1. Pengertian
Gastroenteritis adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari
3 kali dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat,
2006).
Gastroentritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan drah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005).
Gastroentritis adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus dan pathogen parasitik (Wong, 2003).
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Sudaryat Suraatmaja, 2005).
Gastroentritis atau diare akut adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih dari 3 kali perhari dengan tinja
berbentuk cair /setengah padat dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram.
2. Anatomi Fisiologi
3. Etiologi
a. Faktor Infeksi
i. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak meliputi :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, compylobacter yersinia,
aeromonas, dan sebagainya.
- Infeksi virus : Eterovirus (Virus echo, coxsaekie, poliomyelitis), Adenovirus,
rotavirus, astrovirus dan lain-lain.
- Infeksi parasit : Cacing (ascaris, thrichiuris, oxyuris, strongyloides protozoa
(entamoeba hystolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis), jamur
(candida albicans).
ii. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
i. Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
ii. Malabsorbsi lemak
iii. Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, elergi terhadap makanan.
4. Web Of Caustion
Etiologi (Buckley, 2010; Bronkopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, Pemeriksaan
Kartasasmita, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat diagnostik
2010; Setyoningrum, (Nelson, 2009;
lobulus (Wong, 2004). KemenKes RI (2012) mendefinisikan bronkopneumonia
2006): Price & Wilson,
sebagai infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Bakteri 2006;
Virus Setyoningrum,
Jamur
2006):
Aspirasi Masuk ke bronkiolus terminal sampai alveoli
Rontgen thoraks
Kultur sputum &
Faktor risiko (DepKes, darah
Proses inflamasi
2004): Pemeriksaan
Penumpukan serologi
usia cairan di alveoli Fungsi paru
Kongestif (4-12 jam) eksudat dan serosa masuk alveoli
riwayat BBLR Biopsi paru
riwayat imunisasi Spirometri
pendidikan ibu
Oksimetri nadi
status ekonomi
Hepatisasi merah (12-48jam) paru-paru tampak merah dan Laringoskopi/
asupan gizi
ASI eksklusif bergranulasi karena sel darah merah dan leukosit mengisi Bersihan jalan napas bronkoskopi
kepadatan penduduk alveoli tidak efektif
polusi udara
Peningkatan Resolusi 8-11 Hepatisasi kelabu (3-8 Gangguan
suhu tubuh hari hari) Konsolidasi paru pertukaran gas
WCSSS:
Retraksi
Metabolisme Kurangnya Compliance paru dinding dada
meningkat asupan menurun RR per menit
Wheezing
Kondisi Umum
Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang
Pola napas tidak efektif
dari kebutuhan tubuh
Gizi kurang
5. Manifestasi Klinis
Secara umum gambaran klinis pneumonia diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu
gejala umum dan gejala respiratorik. Gejala umum meliputi demam, sakit kepala, malaise,
nafsu makan menurun, gejala gastrointestinal (mual, muntah, dan diare), sedangkan gejala
respiratorik meliputi batuk, napas cepat (takipnea), napas sesak (retraksi dinding dada/chest
indrawing), napas cuping hidung, dan sianosis (Said, 2010).
Gejala klinis yang muncul biasanya tergantung dari umur pasien dan patogen
penyebabnya, sedangkan pada anak-anak biasanya tidak muncul gejala (Setyoningrum, 2006).
Tanda dan gejala pada bayi dan anak kecil meliputi demam, anak rewel, kejang yang
disebabkan demam tinggi, sakit kepala, nyeri dan pegal pada punggung dan leher, anoreksia,
muntah, diare, nyeri abdomen, hidung tersumbat, produksi sekret, stridor, merintih, wheezing,
crackles,dan batuk
(Hockenberry & Wilson, 2012) Pada neonatus sering dijumpai takipnea, retraksi dinding
dada, dan sianosis. Pada bayi yang lebih besar, gejala yang sering terlihat yaitu takipnea,
retraksi dinding dada, sianosis, batuk, demam, dan iritabel. Pada anak pra sekolah, gejala yang
sering terjadi yaitu demam, batuk (non produktif atau produktif), takipnea, dan dispnea yang
ditandai dengan retraksi dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja dapat ditemui
demam, batuk (non produktif atau produktif), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi, dan letargi.
Menurut DepKes (2004), tanda dan gejala pneumonia diantaranya yaitu batuk, pilek, demam
disertai adanya kesukaran bernapas dan peningkatan frekuensi napas sesuai usia. Napas cepat
dapat diketahui dengan menghitung frekuensi napas dalam satu menit penuh yang dihitung
ketika kondisi anak tenang. Untuk anak usia kurang dari dua bulan, dikatakan napas cepat
jika frekuensi napasnya ≥60 kali per menit, untuk usia 2 bulan sampai 1 tahun dikatakan
napas cepat jika frekuensi napasnya ≥50 kali per menit, dan untuk balita (1-5 tahun) dikatakan
napas cepat jika frekuensi napasnya ≥40 kali per menit (WHO, 2011).
