Anda di halaman 1dari 313

:::Sambutan Direktur KKS dalam Kuliah Perdana Kuliah Keluarga Sakinah:::

Assalaamu'alaikum...

Alhamdulillah wa syukru lillah, laa haula wa laa quwwata illa billah...

Sungguh tiada kata yang lebih indah dari ucapan kesyukuran kita kepadaNya, alhamdulillah atas
karuniaNya kita dipertemukan meski berbeda wilayah di berbagai daerah Indonesia & mancanegara.
Aceh, Pelembang, Semarang, Kendari, Jogja, Jakarta, Papua, Singapura, Jepang sampai Taiwan dll.
Semoga pertemuan kita senantiasa dalam naungan ridha Allah Ta'ala.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, uswah kita, Nabiyullah
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in dan umatnya
yang senantiasa memegang teguh sunnah-sunnahNya.

Kami ucapkan ahlan wa sahlan kepada para peserta Kuliah Keluarga Sakinah angkatan 3. Program
Kuliah Keluarga Sakinah, berangkat dari keprihatinan minimnya pengetahuan umat Islam tentang
pernikahan & bagaimana mengatur rumah tangga sesuai tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Banyaknya masalah rumah tangga, pertengkaran, kenakalan anak sampai perceraian berawal dari
minimnya pengetahuan suami maupun istri tentang rumah tangga yang Islami. Bukan cuma orang
yang awam agama, bahkan aktivis Islam pun banyak yang tidak faham bagaimana mengatur rumah
tangga yang syar'i, mengasuh anak sesuai tuntunan syari'at dan menyelesaikan konflik rumah tangga
secara Islami.

Fakta membuktikan, banyaknya kasus konflik rumah tangga yang sudah kami tangani, dari orang
yang awam sampai aktivis Islam, dari masalah kecil sampai berat bahkan sampai perceraian bermula
dari minimnya ilmu tentang rumah tangga yang Islami, mendidik anak sesuai tuntunan syari'at dan
menyelesaikan konflik sesuai tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Kuliah Keluarga Sakinah, merupakan salah satu program kami dalam membekali calon suami istri
maupun yang sudah menikah dalam mengatur rumah tangga Islami sehingga rumah tangga sakinah
mawaddah wa rahmah bisa terwujud.

Alhamdulillah, program KKS ini mendapat sambutan positif kaum muslimin di berbagai daerah
Indonesia maupun mancanegara, 611 orang peserta, ikhwan (laki-laki) 84 orang dan akhwat 527
orang dari Sabang sampai Merauke bahkan luar negeri, Jepang, Hongkong, Australia menjadi peserta
program ini. Semoga program ini bermanfaat & bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Program kami lainnya ;


ABM (Akademi Beladiri Muslim)

APMAJA (Akademi Panahan Muslim Jogja)

FATA-Qu (Faham Tarjamah Al-Qur'an)

FORSIKMA (Forum Silaturrahim & Ukhuwah Muslim Muslimah)

HASTA-Qu (Hafalan Satu Hari Satu Ayat Al-Qur'an)

KATA-Qu (Kajian Tadabbur Al-Qur'an)

KIBAR (Kuliah Singkat Bahasa Arab)

KILAT-Qu (Kuliah Singkat Tahsin Al-Qur'an)

KIPRAH (Kuliah Pra Nikah)

KISAH plus (Kuliah Intensif Al-Qur'an dan Hadits)

KISSAH (Kuliah Intensif Islam Kaffah)

KITABI (Kajian Intensif Kitab Islami)

KJI Annisa (Kontak Jodoh Islami Annisa)

Jihad Pagi (Kajian Ahad Pagi)

KKS (Kuliah Keluarga Sakinah)

KONSTAN (Konsultasi Taaruf, Pernikahan & Keislaman)

MKJI (Majelis Kontak Jodoh Islami)

SMST Community (Layanan Tausiyah Islami, Penyejuk Hati Generasi Qur'ani)

SUKMA (Silaturahim, Ukhuwah & Kajian Muslimah)

Terakhir, kami berharap para peserta KKS bisa mengikuti dengan istiqomah perkuliahan ini & bagi
peserta yang berkenan menyisihkan rizkinya untuk program dakwah, kesejahteraan da'i dan
perlengkapan dakwah bisa menghubungi kami.

Hasbunallah wa ni'mal wakiil...

Assalaamu'alaikum warahmatullah wabarakaatuh.

Jogjakarta, Ahad 8 Mei 2016

Direktur
Ust. Miftahuddin

:::Manajemen Keluarga Samara (sakinah mawaddah wa rahmah):::

Konsep rumah tangga samara dikenalkan oleh Allah SWT kepada kita lewat Firman-Nya ; "Dan di
antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah ia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu
sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu
rasa kasih (mawaddah) dan sayang (rahmah). Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kamu yang berfikir." (QS Ar Rum : 30: 21). Maha Suci Allah
dengan segala Firman-Nya. Yang telah menuntun kita dalam segala aspek kehidupan ini.

Dari ayat tersebut di atas kita juga sering mendengar istilah sakinah, mawaddah wa rahmah ini dari
doa-doa yang dikirimkan oleh sahabat dan kerabat kepada mempelai saat menikah. Ucapan semoga
sakinah mawaddah warahmah sudah sering kita dengar. Namun, apakah kita sudah benar-benar
memahami arti kata-kata tersebut?

1. As-Sakinah

As-Sakinah berasal dari bahasa Arab yang bermaksud ketenangan, ketenteraman, kedamaian jiwa
yang difahami dengan suasana damai yang melingkupi kehidupan rumahtangga. Ketenangan dan
ketentraman inilah yang menjadi salah satu tujuan pernikahan.

Dimana perasaan sakinah itu yaitu perasaan nyaman, cenderung, tentram atau tenang kepada yang
dicintai di mana suami isteri yang menjalankan perintah Allah Ta'ala dengan tekun, saling
menghormati dan saling toleransi. Dari suasana tenang (as-sakinah) tersebut akan muncul rasa saling
mengasihi dan menyayangi (al-mawaddah), sehingga rasa tanggungjawab kedua belah pihak
semakin tinggi. Di dalam keluarga sakinah itu pasti akan muncul mawaddah dan rahmah.

2.Al-Mawaddah (Kasih Sayang)

Al-Mawaddah ditafsirkan sebagai perasaan cinta dan kasih sayang. Dimana perasaan mawaddah
antara suami isteri ini akan melahirkan keindahan, keikhlasan dan saling hormat menghormati yang
akan melahirkan kebahagiaan dalam rumahtangga.

Melalui al-mawaddah, pasangan suami isteri dan ahli keluarga akan mencerminkan sikap lindung
melindungi dan tolong menolong serta memahami hak dan kewajiban masing-masing. Sikap al-
mawaddah ini akan terpancar tidak hanya sebatas antara suami istri tapi juga meliputi seluruh
anggota keluarga dan masyarakat.
3.Ar-Rahmah (Belas Kasihan)

Ar-Rahmah itu sendiri yang mempunyai makna tulus, kasih sayang dan kelembutan. Dari kata-kata
tersebut dapat dijelaskan bahwa rahmah berarti ketulusan dan kelembutan jiwa untuk memberikan
ampunan, anugerah, karunia, rahmat, dan belas kasih.

Jadi Ar-Rahmah itu dimaksudkan dengan perasaan belas kasihan, toleransi, lemah-lembut yang
diikuti oleh ketinggian budi pekerti dan akhlak yang mulia. Dengan rasa kasih sayang dan perasaan
belas kasihan ini, sebuah keluarga ataupun perkawinan akan bahagia. Kebahagiaan amat mustahil
untuk dicapai tanpa adanya rasa belas kasihan antara anggota keluarga.

Membina sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah tentu saja tidak semudah
mengatakannya. Hal itu terjadi karena ia melibatkan sedikitnya dua pihak yaitu suami dan istri. Kalau
struktur kejiwaan satu orang saja begitu kompleks dan rumit, dapat dibayangkan betapa rumitnya
kehidupan bersama yang melibatkan dua manusia. Apalagi kalau ditambah dengan anak-anak. Maka,
dibutuhkan kemampuan untuk mengatasinya. Dalam Islam kemampuan itu bernama iman dan ilmu
yang dengan keduanya akan membuat seseorang memiliki derajat jauh lebih tinggi daripada yang
lain baik di dunia maupun di akhirat (Al Mujadalah 58:11).

Iman dan ilmu merupakan dua hal yang saling terkait. Bagi seorang muslim yang mendapat
hidayahNya, iman akan semakin meningkat seiring meningkatnya keilmuan Sedang motivasi utama
dalam mencari ilmu adalah keimanan itu sendiri.

Keluarga yang samara tidak lepas dari upaya kita dalam memilih pasangan hidup. Begitu kita
memutuskan bahwa si A adalah calon pasangan kita, maka ia (idealnya) akan menjadi pasangan
hidup kita selamanya. Dalam suka maupun duka. Oleh karena itulah, memilih calon pasangan sangat
berbeda dengan memilih teman. Rasulullah dengan tegas menganjurkan agar prioritas utama yang
menjadi kriteria dasar calon pasangan adalah agama (dzat ad-din) karena hanya lelaki shalih lah yang
relatif memiliki resistensi paling kuat dalam melawan penyakit-penyakit mendasar yang biasa
menjadi penyebab rusaknya tatanan rumah tangga seperti perselingkuhan, kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT), ketiadaan tanggung jawab (tidak memberi nafkah lahir dan batin), dan sejumlah
kejahatan syariah yang lain. Kriteria lain dalam memilih pasangan seperti kecantikan, kekayaan dan
keturunan hendaknya tidak menjadi faktor prioritas dalam memilih pasangan. Setidaknya itulah
anjuran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kekurangan dan kelebihan memang akan selalu ada dalam setiap pilihan termasuk dalam memilih
calon pasangan. Namun, bagi seorang muslim yang taat, pilihan itu jelas: ia harus sesuai dengan
koridor hukum syariah dan tidak bertentangan dengan spirit Islam yang ideal. Banyak cara yang
secara lebih efektif dan efisien dapat dilakukan untuk memahami karakter calon tanpa harus
melakukan khalwat seperti mengumpulkan informasi dari orang-orang terdekat. Cara ini dianggap
justru lebih efektif dan lebih “aman” serta lebih fokus pada tujuan utamanya yakni pernikahan itu
sendiri. Cara ini yang dipakai Khadijah radhiyallahu 'anha saat memutuskan untuk memilih Rasulullah
sebagai suaminya.

:::

Seorang istri mengeluh bahwa dirinya merasa tidak cocok dengan suaminya justru setelah menikah
selama satu tahun. Selalu saja ada hal yang menjadi bahan pertengkaran suami-istri, sampai istri
tersebut timbul keinginan untuk bercerai. Konflik demi konflik selalu terjadi dalam rumah tangganya
yang membuatnya stres.

Kasus tersebut merupakan suatu ilustrasi bahwa konflik selalu bisa muncul dalam rumah tangga, dan
bila tidak diatasi akan dapat menimbulkan gangguan psikologis baik pada pihak istri maupun suami.

Konflik yang selalu terjadi dalam keluarga dan tidak ada penyelesaiannya yang baik maka akan
berdampak terhadap keharmonisan keluarga itu sendiri yang akhirnya dapat menimbulkan
gangguan-gangguan psikologis pada individu-individu yang terlibat didalamnya. Gangguan psikologis
yang dialami bisa timbul mulai dari yang ringan sampai yang berat.

Konflik suami-istri biasanya disebabkan oleh kurangnya rasa” saling” antara keduanya ;

- Kurangnya saling pengertian terhadap kelebihan dan kekurangan masing-masing

- Kurangnya saling percaya

- Kurangnya saling terbuka

- Kurang komunikasi yang intens & efektif

Banyak pasangan suami-istri yang menjalani perkawinan lebih dari 20 tahun dan tetap harmonis
mengungkapkan rahasia keharmonisan keluarganya bahwa kuncinya adalah saling percaya dan
saling pengertian serta adanya komunikasi yang terbuka dan efektif. Para ahli komunikasi
menyatakan bahwa komunikator yang baik adalah orang yang dapat menimbulkan rasa senang bagi
orang yang diaajak berkomunikasi. Banyak pasangan yang baru menikah pada tahun-tahun pertama
mengalami apa yang disebut dengan “wedding blues” yaitu stress pasca menikah.

Hal tersebut muncul karena biasanya masing-masing pihak kurang mampu beradaptasi dengan
lingkungan pasangan. “ Waktu belum jadi suami, mas Ali orangnya baik, tapi setelah jadi suami wah
ternyata orangnya jorok, suka marah, seneng perintah…capek deh” demikian antara lain keluh kesah
seorang isteri yang mengalami “ wedding blues”.
Bagaimana strategi mengatasi konflik yang muncul dalam keluarga?

Strategi dalam mengelola konflik dapat dilakukan melaui beberapa tahap. Lebih baik mencegah dari
pada mengalami konflik.

Tahapan managemen konflik sbb:

1. Tahap primer. Tahap ini merupakan tahap pencegahan terhadap terjadinya konflik keluarga.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh suami-suami antara lain:

Meningkatkan derajat keharmonisan suami istri sehingga lebih intim

Mengerti terhadap pekerjaan pasangan masing-masing; berusaha membuat suami/istri merasa


senang; saling menyatakan perasaan secara terbuka; menghargai pendapat/ide pasangan;
menggunakan waktu luang bersama; saling memuaskan dalam kehidupan seksual.

Adanya komunikasi yang efektif dan dapat menjadi pendengar yang baim bagi pasangannya.

Jika ada masalah, komunikasikan dengan pasangan agar tidak berlarut-larut.

Menyeimbangkan antara perasaan dan pikiran ( rasio ). Tidak berpokir yang aneh-aneh kalau sesuatu
hal belum terjadi. Hadapi masalah dengan wajar

2. Tahap sekunder. Tahap ini sudah terjadi konflik dan bagaimana cara mengatasinya:

Kompromi, musyawarah untuk mencari jalan keluar terbaik. Metode yang dipergunakan “ Win-win
solution”, semua menang, tidak ada yang dikalahkan.

Mencari alternatif pemecahan masalah berdasarkan sumber masalahnya apa. Bila tidak dapat
melakukan sendiri bisa mencari bantuan pihak ketiga yang kompeten, bertanya kepada ustadz,
konsultasi pada psikolog atau konselor perkawinan.

Memilih cara yang terbaik

Melaksanakan cara yang sudah dipilih dari kompromi diatas

Evaluasi penyeleseaian konflik. Hasilnya bagaimana, lebih harmonis atau tidak

3. Tahap tersier setelah konflik teratasi

Pasangan berusaha untuk mencegah dampak negatif atau trauma psikologis akibat konflik yang
pernah dialami. Berkomunikasi dari hati ke hati, perlunya kesepakatan baru agar tidak terjadi konflik
yang sama dimasa yang akan datang
#Materi spesial untuk peserta Kuliah Keluarga Sakinah. Diperbolehkan share setelah program ini
selesai.

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

WA : 082138929596

www.menikah-islami.blogspot.com

#Semua materi & tanya jawab selama perkuliahan Kuliah Keluarga Sakinah, InsyaAllah akan kami
bukukan (dalam bentuk ebook) & kami bagikan di akhir perkuliahan ke seluruh peserta via email.
Teknis pembagian akan kami umumkan di akhir perkuliahan ini selesai. Jazaakumullah khairan atas
perhatiannya.

:::Pengumuman-Pengumuman Kuliah Keluarga Sakinah:::

- Dalam kuliah perdana ini tidak ada sesi tanya jawab mengenai materi. Sesi tanya jawab akan kami
adakan dalam materi perkuliahan berikutnya.

- Konsultasi (tanya jawab) kami layani di group. Konsultasi pribadi kami layani diluar jam kuliah.

- Dalam pekan ini kami akan melakukan penertiban group sehingga materi berikutnya akan kami
sampaikan lagi sesuai jadwal berikut ini :

Kelas Sabtu malam : 14 Mei 2016 jam 20.00-21.00 WIB

Kelas Kamis sore : 19 Mei 2016 jam 16.00-17.00 WIB

Kelas Sabtu pagi : 14 Mei 2016 jam 09.00-10.00 WIB

- Tidak ada absen dalam perkuliahan ini untuk mencegah chat bertumpuk, kami husnudzan semua
peserta berusaha mengikuti dengan sebaik-baiknya.

- Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai


#Disampaikan dalam kuliah perdana (Ahad, 8 Mei 2016)

:::Urgensi Keluarga Sakinah, Keluarga Islami::: (Bag-1)

Pada abad ini berbagai krisis telah terjadi pada masyarakat seperti krisis moral ; terjadinya pergaulan
bebas, kecanduan narkoba, tawuran.

Selain itu terjadi krisis ekonomi seperti kemiskinan dan pengangguran, krisis pendidikan dengan
banyak nya jumlah anak2 yang putus sekolah, tawuran dan lain-lain.

Salah satu solusi untuk menghadapi krisis tersebut adalah kembali pada institusi keluarga.

Tetapi saat ini sudah terjadi juga krisis yang dialami institusi keluarga.

Banyak institusi keluarga yang sudah runtuh karena mengabaikan tatanan Islam dalam berkeluarga,
hilangnya keteladanan dari orang tua, adanya perselingkuhan, juga kekerasan terhadap perempuan
dan anak-anak yang menimbulkan banyak kasus perceraian.

🔑💡Muara dari krisis itu semua adalah krisis identitas muslim. 🔑

Keluarga tidak luput dari krisis identitas ini.

Masih ada keluarga kaum muslimin yang belum terwarnai oleh keindahan dan rahmat Islam , tidak
diwarnai oleh suasana saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.

Tidak ada upaya untuk mewujudkan suasana yang kondusif untuk menerapkan nilai-nilai Islam
dalam keluarga.

Keluarga muslim seperti ini tidak akan bisa menjadi tempat melahirkan generasi harapan agama,
bangsa dan negara.

Suatu saat anak-anak akan menjadi bencana bagi keluarga, masyarakat, dan ummat manusia.
Oleh karena itulah orang yang tidak suka kepada Islam berusaha untuk menghancurkan tatanan
Islami dalam keluarga muslim.

Sebab keluarga muslim yang kokoh identitasnya akan mampu melahirkan generasi-generasi baru
sebagai pelopor, pemimpin dan pahlawan.

📚 Ada 5 cara untuk meruntuhkan institusi keluarga muslim yaitu:

🌺1⃣. Menghancurkan sistem pernikahan .

🌺2⃣. Mendorong para muslimah untuk berhias (tabarruj) dan tidak berpakaian secara Islami.

🌺3⃣. Mendorong muslimah melakukan pergaulan yang tidak sesuai syariat.

🌺4⃣. Menghancukan hak qawwamah (kepemimpinan) suami dan mendorong muslimah melakukan
perlawanan terhadap sistem keluarga.

🌺5⃣. Mengganti peraturan perundang-undangan kepada yang tidak berpihak terhadap kepentingan
perempuan, anak dan keluarga.

🍂🔹🍂🔹🔹🍂🔹🍂

Insya Allah bersambung ke bag-2

📝 Pemateri: Ustadzah Aan Rohana Lc. M Ag.

www.grupmanis.blogspot.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (3 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah


- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Urgensi Keluarga Sakinah, Keluarga Islami:::(Bag-2)

Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia dapat menyelamatkan manusia dari krisisis
moral melalui pembentukan keluarga yang sakinah; keluarga yang Islami.

Karena itu keluarga muslim harus kembali kepada ajaran Islam, sebab Islam telah memberikan
perhatian yang besar dalam membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah yang selalu
diberkahi Allah SWT.

Hal tersebut telah terbukti dalam sejarah bahwa Rasulullah dan para sahabat mampu menciptakan
rumah sebagai surga dalam suka dan duka serta mereka sukses melahirkan generasi terbaik dalam
sejarah kehidupan manusia.

Berkeluarga harus diawali dengan akad pernikahan yang sah sebagai ikatan bersatunya suami istri.

Akad nikah yang sah harus berdasarkan alquran dan hadits Rasulullah. Sebab pernikahan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari agama. Sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W.

‫الباقي الشطر في هللا فليتق دينه شطر علي اعانه فقد صالحة امراة هللا رزقه من‬.

Artinya: " Barang siapa yang diberi rizki oleh Allah berupa wanita shalihah, maka Allah telah
menolongnya setengah dari agamanya. Maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam setengah
yang lain". ( HR. Thabroni dan Hakim).

Dengan pernikahan yang sah sesuai Quran dan hadis maka bertambahlah kasih sayang antara suami
istri.

Masing-masing akan merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan. Sesuai dengan firman
Allah dalam QS. 30 : 21 yang sudah ditulis diatas .

‫يتفكرون لقوم أليات ذالك في ان ورحمة مودة بينكم وجعل اليها لتسكنوا ازواجا انفسكم من لكم خلق ان اياته ومن‬
Artinya: " Dan dari tanda2 kebesaran-Nya adalah Dia telah menciptakan untuk kalian pasangan dari
jiwa kalian sendiri agar kalian merasa tenang dan senang kepadanya dan Dia telah menjadikan rasa
cinta dan kasih sayang diantara kalian. Sesungguhnya pada hal yang demikian itu terdapat tanda2
kebesaran Allah bagi orang2 yang berfikir" ( QS. 30 : 21)

Maka pernikahan yang sah ini menjadi fondasi terbentuknya keluarga yang sakinah.

Jika suami istri bisa menyatukan visi dan misi serta persepsi dan kiprah mereka dalam berkeluarga
maka akan terbentuk rumah tangga yang kokoh yang berpijak pada kasih sayang untuk bersama-
sama berjuang mencapai visi dan misi keluarganya menjadikan seluruh anggota keluarga sebagai
permata hati dan imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Sebagaimana doa kita semua yang sering kita panjatkan kepada Allah

‫اماما للمتقين واجعلنا اعين قرة وذرياتنا ازواجنا من لنا هب ربنا‬

Artinya:

Wahai Rob kami anugrahkanlah kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai permata
hati dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. 25:74)

Suksesnya membentuk keluarga yang sakinah sekaligus keluarga yang Islami menjadi fondasi
terhadap terbentuknya masyarakat madani.

Pada saat yang sama keluarga seperti itu merupakakan bagian penting yang harus ada dalam
membangun bangsa dan negara sebagai baldatun thayyibatun wa robbun ghafuur.

Karena itu mari kita perbaiki diri kita masing-masing untuk menjadi muslim yang berkepribadian
Islami dan bersama pasangan kita masing-masing bekerjasama membentuk keluarga yang sakinah;
keluarga yang Islami.

Serta tidak lupa menyiapkan keluarga untuk bisa berkontribusi pada perbaikan masyarakat, bangsa
dan negara yang beragama dan bermartabat.

📚 Ada beberapa unsur yang asasi dalam pembentukan keluarga sakinah; keluarga Islami
diantaranya yaitu :
🍀1⃣. dibangun atas dasar takwa dan ingin beribadah kepada Allah semata.

🍀2⃣. adanya internalisasi nilai2 Islam dalam keluarga.

🍀3⃣. Saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.

🍀4⃣. Situasi rumah yang kondusif dalam menerapkan nilai2 Islam.

🍀5⃣. Terbentengi dari pengaruh lingkungan yang buruk,

Wallahu a'lam bishshawaab.

📝 Pemateri: Ustadzah Aan Rohana Lc. M Ag.

www.grupmanis.blogspot.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (3 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Asas Pembentukan Keluarga Sakinah:::

Islam merupakan agama yang sempurna, mengatur segala sisi kehidupan manusia, sehingga tidak
ada yang dibiarkan tanpa ada syariatnya.
Allah berfirman:

‫شيء من فالكتاب فرطنا ما‬

Artinya : "Tidak ada sesuatupun yang kami tinggalkan di dalam Al-quran". ( QS. 6 : 38).

Karena itu, Al-quran telah memberikan arahan yang jelas tentang kehidupan berkeluarga yang
merupakan salah satu tahapan terpenting dalam kehidupan manusia, sehingga bisa dibentuk
menjadi keluarga yang sakinah penuh berkah dan selalu diridhai Allah SWT, yaitu keluarga yg Islami
yang bisa menyiapkan generasi yang shalih , generasi pemimpin bagi orang2 yang bertakwa
sehingga bisa menjadi permata hati bagi siapa saja serta semua anggota keluarga bahagia di dunia
dan di akhirat . Inilah yang menjadi cita2 bagi semua orang tua.

Allah berfirman:

‫اماما للمتقين واجعلنا اعين قرة وذرباتنا ازواجنا من لنا هب ربنا يقولون والذين‬

Artinya: " Dan orang2 yang berkata: ya Tuhan kami anugrahkanlah kepada kami istri2 kami dan
keturunan kami sebagai penyejuk hati ( kami ) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa" ( QS. 25 : 74 ).

Dalam ayat lain Allah berfirman :

‫الحكيم العزيز انت إنك تهم وذريا وازواجهم ئهم ابا من صلح ومن وعدتهم التى عدن جنات وادخلهم ربنا‬. ‫تق ومن السيئات وقهم‬
‫العظيم الفوز هو وذالك رحمته فقد يومئذ السيئات‬

Artinya : " Ya Tuhan kami dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Aden yang telah Engkau janjikan
kepada mereka dan orang2 yang shaleh diantara bapak2 mereka dan istri2 mereka dan keturunan
mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah
mereka dari kejahatan2, barang siapa yang Engkau jaga dari kejahatan pada saat itu , maka sungguh
Engkau telah menganugerahkan rahmat kepadanya, dan demikian itulah kemenangan yang agung ".
( QS. 40 : 8 - 9 ).

Begitupun Rasulullah telah memberikan arahan untuk kebahagian keluarga itu tergantung kepada
pasangan yang shaleh, rumah yang nyaman dan kendaraan yang baik.
Beliau bersabda:

‫ ثالثة ادم ابن شقاوة ومن ثالثة ادم ابن سعادة من‬. ‫ ادم ابن سعادة من‬: ‫ الصالح والمركب الصالح والمسكن الصالحة المراة‬. ‫شقاوة ومن‬
‫ السوء والمركب السوء والمسكن السوء المراة ادم ابن‬. ‫احمد رواه‬

Artinya : " Faktor yang membahagiakan anak Adam itu ada tiga perkara dan faktor yang
mencelakakan juga ada tiga perkara. Diantara faktor yang membahagiakannya adalah wanita ( istri )
shalihah , tempat tinggal yang baik, dan kendaraan yang baik. Sedangkan faktor yang mencelakakan
anak Adam adalah wanita ( istri ) yang jahat, tempat tinggal yang buruk, dan kendaraan yang buruk
". ( HR. Ahmad ).

Pembentukan keluarga sakinah; keluarga Islami sangat penting untuk menuju pada terbentuknya
masyarakat yang berperadaban dan bermartabat. Maka keluarga sakinah harus bisa menegakkan
nilai2 Islami pada seluruh anggota keluarga, sehingga mereka menyatu untuk beribadah karena Allah
dalam perasaan damai penuh cinta dan sayang untuk bersama2 meraih berkah dan ridha Allah SWT.
Inilah suasana rumah bagaikan suasana surga yang sering disebut batii jannatii.

Adapun asas pembentukan keluarga sakinah ; keluarga Islami sebagai berikut:

1. Didirikan diatas landasan takwa. Takwalah yang bisa membuat suami istri melaksanakan berbagai
kewajiban dengan lapang tanpa beban. Sekalipun dalam berkeluarga tidak selalu senang , tapi
dengan takwa dalam duka pun bisa tetap ikhlas berkeluarga karena Allah.

Untuk mewujudkan dan mempertahankan keluarga yang sakinah diperlukan pengorbanan dan
perjuangan. Tapi suami istri tidak akan lelah untuk berkorban dalam keluarga selama itu dilakukan
karena takwanya kepada Allah. Allah berfirman:

‫ان واالرحام به تساءلون الذي هللا واتقوا كثيرا رجاال منهما وبث زوجها منها وخلق واحدة نفس من خلقكم الذي ربكم اتقوا الناس ياايها‬
‫رقيبا عليكم كان هللا‬.

Artinya: " Wahai manusia bertakwalah kepada TuhanMu yang telah menciptakan kamu ( Adam) dari
satu jiwa dan Allah menciptakan pasangannya ( Hawa) dari dirinya, dan dari keduanya Allah
mengembangbialkan laki2 dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan
nama Nya kamu saling meminta dan peliharalah hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasimu " ( QS. 4 : 1 )

2. Ditegakkan diatas landasan ibadah kepada Allah.


Keluarga harus didirikan atas dasar karena beribadah kepada Allah . Karena itu sejak memilih
pasangan hendaknya karena agamanya bukan semata karena kecantikan, atau kegagahan, kekayaan,
maupun jabatannya. Sehingga rumah tangga yang dibangun penuh dengan suasana ibadah, sebab
manusia diciptakan hanya untuk beribadah.

Allah berfirman:

‫ليعبدون اال واالنس الجن خلقت وما‬.

Artinya : " Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku. ( QS. 51 : 56 ) .

Jika semua kewajiban dilakukan dengan tujuan ingin beribadah kepada Allah. Maka apapun yang
dilakukan untuk keluarga semata2 hanya ingin menjadi ibadah yang berpahala di sisi Allah. Maka jika
ada permasalahan dalam keluarga akan mudah diselesaikan dalam bingkai ketaatan kepada Allah
SWT.

3. Internalisasi nilai2 Islam secara kaffah (menyeluruh).

Keluarga harus dibiasakan untuk disiplin dalam melaksanakan nilai2 Islam secara kaffah sehigga
mereka memiliki komitmen dengan nilai2 Islam. Diharapkan dengan komitmen tersebut keluarga
menjadi benteng yang kuat dari perilaku tidak bermoral.

Allah berfirman:

‫كافة السلم في ادخلوا امنوا الذين ايها يا‬

Artinya : " Wahai manusia masuklah kamu ke dalam ajaran Islam secara kaffah" (QS. 2 : 208 ).

4. Keteladanan .

Untuk menciptakan keluarga yang Islami diperlukan keteladanan yang nyata dari kedua orang tua. .
Sekalipun pembiasaan, pendampingan serta pengarahan yang baik dari kedua orang tua juga
penting, tapi sebelum itu semua diperlukan lebih dulu keteladan yang nyata dari kedua orang tua
yang selalu bergerak di hadapan anak2.
Allah berfirman:

‫تفعلون ماال تقولون لم امنوا الذين ياايها‬. ‫تفعلون ماال تقولو ان هللا عند مقتا كبر‬.

Artinya : " Wahai orang2 yang beriman mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
lakukan. Amat besar dosa bagi orang yang mengatakan tetapi tidak melakukan ". ( QS. 61 : 2 -3 ).

Allah berfirman dalam ayat lain:

‫ذريتي ومن الصالة مقيم اجعلني رب‬

Artinya: " Wahai Tuhanku jadikanlah aku orang yang menegakkan shalat dan demikian juga
keturunanku" ( QS. 14 : 40 ).

5. Melaksanakan kewajiban.

Setiap suami istri harus bisa melaksanakan kewajiban masing2 sesuai dengan tuntunan Islam
sehingga suasana dalam keluarga harmonis , tidak banyak tuntutan, protes dan pertikaian.

Jika hal tersebut bisa dilakukan dengan baik oleh suami istri , maka insya Allah hal itu bisa membuat
mereka mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat.

Allah berfirman:

‫بكل هللا ان فضله من هللا واسالوا اكتسبن مما نصيب وللنساء اكتسبوا مما نصيب للرجال بعض على بعضكم به هللا فضل ما تتمنوا وال‬
‫عليما شيئ‬

Artinya: " Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu
lebih banyak dari sebagian yang lain. Bagi orang laki2 ada bagian dari apa yang mereka usahakan,
dan wanita ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah dari sebagian
karunia Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui terhadap segala sesuatu". ( QS. 4 :32)
Maka tidak akan ada keguncangan keluarga , tidak akan ada pertengkaran diantara suami istri , dan
tidak ada keributan diantara mereka untuk saling menuntut haknya selama mereka dapat
memenuhi kewajiban masing2.

6. Saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.

Tidak ada suami dan istri yang memiliki segalanya sehingga mereka memerlukan kerja sama satu
sama lain. Tidak ada suami istri yang sempurna sehingga mereka harus saling melengkapi. Sungguh
berat perjuangan suami istri untuk menciptakan generasi yang shaleh dan shalihah dan menjadi
generasi imamul muttaqin tanpa ada saling membantu.

Maka untuk mensukseskan visi misi keluarga sakinah harus siap untuk saling tolong menolong antara
suami dan istri dalam kebaikan dan takwa.

Allah berfirman:

‫والتقوى البر على وتعاونوا‬

Artinya : " Saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan takwa" ( QS. 5 : 2 ).

7. Jujur

Jujur harus menjadi asas atau fondasi dalam membentuk keluarga sakinah sejak proses memilih
pasangan, penyelenggaraan akad nikah, keberlangsungungan rumah tangga hingga ajal menjemput.

Suami istri harus jujur terhadap dirinya sendiri dan harus jujur terhadap orang lain. Mereka harus
jujur terhadap hatinya, jujur terhadap lisannya, jujur terhadap yang hak dan jujur terhadap yang
bathil. Sehingga jujur akan menjadi cahaya dalam segala urusan.

Selain itu jujur dalam berumah tangga akan mendangkan keberkahan dan kemudahan dalam
melahirkan berbagai kebaikan ,

Rasulullah bersabda:

‫ النار الى يهدي والفًجور الفجور الى يهدي الكذب وان الجنة الى يهدى والبر البر الى يهدى الصدق ان‬. ‫مسلم و البخارى رواه‬
Artinya : " Sesungguhnya jujur itu menunjukkan pada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan pada
surga, dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan pada perbuatan dosa dan perbuatan dosa
menunjukkan pada neraka". (HR. Bukhari dan Muslim. )

Maka jangan ada dusta antara suami istri, karena dusta akan menjadi sumber berbagai keburukan
dalam berumah tangga.

8. Sabar

Berkeluarga itu terkadang diuji oleh masalah kejiwaan, masalah perasaan, masalah harta, masalah
pendidikan anak, perbedaan karakter, perbedaan budaya dll. Karena itu untuk mempertahankan
keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga harus selalu bersabar. Sabar memang berat tapi sabar
itu menjadi syarat dalam mendatangkan keberuntungan dan kesuksesan .

Allah berfirman :

‫تفاحون لعلكم هللا واتقوا ورابطوا وصابروا اصبروا امنوا الذين ايها يا‬

Artinya: " Hai orang2 yang beriman bersabarlah, dan kuatkanlah kesabaran, dan bersiap siagalah dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung". ( QS. 3 : 200 ).

Dalam ayat lain Allah berfirman:

‫الصابرين مع هللا ان والصالة باالصبر استعينوا امنوا الذين ايها يا‬

Artinya : " Wahai orang2 yang beriman mintalah tolong pada sabar dan shalat, sesungguhnya Allah
selalu bersama orang2 yang sabar" ( QS. 2 : 153 ).

Demikianlah 8 asas pembentukan keluarga sakinah; keluarga Islami yang menjadi dambaan bagi
setiap keluarga muslim.

Semoga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan dalam merealisasikan 8 asas tersebut
kepada kepada kita semua, aamiin
Ustadzah Aan Rohana Lc. M.Ag

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (3 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Mau Dibawa Kemana Keluarga Kita?:::

Ada satu pertanyaan penting yang harus kita jawab saat memulai rumah tangga : mau dibawa
kemana keluarga kita?

Pertanyaan ini akan menggiring kita kepada sikap dan cara berumah tangga. Jika kita menjawabnya
mengalir bagai air, seraya berharap mengalir ke danau jernih meskipun ternyata ngalirnya ke got
atau septic tank, maka sikap kita dalam berumah tangga cenderung reaktif layaknya pemadam
kebakaran. Hanya sibuk memadam masalah yg tiba-tiba muncul. Inilah model keluarga survival.
Hidup yang penuh adrenalin. Berdebar debar, khususnya dirasakan para istri. Hanya menerka nerka
apa gerangan yg terjadi esok sambil siapin mental untuk menghadapi berbagai kemungkinan
terburuk. Jika Anda naik roller coaster semenit aja bisa muntah-muntah, maka model keluarga
seperti ini dijamin akan membuat cemas dan berpeluang stroke.

Lain halnya jika Anda jelas tujuannya mau kemana. Dan tau jalan menuju tujuan itu. Meskipun
berliku-liku dan ada turbulensi dan guncangan sepanjang jalan, tetap kan tegar. Karena telah
memprediksi kejadian tersebut sebelumnya. Inilah keluarga yg punya visi. Bukan berarti gak punya
masalah. Namun tau apa yg dilakukan saat menghadapi masalah karena jelas tujuan dan arahnya.

Maka, visi berkeluarga menjadikan kita menikmati setiap irama hidup berumah tangga. Baik
iramanya dangdut koplo atau black metal. Masing-masing telah dipahami pola nadanya. Saat
berkelimpahan tau sikap yg dilakukan, saat berkesusahan mengerti strategi yg diterapkan. Tetap
optimis sampai ke tujuan. Tidak saling menyalahkan. Sebab masing masing anggota paham rute dan
medannya.
Itulah kenapa perintah agama senantiasa mengajak kita untuk membuat visi dalam berbagai hal
khususnya dalam berkeluarga. Allah katakan dalam alquran surat al hasyr ayat 18 : Hai orang orang
yang beriman, bertaqwalah kepada Allah. Dan hendaklah tiap tiap diri melihat apa yang akan
dilakukannya esok hari. Maka bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
kalian kerjakan"

Ayat ini memakai kalimat ‫ تنظر‬dari kata ‫ نظر‬yang maknanya melihat dengan jelas. Ini menandakan
bahwa masalah visi adalah bukan sekedar dalam pikiran namun terimajinasikan hingga seolah-olah
kita melihatnya. Dengan melihat jelas itulah kita melihat dua hal : peluang sekaligus tantangan.
Peluang kita jadikan alat untuk meraih tujuan dan tantangan kita sikapi dengan antisipasi sedari
awal. Inilah keluarga yang selamat.

Karena itu, sebelum biduk dikayuh hendaknya masing masing anggota keluarga saling mengingatkan
tujuan, 'kita mau kemana?' Jangan sampai energi mengayuh habis sepanjang jalan hanya untuk siap
siap tenggelam karena tidak mengerti arah dan tujuan bersandar.

Sebagai muslim, Allah telah membuat panduan visi dalam keluarga. Visi umum ini mutlak kita ikuti.
Tinggal misi operasionalnya yg berbeda antar keluarga. Visi yang dimaksud di antaranya :

1. Terbebas dari siksa api neraka (QS At Tahrim : 6)

2. Masuk surga sekeluarga (QS Ath Thur : 21)

Kedua visi ini memberi petunjuk kita bahwa urusan akherat adalah prioritas. Bukan sambilan.
Apalagi dianggap penghambat kesuksesan dunia. Jangan sampai muncul kalimat : ngajinya libur dulu
ya, besok kamu mau UN. Ntar UN nya keganggu lagi. Ini menunjukkan bahwa kita telah gagal
menempatkan akherat sebagai prioritas. Padahal urusan akherat itu yg utama sebagaimana Allah
sebutkan dalam surat Al Qososh ayat 77(silahkan buka sendiri ayatnya)

Untuk menjaga visi berkeluarga agar sesuai dgn petunjuk quran tersebut, maka mulailah dari
dominasi tema dialog dalam rumah tangga kita. Ada sebuah ungkapan masyhur yg diucap Ibnu Jarir
Ath Thobari dalam kitab tarikhnya "dialog yg sering dibicarakan antar rakyat menunjukkan visi asli
pemimpinnya". Kesimpulan ini beliau ucapkan setelah meneliti visi para pemimpin di zaman dinasti
umayyah, mulai dari Sulaiman bin Abdul Malik, Walid bin Abdul Malik hingga ke Umar bin Abdul Aziz.
Apa yg dibicarakan rakyat menunjukkan visi pemimpinnya. Saat rakyat banyak dialog tentang jumlah
anak istri dan cucu ternyata sesuai dengan visi Sulaiman yg memang concern kepada urusan
pernikahan dan keluarga. Begitupun saat rakyat banyak berdialog tentang uang dan harta di masa
Walid, sebab memang visinya walid seputar materi dan pembangunan.

