu Atik Widarsih SPd selaku Wali kelas 8.4;
4. Bapak Fitra Guru Pembimbing;
5. Orang tua kami yang telah memberikan dukungannya, menyelesaikan tugas ini
tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh karenaitu kritik dan
saran yang sifatnya membangun akan kami terima dengan senang hati.

Depok 15 Maret 2017

Penulis

1
Daftar isi

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................. ..............................3
Latar belakang..................................................................................................................3
Tujuan................................................................................................................................4
BAB II
2.1 Borobudur .................................................................................................................5
2.2 Kraton Yogyakarta...................................................................................................11
2.3 Candi Prambana........................................................................................................21
2.4 Gunung Merapi.........................................................................................................24

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................27
3.2 Saran.....................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................28

2
Bab 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kami memilih kota Yogyakarta karena kota Yogyakarta adalah tempat obyek wisata
yang tidak asing lagi bagi kita sebagai Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara
Asing. Disitu banyak berbagai tempat-tempat obyek pariwisata yang sangat penting,
bersejarah dan mempunyai keunikan tersendiri dengan ciri khasnya masing-masing.
Tempat-tempat obyek pariwisata tersebut misalnya : Candi Borobudur, Candi
Prambanan, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi
Masalah-masalah yang dibahas di Makalahini adalah :
1.Bagaimana sejarah kota Yogyakarta ?
2.Dimana saja tempat-tempat pariwisata yang sering dikunjungi para wisatawan ?
3.Kenapa kota Yogyakarta dikatakan sebagai kota pariwisata ?
4.Mengapa kota Yogyakarta disebut juga sebagai kota pendidikan ?

1.2. Tujuan
Tujuan penulis membuat Makalahtentang Yogyakarta ini adalah : untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di sekolah, mengetahui tempat-
tempat wisata yang ada di Jogja, dan dapat mengetahui seluk beluk tempat-tempat
wisata yang ada di Jogja. Khususnya bagi kami, umumnya bagi pembaca
Metode yang kami gunakan dalam membuat Makalahini adalah :
1. Mendengarkan
2. Membaca
3. Browsing
Makalah ini dapat digunakan untuk :
1.Menambah wawasan atau pengetahuan yang luas khususnya bagi penulis
sendiri dan umum bagi para pembaca yang budiman.
2. Mengenal tempat-tempat wisata di Jogja yang indah dan dipelihara di Indonesia
3. Mengetahui asal - usul tempat wisata yang ada di jogja.

3
Karena kurangnya pemahaman yang kami miliki dalam mengerjakan Makalah
ini, kami melakukan berbagai cara diantaranya :
1. Mendengarkan penjelasan bagaimana cara membuat Makalahdari guru
2. Pengamatan langsung ke objek wisata
3. Membaca buku yang berkaitan dengan objek wisata
4. Browsing di internet
5. Berdiskusi dengan anggota kelompok
-

4
Bab 2
PEMBAHASAN

2.1 Candi Borobudur


2.1.1 Gambaran Umum
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak
di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di
sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini
didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an
Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

2.1.2 Sejarah Candi Borobudur


Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur
dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa
pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti
Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari
wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824 M
dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu
Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa
membangun candi ini menurut kisah turun-temurun bernama Gunadharma.
Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena letusan gunung
berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik. Selain itu,
5
bangunan juga tertutup berbagai pepohonan dan semak belukar selama berabad-abad.
Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam masuk ke Indonesia
sekitar abad ke-15.
Pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles
mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro
daerah Magelang. Karena minatnya yang besar terhadap sejarah Jawa, maka Raffles
segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki
lokasi penemuan yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
Cornelius dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan menyingkirkan semak
belukar yang menutupi bangunan raksasa tersebut. Karena mempertimbangkan
bangunan yang sudah rapuh dan bisa runtuh, maka Cornelius melaporkan kepada
Raffles penemuan tersebut termasuk beberapa gambar. Karena penemuan itu, Raffles
mendapat penghargaan sebagai orang yang memulai pemugaran Candi Borobudur dan
mendapat perhatian dunia. Pada tahun 1835, seluruh area candi sudah berhasil digali.
Candi ini terus dipugar pada masa penjajahan Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia meminta bantuan
UNESCO untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun 1963, keluar keputusan
resmi pemerintah Indonesia untuk melakukan
pemugaran Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO. Namun pemugaran ini
baru benar-benar mulai dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1973. Proses pemugaran
baru selesai pada tahun 1984. Sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan
sebagai World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO.

