Eritrosin
Eritrosin
PENDAHULUAN
Zat warna alami seperti dari daun suji untuk pewarna hijau dan
kunyit untuk pewarna kuning sudah dikenal dan digunakan sejak lama.
Sekarang telah dikembangkan zat warna sintesis yang penggunaannya
lebih praktis dan lebih murah. [1]
1
1.2 Tinjauan Masalah
1.2.1 Bagaimana ciri-ciri zat pewarna sintetis eritrosin?
1.2.2 Apa kegunaan dari zat pewarna sintetis eritrosin?
1.2.3 Apa resiko kesehatan dari penggunaan zat pewarna sintetis
eritrosin ini?
1.2.4 Bagaimana regulasi penggunaan zat pewarna sintetis eritrosin?
2
BAB II
ISI
Gambar 1 [4]
Eritrosin bernama kimia 9-(o-karboksifenil)-6-hidroksi-2,4,5,7-
tetraiodo-3-isoxanthone monohidrat garam dinatrium. Zat pewarna ini larut
dalam air dan ethanol. Ketika dilarutkan di air, terdapat kurang dari 0,2%
bahan yang tidak larut. Zat pewarna ini mengandung seng (Zn) tidak lebih
dari 50mg/kg dan mengandung timbal (Pb) kurang dari 2mg/kg. Melalui
pengeringan pada suhu 1350C, terjadi kehilangan bahan kurang dari 13%
bersama dengan klorida dan sulfat yang dihitung sebagai garam natrium.
Eritrosin juga mengandung iodium anorganik sebesar tidak lebih dari 0,1%
yang dihitung sebagai natrium iodida. [5]
Zat pewarna ini berupa tepung coklat, larutannya dalam alkohol
95% menghasilkan warna merah yang berfluoresensi, sedangkan
3
larutannya dalam air berwarna merah cherry tanpa fluoresensi. Larut
dalam gliserol dan glikol, bersifat kurang tahan terhadap cahaya dan
oksidator, tetapi tahan terhadap reduktor dan NaOH. Mudah diendapkan
oleh asam, karena itu tidak dapat dipakai dalam produk minuman
(beverages). Eritrosin juga dapat diendapkan oleh tawas dan FeSO 4.
Logam Cu hanya sedikit berpengaruh terhadap warna larutan. [6]
Zat pewarna ini terdaftar dengan nama sebagai berikut. [3]
FD&C Red No. 3
E number E127 (Food Red 14)
Color Index no. 45430 (Acid Red 51)
Indian Standards No. 1697
Gambar 2 [7]
4
Gambar 3 [7]
2.2 Penggunaan
Eritrosin biasanya digunakan untuk mewarnai makanan. Buah ceri
yang ditempatkan dalam toples, seperti ceri maraschino, biasanya
diwarnai dengan eritrosin. Makanan lain yang diwarnai dengan pewarna
sintetik ini termasuk cake icing, kerang pistachio berwarna, makan siang,
hot dog, pâté, dan salmon spread. Zat pewarna ini juga digunakan pada
obat gigi yang meninggalkan noda merah pada gigi untuk mengindikasi
area dimana adanya plak gigi. Selain itu, eritrosin juga sering digunakan
oleh industri percetakan untuk berbagai jenis tinta merah atau cherry-pink.
[8]
5
Dulunya zat pewarna ini digunakan sebagai sensitizer untuk film
fotografi ortokromatik. [3]
Zat pewarna ini aman dikonsumsi oleh orang yang vegetarian atau
tidak. [13]
2.4 Regulasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
722/MENKES/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan,
penggunaan eritrosin didasarkan pada makanan yang akan diberi
warna.[2]
Tabel 1. Jenis Makanan dan Batas Penggunaan Eritrosin[2]
No Jenis Bahan Pangan Batas Penggunaan
100 mg/kg produk akhir (total
Es krim dan sejenisnya campuran pewarna
1.
300mg/kg)
6
200 mg/kg, tunggal atau
Buah pir kalengan campuran dengan pewarna
2.
lain
300 mg/kg, tunggal atau
campuran dengan Ponceau
Buah prem (plum) kalengan
3. 4R, hanya untuk buah prem
merah atau ungu
200 mg/kg, tunggal atau
Selai dan jeli; saus apel
campuran dengan Ponceau
4. kalengan
4R
30 mg/kg, tunggal atau
7
Tabel 2. Perbandingan antara ADI dan Jumlah yang Diserap Tubuh [6]
Perkiraan jumlah
Jumlah maksimum ADI
maksimum yang
Zat pewarna mg/70kg berat diserap tubuh
mg/kg
badan (mg/hari/kapita)
1,25 87 1,9
FD & C Red no. 3
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Eritrosin merupakan zat pewarna sintetis yang digunakan sebagai
pewarna makanan. Eritrosin juga termasuk senyawa kimia dengan
beberapa sifat-sifat kimianya. Zat ini dapat menimbulkan efek samping
negatif apabila dikonsumsi dengan kadar yang tidak tepat.
Di Indonesia, zat ini diperbolehkan penggunaannya dengan batas
penggunaan yang sudah diatur oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
722/MENKES/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan.
3.2 Saran
Penggunaan zat pewarna sintetis memang lebih praktis dan
harganya lebih murah daripada zat pewarna alami. Akan tetapi,
penggunaan zat pewarna sintetis ini, terutama eritrosin, perlu diperhatikan
batas pemakaian dalam bahan makanan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
13. E127: Erythrosine. Tersedia dari http://www.food-info.net/uk/e/e127.htm
(diakses pada 4 Juni 2012)
14. Erythrosine (WHO Food Additives Series: 44). Tersedia dari
http://www.inchem.org/documents/jecfa/jecmono/v44jec17.htm (diakses
pada 3 Juni 2012)
11