Dan anehnya begitu di masa Umar bin Abdul Aziz rakyat lebih banyak dialog tentang iman dan amal
sholeh. Tersebab memang pemimpinnya, yakni umar, kuat visinya akan akherat,
Dengan demikian, coba perhatikan dialog dalam keluarga kita, khususnya anak anak sebagai 'rakyat'
dalam keluarga, Itulah visi asli kita. Jika lebih banyak bicarakan liburan dan makanan sebab visi
keluarga mungkin seputar wisata kuliner. Sebaliknya jika sudah mulai bicarakan hal hal seputar
agama, itu tanda visi akherat dari ortu telah sampai kepada mereka.

Mulailah dari perbaikan lisan (QS Al Ahzab : 70) lewat dialog yg bernuansakan akherat, maka kelak
akan terperbaiki amalan kita menuju cita cita : masuk surga bersama. Inilah sejatinya keluarga. Yakni
ketika kumpul bersama di surga. Dan terhindar dari keluarga broken home, dimana bukan yg tercerai
berai di dunia, namun keluarga yg tak mampu kumpul bersama di surga. Semoga Allah kabulkan
pinta kita tuk ajak sanak famili kumpul bersama di jannahNya. Aamiin

📝 Pemateri: Ustadz Bendri Jaisyurrahman @ajobendri

www.iman-islam.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (3 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

Rijal, Klaten

Aslmkm..Ustadz, afwan mw bertanya..apakah Rasulullah prnh bertengkar dg Khadijah atau Aisyah


atau istri2 yg lain? dan bagaimana Rasulullah menanganinya? kenapa pasangan yg sama2 saling
mengerti agama dpt bertengkar bhkn sekelas Ali dan Fatimah? apakah yg menyebabkan mereka
bertengkar? Hal2 apa saja dlm kehidupan nyata dan skrg dlm rumah tangga Ustadz yg membuat
bertengkar dg pasangan?

Jawaban :

Wa'alaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh


Rasulullah SAW tak pernah bertengkar secara emosional dengan istri-istrinya. Saat Rasulullah SAW
marah kepada ‘Aisyah, beliau mengatakan, “Tutuplah matamu!” Kemudian Aisyah menutup
matanya dengan perasaan cemas karena dimarahi oleh Rasulullah SAW.

Kemudian Nabi berkata, “Mendekatlah!” Tatkala Aisyah mendekat, Rasulullah memeluk Aisyah
sambil berkata, “Khumairahku (panggilan Aisyah karena merah pipinya), telah pergi marahku setelah
memelukmu.”

Bukankah Rasulullah SAW pernah berpesan kepada kaum laki-laki untuk senantiasa berbuat lembut
kepada perempuan? Ajaran ini bahkan dipesankan secara khusus, berkaitan kondisi psikologis
perempuan yang tercipta feminim, sehingga lebih emosional dan perasa. “Berbuat baiklah kepada
wanita, karena sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk
yang paling bengkok adalah yang paling atas. Kalau kamu berusaha meluruskannya, maka ia akan
patah.” (Riwayat Bukhari)

Cara Rasulullah SAW mengalah pun diperlihatkan saat beliau begitu marah atas tuntutan istri-istri
beliau yang sudah berlebihan. Rasulullah SAW memilih untuk menyendiri, menghindari semua istri-
istrinya selama sebulan. Hukuman ‘diabaikan’ yang diterima oleh istr-istri Rasulullah SAW ini
ternyata jauh lebih efektif daripada hukuman tindakan secara fisik.

Jadi, sama sekali bukan hal tabu jika suami memilih untuk mengalah demi menghentikan
pertengkaran emosional. Mengalah di sini tak ada hubungannya dengan kewibawaan. Salah jika para
suami merasa malu untuk mengalah dengan dalih takut kehilangan kewibawaan. Suami memang
tetap harus tegas dan berwibawa, tetapi tidak sewenang-wenang. Ada saatnya, suami lebih baik
mengalah agar tidak memperpanjang masalah.

Suami harus mengalah jika dalam pertengkaran dilihatnya istri penuh dengan emosi. Emosi sang istri
bukan karena ingin merasa ‘lebih’ dari suami, namun sebatas dikarenakan ketidakmengertiannya
terhadap permasalahan. Jadi, suami mengalah justru karena ia lebih cerdas dan matang daripada
istrinya.

Tidak demikian halnya jika istri masih memiliki karakter meremehkan dan merendahkan suami, ingin
mendominasi dan menyinggung harga diri suami. Bila kondisinya demikian, maka bukan saatnya
suami untuk mengalah, namun saatnya untuk bertindak lebih tegas, dan jika perlu dengan memberi
hukuman nusyuz seperti yang diajarkan dalam al-Qur’an, yaitu dengan meninggalkan dan
mengabaikan istri selama beberapa waktu.

Kalaupun suami merasa istri harus diperingatkan dengan tegas, itu pun tetap harus dihindarkan cara
kekerasan fisik, kecuali sudah menjadi alternatif paling akhir.
“Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya (meninggalkan kewajiban sebagi istri), maka
nasihatilah, pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika
mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya”. (An-
Nisaa’[4]: 34).

Kehidupan harmonis Ali dan Fatimah bukannya tanpa mengalami perselisihan. Suatu ketika, Ali
pernah berbuat kasar kepada Fatimah. Fatimah kemudian mengancam Ali, "Demi Allah, aku akan
mengadukanmu kepada Rasulullah Saw!" Fatimah pun pergi kepada Nabi Saw. dan Ali mengikutinya.

Sesampainya di hadapan Rasul, Fatimah mengeluhkan tentang kekasaran Ali. Nabi Saw. pun
menyabarkannya, "Wahai putriku, dengarkanlah, pasang telinga, dan pahami bahwa tidak ada
kepandaian sedikit pun bagi wanita yang tidak membalas kasih sayang suaminya ketika dia tenang."

Ali berkata, "Kalau begitu, aku akan menahan diri dari yang telah kulakukan."

Fatimah pun berkata, "Demi Allah, aku tidak akan berbuat apapun yang tidak kamu sukai."

Disebutkan juga dalam riwayat lain bahwa pernah terjadi pertengkaran antara Ali dan Fatimah. Lalu
Rasulullah Saw. datang dan Ali menyediakan tempat untuk Rasulullah Saw. berbaring. Kemudian
Fatimah datang dan berbaring di samping Nabi Saw. Ali pun berbaring di sisi lainnya. Rasulullah Saw.
mengambil tangan Ali dan meletakkannya di atas perut beliau, lalu beliau mengambil tangan
Fatimah dan meletakkannya di atas perut beliau. Selanjutnya beliau mendamaikan keduanya
sehingga rukun kembali, Setelah itu barulah beliau keluar. Ada orang yang melihat kejadian itu lalu
berkata kepada Rasulullah Saw., "Tadi engkau masuk dalam keadaan demikian (murung), lalu engkau
keluar dalam keadaan berbahagia di wajahmu." Ia menjawab, "Apa yang menahanku dari
kebahagiaan, jika aku dapat mendamaikan kedua orang yang paling aku cintai?"

Istri mana yang tidak mengharapkan belaian mesra dari seorang suami. Namun bagi Fatimah, saat-
saat berjauhan dengan suami adalah satu kesempatan berdampingan dengan Allah Swt. untuk
mencari kasih-Nya dalam ibadah-ibadah yang ia lakukan. Sepanjang kepergian Ali, hanya anak-anak
yang masih kecil yang menjadi temannya. Nafkah untuk dirinya dan anak-anaknya (Hassan, Hussein,
Muhsin, Zainab, dan Umi Kalsum) diusahakannya sendiri. Untuk mendapatkan air, dia berjalan jauh
dan menimba dari sumur yang 40 hasta dalamnya di tengah sinar matahari padang pasir yang terik.
Kadangkala harus menahan lapar sepanjang hari. Bahkan ia sering juga berpuasa yang membuat
tubuhnya kurus hingga menampakkan tulang di dadanya.

Pernah suatu hari, ketika ia sedang asyik bekerja menggiling gandum, Rasulullah datang berkunjung
ke rumahnya. Fatimah yang amat keletihan ketika itu meceritakan problem rumah tangganya. Ia
bercerita betapa dirinya telah bekerja keras, menyaring tepung, mengangkat air, memasak, serta
melayani kebutuhan anak-anak. Ia berharap agar Rasulullah dapat menyampaikan kepada Ali agar
Ali mencarikannya seorang pembantu.
Rasulullah Saw. merasa kasihan terhadap permasalahan rumah tangga anakanya itu. Namun beliau
sangat tahu, sesungguhnya Allah memang menghendaki kesusahan bagi hamba-Nya sewaktu di
dunia untuk memudahkannya di akhirat. Mereka yang rela bersusah payah dengan ujian di dunia
demi mengharapkan keridhaan-Nya adalah orang yang akan mendapat tempat di sisi-Nya. Lalu
dibujuknya Fatimah sambil memberi harapan dengan janji-janji Allah. Beliau mengajarkan zikir,
tahmid, dan takbir yang apabila diamalkan, segala permasalahan dan beban hidup akan terasa
ringan. Ketaatannya kepada Ali akan menyebabkan Allah Swt. mengangkat derajatnya. Sejak saat itu,
Fatimah tidak pernah mengeluh dengan kekurangan dan kemiskinan keluarganya. Ia juga tidak
meminta sesuatu yang dapat menyusahkan suaminya.

Dalam kondisi itu, kemiskinan tidak menghilangkan semangat Fatimah untuk selalu bersedekah. Ia
tidak sanggup kenyang sendiri apabila ada orang lain yang kelaparan. Ia tidak rela hidup senang di
kala orang lain menderita. Bahkan ia tidak pernah membiarkan pengemis melangkah dari pintu
rumahnya tanpa memberi sesuatu, meskipun dirinya sendiri sering kelaparan.

Allahu A'lam

Assalamu a'laikum Ustadz, bagaimana caranya agar istri menurut kepada kita, tidak marah2... dan
kalau ada masalah tidak mau bilang pasti dipendam...

Wa'alaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh

1. Dengarkan

Poin pertama dalam menghadapi dan mengatasi sebuah permasalahan apapun bentuknya adalah
dengan mendengarkan, bukan meresponnya dengan kondisi yang sama-sama membara. Sebelum
menindak dan memutuskan apa yang harus dilakukan, maka anda perlu mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi dengan rumah tangga anda dan hal apa yang memicu pertengkaran atau
permasalah tersebut muncul. Untuk itulah, pertama anda perlu mendengarkan terlebih dahulu.
Setelah menyimak, kemudian dikaji dengan sebaik-baiknya dan baru setelah itu anda bisa
mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Cobalah untuk menjadi pendengar
yang baik bagi pasangan baik untuk suami maupun istri. Jangan terlebih dahulu mencela atau
memotong pembicaraan, biarkan pasangan menjelaskan dan mengeluarkan semua kekesalannya.
Sebab dari sana anda akan mengetahui akar sebuah permasalahan yang terjadi. Hal ini mungkin saja
akan membuat anda kesal dengan si pasangan yang terus-terusan mengomel, namun untuk bisa
berlaku benar dan memberikan keputusan yang tepat, maka anda perlu mengetahui sumber
permasalahan dan apa yang diharapkan oleh pasangan dengan sejelas-jelasnya.
2. Bicarakan Dalam Kondisi yang Tepat

Kondisi dan waktu adalah faktor yang harus diperhatikan dalam menyelesaikan problematikan
masalah dalam rumah tangga dengan baik. Anda harus tahu kapan waktu dan kondisi yang tepat
dalam mengungkapkan masalah dan kapan anda harus menundanya. Jangan sampai saat masalah
sedang membara dan emosi sedang memuncak anda lantas mengajak pasangan untuk berdiskusi
dan membicarakan semua masalah. Percayalah yang terjadi bukanlah menyelesaikan masalah,
malah anda yang akan mendapatkan amarah dari pasangan. Untuk itu, temukan waktu dan kondisi
yang tepat saat pikiran dan hati anda bersama pasangan dalam keadaan dingin dan jernih. Bujuklah
pasangan untuk duduk berdua dengan secangkir teh hangat atau kopi dan mulailah melakukan
perbincangan dan mintalah pasangan mengutarakan maksud hatinya dengan baik agar anda bisa
mengerti. Dengan begini, perlahan namun pasti mereka akan mulai luluh dan mulai mengutarakan
maksudnya.

3.Berpikir Dari Sudut Pandang Pasangan

Seringkali ketidakberdayaan seseorang dalam menghadapi masalah adalah karena ia terus menerus
melihat masalah dari sudut pandangnya tanpa melihat sudut pandang pasangannya. Padalah hal ini
perlu sekali dilakukan untuk bisa menentukan mana yang benar dan mana yang salah sesuai dengan
kesepakatan bersama. Untuk itu, berusahalah untuk melihat segala sesuatunya dari sudut pandang
orangain . Hal ini berguna untuk benar-benar memahami posisi pasangan dalam masalah yang anda
hadapi berdua. Pikirkanlah konsekuensi, kesedihan, kerugian atau bahkan rasa sakit yang harus
ditanggung oleh pasangan. Dengan demikian, penyelesaian masalah akan dapat dicapai dengan lebih
baik.

4. Saling Terbuka

Komunikasi yang sehat dan mutlak amat diperlukan untuk dapat membangun rumah tangga yang
harmonis. Kunci komunikasi yang sehat dalam sebuah rumah tangga adalah dengan adanya saling
keterbukaan. Menjalin hubungan rumah tangga sama artinya dengan siap untuk membuka diri
sepenuhnya untuk pasangan dan tidak berusaha menyimpan rahasia tertentu dari orang yang
dicintai. Yang mana, sikap keterbukaan ini penting juga diaplikasikan pada saat menghadapi
masalah. Jangan sampai meredam emosi, karena jika terus dibiarkan demikian, emosi tersebut
perlahan akan terakumulasi menjadi hal yang besar yang bisa meledak kapan saja.

5. Ingat Kembali Dengan Komitmen yang Anda Buat Dengan Pasangan


Jika masalah rumah tangga yang anda hadapi bersama dengan pasangan sudah terlanjur besar dan
beresiko membahayakan stabilitas hubungan bersama dengan pasangan. Maka ingatlah kembali
komitmen anda saat anda dan pasangan memutuskan untuk menjalani hidup bersama saat dulu.
Sadarilah bahwa setiap masalah akan ada penyelesaiannya. Hidup ini terus berputar, anda dan
pasangan tidak akan melulu merasakan keterpurukan dalam masalah.

Masalah adalah hal yang wajar terjadi dalam sebuah rumah tangga. Namun bagaimana kita bisa
menghadapi dan melewatinya adalah hal yang akan senantiasa membuat hubungan pernikahan bisa
bertahan.

Allahu A'lam

Assalamu a'laikum Ustadz, bagaimana caranya agar istri menurut kepada kita, tidak marah2... dan
kalau ada masalah tidak mau bilang pasti dipendam...

Wa'alaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh

1. Dengarkan

Poin pertama dalam menghadapi dan mengatasi sebuah permasalahan apapun bentuknya adalah
dengan mendengarkan, bukan meresponnya dengan kondisi yang sama-sama membara. Sebelum
menindak dan memutuskan apa yang harus dilakukan, maka anda perlu mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi dengan rumah tangga anda dan hal apa yang memicu pertengkaran atau
permasalah tersebut muncul. Untuk itulah, pertama anda perlu mendengarkan terlebih dahulu.
Setelah menyimak, kemudian dikaji dengan sebaik-baiknya dan baru setelah itu anda bisa
mengambil tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Cobalah untuk menjadi pendengar
yang baik bagi pasangan baik untuk suami maupun istri. Jangan terlebih dahulu mencela atau
memotong pembicaraan, biarkan pasangan menjelaskan dan mengeluarkan semua kekesalannya.
Sebab dari sana anda akan mengetahui akar sebuah permasalahan yang terjadi. Hal ini mungkin saja
akan membuat anda kesal dengan si pasangan yang terus-terusan mengomel, namun untuk bisa
berlaku benar dan memberikan keputusan yang tepat, maka anda perlu mengetahui sumber
permasalahan dan apa yang diharapkan oleh pasangan dengan sejelas-jelasnya.

2. Bicarakan Dalam Kondisi yang Tepat

Kondisi dan waktu adalah faktor yang harus diperhatikan dalam menyelesaikan problematikan
masalah dalam rumah tangga dengan baik. Anda harus tahu kapan waktu dan kondisi yang tepat
dalam mengungkapkan masalah dan kapan anda harus menundanya. Jangan sampai saat masalah
sedang membara dan emosi sedang memuncak anda lantas mengajak pasangan untuk berdiskusi
dan membicarakan semua masalah. Percayalah yang terjadi bukanlah menyelesaikan masalah,
malah anda yang akan mendapatkan amarah dari pasangan. Untuk itu, temukan waktu dan kondisi
yang tepat saat pikiran dan hati anda bersama pasangan dalam keadaan dingin dan jernih. Bujuklah
pasangan untuk duduk berdua dengan secangkir teh hangat atau kopi dan mulailah melakukan
perbincangan dan mintalah pasangan mengutarakan maksud hatinya dengan baik agar anda bisa
mengerti. Dengan begini, perlahan namun pasti mereka akan mulai luluh dan mulai mengutarakan
maksudnya.

3.Berpikir Dari Sudut Pandang Pasangan

Seringkali ketidakberdayaan seseorang dalam menghadapi masalah adalah karena ia terus menerus
melihat masalah dari sudut pandangnya tanpa melihat sudut pandang pasangannya. Padalah hal ini
perlu sekali dilakukan untuk bisa menentukan mana yang benar dan mana yang salah sesuai dengan
kesepakatan bersama. Untuk itu, berusahalah untuk melihat segala sesuatunya dari sudut pandang
orangain . Hal ini berguna untuk benar-benar memahami posisi pasangan dalam masalah yang anda
hadapi berdua. Pikirkanlah konsekuensi, kesedihan, kerugian atau bahkan rasa sakit yang harus
ditanggung oleh pasangan. Dengan demikian, penyelesaian masalah akan dapat dicapai dengan lebih
baik.

4. Saling Terbuka

Komunikasi yang sehat dan mutlak amat diperlukan untuk dapat membangun rumah tangga yang
harmonis. Kunci komunikasi yang sehat dalam sebuah rumah tangga adalah dengan adanya saling
keterbukaan. Menjalin hubungan rumah tangga sama artinya dengan siap untuk membuka diri
sepenuhnya untuk pasangan dan tidak berusaha menyimpan rahasia tertentu dari orang yang
dicintai. Yang mana, sikap keterbukaan ini penting juga diaplikasikan pada saat menghadapi
masalah. Jangan sampai meredam emosi, karena jika terus dibiarkan demikian, emosi tersebut
perlahan akan terakumulasi menjadi hal yang besar yang bisa meledak kapan saja.

5. Ingat Kembali Dengan Komitmen yang Anda Buat Dengan Pasangan

Jika masalah rumah tangga yang anda hadapi bersama dengan pasangan sudah terlanjur besar dan
beresiko membahayakan stabilitas hubungan bersama dengan pasangan. Maka ingatlah kembali
komitmen anda saat anda dan pasangan memutuskan untuk menjalani hidup bersama saat dulu.
Sadarilah bahwa setiap masalah akan ada penyelesaiannya. Hidup ini terus berputar, anda dan
pasangan tidak akan melulu merasakan keterpurukan dalam masalah.
Masalah adalah hal yang wajar terjadi dalam sebuah rumah tangga. Namun bagaimana kita bisa
menghadapi dan melewatinya adalah hal yang akan senantiasa membuat hubungan pernikahan bisa
bertahan.

Allahu A'lam

Assalaamu alaikm ust...

- Bagaimana cara membahagiakan istri? Apa harus memenuhi semua? Jika tdak bagaimana
sharusnya sikap kita sbagai imam yg baik?

Jzakalloh

Wa'alaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh

Rasulullah adalah teladan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam rumah tangga. Apa
sajakah yang Rasulullah lakukan untuk membahagiakan istrinya? Mari kita simak pembahasan
beberapa hadits berikut ini:

1. Rasulullah suka berbincang-bincang dengan istrinya di malam hari

Pasangan suami istri yang tidak pernah berbagi cerita, tidak pernah berkomunikasi, tentu saja akan
merasakan kekeringan dalam rumah tangga.

“Adalah dahulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam jika berkumpul bersama Aisyah Radhiallahu anhaa
di malam hari maka Rasulullah berbincang-bincang dengan putri Abu Bakar Radhiallahu anhumma”
(HR Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa suami yang baik adalah lelaki yang meluangkan waktunya untuk
berbicara dengan istri. Berbincang seputar hal yang bermanfaat. Entah perkara dunia atau akhirat.
Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa rumah tangga yang harmonis terwujud manakala terjadi
komunikasi yang baik antar anggota keluarga
Hadits ini juga menjadi dalil pengecualian atas sabda Nabi yang menyebutkan bahwa beliau tidak
menyukai obrolan-obrolah yang terjadi selepas isya. Karena bercengkerama dengan istri adalah
salah satu perkara yang bermanfaat. Bahkan termasuk ibadah. Sebagaimana penjabaran dari kaidah
"Al Wasailu Lahaa hukmul Maqashid". Maka jika membahagiakan istri dan menjaga kelanggengan
rumah tangga adalah sesuatu yang diperintahkan dalam syariat. Tentu hal-hal yang menjadi sebab
terwujudnya hal tersebut juga menjadi sesuatu yang diperintahkan pula.

2. Rasulullah suka membantu pekerjaan rumah tangga

Para suami yang tiap di rumah hanya bisa mengganti channel televisi, membaca surat kabar, tertidur
pulas, dan makan, cobalah membahagiakan istri dengan membantu beberapa pekerjaan rumah
tangga yang bisa dilakukan.

“Aisyah binti Abu Bakar Radhiallahu anhumma pernah ditanya oleh salah seorang sahabat. "Apakah
yang Nabi lakukan ketika berada di rumah bersama istri-nya?" "Dahulu Nabi biasa membantu
pekerjaan rumah keluarganya". tutur Aisyah Radhiallahu anhaa” (HR Bukhari)

Suami yang baik adalah lelaki yang tidak sungkan membantu istri menggarap pekerjaan rumah
tangga. Bahkan bila suami adalah seorang tokoh masyarakat atau professional yang memiliki
kesibukan luar biasa di luar rumah. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga bukanlah sesuatu yang
merendahkan derajat suami

Istri akan semakin mencintai pasangannya apabila senantiasa mendapat bantuan dari suami dalam
pengerjaan kewajiban-kewajibannya di rumah

3. Rasulullah menyatakan rasa cinta pada istri secara verbal

Jangan biarkan istri menebak-nebak bagaimana sebenarnya perasaan suami terhadapnya, karena
sungguh itu sangat menyedihkan. Para istri akan sangat bahagia jika suami mau menyatakan cinta,
sekalipun itu hanyalah kebohongan, asal tidak diketahui istri tidak mengapa.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bertutur: "Aku diberi rizki berupa rasa cinta kepada istriku"
(HR Muslim)
Hadits ini memberi anjuran untuk menyatakan cinta kepada istri. Menampakkan dan menyatakan
rasa cinta kepada istri adalah di antara cara merekatkan hubungan cinta kasih antar lelaki dan
wanita yang diikat dalam bingkai pernikahan

4. Rasulullah tidak pernah membenci istrinya!

Nabi shallahu alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah seorang mukmin benci kepada seorang wanita
mukminah (istrinya), jika ia membenci sebuah sikap (akhlak) istrinya maka ia akan ridho dengan
sikapnya (akhlaknya) yang lain” (HR Muslim)

Berkata An-Nawawi, “Yang benar adalah Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam melarang, yaitu
hendaknya dia tidak membencinya karena jika mendapati sikap (akhlak) yang dibencinya pada
istrinya maka ia akan mendapati sikapnya yang lain yang ia ridhai. Misalnya wataknya keras namun
ia wanita yang taat beribadah, atau cantik, atau menjaga diri, atau lembut kepadanya, atau
(kelebihan-kelebihan) yang lainnya”

Suami yang paling sedikit mendapat taufiq dari Allah dan yang paling jauh dari kebaikan adalah
seorang suami yang melupakan seluruh kebaikan-kebaikan istrinya, atau pura-pura melupakan
kebaikan-kebaikan istrinya dan menjadikan kesalahan-kesalahan istrinya selalu di depan matanya.

Bahkan terkadang kesalahan istrinya yang sepele dibesar-besarkan, apalagi dibumbui dengan
prasangka-prasangka buruk yang akhirnya menjadikannya berkesimpulan bahwa istrinya sama sekali
tidak memiliki kebaikan

Tatkala seorang suami marah kepada istrinya maka syaitan akan datang dan menghembuskan
kedalam hatinya dan membesar-besarkan kesalahan istrinya tersebut. Syaitan berkata, “Sudahlah
ceraikan saja dia, masih banyak wanita yang sholehah, cantik lagi…, ayolah jangan ragu-ragu…”.
Syaitan juga berkata, “Cobalah renungkan jika engkau hidup dengan wanita seperti ini…., bisa jadi di
kemudian hari ia akan lebih membangkang kepadamu...”

Atau syaitan berkata, “Tidaklah istrimu itu bersalah kepadamu kecuali karena ia tidak
menghormatimu…atau kurang sayang kepadamu, karena jika ia sayang kepadamu maka ia tidak
akan berbuat demikian…”. Dan demikanlah bisikan demi bisikan dilancarkan syaitan kepada para
suami. Yang bisikan-bisikan seperti ini bisa menjadikan suami melupakan kebaikan-kebaikan istrinya
yang banyak yang telah diterimanya. Jika sang suami telah melupakan kebaikan-kebaikan yang lain
yang dimiliki isrinya maka sesungguhnya ia telah menyamai sifat para wanita yang suka melupakan
kebaikan-kebaikan suaminya !!!.

5. Rasulullah tidak pernah memukul istrinya


Suami yang ringan tangan, gemar menampar dan memukul istri adalah suami yang tidak mengerti
bahwa Islam meninggikan perempuan.

“Aisyah Radhiallahu anhaa pernah bertutur: Suamiku tidak pernah memukul* istrinya meskipun
hanya sekali” (HR Nasa'i)

*pukulan yang menciderai atau pukulan di wajah. Adapun apabila seorang istri melakukan
pembangkangan kepada suami, maka diperbolehkan memukulnya dengan pukulan yang tidak
menyebabkan cedera dan tidak pula mengenai di muka. Allahu a'lam

Sesungguhnya lelaki sejati tidak akan pernah memukul istri semarah apapun yang bersangkutan
kepada pasangannya. Memukul istri adalah akhlak pria durjana

6. Rasulullah Menghibur kesedihan istri

Tidak hanya bersenang-senang dengan istri di saat gembira, Rasulullah pun peduli pada istri di kala
istrinya menangis dan bersedih.

“Suatu saat Shafiyah safar bersama Rasulullah, saat itu adalah hari gilirannya. Dia ketinggalan
(rombongan) karena untanya berjalan lambat,lalu menangis. Maka Rasulullah datang mengusapkan
air mata dengan kedua tangannya kemudian berusaha membuat Shafiyah berhenti menangis” (HR
Nasa'i)

Pelajaran yang diambil dari hadits ini adalah bahwa menghibur istri adalah kewajiban suami.
Berusaha menghilangkan kesedihan dan kesusahan istri adalah sesuatu yang disyariatkan Islam.
Suami yang baik tidak akan tahan dan tinggal diam manakala melihat istrinya menangis atau
bersedih hati.

Allahu A'lam

Bagaimana memperoleh kemantapan yang sebenarnya dalam memutuskan untuk berumah tangga
selain karna usia atau tuntutan keluarga?
Dalam hal ini berkaitan dengan sudah siapkah anda menikah?

1. Apakah Anda Siap Melepas Kebebasan?

Salah satu hal yang sangat berbeda antara lajang dengan orang yang sudah berumah tangga adalah
dalam hal kebebasan. Saat masih lajang, anda bebas melakukan apa saja. Anda bebas makan
dimana, jam berapa, menunya apa. Semua terserah anda. Anda bebas mau mandi atau tidak mandi,
mau mandi jam berapa, berapa kali sehari atau berapa kali sepekan, semua terserah anda.

Anda bebas mau tidur jam berapa, dimana, dengan posisinya seperti apa. Anda bebas pengin
berbicara apa, dengan nada dan gaya seperti apa. Anda bebas mau keluar rumah kapan saja,
kemana, mau ngapain, semua terserah anda. Itu karena anda masih lajang, anda memiliki hidup
anda sepenuhnya.

Setelah menikah, anda tidak lagi memiliki kebebasan itu. Semua kebebasan anda itu hilang, karena
anda memasuki kawasan bertanggung jawab. Anda harus menenggang perasaan pasangan anda atas
semua perilaku, kebiasaan hidup, tutur kata, bahkan mimik wajah atau bahasa tubuh anda. Anda
tidak bisa bersikap semau sendiri, karena anda harus membahagiakan pasangan.

Anda tidak lagi bisa mengatakan “jadilah dirimu sendiri”, karena anda harus “menjadi seseorang
seperti yang diharapkan pasangan”.

Siap melepas kebebasan itu? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

2. Apakah Anda Siap Berbagi dalam Semua Hal?

Banyak hal akan menjadi “kita”, bukan lagi “aku” dan “kamu”. Dari makanan, minuman, sabun, pasta
gigi, handuk, anda akan berbagi dengan pasangan. Demikian pula waktu, perhatian, konsentrasi,
semua harus berbagi. Anda tidak bisa lagi egois menggunakan waktu untuk diri sendiri tanpa peduli
pasangan. Banyak hal yang dulunya "milikku" kini menjadi "milik kita". Mungkin awalnya akan terasa
canggung untuk berbagi segalanya, tapi seiring waktu, semua akan berjalan dengan sendirinya.

Dulu anda naik motor atau mobil sendiri, kini anda harus berbagi. Dulu anda asyik ngenet sendiri,
kini ada pasangan yang bisa mencemburui. Dulu anda bisa keluar malam sendiri, kini anda tidak bisa
bebas lagi. Dulu anda bisa makan ke warung bakso sendiri, kini anda tidak bisa semau sendiri. Dulu
anda mau tidur dan bangun jam berapapun dengan bebas, kini anda tidak bebas lagi. Ini semua
karena anda harus berbagi dengan pasangan dalam sangat banyak hal.

Siap berbagai dalam segala hal dengan pasangan? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

3. Apakah Anda Siap Menaiki “Roller Coaster” Kehidupan?

Hidup berumah tangga itu ada kemiripannya dengan menaiki roller coaster. Jika anda naik roller
coaster, akan melewati saat yang wajar dan biasa saja, ada saat ketegangan, ada saat histeria, ada
pula antiklimaks berupa kelegaan. Akan ada banyak sekali suka dan duka yang akan dijumpai dalam
kehidupan pernikahan. Tapi kebersamaan yang kuat antara suami istri akan menjadikan mudah
melewati semua bentuk krisis atau masalah.

Anda akan menghadapi banyak sekali masalah dan tantangan baru nantinya, tapi selama bisa saling
bersatu hati dan bergandengan tangan dalam melewatinya, anda akan menjalani kehidupan
pernikahan dengan bahagia bersama pasangan tercinta. Tidak perlu terlempar dari roller coaster
saat melewati ketegangan dan histeria, karena anda saling berpegangan untuk menguatkan.

Siap menikmati roller coaster kehidupan nyata? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

4. Apakah Anda Siap Terkejut Karena Menemukan Hal Baru dari Pasangan?

Sahabat muda, sebelum menikah, apalagi bagi mereka yang melewati masa pacaran, bisa jadi anda
merasa telah mengenal banyak hal dari pasangan. Padahal sebenarnya anda tidak banyak mengenal
jati dirinya. Orang pacaran lebih banyak menampilkan kebohongan demi menyenangkan pasangan.
Maka anda akan menemukan banyak sekali hal baru setelah menikah dan hidup berdua bersama
pasangan. Hal-hal yang menjadi jati diri pasangan yang sesungguhnya.

Apalagi bagi pasangan yang tidak melewati masa pacaran, hanya berbekal masa ta’aruf secara Islami
untuk menjaga hati. Pengenalan tentu tidak mendalam, karena lebih banyak sisi kesamaan visi dan
keyakinan akan kebaikan calon pasangan. Maka setelah menikah, setiap hari adalah hari baru untuk
lebih banyak tahu tentang kondisi pasangan. Anda akan terus dikejutkan dengan banyak hal baru
dari pasangan yang belum pernah anda ketahui sebelumnya. Maka bersiaplah menghadapi hari-hari
penuh kejutan itu.

Sebagaimana anda terkejut dengan berbagai hal yang baru temukan dan anda ketahui dari
pasangan, maka demikian pula pasangan anda akan menemukan banyak hal yang baru dari anda.
Pasangan juga akan mengalami keterkejutan karena menemukan hal-hal yang belum diketahui
sebelumnya dari anda. Sesuatu yang bisa jadi sengaja anda sembunyikan dari pasangan selama masa
berkenalan, atau sesuatu yang anda tidak bermaksud menyembunyikannya, semua akan
tertampakkan.

Hidup berdua dalam keluarga baru, bertemu dan berinteraksi secara sangat dekat dan intim,
duapuluh jam sehari semalam, membuat semua hal akan tertampakkan. Tidak ada yang bisa
disembunyikan. Semua dari diri anda akan diketahui pasangan, semua hal dari pasangan akan anda
ketahui. Maka bersiaplah menghadapi ketersingkapan diri anda, yang selama ini tidak diketahui
pasangan anda.

Siap terkejut setiap hari? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

5. Apakah Anda Siap Melihat Sisi Paling Jelek dari Pasangan?

Hidup dalam ikatan pernikahan membuat anda dan pasangan selalu berada dalam situasi yang
sangat dekat, tanpa jarak, tanpa batas, tanpa sekat. Apalagi bagi pengantin baru, yang inginnya
selalu berdua kemana-mana. Saat bangun tidur di pagi hari, anda akan menjadi orang pertama yang
melihat pasangan bangun dengan muka kucel, rambut acak-acakan dan tubuh yang bau keringat.
Belum lagi bau mulut.

Sebelum menikah, anda hanya menemukan pasangan anda dalam kondisi wangi dan sudah
berdandan rapi. Anda tidak pernah menjumpainya dalam keadaan acak-acakan, karena selalu ada
persiapan sebelum pertemuan sebelum menikah. Kini setelah menikah, anda bertemu setiap saat.
Tidak ada waktu untuk bersiap diri, karena anda selalu berada bersama pasangan setiap saat. Semua
bau-bauan yang muncul dari tubuh anda, semua bunyi-bunyian yang muncul dari tubuh anda, tidak
bisa lagi anda rahasiakan dari pasangan.

Maka anda harus siap menerima kondisi pasangan dari sisi yang paling jelek sekalipun. Sebagaimana
anda harus siap dilihat oleh pasangan dari sisi yang paling jelek. Tapi justru itulah yang menjadi
bumbu pernikahan Anda.

Siap melihat sisi paling jelek dari pasangan? Siap dilihat dari sisi yang paling jelek oleh pasangan? Jika
siap, berarti anda sudah siap menikah.

6. Apakah Anda Siap Bertemu Setiap Saat?

Bagi orang yang berpacaran, frekuensi pertemuan mereka tentu terbatas. Situasi seperti itu yang
menimbulkan kerinduan untuk bertemu. Setelah menikah, anda akan bertemu setiap saat. Bahkan
etika hidup suami istri, harus meminta izin kepada pasangan ketika akan pergi untuk suatu keperluan
meninggalkan pasangan. Bertemu terus setiap saat dengan pasangan, apakah anda akan menjadi
bosan? Apakah anda akan kehilangan kerinduan? Semua tergantung kondisi hubungan anda dengan
pasangan.

Dalam kehidupan berumah tangga, justru keintiman harus terus ditingkatkan dengan melakukan
variasi setiap harinya. Jika kesibukan dan rutinitas kegiatan setiaphari membuat anda merasa jenuh,
maka setidaknya luangkan waktu sekali dalam seminggu atau sebulan untuk menghabiskan waktu
berdua saja untuk melakukan refreshing.

Siap bertemu setiap saat dengan pasangan? Yakin, anda tidak bosan? Jika siap, berarti anda sudah
siap menikah.

7. Apakah Anda Siap Menyelesaikan MasalahSecara Bersama?

Sahabat muda, saat masih lajang, anda berusaha menyelesaikan semua masalah sendirian. Sekarang
setelah menikah, anda harus menyelesaikan masalah bersama dengan pasangan. Karena anda
berdua menjadi bagian yang utuh dan tak terpisahkan satu dengan yang lain, maka masalah anda
akan berpengaruh terhadap pasangan dan masalah pasangan pun akan berpengaruh terhadap anda.
Untuk itulah anda berdua harus sharing untuk mendialogkan permasalahan yang anda hadapi.

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan pernikahan. Kegagalan
komunikasi sering menjadi faktor yang sangat vital dalam menimbulkan konflik dan pertengkaran
suami istri. Maka obrolan ringan untuk mengurai berbagai masalah menjadi sangat diperlukan. Anda
harus rela berbagai masalah yang selama ini anda anggap sebagai pribadi. Setelah menikah, hal itu
akan anda buka kepada pasangan.

Siap menyelesaikan setiap masalah bersama pasangan? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

8. Apakah Anda Siap Menemukan Tujuan Paling Hakiki dari Pernikahan?

Walaupun secara teori anda sudah mengerti tentang tujuan-tujuan pernikahan, namun anda akan
berproses menemukan tujuan tersebut bersama pasangan. Anda akan menemukan hal-hal unik dan
khas dalam corak interaksi keseharian bersama pasangan, yang akhirnya anda menemukan lebih
banyak hal tentang hakikat, makna dan tujuan pernikahan.

Tentu saja tujuan menikah bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan seksual atau karena sudah
waktunya menikah. Setelah menikah, anda akan menemukan makna dan tujuan pernikahan secara
lebih nyata, bukan dalam dataran teori ataupun wacana. Ketika tujuan itu sudah ditemukan, maka
pondasi pernikahan anda akan semakin kuat setiap waktunya.

Siap berproses bersama pasangan? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

9. Apakah Anda Siap Menghadapi Kerepotan Mengurus Anak?

Pada masa perkenalan, mareka bebas mengekspresikan keinginan, dan merasakan hal-hal yang
serba menyenangkan dari pasangan. Namun setelah menikah, anda akan segera menyambut
kehadiran bayi mungil, buah cinta anda berdua. Tahukah anda, bahwa bayi itu sering terbangun dan
menangis setiap saat, tidak pandang waktu dan kesibukan anda berdua? Karena satu-satunya cara
bayi berkomunikasi adalah melalui tangisan.

Anda harus bangun tengah malam, bahkan lewat tengah malam, mengurus ompol bayi, mengganti
pakaian, menyiapkan bedak, minyak telon, dan susu tambahan. Belum lagi saat bayi sakit, tentu
memerlukan perhatian ekstra. Anda harus siap berbagi untuk mengurus bayi yang bisa menguras
tenaga dan perhatian anda. Keintiman anda sebagai suami istri menjadi “terganggu” oleh kerepotan
mengurus bayi.