6
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri 10 tingkat,
berukuran 123 x 123 meter, tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5

meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan.10
tingkat itu terdiri dari;enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk
bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya, yang menghadap kea rah
barat. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa. Jumlah stupa di
kompleksnya tersebut 594.
Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat
mazhab Mahayana. Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh

7
tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi
Buddha.
· Kamadhatu, bagian dasar Borobudur, melambangkan manusia yang masih terikat
nafsu.
· Rupadhatu, empat tingkat di atasnya, melambangkan manusia yang telah dapat
membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat
tersebut, patung Budha diletakkan terbuka.
· Arupadhatu, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang
berlubang-lubang. Melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa,
dan bentuk.
· Arupa, bagian paling atas yang melambangkan nirwana, tempat Budha
bersemayam
Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua
patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan
kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi
Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah
Hindia Belanda ketika itu.
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang
ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi
dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha
diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk
bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan
perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari
masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu
seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.

2.1.4 Relief
Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini
dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang

8
berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini
bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jātaka.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang
sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan
pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang
sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke
timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Adapun susunan dan pembagian relief cerita pada dinding dan pagar langkan
candi adalah sebagai berikut.

Bagan Relief
Tingkat Posisi/ Letak Cerita Relief Jumlah pigura
Kaki candi asli - ---------- Karmawibhangga 160 pigura
Tingkat I - dinding Lalitawistara 120 pigura
----------- - --------- Jataka/ awadana 120 pigura
----------- - langkan Jataka/ awadana 372 pigura
----------- - --------- Jataka/ awadana 128 pigura
Tingkat II - dinding Gandawyuha 128 pigura
----------- - langkan Jataka/ awadana 100 pigura
Tingkat III - dinding Gandawyuha 88 pigura
----------- - Langkan Gandawyuha 88 pigura
Tingkat IV - dinding Gandawyuha 84 pigura
----------- - langkan Gandawyuha 72 pigura
----------- jumlah -------------- 1460 pigura

2.1.5 Tahapan pembangunan Borobudur


· Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan
antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya
dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada
tata susun yang dibongkar.
· Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu
undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
· Tahap ketiga
9
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan
diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini
dengan satu stupa besar di tengahnya.
· Tahap keempat
Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas
pintu.

2.2 Kraton Yogyakarta

2.2.1
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta dikenal secara
umum oleh masyarakat sebagai bangunan istana salah satu kerajaan nusantara. Keraton
Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Yogyakarta sampai tahun 1950 ketika
10
pemerintah Negara Bagian Republik Indonesia menjadikan Kesultanan Yogyakarta
(bersama-sama Kadipaten Paku Alaman) sebagai sebuah daerah berotonomi khusus
setingkat provinsi dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa


bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas
sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk
istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan
dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata
air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati
Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar
Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu
Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri
Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul
(Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu
Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara
maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga
merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya

11
tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi
Keraton Yogyakarta
· Tata Ruang dan Arsitektur
Arsitek istana ini adalah Sultan Hamengku Buwono I sendiri, yang merupakan
pendiri dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Keahliannya dalam bidang
arsitektur dihargai oleh ilmuwan berkebangsaan Belanda - Dr. Pigeund dan Dr.
Adam yang menganggapnya sebagai "arsitek dari saudara Pakubuwono II
Surakarta". Bangunan pokok dan desain dasar tata ruang dari keraton berikut
desain dasar landscape kota tua Yogyakarta[6] diselesaikan antara tahun 1755-
1756. Bangunan lain di tambahkan kemudian oleh para Sultan Yogyakarta
berikutnya. Bentuk istana yang tampak sekarang ini sebagian besar merupakan
hasil pemugaran dan restorasi yang dilakukan oleh Sultan Hamengku

Buwono VIII (bertahta 1921-1939).

