Disusun oleh :
1. Ane Nurahmi
2. Annisa Verina
3. Evangeline Keisha A
4. Fenika Diani K
5. Giva Citra P
6. Hilda Tri Vania R
7. Novia Silvana S
8. Rio Mulki U
9. Sarah Kanaya A
10. Silmi Arya N
11. Zulfikri Ensa P
Kelas : XI IPA 7
PENDAHULUAN
Ikan mujair merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih dengan
warna abu-abu, coklat atau hitam. Ikan ini berasal dari perairan Afrika dan pertama kali di
Indonesia ditemukan oleh Bapak Mujair di muara sungai Serang pantai selatan Blitar Jawa
Timur pada tahun 1939. Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar
garam/salinitas. Jenis ikan ini mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif lebih cepat,
tetapi setelah dewasa percepatan pertumbuhannya akan menurun. Panjang total maksimum
yang dapat dicapai ikan mujair adalah 40 cm.
Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air
tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari 0,05%. Dalam banyak hal,
lingkungan air tawar berbeda dengan lingkungan perairan laut, dan yang paling
membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk bertahan di air tawar, ikan
membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan menjaga keseimbangan
konsentrasi ion dalam tubuh. 41% dari seluruh spesies ikan diketahui berada di air tawar.
Hal ini karena spesiasiyang cepat yang menjadikan habitat yang terpencar menjadi
mungkin untuk ditinggali.
Ikan air tawar berbeda secara fisiologisdengan ikan laut dalam beberapa aspek.
Insang mereka harus mampu mendifusikanair sembari menjaga kadar garam dalam cairan
tubuh secara simultan. Adaptasi pada bagian sisik ikan juga memainkan peran penting;
ikan air tawar yang kehilangan banyak sisik akan mendapatkan kelebihan air yang berdifusi
ke dalam kulit, dan dapat menyebabkan kematian pada ikan. Karakteristik lainnya terkait
ikan air tawar adalah ginjalnya yang berkembang dengan baik. Ginjal ikan air tawar
berukuran besar karena banyak air yang melewatinya.
A. Tujuan
B. Masalah
1) Apakah keunggulan budidaya ikan mujair dibandingkan dengan budidaya ikan yang
lainnya?
2) Alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan budidaya ikan mujair?
3) Berapa jumlah perkiraan modal yang dibutuhkan untuk melaksanakan budidaya ikan
mujair?
4) Metode apa saja yang harus ditempuh dalam melaksanakan budidaya ikan mujair?
5) Apa saja keuntungan dan kerugian dalam budidaya ikan mujair?
Kegiatan budidaya ikan konsumsi ini diikuti seluruh siswa kelas 11 SMA Negeri 1 Banjar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
Pembuatan Kolam
Pemberian Pakan
Di Panen
B. Hipotesis
Budidaya ikan mujair ini memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan.
Karena permintaan di pasaran setiap hari selalu mengalami kenaikan yang cukup
signifikan. Selain itu juga, budidaya ikan mujair tidak membutuhkan waktu yang lama,
adaptasi dan kemampuan bertahan hidupnya tinggi, dan tidak pilih pilih makanan.
BAB III
METODOLOGI
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam menentukan lokasi
untuk budidaya ikan mujair:
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor
sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan mujair dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian
antara 150-1000 m dpl.
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mujair harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5) Ikan mujair dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras.
Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisik ikan mujair. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha,
sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
6) Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.
B. Kolam
Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikanmujair
tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb). Adapun jenis kolam
yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan mujair antara lain:
Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah
yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun
syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-
60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.
Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50
cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam
pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam
pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum 250-
500 meter persegi/kolam.
Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini
memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih
memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada pera petani.
Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah
antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.
4). Kolam/tempat pemberokan (tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan)
a) Polikultur
1. ikan mujair 50%, ikan tawes 20%, dan mas 30%, atau
2. ikan mujair 50%, ikan gurame 20% dan ikan mas 30%.
b) Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan
polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.
E. Pemupukan Kolam
F. Pemberian Pakan
Apabila tingkat produkivitas dan kesuburan kolam sudah semakin berkurang, maka
bisa diberikan makanan tambahan dengan komposisi sebagai berikut: tepung ikan 25%,
tepung kopra 10% dan dedak halus sebesar 65%. Komposisi ransum ini digunakan dalam
usaha budidaya ikan munjair secara komersial. Dapat juga diberi makanan yang berupa
pellet yang berkadar protein 20-30% dengan dosis 2-3% dari berat populasi per hari,
diberikan sebanyak dua kali per hari yaitu pada pagi dan sore hari.
Disamping itu juga kondisi pakan dalam perairan tersebut sesuai dengan dosis atau
ketentuan yang ada. Yaitu selain pakan dari media dasar juga perlu diberi makanan
tambahan berupa hancuran pellet atau remah dengan dosis 10% dari berat populasi per hari.
Pemberiannya 2-3 kali/hari.
G. Pemeliharaan Kolam/Tambak
Dalam hal pemeliharaan ikan mujair yang tidak boleh terabaikan adalah menjaga
kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak tercemari/teracuni oleh
zat beracun.
H. Pemeliharaan
1. Pemeliharaan ikan mujair sangat mudah sekali. Pemeliharaan dapat dilakukan di sawah
atau di danau, yang terpenting cukup tersedia zat asam, sehingga sering dijumpai ikan
mujair beriringan menghirup udara segar.
2. Untuk kepadatan pemeliharaan, setiap 1,5 m bisa berisi kurang lebih 20 ekor ikan mujair
panjang 8 sampai 10 cm.
3. Untuk pemberian makan, dapat kita taburkan konsentrat 521 atau 534, atau dapat
membuat sendiri dari bahan bekatul ditambah ikan asin giling dan jagung belah.
4. Sebagai makanan tambahan berupa daun kangkung, bayam yang dicacah, atau dapat juga
bangkai ayam atau itik.
Pemanenan ikan mujair dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen sebagian.
Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih
dengan ukuran tertentu (untuk pemanenan benih). Ukuran benih yang akan dipanen (umur
1-1,5 bulan) tergantung dari permintaan konsumen, umumnya digolongkan untuk ukuran:
1-3 cm; 3-5 cm dan 5-8 cm. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di
atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat
jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan
larutan malachitegreen 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.
2) Panen total
2.Sarah Kanaya A
2. Rio Mulki U
III.3 Fasilitas yang Tersedia
Keuntungan-Keuntungan
Investasi
Peralatan Harga
PENUTUP
http://budidayanews.blogspot.com/2011/03/teknik-budidaya-ikan-mujair.html?m=1
IV.2 Lampiran