Siap repot mengurus anak? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

10. Apakah Anda Siap Terikat oleh Hak dan Kewajiban?

Sebelum menikah, anda adalah makhluk bebas merdeka. Sebagai orang dewasa, anda sudah tidak
terlalu diikat oleh orang tua, namun belum memiliki beban kehidupan. Setelah menikah, semua
segera berubah. Anda terikat dengan hak dan kewajiban bersama pasangan. Setelah muncul anak,
bertambah lagi beban dan kewajiban itu. Anda tidak bisa lagi berlaku semau-mau sendiri, karena ada
ikatan peran yang harus tertunaikan.

Ada kewajiban suami yang menjadi hak istri, dan ada kewajiban istri yang menjadi hak suami.
Kewajiban ini harus ditunaikan, agar hak pasangan bisa didapatkan secara timbal balik. Setelah
menikah, anda tidak bisa lari dari tanggung jawab adanya hak dan kewajiban ini.

Siap terikat oleh hak dan kewajiban? Jika siap, berarti anda sudah siap menikah.

Pikirkan lagi, renungkan lagi, sudah siapkah anda dengan itu semuanya? Jika anda sudah siap, maka
itu bagian dari pertanda kesiapan anda memasuki kehidupan pernikahan.
Selamat memasuki kehidupan pernikahan yang penuh keindahan dan keajaiban.

Allahu A'lam

Assalamualaikum nama Nunung Alindawati domisili Bandung mau bertanya.. Mnta tangagapan dg
pernyataan ini : "Jangan dulu ingin cepat menikah, bahagiakanlah orangtuamu dahulu"..saya msh
bingung dg pernyataan ini,seolah stelah menikah sdh tdk bs lagi mbahagiakan org tua,bgaima ni
ustadzah?? Dua duanya hal baik tentunya

Wa'alaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh

Pernyataan manusia walaupun mungkin terlihat baik tetapi bertentangan dengan nash Al-Qur'an
maupun Hadits Nabi maka pernyataan tersebut tertolak.

Allahu A'lam

aslm,, knp audio na ga msk y? mf mw tnya sbnarny ap sih kunci mmbngn rumah tangga yg awet n
bahagia spnjng wktu, trmksh.

Wa'alaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh

Kuncinya adalah menerapkan nilai-nilai Al-Qur'an dalam keluarga. Komunikasi yang baik, saling
terbuka & saling memahami.

Allahu A'lam

Shabira putri, kalimantan timur,


Bagaimana cara membangun kejujuran dalam rumah tangga yg baik, jika suami kita d ajak berbicara
seperti tidak ada tanggapan ( hanya diam2 ), ?

1. Fahami karakter suami. Memahami karakter sangat penting sehingga seorang istri bisa memahami
apa yang dirasakan suami.

2. Cari waktu yang tepat. Jangan mengajak bicara suami ketika dalam keadaan marah, banyak
tekanan karena pada waktu tersebut suami butuh menyendiri.

3. Mulailah percakapan dari hal-hal yang ringan

4. Bersabarlah dalam menghadapi suami tersebut

5. Berdoalah kepada Allah agar Allah melunakkan hatinya.

Allahu A'lam

Khairunnisa, Samarinda

Ustadz, bagaimana mengatasi cemburu yang berlebihan?

Jawaban:

Sebagaimana fenomena yang kita lihat dalam kehidupan tangga pada umumnya, tampaklah bahwa
sifat cemburu itu sudah menjadi tabiat setiap wanita, siapapun orangnya dan bagaimanapun
kedudukannya. Akan tetapi, hendaklah perasaan cemburu ini dapat dikendalikan sedemikian rupa,
sehingga tidak menimbulkan masalah yang bisa menghancurkan kehidupan rumah tangga.

Berikut beberapa nasihat yang perlu diperhatikan oleh para isteri untuk menjaga keharmonisan
kehidupan rumah tangga, sehingga tidak ternodai oleh pengaruh perasaan cemburu yang
berlebihan.

* Seorang isteri hendaklah bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersikap pertengahan
dalam hal cemburu terhadap suami. Sikap pertengahan dalam setiap perkara merupakan bagian dari
kesempurnaan agama dan akal seseorang. Dikatakan oleh Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam kepada
‘Aisyah radhiallahu ‘anha: ‘Hai ‘Aisyah, bersikaplah lemah-lembut, sebab jika Allah menginginkan
kebaikan pada sebuah keluarga, maka Dia menurunkan sifat kasih-Nya di tengah-tengah keluarga
tersebut.’ Dan sepatutnya seorang isteri meringankan rasa cemburu kepada suami, sebab bila rasa
cemburu tersebut melampaui batas, bisa berubah menjadi tuduhan tanpa dasar, serta dapat
menyulut api di hatinya yang mungkin tidak akan pernah padam, bahkan akan menimbulkan
perselisihan di antara suami dan melukai hati sang suami. Sedangkan isteri akan terus hanyut
mengikuti hawa nafsunya.

* Wanita pencemburu, lebih melihat permasalahan dengan perasaan hatinya daripada indera
matanya. Ia lebih berbicara dengan nafsu emosinya dari pada pertimbangan akal sehatnya. Sehingga
sesuatu masalah menjadi berbalik dari yang sebenarnya. Hendaklah hal ini disadari oleh kaum
wanita, agar mereka tidak berlebihan mengikuti perasaan, namun juga mempergunakan akal sehat
dalam melihat suatu permasalahan.

* Dari kisah-kisah kecemburuan sebagian isteri Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, bisa
diambil pelajaran berharga, bahwa sepatutnya seorang wanita yang sedang dilanda cemburu agar
menahan dirinya, sehingga perasaan cemburu tersebut tidak mendorongnya melakukan pelanggaran
syari’at, berbuat zhalim, ataupun mengambil sesuatu yang bukan haknya. Maka janganlah mengikuti
perasaan secara membabi buta.

* Seorang isteri yang bijaksana, ia tidak akan menyulut api cemburu suaminya. Misalnya, dengan
memuji laki-laki lain di hadapannya atau menampakkan kekaguman terhadap laki-laki lain di
hadapannya atau menampakkan kekagumman terhadap laki-laki lain, baik pakaiannya, gaya
bicaranya, kekuatan fisiknya dan kecerdasannya. Bahkan sangat menyakitkan hati suami, jika
seorang isteri membicarakan tentang suami pertamanya atau sebelumnya. Rata-rata laki-laki tidak
menyukai itu semua. Karena tanpa disadarinya, pujian tersebut bermuatan merendahkan
‘kejantanan’nya, serta mengurangi nilai kelaki-lakiannya, meski tujuan penyebutan itu semua adalah
baik. Bahkan, walaupun suami bersumpah tidak terpengaruh oleh ungkapannya tersebut, tetapi
seorang isteri jangan melakukannya. Sebab, seorang suami berat melupakan itu semua.

* Ketahuilah wahai para isteri! Bahwa yang menjadi keinginan laki-laki di lubuk hatinya adalah
jangan sampai ada orang lain dalam hati dan jiwamu. Tanamlah dalam dirimu bahwa tidak ada lelaki
yang terbaik, termulia, dan lainnya selain dia.

* Wahai para isteri! Jadikanlah perasaan cemburu kepada suami sebagai sarana untuk lebih
mendekatkan diri kepadanya. Jangan menjadikan ia menoleh kepada wanita lain yang lebih cantik
darimu. Berhias dirilah, jaga penampilan di hadapannya agar engkau selalu dicintai dan disayanginya.
Cintailah sepenuh hatimu, sehingga suami tidak membutuhkan cinta selain darimu. Bahagiakan ia
dengan seluruh jiwa, perasaan dan daya tarikmu, sehingga suami tidak mau berpisah atau menjauh
darimu. Berikan padanya kesempatan istirahat yang cukup. Perdengarkan di telinganya sebaik-baik
perkataan yang engkau miliki dan yang paling ia senangi.

* Wahai, para isteri! Janganlah engkau mencela kecuali pada dirimu sendiri, bila saat suamimu
datang wajahnya dalam keadaan bermuram durja. Jangan menuduh ‘salah-kecuali pada dirimu
sendiri, bila suamimu lebih memilih melihat orang lain dan memalingkan wajah darimu. Dan jangan
pula mengeluh bila engkau mendapatkan suamimu lebih suka di luar daripada duduk di dekatmu.
Tanyakan kepada dirimu, mana perhatianmu kepadanya’ Mana kesibukanmu untuknya’ Dan mana
pilihan kata-kata manis yang engkau persembahkan kepadanya, serta senyum memikat dan
penampilan menawan yang semestinya engkau berikan kepadanya’ Sungguh engkau telah berubah
di hadapannya, sehingga berubah pula sikapnya kepadamu, lebih dari itu, engkau melemparkan
tuduhan terhadapnya karena cemburu butamu.

* Dan ingatlah wahai para isteri! Suamimu tidak mencari perempuan selain dirimu. Dia mencintaimu,
bekerja untukmu, hidup senantiasa bersamamu, bukan dengan yang lainnya. Bertakwalah kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, ikutilah petunjuk-Nya dan percayalah sepenuhnya kepada suamimu
setelah percaya kepada Allah yang senantiasa menjaga hamba-hamba-Nya yang selalu menjaga
perintah-perintah-Nya, lalu tunaikanlah yang menjadi kewajibanmu. Jauhilah perasaan was-was,
karena setan selalu berusaha untuk merusak dan mengotori hatimu.

Allahu a'lam.

Jazaakillah khairan atas pertanyaannya.

Annisa Mu'minah, Papua

Bismillaah

Ustadz afwan, apakah setiap permasalahan atau sesuatu yg lain itu harus dikomunikasikan?

Maksudnya, apakah diam bukan salah satu jalan keluar? Karena ditakutkan, jika dikomunikasikan
akan menyakiti atau menambah konflik. Syukran

Jawaban :

Pengalaman kami dalam menangani kasus2 perceraian maupun konflik rumah tangga berawal dari
komunikasi yang tidak sehat. Permasalahan kecil yang didiamkan, dipendam & tidak
dikomunikasikan lama-lama akan membesar dan meledak. Sehingga ketika terjadi konflik justru akan
mengungkit permasalahan yang selama ini dipendam. Ada baiknya memang setiap permasalahan di
komunikasikan dengan tetap melihat maslahat & mudharatnya. Kalaupun ada keyakinan yang kuat
bahwa permasalahan tersebut bisa selesai dengan "didiamkan" maka langkah tersebut bisa diambil.

Jazaakillah khairan atas pertanyaannya, semoga bermanfaat.

Allahu A'lam
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Saya irna dari kab. OKU, SUMSEL.

Dari materi tertulis tadi, dijelaskan bahwa salah satu unsur pembentukan keluarga sakinah adalah
situasi rumah yang kondusif menerapkan nilai-nilai Islam.

Dilikungan kerja, saya mendapati rekan kerja (ummahat) yg dia meninggalkan anak nya tinggal di
rumah bersama neneknya, alasan tetap bekerja adalah faktor ekonomi. Ketika si anak bersama
orang tua dirumah, orang tua bisa mengkondisikan atmosfer dirumah serta memberi keteladanan
terhadap mereka, lalu ketika jam kerja si anak diasuh sang nenek yang belum tentu melakukan hal
yang sama seperti orangtua nya.

Bagaimana pandangan ustad mengenai keadaan seperti itu.? Apa yg sebaiknya dilakukan.?

Terima kasih.

Wa'alaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh

Idealnya, anak senantiasa senantiasa berada dalam asuhan orangtuanya. Karena hal tersebut dapat
mendekatkan hubungan secara psikologis antara anak dengan orangtua.

Namun, bagaimana bila "terpaksa" tidak bisa membersamainya karena tuntutan ekonomi kemudian
diasuh oleh nenek?

Dalam kasus ini perlu dibangun komunikasi yang bagus dengan nenek. Menyamakan persepsi
dengan nenek dalam hal pola asuh anak. Walaupun tidak persis sama dengan pola asuh yang biasa
dilakukan minimal mendekati. Dalam hal ini orangtua perlu "agak" tegas tapi santun dalam
mengingatkan jika ternyata pola asuh nenek berbeda dan melanggar Syar'i at.

Allahu A'lam

Pak Ustadz,bagaimana hukumnya apabila istri mencari rezeki takut kebutuhan keluarga tidak
tercukupi...sedangkan penghasilan suami lebih kecil dari sang istri..

(Opi jakarta)

Jawaban :
Pertama: Islam adalah syariat yang diturunkan oleh Allah Sang Pencipta Manusia, hanya Dia-lah yang
maha mengetahui seluk beluk ciptaan-Nya. Hanya Dia yang maha tahu mana yang baik dan
memperbaiki hamba-Nya, serta mana yang buruk dan membahayakan mereka. Oleh karena itu,
Islam menjadi aturan hidup manusia yang paling baik, paling lengkap dan paling mulia, Hanya Islam
yang bisa mengantarkan manusia menuju kebaikan, kemajuan, dan kebahagiaan dunia akhirat. Allah
Ta’ala berfirman:

‫لِل ا ْست َِجيبُوا آ َمنُوا الَّذِينََ أَيُّ َها َيا‬


ََِّ ِ ‫ل‬
َِ ‫سو‬ َّ ‫عا ُك َْم ِإذَا َول‬
ُ ‫ِلر‬ َ ‫يُحْ ِيي ُك َْم ِل َما َد‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rosul apabila dia menyerumu
kepada sesuatu (ajaran) yang memberi kehidupan kepadamu“. (QS. Al-Anfal: 24).

Allah adalah Dzat yang maha pengasih, maha penyayang dan terus mengurusi makhluk-Nya, oleh
karena itu Dia takkan membiarkan makhluknya sia-sia, Allah berfirman:

َ ْ‫سانَُ أ َ َيح‬
َُ‫سب‬ ِْ ‫ن‬
َ ‫اْل ْن‬ َْ َ ‫سدًى يُتْ َركََ أ‬
ُ

“Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa ada perintah, larangan dan
pertanggung-jawaban)?!” (QS. Al-Qiyamah:36, lihat tafsir Ibnu Katsir 8/283).

Oleh karena itulah, Allah menurunkan syariat-Nya, dan mengharuskan manusia untuk
menerapkannya dalam kehidupan, tidak lain agar kehidupan mereka menjadi lebih baik, lebih maju,
lebih mulia, dan lebih bahagia di dunia dan di akhirat.

Kedua: Islam menjadikan lelaki sebagai kepala keluarga, di pundaknya lah tanggung jawab utama
lahir batin keluarga. Islam juga sangat proporsional dalam membagi tugas rumah tangga, kepala
keluarga diberikan tugas utama untuk menyelesaikan segala urusan di luar rumah, sedang sang ibu
memiliki tugas utama yang mulia, yakni mengurusi segala urusan dalam rumah.

Norma-norma ini terkandung dalam firman-Nya:

ِ ََ‫علَى قَ َّوا ُمون‬


َ‫الر َجا ُل‬ َ َِ‫ساء‬
َ ‫الن‬
ِ ‫ل ِب َما‬ َّ َ‫ّللاُ ف‬
ََ ‫ض‬ ََّ ‫ض ُه َْم‬ َ َ‫ن أ َ ْنفَقُوا َو ِب َما َب ْعض‬
َ ‫علَىَ َب ْع‬ َْ ِ‫أ َ ْم َوا ِل ِه َْم م‬

“Para lelaki (suami) itu pemimpin bagi para wanita (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian
mereka (yang lelaki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (yang lelaki) telah
memberikan nafkah dari harta mereka” (QS. An-Nisa: 34).
Begitu pula firman-Nya:

ََّ ‫بُيُوتِ ُك‬


ََ‫ن فِي َوقَ ْرن‬

“Hendaklah kalian (para istri) tetap di rumah kalian” (QS. Al-Ahzab:33).

Ahli Tafsir ternama Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan perkataannya: “Maksudnya,
hendaklah kalian (para istri) menetapi rumah kalian, dan janganlah keluar kecuali ada kebutuhan.
Termasuk diantara kebutuhan yang syar’i adalah keluar rumah untuk shalat di masjid dengan
memenuhi syarat-syaratnya” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/409).

Inilah keluarga yang ideal dalam Islam, kepala keluarga sebagai penanggung jawab utama urusan
luar rumah, dan ibu sebagai penanggung jawab utama urusan dalam rumah. Sungguh, jika aturan ini
benar-benar kita terapkan, dan kita saling memahami tugas masing-masing, niscaya terbangun
tatanan masyarakat yang maju dan berimbang dalam bidang moral dan materialnya, tercapai
ketentraman lahir batinnya, dan juga teraih kebahagiaan dunia akhiratnya.

Ketiga: Bolehkah wanita bekerja?

Memang bekerja adalah kewajiban seorang suami sebagai kepala rumah tangga, tapi Islam juga tidak
melarang wanita untuk bekerja. Wanita boleh bekerja, jika memenuhi syarat-syaratnya dan tidak
mengandung hal-hal yang dilarang oleh syari’at.

Syaikh Abdul Aziz Bin Baz mengatakan: “Islam tidak melarang wanita untuk bekerja dan bisnis,
karena Alloh jalla wa’ala mensyariatkan dan memerintahkan hambanya untuk bekerja dalam firman-
Nya:

َ‫سيَ ََرى ا ْع َملُوا َوقُ ِل‬ ُ ‫َو ْال ُمؤْ مِ نُونََ َو َر‬
َ ُ‫سولُ َه‬
ََّ ‫ع َملَ ُك َْم‬
َ َ‫ّللاُ ف‬

“Katakanlah (wahai Muhammad), bekerjalah kalian! maka Alloh, Rasul-Nya, dan para mukminin
akan melihat pekerjaanmu“ (QS. At-Taubah:105)

Perintah ini mencakup pria dan wanita. Alloh juga mensyariatkan bisnis kepada semua hambanya,
Karenanya seluruh manusia diperintah untuk berbisnis, berikhtiar dan bekerja, baik itu pria maupun
wanita, Alloh berfirman (yang artinya):
ََ ‫ل بَ ْينَ ُك َْم أ َ ْم َوالَ ُك َْم ت َأ ْ ُكلُوا‬
‫ال آ َمنُوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬ َِ ِ‫ال بِ ْالبَاط‬ َْ َ ‫ارَة ً ت َ ُكونََ أ‬
ََّ ِ‫ن إ‬ َ َ‫مِ ْن ُك َْم ت ََراض‬
َْ ‫ع‬
َ ‫ن تِ َج‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan
jalan yang tidak benar, akan tetapi hendaklah kalian berdagang atas dasar saling rela diantara kalian”
(QS. An-Nisa:29),

Perintah ini berlaku umum, baik pria maupun wanita.

AKAN TETAPI, wajib diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan dan bisnisnya, hendaklah
pelaksanaannya bebas dari hal-hal yang menyebabkan masalah dan kemungkaran. Dalam pekerjaan
wanita, harusnya tidak ada ikhtilat (campur) dengan pria dan tidak menimbulkan fitnah. Begitu pula
dalam bisnisnya harusnya dalam keadaan tidak mendatangkan fitnah, selalu berusaha memakai
hijab syar’i, tertutup, dan menjauh dari sumber-sumber fitnah.

Karena itu, jual beli antara mereka bila dipisahkan dengan pria itu boleh, begitu pula dalam
pekerjaan mereka. Yang wanita boleh bekerja sebagai dokter, perawat, dan pengajar khusus untuk
wanita, yang pria juga boleh bekerja sebagai dokter dan pengajar khusus untuk pria. Adapun bila
wanita menjadi dokter atau perawat untuk pria, sebaliknya pria menjadi dokter atau perawat untuk
wanita, maka praktek seperti ini tidak dibolehkan oleh syariat, karena adanya fitnah dan kerusakan
di dalamnya.

Bolehnya bekerja, harus dengan syarat tidak membahayakan agama dan kehormatan, baik untuk
wanita maupun pria. Pekerjaan wanita harus bebas dari hal-hal yang membahayakan agama dan
kehormatannya, serta tidak menyebabkan fitnah dan kerusakan moral pada pria. Begitu pula
pekerjaan pria harus tidak menyebabkan fitnah dan kerusakan bagi kaum wanita.

Hendaklah kaum pria dan wanita itu masing-masing bekerja dengan cara yang baik, tidak saling
membahayakan antara satu dengan yang lainnya, serta tidak membahayakan masyarakatnya.

Kecuali dalam keadaan darurat, jika situasinya mendesak seorang pria boleh mengurusi wanita,
misalnya pria boleh mengobati wanita karena tidak adanya wanita yang bisa mengobatinya, begitu
pula sebaliknya. Tentunya dengan tetap berusaha menjauhi sumber-sumber fitnah, seperti
menyendiri, membuka aurat, dll yang bisa menimbulkan fitnah. Ini merupakan pengecualian (hanya
boleh dilakukan jika keadaannya darurat). (Lihat Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz, jilid 28, hal: 103-
109)

Keempat: Ada hal-hal yang perlu diperhatikan, jika istri ingin bekerja, diantaranya:
1. Pekerjaannya tidak mengganggu kewajiban utamanya dalam urusan dalam rumah, karena
mengurus rumah adalah pekerjaan wajibnya, sedang pekerjaan luarnya bukan kewajiban baginya,
dan sesuatu yang wajib tidak boleh dikalahkan oleh sesuatu yang tidak wajib.

2. Harus dengan izin suaminya, karena istri wajib mentaati suaminya.

3. Menerapkan adab-adab islami, seperti: Menjaga pandangan, memakai hijab syar’i, tidak memakai
wewangian, tidak melembutkan suaranya kepada pria yang bukan mahrom, dll.

4. Pekerjaannya sesuai dengan tabi’at wanita, seperti: mengajar, dokter, perawat, penulis artikel,
buku, dll.

5. Tidak ada ikhtilat di lingkungan kerjanya. Hendaklah ia mencari lingkungan kerja yang khusus
wanita, misalnya: Sekolah wanita, perkumpulan wanita, kursus wanita, dll.

6. Hendaklah mencari dulu pekerjaan yang bisa dikerjakan di dalam rumah. Jika tidak ada, baru cari
pekerjaan luar rumah yang khusus di kalangan wanita. Jika tidak ada, maka ia tidak boleh cari
pekerjaan luar rumah yang campur antara pria dan wanita, kecuali jika keadaannya darurat atau
keadaan sangat mendesak sekali, misalnya suami tidak mampu mencukupi kehidupan keluarganya,
atau suaminya sakit, dll.

Allahu A'lam

*BINGKAI HUBUNGAN SUAMI ISTRI* (Bag. 1)

Satu kisah mengagumkan diriwayatkan oleh seorang sahabiyat berhati mulia bernama Asma binti
Abu Bakar Ra. Ia berkata : “Aku menikah dengan Zubair saat dia tidak memiliki apapun selain seekor
keledai yang menjadi tunggangannya.

Setiap hari aku memberi makan dan minum keledai itu serta membersihkannya. Aku mencari air
untuk keperluan keluarga dan aku menyiapkan minum untuknya. Akupun membuatkan roti dengan
dibantu para wanita anshar karena aku tidak pandai membuat roti. Aku membawa biji gandum di
atas kepalaku dan berjalan sepertiga farsakh menuju rumah para wanita anshar itu.
Suatu hari saat aku berjalan pulang dengan membawa biji gandum di atas kepalaku, tiba-tiba aku
bertemu dengan Rasulullah SAW dan rombongan kaum anshar. Beliau mengajakku untuk pulang
dengan menunggang unta yang berjalan di belakang unta beliau. Betapa senang hatiku dengan
tawaran beliau karena lelahku akan segera berakhir. Namun saat aku ingat Zubair yang sangat
pencemburu, aku urungkan niatku menerima tawaran Rasulullah.

Beliau memahami kekhawatiranku dan berlalu didepanku dengan cepat. Setibanya dirumah, aku
ceritakan peristiwa itu kepada Zubair suamiku dan ia berkata : “Sungguh perjalananmu dengan
membawa biji gandum di atas kepalamu lebih membuatku merasa berat dibandingkan dengan
engkau menerima tawaran Rasulullah SAW.

” Dari Anas bin Malik ia berkisah, “Suatu saat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam di tempat salah
seorang istrinya dan istrinya yang lain mengirim sepiring makanan. Maka istrinya yang sedang
bersamanya ini memukul tangan pembantu sehingga jatuhlah piring dan pecah sehingga makanan
berhamburan. Lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan pecahan piring tersebut dan
mengumpulkan makanan yang tadinya di piring, dengan tersenyum beliau berkata, “Ibu kalian
cemburu…”

Imam Tirmizi dalam kitabnya Asy-Syamail meriwayatkan bahwa Aisyah RA berkata : “Rasulullah SAW
itu adalah seorang biasa, beliau menjahit sendiri bajunya, memerah sendiri susu dari kambingnya,
dan melakukan sendiri perkara yang diingininya.” Demikianlah Rasulullah SAW dan para sahabat
mencontohkan bagaimana seharusnya suami dan istri memiliki komitmen yang dilandasi kesadaran
akan misinya sebagai manusia untuk beribadah kepada Allah dan untuk memakmurkan bumi.

Menyadari bahwa setiap langkah hidupnya bahkan setiap helaan nafasnya adalah ibadah kepada
Allah SWT. Dalam rumah tangga hubungan suami istri adalah hubungan yang paling penting. Karena
keduanya adalah subyek utama didalam keluarga. Agar hubungan keduanya terjaga dalam
keharmonisan, hubungan yang dijalin harus dilandasi oleh petunjuk Rasulullah SAW, dan landasan
dari hubungan suami istri adalah :

1. Saling Tolong Menolong (Ta’awun) Berumah tangga adalah kebaikan. Dan Allah SWT
memerintahkan kita untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. ‫علَى َوت َ َع َاونُوا‬ َ ‫ال َوالت َّ ْق َوىَ ْال ِب َِر‬
ََ ‫علَى ت َ َع َاونُوا َو‬
َ
ْ‫اْلث َِم‬
ِ ْ ‫ان‬ ْ
َِ ‫ّللا َواتَّقُوا َوالعُد َْو‬ ََّ ِ‫ّللا إ‬
َََّ ‫ن‬ ََ ‫شدِي َُد‬
َََّ ‫ش‬ ْ
َِ ‫المائدة﴿ ال ِعقَا‬: ٢﴾ “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
َ ‫ب‬
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS Al-Maidah : 2)

Kalimat ‫ تَعَ َاونُوا‬memiliki arti saling tolong menolong. Kata saling menunjukkan bahwa yang
melakukan pekerjaan itu bukan hanya satu pihak akan tetapi dilakukan oleh kedua belah pihak.
Suami dan istri sama-sama melakukan dan memberikan pertolongan untuk pasangannya. Suami
sebagai pencari nafkah, bekerja bukan semata untuk memenuhi kewajibannya. Ia menafkahi istri,
anak-anak dan keluarganya dalam rangka menolong mereka agar berkehidupan layak dan mampu
berdiri tegak menunaikan kebaikan-kebaikan yang banyak dalam rangka beribadah kepada Allah
SWT.

Terkadang istri harus ikut turun tangan memenuhi kebutuhan keluarga. Seperti yang dilakukan oleh
Asma binti Abi Bakar dalam kisah di atas. Saat Zubair suaminya tidak mampu untuk menghadirkan
seorang pembantu (khadimat) maka Asma melakukan seluruh pekerjaan rumahnya seorang diri.
Bahkan ia rela menempuh perjalanan cukup jauh demi membuat roti yang merupakan makanan
pokok di keluarganya.

2. Tidak Mengurangi Hormat Pada Pasangan Pekerjaan berat dan perjalanan jauh yang ditempuh
Asma tidak membuat hormatnya kepada Zubair berkurang. Ia bahkan menjaga sekuat tenaga agar
aktifitasnya selalu terjaga. Bahkan saat ia benar-benar membutuhkan bantuan dan bantuan itu
benar-benar datang, ia mempertimbangkan perasaan suaminya yang tidak tahu akan peristiwa itu.
Jika saja Asma mau, ia bisa ikut dalam rombongan Rasulullah SAW dan tidak perlu menceritakannya
pada suaminya. Tapi rupanya tidak demikian akhlak seorang muslimah. Asma menyadari bahwa
aktifitas yang ia lakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga adalah
bantuan/pertolongan yang ia berikan kepada suaminya agar kelak mereka bisa mempertanggung
jawabkan kelangsungan rumah tangga itu dihadapan Allah SWT.

Sebagai istri yang turut lelah memenuhi kebutuhan rumah tangga, Asma tidak lantas bercerita
kepada orang lain akan kekurangan suaminya. Dengan ikhlas putri Abu Bakar ini bekerja dalam ta’at.
Kondisi yang sama perlu dipegang teguh juga oleh seorang suami. Zaman yang semakin modern
menuntut kaum perempuan untuk turut beraktifitas mencari finansial. Hal yang positif bila tetap
berada dalam koridor syar’i. Dan Rasulullah SAW menegaskan bahwa harta istri yang dipakai untuk
kepentingan keluarganya bernilai sedekah.

Namun bukan berarti jika seorang istri tidak berpenghasilan membuat suami berhak untuk
mengurangi rasa hormat pada istrinya. Ia tetap harus bersikap baik dan menghormati istrinya. Dan
diantara menghormati istri adalah menjaga perasaannya. Zaman dimana komunikasi antar manusia
menjadi begitu mudah perlu kita waspadai. Karena bisa jadi maksiat/khalwat yang dilakukan oleh
banyak orang tidak lagi membutuhkan tatap muka akan tetapi cukup di dunia maya. Cara-cara
seperti itu tentu akan melukai perasaan pasangan.

Oleh karenanya, ihsan (menyadari pengawasan Allah) harus terus dihidupkan dalam keseharian kita.

3. Tidak Perhitungan dg Jasa Masing-masing Seringkali saat terjadi konflik di keluarga terutama jika
terkait dengan hubungan suami istri, masing-masing tiba-tiba menjadi ingat akan semua kebaikan
yang pernah dilakukan dirinya untuk pasangannya. Seringkali masing-masing mulai berhitung. Istri
berhitung bahwa suami tidak pernah turut serta dalam pendidikan anak, tidak pernah membantu
pekerjaan-pekerjaan rumah, tidak pernah menyimpan handuk pada tempatnya seusai mandi dan
lain sebagainya hingga masalah-masalah yang remeh.
Suami juga berhitung bahwa selama ini istri tidak menyediakan kebutuhan suami dengan optimal,
kurang dalam mendidik anak, kurang dalam menata rumah, kurang pandai memasak, tidak
membantu mencari income untuk keluarga dan lain-lain. Maka jadilah masing-masing berhitung
akan jasanya. Lantas…kita pun bertanya, apakah kita sedang mengelola keluarga atau mengelola
perusahaan? Karena untung rugi hanya ada di perusahaan. Karena di keluarga kita hanya mengenal
ta’awun tanpa hitung-hitungan.

Ustzh. EKO YULIARTI SIROJ

www.iman-islam.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (3 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

*Bingkai Hubungan Suami Istri* (lanjutan)

Saling Memahami

Satu hal yang harus difahami oleh kita semua adalah perbedaan yang mendasar antara laki-laki dan
perempuan. Laki-laki dengan sifat kepemimpinannya dominan dengan kekuatan, kemampuan untuk
berinteraksi dengan kerasnya hidup, kemampuan menanggung persoalan-persoalan berat, dsb.
Perempuan dengan sifat lembutnya memiliki kemampuan merawat, mengasihi, telaten, dsb.
Namun, sifat dasar ini banyak dipengaruhi oleh pola asuh/lingkungan saat ia tumbuh dan pola
didik/ajaran yang diberikan orang tua saat ia berkembang. Dalam perbedaan yang tajam inilah
pasangan suami istri membutuhkan satu sikap bersama yaitu saling memahami (At-Tafahum).

Kalimat “at-tafahum” adalah bentuk kalimat yang menunjukkan arti saling. Mengandung makna
bahwa yang memahami bukan hanya satu pihak suami saja atau istri saja, akan tetapi dalam hal
memahami harus dilakukan oleh kedua pihak suami dan istri. Saling memahami dalam hubungan
suami istri tidak terwujud begitu saja. Perlu waktu panjang dan latihan kontinyu untuk
mewujudkannya.

Di awal pernikahan, masing-masing memiliki harapan ideal terhadap pasangannya yang seringkali
kurang realistis. Akan tetapi bersama dengan berjalannya waktu sedikit demi sedikit tersingkaplah
kekurangan-kekurangan yang dimiliki pasangan. Masing-masing juga seringkali mempertahankan
egonya sendiri. Memakai ukuran dengan ukuran yang dimilikinya, tidak mencoba untuk mengerti
ukuran yang dimiliki oleh pasangan. Situasi seperti ini harus segera diatasi dengan kesadaran
masing-masing.

Jika tidak dilakukan perubahan, maka salah faham akan terus berlanjut hingga hari-hari berikutnya.
Mari kita mengenal sebab-sebab munculnya perselisihan pada pasangan suami istri :

Perbedaan kepribadian

Perbedaan pengalaman

Perbedaan latar belakang keluarga

Perbedaan latar belakang pendidikan

Perbedaan wawasan

‫اس أَيُّ َها َيا‬ َْ ِ‫شعُوبَا ً َو َج َع ْلنا ُك َْم َوأ ُ ْنثى ذَكَرَ م‬
َُ َّ‫ن َخلَ ْقنا ُك َْم ِإنَّا الن‬ ََ ِ‫َعارفُوا َوقَبائ‬
ُ ‫ل‬ ََّ ِ‫ّللا ِع ْن ََد أ َ ْك َر َم ُك َْم إ‬
َ ‫ن ِلت‬ ََِّ ‫ن أَتْقا ُك َْم‬
ََّ ‫ّللا ِإ‬
َََّ َ‫علِيم‬
َ َ‫َخ ِبير‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-
Hujurat: 13)

Pada ayat diatas, secara jelas Allah SWT menyebutkan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku. Artinya Allah SWT menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berbeda-
beda. Dan selanjutnya Allah SWT menjelaskan hikmah dari diciptakannya manusia secara berbeda-
beda agar mereka melakukan proses dan kegiatan saling mengenal. Dan mengenal adalah kunci
untuk memahami.
Adalah sesuatu yang sulit untuk merubah orang lain menjadi seperti diri kita atau seperti apa yang
kita inginkan. Yang lebih mudah dan lebih baik adalah menjadikan perbedaan-perbedaan di atas
sebagai sesuatu yang baik yang bisa dikelola dengan pengelolaan yang baik. Yang penting adalah
bagaimana pasangan itu memiliki semangat, keinginan, dan kesiapan untuk mempelajari
keterampilan mengelola perbedaan itu.

Tentu perlu waktu, kelapangan hati dan kesabaran untuk bisa memahami pasangan. Jika berhasil,
akan tumbuh saling menghormati, semakin mencintai dan menyayangi, semakin dekat dan tenang
terjadi pada pasangan ini.

Kunci-kunci hadirnya tafahum diantaranya: Kunci pertama keterampilan berkomunikasi Komunikasi


adalah hal paling penting dalam kehidupan suami istri. Masing-masing harus membiasakan
berkomunikasi verbal sejak awal. Menyampaikan segala sesuatu secara terbuka bukan dengan
isyarat. Perempuan seringkali menganggap dan menuntut agar dengan isyarat yang ia lakukan,
suami harusnya faham.

Sementara umumnya laki-laki lebih mudah memahami sesuatu yang disampaikan secara jelas. Suami
juga seringkali menyimpan suara hatinya karena khawatir istrinya marah, sedih atau tersinggung.
Sehingga banyak para suami di kemudian hari menyalahkan istrinya padahal istri tidak tahu apa yang
diinginkan suami.

Sesuatu yang baik, jika kita mampu membicarakan segala hal yang terkait dengan rumah tangga
walau kadang-kadang terasa kurang nyaman. Keterbukaan itu penting, untuk menghindari masalah
di kemudian hari. Kita perlu terbiasa menciptakan momen-momen nyaman untuk mengemukakan
berbagai keperluan rumah tangga.

Dan inilah Ummu Sulaim RA, yang memberikan teladan kepada kita bagaimana ia sangat memahami
karakter dan kondisi suaminya sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut :

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa putera Abu Tholhah sakit. Ketika itu Abu
Tholhah keluar, lalu puteranya tersebut meninggal dunia. Ketika Abu Tholhah kembali, ia berkata,
“Apa yang dilakukan oleh puteraku?” Istrinya (Ummu Sulaim) malah menjawab, “Ia sedang dalam
keadaan tenang.” Ketika itu, Ummu Sulaim pun mengeluarkan makan malam untuk suaminya, ia pun
menyantapnya. Kemudian setelah itu Abu Tholhah menyetubuhi istrinya. Ketika telah selesai
memenuhi hajatnya, istrinya mengatakan kabar meninggalnya puteranya. Tatkala tiba pagi hari, Abu
Tholhah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan tentang hal itu.
Rasulullah pun bertanya, “Apakah malam kalian tersebut seperti berada di malam pertama?” Abu
Tholhah menjawab, “Iya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mendo’akan, “Allahumma baarik
lahumaa, Ya Allah berkahilah mereka berdua.”
Dari hubungan mereka tersebut lahirlah seorang anak laki-laki. Anas berkata bahwa Abu Tholhah
berkata padanya, “Jagalah dia sampai engkau mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengannya.” Anas pun membawa anak tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ummu
Sulaim juga menitipkan membawa beberapa butir kurma bersama bayi tersebut.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengambil anak tersebut lantas berkata, “Apakah ada sesuatu
yang dibawa dengan bayi ini?” Mereka berkata, “Iya, ada beberapa butir kurma.” Lantas Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya dan mengunyahnya. Kemudian beliau ambil hasil
kunyahan tersebut dari mulutnya, lalu meletakkannya di mulut bayi tersebut. Beliau melakukan
tahnik dengan meletakkan kunyahan itu di langit-langit mulut bayi. Beliau pun menamakan anak
tersebut dengan ‘Abdullah. (HR. Bukhari no. 5470 dan Muslim no. 2144).

Suami istri perlu membiasakan diskusi bahkan untuk hal yang dianggap tabu seperti masalah
hubungan seksual. Hilangnya keterbukaan dalam komunikasi suami istri akan memunculkan
kebosanan dan masalah yang rumit. Pasangan suami istri perlu mempelajari cara komunikasi dan
psikologi pasangan sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan tepat. Kunci kedua menghormati
Manusia menyukai penghormatan dan mencintai orang yang menghormatinya. Itu dikarenakan
penghormatan/penghargaan adalah kebutuhan manusia. Sebagaimana manusia membutuhkan
cinta, makan, minum, demikian juga ia membutuhkan penghormatan & penghargaan.

Tidak ada manusia yang menyukai penghinaan. Apalagi dalam kehidupan suami istri. Penghormatan
dan penghargaan yang dilakukan oleh suami istri menjadi rahasia kebahagiaan rumah tangga.
Pasangan suami istri perlu melakukan hal-hal berikut sebagai bentuk penghargaan terhadap
pasangannya :

mendengarkan,

memperlihatkan rasa ridho,

ikut merasakan perasaan pasangan baik senang ataupun sedih,

menjaga perasaan pasangan baik saat disampingnya maupun dibelakangnya,

tidak mengkritik didepan orang lain, dsb.

Ibunda Khadijah RA memberi contoh bagaimana penghormatan dan penghargaan yang diberikannya
kepada suami tercinta Muhammad SAW mampu menghilangkan segenap kegelisahan yang sedang
dirasakannya. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim serta Musnad Ahmad disampaikan tentang
keadaan Nabi saat baru menerima wahyu pertama di Gua Hira’, bahwa Nabi shallallahu alaihi
wasallam pulang kepada Khadijah dalam keadaan gemetar fisik dan hatinya. Beliau masuk dan
berkata: selimuti aku, selimuti aku... Ketika kondisi Rasulullah SAW mulai tenang, beliau berkata:
Khadijah, aku khawatir diriku akan tertimpa musibah, aku khawatir diriku akan tertimpa musibah.
Khadijah berkata: “Bergembiralah, demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya. Engkau
benar-benar jujur dalam ucapan, menjaga silaturahim, menanggung beban, memuliakan tamu dan
membantu orang yang kesulitan.”