Koridor di Kedhaton dengan latar belakang Gedhong Jene dan Gedhong Purworetno
Dahulu bagian utama istana, dari utara keselatan, dimulai dari Gapura Gladhag
di utara sampai di Plengkung Nirboyo di selatan. Bagian-bagian utama keraton
Yogyakarta dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-Pangurakan; Kompleks Alun-
12
alun Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid Gedhe (Masjid Raya Kerajaan); Kompleks
Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks Kamandhungan Ler; Kompleks Sri
Manganti; Kompleks Kedhaton; Kompleks Kamagangan; Kompleks Kamandhungan
Kidul; Kompleks Siti Hinggil Kidul (sekarang disebut Sasana Hinggil); serta Alun-alun
Kidul (Lapangan Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang biasa disebut Plengkung
Gadhing.
Bagian-bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh
dikatakan simetris. Sebagian besar bagunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap
arah utara dan di sebelah selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan. Di daerah
Kedhaton sendiri bangunan kebanyakan menghadap timur atau barat. Namun demikian
ada bangunan yang menghadap ke arah yang lain.
Selain bagian-bagian utama yang berporos utara-selatan keraton juga memiliki
bagian yang lain. Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono, Kompleks
Roto Wijayan, Kompleks Keraton Kilen, Kompleks Taman Sari, dan Kompleks Istana
Putra Mahkota (mula-mula Sawojajar kemudian di nDalem Mangkubumen). Di
sekeliling Keraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari
tembok/dinding Cepuri dan Baluwerti. Di luar dinding tersebut ada beberapa bangunan
yang terkait dengan keraton antara lain Tugu Pal Putih, Gedhong Krapyak, nDalem
Kepatihan (Istana Perdana Menteri), dan Pasar Beringharjo.
 Arsitektur Umum
Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan
pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang ditanami
pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup
tinggi dan dihubungkan dengan Regol yang biasanya bergaya Semar Tinandu. Daun
pintu terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang
biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono. Pada regol
tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas.
Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa
tradisional. Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing seperti
Portugis, Belanda, bahkan Cina. Bangunan di tiap kompleks biasanya
berbentuk/berkonstruksi Joglo atau derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka tanpa
dinding disebut dengan Bangsal sedangkan joglo tertutup dinding
dinamakan Gedhong (gedung). Selain itu ada bangunan yang berupa kanopi beratap
13
bambu dan bertiang bambu yang disebut Tratag. Pada perkembangannya bangunan ini
beratap seng dan bertiang besi.
Permukaan atap joglo berupa trapesium. Bahannya terbuat dari sirap, genting
tanah, maupun seng dan biasanya berwarna merah atau kelabu. Atap tersebut ditopang
oleh tiang utama yang di sebut dengan Soko Guru yang berada di tengah bangunan,
serta tiang-tiang lainnya. Tiang-tiang bangunan biasanya berwarna hijau gelap atau
hitam dengan ornamen berwarna kuning, hijau muda, merah, dan emas maupun yang
lain. Untuk bagian bangunan lainnya yang terbuat
dari kayu memiliki warna senada dengan warna pada tiang. Pada bangunan tertentu
(misal Manguntur Tangkil) memiliki ornamen Putri Mirong, stilasi dari kaligrafi Allah,
Muhammad, dan Alif Lam Mim Ra, di tengah tiangnya.
Untuk batu alas tiang, Ompak, berwarna hitam dipadu dengan ornamen
berwarna emas. Warna putih mendominasi dinding bangunan maupun dinding pemisah
kompleks. Lantai biasanya terbuat dari batu pualam putih atau dari ubin bermotif.
Lantai dibuat lebih tinggi dari halaman berpasir. Pada bangunan tertentu memiliki lantai
utama yang lebih tinggi. Pada bangunan tertentu dilengkapi dengan batu persegi yang
disebut Selo Gilang tempat menempatkan singgasana Sultan.
Tiap-tiap bangunan memiliki kelas tergantung pada fungsinya termasuk
kedekatannya dengan jabatan penggunanya. Kelas utama misalnya, bangunan yang
dipergunakan oleh Sultan dalam kapasitas jabatannya, memiliki detail ornamen yang
lebih rumit dan indah dibandingkan dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah kelas
bangunan maka ornamen semakin sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama
sekali. Selain ornamen, kelas bangunan juga dapat dilihat dari bahan serta bentuk bagian
atau keseluruhan dari bangunan itu sendiri.Keraton Yogyakarta juga mempunyai
bangunan-bangunan yang berada di luar lingkungan Keraton itu sendiri. Bangunan-
bangunan tersebut memiliki kaitan yang erat dan boleh jadi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan.

Tugu Golong Gilig


Tugu golong gilig atau tugu pal putih (white pole) merupakan penanda batas
utara kota tua Yogyakarta. Semula bangunan ini berbentuk seperti tongkat bulat (gilig)
14
dengan sebuah bola (golong) diatasnya. Bangunan ini mengingatkan pada Washington
Monument di Washington DC. Pada tahun 1867 bangunan ini rusak (patah) karena
gempa bumi yang juga merusakkan situs Taman Sari. Pada masa pemerintahan Sultan
HB VII bangunan ini didirikan kembali. Namun sayangnya dengan bentuk berbeda
seperti yang dapat disaksikan sekarang (Januari 2008). Ketinggiannya pun dikurangi
dan hanya sepertiga tinggi bangunan aslinya. Lama-kelamaan nama tugu golong gilig
dan tugu pal putih semakin dilupakan seiring penyebutan bangunan ini sebagai Tugu
Yogyakarta.

Panggung Krapyak
Panggung krapyak dibangun oleh Sultan HB I dan saat ini merupakan benda cagar
budaya. Gedhong panggung, demikian disebut, merupakan sebuah podium dari batu
bata dengan tinggi 4 m, lebar 5 m, dan panjang 6 m. Tebal dindingnya mencapai 1 m.
Bangunan ini memiliki 4 pintu luar, 8 jendela luar, serta 8 pintu di bagian dalam. Atap
bangunan dibuat datar dengan pagar pembatas di bagian tepinya. Untuk mencapainya
tersedia tangga dari kayu di bagian barat laut. Bangunan bertingkat ini disekat menjadi 4
buah ruang. Dahulu tempat ini digunakan sebagai lokasi berburu menjangan
(rusa/kijang) oleh keluarga kerajaan.