6. Penatalaksanaan Medis
Tata laksana bronkopneumonia terbagi menjadi dua yaitu tindakan suportif dan
medikamentosa (Enarson & Gie, 2005). Tindakan suportif seperti pemberian oksigen secara
nasal kanul (nasal prong) untuk mempertahankan saturasi oksigen >90%. Pemberian cairan
dan nutrisi yang adekuat juga merupakan tindakan suportif. Jika sekret berlebih dapat
diberikan inhalasi dengan normal salin untuk memperbaiki transport mukosiliar. Tata laksana
kedua yaitu medikamentosa dengan pemberian terapi antibiotik sesuai dengan pola kuman
tersering yaitu Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza (Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia, 2003).
Menurut Ricciuti dan Schub (2010) tata laksana infeksi saluran napas bawah pada bayi
membutuhkan fisioterapi dada seperti perkusi dengan kombinasi suction. Fisioterapi dada
sebaiknya didahului dengan pemberian bronkodilator dan normal salin untuk membantu
mengencerkan mukus yang kental. Pemantauan saturasi oksigen sangat diperlukan untuk
mengetahui keberhasilan terapi dan mencegah kondisi lebih parah. Selain pemerian
fisioterapi dada sebagai terapi suportif, pemantauan status hidrasi dan status ASI
eksklusif sangat dianjurkan. Dengan cairan yang adekuat dan ASI eksklusif diteliti dapat
mempercepat penyembuhan dan mempersingkat hari rawat (Abdullah, 2003).
B. KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 4 TAHUN
1. Pendahuluan
Kebutuhan dasar seorang anak adalah asah (kebutuhan akan stimulasi mental dini),
asih (kebutuhan emosianal), dan asuh (kebutuhan biomedis). Ketiga kebutuhan dasar anak
tersebut seharusnya terpenuhi sehingga anak akan tumbuh sesuai dengan tugas
perkembangannya. Karena bila anak mengalami keterlambatan pada salah satu tugas
perkembangan, maka akan mempengaruhi tugas perkembangan berikutnya. Hal ini akan
menyebabkan gangguan psikologis, yaitu kurangnya kepercayaan diri pada diri anak. Maka
orang tua atau orang dewasa yang ada di sekitar anak (termasuk guru) berkewajiban
memperhatikan dan memenuhi kebutuhan dasar anak tersebut.
Kenyataannya adalah, tidak semua orang tua maupun guru memperhatikan ketiga
kebutuhan tersebut. Mereka tidak memperhatikan karakter anak yang jauh berbeda dengan
orang dewasa. Anak lebih cenderung diperlakukan seperti orang dewasa. Diberi tugas yang
banyak sehingga anak menjadi stress. Dengan alasan membuat anak menjadi cerdas, mereka
men-cekok-i anak dengan se-abrek tugas seperti orang dewasa. Mereka lupa bahwa tumbuh
kembang anak (termasuk anak 4 tahun) tidak sama dengan orang dewasa. Mereka memiliki
karakter yang unik dengan gaya belajar yang berbeda-beda.
Seharusnyalah anak diperlakukan atau distimulasi sesuai karakternya dan gaya
belajarnya, sehingga anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangannya. Tentu
saja dengan tidak mengesampingkan tiga macam kebutuhan anak seperti diungkap
sebelumnya. Ketiga kebutuhan yang sangat penting tersebut memang harus terpenuhi
semuanya. Namun, yang akan dibicarakan saat ini adalah kebutuhan asah (kebutuhan akan
stimulasi mental dini) anak. Kebutuhan ini berhubungan dengan cikal bakal proses
pembelajaran, pendidikan, dan pelatihan yang diberikan sedini dan sesuai mungkin. Terutama
pada usia 4 tahun sehingga akan terwujud etika, kepribadian yang mantap, arif, dengan
kecerdasan, kemandirian, keterampilan dan produktivitas yang baik. Untuk mewujudkan hal
itu, seperti telah diungkap di atas, harus ada kesesuaian antara perlakuan atau stimulasi yang
diberikan dengan karakter anak dan gaya belajarnya.
APAKAH TUMBUH KEMBANG ITU?
Bila berbicara tentang tumbuh kembang, kita akan ingat betapa kita dulu adalah bayi
baru lahir yang tidak mandiri. Kita mengalami pertumbuhan dan perkembangan sehingga bisa
mandiri dan menjadi seperti sekarang. Namun, apakah sebenarnya tumbuh kembang itu?