Walau situasi hati belum sepenuhnya tenang, akan tetapi ungkapan penuh hormat dan penghargaan
yang disampaikan Khadijah mampu meredakan ketegangan yang dirasakan Rasulullah SAW. Sikap
suami istri yang saling menghormati akan melahirkan ketenangan dalam keluarga

َْ َ ‫ن لَ ُك َْم َخلَقََ أ‬
َ‫ن آَيَاتِ َِه َومِ ْن‬ َْ ِ‫إِلَ ْي َها ِلت َ ْس ُكنُوا أ َ ْز َوا ًجا أ َ ْنفُ ِس ُك َْم م‬

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (Qs. Ar Rum: 21)

Kunci ketiga realistis

Masing-masing harus menyadari bahwa tidak ada keluarga tanpa masalah. Oleh karenanya masing-
masing perlu meningkatkan pengetahuan tentang pasangannya. Menyimpan ego dan idealismenya
agar bisa menerima keinginan dan kebutuhan pasangan. Menyadari bahwa inilah takdir yang Allah
berikan untuk kita serta mensyukurinya. Tidak perlu melihat orang lain dalam menjalankan biduk
rumah tangga. Fokus pada pasangan dan keluarga kita karena masing-masing kita memiliki tujuan.

Lebih banyak melihat sisi kebaikan pasangan dan berusaha untuk menutupi kekurangannya. Baik
secara fisik maupun dari sisi akhlaknya. Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah seorang mukmin benci
kepada seorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci sebuah sikap (akhlak) istrinya maka ia
akan ridho dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain” (HR Muslim) Kunci keempat tidak mengizinkan
pihak lain untuk masuk dalam rumah tangga kita Yang dimaksud dengan pihak lain bisa dari kalangan
keluarga (orang tua, kakak, adik, ipar, kerabat) atau bahkan orang lain yang kita percaya. Rumah
tangga dibangun oleh suami dan istri.

Jika terjadi sesuatu dalam rumah tangga, maka yang paling berhak untuk menyelesaikan adalah yang
membangunnya bukan orang lain. Seringkali permasalahan sederhana menjadi rumit dan melebar
karena ikut campurnya pihak lain. Terlebih apabila yang ikut terlibat dalam rumah tangga adalah
pihak luar yang tidak memiliki hubungan keluarga seperti teman kantor, teman sekolah, teman
kuliah, dan lebih berat jika teman itu lawan jenis. Benar bahwa kita kadang perlu nasehat dari para
pakar atau ahli atau orang tua, akan tetapi peran mereka hanya sebatas memberi nasehat bukan
ikut campur.

Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA ia berkata: Suatu hari Rasulullah SAW datang kepada puterinya
Fathimah Az-Zahra. Beliau mendapati Fathimah sedang menumbuk gandum di atas batu penggiling
sambil menangis. Kemudian Rasullah bertanya kepadanya: “Apakah yang membuatmu menangis
wahai Fathimah? Allah tiada membuat matamu menangis. “Fathimah kemudian menjawab: ”
Wahai ayahanda, aku menangis karena batu penggiling ini dan kesibukanku di rumah”. Kemudian
Rasulullah SAW duduk di sampingnya. Dan Fathimah berkata lagi: “Wahai ayahanda, atas keutamaan
engkau, mintalah kepada Ali agar dia menyediakan khadimat untukku supaya dapat membantuku
menumbuk gandum dan menyelesaikan urusan rumah.” Kemudian Rasulullah berkata kepada
puterinya: “Jika Allah menghendaki wahai Fathimah, tentu batu penggiling itu akan menggilingkan
gandum untukmu. Akan tetapi Allah menghendaki agar ditulis beberapa kebaikan untukmu,
menghapuskan keburukan-keburukan serta hendak mengangkat derajatmu. Wahai Fathimah, jika
seorang perempuan menumbukkan (gandum) untuk suami dan anak-anaknya, pasti Allah akan
menuliskan untuknya dari setiap biji gandum, satu kebaikan serta menghapuskan darinya dari
setiap biji gandum satu keburukan. Dan bahkan Allah akan mengangkat derajatnya.”

Tafahum adalah kunci kebahagiaan rumah tangga. Pupuklah hubungan suami istri dengan perasaan
dan sikap yang baik-baik. Kadang hubungan ini basi termakan waktu hingga menjadi hambar, jenuh
tanpa gairah. Inilah kondisi paling berbahaya dalam rumah tangga. Belajarlah terus untuk
menumbuhkan dan menyegarkan cinta, kasih sayang, gairah, semangat dalam berumah tangga agar
keluarga kita selalu segar tak pernah layu. Semoga Allah curahkan shalawat atas Nabi SAW. Suami
mulia yang begitu faham dengan istrinya sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik ia berkisah,
“Suatu saat Rasulullah SAW di tempat salah seorang istrinya dan istrinya yang lain mengirim sepiring
makanan. Maka istrinya yang sedang bersamanya ini memukul tangan pembantu sehingga jatuhlah
piring itu dan pecah berkeping-keping. Makanan pun berhamburan. Lalu Rasulullah SAW
mengumpulkan pecahan piring tersebut dan mengumpulkan makanan yang berhamburan .Dengan
tersenyum beliau berkata, “Ibu kalian cemburu…” .

Wallohu a'lam bish showab

Ustadzah Eko Yuliarti Siroj

www.iman-islam.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (3 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -


www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

*KELUARGA HARMONIS, BUKAN BERARTI TANPA PERTENGKARAN* (Bag-1)

Keluarga harmonis bukanlah keluarga yang menghindari konflik atau pertengkaran tapi justru
menghadapinya dan mengkomunikasikannya. Menghargai perbedaan pendapat dan menyesuaikan
satu sama lain, tanpa ada penghakiman di dalamnya.

Karena dari konflik atau pertengkaran dan perbedaan yang timbul, kita jadi lebih mengenal satu
sama lain. Selanjutnga perbedaan yang ada tersebut bisa berpotensi untuk menguatkan hubungan
karena kedua belah pihak berusaha untuk saling menyesuaikan satu sama lain.

Menjadi bahaya jika konflik dihindari atau salah satu pihak terus mengalah. Hubungan akan
melelahkan dan suasana harmonis yang sesungguhnya sulit tercipta. Tapi, memang banyak orang
salah memandang konflik sehingga orang cenderung menghindari konflik dan tidak
mengkomunikasikannya.

Akibatnya, salah persepsi yang ada bisa terus berlanjut antara satu sama lain. Hal seperti ini tidak
sehat. Harmonis bukanlah tidak ada perbedaan tetapi bagaimana mengharmonisasikan setiap
perbedaan yang ada menjadi hubungan yang sehat dan kuat.

☝Ketika Pertengkaran Terjadi

Dalam keluarga harmonis pertengkaranpun kadang terjadi diantara mereka. Sebagaimana hal ini
juga mungkin terjadi di keluarga kita. Hanya saja, pertengkaran yang terjadi di keluarga yang dewasa
sangat berbeda dengan pertengkaran yang terjadi di keluarga yang tidak dewasa.

Keluarga yang tidak dewasa, mereka bertengkar tanpa aturan. Satu sama lain saling menguasi dan
saling mendzalimi. Sedikitpun tidak ada upaya untuk mencari solusi. Yang penting aku menang, yang
penting aku mendapat hakku. Tak jarang pertengkaran semacam ini sampai memunculkan caci-maki,
kekerasan, atau bahkan pembunuhan.

Berbeda dengan keluarga yang dewasa, sekalipun mereka bertengkar, pertengkaran mereka
dilakukan tanpa melanggar aturan. Sekalipun mereka saling sakit hati, mereka tetap menjaga jangan
sampai mendzalimi pasangannya. Dan mereka berusaha untuk menemukan solusinya dari
pertengkaran ini.

Umumnya sifat semacam ini muncul pada keluarga yang lemah lembut, memahami aturan syariat
dalam fikih keluarga, dan sadar akan hak dan kewajiban masing-masing. Apapun kesedihan yang
ditimbulkan dari pertengakaran yang kita alami, yakinlah bahwa hal itu merupakan bagian dari ujian
hidup.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ُصيبَُ َما‬ َ َ‫الَ ن‬


َْ ِ‫صبَ م‬
ِ ‫ال ُم ْسل ََِم ي‬، ‫ن‬ َ ‫صبَ َو‬ َ َ‫ال‬
َ ‫و‬، َ ‫الَ هَمَ َو‬ َ ‫الَ أَذًى َو‬
َ ‫الَ ُح ْزنَ َو‬ َ ‫غَمَ َو‬، ‫ش ْو َك َِة َحتَّى‬ ََّ ‫ّللاُ َكفَّ ََر ِإ‬
َّ ‫يُشَا ُك َها ال‬، ‫ال‬ َ ‫َخ‬
َْ ِ‫طا َياَهُ م‬
ََّ ‫ن ِب َها‬

“Tidak ada satu musibah yang menimpa setiap muslim, baik rasa capek, sakit, bingung, sedih,
gangguan orang lain, resah yang mendalam, sampai duri yang menancap di badannya, kecuali Allah
jadikan hal itu sebagai sebab pengampunan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari).

Renungkan pula bahwa bisa jadi pertengkaran ini disebabkan dosa yang pernah kita lakukan.
Kemudian Allah memberikan hukuman batin dalam bentuk masalah keluarga. Perlu untuk
menghadirkan perasaan bahwa Allah akan menggugurkan dosa-dosa kita dengan kesedihan yang
kita alami. Lalu kita bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT.

Yang Harus Dihindari dalam Pertengkaran Rumah Tangga

Dalam hadis dari Hakim bin Muawiyah Al-Qusyairi, dari ayahnya, bahwa beliau bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kewajiban suami kepada istrinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

ْ ُ ‫ط ِع ْمتََ ِإذَا ت‬
َ‫ط ِع َم َها أ َ ْن‬ َ ، ‫س َو ََها‬ َ َ ‫ا ْكت‬، ‫سبْتََ أ َ َِو‬
ُ ‫سيْتََ ِإذَا َوت َ ْك‬ َ َ ‫ا ْكت‬، ‫ال‬
ََ ‫ب َو‬ ْ ‫ال‬
َِ ‫ال َوجْ َهَ تَض ِْر‬، ََ ‫تُقَ ِبحَْ َو‬، ‫ال‬ ََّ ‫ْال َبيْت فِي ِإ‬
ََ ‫ال ت َ ْه ُج َْر َو‬

“Kamu harus memberi makan kepadanya sesuai yang kamu makan, kamu harus memberi pakaian
kepadanya sesuai kemampuanmu memberi pakaian, jangan memukul wajah, jangan kamu
menjelekannya, dan jangan kamu melakukan boikot kecuali di rumah.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Hadits ini merupakan nasehat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para suami. Tentu saja,
beberapa larangan yang disebutkan dalam hadis ini juga berlaku bagi wanita.

Dari hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati agar:


1. Menghindari kekerasan

Dalam Al-Quran Allah membolehkan seorang suami untuk memukul istrinya ketika sang istri
membangkang. Sebagaimana firman Allah di surat An-Nisa:

َّ ‫ُن تَخَافُونََ َو‬


‫الالتِي‬ ََّ ‫ُن نُشُوزَ ه‬ ُ ‫ُن فَ ِع‬
ََّ ‫ظوه‬ ََّ ‫اجعَِ فِي َوا ْه ُج ُروه‬
ِ ‫ض‬َ ‫ُن ْال َم‬
ََّ ‫ن َواض ِْربُوه‬ َ َ ‫ال أ‬
َْ ِ ‫ط ْعنَ ُك َْم فَإ‬ ََّ ‫علَ ْي ِه‬
ََ َ‫ن ت َ ْبغُوا ف‬ َ ً ِ‫سب‬
َ ‫يال‬ َ

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan tidak tunduk, nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di
tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya..(QS. An-Nisa: 34)

Namun ini izin ini tidak berlaku secara mutlak. Sehingga suami bebas melampiaskan kemarahannya
dengan menganiaya istrinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan batasan lain
tentang izin memukul,

A. Tidak boleh di daerah kepala

Sebagaimana sabda beliau, “jangan memukul wajah.” Mencakup kata wajah adalah semua kepala.
Karena kepala manusia adalah hal yang paling penting. Ada banyak organ vital yang menjadi pusat
indera manusia.

B. Tidak boleh menyakitkan

Batasan ini disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam khutbah beliau ketika di
Arafah.

َ‫ُن ذَلِكََ فَعَ ْلنََ ِإ ْن‬


ََّ ‫ض ْربًا فَاض ِْربُوه‬
َ ‫ْر‬
ََ ‫غي‬
َ َ‫ُمبَ ِرح‬

“Jika istri kalian melakukan pelanggaran itu, maka pukullah dia dengan pukulan yang tidak
menyakitkan.” (HR. Muslim)

Atha’ bin Abi Rabah pernah bertanya kepada Ibnu Abbas,

‫ عباس البن قلت‬: ‫ قال ؟ المبرح غير الضرب ما‬: ‫به يضربها وشبهه السواك‬

Saya pernah bertanya kepada Ibnu Abbas, ‘Apa maksud pukulan yang tidak menyakitkan?’ Beliau
menjawab, “Pukulan dengan kayu siwak (sikat gigi) atau semacamnya.” (HR. At-Thabari).

Termasuk makna pukulan yang tidak menyakitkan adalah pukulan yang tidak meninggalkan bekas,
seperti memar, atau bahkan menimbulkan luka dan mengeluarkan darah. Karena sejatinya, pukulan
itu tidak bertujuan untuk menyakiti, tapi pukulan itu dalam rangka mendidik istri.
Namun, meskipun ada izin untuk memukul ringan, tidak memukul tentu jauh lebih baik. Karena
wanita yang lemah bukanlah lawan yang seimbang bagi lelaki yang gagah. Lawan bagi suami yang
sesunguhnya adalah emosinya. Suami yang mampu menahan emosi, sehingga tidak menyikiti
istrinya, itulah lelaki hebat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫شدِي َُد لَي‬


َ‫ْس‬ َّ ‫ع َِة ال‬
َ ‫ص َر‬ َّ ‫س َهُ يَ ْملِكَُ الَّذِي ال‬
ُّ ‫بِال‬، ‫شدِي َُد إِنَّ َما‬ َ ‫ب ِع ْن ََد نَ ْف‬
َِ ‫ض‬
َ َ‫الغ‬

“Orang yang hebat bukahlah orang yang sering menang dalam perkelahian. Namun orang hebat
adalah orang yang bisa menahan emosi ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Seperti itulah yang
dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

A’isyah menceritakan,

‫ب َما‬
ََ ‫ض َر‬ َُ ‫صلَّى هللاَِ َرسُو‬
َ ‫ل‬ َ ُ‫هللا‬ َ ‫سلَّ ََم‬
َ ‫علَ ْي َِه‬ َ ‫ش ْيئًا ََو‬ َُّ َ‫بِيَ ِدَِه ق‬، ‫ال‬
َ ‫ط‬ ََ ‫ا ْم َرأ ََة ً َو‬، ‫ال‬
ََ ‫خَا ِد ًما َو‬، ‫ال‬ َْ َ ‫ل فِي يُ َجا ِه ََد أ‬
ََّ ِ‫ن إ‬ َ ِ‫هللا‬
َِ ‫سبِي‬ َ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memukul wanita maupun budak dengan tangan
beliau sedikitpun. Padahal beliau berjihad di jalan Allah. (HR. Muslim).

Maksud pernyataan A’isyah, “Padahal beliau berjihad di jalan Allah” untuk membuktikan bahwa
sejatinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang pemberani. Beliau pemberani di
hadapan musuh, bukan pemberani di hadapan orang lemah. Beliau tidak memukul wanita atau
orang lemah di sekitarnya. Karena memukul orang lemah bukan bagian dari sifat ‘pemberani’.

Ustadzah Dra. Indra Asih

www.iman-islam.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (3 bulan lagi)

Distributed :
Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

*KELUARGA HARMONIS, BUKAN BERARTI TANPA PERTENGKARAN* (Bag-2)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati agar:

2. Menghindari caci-maki

Siapapun kita, tidak akan bersedia ketika dicaci maki. Karena itulah, syariat hanya membolehkan hal
ini dalam satu keadaan, yaitu ketika seseorang didzalimi.

Syariat membolehkan orang yang didzalimi itu untuk membalas kedzalimannya dalam bentuk cacian
atau makian.

Allah berfirman,

ََّ ‫ل مِ نََ ِبالسُّوءَِ ْال َج ْه ََر‬


َ‫ّللاُ يُحِ بَُّ َال‬ َِ ‫ال ْالقَ ْو‬
ََّ ِ‫ن إ‬ ُ
َْ ‫ظل ََِم َم‬

Allah tidak menyukai Ucapan buruk (caci maki), (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh
orang yang dianiaya. (An-Nisa: 148)

Dalam ikatan rumah tangga, syariat memotivasi kaum muslimin untuk menciptakan suasana
harmonis. Sehingga walaupun sampai terjadi masalah, balasan dalam bentuk caci maki harus
dihindari.
Karena kalimat cacian dan makian akan menancap dalam hati, dan bisa jadi akan sangat membekas.
Sehingga akan sangat sulit untuk bisa mengobatinya. Jika semacam ini terjadi, sulit untuk
membangun keluarga yang sakinah.

Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan jangan sampai seseorang
mencaci pasangannya. Apalagi membawa-bawa nama keluarga atau orang tua, yang umumnya
bukan bagian dari masalah.

Beliau bersabda, “jangan kamu menjelekannya” Dalam Syarh Sunan Abu Daud dinyatakan,

َْ ُ‫ال لَ َها تَق‬


َ‫ل َال‬ ًَ ‫ال قَ ِبي ًحا قَ ْو‬
ََ ‫ال ت َ ْشت ُ ْم َها َو‬
ََ ‫ّللاُ قَبَّ َحكَِ َو‬
ََّ

“Jangan kamu ucapkan kalimat yang menjelekkan dia, jangan mencacinya, dan jangan doakan
keburukan untuknya..” (Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abu Daud).

Perlu kita ingat bahwa cacian dan makian kepada pasangan yang dilontarkan tanpa sebab, termasuk
menyakiti orang mukmin atau mukminah yang dikecam dalam Al-Qur’an.

Allah berfirman,

ََ‫ت ْال ُمؤْ مِ نِينََ يُؤْ ذُونََ َوالَّذِين‬


َِ ‫ْر َو ْال ُمؤْ مِ نَا‬ َ َ ‫ُمبِينًا َوإِثْ ًما بُ ْهَت َانًا احْ ت َ َملُوا فَقَ َِد ا ْكت‬
َِ ‫سبُوا َما بِغَي‬

Orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka
perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. Al-
Ahzab: 58)

Marah kepada suami atau marah kepada istri, bukan alasan pembenar untuk mencaci orang tuanya.
Terlebih ketika mereka sama sekali tidak bersalah. Allah sebut tindakan semacam ini sebagai dosa
yang nyata.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehati agar:

3. Tetap Menjaga Rahasia Keluarga

Bagian ini penting untuk kita perhatikan. Hal yang perlu disadari bagi orang yang sudah keluarganya,
jadikan masalah keluarga sebagai rahasia anda berdua. Karena ketika masalah itu tidak melibatkan
banyak pihak, akan lebih mudah untuk diselesaikan. Terkait tujuan ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menasehatkan,
ََّ ِ‫ْالبَيْت فِي إ‬
َ‫ال ت َ ْه ُج َْر َو َال‬

“jangan kamu boikot istrimu kecuali di rumah”

Ketika suami harus mengambil langkah memboikot istri karena masalah tertentu, jangan sampai
boikot ini tersebar keluar sehingga diketahui banyak orang. Sekalipun suami istri sedang panas
emosinya, namun ketika di luar, harus menampakkan seolah tidak ada masalah.

Kecuali jika anda melaporkan kepada pihak yang berwenang, dalam rangka dilakukan perbaikan.
Pihak yang berwenang adalah pihak yang posisinya bisa mengendalikan dan memberi solusi atas
masalah keluarga.

Dalam hal ini bisa KUA, hakim, ustadz yang amanah, atau mertua. Mertua, karena dia berwenang
untuk mengendalikan putra-putrinya. Dan ini tidak berlaku sebaliknya. Ketika suami melakukan
kesalahan, tidak selayaknya sang istri melaporkan kesalahan suami ini kepada orang tua istri. Tapi
hendaknya dilaporkan kepada orang yang mampu mengendalikan suami, misalnya tokoh agama
yang disegani suami atau orang tua suami.

Demikian pula ketika sumber masalah adalah istri. Hendaknya suami tidak melaporkannya kepada
orang tuanya, tapi dia laporkan ke mertuanya (ortu istri). Solusi ini baru diambil ketika masalah itu
tidak memungkinkan untuk diselesaikan sendiri antara suami-istri.

Hindari Pemicu Adu Domba

Bagian ini perlu kita hati-hati. Ketika seorang istri memiliki masalah dengan suaminya, kemudian dia
ceritakan kepada orang tua istri, muncullah rasa kasihan dari orang tuanya. Namun tidak sampai di
sini, orang tua istri dan suami akhirnya menjadi bermusuhan. Orang tua istri merasa harga dirinya
dilecehkan karena putrinya didzalimi anak orang lain, sementara suami menganggap mertuanya
terlalu ikut campur urusan keluarganya.

Bukannya solusi yang dia dapatkan, namun masalah baru yang justru lebih parah dibandingkan
sebelumnya. Selanjutnya, jadilah keluarga yang bijak, yang terbuka dengan pasangannya, karena ini
akan memperkecil timbulnya dugaan buruk (suudzan) antar-sesama.

Semoga Allah SWT mudahkan upaya sungguh-sungguh kita membangun keluarga harmonis yang
sesungguhnya, yang penuh kedewasan, bukan harmonis yang semu dan melelahkan. (Selesai)
Ustadzah Dra. Indra Asih

www.iman-islam.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (3 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

*MENJADI RINGAN SAAT DITUNAIKAN BERSAMA*

(Kerjasama Suami Istri Memaksimalkan Tanggung Jawab Bersama)

Suami dan Istri perlu menjalin kerjasama untuk memaksimalkan tanggung jawab ;

1. Dalam hal nafkah :

🌷Menggunakan nafkah yang diberikan suami secara arif

Nafkah yang diberikan suami untuk keluarga adalah amanah. Amanah yang harus dikelola dengan
baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Jika istri memiliki kelemahan untuk mengelola nafkah yang
diberikan suami, maka suami perlu membimbing istri agar cakap mengelola nafkah yang ia berikan.
Keterampilan mengelola keuangan mencakup peruntukan(list kebutuhan), alokasi (berapa untuk
poin apa), prioritas (mana yang harus didahulukan), dll. Sangat baik jika suami istri bermusyawarah
untuk menentukan penggunaan keuangan keluarga.

Kemampuan mengelola akan menentukan cukup atau tidak nafkah yang diberikan suami. Semata-
mata bukan hanya terletak pada sedikit atau banyak. 🌷Bersedekah dari nafkah yang diberikan
suami Rasulullah SAW bersabda : “Apabila seorang istri bersedekah dari makanan rumahnya untuk
sesuatu yang tidak memunculkan kerusakan, maka baginya pahala dari apa yang ia sedekahkan dan
bagi suaminya pahala dari apa yang ia nafkahkan.” (HR Muslim)

Sedekah selalu membawa berkah. Alokasikan dana untuk sedekah dari nafkah yang diberikan suami
agar keberahan meliputi keluarga dan seluruh anggotanya. 🌷Memberi hadiah dari nafkah yang
diberikan suami “Saling memberi hadiahlah kalian, agar kalian saling mencintai”.Demikian Rasulullah
SAW bersabda.

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA bahwa : “Rasulullah SAW menikah, lalu beliau menemui
keluarganya. Ibuku (Ummu Sulaim) membuat makanan yang terbuat dari tepung, minyak samin dan
gandum. Kemudian ia simpan di atas bejana kecil dan berkata kepadaku : ‘Anas, antarkan ini kepada
Rasulullah dan sampaikan kepadanya bahwa aku memberikan hadiah untuknya dan menitipkan
salam.”

🌷Bantulah suami yang membutuhkan

Maha Besar Allah yang telah menebar rizki demikian banyak dan luas. Tidak hanya untuk kaum laki-
laki tetapi juga untuk kaum perempuan. Bersyukurlah para perempuan yang Allah taqdirkan harta
berada di tangannya. Tidak selamanya kondisi nafkah suatu keluarga berada dalam kondisi ideal.
Kondisi ekonomi sebagian keluarga kadang stabil kadang tidak. Kadang lebih banyak situasi sulitnya.
Dalam kondisi seperti itulah para perempuan perlu berkontribusi.

Membantu para suami, bukan untuk mengambil alih tanggung jawabnya. Diriwayatkan dari Abi Sa’id
Al-Khudry RA bahwa Zainab istri Ibnu Mas’ud datang kepada Rasulullah SAW dan berkata : “Ya Nabi
Allah, hari ini engkau menyuruh kami untuk bersedekah. Aku memiliki perhiasan dan aku ingin
bersedekh dengannya. Tapi Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa ia dan anak-anaknya lebih berhak
menerima sedekah itu.” Nabi SAW berkata: “Benar apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud. Suamimu dan
anak-anakmu lebih berhak mendapatkan sedekahmu itu.” (HR Bukhri)

Terpujilah para istri dermawan yang ikhlas bersedekah untuk suami, anak-anak dan keluarganya
berdasar kesadaran melaksanakan perintah Rasulullah SAW.

2. Dalam Hal Mengatur Urusan Rumah Tangga


Diriwayatkan dari Al-Aswad : “Aku bertanya kepada Aisyah RA apa saja yang dilakukan Rasulullah
SAW dirumahnya?” Aisyah menjawab :”Beliau memberikan pelayanan kepada keluarganya. Apabila
tiba waktu shalat, beliau pergi menunaikan shalat.” (HR Bukhari)

Disebutkan dalam kitab Fathul Baari juz 11:366, suatu hari Ali berkata kepada Fathimah :”Demi
Allah, aku telah mengambil air dari dalam sumur hingga dadaku sakit” . Dan Fathimah berkata : “Dan
aku menggiling gandum hingga kedua tanganku lecet.” (HR Ahmad)

Saat urusan rumah tangga menjadi tanggung jawab istri, bukan berarti dia yang harus melakukan
semuanya. Istri berperan sebagai manajer yang mengatur pekerjaan apa dilakukan oleh siapa. Jika
pekerjaan sudah terbagi kepada anggota keluarga dan masih tersisa pekerjaan yang tidak bisa
dikerjakan anggota keluarga, diperbolehkan untuk meminta tolong orang lain. Misalnya dengan
menghadirkan khadimat (pembantu).

Khadimat berfungsi membantu menunaikan pekerjaan yang tidak tertangani bukan menggantikan
peran istri atau ibu.

3. Bermusyawarah dalam permasalahan keluarga

Musyawarah adalah akhlak yang harus dibawa seorng muslim dalam semua lini kehidupannya.
“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.” (QS As-Syuura : 38)

Suami dan istri seyogyanya saling memahami dan bermusyawarah dalam urusan keluarga. Tidak
meremehkan juga tidak bergantung pada pendapat pasangannya. Simaklah bagaimana Rasulullah
SAW membiasakan musyawarah dengan istrinya dan sangat menghargai pendapatnya. Peristiwa di
hari Hudaibiyah dimana Ummu Salamah sangat berperan dengan ide cemerlangnya mendorong
Rasulullah SAW melakukan hadyu dan tahallul saat para sahabat menolak mengikuti perintah yang
diucapkan Rasulullah SAW.

Atau seperti yang diceritakan Umar RA : “Ketika aku berada dalam suatu urusan yang membuatku
sibuk memikirkannya, tiba-tiba istriku menegurku :’Coba engkau lakukan ini dan itu.’ Aku
menyergahnya : ‘Kenapa engkau ini. Kenapa engkau ada didekatku. Apa yang membuatmu ikut
campur dalam masalahku?’. Istrinya menjawab :’Engkau aneh wahai putra Al-Khottob. Tidakkah
engkau mengevaluasi dirimu sendiri? Lihatlah bagaimana putrimu (Hafsah) mengevaluasi Rasulullah
SAW sampai-sampai beliau marah sepanjang hari.” (HR Bukhari Muslim).

Demikianlah beberapa hal yang perlu dilakukan oleh suami dan istri agar tanggung jawab menjadi
lebih ringan, dan menjadi ringan saat semua hal tsb ditunaikan bersama.
Ustadzah Eko Yuliarti Siroj

www.iman-islam.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (3 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

Assalamualaikum..

(Maryam, Samarinda)

Ustadz/ah mau tanya.. bagaimana cara memanajemen hati, manajemen fikiran, agar tidak mudah
marah. Alhamdulillah Allah karuniakan suami yg sangat sabar dan baik. Tapi kadang saya mudah
berprasangka atau tersulut cemburu misalnya suami bercerita teman kantor. Bagaimana cara
memenejnya ya ustadz/ah?

Jawaban ;

Waalaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh,

Pertama, segera memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan, dengan membaca
ta’awudz:
ُ‫ْطان مِ نََ باهلل أعو َذ‬
َِ ‫شي‬َّ ‫جيم ال‬
َِ ‫الر‬
َّ

A-‘UDZU BILLAHI MINAS SYAITHANIR RAJIIM

Karena sumber marah adalah setan, sehingga godaannya bisa diredam dengan memohon
perlindungan kepada Allah.

Dari sahabat Sulaiman bin Surd radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

Suatu hari saya duduk bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada dua orang yang
saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫لذهب قالَ َها لَ َْو َك ِل َم َةً ألعل َُم إِني‬


ََ ََ ‫قا‬: ُ‫ْطان مِ نََ باهلل أعو َذ‬
ُ‫يج َُد ما عن َه‬، ‫ل لَ َْو‬ َِ ‫شي‬َّ ‫جيم ال‬ َّ ‫ع ْن َه ُ ذهب‬
َِ ‫الر‬، َ ‫يَج َُد ما‬

Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia
membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang. (HR. Bukhari dan
Muslim)

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang marah,
kemudian membaca: A-‘udzu billah (saya berlindung kepada Allah) maka marahnya akan reda.”
(Hadis shahih – silsilah As-Shahihah, no. 1376)

Kedua, DIAM dan jaga lisan

Bawaan orang marah adalah berbicara tanpa aturan. Sehingga bisa jadi dia bicara sesuatu yang
mengundang murka Allah. Karena itulah, diam merupakan cara mujarab untuk menghindari
timbulnya dosa yang lebih besar.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ب إِذَا‬ ِ ‫فَ ْليَ ْس ُكتَْ أ َ َح ُد ُك َْم غ‬


ََ ‫َض‬
“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).

Ucapan kekafiran, celaan berlebihan, mengumpat takdir, dst., bisa saja dicatat oleh Allah sebagai
tabungan dosa bagi ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

َ‫ ِبال َك ِل َم َِة لَ َيت َ َكلَّ َُم ال َع ْب ََد ِإ َّن‬، ‫فِي َها َيتَ َبيَّنَُ َما‬، ‫ل‬ َِ َّ‫ق َبيْنََ مِ َّما أ َ ْب َع ََد الن‬
َُّ ‫ار فِي ِب َها َي ِز‬ َِ ‫ال َم ْش ِر‬

Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan
dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat. (HR.
Bukhari dan Muslim)

Di saat kesadaran kita berkurang, di saat nurani kita tertutup nafsu, jaga lisan baik-baik, jangan
sampai lidah tak bertulang ini, menjerumuskan kita ke dasar neraka.

Ketiga, mengambil posisi lebih rendah

Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi.. dan lebih tinggi. Semakin dituruti, dia
semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya.

Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan saran sebaliknya. Agar marah ini
diredam dengan mengambil posisi yang lebih rendah dan lebih rendah. Dari Abu Dzar radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatkan,

‫ب ِإذَا‬
ََ ‫َض‬ َْ ‫فَ ْل َيجْ ل‬، ‫ن‬
ِ ‫ِس قَائِمَ َوه ََُو أ َ َح ُد ُك َْم غ‬ ََ ‫ع ْن َهُ ذَه‬
َْ ِ ‫َب فَإ‬ َ َ‫ال ْالغ‬
َ َُ‫ضب‬ ََّ ‫ط ِج َْع َو ِإ‬ ْ ‫فَ ْل َي‬
َ ‫ض‬

Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu
marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur. (HR. Ahmad 21348,
Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).

Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, sahabat yang meriwayatkan hadis ini, melindungi dirinya ketika marah
dengan mengubah posisi lebih rendah. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, dari Abul
Aswad Ad-Duali, beliau menceritakan kejadian yang dialami Abu Dzar,

“Suatu hari Abu Dzar mengisi ember beliau. Tiba-tiba datang beberapa orang yang ingin mengerjai
Abu Dzar. ‘Siapa diantara kalian yang berani mendatangi Abu Dzar dan mengambil beberapa helai
rambutnya?’ tanya salah seorang diantara mereka. “Saya.” Jawab kawannya.
Majulah orang ini, mendekati Abu Dzar yang ketika itu berada di dekat embernya, dan menjitak
kepala Abu Dzar untuk mendapatkan rambutnya. Ketika itu Abu Dzar sedang berdiri. Beliaupun
langsung duduk kemudian tidur.

Melihat itu, orang banyak keheranan. ‘Wahai Abu Dzar, mengapa kamu duduk, kemudian tidur?’
tanya mereka keheranan.

Abu Dzar kemudian menyampaikan hadis di atas. Subhanallah.., demikianlah semangat sahabat
dalam mempraktekkan ajaran nabi mereka.

Mengapa duduk dan tidur?

Al-Khithabi menjelaskan,

‫والبطش للحركة متهيئ القائم‬، ‫المعنى هذا في دونه والقاعد‬، ‫منهما ممنوع والمضطجع‬، ‫صلَّى النبي يكون أن فيشبه‬ َ ‫سلَّ ََم‬
َ ‫علَ ْي َِه‬
َ ُ‫هللا‬ َ ‫َو‬
‫بع َُد فيما عليها يندم بادرة وقعوده قيامه حال في منه تبدر لئال بالقعود أمره إنما‬

Orang yang berdiri, mudah untuk bergerak dan memukul, orang yang duduk, lebih sulit untuk
bergerak dan memukul, sementara orang yang tidur, tidak mungkin akan memukul. Seperti ini apa
yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perintah beliau untuk duduk, agar orang yang
sedang dalam posisi berdiri atau duduk tidak segera melakukan tindakan pelampiasan marahnya,
yang bisa jadi menyebabkan dia menyesali perbuatannya setelah itu. (Ma’alim As-Sunan, 4/108)

Keempat, Ingatlah hadis ini ketika marah

Dari Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫غيْظَا ً َك‬
َ‫ظ ََم َم ْن‬ َْ ُ‫ّللاُ دعاَهُ يُنفذَه‬
َ ‫أن على قادرَ َوه ََُو‬ َِ ِ‫الحور مِنََ يُخيرَهُ حتَّى القيام َِة يَ ْو ََم الخَالئ‬
ََّ ُ‫ق رءوس على وتعالى سبحان َه‬ َِ ‫شا ََء ما العين‬

“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan
Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk
memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani)
Subhanallah.., siapa yang tidak bangga ketika dia dipanggil oleh Allah di hadapan semua makhluk
pada hari kiamat, untuk menerima balasan yang besar? Semua manusia dan jin menyaksikan orang
ini, maju di hadapan mereka untuk menerima pahala yang besar dari Allah ta’ala. Pahala ini Allah
berikan kepada orang yang hanya sebatas menahan emosi dan tidak melampiaskan marahnya. Bisa
kita bayangkan, betapa besar pahalanya, ketika yang dia lakukan tidak hanya menahan emosi, tapi
juga memaafkan kesalahan orang tersebut dan bahwa membalasnya dengan kebaikan.

Mula Ali Qori mengatakan,

َُ ‫ل َو ْال َجزَ ا َُء ْال َجمِ ي‬


‫ل الثَّنَا َُء َو َهذَا‬ َُ ‫ب إِذَا ْال َج ِزي‬
ََ َّ ‫علَى ت ََرت‬ ْ ‫ْف ْالغَيْظَِ ك‬
َ ‫َظ َِم ُم َج َّر َِد‬ َ ‫ان زَ ا ََد أ َ َْو إِلَ ْي َِه ْالعَ ْف َُو ا ْن‬
ََ ‫ض ََّم إِذَا فَ َكي‬ َِ ‫س‬ ِ ْ ِ‫عَلَ ْي َِه ب‬
َ ‫اْل ْح‬ َ

Pujian yang indah dan balasan yang besar ini diberikan karena sebatas menahan emosi. Bagaimana
lagi jika ditambahkan dengan sikap memaafkan atau bahkan membalasnya dengan kebaikan.
(Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Turmudzi, 6/140).

Hadis dari Ibnu Umar,

‫رضا القيامة يوم قلبه هللا مأل أمضاه يمضيه أن شاء ولو غيظه كظم ومن عورته هللا ستر غضبه كف من‬

Siapa yang menahan emosinya maka Allah akan tutupi kekurangannya. Siapa yang menahan marah,
padahal jika dia mau, dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan
keridhaan pada hari kiamat. (Diriwayatkan Ibnu Abi Dunya dalam Qadha Al-Hawaij, dan dinilai hasan
oleh Al-Albani).

Ya, tapi yang sulit bukan hanya itu. Ada satu keadaan yang jauh lebih sulit untuk disuasanakan
sebelum itu, yaitu mengkondisikan diri kita ketika marah untuk mengingat balasan besar dalam hadis
di atas. Umumnya orang yang emosi lupa segalanya. Sehingga kecil peluang untuk bisa mengingat
balasan yang Allah berikan bagi orang yang bisa menahan emosi.

Kelima, Segera berwudhu atau mandi

Marah dari setan dan setan terbuat dari api. Padamkan dengan air yang dingin.

Terdapat hadis dari Urwah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu, yang mengatakan,

َ‫ب ِإ َّن‬ َ َ‫ن ْالغ‬


ََ ‫ض‬ َْ ِ‫ان م‬ َ ‫ش ْي‬
َِ ‫ط‬ َّ ‫ن ال‬ َ ‫ش ْي‬
ََّ ‫طانََ َو ِإ‬ َّ ‫ن ُخلِقََ ال‬ َِ َّ‫طفََأ ُ َو ِإنَّ َما الن‬
َْ ِ‫ار م‬ ْ ُ ‫ار ت‬
َُ َّ‫ب فَإِذَا ِب ْال َماءَِ الن‬ ِ ‫فَ ْل َيت ََوضََّأ ْ أ َ َح ُد ُك َْم غ‬
ََ ‫َض‬
Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan
air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu. (HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784)

Allahu A'lam

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Perkenalkan saya Kimi dari Yogyakarta. Sungguh menarik apa yg telah disampaikan. Namun masih
terdapat beberapa tanya yg terbesit dalam benak saya terkait management konflik.