15
Berlokasi dekat Ponpes Krapyak, konon tempat Gus Dur (presiden IV) pernah menimba
ilmu, bangunan di sebelah selatan Keraton ini menjadi batas selatan kota tua
Yogyakarta. Namun demikian, bangunan ini lebih mirip dengan gerbang
kemenangan, Triumph d’Arc. Kondisinya sempat memprihatinkan akibat gempa bumi
tahun 2006 sebelum akhirnya direnovasi. Setelah renovasi bangunan ini diberi pintu
besi sehingga orang-orang tidak dapat masuk kedalamnya.
Kepatihan
Dalem Kepatihan merupakan tempat kediaman resmi (Official residence)
sekaligus kantor Pepatih Dalem. Di tempat inilah pada zamannya diselenggarakan
kegiatan pemerintahan sehari-hari kerajaan. Sejak tahun 1945 kantor Perdana Menteri
Kesultanan Yogyakarta ini menjadi kompleks kantor Gubernur/Kepala Daerah Istimewa
dan PemProv DIY. Selain Pendopo Kepatihan, sisa bangunan
lama tempat ini juga dapat dilihat pada Gedhong Wilis (kantor gubernur),
Gedhong Bale Mangu (dulu digunakan sebagai gedung pengadilan Bale Mangu, sebuah
badan peradilan Kesultanan Yogyakarta dalam lingkungan peradilan umum), dan Masjid
Kepatihan. Sekarang tempat ini memiliki pintu utama di Jalan Malioboro.
Pathok Negoro
Mesjid Pathok Negoro yang berjumlah empat buah menjadi penanda batas
wilayah ibukota. Lokasi masjid ini berada di Ploso Kuning (batas utara), Mlangi (batas
barat), Kauman Dongkelan (batas selatan), dan Babadan (batas timur). Pendirian masjid
ini juga memiliki tujuan sebagai pusat penyiaran agama Islam selain masjid raya
kerajaan. Kedudukan masjid ini adalah setingkat dibawah masjid raya kerajaan. Ini
dapat dilihat dari kedudukan para imam besar/penghulu (jw=Kyai Pengulu) masjid ini
menjadi anggota Al-Mahkamah Al-Kabirah, badan peradilan Kesultanan Yogyakarta
dalam lingkungan peradilan agama Islam, dimana imam besar masjid raya kerajaan
(Kangjeng Kyai Pengulu) menjadi ketua mahkamah.
Bering Harjo
Pasar Bering Harjo merupakan salah satu pusat ekonomi Kesultanan Yogyakarta pada
zamannya. Berlokasi di sisi timur jalan Jend. A Yani, pasar Bering Harjo sampai saat ini
menjadi salah satu pasar induk di Yogyakarta. Sekarang pasar ini jauh berbeda dengan
aslinya. Bangunannya yang megah terdiri dari tiga lantai dan dibagi dalam dua sektor
barat dan timur yang dibatasi oleh jalan kecil. Namun demikian pasar yang berada tepat
di utara benteng Vredeburg ini tetap menjadi sebuah pasar tradisional yang merakyat.
16
Warisan Budaya
Selain memiliki kemegahan bangunan Keraton Yogyakarta juga memiliki suatu
warisan budaya yang tak ternilai. Diantarannya adalah upacara-upacara adat, tari-tarian
sakral, musik, dan pusaka (heirloom). Upacara adat yang terkenal adalah
upacara Tumplak Wajik, Garebeg, upacara Sekaten dan upacara Siraman Pusaka dan
Labuhan. Upacara yang berasal dari zaman kerajaan ini hingga sekarang terus
dilaksanakan dan merupakan warisan budaya Indonesia yang harus dilindungi dari
klaim pihak asing.

Tumplak Wajik
Upacara tumplak wajik adalah upacara pembuatan Wajik (makanan khas yang
terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa) untuk mengawali pembuatan pareden yang
digunakan dalam upacara Garebeg. Upacara ini hanya dilakukan untuk membuat
pareden estri pada Garebeg Mulud dan Garebeg Besar. Dalam upacara yang dihadiri
oleh pembesar Keraton ini di lengkapi dengan sesajian. Selain itu upacara yang
diselenggarakan dua hari sebelum garebeg juga diiringi dengan musik ansambel lesung-
alu (alat penumbuk padi), kenthongan, dan alat musik kayu lainnya. Setelah upacara
selesai dilanjutkan dengan pembuatan pareden.