Secara harfiah, menurut Albert, dkk (2002) dalam tim wikipedia (2008), pertumbuhan
merupakan proses pertambahan ukuran (volume, massa, atau dimensi tertentu) yang
berlangsung di dalam organisme; sedangkan perkembangan adalah suksesi dari perubahan
yang berlangsung di dalam organisme. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Ns. Anisah
Ardiana (2007) yang mengatakan bahwa pertumbuhan meliputi perubahan fisik, peningkatan
jumlah sel, perubahan ukuran, kuantitatif, tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, gigi, dan
pola bervariasi. Sedangkan perkembangan meliputi perubahan kualitatif, maturation,
sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
merupakan perubahan fisik, sedangkan perkembangan adalah perubahan
mental/kematangan/kedewasaan. Sehingga pada dasarnya, menurut Suriviana (2008),
pertumbuhan (growth) berkaitan dengan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik
seseorang. Sedangkan perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan dan
penambahan kemampuan (skill) fungsi organ atau individu. Kedua proses ini terjadi secara
sinkron pada setiap individu.
Suriviana (2008) kemudian memaparkan bahwa proses tumbuh kembang seseorang
merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait, yaitu: faktor genetik/keturunan,
lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses ini bersifat individual dan unik
sehingga memberikan hasil akhir yang berbeda dan ciri tersendiri pada setiap anak. Penilaian
terhadap pertumbuhan seorang anak dapat dinilai melalui pertambahan berat dan tinggi badan;
sampai anak berusia 2 tahun masih dapat digunakan penilaian melalui lingkar kepala yang
biasanya dibandingkan dengan usia anak. Beberapa cara penilaian melalui pemeriksaan fisik
atau klinikal, pemeriksaan antropometri (membandingkan tinggi badan terhadap umur, berat
badan terhadap umur, lingkaran kepala terhadap umur, lingkar lengan atas terhadap umur),
contohnya KMS (kartu menuju sehat) yang membandingkan berat badan terhadap umur,
pemeriksaan radiologis, laboratorium, dan analisa diet.
Ciri-ciri tumbuh kembang itu sendiri menurut Ns. Anisah Ardiana (2007) meliputi
perubahan dalam aspek fisik dan psikis, perubahan dalam proporsi, lenyapnya tandatanda
yang lama dan diperoleh tanda-tanda yang baru. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang menurut Ns. Anisah Ardiana (2007), faktor genetik dan faktor
eksternal/lingkungan (keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman hidup, kesehatan, dan
lingkungan tempat tinggal). Namun Suriviana (2008) hanya mengungkapkan faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan saja, yaitu heredo konstitusional (tergantung ras, genetik,
jenis kelamin, dan kelainan bawaan), faktor hormonal (insulin , tiroid, hormon sex dan
steroid), serta faktor lingkungan selama dan sesudah lahir (gizi, trauma, sosio-ekonomi, iklim,
aktivitas fisik, penyakit, dll).
Dengan melihat pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa tumbuh kembang
merupakan perubahan yang terjadi pada seorang individu baik secara fisik maupun mental
(nature maupun mature). Bagaimana dengan tumbuh kembang anak usia 4 tahun?
Bagaimana bila ada keterlambatan dalam tumbuh kembangnya? Apakah akan berpengaruh
pada proses tumbuh kembang berikutnya? Bagaimana men-stimulasi tumbuh kembang anak
usia 4 tahun agar menjadi maksimal?
Yulia Ayriza (2005) mengungkapkan bahwa tumbuh kembang anak dapat dilihat dari
berbagai aspek, diantaranya aspek kognitif, fisik motorik, sosial, bahasa, moral. Namun, aspek
yang paling dapat mempengaruhi aspek lainnya adalah aspek kognitif dan fisik motorik. Untuk
itu, kali ini hanya akan disoroti perkembangan anak usia 4 tahun pada aspek kognitif dan fisik
motorik saja. Terlebih dahulu, akan diungkap perkembangan fisik motorik. Perkembangan
fisik motorik terbagi menjadi 2, yaitu motorik kasar dan motorik halus.
Pekembangan fisik motorik kasar:
a. Meloncat
b. Mengendarai sepeda kecil
c. Menangkap bola
Sedangkan perkembangan fisik motorik halus:
a. Menggunakan pensil
b. Menggunakan gunting
Setelah mengetahui perkembangan fisik motorik anak usia 4 tahum, maka diungkap
perkembangan kognitif anak usia 4 tahun yang meliputi:
a. Berpikir konvergen (memusat) menuju ke suatu jawaban yang paling mungkin dan paling
benar terhadap suatu persoalan.
b. Tahap praoperasional (Piaget): anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis,
fungsi simbolis penguasaan bahasa semakin sistematis, egosentris tidak mampu
melihat dari perspektif orang lain, imitasi peniruan besar-besaran, centralized berpikir
terpusat pada satu dimensi, berpikir tidak dapat dibalik, berpikir terarah statis.
c. Vygotsky: stimulasi kognitif di ZPD (Zone of Proximal Development): wilayah dekat
kematangan, potensial dan sensitif untuk distimulasi.