Pernah saya mengamati sebuah keluarga di mana karena bertambahnya usia suami mengakibatkan
suami kurang bisa nyambung dalam berkomunikasi. Setiap istri cerita tentang permasalahannya,
tanggapan suami sering sekali menunjukkan kesalahan pemahaman terhadap masalah yg sedang
istri hadapi. Berulang kali istri harus mengulangi ceritanya, tapi sering kali suami masih salah dlm
memahami sehingga seolah ceritanya ke utara, tanggapannya ke selatan. Hal tersebut lama-lama
sering menimbulkan konflik. Sedangkan pihak suami yg salah menanggapi ini, malah jadi keras
kepala dan merasa dirinya telah paham dan benar. Hal ini tentu membuat istri menjadi dilematis,
ketika dia tidak bercerita dianggap tertutup terhadap suami atau istri merasa segala beban harus
ditanggungnya sendiri. Namun jika bercerita, bukannya mendapatkan solusi malah menambah
masalah dan konflik.

Menurut ustadz, bagaimana aplikasi management konflik tersebut terhadap perkara ini ? Bagaimana
meminimalisir hal ini terjadi saat penengah tidah selalu ada di sisi mereka, sedangkan perkara ini
sering terjadi dengan topik masalah yg berbeda-beda dan mereka sangat sibuk sehingga tidak
memungkinkan untuk sering datang ke psikolog atau konselor, apalagi jika terkadang sumber
masalahnya kecil dan tidak layak untuk terlalu sering dibawa keluar bersama pihak ketiga sebagai
penengah ? Syukron katsiran...

Jawaban :

Waalaikummussalaam wa rahmatullah wabarakaatuh

Dalam kasus ini sebenarnya permasalahan utamanya adalah "bahasa komunikasi". Mungkin
komunikasi sudah berjalan baik, tapi justru malah menambah masalah karena tidak nyambung, dari
sini bisa kita simpulkan sebenarnya masalahnya adalah bagaimana seorang istri bisa mengemas
komunikasi dengan baik agar suami bisa memahami, maka idealnya dalam masa-masa taaruf dan
pernikahan dalam tahun pertama seorang istri maupun suami harus betul-betul memahami bahasa
komunikasi dengan pasangannya sehingga tidak terjadi salah sambung. Kami mengamati beberapa
pasangan yang tingkat pendidikannya berbeda akan tetapi karena masing-masing pasangan bisa
membahasakan permasalahan dengan bahasa yang baik maka keluarga tersebut harmonis. Jadi
kuncinya adalah memahami pasangan, olah dengan baik bahasa komunikasi & cari waktu yang tepat.
Allahu A'lam

Firdiana Ayuni, surabaya. Bagaimana cara untuk merubah keluarga yg hidupnya condong bersifat
duniawi/serba modern menjadi keluarga yang islami yang Agamis ber visi misi hnya memprioritaskan
akhirat?? Mohon jawabannya

Jawaban :

1. Orang Tua sebagai Teladan

Sebelum kita menuntut anak-anak atau anggota keluarga kita yang lain untuk menjadi seorang
muslim yang baik, kita harus memperbaiki diri kita terlebih dahulu. Memberi tahu tentang sikap
seorang muslim yang benar sangatlah penting, tetapi memberikan contoh nyata ternyata jauh lebih
penting untuk diterapkan dalam lingkungan keluarga kita. Rasulullah pernah merasa gagal dalam
mengajak sahabat-sahabatnya untuk melaksanakan perintahnya. Namun, setelah beliau
mencontohkannya, para sahabat dengan segera mengikuti yang dilakukan oleh Rasulullah.

2. Saling Kasih Sayang Sesama Anggota Keluarga

Lingkungan keluarga yang didasari oleh rasa kasih sayang antarkeluarga akan memudahkan kita
sebagai orang tua untuk mengajak anak-anak dan keluarga kita kepada kebaikan. Kebiasaan-
kebiasaan yang baik juga dapat dipupuk dengan baik sehingga mampu membentuk karakter
keluarga yang islami.

3. Memperhatikan Pendidikan Keluarga

Salah satu faktor yang memengaruhi cara berpikir dan kecerdasan seseorang adalah tingkat
pendidikannya. Kecerdasan mental dan spiritual yang diimbangi oleh kecerdasan kognitif akan
membentuk setiap anggota menjadi pribadi yang islami. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang
tua untuk memilihkan pendidikan yang berkualitas bagi keluarganya.

Jika kita ingin mendapatkan buah yang baik dan berkualitas tinggi, kita harus menanam bibit yang
berkualitas. Jika pendidikan kita sebagai orang tua tidak cukup tinggi, tidak berarti anak-anak kita
harus merasakan hal yang sama. Tidak pernah ada kata terlambat dalam mengubah kondisi keluarga
selama kita berikhtiar dan bertawakal kepada Allah.

4. Seimbang antara Hak dan Kewajiban

Dalam keluarga, kita harus secara bijak mengajarkan anak-anak kita untuk dapat menyeimbangkan
antara hak dan kewajiban, baik kepada Allah maupun kepada anggota keluarga. Sebagai contoh,
ketika anak kita ingin mendapat nilai terbaik pada ujian sekolahnya, kita harus mengarahkan untuk
menjalankan kewajibannya. Kewajiban sebagai hamba Allah, yaitu beribadah dan berdoa, serta
kewajiban sebagai siswa, yaitu belajar dan berusaha.

5. Saling Mengingatkan dalam Kebaikan

Keterbukaan dalam keluarga memang penting untuk menciptakan lingkungan keluarga yang islami.
Keluarga yang dilandasi keterbukaan akan menerapkan konsep diskusi dan musyawarah dalam
setiap hal yang berkaitan dengan keluarganya. Mereka akan saling mengingatkan satu sama lain jika
ada salah satu anggota keluarga yang melakukan kesalahan. Aspek yang diutamakan juga bukan
mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, tetapi untuk mengarahkan agar keluarga kita selalu
berada di dalam kebaikan.

Allahu A'lam

Memilih kata2 yg paling tepat agar tidak misleading itu satu persoalan sendiri.

Belum masalahnya. Bagaimanakah cara menghindari prejudice atau prasangka awal agar komunikasi
bisa lancar?

(MAHANANI, Jogjakarta)

Jawaban :

Pertama, gunakan bahasa yang tidak mengandung multi tafsir.

Kedua, sebaiknya menggunakan bahasa aktif daripada pasif

Ketiga, gunakan bahasa halus, tidak menggurui & menggunakan bahasa meminta saran / pendapat.

Allahu A'lam

Assalamu'alaikum.. Wr.wb

Saya Eva dari Jakarta..Ustadz, saya punya saudara wanita. Suaminya itu pola pikirnya masih kurang
dewasa pdhk usianya sudah 5o tahunan, dan sifatnya juga tempramental.. Nah bagaimana cara istri
mengkomunukasikan hal tsb kepada suaminya agar suaminya bisa berubah? Karena sifat ayah yg
kurang dewasa n tempramental juga tidak baik utk perkembangan mental anak. Jazaakallah ustadz
Jawaban :

Waalaikummussalaam wa rahmatullah wabarakaatuh.

Sifat kekanak-kanakan yang dimiliki suami meskipun sudah berumur perlu kita sikapi dengan
dewasa. Jangan sampai kita memperlakukan nya seperti anak kecil. Perlu diingat bahwa sebenarnya
kita semua ini adalah "anak besar", artinya terkadang sifat kekanak-kanakan itu masih melekat
tergantung orangtua dalam mendidik & lingkungan yang membentuk.

Yang jelas, menghadapi suami yang kekanak-kanakan kita harus "mengalah" untuk bisa bersikap
dewasa, diperlukan kesabaran ekstra dalam menghadapinya. Justru disinilah peran besar istri dalam
"merubah" sifat suami. Merubah karakter atau sifat memerlukan proses yang lama & butuh
pengorbanan yang lebih. Ada baiknya kita belajar juga psikologi mengahadapi kasus seperti ini.

Beberapa hal yang bisa dilakukan, InsyaAllah :

- Memperlakukan Suami sebagai Orang Dewasa yang Bertanggung Jawab

Pemberitahuan atau perintah yang mengharuskan seseorang untuk merubah perilakunya seringkali
menimbulkan suatu reaksi pertahanan dari orang yang diperintah. Orang yang berperilaku kekanak-
kanakan, apabila diperintah atau diingatkan supaya ia mau merubah perilakunya menjadi lebih
matang, seringkali menyebabkan ia merasa terpukul dengan peringatan itu. Ia merasa diremehkan
diberi peringatan seperti itu, sehingga ia melakukan pertahanan untuk melindungi diri.

Dalam kaitan inilah seringkali orang yang diberi peringatan secara langsung menunjukkan perilaku
menentang yang bisa diwujudkan dalam bentuk jawaban-jawaban: ''Biarkan saya berperilaku begini,
karena inilah gaya saya''. Apabila ia terus diingatkan atau ''diperintah'' untuk merubah perilakunya
maka ia akan makin tertantang untuk mempertahankan sikap yang sudah ia pegang, sehingga
perubahan perilaku menuju kematangan diri akan lebih sulit dapat diwujudkan.

Menghadapi suami yang bertahan dengan gaya anak-anaknya, maka sangat penting melakukan
pendekatan secara tidak langsung, dengan memperlakukan dia sebagai orang dewasa. Dalam hal ini
kata-kata yang langsung memerintah dia usahakan dihindari, diganti dengan perlakuan yang
memposisikan dia sebagai orang dewasa. Apabila dulu berupa peringatan supaya ia mau
berpenampilan dewasa, maka sekarang bisa dalam bentuk memposisikan dia sebagai orang dewasa,
sebagai ayah dan sebagai kepala keluarga.

Perlakuan ini bisa ditunjukkan dalam berbagai kesempatan, pada waktu ada tamu yang datang
berkunjung misalnya, perlihatkanlah sikap membanggakan suami. Pada waktu berbincang-bincang
dengan tamu hindarilah kata-kata yang meremehkan suami, sehingga tamu mempunyai kesan
bahwa suami adalah figur yang dihormati dan disegani di rumah ini. Dengan perlakuan-perlakuan
seperti itu, lama-kelamaan suami akan berubah menilai dirinya, ia akan mulai menilai dirinya sebagai
figur dewasa yang dihormati oleh anggota keluarga. Perubahan penilaian diri ini selanjutnya akan
menggiring perubahan perilaku, apabila semula ia merasa biasa-biasa saja berperilaku seperti anak-
anak atau remaja.

Dengan perubahan konsep diri ini maka ia merasa tidak pantas lagi berperilaku seperti itu. Lebih-
lebih lagi di hadapan tamu, maka dia akan menyesuaikan perilaku yang dia tampilkan dengan
harapan lingkungan.

- Tidak Ikut-ikutan Memojokkan Suami

Adakalanya orangtua atau orang-orang di sekitar rumah meremehkan perilaku suami dengan
menyebutkan bahwa suami masih kekanak-kanakan. Dalam hal ini janganlah ikut-ikutan terpengaruh
dengan penilaian itu dan memojokkan suami dengan menyebutnya sebagai orang yang tidak
matang. Belalah suami dengan menyebutkan bahwa suami dalam proses menuju kematangan diri.

- Menjaga Jalinan Komunikasi

Sejalan dengan perlakuan positif terhadap suami maka jalinan komunikasi yang terbuka dengan
suami juga tetap dijaga sehingga terbiasa mendiskusikan berbagai permasalahan dengan suami, dan
komunikasi dua arah pun akan berkembang. Apabila suami menyampaikan keluhannya tentang
perilaku istri, maka istri pun diharapkan mau terbuka menanggapi dan mau menilai informasi itu
dengan akal sehat, bukan dengan emosional. Begitu juga sebaliknya suamipun diharapkan berjiwa
besar mau mengembangkan komunikasi dua arah, sehingga berbagai ''ganjalan'' dalam hati bisa
dicarikan jalan keluarnya sedini mungkin. Dengan berkembangnya komunikasi dua arah maka
masing-masing pihak akan mampu mengarahkan perilakunya menuju kematangan atau kedewasaan.

Allahu a'lam.

Ustadz. Klo seorang istri pendiam dlm bermasyarakat. Tp klo di rumah sering bentak $uami? Bgmn
sikap yg harus dilakukan suami?

$yukran.

(Heru, Sleman)

Jawaban :
Kalau kita ingin meneladani salah satu sahabat Nabi yang di jamin masuk surga yaitu Umar bin
Khattab maka yang kita lakukan adalah diam. Diam bukan berarti kita mengacuhkan istri, akan tetapi
harapan kita, dengan diam akan meredam bentakan istri. Karena kalau api dilawan dengan api maka
akan membesar.

Pilihan kita adalah diam & bertutur kata dengan baik, semoga hatinya tersentuh & kita doakan istri
agar melunak hatinya. Seorang isteri yang pemarah dan sering beperilaku kasar kepada suami
apalagi disertai pukulan dan caci maki memang perbuatan yang sangat tidak terpuji.

Dari sisi hukum Islam: haram dan berdosa. Dari sisi etika: merendahkan martabat dirinya,
orangtuanya dan suaminya. Dari sisi psikologi: tindakan isteri tersebut membuktikan
ketidakmampuannya mengendalikan jiwanya dan sekaligus menekan jiwa suami sekaligus
menjatuhkan harga diri suami sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga. sedangkan dari sisi
sosial: merusak keharmonisan hubungan suami isteri.

Menghadapi isteri yang pemarah, harus banyak bersabar dan lebih banyak mengalah. Meskipun
menurut suami, sudah berusaha menasehati isteri namun justru membuat kemarahannya akan
meledak kembali. Sehingga suami berusaha untuk tidak membuatnya marah dan memilih untuk
bersikap pasrah menghadapi sikap kasar isteri. Namun bagaimanapun juga kami mengerti bila suami
mulai tidak tahan menghadapi sikap isteri yang demikian.

Memang menghadapi kekerasan dan sikap kasar isteri, yang terbaik adalah berusaha bersikap
tenang dan tidak terpancing. Karena persoalan akan semakin runyam apabila suami membalasnya
dengan kekerasan pula. Dalam permasalahan ini, sebaiknya juga diingat sikap isteri yang demikian
kasar pada suami pastilah ada penyebab yang melatarbelakanginya. Karena pastilah, tidak ada
satupun perlakuan tertentu selain selalu ada hubungan sebab-akibat.

Karena itu tidak ada salahnya suami melakukan introspeksi diri, siapa tahu sikap kasarnya
merupakan akibat dari sesuatu hal yang mungkin pernah suami lakukan diluar kesadaran. Sudah
menjadi tugas laki-laki sebagai suami untuk membimbing dan mendidik isteri yang menjadi amanah
dan tanggung jawabnya. Lakukan lah dengan rasa cinta dan keinginan mulia untuk membangun
keluarga yang tenang dan penuh kasih sayang dengan istri tercinta. Untuk menasehati isteri,
sebaiknya dilakukan saat kondisi emosi isteri tenang. Perhatikan juga waktu yang tepat. Jangan
langsung membahas sikap kasarnya, sebaiknya terlebih dahulu mengajak isteri untuk saling
introspeksi diri. Saling mengingatkan tujuan dan komitmen awal pernikahan.

Bila komunikasi dengan isteri, tidak menemui titik temu, sebaiknya suami menyertakan orang ketiga
yang dihormati isteri, (misalnya orangtuanya atau ustadzah) untuk turut menasehatinya. Ketegasan
suami juga diperlukan untuk menjaga wibawa laki-laki sebagai seorang suami dimata isteri. Hal ini
mutlak diperlukan guna menegakkan fungsi qowwam (pemimpin, pengayom) dalam rumah tangga.
Supaya isteri tidak dapat bertindak semena-mena tehadap suami. Namun ketegasan di sini janganlah
disalah artikan sebagai bertindak keras apalagi kasar.

Ketegasan di sini adalah sikap yang tegas memberi sangsi dari yang paling ringan (memisahkan
tidurnya) sampai paling berat (dan akhirnya menjatuhkan talak), apabila sikap isteri masih belum
menunjukan perubahan.

Allahu a'lam....

Assalaamu alaikum... Didy jakarta ust...

Mau bertanya, bagaimana cara yang efektif mengajarkan kepada istri ilmu agama dan ilmu2 lainnya,
sdangkan istri seakan susah untuk memahami bahwa ilmu itu sangat penting buat dirinya, buat
keluarga, anak2nya dan umat??? Background istri yang kurang suka membaca.. Jzakalloh khoirl jza

Jawaban

Mengajarkan dan membimbing istri adalah kewajiban suami. Mengajarkan agama kepada istri
memang dibutuhkan kreatifitas, apalagi istri tidak suka membaca.

Yang utama harus dilakukan adalah memberikan pemahaman pentingnya ilmu agama bagi
kehidupan. Adakan dialog secara intensif. Ajak istri menghadiri kajian keIslaman.

Dalam era internet sekarang, banyak kajian Keislaman di Youtube, bisa disaksikan bersama-sama.
Intinya, sebagai suami harus pintar dan kreatif mengajak istri belajar agama lebih dalam.

Allahu A'lam

:::Tips Islami Mendidik dan Membangun Keakraban Dengan Anak:::


Anak adalah amanah yang diberikan Allah Swt pada para orang tua. Karenanya, orang tua
berkewajiban mengasuh, mendidik, melindungi dan menjaga amanah Allah itu agar menjadi generasi
muslim yang bukan hanya sukses di dunia, tapi juga di akhirat kelak.

Dalam keseharian, para ibulah yang memegang peranan penting dalam pengasuhan dan pendidikan
putra-putrinya. Tidak kalah penting juga seorang bapak sebagai "kepala sekolah" dalam
mengarahkan visi dan misi pendidikan Islami dalam keluarga. Pernahkah para orangtua
merenungkan sejauh mana peranan yang mereka mainkan akan berpengaruh dalam perjalanan
hidup si anak? Kita semua tahu bahwa semua perbuatan manusia selama di dunia dicatat dalam
sebuah buku yang akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah Swt. Begitu pula anak-
anak kita kelak, dan isi catatan buku mereka selama di dunia sangat tergantung dengan bagaimana
cara kita mendidik mereka, apakah kita menerapkan pola pengasuhan dan pendidikan yang cukup
Islami.

Sebagai contoh, apakah anak-anak kita sekarang sudah memahami tentang hubungannya dengan
Sang Pencipta? Nasehat apa yang akan kita berikan pada anak-anak ketika kita menjelang ajal,
sehingga ketika kita dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt tentang anak-anak kita, kita
mampu menjawab, "Ya Allah, aku membesarkan anak-anakku dengan ihsan (sempurna) semampu
yang saya bisa, agar taat dan tunduk pada ajaran-Mu."

Di tengah perkembangan zaman seperti sekarang ini. Tugas mendidik, menjaga dan melindungi anak
dari pengaruh buruk arus globalisasi dan modernisasi, bukan perkara yang ringan. Bekal pendidikan
dari sekolah berkualitas, menanamkan rasa tanggung jawab dan disiplin serta moral tidak cukup, jika
tidak diimbangi dengan bekal pendidikan agama yang baik.

Bekal pendidikan rohani yang harus para orangtua tanamkan sejak dini adalah membangun
keyakinan yang kuat dalam hati mereka tentang ke-esa-an Allah Swt (tauhid), mengajarkan rasa
cinta yang besar pada Nabi Muhammad Saw dan mengajarkan mereka nilai-nilai serta ketrampilan
yang akan bermanfaat bagi kehidupan mereka saat dewasa nanti.

Sejak dini, tanamkan pada diri anak-anak tentang konsep Tiada Yang Berhak Disembah Selain Allah.
Allah tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Selalu mengingatkan pada
anak-anak bahwa Allah Mahatahu apa yang ada di bumi dan di langit, agar anak-anak selalu menjaga
ucapan dan tindakannya. Beritahukan pada anak-anak, apa sesungguhnya tujuan hidup ini dan
arahkan mereka agar tetap fokus dan memiliki visi yang jelas tentang konsep hidup.

Itulah tantangan bagi para orangtua untuk menghasilkan generas-generasi muslim yang hebat dan
bermanfaat bagi umat. Generasi yang tidak hanya cerdas intelektual tapi juga cerdas dari sisi sosial,
emosi dan spiritual. Tentu saja untuk melakukan itu semua, para orangtua harus memiliki
pengetahuan dan ketrampilan untuk mendidik dan berinteraksi dengan anak-anak. Tips-tips berikut
bisa menjadi acuan bagi para orangtua dalam menerapkan pola asuh dan pendidikan bagi anak-anak
di rumah, agar menjadi generasi yang Islami:

1. Setiap anak itu unik

Kita harus memahami bahwa setiap anak terlahir unik. Pahami bahwa setiap anak lahir sebagai
individu yang mewirisi kualitas kepribadian yang berada di luar kendali orang tua. Itulah sebabnya,
orang tua harus mampu mengidentifikasi karakteristik yang unik dan perilaku anak-anak kita, tanpa
harus mencetak dan mendorong anak-anak ke arah yang orang tua sukai. Jika kita memahami hal ini,
kita akan memberikan pengasuhan, bimbingan dan dukungan yang anak-anak butuhkan untuk
melengkapi potensi yang telah Allah berikan pada mereka.

2. Membangun dan menanamkan tentang kasih sayang Allah Swt pada anak-anak

Allah Swt berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka" (Surat At-Tahrim;6).

Tanamkan pada anak-anak bahwa tentang kecintaan dan keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi
adalah atas kehendak Allah. Ajarkan mereka selalu mengucapkan "La illaha illah Allah; jika anak
meminta sesuatu, katakan pada mereka untuk berdoa, meminta pada Allah karena Allah yang
memiliki segala sesuatu. Ajarkan kecintaan pada Allah saat santai dan berbincang-bincang dengan
anak, agar mereka mudah memahami mengapa manusia beribadah, harus taat dan melaksanakan
ajaran-Nya.

3. Shalat

Rasulullah Saw berkata, "Ajarilah anak-anakmu salat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan ketika
mereka berusia sepuluh tahun, hukumlah jika mereka melalaikan salat.". Orang tua harus
membiasakan mengajak anak salat tepat waktu. Jadikah salat berjamaah sebagai kebiasaan dalam
keluarga, bahkan jika anak masih di bawah umur, tak ada salahnya selalu mengajak mereka salat.
Jika kewajiban salat sudah melekat kuat dalam diri anak, maka anak-anak akan terlatih untuk salat
dengan khusyuk.

4. Kegiatan Sosial

Ajaklah anak-anak sesering mungkin untuk melakukan aktivitas sosial, berjalan-jalan ke taman,
berkunjung ke kebun binatang atau museum, belajar berenang, bertaman, mengamati matahari
tenggelam, dan kegiatan lainnya. Sebisa mungkin, jauhkan anak dari kebiasaan nonton tv dan isi
waktu luang mereka dengan aktivitas fisik, misalnya melakukan olahraga yang mereka sukai.

5. Berkumpul dengan Keluarga

Biasakan berkumpul dengan seluruh keluarga, mendiskusikan berbagai isu yang merangsang semua
anggota keluarga mengemukakan pendapatnya. Kebiasaan ini melatih rasa percaya diri anak dan
kemampuannya bicara di muka umum dan akan mengakrabkan sesama anggota keluarga. Kebiasaan
berkumpul ini juga bisa dilakukan dengan cara memainkan permainan yang melibatkan seluruh
anggota keluarga atau memanfaatkan waktu makan, dengan membiasakan makan bersama.

6. Membangun kesadaran pada anak-anak akan pentingnya kebersihan dan menjaga lingkungan
hidup

Kesadaran ini harus dimulai dari rumah sendiri, dengan melibatkan anak-anak dalam urusan
pekerjaan rumah. Mintalah anak memilih pekerjaan rumah apa yang bisa ia lakukan, apakah
menyapu, mengepel, mencuci piring, untuk membantu meringankan tugas ibu di rumah.

7. Komunikasi

Komunikasi adalah ketrampilan yang paling penting yang akan dipelajari anak-anak. Bicaralah pada
anak sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Rasulullah Saw mencontohkan, saat bicara dengan
anak-anak menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas sehingga anak-anak mau mendengarkan
dan bisa memahami apa yang disampaikan.

8. Disiplin

Kita tahu bahwa disiplin dan pengendalian diri merupakan karakter utama seorang muslim. Kita
belajar dan melatih diri tentang kedisiplinan dan pengendalian diri melalui ibadah puasa dan
perintah Allah itu menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang dalam Islam. Orang tua harus
menjelaskan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak-anak, dan apa konsekuensinya jika
hal itu dilanggar. Tentu saja larangan itu dalam batas-batas yang wajar. Misalnya, orang tua tidak
melarang anak nonton tv sama sekali, tapi memberi batasan berapa lama anak boleh nonton televisi,
misalnya cuma 30 menit. Orang tua juga harus menepati janji jika menjajikan sesuatu pada anak,
karena jika tidak, anak akan menganggap orang tuanya tidak bisa dipercaya.

9. Rutin
Membiasakan anak-anak melakukan tugas-tugasnya dengan rutin, misalnya salat tepat waktu,
membaca dan menghapal Al-Quran, membaca hadis, membiasakan membaca doa-doa Rasulullah
sebelum tidur, beramal meski cuma dengan senyum, dan kebiasaan lainnya yang akan menjadi
kegiatan rutin bagi anak kelak.

10. Memberikan Teladan yang baik

Rasulullah Saw. adalah teladan terbaik bagi kaum Muslimin. Bacakanlah kisah-kisah tentang
Rasulullah Saw, pada anak-anak agar anak-anak mengikuti Sunah-Sunahnya dengan rasa cinta.
Bacakan pula kisah-kisah tentang para nabi, sahabat-sahabat Nabi, dan pahlawan-pahlawan dalam
sejarah Islam sehingga tumbuh rasa cinta anak pada Islam.

11. Melakukan perjalanan yang menyenangkan

Perjalanan yang menyenangkan bersama keluarga tidak harus selalu mengunjungi tempat-tempat
wisata, tapi bisa juga mengunjugi masjid-masjid lokal. Kunjungan ke masjid sekaligus mengajarkan
anak tentang bagaimana etika berada di dalam masjid dan menumbuhkan rasa cinta pada masjid,
terutama bagi anak lelaki. Selain masjid, ajaklah mereka berkunjung ke tempat-tempat bersejarah
Islam agar mereka tahu warisan-warisan budaya dan sejarah Islam.

Maraji' : eramuslim

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (3 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596
:::Tips Mendekatkan / Mengakarabkan Diri Dengan Anak:::

Anak merupakan karunia terbesar Allah Ta'ala untuk dirawat dan dibesarkan oleh kedua orang
tuanya. Namun terkadang karena faktor kesibukkan pekerjaan, orang tua sering tidak sadar telah
kurang memberikan perhatian kepada anaknya.

Kesibukan pekerjaan juga bisa mengurangi waktu untuk berkomunikasi antar keduanya. Hal-hal
tersebut bisa membuat kerenggangan hubungan antara anak dan kedua orang tuanya. Selain itu,
kerenggangan hubungan dengan anak juga dapat mempengaruhi perkembangan mental seorang
anak. Anak yang merasa kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya biasanya akan tumbuh
menjadi anak yang egois, penentang dan pembangkang. Hal itu dilakukan semata-mata untuk
mendapatkan perhatian dari orang-orang disekitarnya karena mereka merasa orang tuanya tidak
dapat mencukupi kebutuhan perhatian yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh anak sebagai bukti
rasa sayang orang tua kepada mereka.

Para orang tua seharusnya mengetahui pentingnya membangun kedekatan hubungan dengan anak.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendekatkan diri kepada anak, berikut ini beberapa kiat
untuk membangun kedekatan hubungan dengan anak.

Pertama adalah menjaga komunikasi.

Sudah pasti komunikasi merupakan faktor terpenting dalam setiap jenis hubungan. Dengan adanya
komunikasi yang baik maka hubungan yang tercipta pun akan semakin baik. Biasakan untuk sesering
mungkin berkomunikasi dengan anak. Sesibuk apapun kita sempatkanlah untuk berbincang-bincang
dengan mereka. Tanyakan aktivitas apa saja yang seharian tadi dilakukan oleh anak? Bagaimana
sekolahnya? Bagaimana teman-temanya? Dengarkan ceritanya baik-baik, dari situ kita bisa
memantau bagaimana keadaan anak dan dengan siapa saja mereka bergaul.

Kedua adalah sentuhan yang bermakna.

Sebuah sentuhan dari orang tua terutama ibu akan memberikan kehangatan tersendiri bagi seorang
anak. Ucapkan selamat serta berikanlah sentuhan lembut dikepala, pipi, atau pundak ketika mereka
mendapatkan nilai yang baik atau baru saja memenangkan sebuah perlombaan. Sentuhan-sentuhan
kecil seperti itu akan sangat berarti untuk anak karena mereka akan merasa diperhatikan, disayangi
serta dihargai oleh orang tuanya.

Ketiga adalah bersenang-senang bersama.


Carilah waktu senggang sehingga kita bisa menghabiskan waktu bersama. Rekreasi keluarga atau
sekedar mengobrol bersama diruang keluarga akan menjaga kedekatan hubungan antar anggota
keluarga. Aktivitas yang dilakukan bersama akan menjaga kedekatan anak dengan kedua orang
tuanya.

Keempat adalah membaca Al-Qur'an dan berdoa bersama.

Membiasakan anak untuk selalu dekat dengan Allah merupakan tugas dasar orang tua. Kebiasaan ini
akan menjaga pertumbuhan mental anak agar terhindar dari pengaruh-pengaruh buruk dari
lingkungan. Menjalankan ibadah bersama, membaca Al-Qur'an atau sekedar membaca doa bersama
ketika hendak makan merupakan pembelajaran yang akan sangat bermakna untuk anak. Luangkan
waktu khusus setiap hari untuk aktivitas ini.

Tips Mengatasi Anak "Nakal"

Cara mendidik anak nakal memang tidak mudah dan memerlukan sedikit usaha ekstra jika
dibandingkan dengan mendidik anak yang memiliki kepribadian yang biasa- biasa saja bahkan lebih
cenderung mudah diatur. Dalam penerapannya, banyak sekali orang tua yang tidak mampu sabar
dalam mengendalikan anak yang nakal dan mereka cenderung melakukan kekerasan kepada anak
sebagai salah satu solusi terbaik dalam mendisiplinkan anak yang nakal.

Sebagian besar orang tua mungkin menganggap bahwa hal ini merupakan hal yang benar, namun
apakah demikian? Benarkah mendidik anak yang nakal dengan jalan kekerasan akan membuat
mereka menjadi lebih disiplin?

Jawabannya tentu tidak. Mendisiplinkan anak yang nakal dengan jalan kekerasan justru akan
membuat anak semakin tidak takut dengan siapapun, bahkan cenderung menjadi bandel. Dalam hal
ini, orang tua harus menerapkan cara yang berbeda dalam menghadapi anak yang nakal namun
bukan dengan jalan melakukan kekerasan seperti main pukul terhadap anak, karena hal tersebut
akan berdampak sangat buruk pada pertumbuhan anak.

Untuk mendisiplinkan anak yang nakal. Terdapat beberapa cara yang perlu diterapkan agar anak
mnjadi disiplin dan sembuh dari kenakalannya. Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya yang
nakal menjadi disiplin, bukan? Hal ini karena memiliki anak yang nakal terkadang membuat orang
tua depresi karena merasa salah dalam mendidik anak.

Disadari atau tidak, penyebab anak menjadi penurut atau bahkan menjadi nakal memang sedikit
banyak terjadi karena campur tangan orang tua dalam menerapkan pola asuh kepada anak. Untuk
itu, bagi para rang tua khususnya para ibu yang memiliki anak yang nakal, hendaknya kita harus siap
dan lebih sabar dalam mengembalikan kepribadian anak menjadi pribadi yang disiplin yang taat.

Lantas bagaimanakah cara mendidik anak yang nakal agar mereka mamp menjadi anak yang patuh
dan disiplin sehingga dapat membanggakan kedua orang tuanya? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, kali ini kita akan membahas mengenai seputar anak yang nakal, penyebab anak menjadi
nakal serta bagaimana cara mengatasi anak yang nakal sehingga mereka dapat kembali menjadi
anak yang disiplin dan patuh terhadap kedua orang tuanya.

Sebelum mengetahui cara mendidik anak yang nakal, pertama kali yang harus diketahui oleh orang
tua adalah dengan mencari tahu apa yang menjadi penyebab sang anak menjaid nakal. Terdapat
beberapa sebab mengenai anak yang tumbuh menjadi anak yang nakal pada usia- usia tertentu yang
pada awalnya mereka sebenarnya adalah anak yang baik.

Di antara sebab- sebab tersebut antara lain adalah sebagai berikut: Ketika masih bayi atau berusia
sekitar di bawah lima tahun, anak sudah dibiasakan oleh orang tua dengan menuruti semua
kemauan anak. Hal ini sering terjadi terutama bagi orang tua yang tidak tega melihat anakanya
menangis sehingga mereka lebih memilih untuk menuruti apa yang diinginkan sang anak. Dengan
memanjakan anak seperti ini, secara tidak langsung orang tua tengah mendidik anak menjadi anak
yang semua keinginannya harus dipenuhi dan jika tidak, mereka akan mengancam kedua orang
tuanya dengan mengeluarkan jurus andalan, yakni menangis.

Hal inilah yang membuat sang anak tumbuh menjadi pribadi yang nakal ketika mereka memasuki
usia pra sekolah. Mereka akan senang merengek dan tak jarang dari mereka yang berteriak- teriak
meminta dibelikan sesuatu tanpa mempedulikan kondisi orang tua saat itu. Yang terpenting adalah
kebutuhannya, apapun keadaannya. Dengan membiasakan anak dimanja sejak kecil, akan
menumbuhkan pribadi yang egois. Orang tua tidak menegur sang anak bahkan cenderung
mentertawai mereka pada saat mereka mengucapkan kata- kata yang tidak patut. Hal ini tak jarang
pula terjadi pada masyarakat kita terutama dari kalangan orang tua yang kurang berpendidikan.
Mereka cnderung membiarkan dan mentertawakan anak mereka ketika anak- anak mereka berkata
yang tidak sopan dan bahkan berkata- kata kotor.

Dengan sikap orang tua yang seperti itu, maka anak akan menganggap bahwa apa yang ia lakukan
bukanlah suatu kesalahan sehingga anak akan cenderung mengulangi perkataan- perkataan tersebut
sehingga akan terbawa sampai ia dewasa. Melakukan pembiaran terhadap fenomena ini akan
membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang arogan dan tidak memiliki tata krama.

Kurangnya penerapan pelajaran agama kepada sang anak. Sebagai orang tua, tentu kita semua tahu
bahwa agama merupakan satu- satunya pegangan hidup yang mampu menuntun seseorang untuk
menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini perlu ditanamkan kepada anak sejak dini. Apabila anak tidak
diperkenalkan mengenai agama semenjak ia masih kecil, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang
tak terkendali sehingg tak jarang dari mereka yang tumbuh menjadi anak yang nakal.

Terlalu sering bertengkar di hadapan sang anak juga merupakan salah satu faktor utama anak
tumbuh menjadi anak yang nakal. Kejadian ini sering dialami oleh orang tua yang memiliki
kehidupan rumah tangga yang kurang harmonis dimana mereka terlalu sering bertengkar di hadapan
sang anak sehingga sang anak berpikir bahwa keluarga mereka dipenuhi dengan kebencian-
kebencian yang mengakibatkan sang anak menjadi berontak sebagai bentuk protes terhadap
perilaku kedua orang tuanya.

Apabila kita mengamati anak- anak di sekitar kita yang kedua orang tuanya memiliki kehidupan
rumah tangga yang kurang harmonis, maka hal ini sering kita jumpai pada anak- anak mereka.
Terlalu sering memberikan uang saku yang berlebihan kepada sang anak dan memfasilitasi mereka
dengan hal- hal yang sesungguhnya tidak terlalu mereka butuhkan juga menjadi penyebab utama
sang anak tumbuh menjadi pribadi yang nakal.

Hal ini biasanya terjadi di kota- kota besar yang mana anak tumbuh di dalam sebuah keluarga yang
kedua orang tuanya merupakan orang- orang yang fokus pada karir. Orang tua semacam itu
cenderung memfasilitasi anak- anaknya dengan segala kelebihan dan kecukupan dengan
menganggap bahwa mereka tidak membutuhkan kasih sayang dengan terpenuhinya hal- hal
tersebut.

Padahal, membiasakan anak dengan barang mewah justru akan membuat mereka tumbuh menjadi
pribadi yang kurang memiliki jiwa sosial dan tak jarang dari mereka akan tumbuh menjadi anak yang
nakal dan tak terkendali. Faktor di atas merupakan beberapa dari sekian banyak faktor yang dapat
menyebabkan anak menjadi nakal.

Setelah mengetahui beberapa faktor yang membuat anak tumbuh menjadi anak yang nakal, maka
langkah orang tua selanjutnya adalah dengan mulai menghentikan kebiasaan yang menjadi
penyebab anak menjadi nakal tersebut dengan menerapkan beberapa cara mendidik anak nakal.
Perlu diingat bahwa mengembalikan anak nakal menjadi penurut tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan, terlebih ketika mereka masih berusia anak- anak.

Untuk itu, terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh oleh orang tua dalam mengatasi anak-
anak yang nakal. Cara pertama yang dapat ditempuh dalam mengatasi anak yang nakal adalah
dengan menetapkan peraturan- peraturan yang tegas di rumah untuk membatasi perilaku anak yang
dirasa sudah terlewat batas. Pada tahap pertama hal ini tentu akan sangat sulit diterima oleh sang
anak, namun dengan menerapkan hukuman, maka mau tidak mau sang anak akan mematuhi
peraturan- peraturan yang ditetapkan oleh kedua orang tua.
Yang perlu menjadi catatan dalm hal ini adalah tegas bukan berarti keras, namun lebih ke arah
bijaksana. Penerapan hukuman yang diberikan kepada anak bukan dalam bentuk kekerasan fisik,
melainkan dalam bentuk lain seperti memotong uang jajan, mengurangi waktu bermain serta
mencabut beberapa fasilitas yang biasanya digunakan oleh anak seperti menghentikan untuk
memakai sepeda selama beberapa hari, dan lain- lain. Hal ini akan membuat anak berfikir untuk
lebih memilih mematuhi peraturan daripada mendapatkan konsekuensi yang ia anggan merugikan
dirinya sendiri.

Cara kedua yang dapat diterapkan dalam memberikan treatment terhadap anak yang nakal adalah
dengan memberikan anak suatu tanggung jawab dalam skala ringan yang sesuai dengan usia
mereka. Sebagai contoh, apabila anak terbiasa dengan menaruh sepatu, tas dan tidak berganti
seragam sepulang sekolah, maka anak akan kehilangan sepatunya atau tas atau barang
kesayangannya yang lain.

Dengan melatih anak untuk membiasakan diri menaruh peralatan sekolah pada tempatnya serta
berganti baju sepulang sekolah, maka anak akan merasa bertanggung jawab penuh atas dirinya
sendiri sehingga lama kelamaan anak akan cenderung menjadi anak yang bertanggung jawab.
Dengan demikian, anak yang nakal terutama yang tidak disiplin akan berubah menjadi anak yang
disiplin serta penuh tanggung jawab.

Selain menetapkan peraturan- peraturan, tak ada salahnya jika orang tua menjadi pendengar yang
baik bagi sang anak karena bisa jadi sang anak menjadi nakal akibat kurangnya perhatian dari orang
tua atau anak tidak memiliki tempat untuk bercerita mengenai apa yang dialaminya sehari- hari.

Luangkanlah waktu bersama sang anak untuk mendengarkan apa yang menjadi keluh kesah sang
anak dan berikanlah solusi terbaik dari permasalahan yang sedang mereka hadapi. Dengan menjadi
pendengar dan penasehat yang baik, hati anak yang semula kaku dan berontak akan luluh karena
mereka akan berfikir bahwa ternyata masih ada orang yang mau mendengarkan perkataannya.