Garebeg
Upacara Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu
tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ke-
3), tanggal satu bulan Sawal (bulan ke-10) dan tanggal sepuluh bulan Besar (bulan ke-
12). Pada hari-hari tersebut Sultan berkenan mengeluarkan sedekahnya kepada rakyat
sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini,
yang disebut dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari Pareden
Kakung, Pareden Estri, Pareden Pawohan, Pareden Gepak,dan Pareden Dharat,
serta Pareden Kutug/Bromo yang hanya dikeluarkan 8 tahun sekali pada saat Garebeg
Mulud tahun Dal.
Gunungan kakung berbentuk seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah
atas agak membulat. Sebagian besar gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang
yang berwarna hijau yang dirangkaikan dengan cabai merah, telur itik, dan beberapa
17
perlengkapan makanan kering lainnya. Gunungan estri berbentuk seperti keranjang
bunga yang penuh dengan rangkaian bunga. Sebagian besar disusun dari makanan
kering yang terbuat dari beras maupun beras ketan yang berbentuk lingkaran dan
runcing. Kedua gunungan ini ditempatkan dalam sebuah kotak pengangkut yang
disebut Jodhang.
Gunungan pawohan terdiri dari buah-buahan segar yang diletakkan dalam
keranjang dari daun kelapa muda (Janur) yang berwarna kuning. Gunungan ini juga
ditempatkan dalam jodhang dan ditutup dengan kain biru. Gunungan gepak berbentuk
seperti gunungan estri hanya saja permukaan atasnya datar. Gunungan dharat juga
berbentuk seperti gunungan estri namun memiliki permukaan atas yang lebih tumpul.
Kedua gunungan terakhir tidak ditempatkan dalam jodhangmelainkan hanya dialasi
kayu yang berbentuk lingkaran. Gunungan kutug/bromo memiliki bentuk khas karena
secara terus menerus mengeluarkan asap (kutug) yang berasal dari kemenyan yang
dibakar. Gunungan yang satu ini tidak diperebutkan oleh masyarakat melainkan dibawa
kembali ke dalam keraton untuk di bagikan kepada kerabat kerajaan.
Pada Garebeg Sawal Sultan menyedekahkan 1-2 buah pareden kakung. Jika dua
buah maka yang sebuah diperebutkan di Mesjid Gedhe dan sebuah sisanya diberikan
kepada kerabat Puro Paku Alaman. Pada garebeg Besar Sultan mengeluarkan pareden
kakung, estri, pawohan, gepak, dan dharat yang masing-masing berjumlah satu buah.
Pada garebeg Mulud/Sekaten Sultan memberi sedekah pareden kakung, estri, pawohan,
gepak, dan dharat yang masing-masing berjumlah satu buah. Bila garebeg Mulud
diselenggarakan pada tahun Dal, maka ditambah dengan satu pareden kakung dan satu
pareden kutug.

Sekaten
Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh
hari. Konon asal-usul upacara ini sejak kerajaan Demak. Upacara ini sebenarnya
merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad. Menurut cerita rakyat
kata Sekaten berasal dari istilah credo dalam agama Islam, Syahadatain. Sekaten
dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati, KK Guntur Madu dan KK
Nagawilaga, dari keraton untuk ditempatkan di Pagongan Selatan dan Utara di
depan Mesjid Gedhe.