Kedua pendapat di atas, walaupun memiliki perbedaan, namun tetap memiliki beberapa
kesamaan, yaitu lebih cenderung memfokuskan pada perkembangan kognitif dan fisik motorik
(baik motorik kasar maupun halus).
Teori-teori lain
Menurut supratini (2004) klasifikasi bermain untuk usia anak 4 tahun adalah
a. Associative play merupakan permainan yang sudah terjadi komunikasi antara satu
anak dengan anak lain, tetapi tetap terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang
memimpin permainan dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan ini
adalah bermain boneka, hujan-hujanan, dan bermain masak-masakan.
b. Dramatic play merupakan permainan yang memainkan peran sebagai orang lain
melalui permainannya. Anak berceloteh sambil memakai pakaian yang meniru
kebiasaan oran dewasa pada berpakaian misalnya, ibu guru, ayahnya, ibunya,
kakaknya, dan sebagainya yang ingin anak tiru. Permainan ini penting untuk
proses identifikasi anak terhadap peran tertentu.
c. Skill play merupakan permainan yang akan meningkatkan keterampilan,
khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya anak akan terampil memegang
benda-benda tertentu, memindahkan dari satu tempat ke tempat tertentu dan anak
terampil naik sepeda. Jadi keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan
kegiatan permainan yang dilakukan. Semakin sering anak melkukannya maka
semakin terampil.
Adapun jenis-jenis permainan untuk usia prasekolah:
- Peralatan rumah tangga
- Sepeda roda Tiga
- Papan tulis/kapur
- Lilin,boneka,kertas
- Drum,buku dengan kata simple,kapal terbang,mobil,truk
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH BRONKHOPNEUMONI
1. Pengkajian
a. Identitas
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang
atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh
yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi
dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
b. Riwayat Keperawatan
i. Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan
cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah
dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
ii. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC
dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
iii. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
iv. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
c. Riwayat kesehatan lingkungan
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan
awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang
kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak
asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
d. Imunisasi
Anak yang tidak mendapa4 Tahunan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh
yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
e. Nutrisi
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
f. Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler
Takikardi, iritability
2) Sistem pernapasan
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping
hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan
dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub,
perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua
cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
3) Sistem pencernaan
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang
tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang
tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
4) Sistem eliminasi
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai
berat).
5) Sistem saraf
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anakanak
atau malas minum, ubun-ubun cekung
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal
Tonus otot menurun, lemah secara umum
7) Sistem endokrin
Tidak ada kelainan
8) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat,
kulit kering
9) Sistem penginderaan
Tidak ada kelainan.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang diten tukan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,
pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan
keluarganya dengan kriteria :
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
b. Menyangkut keadaan bio, psiko, social, spiritual pasien.
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga.
d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
e. Menggunakan sumber daya yang ada.
f. Menerapkan prinsip aseptic dan antiseptic.
g. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy, dan mengutamakan keselamatan
pasien.
h. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien.
i. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien.
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.
k. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.
l. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah
ditentukan.
Carpetino, Lj, (1999). Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan. Ed.2 jakarta : EGC
Dongoes (2000). Diagnosa keperawatan.Ed.8.Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, et all. (1999). Kapita selekta kedokteran. Fakultas kedokteran UI : Media
Aescullapius.
Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK fk Universitas
Airlangga
Price, Andrean Sylvia. (1997). Patofisiologi. Ed. I. Jakarta : EGC
Butcher, Howard. dkk. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC): Fifth Edition.
Miscourt: Mosby Elsevier.
Heardman, Heather. 2009. Nuring Diagnosis: Definition & Classification. United Kingdom:
Markono Print Media.
Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan (Aplikasi Pada Praktek Klinis). Jakarta:
Salemba Medika.
Swanson, Elizabeth. dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC). Fourth Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Williams & Wilkins. 2008. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta Barat:
Indeks.
http://kennymarinda.wordpress.com/2013/09/17/askep-pada-pasien-gastroenteritis/
(19/10/2014).
http://dianaarinda.blogspot.com/2012/05/laporan-pendahuluan-gastroenteritis-ge.html
(19/10/2014).
http://tiwicubby-keperawatangawatdarurat.blogspot.com/2011/03/geads-gastroenteritis-
dehidrasi-sedang.html (19/10/2014).
http://yogasrondeng.blogspot.com/2013/09/askep-gastroenteritis-ge.html (19/10/2014).
http://gastroenteritispadaanak.blogspot.com/ (19/10/2014).