Jangan selalu menjadi penasehat yang menuturi sang anak dengan petuah- petuah, namun jadilah
pendengar yang baik pula bagi mereka. Dengan demikian, kenakalan mereka perlahan- lahan akan
mereda. Dalam menarik anak yang nakal agar ia kembali menjadi anak yang baik, perlu diingat
bahwa orang tua hendaknya tidak terlalu kasar kepada anak, namun tidak terlalu lembut kepada
mereka. Bersikaplah di tengah- tengah, yakni tetap lembut namun juga tegas terhadap mereka
apabila mereka melakukan kesalahan.

Dengan demikian, sang anak akan menyadari kesalahan- kesalahan yang mereka lakukan dan
mereka akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk bagi mereka. Sehingga, sang anak
akan mampu mengendalikan diri mereka sendiri dan akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki
jiwa yang stabil dan berpendirian kuat. Dengan menerapkan beberapa solusi untuk menghentikan
anak yang nakal dan mengubah mereka menjadi anak yang baik dan patuh, maka orang tua akan
mendapatkan anak yang baik, berkepribadian serta memiliki tata krama yang terpuji dalam
masyarakat.

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai ( 2 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::4 Fase Penting Anak:::

Dalam kumpulan riwayat tentang pendidikan anak, sebagaimana dikutip dari Athfalul Muslimin
karya Jamal Abdurrahman, sejatinya terdapat 4 fase penting anak dalam islam yang perlu diketahui
oleh semua orang tua sebagaimana berikut.

1. Bermain dan bermanja pada usia 0-6 tahun

Usia 0-6 tahun merupakan masa-masa emas saat anak mengalami pesatnya perkembangan otak.
Karena itu, untuk mengembangkan potensi terbaiknya orang tua perlu menghujaninya dengan kasih
sayang. Rasulullah saw diriwayatkan sangat senang bermain-main dengan anak-anak pada usia ini.
Bermain-main apa saja yang disukai dan diinginkan menurut penelitian dapat mengembangkan
kecerdasan dan membuat anak mengeksplorasi berbagai hal baru.

Rasul saw juga melarang orang tua menggunakan kekerasan seperti memukul dan membentak pada
anak usia 0-6 tahun. Kekerasan terbukti dapat mematikan perkembangan sel-sel neuron yang
sedang tumbuh pesat. Ini artinya mematikan potensi emasnya.

2. Pengenalan disiplin dan tanggung jawab pada usia 7-14 tahun


Anak mulai diajarkan cara-cara shalat pada fase ini. Mereka diajak untuk mulai berdisiplin dan
mengenal tanggung jawab. Sebuah riwayat mengatakan bahwa bila mereka menolak, orang tua
diperbolehkan menggunakan cara sedikit keras seperti memukul.

Memukul tentu bukan dilakukan dengan emosional, tetapi sekadar untuk mengingatkan mereka
pentingnya kewajiban, disiplin, dan tanggung jawab.

3. Pendekatan antar teman pada usia 15-21 tahun

Ini adalah fase remaja saat anak mulai mencari jati diri. Orang tua tidak lagi dapat menggunakan cara
kekerasan karena pada usia ini umumnya diri anak akan dipenuhi dengan sikap memberontak. Akan
lebih baik bila orang tua mengakrabkan diri dan berteman dengan anak agar dapat menjadi
pendengar dan penasehat yang baik bagi segala permasalahan dan dilema remaja.

4. Pemberian kepercayaan dan kebebasan secara penuh pada usia 21 tahun ke atas

Pada usia ini anak telah memasuki fase kedewasaan. Anak mulai dihadapkan pada berbagai
persoalan dan diharapkan dapat menyelesaikannya secara mandiri. Karena itu, sebaiknya orang tua
memberikan kebebasan dan kepercayaan secara penuh pada anak.

Peran orang tua adalah menjadi penasehat, pengawas bagi perilaku dan sikap mereka, dan yang
terpenting selalu mendoakan mereka. Saatnya bagi mereka untuk mengamalkan pendidikan yang
kita tanamkan selama 20 tahun sejak mereka kecil. Usia kanak-kanak adalah masa keemasan dalam
kehidupan seseorang. Segala yang dipelajari dan dialami pada masa ini –dengan izin Allah
Subhanahu wa Ta’ala– akan membekas kelak di masa dewasa.

Tak heran bila di kalangan pendahulu kita yang shalih banyak kita dapati tokoh-tokoh besar yang
kokoh ilmunya, bahkan dalam usia mereka yang masih relatif muda. Dari kalangan sahabat, ada
‘Abdullah bin ‘Umar, ‘Abdullah bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin Mas’ud, Mu’adz bin Jabal, Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhum, dan banyak lagi. Kalangan setelah mereka, ada Sufyan Ats-Tsauri, Al-Imam
Malik, Al-Imam Asy-Syafi’i, dan Al-Imam An-Nawawi rahimahumullah.

Begitulah memang. Dari sejarah kehidupan mereka kita bisa melihat, mereka telah sibuk dengan
ilmu dan adab semenjak usia kanak-kanak. Jadilah –dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala–
apa yang mereka pelajari tertanam dalam diri dan memberikan pengaruh terhadap pribadi.
Demikian yang diungkapkan oleh ‘Alqamah rahimahullahu:
“Segala sesuatu yang kuhafal ketika aku masih belia, maka sekarang seakan-akan aku melihatnya di
atas kertas atau lembaran catatan.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/304) Bahkan ayah ibu mereka
berperan dalam mengarahkan dan membiasakan anak-anak untuk menyibukkan diri dengan ilmu
agama sejak dini dan menghasung mereka untuk mempelajari adab.

Muhammad bin Sirin rahimahullahu mengatakan:

“(Para pendahulu kita) mengatakan: ‘Muliakanlah anakmu dan perbaikilah adabnya!’.” (Jami’ Bayanil
‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/308) Senada dengan ini, Ibnul Anbari rahimahullahu mengatakan pula:

“Barangsiapa mengajari anaknya adab semasa kecil, maka akan menyejukkan pandangannya ketika
si anak telah dewasa.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/306)

Dari kalangan sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Umar ibnul Khaththab radhiyallahu
‘anhu contohnya. Beliau selalu menyertakan putranya, ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma di
majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara orang-orang yang duduk di sana adalah
orang-orang dewasa. Bahkan betapa inginnya ‘Umar agar putranya menjadi seorang yang terkemuka
di antara para sahabat yang hadir di situ dari sisi ilmu.

‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma menceritakan: “Dulu kami pernah duduk di sisi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bertanya pada kami, ‘Beritahukan kepadaku tentang
sebatang pohon yang menyerupai atau seperti seorang muslim, tidak pernah gugur daunnya, tidak
demikian dan demikian, selalu berbuah sepanjang waktu.’ Waktu itu terbetik dalam benakku bahwa
pohon itu adalah pohon kurma, tapi kulihat Abu Bakr dan ‘Umar tidak menjawab apa pun sehingga
aku pun merasa segan untuk menjawabnya.

Tatkala para sahabat tidak juga mengatakan apa pun, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Itu pohon kurma.” Ketika kami bubar, kukatakan kepada (ayahku) ‘Umar, “Wahai Ayah,
sebetulnya tadi terlintas di benakku bahwa itu pohon kurma.”“Lalu apa yang membuatmu tidak
menjawab?” tanya ayahku. “Aku melihat anda semua tidak berbicara, hingga aku merasa segan pula
untuk menjawab atau mengatakan sesuatu,” jawab Ibnu ‘Umar. ‘Umar pun berkata, “Sungguh, kalau
tadi engkau menjawab, itu lebih kusukai daripada aku memiliki ini dan itu!” (HR. Al-Bukhari no. 4698)

Lihat pula Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha yang menghasung putranya, Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu untuk selalu melayani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di usia kanak-kanaknya. Ummu
Sulaim radhiyallahu ‘anha mengantarkan anaknya memperoleh faedah besar berupa ilmu dan
pendidikan dari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menuturkan,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah ketika aku berumur delapan tahun. Maka
ibuku pun menggandengku dan membawaku menghadap beliau. Ibuku mengatakan pada beliau,
“Wahai Rasulullah, tak seorang pun yang tersisa dari kalangan orang-orang Anshar, baik laki-laki
maupun perempuan, kecuali telah memberikan sesuatu padamu. Sementara aku tidak mampu
memberikan apa-apa kepadamu, kecuali putraku ini. Ambillah agar dia bisa membantu melayani
keperluanmu.” Maka aku pun melayani beliau selama sepuluh tahun. Tak pernah beliau memukulku,
tak pernah mencelaku maupun bermuka masam kepadaku.” (Siyar A’lamin Nubala’, 3/398)

Begitu pula ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, sepupu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Baru belasan tahun umurnya ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, sementara
sebelum itu dia banyak mengambil faedah ilmu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta
mendapatkan doa beliau. ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengungkapkan, bagaimana
inginnya dia mendapatkan ilmu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Aku pernah tidur di rumah Maimunah pada malam ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bermalam di sana untuk melihat bagaimana shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di waktu
malam.” (HR. Al-Bukhari no. 698 dan Muslim no. 763) Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
wafat, semangat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma untuk mencari ilmu tidaklah surut.

Didatanginya para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ada pada saat itu untuk
mendengarkan hadits dari mereka. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menceritakan tentang hal ini:
“Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan waktu itu aku masih belia, aku berkata
kepada salah seorang pemuda dari kalangan Anshar, ‘Wahai Fulan, mari kita bertanya pada para
sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan belajar dari mereka, mumpung mereka sekarang
masih banyak!’

Dia menjawab, ‘Mengherankan sekali kau ini, wahai Ibnu ‘Abbas! Apa kau anggap orang-orang butuh
kepadamu sementara di dunia ini ada tokoh-tokoh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam sebagaimana yang kaulihat?’ Aku pun meninggalkannya. Aku pun mulai bertanya dan
menemui para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Suatu ketika, aku mendatangi
seorang sahabat untuk bertanya tentang suatu hadits yang kudengar bahwa dia mendengarnya dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ternyata dia sedang tidur siang. Aku pun rebahan
berbantalkan selendangku di depan pintunya, dalam keadaan angin menerbangkan debu ke
wajahku.

Begitu keadaanku sampai dia keluar. ‘Wahai putra paman Rasulullah, kenapa engkau ini?’ tanyanya
ketika dia keluar. ‘Aku ingin mendapatkan hadits yang kudengar engkau menyampaikan hadits itu
dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku ingin mendengar hadits itu darimu,’ jawabku.
‘Mengapa tidak kau utus saja seseorang kepadaku agar nantinya aku yang mendatangimu?’ katanya.
‘Aku lebih berhak untuk datang kepadamu,’ jawabku. Setelah itu, ketika para sahabat telah banyak
yang meninggal, orang tadi (dari kalangan Anshar tersebut, red.) melihatku dalam keadaan orang-
orang membutuhkanku. Dia pun berkata padaku, ‘Engkau memang lebih berakal daripadaku’.” (Jami’
Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 1/310)

Dari kalangan setelah tabi’in, kita kenal Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu. Salah satu hal
yang mendorong Sufyan Ats-Tsauri sibuk menuntut ilmu sejak usia dini adalah hasungan, dorongan,
dan arahan ibunya agar Sufyan mengambil faedah dari para ulama, baik berupa ilmu maupun faedah
yang didapatkan dengan duduk bersama mereka, hingga ilmu yang diperolehnya akan memiliki
pengaruh terhadap akhlak, adab, dan muamalahnya terhadap orang lain.

Ketika menyuruh putranya untuk hadir di halaqah-halaqah ilmu maupun majelis-majelis para ulama,
ibunda Sufyan Ats-Tsauri berpesan, “Wahai anakku, ini ada uang sepuluh dirham. Ambillah dan
pelajarilah sepuluh hadits! Apabila kaudapati hadits itu dapat merubah cara dudukmu, perilakumu,
dan ucapanmu terhadap orang lain, ambillah. Aku akan membantumu dengan alat tenunku ini! Tapi
jika tidak, maka tinggalkan, karena aku takut nanti hanya akan menjadi musibah bagimu di hari
kiamat!” (Waratsatul Anbiya’, hal.36-37)

Begitu pula ibu Al-Imam Malik rahimahullahu, dia memerhatikan keadaan putranya saat hendak
pergi belajar. Al-Imam Malik mengisahkan: “Aku berkata kepada ibuku, ‘Aku akan pergi untuk
belajar.’ ‘Kemarilah!’ kata ibuku, ‘Pakailah pakaian ilmu!’ Lalu ibuku memakaikan aku mismarah
(suatu jenis pakaian) dan meletakkan peci di kepalaku, kemudian memakaikan sorban di atas peci
itu. Setelah itu dia berpesan, ‘Sekarang, pergilah untuk belajar!’ Dia juga pernah mengatakan,
‘Pergilah kepada Rabi’ah2! Pelajarilah adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya!’ (Waratsatul
Anbiya’, hal. 39)

Biarpun dalam keadaan kekurangan, mestinya keadaan itu tidak menyurutkan keinginan orangtua
untuk memberikan yang terbaik bagi sang anak. Lihat bagaimana ibu Al-Imam Asy-Syafi’i berusaha
agar putranya mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang baik.

Diceritakan oleh Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu: “Aku adalah seorang yatim yang diasuh sendiri
oleh ibuku. Suatu ketika, ibuku menyerahkanku ke kuttab3, namun dia tidak memiliki sesuatu pun
yang bisa dia berikan kepada pengajarku. Waktu itu, pengajarku membolehkan aku menempati
tempatnya tatkala dia berdiri. Ketika aku telah mengkhatamkan Al-Qur’an, aku mulai masuk masjid.
Di sana aku duduk di hadapan para ulama. Bila aku mendengar suatu permasalahan atau hadits yang
disampaikan, maka aku pun menghafalnya. Aku tak bisa menulisnya, karena ibuku tak memiliki harta
yang bisa dia berikan kepadaku untuk kubelikan kertas. Aku pun biasa mencari tulang-belulang,
tembikar, tulang punuk unta, atau pelepah pohon kurma, lalu kutulis hadits di situ. Bila telah penuh,
kusimpan dalam tempayan (guci) yang ada di rumah kami. Karena banyaknya tempayan terkumpul,
ibuku berkata, ‘Tempayan-tempayan ini membuat sempit rumah kita.’ Maka kuambil tempayan-
tempayan itu dan kuhafalkan apa yang tertulis di dalamnya, lalu aku membuangnya. Sampai
kemudian Allah memberiku kemudahan untuk berangkat menuntut ilmu ke negeri Yaman.”
(Waratsatul Anbiya’, hal. 36)

Namun betapa mirisnya hati kita bila melihat anak-anak kaum muslimin sekarang ini. Dalam usia
yang sama dengan para tokoh ini tadi, mereka tidak mempelajari ilmu agama ataupun memperbaiki
adabnya. Akankah kita biarkan ini terus berlangsung?
#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (3 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

Assalamu'alaijum ustadz saya yani dari tasikmalaya mau tanya dari materi audio tadi di sampaikan
bahwa kewajiban istri itu cuma ada 2. yang pertama ta'at kepada suami, yang ke 2 memenuhi
kebutuhan biologis suami. tp saya pernah denger ceramah dr salah satu ustad bahwa kewajiban istri
itu ta'at kepada suami dan mendidik anak2 serta mengelola keuangan yg di berikan suami yang
benernya yg mana ya ustad? soalnya dari dua penjelasan gak di settakan hadiat nya

Jawaban :

Wa'alaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh

Memang benar kalau kita merujuk dalam Al-Qur'an maka hanya ada 2 kewajiban tersebut. Namun
jika kita juga merujuk dan mempelajari hadist maka penjabarannya sebagai berikut :

- Mentaati perintah suami. Istri memang diwajibkan mentaati perintah suami sebagai pemimpin
dalam rumah tangga. Namun, tidak semua perintah harus di taati yaitu saat suami memerintahkan
perkara yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya. Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada ketaatan dalam
perkara maksiat. Ketaatan itu hanya dalam perkara yang ma’ruf (kebaikan).” (HR. Bukhari dan
Muslim).

- Tidak keluar rumah kecuali atas izin suami. Allah swt berfirman: “Dan hendaklah kamu tetap di
rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang
dahulu.” (QS. Al-Ahzab : 33). Selain itu, Ibnu Thaimiyah pun berkata dalam kitabnya: “Tidak halal bagi
seorang istri keluar dari rumah kecuali dengan izin suaminya.” Beliau juga berkata: “Bila si istri keluar
rumah suami tanpa izinnya berarti ia telah berbuat nusyuz (membangkang), bermaksiat kepada Allah
swt., dan rasul-Nya, serta pantas mendapatkan siksa.”
- Taat kepada suami ketika di ranjang. Dari Abu Hurairah Nabi saw bersabda: “Jika seorang pria
mengajak istrinya ke ranjang, lantas si istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya
hingga waktu subuh.” (HR. Bukhari dan Muslim). Untuk itu, istri haruslah dapat memenuhi
kebutuhan suami di atas ranjang terkecuali ada udzur seperti sakit, haidh, nifas, dan lain-lain maka
bicarakanlah secara baik-baik dengan suami.

- Tidak mengizinkan orang lain masuk rumah kecuali dengan izin suami. Rasulullah saw bersabda:
“Tidak halal bagi seorang istri untuk berpuasa (sunnah), sedangkan suaminya ada kecuali dengan
izinnya. dan ia tidak boleh mengizinkan orang lain masuk rumah suami tanpa izin darinya. Dan jika ia
menafkahkan sesuatu tanpa ada perintah dari suami, maka suami mendapat setengah pahalanya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

- Tidak berpuasa sunnah kecuali dengan izin suami. Jika seorang istri berpuasa (selain puasa
Ramadhan) tanpa izin suaminya, puasanya tetap sah tapi ia telah melakukan keharaman.
Menunaikan hak suami adalah suatu kewajiban, sedangkan berpuasa sunnah hukumnya adalah
sunnah. Maka, kewajiban harus lebih diutamakan daripada yang sunnah.

Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah menerangkan, “Dalam hadits yang menerangkan masalah ini
terdapat pelajaran bahwa menunaikan hak suami itu lebih utama daripada menjalankan kebaikan
yang hukumnya sunnah. Karena menunaikan hak suami adalah suatu kewajiban. Menjalankan yang
wajib tentu mesti didahulukan dari menjalankan ibadah yang sifatnya sunnah.” (Fathul Bari, 9/296)

Imam Nawawi rahimahullah menerangkan, “Sebab terlarangnya berpuasa tanpa izin suami di atas
adalah karena suami memiliki hak untuk bersenang-senang (dengan bersetubuh, pen) bersama
pasangannya setiap harinya. Hak suami ini tidak bisa ditunda karena sebab ia melakukan puasa
sunnah atau melakukan puasa wajib yang masih bisa ditunda.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 115)

Allahu A'lam

Nb :

- Pertanyaan harus sesuai dengan tema materi perkuliahan

- Tidak semua pertanyaan dijawab oleh admin & pembina KKS. Hanya pertanyaan terpilih dan
penting serta mewakili beberapa pertanyaan yang akan segera dijawab.

- Mohon bersabar menunggu jawaban.

(Rizki Pamula, Bandung)


Bagaimana membuat istri menjadi lemah lembut ustadz? Karena sebenernya watak bawaan
perempuan pemalu dan lemah lembut

Jawaban :

Kalau hal tersebut adalah karakter istri maka membutuhkan proses untuk merubahnya. Meskipun
pada umumnya wanita adalah lembut tetapi ada beberapa wanita dari suku tertentu yang terlahir
dari keluarga keras sehingga membentuk karakternya menjadi keras.

Dalam hal ini diperlukan kesabaran seorang suami dalam merubah karakter istri. Hal utama yang
harus dilakukan suami adalah memahami betul karakter istri. Bagaimana cara bicara, pilihan kata,
mimik wajah dan hal lainnya.

Ketika suami sudah memahami betul karakter istri maka rubah pelan-pelan. Ingatkan istri ketika cara
bicaranya keras, bimbing dia menggunakan cara yang lemah lembut. Perlu diingat bahwa hal ini
membutuhkan ekstra kesabaran suami dalam membimbing istri.

Hal yang penting juga adalah menganjurkan istri bergaul dengan wanita yang lemah lembut. Hal ini
akan memotivasi istri untuk terus memperbaiki diri.

Allahu A'lam

Nb :

- Pertanyaan harus sesuai dengan tema materi perkuliahan

- Tidak semua pertanyaan dijawab oleh admin & pembina KKS. Hanya pertanyaan terpilih dan
penting serta mewakili beberapa pertanyaan yang akan segera dijawab.

- Mohon bersabar menunggu jawaban.

(Kunkun Syaiful Millah)

Bagaimana caranya agar anak nurut dan patuh kepada kita ustadz?

Jawaban :
1. Ajarilah anak anda peraturan-peraturan dalam bentuk kalimat berita bukan kalimat perintah.

Misalnya sebagai ganti dari ucapan ”Jangan letakkan buku sembarangan!” dengan ”Buku itu
tempatnya di rak buku”, dan semisalnya. Dengan perkataan semacam ini, anak tidak akan merasa
sebagai objek perintah tetapi dia merasa diperhatikan dan menjadi subjek. Pada akhirnya dia akan
mempunyai rasa tanggung jawab terhadap barang-barangnya.

2. Jelaskan aturan-aturan itu dengan baik kepadanya dan bimbinglah dia.

Misalnya sebagai ganti dari ucapan ”Kembalikan lagi mainanmu ke tempatnya!”, katakanlah ”Adalah
hal baik bila kamu mengembalikan mainanmu ke tempatnya agar tidak rusak”, apabila dia menolak,
maka katakanlah ”Ayo kita kumpulkan bersama-sama”.

3. Bila anak berbuat salah maka jangan sandarkan pada pribadinya, tetapi sandarkan pada
perbuatan salahnya.

Misalnya katakanlah ”Perbuatan ini tidak benar”, jangan katakan ”Apa yang telah kamu perbuat?”.
jangan pula menyifatinya dengan bodoh atau malas, karena akan melukai perasaannya dan
menjadikannya rendah diri

4. Hargailah keinginan-keinginan anak anda.

Bila anak mempunyai keinginan untuk memiliki semua mainan yang dipajang di toko ketika ke pasar,
maka sebagai ganti dari hardikan kepadanya dengan sifat ”tamak”, katakanlah kepadanya ”Boleh
saja engkau menginginkan semua mainan ini, tetapi sekarang pilihlah satu saja dan yang lain untuk
waktu yang akan datang”, atau buatlah kesepakatan kepadanya sebelum pergi ke pasar ”Apapun
yang engkau lihat, maka hanya satu permintaan yang dikabulkan”. Dengan hal ini, anakmu akan
merasakan bahwa anda tetap memperhatikan keinginannya.

5. Perhatikan dan pahamilah anak anda bahwa bisa jadi ia tidak taat kepada perintah anda karena
ada suatu masalah yang sedang dia alami.

Oleh sebab itu, carilah celah untuk berbicara dengan dia dari hati ke hati. Berilah kesempatan
kepadanya untuk bicara dan usahakan tidak memotong pembicaraannya.
6. Hindari cara mengancam dan “menyuap”

Jika anda menggunakan cara ancaman secara terus-menerus agar dia taat maka kelak anak anda
akan mengacuhkanmu sehingga anda mengancamnya. Demikian juga “suap” akan menjadikannya
tidak taat hingga anda mengatakan kepadanya ”Aku akan memberimu mainan baru jika kamarmu
bersih”, maka dia menaati anda karena ingin mainan bukan untuk membantu keluarganya atau
melaksanakan kewajibannya

7. Berilah pujian dan apresiasi

Berilah pujian dan apresiasi bila dia taat dalam suatu tugas dan berilah selamat kepadanya ”Bagus”
atau ”Jazakallahu khairan” atau ”Pekerjaan yang hebat”, “Anak yang rajin”, sehingga dia akan
termotivasi melakukannya pada waktu yang lain. Apabila dia berbuat sebaliknya / hal buruk maka
katakanlah, “Rajinnya anak ibu itu kamarnya selalu dibersihkan sendiri”, ”Alangkah hebatnya anak
itu hafal 10 juz Al-Qur’an, tentunya engkau juga bisa kan?”. Sebagian bapak memberikan hadiah
kepada anaknya untuk memotivasi mereka seperti menghafal satu hadits dengan memberi mereka
satu tanda bintang di pakaian, jika sudah lima atau maka mereka mengajak mereka rekreasi.

Allahu A'lam

Nb :

- Pertanyaan harus sesuai dengan tema materi perkuliahan

- Tidak semua pertanyaan dijawab oleh admin & pembina KKS. Hanya pertanyaan terpilih dan
penting serta mewakili beberapa pertanyaan yang akan segera dijawab.

- Mohon bersabar menunggu jawaban.

(Ahmad Zainudien)

Ust Ana mau Tanya ,Ada seseorang dah hampir 1 th menikah, tapi belum prnah berhubungan
dengan istri, karna istri dekat ajah dgn dia gk mau ,kalo tidur selalu memblakangi nya. Apakah boleh
klo dia menceraikan nya?,atau Ada solusi yg lain

Jawaban :

Terpenting, langkah awal adalah ketahui penyebabnya, jika sudah, cobalah cari solusi.
Perlu diketahui para pria adalah, wanita tak mudah mengungkapkan perasaan. Jadi cobalah lebih
perhatian agar dapat mengetahui akar permasalahannya tanpa harus bertanya pada istri.

Ada beberapa penyebab sehingga istri tidak mau melakukan kewajibannya, salah satunya adalah
trauma. Mungkin istri pernah melihat di film atau istri mempunyai persepsi yang salah dalam
hubungan intim.

Saran kami yang utama adalah cari akar permasalahannya dahulu baru nanti bisa dikonsultasikan
lagi.

Perceraian adalah langkah paling akhir ketika semua usaha yang terbaik sudah dilakukan.

Allahu A'lam

Nb :

- Pertanyaan harus sesuai dengan tema materi perkuliahan

- Tidak semua pertanyaan dijawab oleh admin & pembina KKS. Hanya pertanyaan terpilih dan
penting serta mewakili beberapa pertanyaan yang akan segera dijawab.

- Mohon bersabar menunggu jawaban.

*KARAKTERISTIK SUAMI DAN ISTRI YANG SHALIH* (Bag. 1)

Keshalihan suami istri dalam membangun keluarga Islami, keluarga yang sakinah mawaddah wa
rohmah harus sama. Sehingga visi dan misi yang dimiliki sama2 bertujuan untuk membangun
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Suami sebagai imam dalam keluarga memiliki tanggung jawab yang besar di dunia dan akhirat.
Kebahagiaan keluarga banyak ditentukan oleh peran kepemimpinan suami. Karena itu suami harus
menjadi imam yang shalih. Demikian juga istri yang menjadi sumber kebahagiaan suami dan menjadi
sekolah bagi anak-anaknya.
Keceriaan suami dan keberhasilan pendidikan anak-anak sangat bergantung pada peran ibu. Karena
itu, sebagai istri dan sekaligus sebagai ibu harus shalihah. Allah telah menyebutkan karakteristik
yang sama bagi suami shaleh dan istri shalihah di dalam Surat 33, QS Al Ahzab : 35.

‫والخاشعين والصابرات والصابرين والصادقات والصادقين والقانتات والقانتين والمؤمنات والمؤمنين والمسلمات المسلمين ان‬
‫اعدهللا والذاكرات كثيرا هللا والذاكرين والحافظات فروجهم والحافظين والصائمات والصائمين والمتصدقات والمتصدقين والخاشعات‬
‫عظيما واجرا مغفرة لهم‬.

" Sesungguhnya laki2 dan perempuan yang muslim, laki2 dan perempuan yang mukmin, laki2 dan
perempuan yang tetap dalam ketaatan, laki2 dan perempuan yang benar, laki2 dan perempuan yang
sabar, laki2 dan perempuan yang khusyuk, laki2 dan perempuan yang bersedekah, laki2 dan
perempuan yang shaum, laki2 dan perempuan yang menjaga kehormatannya , laki2 dan perempuan
yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar". ( QS Al Ahzab : 35 ).

Sebab turunnya ayat ini adalah suatu hari Ummu Salamah berkata kepada Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wasallam : mengapa kami secara eksplisit tidak disebut dalam Al-Qur'an sebagaimana kaum
laki2? Beliau tidak memperhatikan pertanyaan itu sampai suatu hari beliau memanggil diatas
mimbar dan bersabda:

" Wahai manusia sesungguhnya Allah berfirman

‫ والمسلملت المسلمين ان‬.........

sampai akhir ayat ". ( HR. Ahmad " ).

Dengan turunnya ayat ini maka Allah telah mengarahkan suami istri agar memiliki karakter yang
sama dalam berkeluarga yaitu karakter orang yang shalih agar bisa sukses membentuk keluarga yang
Islami yang sakinah mawaddah wa rahmah.

Karakter yang harus dimiliki oleh suami shalih dan istri shalihah yang sudah disebut dalam surat 33
(Al Ahzab) : 35 itu saling terkait sehingga bisa menjadi pribadi yang shalih dan Islami yaitu Islam,
iman, tunduk, benar ( jujur ), sabar, khusyuk, bersedekah, berpuasa, menjaga kehormatan, dan
banyak berzikir kepada Allah.

Karakteristik Islam yang disebut dalam ayat itu adalah masuk ke dalam agama Islam disertai tunduk
patuh dan mengamalkan syariatnya dalam kehidupan sehari- hari. Sebagai mana Rasulullah
bersabda saat ditanya tentang Islam :
‫سبيال اليه استطاع ان البيت وتحج رمضان وتصوم الزكاة وتؤت الصالة وتقيم هللا رسول محمدا وان هللا اال اله ال ان تشهد ان اْلسالم‬.
‫مسلم رواه‬.

Islam adalah hendaknya kamu bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, nabi Muhammad adalah
Rasul Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, shaum di bulan romadhan, dan pergi haji ke
Baitullah bagi yang mampu (HR Muslim)

_Karakteristik ke 2_ adalah *iman*, Rasulullah bersabda saat ditanya tentang iman , yaitu :

‫ وشره خيره بالقدر وتؤمن االخر واليوم ورسله وكتبه مالئكته و باهلل تؤمن ان‬. ‫مسلم رواه‬

" Hendaknya kamu beriman kepada Allah, para malaikat, kitab- kitab, para Rasul Nya, hari akhir dan
takdir yang baik dan yang buruk." ( HR. Muslim )

Bersambung

Ustzh. DR. Hj. Aan Rohanah, Lc , M.Ag

ww.iman-islam.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (2 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

*KARAKTERISTIK SUAMI DAN ISTRI YANG SHALIH* (Bag-2 selesai)


Menurut Sayyid Quthub dalam buku tafsirnya "Fii Dzilaalil Quran" bahwa Islam dan iman itu
mempunyai hubungan yang erat, salah satu sisi dari keduanya merupakan sisi bagi yang lain. Sebab
makna Islam adalah tunduk dan patuh , sedangkan makna iman adalah pembenaran dengan
keyakinan. Sedangkan Islam adalah tuntutan iman, dan iman yang benar harus tumbuh dari Islam.

Karakteristik yang ke 3 adalah tunduk dan patuh. Maksudnya adalah ketaatan yang tumbuh dari
Islam dan iman. Tunduk yang didasarkan dari keridhaan bukan paksaan . Muhammad bin Ali Asy-
syaukani dalam buku tafsirnya " Fathul Qadiir" menjelaskan bahwa yang dimaksud tunduk disini
adalah selalu beribadah dan taat kepada Allah.

Karakter yang ke 4 adalah benar ( jujur ) yaitu orang yang selalu menjaga kejujurannya dan tidak
mau berdusta.

Rumah tangga yang menjaga kejujurannya dapat menjaga kehormatan dan saling percaya antara
suami dan istri.

Karakteristik yang ke 5 adalah sabar, yaitu sabar dalam taat melakukan perintah Allah, sabar dalam
menjauhi larangan Allah, dan sabar menghadapi musibah. Maka dengan sabar ini keluarga yang
dibangun bisa menjadi keluarga yang Islami yang istiqomah dan bahagia dalam kondisi apapun.

Karakteristik yang ke 6 adalah khusyuk. Khusyuk merupakan sifat hati dan anggota tubuh yang
sedang terpengaruh oleh kebesaran dan keagungan Allah SWT sehingga bertambah ketakwaan dan
amal shalehnya.

Karakteristik yang ke 7 yaitu bersedekah. Tidak bersifat bakhil dengan karunia rizki yang diberikan
Allah kepadanya.

Bersedekah menunjukkan kesucian jiwa dan cinta kasih kepada sesama manusia.

Bersedekah sebagai tanda setia terhadap hak harta dan bersyukur kepada Allah atas nikmat rizki dari
Nya.

Karakteristik yang ke 8 adalah shaum/berpuasa.

Berpuasa untuk bisa melatih diri dalam mengendalikan kehendak diri untuk bisa istiqomah di jalan
yang diridhai Allah.

Karakteristik yang ke 9 adalah menjaga kehormatan.

Menjaga kehormatan sebagai tanda setia kepada Islam dan setia kepada pasangan serta setia
kepada anak cucu, keturunan dan keluarga besar. Kehormatan yang terjaga tidak akan menodai dan
mencederai jiwa mereka semua.
Karakteristik yang ke 10 adalah banyak berzikir kepada Allah. Banyak berzikir menunjukkan kuatnya
hubungan dengan Allah SWT, agar seluruh prilaku zhahir dan bathin selalu berlimpah cahaya Ilahi
rabbi sehingga tidak berada di jalan yang dimurkai.

10 karakteristik keshalehan yang harus dimiliki suami istri yang disebut dalam surat al-ahzaab ini
memudahkan mereka dalam membangun keluarga Islami yang sakinah mawaddah wa rohmah.
Mereka akan bahagia selalu sampai nanti di surga Nya, amin.

Ustzh. DR. Hj. Aan Rohanah, Lc , M.Ag

www.iman-islam.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (2 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Menjadikan Kekurangan Suami sebagai Anugerah:::

Sebagai seorang istri diri ini sering mengeluh, kenapa sih punya suami makin hari tambah gendut,
kurang rajin, ngga mau olah raga. Ibadahnya tidak seperti yang diharapkan. Padahal kan harusnya
suami itu jadi suri tauladan yang baik bagi anak dan istrinya.

Ketidaksempurnaan yang hadir pada suami dan nampak terlihat terus menerus sepanjang hari pada
akhirnya akan mengingatkan pada suri tauladan sejati Rasulullah ‫ﷺ‬. Bagaimana berbagai riwayat
yang menceritakan keseharian rumah tangga Rasulullah ‫ﷺ‬, cara beliau memperlakukan istrinya dan
sebagainya.
Ahirnya kekurangan suami kita juga akan menjadi pemicu besar akan kerinduan pada Rasulullah
yang santun dan berahlak mulia. Menjadi dorongan juga agar kelak bisa duduk bersebelahan dengan
beliau. Di samping itu, semakin melihat kekurangan suami akhirnya sadar bahwa sejatinya yang
harusnya dicinta dirindu dijadikan tempat mengadu memohon bersandar berharap adalah bukan
manusia bahkan bukan suami yang katanya belahan jiwa tapi hanya Allah Yang Maha Rahman.

Kekurangan pasangan kita menjadi anugrah, yang pada ahirnya menumbuhkan sayang kita pada
pasangan. Dengan ucapan lain “Karena kekurangan dirimu "sayang", aku hanya berharap pada-Nya.
Sebab apa adanya dirimu Kanda, aku jadi sibuk mengidolakan Rasulullah ‫ﷺ‬. Terimakasih untuk
pelajarannya Beib.”

Dan saat hikmah itu datang. Rasa syukur yang dalam akan terasa, kemudian menular pada suami.
Jika sudah syukur, sayang menyayangi tinggal mengikuti. Ketika suami sadar bahwa ia bukan lagi jadi
idola, ia pun akan segera sibuk memperbaiki dirinya, mencontoh Rasulullah ‫ﷺ‬. Agar bisa kembali jadi
idola istrinya, akhirnya perbaikan muncul di mana-mana, lama-lama anak-anak juga ikut di perbaiki.
Selanjutnya sakinah, mawaddah wa rahmah semoga segera mengikuti. Aamiin.

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS.
Al-‘Aĥzāb ayat 21)

Fitri Amalia, Bengkulu

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (2 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Sepucuk Surat Cinta untuk Pasangan, Masih Perlukah?:::


Dalam kehidupan berumah tangga, kadang dijumpai ada pasangan yang kesulitan dalam melakukan
pembicaraan. Suami sulit berbicara kepada istri, atau istri sulit berbicara kepada suami.

Masing-masing dari mereka bisa mudah berbicara kepada orang lain, kepada teman dan kerabat,
namun justru sulit berbicara kepada pasangan hidupnya sendiri. Ketika di rumah, seperti kehilangan
kata-kata, atau kehilangan gairah untuk berbicara dengan pasangan.

Ada banyak sebab mengapa sulit berbicara dengan pasangan. Sebagian orang karena memiliki tipe
tertutup dan dan karakter pendiam, sedikit bicara. Hal ini karena bentukan dari latar belakang
keluarga maupun sejarah kehidupannya, selain dipengaruhi pula oleh kultur.

Jika ada yang bertipe tertutup, mungkin cukup sulit baginya untuk memulai komunikasi rutin dengan
pasangan. Diperlukan energi yang lebih untuk memulai dan membuka komunikasi rutin dengan
pasangan secara lancar dan menyenangkan.

Sebagian orang sulit berbicara dengan pasangan karena latar belakang persoalan yang tengah
melanda keluarga. Ada konflik suami dan istri yang belum terselesaikan, dan masih tersimpan bagai
bara dalam sekam.

Dipendamnya konflik berlama-lama antara suami dan istri, membuat mereka saling tidak nyaman
untuk berbicara satu dengan yang lainnya. Keduanya memilih diam, dengan alasan agar tidak
meledak konflik yang lebih besar di antara mereka berdua.

Pada sebagian orang lagi, yang terjadi bukanlah masalah kemalasan atau keengganan untuk
berbicara, akan tetapi tidak tahu bagaimana cara melakukan komunikasi yang menyenangkan
dengan pasangan. Benar-benar tidak tahu, bukannya tidak mau.

Tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan keinginan, bagaimana cara menyampaikan harapan,
bagaimana cara mengutarakan pendapat yang menyenangkan pasangan. Ada suami atau istri yang
tidak tahu bagaimana harus mengawali dan merutinkan itu semua.

Mencoba Berbagai Macam Cara

Jika anda selama ini termasuk orang yang merasa kesulitan untuk berbicara dan mengobrol santai
dengan pasangan, ingatlah bahwa segala sesuatu yang sulit biasanya adalah pada awalnya. Memulai
sesuatu yang belum terbiasa memang tidak gampang, diperlukan kesanggupan diri untuk mengiring
langkah pertama.
Sesuatu yang tidak biasa dilakukan, memang terasa risih ketika pertama kali dilakukan. Namun
begitu sudah membiasakan diri, akan merasakan kemudahan dan otomatisasinya.

Komunikasi tidak harus dilakukan dengan cara verbal. Bahkan diyakini komunikasi nonverbal bisa
lebih kuat pesan yang tersampaikan dibandingkan sekedar kata-kata. Maka jangan mengandalkan
komunikasi dengan pasangan semata-mata dengan cara verbal.

Lakukan pula komunikasi, dan pahamilah komunikasi, yang bercorak nonverbal. Walau tanpa kata-
kata, namun ada sangat banyak pesan bisa tersampaikan kepada pasangan. Gerak tubuh, mimik
wajah, sikap mesra, bahasa isyarat, bahkan perbuatan nyata, adalah contoh komunikasi nonverbal.