18
Selama tujuh hari, mulai hari ke-6 sampai ke-11 bulan Mulud, kedua perangkat
gamelan tersebut dimainkan/dibunyikan (jw: ditabuh) secara bergantian menandai
perayaan sekaten. Pada malam kedelapan Sultan atau wakil yang beliau tunjuk,
melakukan upacara Udhik-Udhik, tradisi menyebar uang logam (koin). Setelah itu
Sultan atau wakil beliau masuk ke Mesjid Gedhe untuk mendengarkan pengajian maulid
nabi dan mendengarkan pembacaan riwayat hidup nabi.
Akhirnya pada hari terakhir upacara ditutup dengan Garebeg Mulud. Selama
sekaten Sego Gurih (sejenis nasi uduk) dan Endhog Abang (harfiah=telur merah)
merupakan makanan khas yang banyak dijual. Selain itu terdapat pula sirih pinang dan
bunga kantil (Michelia alba; famili Magnoliaceae). Saat ini selain upacara tradisi
seperti itu juga diselenggarakan suatu pasar malam yang dimulai sebulan sebelum
penyelenggaraan upacara sekaten yang sesungguhnya.
Upacara Siraman/Jamasan Pusaka dan Labuhan
Dalam bulan pertama kalender Jawa, Suro, Keraton Yogyakarta memilikiupacara
tradisi khas yaitu Upacara Siraman/Jamasan Pusaka dan Labuhan. Siraman/Jamasan
Pusaka adalah upacara yang dilakukan dalam rangka membersihkan maupun merawat
Pusaka Kerajaan (Royal Heirlooms) yang dimiliki. Upacara ini di selenggarakan di
empat tempat. Lokasi pertama adalah di Kompleks Kedhaton (nDalem Ageng
Prabayaksa dan bangsal Manis). Upacara di lokasi ini tertutup untuk umum dan hanya
diikuti oleh keluarga kerajaan.
Lokasi kedua dan ketiga berturut turut di kompleks Roto Wijayan dan Alun-alun.
Di Roto Wijayan yang dibersihkan/dirawat adalah kereta-kereta kuda. Kangjeng Nyai
Jimat, kereta resmi kerajaan pada zaman Sultan HB I-IV, selalu dibersihkan setiap
tahun. Kereta kuda lainnya dibersihkan secara bergilir untuk mendampingi (dalam
setahun hanya satu kereta yang mendapat jatah giliran). Di Alun-alun dilakukan
pemangkasan dan perapian ranting dan daun Waringin Sengker yang berada ditengah-
tengah lapangan. Lokasi terakhir adalah di pemakaman raja-raja di Imogiri. Di tempat
ini dibersihkan dua bejana yaitu Kyai Danumaya dan Danumurti. Di lokasi kedua,
ketiga, dan keempat masyarakat umum dapat menyaksikan prosesi upacaranya.
Labuhan adalah upacara sedekah yang dilakukan setidaknya di dua tempat
yaitu Pantai Parang Kusumo dan Lereng Gunung Merapi. Di kedua tempat itu benda-
benda milik Sultan seperti nyamping (kain batik), rasukan (pakaian) dan sebagainya di-
larung (harfiah=dihanyutkan). Upacara Labuhan di lereng Gunung Merapi (Kabupaten
19
Sleman) dipimpin oleh Juru Kunci Gunung Merapi (sekarang Januari 2008 dijabat
oleh Mas Ngabehi Suraksa Harga atau yang lebih dikenal dengan Mbah Marijan)
sedangkan di Pantai Parang Kusumo Kabupaten Bantul dipimpin oleh Juru Kunci
Cepuri Parang Kusumo. Benda-benda tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat.
Pusaka Kerajaan (Royal Heirlooms) Regalia
Regalia merupakan pusaka yang menyimbolkan karakter Sultan Yogyakarta dalam
memimpin negara berikut rakyatnya. Regalia yang dimiliki oleh terdiri dari berbagai
benda yang memiliki makna tersendiri yang kesemuanya secara bersama-sama
disebut KK Upocoro. Macam benda dan dan maknanya sebagai berikut:

1. Banyak (berwujud angsa) menyimbolkan kelurusan, kejujuran, serta kesiap


siagaan serta ketajaman;
2. Dhalang (berwujud kijang) menyimbolkan kecerdasan dan ketangkasan;
3. Sawung (berwujud ayam jantan) menyimbolkan kejantanan dan rasa tanggung
jawab;
4. Galing (berwujud burung merak jantan) menyimbolkan kemuliaan, keagungan,
dan keindahan;
5. Hardawalika (berwujud raja ular naga) menyimbolkan kekuatan;
6. Kutuk (berwujud kotak uang) menyimbolkan kemurahan hati dan
kedermawanan;
7. Kacu Mas (berwujud tempat saputangan emas) menyimbolkan kesucian dan
kemurnian;
8. Kandhil (berwujud lentera minyak) menyimbolkan penerangan dan pencerahan;
dan
9. Cepuri (berwujud nampan sirih pinang), Wadhah Ses (berwujud kotak rokok),
dan Kecohan (berwujud tempat meludah sirih pinang) menyimbolkan proses
membuat keputusan/kebijakan negara. KK Upocoro selalu ditempatkan di
belakang Sultan saat upacara resmi kenegaraan (state ceremony) dilangsungkan.
Pusaka ini dibawa oleh sekelompok gadis remaja yang disebut dengan abdi-
Dalem Manggung.

2.3 Candi Prambanan

20
Candi Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang yang terletak di Prambanan adalah
kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini terletak di pulau Jawa, kurang
lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang,
persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara
kabupaten Sleman dan Klaten.
Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua
orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung Maha
Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan
dan mulai rusak.

Renovasi
21
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan
Belanda, kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan
memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. beberapa saat kemudian Isaäc
Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut
ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Pada tahun 1902-
1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926,
dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin
dengan cara yang lebih metodis dan sistematis, sebagaimana diketahui para
pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu tanpa
memikirkan adanya usaha pemugaran kembali.Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan
hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van
Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu
kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga tahun 1993.
Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu
asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan
direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-
candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.Sekarang, candi
ini adalah sebuah situs yang dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1991. Antara lain
hal ini berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan
juga dalam situasi peperangan.
Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Asia Tenggara, tinggi
bangunan utama adalah 47m.Kompleks candi ini terdiri dari 8 kuil atau candi utama dan
lebih daripada 250 candi kecil.Tiga candi utama disebut Trisakti dan dipersembahkan
kepada sang hyang Trimurti: Batara Siwa sang Penghancur, Batara Wisnu sang
Pemelihara dan Batara Brahma sang Pencipta.
Candi Siwa di tengah-tengah, memuat empat ruangan, satu ruangan di setiap
arah mata angin. Sementara yang pertama memuat sebuah arca Batara Siwa setinggi
tiga meter, tiga lainnya mengandung arca-arca yang ukuran lebih kecil, yaitu
arca Durga, sakti atau istri Batara Siwa, Agastya, gurunya, dan Ganesa, putranya.

22
Arca Durga juga disebut sebagai Rara atau Lara/Loro Jongrang (dara langsing)
oleh penduduk setempat. Untuk lengkapnya bisa melihat di artikel Loro Jonggrang.Dua
candi lainnya dipersembahkan kepada Batara Wisnu, yang menghadap ke arah utara dan
satunya dipersembahkan kepada Batara Brahma, yang menghadap ke arah selatan.
Selain itu ada beberapa candi kecil lainnya yang dipersembahkan kepada sang
lembu Nandini, wahana Batara Siwa, sang Angsa, wahana Batara Brahma, dan
sang Garuda, wahana Batara Wisnu.
Lalu relief di sekeliling dua puluh tepi candi
menggambarkan wiracarita Ramayana. Versi yang digambarkan di sini berbeda
dengan Kakawin Ramayana Jawa Kuna, tetapi mirip dengan cerita Ramayana yang
diturunkan melalui tradisi lisan. Selain itu kompleks candi ini dikelilingi oleh lebih dari
250 candi yang ukurannya berbeda-beda dan disebut perwara. Di dalam kompleks candi
Prambanan terdapat juga museum yang menyimpan benda sejarah, termasuk
batu Lingga batara Siwa, sebagai lambang kesuburan.Salah satu dari candi dalam

23
2.4 Gunung Merapi

Wisata merapi memang sangat menarik, kami persembahkan artikel berikut untuk anda
yang ingin merasakan wisata merapi seperti volcano tour cangkringan dan yang lainnya.

2.4.1.Kali Opak

Kali Opak merupakan salah satu sungai yang berhulu di lereng gunung
merapisebelah selatan. Panjang sungai Opak kurang lebih 12 KM dengan kedalaman
sekitar 30 meter. Sungai ini memisahkan dua desa di kecamatan Cangkringan yaitu desa
Kepuharjo dan desa Umbulharjo. Sebelum erupsi merapi tahun 2010, tebing di sungai
Opak ditumbuhi pepohonan liar yang cukup banyak. Di sekitar sungai juga tumbuh
dengan subur pohon-pohon sengon milik warga sekitar. Sejak puluhan tahun lalu
banyak warga yang mencari nafkah di sungai ini dengan cara menambang pasir dan
batu yang ada di dalamnya.
Pada Oktober 2010, sungai Opak dilewati lahar panas ketika gunung Merapi meletus.
Lahar di sungai tersebut berasal dari luapan lahar di sungai Gendol. Letusan tersebut
mengakibatkan matinya tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar sungai dan hancurnya
pemukiman warga akibat terjangan awan panas. Material pasir dan batu-batu besar di
sungai Opak semakin bertambah dari sebelumnya. Namun adanya penambangan pasir
dan batu membuat jumlah lahar semakin hari semakin berkurang.

24
2.4.2 Museum Sisa Harta Ku

Museum sisa harta ku terletak di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan


Cangkringan, Sleman. Museum ini merupakan satu dari sekian banyak rumah yang
hancur akibat letusan Gunung Merapi tahun 2010. Keadaan rumah yang rusak parah
mampu membuat kita membayangkan betapa mengerikannya bencana erupsi merapi
yang terjadi pada tahun 2010 silam.
Benda yang cukup berkesan di dalam museum ini yaitu jam erupsi. Jam ini merupakan
satu-satunya jam yang menunjukkan waktu ketika rumah atau daerah di wilayah
tersebut harcur akibat erupsi merapi. Jarum pendek menunjuk angka 12 sedangkan
jarum panjang menunjuk angka 5, atau dengan kata lain wilayah dusun Petung hancur
pada pukul 00.05 WIB malam jum’at Kliwon, 5 November 2010.
Di dalam museum, kita dapat melihat kumpulan benda-benda yang menjadi saksi bisu
kedahsyatan erupsi merapi tahun 2010. Benda tersebut antara lain sepeda motor, benda
pusaka, gamelan, kerangka hewan, dan berbagai perlengkapan rumah tangga lain yang
meleleh akibat keganasan awan panas atau lebih dikenal dengan wedhus gembel.