Seorang suami yang rajin membantu keperluan istri, ringan mengantar istri ke pasar, membantu istri
mengurus rumah, mencuci baju, mengurus anak, membuang sampah, membersihkan rumah,
memberikan nafkah, dan seterusnya, merupakan pesan yang sangat kuat bahwa suami tersebut
sangat mencintai dan menyayangi sang istri. Walau tidak diucapkan dengan kata-kata, perbuatan
nyata seperti itu sudah memberikan banyak sekali pesan yang diterima oleh istri.

Jika anda sulit untuk melakukan komunikasi secara lisan, anda bisa menuliskan pesan terlebih dahulu
untuk memulai pembicaraan dengan pasangan. Jika nanti sudah menemukan waktu yang tepat, baru
membicarakan secara langsung.

Bahasa tulisan seringkali lebih matang lantaran anda dapat memikirkannya berulang-ulang. Ketika
anda mengungkapkan sesuatu secara verbal, kadangkala terputus di tengah jalan lantaran respon
pasangan anda tidak menyenangkan atau tidak sesuai yang anda harapkan.

Intinya, cobalah berbagai macam cara dan sarana untuk berbicara dengan pasangan anda. Lakukan
berbagai hal baru untuk mendapatkan kenyamanan komunikasi dengan pasangan.

Jangan terpaku hanya dengan satu cara atau model komunikasi, karena ada sangat banyak ragam
komunikasi yang bisa mendekatkan dan menyatukan perasaan suami dan istri.

Menulis Surat Cinta untuk Pasangan

Pada kalangan istri, kadang tidak bisa menguasai perasaannya sendiri saat ingin mengungkapkan
sesuatu kepada suami. Ada sangat banyak hal yang menyesakkan hati dan perasaan, semua ingin
ditumpahkan kepada suami.
Kadang ia justru menjadi menangis tersedu dan kehilangan kata-kata sebelum berhasil
menyampaikan maksudnya. Tangisan adalah bahasa komunikasi, karena ada sangat banyak pesan
yang tersalurkan lewat air mata.

Untuk beberapa kejadian, menggunakan bahasa tulis, mungkin akan lebih baik. Ini semacam “surat
cinta” kepada pasangan anda. Di zaman cyber yang serba canggih saat ini, kadang masih perlu ada
surat kertas dan tertulis tangan.

Tidak semuanya ditulis dengan smartphone atau gadget. Tidak semuanya harus komunikasi dengan
WhatsApp, Line, Instagram atau Telegram. Bahkan tulisan tangan kadang lebih bisa mewakili
perasaan hati.

Sebagai surat cinta, tentu saja anda harus berkomitmen untuk mengakhirinya dengan cinta
sekalipun mungkin anda mengawalinya dengan kemarahan. Bisa jadi anda menulis dengan emosi,
dengan menahan amarah yang hampir meledak. Namun ingat, akhirilah dengan cinta, karena ini
memang surat cinta.

Awalnya mungkin sulit untuk membuat atau melakukan dengan cara ini, namun anda akan terbiasa
dan merasakan manfaatnya. Menulis adalah menyalurkan perasaan, menyalurkan keinginan,
menyalurkan harapan, menyalurkan pikiran, dan menyalurkan kata hati yang tersembunyi. Dengan
menulis, perasaan anda akan lebih lega dan lapang.

Jika anda khawatir akan mendapatkan respon balik dari pasangan yang tidak sesuai dengan
keinginan anda, sebaiknya anda juga membuat surat balasannya sendiri. Hah? Membuat surat
balasan sendiri? Iya, benar.

Jangan anda membebani pasangan untuk meraba-raba apa keinginan anda sebenarnya dengan
menulis surat itu. Bisa jadi hanya dengan membaca surat anda, pasangan tidak mengetahui respon
seperti apa yang anda harapkan darinya.

Untuk memperoleh respon seperti yang anda harapkan, lebih baik buatlah balasannya sendiri.
Balasan yang anda kehendaki. Seorang teman pernah mencoba membuat surat “cinta” ini.
Kemudian suaminya hanya membaca dan tertawa. Ia sakit hati dan bersumpah untuk tidak menulis
surat lagi. Padahal kalau ia mau menulis balasan yang ia harapkan, suaminya akan bisa memahami
keinginannya, dan dia tidak akan kecewa.
Ada kalanya surat itu belum kita sampaikan pun sudah membuat kita lega dan tidak ingin
menyampaikan lagi. Andapun dapat menyampaikan balasannya dulu, baru suratnya agar pasangan
anda lebih memahami maksud anda. Atau anda dapat memberikan bersama-sama.

Anda dapat menyampaikan surat itu diam-diam dengan menyelipkan pada sakunya. Andapun dapat
membahas bersama-sama atau anda membacakan dengan ekspresi lucu sehingga menambah
suasana kemesraan di antara anda berdua. Banyak seninya dan anda akan merasakan manfaatnya.

Obrolan ringan dan terbuka bersama pasangan mungkin awalnya tidak gampang. Namun dengan
pembiasaan diri, sesuatu akan menjadi lancar dan mudah. Yang berat memang mengawalinya. Tapi,
bukankah anda memang ingin berubah menuju keadaan yang lebih baik ? Maka mulailah.

Ust. Cahyadi Takariawan

www.kompasiana.com

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah (KKS)

www.menikah-islami.blogspot.com

No. WA 082138929596

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (2 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596
Assalamualaikum ustadzah..Bagaimana klo istri bekerja?namun.. Ingin ttep bsa mnjdi tempat pulang
yg paling nyaman bagi suami? Bsa memainkan peran sbg rumah terindah bgi keluarga? Nunung
Alindawati,Bandung

Wa'alaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh

Pertama: Islam adalah syariat yang diturunkan oleh Allah Sang Pencipta Manusia, hanya Dia-lah yang
maha mengetahui seluk beluk ciptaan-Nya. Hanya Dia yang maha tahu mana yang baik dan
memperbaiki hamba-Nya, serta mana yang buruk dan membahayakan mereka. Oleh karena itu,
Islam menjadi aturan hidup manusia yang paling baik, paling lengkap dan paling mulia, Hanya Islam
yang bisa mengantarkan manusia menuju kebaikan, kemajuan, dan kebahagiaan dunia akhirat. Allah
Ta’ala berfirman:

‫لِل ا ْست َِجيبُوا آ َمنُوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬


ََِّ ِ ‫ل‬ َّ ‫عا ُك َْم ِإذَا َول‬
َِ ‫ِلرسُو‬ َ ‫يُحْ يِي ُك َْم ِل َما َد‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rosul apabila dia menyerumu
kepada sesuatu (ajaran) yang memberi kehidupan kepadamu“. (QS. Al-Anfal: 24).

Allah adalah Dzat yang maha pengasih, maha penyayang dan terus mengurusi makhluk-Nya, oleh
karena itu Dia takkan membiarkan makhluknya sia-sia, Allah berfirman:

َ ْ‫سانَُ أَيَح‬
َُ‫سب‬ ِْ ‫ن‬
َ ‫اْل ْن‬ َْ َ ‫سدًى يُتْ َركََ أ‬
ُ

“Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa ada perintah, larangan dan
pertanggung-jawaban)?!” (QS. Al-Qiyamah:36, lihat tafsir Ibnu Katsir 8/283).

Oleh karena itulah, Allah menurunkan syariat-Nya, dan mengharuskan manusia untuk
menerapkannya dalam kehidupan, tidak lain agar kehidupan mereka menjadi lebih baik, lebih maju,
lebih mulia, dan lebih bahagia di dunia dan di akhirat.

Kedua: Islam menjadikan lelaki sebagai kepala keluarga, di pundaknya lah tanggung jawab utama
lahir batin keluarga. Islam juga sangat proporsional dalam membagi tugas rumah tangga, kepala
keluarga diberikan tugas utama untuk menyelesaikan segala urusan di luar rumah, sedang sang ibu
memiliki tugas utama yang mulia, yakni mengurusi segala urusan dalam rumah.

Norma-norma ini terkandung dalam firman-Nya:


ِ ََ‫علَى قَ َّوا ُمون‬
َ‫الر َجا ُل‬ ََ َِ‫ساء‬
َ ِ‫ل بِ َما الن‬ َّ َ‫ّللاُ ف‬
ََ ‫ض‬ ََّ ‫ض ُه َْم‬ َ َ‫ن أ َ ْنفَقُوا َوبِ َما بَ ْعض‬
َ ‫علَىَ بَ ْع‬ َْ ِ‫أ َ ْم َوا ِل ِه َْم م‬

“Para lelaki (suami) itu pemimpin bagi para wanita (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian
mereka (yang lelaki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (yang lelaki) telah
memberikan nafkah dari harta mereka” (QS. An-Nisa: 34).

Begitu pula firman-Nya:

ََّ ‫بُيُوتِ ُك‬


ََ‫ن فِي َوقَ ْرن‬

“Hendaklah kalian (para istri) tetap di rumah kalian” (QS. Al-Ahzab:33).

Ahli Tafsir ternama Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan perkataannya: “Maksudnya,
hendaklah kalian (para istri) menetapi rumah kalian, dan janganlah keluar kecuali ada kebutuhan.
Termasuk diantara kebutuhan yang syar’i adalah keluar rumah untuk shalat di masjid dengan
memenuhi syarat-syaratnya” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/409).

Inilah keluarga yang ideal dalam Islam, kepala keluarga sebagai penanggung jawab utama urusan
luar rumah, dan ibu sebagai penanggung jawab utama urusan dalam rumah. Sungguh, jika aturan ini
benar-benar kita terapkan, dan kita saling memahami tugas masing-masing, niscaya terbangun
tatanan masyarakat yang maju dan berimbang dalam bidang moral dan materialnya, tercapai
ketentraman lahir batinnya, dan juga teraih kebahagiaan dunia akhiratnya.

Ketiga: Bolehkah wanita bekerja?

Memang bekerja adalah kewajiban seorang suami sebagai kepala rumah tangga, tapi Islam juga tidak
melarang wanita untuk bekerja. Wanita boleh bekerja, jika memenuhi syarat-syaratnya dan tidak
mengandung hal-hal yang dilarang oleh syari’at.

Syaikh Abdul Aziz Bin Baz mengatakan: “Islam tidak melarang wanita untuk bekerja dan bisnis,
karena Alloh jalla wa’ala mensyariatkan dan memerintahkan hambanya untuk bekerja dalam firman-
Nya:

َ‫س َي َرى ا ْع َملُوا َوقُ ِل‬ ُ ‫َو ْال ُمؤْ مِ َنُونََ َو َر‬
َ ُ‫سولُ َه‬
ََّ ‫ع َملَ ُك َْم‬
َ َ‫ّللاُ ف‬
“Katakanlah (wahai Muhammad), bekerjalah kalian! maka Alloh, Rasul-Nya, dan para mukminin
akan melihat pekerjaanmu“ (QS. At-Taubah:105)

Perintah ini mencakup pria dan wanita. Alloh juga mensyariatkan bisnis kepada semua hambanya,
Karenanya seluruh manusia diperintah untuk berbisnis, berikhtiar dan bekerja, baik itu pria maupun
wanita, Alloh berfirman (yang artinya):

ََ ‫ل بَ ْينَ ُك َْم أ َ ْم َوالَ ُك َْم ت َأ ْ ُكلُوا‬


‫ال آ َمنُوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬ َِ ِ‫ال بِ ْالبَاط‬ َْ َ ‫ارَة ً ت َ ُكونََ أ‬
ََّ ِ‫ن إ‬ َ َ‫مِ ْن ُك َْم ت ََراض‬
َْ ‫ع‬
َ ‫ن تِ َج‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan
jalan yang tidak benar, akan tetapi hendaklah kalian berdagang atas dasar saling rela diantara kalian”
(QS. An-Nisa:29),

Perintah ini berlaku umum, baik pria maupun wanita.

AKAN TETAPI, wajib diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan dan bisnisnya, hendaklah
pelaksanaannya bebas dari hal-hal yang menyebabkan masalah dan kemungkaran. Dalam pekerjaan
wanita, harusnya tidak ada ikhtilat (campur) dengan pria dan tidak menimbulkan fitnah. Begitu pula
dalam bisnisnya harusnya dalam keadaan tidak mendatangkan fitnah, selalu berusaha memakai
hijab syar’i, tertutup, dan menjauh dari sumber-sumber fitnah.

Karena itu, jual beli antara mereka bila dipisahkan dengan pria itu boleh, begitu pula dalam
pekerjaan mereka. Yang wanita boleh bekerja sebagai dokter, perawat, dan pengajar khusus untuk
wanita, yang pria juga boleh bekerja sebagai dokter dan pengajar khusus untuk pria. Adapun bila
wanita menjadi dokter atau perawat untuk pria, sebaliknya pria menjadi dokter atau perawat untuk
wanita, maka praktek seperti ini tidak dibolehkan oleh syariat, karena adanya fitnah dan kerusakan
di dalamnya.

Bolehnya bekerja, harus dengan syarat tidak membahayakan agama dan kehormatan, baik untuk
wanita maupun pria. Pekerjaan wanita harus bebas dari hal-hal yang membahayakan agama dan
kehormatannya, serta tidak menyebabkan fitnah dan kerusakan moral pada pria. Begitu pula
pekerjaan pria harus tidak menyebabkan fitnah dan kerusakan bagi kaum wanita.

Hendaklah kaum pria dan wanita itu masing-masing bekerja dengan cara yang baik, tidak saling
membahayakan antara satu dengan yang lainnya, serta tidak membahayakan masyarakatnya.

Kecuali dalam keadaan darurat, jika situasinya mendesak seorang pria boleh mengurusi wanita,
misalnya pria boleh mengobati wanita karena tidak adanya wanita yang bisa mengobatinya, begitu
pula sebaliknya. Tentunya dengan tetap berusaha menjauhi sumber-sumber fitnah, seperti
menyendiri, membuka aurat, dll yang bisa menimbulkan fitnah. Ini merupakan pengecualian (hanya
boleh dilakukan jika keadaannya darurat). (Lihat Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz, jilid 28, hal: 103-
109)

Keempat: Ada hal-hal yang perlu diperhatikan, jika istri ingin bekerja, diantaranya:

1. Pekerjaannya tidak mengganggu kewajiban utamanya dalam urusan dalam rumah, karena
mengurus rumah adalah pekerjaan wajibnya, sedang pekerjaan luarnya bukan kewajiban baginya,
dan sesuatu yang wajib tidak boleh dikalahkan oleh sesuatu yang tidak wajib.

2. Harus dengan izin suaminya, karena istri wajib mentaati suaminya.

3. Menerapkan adab-adab islami, seperti: Menjaga pandangan, memakai hijab syar’i, tidak memakai
wewangian, tidak melembutkan suaranya kepada pria yang bukan mahrom, dll.

4. Pekerjaannya sesuai dengan tabi’at wanita, seperti: mengajar, dokter, perawat, penulis artikel,
buku, dll.

5. Tidak ada ikhtilat di lingkungan kerjanya. Hendaklah ia mencari lingkungan kerja yang khusus
wanita, misalnya: Sekolah wanita, perkumpulan wanita, kursus wanita, dll.

6. Hendaklah mencari dulu pekerjaan yang bisa dikerjakan di dalam rumah. Jika tidak ada, baru cari
pekerjaan luar rumah yang khusus di kalangan wanita. Jika tidak ada, maka ia tidak boleh cari
pekerjaan luar rumah yang campur antara pria dan wanita, kecuali jika keadaannya darurat atau
keadaan sangat mendesak sekali, misalnya suami tidak mampu mencukupi kehidupan keluarganya,
atau suaminya sakit, dll.

Allahu A'lam

Sudahkah Kita Menjadi Orang Tua Yang Sholih?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


َََّ ‫ع ََّز‬
َ‫ّللا ِإ َّن‬ ََّ ‫ِح ل ِْلعَ ْب َِد الد ََّر َج َةَ لَيَ ْرفَ َُع َو َج‬
َ ‫ل‬ َّ ‫ل ْال َجنَّ َِة فِي ال‬
َِ ‫صال‬ َِ ‫ل َه ِذَِه لِي أَنَّى َر‬
َُ ‫ب يَا فَيَقُو‬ َُ ‫َار فَيَقُو‬
َِ ‫لَكََ َولَدِكََ بِا ْستِ ْغف‬

“Sesunguhnya Allah ta’ala akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga. Kemudian
dia akan berkata, “Wahai Rabb-ku, bagaimana hal ini bisa terjadi padaku? Maka Allah menjawab,
“Hal itu dikarenakan do’a yang dipanjatkan anakmu agar kesalahanmu diampuni.” (HR. Ahmad).

Allah ta’ala langsung membebankan tanggung jawab pendidikan anak kepada kedua orang tua.

‫س ُك َْم قُوا آ َمنُوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬


َ ُ‫َارا َوأ َ ْهلِي ُك َْم أ َ ْنف‬
ً ‫اس َوقُو ُدهَا ن‬ َ ‫( َو ْالحِ َج‬٦)
َُ َّ‫ارَة ُ الن‬

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu.” (At Tahrim: 6).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memikulkan tanggung jawab pendidikan anak ini secara
utuh kepada kedua orang tua. Dari Ibnu radhiallahu ‘anhu, bahwa dia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

َ‫ن َم ْسئُولَ َو ُكلُّ ُك َْم َراعَ ُكلُّ ُك ْم‬


َْ ‫ع‬ ِ ْ َ‫ن َو َم ْسئُولَ َراع‬
َ ‫اْل َما َُم َر ِعيَّتِ َِه‬ َْ ‫ع‬ َّ ‫ن َم ْسئُولَ َوه ََُو أ َ ْه ِل َِه فِي َراعَ َو‬
َُ ‫الر ُج‬
َ ‫ل َر ِعيَّتِ َِه‬ َْ ‫ع‬
َ ‫َر ِعيَّتِ َِه‬

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.

Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggunjawabannya dan demikian juga
seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban
atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari).

🔑 Tanggung jawab pendidikan anak ini harus ditangani langsung oleh kedua orang tua.Sedangkan
para pendidik yang mendidik anak di sekolah-sekolah, hanyalah partner bagi orang tua dalam proses
pendidikan anak.

Pendidikan yang diberikan orang tua merupakan pemberian yang berharga bagi sang anak, meski
terkadang hal itu jarang disadari. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Hakim, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫حسن أدب من أفضل ولده والد نحل ما‬


“Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang
baik.” (HR. Al Hakim).

ََ‫ن لَنَا هَبَْ َربَّنَا يَقُولُونََ َوالَّذِين‬ ِ ‫( ِإ َما ًما ل ِْل ُمتَّقِينََ َواجْ َع ْلنَا أ َ ْعيُنَ قُ َّرَة َ َوذُ ِريَّاتِنَا أ َ ْز َو‬٧٤)
َْ ِ‫اجنَا م‬

“Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Furqan: 74).

🔑 Jika kita menginginkan anak-anak shalih, maka kita juga harus menjadi orang yang shalih.
😊😊Ada pepatah Arab yang bagus mengenai hal ini,

‫أعوج عوده و الظل استقم كيف‬

🔅“Bagaimana bisa bayangan itu lurus sementara bendanya bengkok?”🔅

Kita selaku orang tua adalah bendanya sedangkan anak-anak kita adalah bayangannya. Jika diri kita
bengkok, maka anak pun akan bengkok dan rusak. Dan sebaliknya, jika diri kita lurus, maka insya
Allah anak-anak akan lurus.Allah ta’ala berfirman,

ً‫ض َها ذُ ِريَّ َة‬ َْ ِ‫ّللاُ َب ْعضَ م‬


ُ ‫ن َب ْع‬ ََّ ‫سمِ يعَ َو‬
َ َ‫علِيم‬
َ

“Keturunan itu sebagiannya merupakan (turunan) dari yang lain.” (Ali Imran: 34).

Maksud dari ayat di atas adalah orang tua yang baik, sumber yang baik, insya Allah akan
menghasilkan keturunan yang baik pula.Kelak di surga, Allah ta’ala pun akan mengumpulkan sang
anak bersama orang tua mereka yang shalih, meskipun amalan sang anak tidak dibanding amalan
orang tua.

ََ‫ن أَلَتْنَا ُه َْم َو َما ذُ ِريَّت َ ُه َْم بِ ِه َْم أ َ ْل َح ْقنَا بِإِي َمانَ ذُ ِريَّت ُ ُه َْم َواتَّبَعَتْ ُه َْم آ َمنُوا ََوالَّذِين‬
َْ ِ‫ع َم ِل ِه َْم م‬ َْ ِ‫ش ْيءَ م‬
َ ‫ن‬ َُّ ‫ب بِ َما ا ْم ِرئَ ُك‬
َ ‫ل‬ َ ‫( َرهِينَ َك‬٢١)
ََ ‫س‬

“Dan orang-orang yang beriman, dan anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan,
Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari
pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (Ath Thuur: 21).
Allah ta’ala memasukkan anak-anak orang mukmin ke dalam surga dengan syarat mereka juga
beriman. Betapa menyenangkannya, jika kita berkumpul bersama keluarga kita di surga
sebagaimana kita berkumpul di dunia ini. Meskipun amal ibadah sang anak tidak sepadan dengan
kedua orang tuanya, amalnya kurang daripada orang tuanya, namun Allah tetap memasukkan
keturunannya ke dalam surga. Mengapa? Karena keshalehan kedua orang tuanya.

Betapa penting menjadikan pribadi kita, yaitu orang tua, menjadi pribadi yang shalih, sampai-sampai
salah seorang yang shalih pernah mengatakan,

‫ألجلك الصالة من ألستكثر إني بني يا‬

“Wahai anakku, sesungguhnya aku memperbanyak shalat karenamu (dengan harapan Allah akan
menjagamu).”

Ada seorang tabi’in yang bernama Sa’id ibn al-Musayyib rahimahullah juga pernah berkata,

‫صالتي في فأزيد ولدي فأذكر ألصلي إني‬

“Ada kalanya ketika aku shalat, aku teringat akan anakku, maka aku pun menambah shalatku (agar
anak-anakku dijaga oleh Allah ta’ala).”

🍂Semoga Allah mudahkan kita untuk mampu menjadi pribadi yang baik, taat kepada Allah dan
shalih, kita jalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya dengan
harapan nantinya Allah ta’ala menjaga dan memelihara anak-anak kita.

🍂Aamiin Ya Mujiibassaailiin..

Dra. Indra Asih

www.grupmanis.blogspot.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (2 bulan lagi)

Distributed :
Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::SUASANA ROMANTIS DALAM KELUARGA RASULULLAH SAW:::

Suasana harmonis sangat ditentukan dengan kerja sama yang bagus antara suami istri dalam
menciptakan suasana yang kondusif dan hangat, tidak membosankan, apalagi menjemukan.

Rasulullah adalah sosok manusia yang paling sempurna akhlaknya di antara makhluk ciptaan Allah.
Beliau merupakan sosok teladan terbaik dalam membina keluarga, sehingga patut dijadikan contoh
bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa
sallam tidak pernah memukul siapapun dengan tangannya, tidak pada perempuan, tidak juga pada
pembantu, kecuali perang di jalan Allah.Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga ketika
diperlakukan sahabatnya secara buruk tidak pernah membalas, kecuali kalau ada pelanggaran atas
kehormatan Allah, maka ia akan membalas atas nama Allah.(HR Muslim).

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling sibuk. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam pemimpin pemerintahan negara, memimpin ribuan tentara, menghabiskan
waktunya untuk agama, tetapi beliau tetap meluangkan waktu bersama istri dan keluarga, sesuai
sabdanya:“Orang terbaik di antara kalian (suami) adalah yang terbaik bagi keluarganya dan akulah di
antara kalian yang paling baik terhadap keluargaku, tidak memuliakan wanita kecuali orang yang
hina,”(HR Ibnu Asakir dari Ali bin Abi Thalib).

Gambaran bagaimana suasana romantis beliau bersama istrinya nampak pada:

1. Panggilan Kesayangan
Suasana mesra dalam rumah tangga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah ia memanggil
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan panggilan kesayangan dan mengabarkan kepadanya berita yang
membuat perasaan ‘Asiyah menjadi sangat bahagia.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bercerita sebagai berikut, pada suatu hari Rasûlullâh berkata kepadanya.

‫ِش َيا‬
َُ ‫عائ‬ َُ ‫سالَ ََم يُ ْق ِرئُكَِ ِجب ِْر ْي‬
َ , ‫ل َهذَا‬ َّ ‫“ال‬Wahai ‘Aisy Malaikat Jibril tadi menyampaikan salam buatmu.”(HR
Muttafaqun ‘alaihi).

Kita masih sering mendengar suami yang memanggil istrinya seenaknya saja. Bahkan ada yang
memanggil istrinya dengan cacat dan kekurangannya.

Kalau begitu sikap suami, mungkinkah keharmonisan dapat tercipta?Mungkinkah akan tumbuh rasa
cinta istri kepada suami?

2. Mandi Bersama

Suami-istri diperbolehkan mandi bersama dalam satu ruangan meski masing-masing saling melihat
aurat pasangannya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata;

َُ ‫ل ََو أَنَا أ َ ْغت َ ِس‬


َُ‫ل ُك ْنت‬ َُ ‫س ْو‬ َْ ِ‫َواحِ دَ إِنَاءَ م‬
ُ ‫ن هللاَِ َر‬

Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari satu bejana. (HR
Bukhari).

Dalam redaksi yang lain disebutkan Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:“Aku pernah mandi berdua
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari satu wadah yang terletak di antara aku dan
beliau.Tangan kami berebutan menciduk air yang ada di dalamnya. Beliau menang dalam perebutan
itu, sampai aku katakan, “Sisakan untuk saya…Sisakan untuk saya…!Kami dalam keadaan junub.” (HR
Bukhari Muslim)

3. Makan dan Minum dalam Satu Tempat


‘Aisyah radhiallahu ‘anha menuturkan:

َُ‫ َحائِضَ َوأَنَا أ َ ْش َربَُ ُك ْنت‬, ُ‫ي فَأُنَا ِولُ َه‬ َ َ‫علَى فَاَهُ فَي‬
ََ ِ‫ض َُع النَّب‬ َ َِ‫ضع‬ َُ ‫ض َُع ََو فَيَتَن ََاولُ َهُ العَ َرقََ أَتَعَ َّر‬
ِ ‫ق ََو فِيَ َم ْو‬ َ َ‫ضعَِ فِي فَاَهُ ي‬
ِ ‫فِيَ َم ْو‬

“Suatu ketika aku minum, ketika itu aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku kepada
Rasulullah dan beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku
memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di
tempat aku memakannya.” (HR Muslim)

Begitulah kemesraan dapat tercipta, yaitu menciptakan rasa saling memiliki. Sepiring berdua, segelas
berdua, makan berjama’ah serta beberapa hal lain yang dianjurkan oleh Rasulullah agar dilakukan
bersama oleh suami istri!

Dengan demikian akan tercipta rasa saling memahami satu sama lain.

4. Mencium Kening Istri

Dalam kesempatan lain Rasulullah saw tidak malu untuk bermesraan walaupun hanya sekedar
mencium istri sebelum keluar rumah.

Diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwa ia berkata:

َ‫ي أ َ َّن‬ ََ َّ‫ن ا ْم َرأ ََة ً قَب‬


ََ ‫ل النَّ ِب‬ َ ِ‫ج ث ََُّم ن‬
َْ ِ‫سائِ َِه م‬ َّ ‫يَت ََوضََّأ ْ َولَ َْم ال‬
ََ ‫صالَةَِ ِإلَى خ ََر‬

"Sungguh Rasulullah pernah mencium salah seorang istri beliau baru kemudian berangkat
menunaikan shalat tanpa memperbaharuhi wudhu”(HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Budaya mencium istri agaknya masih asing di tengah masyarakat kita, khususnya masyarakat timur.
Bahkan masih banyak yang menggapnya tabu, mereka mengklaimnya sebagai budaya barat.

Tentu saja mencium istri yang kita maksud di sini bukanlah mencium istri di depan umum atau di
hadapan orang banyak. Sebenarnya banyak sekali hikmah sering-sering mencium istri.
Sering kita lihat sepasang suami istri yang saling cuek. Kadang kala si suami pergi tanpa diketahui
oleh istrinya kemana suaminya pergi. Buru-buru melepasnya dengan ciuman, menanyakan kemana
perginya saja tidak sempat. Sang suami keburu pergi menghilang, kadang kala tanpa pamit dan
tanpa salam!? Coba lihat bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bergaul dengan istri-istri
beliau. Sampai-sampai Rasulullah menyempatkan mencium istri beliau sebelum berangkat ke masjid.

5. Beribadah Bersama

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. kami tidak meminta rezqi kepadamu, kamilah yang memberi rezqi kepadamu dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (QS Thaha [20]: 132).

Dalam kesempatan lain, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan:

َ ُ‫ضةَ َراقِ َدةَ َوأَنَا ي‬


َُ ِ‫صلِي النَّب‬
ََ‫ي كَان‬ َ ‫ف َِرا ِش َِه‬, ‫ن أ َ َرا ََد فَإِذَا‬
َ ‫علَى ُم ْعت َِر‬ َْ َ ‫ظنِي يُوت ََِر أ‬
َ َ‫أ َ ْيق‬

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa mengerjakan shalat malam sementara aku tidur
melintang di hadapan beliau. Beliau akan membangunkanku bila hendak mengerjakan shalat witir.”
(HR Muttafaqun ‘alaihi)

Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah bahwa beliau
bersabda:

َ ً‫ال‬
َ‫هللاُ َرحِ َم‬ َ ‫ام َر ُج‬ َِ ‫صلَّى اللَّ ْي‬
ََ َ‫ل مِ نََ ق‬ ََ َ‫صلَّتَْ ا ْم َرأَت َ َهُ َوأ َ ْيق‬
َ َ‫ظ ف‬ َْ ِ ‫ح أَبَتَْ فَإ‬
َ َ‫ن ف‬ ََ ‫ض‬ َ ً ‫ل مِنََ قَا َمتَْ ا ْم َرأ ََة‬
َ َ‫ال َما ََء َوجْ ِه َها فِي ن‬,َ‫هللاُ َرحِ َم‬ َِ ‫صلَّتَْ اللَّ ْي‬
َ َ‫ف‬
َ َ
َْ‫صلى زَ ْو َج َها َوأ ْيقَظت‬ َّ َ َ‫ن ف‬ َ
َْ ِ ‫ض َحتَْ أبَى فَإ‬َ َ‫“ال َما ََء َوجْ ِه َِه فِي ن‬Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun
pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu membangunkan istrinya untuk shalat
bersama. Bila si istri enggan, ia memercikkan air ke wajah istrinya (supaya bangun). Semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala merahmati seorang istri yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan
shalat malam lalu membangunkan suaminya untuk shalat bersama. Bila si suami enggan, ia
memercikkan air ke wajah suaminya (supaya bangun)" (HR Ahmad).6. Ramah dan LembutMasing-
masing pihak suami istri harus bertekad untuk bersikap ramah dan lembut kepada pasangannya,
bersenda gurau dengannya, dan bercanda dengannya.

Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, meskipun mempunyai sifat keras dan tegas, mengatakan:
“Sudah selayaknya seorang laki-laki menjadi seperti anak kecil di tengah keluarganya. Bila dia di
tengah kaumnya, maka hendaknya dia menjadi seorang laki-laki.”
Aisyah radhiyallâhu ‘anha menceritakan, “Adalah Rasulullah ketika bersama istri-istrinya, beliau
adalah manusia lembut dan paling pemurah. Gampang tertawa dan gampang tersenyum.” (HR Ibnu
Asakir)

Berlaku lemah lembutlah dalam menjalankan kehidupan supaya keharmonisan dapat tercapai dalam
lingkungan keluarga, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,“Janganlah seorang
mukmin (suami) membenci seorang mukminah (istri). Jika ia tidak menyukai salah satu akhlaknya, ia
pasti ridha kepada akhlaknya yang lain.”

(HR Muslim)

Sikap ramah dan lembut Rasulullah ditunjukkan kepada keluarganya. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersenda gurau dengan istri dan anak-anaknya, menghibur, dan mema'afkan kesalahan
mereka, menyebar senyum bahagia serta mengisi rumah mereka dengan hal-hal yang
menyenangkan.

Suatu ketika Anas bin Malik, pembantu beliau melukiskan keadaan keadaan beliau dengan
mengatakan, “Aku telah melayani Rasulullah selama sepuluh tahun. Selama itu belum pernah beliau
menegur atas apa yang aku lakukan, “Mengapa kamu tidak melakukan ini?” Beliau juga beliau belum
pernah mengatakan kepadaku sesuatu yang belum aku kerjakan, “Mengapa kamu belum melakukan
ini?”Kasih sayang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menembus hati orang-orang terdekat
yang pernah berinteraksi dengan beliau, sehingga setiap jiwa selalu merindukannya.Oleh karena itu,
berlemah lembutlah pada keluarga supaya kehangatan dan kemesraan keluarga dapat tercapai
sebagaimana keluarga Rasulullsh shallallahu alaihi wa sallam.

7. Memberi HadiahSaling memberi hadiah diantara suami istri –terutama hadiah dari suami untuk
istri- merupakan salah sebab makin mendalamnya rasa cinta di antara keduanya.Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya kalian sering memberi hadiah, niscaya kalian akan
saling mencintai.” (HR Bukhari)

Hadiah merupakan ekspresi kasih sayang dan mampu mencairkan kebekuan dan rutinitas hubungan
manusia.

Hadiah tidak disyaratkan berupa barang-barang kepemilikan yang mahal lagi mewah karena tujuan
dari hadiah pada awalnya adalah mengekspresikan kasih sayang dan kesatuan. Hal ini dapat
diwujudkan dalam materi hadiah dengan nilai seberapa pun. Tapi jika hadiah tersebut berupa
sesuatu yang mahal, maka itu akan menyebabkan kebahagiaan berlipat ganda dan kasih sayang
makin bertambah.
8. Memahami Kecemburuan Istri

Rasa cemburu dianggap sebagai watak dasar para wanita, tidak ada wanita yang selamat dari watak
ini, bahkan para Ummahat al-Mukminin yang merupakan istri-istri Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam.Aisyah selalu mencemburui Khadijah radhiyallahu ‘anha walaupun ia tidak pernah bertemu
dengan Khadijah.

Aisyah mengingkari pujian dan sanjungan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada Khadijah
dengan mengatakan,“Allah telah memberikan ganti yang lebih baik darinya.” (Ini ucapan Aisyah
radhiyallahu ‘anha. HR Bukhari dan Muslim)

Kecemburan yang baik memengaruhi hubungan mesra suami istri dengan syarat tidak berlebihan
dalam cemburu, namun proporsional dan penuh pertimbangan.Dengan demikian, cemburu menjadi
indikator rasa cinta pasangan kepada pasangannya, disinilah cemburu itu akan nampak indah. Untuk
itu suami harus bersikap proporsional dalam masalah ini, dan tidak boleh berburuk sangka, dan
mencari-cari kesalahan.

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah cemburu pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ia
menceritakan sendiri bahwa pada suatu malam Rasulullah pergi dari sisinya. Ia berkata,“Aku
mencemburuinya karena jangan-jangan beliau mendatangi salah satu istrinya. Lalu datanglah beliau
dan melihat keadaanku.Rasulullah bersabda, “Apakah engkau cemburu?”Jawabku, “Apakah orang
sepertiku tidak pantas untuk cemburu terhadap orang sepertimu?”Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, “Sungguh setanmu telah datang”. (HR Muslim dan Nasa’i)

Aisyah radhiyallâhu ‘anha juga pernah berkata, “Aku tidak melihat yang pandai memasak seperti
Shafiyah. Ia memasak makanan untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam saat beliau ada
dirumahku.Timbullah rasa cemburuku, aku merebut piring yang berisi makanan tersebut dan
membantingnya sampai pecah. Tetapi aku menyesal, lalu berkata, “Ya Rasulullah, apa kifarat bagi
perbuatan yang telah aku lakukan?”Nabi shallallâhu alaihi wa sallam menjawab, “Gantilah piring itu
dengan piring yang serupa, demikian pula makanannya.”(HR Abu Dawud dan Nasa’i)

9. Mengajak Istri Bermusyawarah

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajak istri-istrinya bermusyawarah dalam banyak urusan.
Beliau sangat menghargai pendapat-pendapat mereka.Padahal wanita pada masa jahiliyah, sebelum
datangnya Islam diperlakukan seperti barang dagangan semata, dijual dan dibeli, tidak dianggap
pendapatnya, meskipun itu berkaitan dengan urusan yang langsung dan khusus dengannya.Islam
datang mengangkat martabat wanita, bahwa mereka sejajar dengan laki-laki, kecuali hak
kepemimpinan keluarga, berada di tangan laki-laki.
Allah Azza wa Jalla berfirman: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan
kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS al Baqarah [2]: 228)

Pendapat dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha pada peristiwa Hudaibiyah, membawa berkah dan
keselamatan bagi umat Islam. Ummu Salamah memberi masukan kepada Nabi agar keluar menemui
para sahabat tanpa berbicara dengan siapa pun, langsung menyembelih hadyu atau seekor domba
dan mencukur rambutnya. Ketika beliau melaksanakan hal itu, para sahabat dengan serta-merta
menjalankan perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, padahal sebelumnya mereka tidak mau
melaksanakan perintah Rasul, karena mereka merasa pada pihak yang kalah pada peristiwa itu.
Mereka melihat bahwa syarat yang diajukan kaum kafir Quraisy tidak menguntungkan kaum
muslimin.

10. Bercanda dengan IstriBercanda dengan istri akan memupuk rasa kasih sayang terhadap istri dan
keluarga, disamping itu juga bercanda akan melepaskan rasa penat ketika selesai bekerja di luar
rumah.Dengan bercanda kita akan sangat mudah tersenyum dan ketawa. Namun tidaklah ketawa
berlebihan karena hal itu akan membawa mudharat.Canda Rasulullah bersama istri dan keluarganya
dilakukan saat sedang melakukan perjalanan dan saat sedang berada di rumahnya.

Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan, bahwa pernah ia bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam dalam suatu perjalanan. Maka aku mengajak Beliau lomba lari dan aku berhasil mendahului
beliau dengan kedua kakiku. Ketika aku menjadi gemuk, aku mengajak Beliau lomba lari lagi.
Akhirnya Beliau berhasil mengalahkan aku dan bersabda, “Ini sebagai balasan atas perlombaan yang
dulu itu."

(HR Abu Dawud)

Masya Allah...Indahnya suasana rumah teladan kita Rasulullah shallahu alaihi wa sallam. Semoga kita
bisa membangun kemesraan dan romantisme di dalam rumah kita, hingga keluarga yang harmonis
bukan hanya potret dan mimpi.