25
2.4.3. Batu Alien

Batu Alien merupakan salah satu batu besar yang keluar dari mulut gunung
merapi ketika erupsi tahun 2010. Batu Alien memiliki diameter kurang lebih 5 meter.
Batu tersebut dijuluki batu Alien karena bentuknya yang menyerupai wajah manusia.
Dari sisi samping kiri batu, terlihat jelas bentuk batu nampak seperti kepala manusia
yang dilengkapi dengan anggota tubuh pada umumnya yaitu mata, hidung, mulut,
telinga, dagu dan kening. Banyak orang berpendapat bahwa wajah di batu tersebut
menunjukkan ekspresi sedih atau sedang menangis.
Di sisi utara batu Alien terdapat hamparan pasir yang cukup luas akibat luapan
lava dari sungai gendol saat letusan gunung merapi 2010. Tempat tersebut sangat bagus
digunakan untuk berfoto-foto dengan background sungai gendol dan gunung merapi
ketika cuaca cerah. Sebelum erupsi merapi tahun 2010, daerah tersebut merupakan
pemukiman warga dusun Jambu. Sebelumnya berdiri 3 bangunan rumah dan 2 kandang
sapi. Luapan lahar dari sungai gendol mengakibatkan bangunan-bangunan tersebut
tertimbun pasir dan batu hingga menjadi seperti sekarang ini.
Kali Gendol merupakan sungai yang menjadi jalur utama lahar yang keluar dari gunung
merapi. Mantrial pasir dan batu yang melewati sungai ini mencapai jutaan meter kubik.
Banyaknya matrial membuat sungai ini tidak mampu menampung lahar sehingga lahar
meluap disekitaran sungai. Luapan matrial sampai dipemukiman penduduk sehingga
banyak rumah yang hancur rata dengan tanah. Timbunan pasir yang tinggi membuat
keadaan wilayah setempat sangat berbeda dari sebelumnya.

2.4.4. Bunker Kaliadem

Pada tahun 2005, dibangun sebuah bunker di lereng gunung Merapi tepatnya di
dusun Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Tujuannya yaitu
sebagai tempat perlindungan atau persembunyian ketika gunung Merapi meletus.
Bunker tersebut berukuran 12 x 8 meter dan terletak di bawah tanah dengan kedalaman
sekitar 3 meter. Di dalam bunker dilengkapi sebuah ruang tabung oksigen, kamar
mandi, dan lampu untuk penerangan.
Pada tahun 2006 lalu, bunker ini tertimbun material lava akibat letusan gunung Merapi.
26
Di dalam bunker tersebut ditemukan 2 orang mayat yang meninggal terbakar karena
suhu lava yang superr panas yaitu 600o celcius. Tahun 2010 bunker Kaliadem kembali
tertimbun material lava akibat letusan gunung Merapi. Meski sudah 2 kali tertimbun
lava merapi, namun sampai saat ini bangunan bunker masih kokoh berdiri.
Di atas bunker, kita dapat melihat aliran lava di sungai Gendol. Kita juga dapat melihat
bukit Glagahsari dari sana. Di sekitaran bunker, terdapat hamparan pasir batu yang
terlihat seperti gurun. Di tempat tersebut juga tumbuh banyak sekali bunga edelweys.
Pemandangan di tempat ini bagus untuk melakukan foto bersama dengan teman atau
keluarga.

2.4.5.Makam Mbah Maridjan


Siapa yang tak tahu dengan Mbah Maridjan! Orang yang sudah puluhan tahun
bertugas menjaga merapi itu akhirnya gugur dalam perang. Berkat kegigihan
melaksanakan tugas, banyak orang menganggapnya sebagai pahlawan Merapi. Tak
sedikit orang menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Mbah Maridjan yang
tertelak di Dusun Srunen, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.
Dalamnya sungai Gendol yang menjadi jalur utama luncuran lava dari Merapi tak
menjadi hambatan bagi para peziarah untuk datang ke makam Mbah Maridjan. Ayo
berziarah ke makam pahlawan Merapi atau Mbah Maridjan. DATANG, DUDUK,
DOAKAN! Dan obyek lainya

27
Bab 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari bacaan diatas dapat disimpulkan bahwa Yogyakarta memiliki banyak sekali
tempat wisata yang unik dan mengagumkan, tempat-tempat bersejarah dan tempat-
tempat yang indah. Dan semua itu sangat berkaitan erat dengan pendidikan, karena
dengan mengetahui tempat-tempat wisata tersebut kita bisa tahu sejarah dan menambah
ilmu pengetahuan.
3.2 Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih
banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karna kami manusia yang adalah
tempat salah dan dosa dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi
untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih atas guru guru yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan Makalah ini.

28

Anda mungkin juga menyukai