Dra. Indra Asih

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (2 bulan lagi)

Distributed :
Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Hadits-hadits Yang Memotivasi Perbuatan Baik dalam Keluarga:::

Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik kalian adalah yang
paling baik kepada keluarganya. Dan aku adalah orang yang paling baik kepada keluarganya diantara
kalian.” (HR Ibnu Majah)

Abdullah bin Amr bin Ash RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik kalian
adalah yang paling baik kepada istrinya.” (HR Ibnu Majah)

Anas RA berkata : “Kemudian kami memasuki Madinah sepulang dari Khaibar. Aku melihat
Rasulullah SAW mendekap Shafiyyah yang berada di belakang beliau dengan menggunakan
mantelnya. Kemudian beliau duduk diatas untanya, meletakan lututnya dan menaruh kaki Shafiyyah
diatas lututnya sehingga ia bisa naik ke atas unta itu.” (HR Bukhari)

Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah seorang mukmin membenci
seorang mukminah karena satu akhlaknya. Insya Allah ia akan senang dengan sesuatu yang lainnya.”
(HR Muslim)

Rasulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik istri adalah yang membuatmu senang saat engkau
memandangnya.” (HR Thabrani)

Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Tidak halal bagi seorang istri untuk berpuasa
(sunnah) ketika suaminya berada di sisinya kecuali atas izinnya. Dan janganlah ia membelanjakan
nafkah kecuali atas izinnya.” (HR Bukhari Muslim)

Anas bin Malik RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah kalian menggauli istri kalian
seperti binatang. Hendaknya awali diantara keduanya dengan rangsangan-rangsangan.” Seorang
sahabat bertanya :”Apa yang dimaksud dengan rangsangan-rangsangan itu ya Rasulallah?”. Beliau
menjawab : “Pelukan hangat dan ucapan-ucapan lembut.” (HR Abu Manshur & Ad-Dailami)

Aisyah RA berkata : suatu saat Rasulullah SAW berkata kepadaku : “Aku tahu saat dimana engkau
sedang senang dan benci kepadaku.” Aku bertanya : Dari mana engkau tahu?. Beliau menjawab :
“Apabila engkau sedang senang, engkau akan mengatakan ‘Demi Tuhan Muhammad’ dan apabila
engkau sedang marah, engkau mengatakan ‘Demi Tuhan Ibrahim’. Aku berkata : “Engkau benar ya
Rasulullah..aku tidak mempedulikan nama lain selain namamu.” (HR Ahmad, Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin itu harus
cemburu. Dan Allah lebih berhak untuk dicemburui.” (HR Ahmad, Muslim dan Tirmidzi)

Abdullah bin Umar RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Tiga macam orang yang Allah haramkan
atasnya surga : peminum arak (pemabuk), pendurhaka orang tua dan seorang dayyuts yaitu orang
yang selalu berburuk sangka kepada keluarganya (pasangannya).” (HR Ahmad)

Aisyah RA berkata : Hindun istri Abu Sufyan berkata kepada Rasulullah SAW :” Abu Sufyan seorang
yang pelit. Ia tidak memberikan harta yang cukup untuk kebutuhanku dan kebutuhan anak-anakku.
Maka aku mengambil darinya di saat ia tidak tahu.”

Rasulullah SAW bersabda : “Ambillah secukupnya untukmu dan untuk anak-anakmu dengan cara
yang ma’ruf.” (HR Ahmad, Bukhari dan Muslim)

Dari Muawiyah Al-Qusyairi ia berkata : “Ya Rasulullah, apa hak istri kami atas kami?”. Beliau
menjawab : “Memberinya makanan jika kamu makan dan memberinya pakaian jika kamu
berpakaian.” (HR Ahmad, Abu Daud dan An-Nasai)

Abdullah bin Umar RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Jika istri-istri kalian
meminta izin kepada kalian untuk pergi ke mesjid di malam hari, maka izinkanlah mereka.” ( HR
Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai)

Dari Aswad, ia berkata : Aku bertanya kepada Aisyah RA apa yang dilakukan Rasulullah SAW di
rumahnya? Aisyah menjawab : “Beliau menjadi pelayan keluarganya. Apabila waktu shalat tiba,
beliau keluar untuk shalat.” (HR Ahmad, Bukhari, Tirmidzi)

Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Apabila seorang istri bersedekah dari
makanan yang berasal dari nafkah suaminya tanpa berbuat kerusakan,maka baginya pahala dan
usaha suaminya akan diberkahi.” (HR Ahmad, Bukhari, Abu Daud)
Diriwayatkan dari Ummu Salamah RA ia berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah SAW : “Ya
Rasulullah, apakah aku mendapatkan pahala jika aku berinfak kepada bani Abu Salamah sementara
mereka adalah baniku?” Beliau menjawab : “Silakan berinfak untuk mereka dan bagimu pahalanya.”
(HR Ahmad, Bukhari dan Muslim}

Imam Ad-Dzahaby dalam kitab Al-Kabair meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda : “Empat golongan
perempuan berada di surga dan empat golongan yang lain berada di neraka. Golongan yang berada
di surga : perempuan yang menjaga dirinya serta ta’at kepada Allah dan suaminya, perempuan yang
melahirkan banyak anak dan ia shabar menerima nafkah pemberian suaminya yang sedikit, seorang
perempuan yang pemalu jika tidak ada suaminya ia menjaga dirinya dan harta suaminya dan jika ada
suaminya ia menjaga lisannya (dari perkataan buruk), dan yang keempat seorang perempuan yang
suaminya meninggal dan ia memiliki anak-anak yang masih kecil maka ia fokus mengurus anaknya
dan memperbaiki kehidupan mereka tanpa menikah lagi karena khawatir tidak bisa fokus pada anak-
anaknya. Adapun empat golongan yang berada di neraka : perempuan yang tajam lidahnya kepada
suaminya atau omongannya panjang dengan kata-kata yang buruk, jika suaminya tidak ada dia tidak
menjaga dirinya jika suaminya ada dia sakiti dengan ucapan-ucapannya. Kedua, perempuan yang
membebani suaminya dengan beban yang ia tidak mampu menanggungnya. Ketiga, perempuan
yang tidak menutup auratnya dan keluar rumah dengan tabarruj. Keempat, perempuan yang tidak
memiliki semangat kecuali untuk makan, minum dan tidur serta tidak memiliki semangat untuk
menunaikan shalat, taat kepada Allah, Rasulullah dan suaminya.”

Ustadzah Eko Yuliarti Siroj

www.iman-islam.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai (2 bulan lagi)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596
Ust saya mau tanya, saya punya seorang teman yg telah d tinggal olh suaminya, dan meninggalkan
anak yg masih kecil2, dan teman saya menikah lgi atas keinginan keluarganya dengan lki2 lain yg juga
membawa anak, setelah menikah, suami tersebut tidak mau mengakui dan menafkahi anak yg d
bawa oleh istriya ( anak tiri ), yg saya ingin tanyakan

Apakah teman saya ini berdosa atas perilaku yg d ambil untuk menikah lgi dan anaknya tidak
mendapatkan nafkah dari suaminya, kecuali nafkah dari ibunya, mohon penjelasannya ust, karna ada
beberapa orang teman saya yg mengalami seperti itu

Shabira putri

Kalimantan timur

Jawaban :

Dalam Islam wanita yang sudah bercerai atau ditinggal mati oleh suaminya maka diperbolehkan
menikah lagi setelah masa iddah. Maka tindakan teman ukhti, yakni menikah lagi diperbolehkan oleh
Islam.

Berkaitan dengan sikap suami ke 2 yang tidak mau menafkahi maka suami tersebut telah melakukan
kedzaliman dan berdosa karena telah melanggar kewajibannya sebagai suami.

Allahu A'lam

Saya juga mau bertanya ustad..

Teman saya gadis menikah dgn duda yg istrinya meninggal karena melahirkan putri ketiga.

Anaknya perempuan semua dan masih kecil2. Usia 9, 4 dan 2 tahun.

Menikahnya baru beberapa bulan.

Tapi suaminya ini sprti msih belum melupakan mendiang istrinya.

Pantas kah atau bolehkan teman saya ini cemburu?

Padahal dia dgn ikhlas menerima suami dan anak2 tirinya sprt anak kandungnya sendiri.

Sprti foto2 mendiang istrinya masih terpajang dirumah, dan kadang2 suaminya masih suka
menceritakan kebiasaan2 mendiang istrinya.

Solusinya gimana ya?

Karena sbg wanita dia pun ingin dterima dgn ikhlas.


Jawaban :

Disebutkan dalam riwayat bahwa Aisyahlah yang paling besar rasa cemburunya terhadap Rasulullah
SAW jika dibanding dengan istri-istri beliau yang lain. Jangan kan terhadap yang masih hidup, yang
sudah wafat pun Aisyah masih saja mempunyai rasa cemburu. Misalnya, terhadap Khadijah r.a. istri
Rasulullah yang sudah wafat. Ia sering mengungkapkan kecemburuannya secara langsung dihadapan
Rasulullah. karena manyadari Aisyah cepat sekali naik darah bila sedang terserang demam cemburu,
Rasulullah pun jadi suka menggodanya.

Khusus mengenai kecemburuan Aisyah kepada Khadijah, banyak sekali riwayat yang
menyebutkannya. Diantaranya adalah ucapan Aisyah sendiri yang diriwayatkan dalam hadits Shahih
oleh Muslim berikut.

"Mengenai Rasulullah, tidak ada perempuan lain yang aku cemburui seperti kecemburuanku
terhadap Khadijah. karena aku sering sekali mendengar beliau menyebutnya. Lagi pula beliau lagi
menikah denganku setelah Khadijah wafat".

Namun demikian Rasulullah amat menyayangi Aisyah lebih dari istri-istri yang lain. Beliau
memaklumi rasa cemburu yg ada pada diri perempuan merupakan kelemahan perempuan yang
ingin memonopoli cinta suami. Dan itu terdapat pada diri Aisyah.

Disamping kelemahan-kelamahan pada diri Aisyahsebagai seorang manusia biasa, Aisyah juga
memiliki banyak sekali kelebihan yang tidak dimiliki oleh istri Rasulullah yang lain. Ia termasuk istri
yg cerdas dan banyak membantu Rasulullah bila beliau dalam kesulitan menghadapi suatu masalah.
dari beberapa kelebihan yg dimilikinya, wajarlah jika Aisyah menjadi seorang pencemburu.

Cemburu itu juga datang beberapa waktu sebelum beliau wafat. Diriwayatkan bahwa beberapa saat
menjelang akhir usia Rasulullah, beliau berziarah ke pekuburan Baqi' untuk memanjatkan ampunan
Ilahi bagi semua penduduk kuburan. Pada keesokan harinya, Aisyah mengeluh pada beliau kalau
kepalanya terasa pusing. Bertepatan dg itu, beliau pun merasakan kepalanya sakit.

Oleh karena itu, beliau berkata kepada Aisyah, "Wah...,kepalaku juga pusing, Aisyah" Berulang-ulang
Aisyah masih saja mengeluh kepalanya sakit, hingga dg berseloroh beliau berkata, "Hai Aisyah...Apa
keberatan seandainya engkau mati lebih dulu sebelum aku? Aku yg akan membenahi jenazahmu,
mangafanimu, menyalatimu, dan menguburmu"

Saat mendengar perkataan Rasulullah, muncullah kecemburuan Aisyah. Lalu ia menjawab, "Biarlah
itu terjadi pada yang lain saja. Demi Allah, seandainya itu terjadi, dan engkau melakukan semuanya
tadi, sepulangnya engkau ke rumahku, engkau akan aku pertemukan dg beberapa orang istri engkau
di rumahku"

Saat mendengar perkataan istrinya, Rasulullah hanya tersenyum lembut. Beliau rupanya sgt
memahami apa yg barusan terlintas dalam benak Aisyah katika mendengar gurauannya itu.

Beberapa saat kemudian rasa pusing Rasulullah hilang, sehingga beliau bisa berkeliling kepada istri-
istri beliau. Akan tetapi, tiba-tiba rasa pusing beliau kambuh lagi dan terasa tak tertahankan ketika
tiba di kediaman Maimunah, salah seorang istri beliau. Dan itulah rupanya sakit terakhir beliau dan
juga merupakan gurauan terakhir dengan Aisyah. Sebab tidak lama kemudian beliau meninggal di
kediaman Aisyah r.a.
Hal yang wajar ketika suami belum bisa melupakan istri pertamanya, sebagaimana Rasulullah belum
bisa melupakan Khadijah r.a. Cemburu boleh saja, istri Rasulullah juga cemburu. Namun
kecemburuan tersebut tidak melalaikan diri dari kewajiban sebagai istri. Sikap yang bijak adalah
senantiasa ikhlas dalam menjalankan kewajiban.

Allahu A'lam

:::Jima' Adalah Ibadah:::

Sebagai bagian dari fitrah kemanusiaan, Islam tidak pernah memberangus hasrat seksual. Islam
memberikan panduan lengkap agar seks bisa tetap dinikmati seorang muslim tanpa harus kehilangan
ritme ibadahnya.

Sebagai salah tujuan dilaksanakannya nikah, hubungan intim –menurut Islam– termasuk salah satu
ibadah yang sangat dianjurkan agama dan mengandung nilai pahala yang sangat besar. Karena jima’
dalam ikatan nikah adalah jalan halal yang disediakan Allah untuk melampiaskan hasrat biologis
insani dan menyambung keturunan bani Adam.

Jima’ Itu Ibadah

Selain itu jima’ yang halal juga merupakan ibadah yang berpahala besar. Rasulullah SAW bersabda,
“Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita
mendapat pahala dengan menggauli istri kita?.” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian
menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan
di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)

Karena bertujuan mulia dan bernilai ibadah itu lah setiap hubungan seks dalam rumah tangga harus
bertujuan dan dilakukan secara Islami, yakni sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Hubungan intim, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam Ath-Thibbun Nabawi (Pengobatan ala Nabi),
sesuai dengan petunjuk Rasulullah memiliki tiga tujuan: memelihara keturunan dan
keberlangsungan umat manusia, mengeluarkan cairan yang bila mendekam di dalam tubuh akan
berbahaya, dan meraih kenikmatan yang dianugerahkan Allah Ta'ala.

Ulama salaf mengajarkan, “Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: Jangan sampai tidak
berjalan kaki, agar jika suatu saat harus melakukannya tidak akan mengalami kesulitan; Jangan
sampai tidak makan, agar usus tidak menyempit; dan jangan sampai meninggalkan hubungan seks,
karena air sumur saja bila tidak digunakan akan kering sendiri.

Wajahnya Muram

Muhammad bin Zakariya menambahkan, “Barangsiapa yang tidak bersetubuh dalam waktu lama,
kekuatan organ tubuhnya akan melemah, syarafnya akan menegang dan pembuluh darahnya akan
tersumbat. Saya juga melihat orang yang sengaja tidak melakukan jima’ dengan niat membujang,
tubuhnya menjadi dingin dan wajahnya muram.”

Sedangkan di antara manfaat bersetubuh dalam pernikahan, menurut Ibnu Qayyim, adalah
terjaganya pandangan mata dan kesucian diri serta hati dari perbuatan haram. Jima’ juga
bermanfaat terhadap kesehatan psikis pelakunya, melalui kenikmatan tiada tara yang dihasilkannya.

Orgasme, Faragh

Puncak kenikmatan bersetubuh tersebut dinamakan orgasme atau faragh. Meski tidak semua
hubungan seks pasti berujung faragh, tetapi upaya optimal pencapaian faragh yang adil hukumnya
wajib. Yang dimaksud faragh yang adil adalah orgasme yang bisa dirasakan oleh kedua belah pihak,
yakni suami dan istri.

Mengapa wajib? Karena faragh bersama merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai
tujuan pernikahan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketidakpuasan salah satu pihak dalam
jima’, jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan akan mendatangkan madharat yang lebih besar,
yakni perselingkuhan. Maka, sesuai dengan prinsip dasar islam, la dharara wa la dhirar (tidak
berbahaya dan membahayakan), segala upaya mencegah hal-hal yang membahayakan pernikahan
yang sah hukumnya juga wajib.

Namun, kepuasan yang wajib diupayakan dalam jima’ adalah kepuasan yang berada dalam batas
kewajaran manusia, adat dan agama. Tidak dibenarkan menggunakan dalih meraih kepuasan untuk
melakukan praktik-praktik seks menyimpang, seperti sodomi (liwath) yang secara medis telah
terbukti berbahaya. Atau penggunaan kekerasaan dalam aktivitas seks (mashokisme), baik secara
fisik maupun mental, yang belakangan kerap terjadi.

Maka, sesuai dengan kaidah ushul fiqih “ma la yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajibun” (sesuatu
yang menjadi syarat kesempurnaan perkara wajib, hukumnya juga wajib), mengenal dan
mempelajari unsur-unsur yang bisa mengantarkan jima’ kepada faragh juga hukumnya wajib.

Bagi kaum laki-laki, tanda tercapainya faragh sangat jelas yakni ketika jima’ sudah mencapai fase
ejakulasi atau keluar mani. Namun tidak demikian halnya dengan kaum hawa’ yang kebanyakan
bertipe “terlambat panas”, atau –bahkan— tidak mudah panas. Untuk itulah diperlukan berbagai
strategi mempercepatnya.

Foreplay: Ciuman

Salah satu unsur terpenting dari strategi pencapaian faragh adalah pendahuluan atau pemanasan
yang dalam bahasa asing disebut foreplay (isti’adah). Pemanasan yang cukup dan akurat, menurut
para pakar seksologi, akan mempercepat wanita mencapai faragh.

Karena dianggap amat penting, pemanasan sebelum berjima’ juga diperintahkan Rasulullah SAW.
Beliau bersabda,

“Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih
dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu.” (HR. At-Tirmidzi).

Ciuman dalam hadits diatas tentu saja dalam makna yang sebenarnya. Bahkan, Rasulullah SAW,
diceritakan dalam Sunan Abu Dawud, mencium bibir Aisyah dan mengulum lidahnya. Dua hadits
tersebut sekaligus mendudukan ciuman antar suami istri sebagai sebuah kesunnahan sebelum
berjima’.

Ketika Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak
menikahi seorang gadis sehingga kalian bisa saling bercanda ria? …yang dapat saling mengigit bibir
denganmu.” HR. Bukhari (nomor 5079) dan Muslim (II:1087).

Bau Mulut

Karena itu, pasangan suami istri hendaknya sangat memperhatikan segala unsur yang
menyempurnakan fase ciuman. Baik dengan menguasai tehnik dan trik berciuman yang baik,
maupun kebersihan dan kesehatan organ tubuh yang akan dipakai berciuman. Karena bisa jadi,
bukannya menaikkan suhu jima’, bau mulut yang tidak segar justru akan menurunkan semangat dan
hasrat pasangan.

Sedangkan rayuan yang dimaksud di atas adalah semua ucapan yang dapat memikat pasangan,
menambah kemesraan dan merangsang gairah berjima’. Dalam istilah fiqih kalimat-kalimat rayuan
yang merangsang disebut rafats, yang tentu saja haram diucapkan kepada selain istrinya.

Sentuhan

Selain ciuman dan rayuan, unsur penting lain dalam pemanasan adalah sentuhan mesra. Bagi
pasangan suami istri, seluruh bagian tubuh adalah obyek yang halal untuk disentuh, termasuk
kemaluan. Terlebih jika dimaksudkan sebagai penyemangat jima’. Demikian Ibnu Taymiyyah
berpendapat.

Syaikh Nashirudin Al-Albani, mengutip perkataan Ibnu Urwah Al-Hanbali dalam kitabnya yang masih
berbentuk manuskrip, Al-Kawakbu Ad-Durari,

“Diperbolehkan bagi suami istri untuk melihat dan meraba seluruh lekuk tubuh pasangannya,
termasuk kemaluan. Karena kemaluan merupakan bagian tubuh yang boleh dinikmati dalam
bercumbu, tentu boleh pula dilihat dan diraba. Diambil dari pandangan Imam Malik dan ulama
lainnya.”

Berkat kebesaran Allah, setiap bagian tubuh manusia memiliki kepekaan dan rasa yang berbeda saat
disentuh atau dipandangi. Maka, untuk menambah kualitas jima’, suami istri diperbolehkan pula
menanggalkan seluruh pakaiannya. Dari Aisyah RA, ia menceritakan, “Aku pernah mandi bersama
Rasulullah dalam satu bejana…” (HR. Bukhari dan Muslim).

Untuk mendapatkan hasil sentuhan yang optimal, seyogyanya suami istri mengetahui dengan baik
titik-titik yang mudah membangkitkan gairah pasangan masing-masing. Maka diperlukan sebuah
komunikasi terbuka dan santai antara pasangan suami istri, untuk menemukan titik-titik tersebut,
agar menghasilkan efek yang maksimal saat berjima’.

Mendesah

Diperbolehkan bagi pasangan suami istri yang tengah berjima’ untuk mendesah. Karena desahan
adalah bagian dari meningkatkan gairah. Imam As-Suyuthi meriwayatkan, ada seorang qadhi yang
menggauli istrinya. Tiba-tiba sang istri meliuk dan mendesah. Sang qadhi pun menegurnya. Namun
tatkala keesokan harinya sang qadhi mendatangi istrinya ia justru berkata, “Lakukan seperti yang
kemarin.” Tentu saja desahan ini melihat situasi dan kondisi. Jangan sampai terdengar orang lain.

Satu hal lagi yang menambah kenikmatan dalam hubungan intim suami istri, yaitu posisi bersetubuh.
Islam sendiri memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pemeluknya untuk mencoba berbagai
variasi posisi dalam berhubungan seks. Satu-satunya ketentuan yang diatur syariat hanyalah, semua
posisi seks itu tetap dilakukan pada satu jalan, yaitu farji (vagina). Bukan yang lainnya.

Allah Ta'ala berfirman,

“Istri-istrimu adalah tempat bercocok tanammu, datangilah ia dari arah manapun yang kalian
kehendaki.” QS. Al-Baqarah (2:223).

Posisi Ijba’, Doggy Style


Menurut ahli tafsir, ayat ini turun sehubungan dengan kejadian di Madinah. Suatu ketika beberapa
wanita Madinah yang menikah dengan kaum muhajirin mengadu kepada Rasulullah SAW, karena
suami-suami mereka ingin melakukan hubungan seks dalam posisi ijba’ atau tajbiyah.

Ijba adalah posisi seks dimana lelaki mendatangi farji perempuan dari arah belakang (doggy style).
Yang menjadi persoalan, para wanita Madinah itu pernah mendengar perempuan-perempuan
Yahudi mengatakan, barangsiapa yang berjima’ dengan cara ijba’ maka anaknya kelak akan bermata
juling. Lalu turunlah ayat tersebut.

Terkait dengan ayat 233 Surah Al-Baqarah itu Imam Nawawi menjelaskan, “Ayat tersebut
menunjukan diperbolehkannya menyetubuhi wanita dari depan atau belakang, dengan cara
menindih atau bertelungkup. Adapun menyetubuhi melalui dubur tidak diperbolehkan, karena itu
bukan lokasi bercocok tanam.” Bercocok tanam yang dimaksud adalah berketurunan.

Muhammad Syamsul Haqqil Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud menambahkan, “Kata ladang
(hartsun) yang disebut dalam Al-Quran menunjukkan, wanita boleh digauli dengan cara apa pun:
berbaring, berdiri atau duduk, dan menghadap atau membelakangi..”

Demikianlah, Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, lagi-lagi terbukti memiliki ajaran yang sangat
lengkap dan seksama dalam membimbing umatnya mengarungi samudera kehidupan. Semua sisi
dan potensi kehidupan dikupas tuntas serta diberi tuntunan yang detail, agar umatnya bisa tetap
bersyariat seraya menjalani fitrah kemanusiannya.

(Sutra Ungu, Panduan Berhubungan Intim Dalam Perspektif Islam, karya Abu Umar Basyiir)

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

www.menikah-islami.blogspot.com

:::Adab Islami Berhubungan Intim:::

Diantara adab-adab cara bersetubuh dalam Islam adalah sebagai berikut :

Sebelum berjima' (berhubungan intim) pertama, sangat disukai untuk memperindah diri masing-
masing dengan berhias, memakai wewangian, serta bersiwak.
Berdasarkan sebuah hadits dari Asma’ binti Yasid radhiyallaahu ‘anha ia menuturkan, “Aku merias
Aisyah untuk Rasulullah shallallahu a’laihi wasallam. Setelah selesai, aku pun memanggil Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau pun duduk di sisi Aisyah. Kemudian diberikan kepada beliau
segelas susu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meminum susu tersebut dan menyerahkannya
pada Aisyah. Aisyah menundukkan kepalanya karena malu. Maka segeralah aku menyuruhnya untuk
mengambil gelas tersebut dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” [HR Ahmad, sanad hadits ini
dikuatkan oleh Al-Allamah Al-Muhadits Al-Albani dalam Adabul Zifaf].

Adapun disunnahkannya bersiwak, karena adab yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bahwa beliau selalu bersiwak setiap hendak masuk rumah sebagaimana disebutkan oleh
Aisyah radhiyallaahu ‘anha dalam Shahih Muslim. Selain itu akan sangat baik pula jika disertai
dengan mempercantik kamar pengantin sehingga menjadi sempurnalah sebab-sebab yang
memunculkan kecintaan dan suasana romantis pada saat itu.

Hendaknya suami meletakkan tangannya pada ubun-ubun istrinya seraya mendoakan kebaikan
dengan doa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan :

َ‫ن أ َ ْسأَلُكََ ِإنِي الله َّم‬ َِ ‫علَ ْي َِه َج َب ْلت َ َها َما َو َخي‬
َْ ِ‫ْر َخي ِْرهَا م‬ َْ ِ‫علَ ْي َِه َج َب ْلت َ َها َما َوش ََِر ش َِرهَا م‬
َ ُ‫ن ِبكََ َوأَع ُْو َذ‬ َ

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya (istri) dan kebaikan tabiatnya,
dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan tabiatnya.”[HR. Bukhari dari sahabat
Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallaahu 'anhu].

Disunnahkan bagi keduanya untuk melakukan shalat dua rakaat bersama-sama. Syaikh Al Albani
dalam Adabuz Zifaf menyebutkan dua atsar yang salah satunya diriwayatkan oleh Abu Bakr Ibnu Abi
Syaiban dalam Al-Mushannaf dari sahabat Abu Sa’id, bekat budak sahabat Abu Usaid, beliau
mengisahkan bahwa semasa masih menjadi budak ia pernah melangsungkan pernikahan. Ia
mengundang beberapa sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya Abdullah bin
Mas’ud, Abu Dzarr, dan Hudzaifah.

Abu Sa’id mengatakan, “Mereka pun membimbingku, mengatakan, ‘Apabila istrimu masuk
menemuimu maka shalatlah dua rakaat. Mintalah perlindungan kepada Allah dan berlindunglah
kepada-Nya dari kejelekan istrimu. Setelah itu urusannya terserah engkau dan istrimu. “Dalam
riwayat Atsar yang lain Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu mengatakan, perintahkan isrtimu
shalat dibelakangmu.”

Ketika menjumpai istri, hendaknya seorang suami berprilaku santun kepada istrinya semisal dengan
memberikan segelas minuman atau yang lainnya sebagimana dalam hadits di atas, bisa juga dengan
menyerahkan maharnya. Selain itu hendaknya si suami untuk bertutur kata yang lembut yang
menggambarkan kebahagiaannya atas pernikahan ini. Sehingga hilanglah perasaan cemas, takut,
atau asing yang menghinggapi hati istrinya. Dengan kelembutan dalam ucapan dan perbuatan akan
bersemi keakraban da keharmonisan di antara keduanya.

Apabila seorang suami ingin menggauli istrinya, janganlah ia terburu-buru sampai keadaan istrinya
benar-benar siap, baik secara fisik, maupun secara psikis, yaitu istri sudah sepenuhnya menerima
keberadaan suami sebagai bagian dari dirinya, bukan orang lain. Begitu pula ketika suami telah
menyelesaikan hajatnya, jangan pula dirinya terburu-buru meninggalkan istrinya sampai terpenuhi
hajat istrinya. Artinya, seorang suami harus memperhatikan keadaan, perasaan, dan keinginan istri.
Kebahagian yang hendak ia raih, ia upayakan pula bisa dirasakan oleh istrinya.

Bagi suami yang akan menjima’i istri hanya diperbolehkan ketika istri tidak dalam keadaan haid dan
pada tempatnya saja, yaitu kemaluan. Adapun arah dan caranya terserah yang dia sukai. Allah
berfirman yang artinya, “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, “Haid itu adalah
suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kalian menjauhi (tidak menjima’i) wanita diwaktu haid,
dan janganlah kalian mendekati (menjima’i) mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
suci, maka campurilah mereka itu pada tempat yang diperintahkan Allah kepad kalian (kemaluan
saja). Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Istri-istri kalian adalah
(seperti) tanah tempat kalian bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat itu bagaimana saja
kalian kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk diri kalian, bertakwalah kepada Allah,
ketahuilah bahwa kalian kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang
yang beriman.” [Q.S. Al Baqarah: 222-223].

Ingat, diharamkan melalui dubur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya,
“Barang siapa yang menggauli istrinya ketika sedang haid atau melalui duburnya, maka ia telah kufur
dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad.” [HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan yang lainnya,
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud]. Kata ‘kufur’ dalam hadits ini
menunjukkan betapa besarnya dosa orang yang melakukan hal ini. Meskipun, kata para ulama,
‘kufur’ yang dimaksud dalam hadits ini adalah kufur kecil yang belum mengeluarkan pelakunya dari
Islam.

Telah kita ketahui bersama bahwa syaitan selalu menyertai, mengintai untuk berusaha
menjerumuskan Bani Adam dalam setiap keadaan. Begitu pula saat jima’, kecuali apabila dia
senantiasa berdzikir kepada Allah. Maka hendaknya berdo’a sebelum melakukan jima’ agar hal
tersebut menjadi sebab kebaikan dan keberkahan. Do’a yang diajarkan adalah:

َ‫طانََ َجنِ ْبنَا اللَّ ُه ََّم هللاَِ بِس ِْم‬


َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ب ال‬ َّ ‫َرزَ ْقتَنَا َما ال‬
َ ‫ش ْي‬
َِ ِ‫طانََ َو َجن‬

“Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaithan dan jauhkanlah syaithan dari apa yang
Engkau karuniakan kepada kami.”[HR. Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah bin Abbas
radhiyallaahu 'anhu]. Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa seandainya Allah mengkaruniakan
anak, maka syaithan tidak akan bisa memudharati anak tersebut. Al Qadhi menjelaskan maksudnya
adalah syaithan tidak akan bisa merasukinya. Sebagaimana dinukilkan dari Al Minhaj.

Diperbolehkan bagi suami dan istri untuk saling melihat aurat satu sama lain. Diperbolehkan pula
mandi bersama. Dari Aisyah radhiyallaahu ‘anha berkata, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah
dalam satu bejana dan kami berdua dalam keadaan junub.” [HR. Al Bukhari dan Muslim.]

Diwajibkan bagi suami istri yang telah bersenggama untuk mandi apabila hendak shalat. Waktu
mandi boleh ketika sebelum tidur atau setelah tidur. Namun apabila dalam mengakhirkan mandi
maka disunnahkan terlebih dahulu wudhu sebelum tidur. Berdasarkan hadits Abdullah bin Qais, ia
berkata, “Aku pernah bertanya kepada Aisyah, ‘Apa yang dilakukan Nabi ketika junub? Apakah beliau
mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum mandi?’ Aisyah menjawab, ‘Semua itu pernah dilakukan
Rasulullah. Terkadang beliau mandi dahulu kemudian tidur dan terkadang pula beliau hanya wudhu
kemudian tidur.”[HR. Ahmad dalam Al Musnad]

Tidak boleh menyebarkan rahasia ranjang, kecuali untuk beberapa hal yang menuntut hal tersebut
dilakukan semisal untuk konsultasi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya diantara manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat
adalah laki-laki yang mendatangi istrinya dan istrinya memberikan kepuasan kepadanya, kemudian
ia menyebarkan rahasianya.” [HR. Muslim dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallaahu 'anhu]

Dari poin-poin yang telah dijelaskan nampaklah betapa agungnya kesempurnaan syariat Islam dalam
mengatur semua sisi kehidupan ini. Sehingga pada setiap gerak hamba ada nilai ibadah yang bisa
direngkuh pahalanya. Tidak sekedar aktivitas rutin tanpa faedah, tak semua pemenuhan kebutuhan
tanpa hikmah. Oleh sebab itu tak ada yang sia-sia dalam mengikuti aturan Ilahi dan meneladani
sunnah Nabi. Semuanya memiliki makna serta mengandung kemaslahatan, karena datangnya dari
Allah Dzat Yang Maha Tinggi Ilmu-Nya lagi Maha sempurna Hikmah-Nya. Maka dari itu syariat yang
Allah turunkan selaras dengan fitrah hamba-Nya sebagai manusia, sebagimana disyariatkan
pernikahan.

Kesempurnaan syariat Islam ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Allah terhadap hamba-Nya
melebihi perhatian hamba terhadap dirinya sendiri. Oleh karenanya, hendaklah setiap hamba tetap
berada di atas fitrah tersebut di atas agama allah agar dirinya selalu berada di atas jalan yang lurus,
“(Tetaplah di atas fitrah) yang Allahtelah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” [QS. Ar Rum: 30].
Allahu a’lam.

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

www.menikah-islami.blogspot.com
:::Bagaimana Memuaskan Suami Ketika Istri Haid?:::

Ada banyak cara untuk memuaskan suami ketika istri sedang haid. Karena islam tidak menghukumi
fisik wanita haid sebagai benda najis yang selayaknya dijauhi, sebagaimana praktek yang dilakukan
orang yahudi. Anas bin Malik menceritakan,

‫ تعالى هللا فأنزل وسلم عليه هللا صلى النبي الصحابة فسأل البيوت في يجامعوهن ولم يؤاكلوها لم فيهم المرأة حاضت إذا كانوا اليهود أن‬:
‫…المحيض في النساء فاعتزلوا أذى هو قل المحيض عن ويسألونك‬

Sesungguhnya orang yahudi, ketika istri mereka mengalami haid, mereka tidak mau makan bersama
istrinya dan tidak mau tinggal bersama istrinya dalam satu rumah. Para sahabatpun bertanya kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. kemudian Allah menurunkan ayat, yang artinya:

“Mereka bertanya kepadamu tentang haid, katakanlah bahwa haid itu kotoran, karena itu hindari
wanita di bagian tempat keluarnya darah haid…” (HR. Muslim 302).

Dengan demikian, suami masih bisa melakukan apapun ketika istri haid, selain yang Allah larang
dalam Al-Quran, yaitu melakukan hubungan intim.

Ada 3 macam interaksi intim antara suami & istri ketika haid:

Pertama, interaksi dalam bentuk hubungan intim ketika haid. Perbuatan ini haram dengan sepakat
ulama, berdasarkan firman Allah,

ََ‫ن َويَ ْسأَلُونَك‬


َِ ‫ع‬ َ ِ ِ‫ل ْال َمح‬
َ ‫يض‬ َْ ُ‫سا ََء فَا ْعت َِزلُوا أَذًى ه ََُو ق‬ َ ِ ِ‫ال ْال َمح‬
َ ِ‫يض فِي الن‬ ْ َ‫ط َّه ْرنََ فَإِذَا ي‬
ََّ ‫ط ُه ْرنََ َحتَّى ت َ ْق َربُوه‬
ََ ‫ُن َو‬ ََّ ‫ن فَأْتُوه‬
َ َ ‫ُن ت‬ َُ ‫ّللاُ أ َ َم َر ُك َُم َحي‬
َْ ِ‫ْث م‬ ََّ

Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah suatu kotoran”. Karena itu
hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati
mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat
yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah: 222)

Orang yang melanggar larangan ini, wajib bertaubat kepada Allah, dan membayar kaffarah, berupa
sedekah satu atau setengah dinar.
Kedua, interaksi dalam bentuk bermesraan dan bercumbu selain di daerah antara pusar sampai lutut
istri ketika haid. Interaksi semacam ini hukumnya halal dengan sepakat ulama. A’isyah radhiyallahu
‘anha menceritakan,

َُ ‫سو‬
ََ‫ل كَان‬ ََِّ ‫صلَّى‬
ُ ‫ّللا َر‬ ََّ ‫علَ ْي َِه‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ن يَأ ْ ُم ُرنِي حِ ضْتَُ إِذَا َو‬
َ ‫سلَّ ََم‬ َْ َ ‫أَت َّ ِز ََر أ‬، ‫يُبَاش ُِرنِي ث ََُّم‬

Apabila saya haid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku untuk memakai sarung
kemudian beliau bercumbu denganku. (HR. Ahmad 25563, Turmudzi 132 dan dinilai shahih oleh Al-
Albani).

Hal yang sama juga disampaikan oleh Maimunah radhiyallahu ‘anha,

ُ ‫صلَّى هللاَِ َر‬


َُ ‫سو‬
ََ‫ل كَان‬ َ ُ‫هللا‬ َ ‫سلَّ ََم‬
َ ‫علَ ْي َِه‬ َ ‫ِر َو‬ َ ِ‫ار فَ ْوقََ ن‬
َُ ‫سا َءَهُ يُبَاش‬ ِ ْ ‫ُن‬
َِ َ‫اْلز‬ ََّ ‫ُحيَّضَ َوه‬

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercumbu dengan istrinya di daerah di atas sarung, ketika
mereka sedang haid. (HR. Muslim 294)

Ketiga, interaksi dalam bentuk bermesraan dan bercumbu di semua tubuh istri selain hubungan
intim. Interaksi semacam ini diperselisihkan ulama.

1. Imam Abu Hanifah, Malik, dan As-Syafii berpendapat bahwa perbuatan semacam ini hukumnya
haram. Dalil mereka adalah praktek Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana keterangan
A’isyah dan Maimunah.

2. Imam Ahmad, dan beberapa ulama hanafiyah, malikiyah dan syafiiyah berpendapat bahwa itu
dibolehkan. Dan pendapat inilah yang dikuatkan An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (3/205).

Diantara dalil yang mendukung pendapat kedua adalah

a. Firman Allah

ََ‫ن َويَ ْسأَلُونَك‬


َِ ‫ع‬ َ ِ ِ‫ل َْال َمح‬
َ ‫يض‬ َْ ُ‫سا ََء فَا ْعت َِزلُوا أَذًى ه ََُو ق‬ َ ِ ِ‫ْال َمح‬
َ ِ‫يض فِي الن‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah suatu kotoran”. Karena itu
hendaklah kamu menjauhkan diri dari Al-Mahidh..”

Ibn Utsaimin mengatakan, Makna Al-Mahidh mencakup masa haid atau tempat keluarnya haid. Dan
tempat keluarnya haid adalah kamaluan. Selama masa haid, melakukan hubungan intim hukumnya
haram. (As-Syarhul Mumthi’, 1/477)

Ibn Qudamah mengatakan,

‫عداه فيما إباحته على دليل باالعتزال الدم موضع فتخصيصه‬

Ketika Allah hanya memerintahkan untuk menjauhi tempat keluarnya darah, ini dalil bahwa selain
itu, hukumnya boleh. (Al-Mughni, 1/243)

b. Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ketika para sahabat menanyakan tentang istri
mereka pada saat haid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫صنَعُوا‬ ََّ ‫ش ْيءَ ُك‬


ْ ‫لا‬ ََّ ِ‫ح إ‬
َ ‫ال‬ ََ ‫النِكَا‬

“Lakukanlah segala sesuatu (dengan istri kalian) kecuali nikah.” (HR. Muslim 302).

Ketika menjelaskan hadis ini, At-Thibi mengatakan,

َ‫ح ْال ُم َرا ََد ِإ َّن‬


َِ ‫ْال ِج َماعَُ ِبال ِنكَا‬

“Makna kata ‘nikah’ dalam hadis ini adalah hubungan intim.” (Aunul ma’bud, 1/302)

Hubungan intim disebut dengan nikah, karena nikah merupakan sebab utama dihalalkannya
hubungan intim.

c. Disebutkan dalam riwayat lain, bahwa terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melakukan
praktek yang berbeda seperti di atas.
Diriwayatkan dari Ikrimah, dari beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ثوبا فرجها على ألقى شيئا الحائض من أراد إذا كان وسلم عليه هللا صلى النبي أن‬

“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hendak melakukan hubungan intim dengan istrinya
yang sedang haid, beliau menyuruhnya untuk memasang pembalut ke kemaluan istrinya.” (HR. Abu
Daud 272 dan Al-Hafidz Ibn Hajar mengatakan: Sanadnya kuat).

Jadi, Jangan Sekali-kali Melakukan Onani Tanpa Bantuan Tubuh Istri

Memahami hal ini, selayaknya suami tidak perlu risau ketika istrinya haid. Dan jangan sekali-kali
melakukan onani tanpa bantuan tubuh istri. Mengeluarkan mani dengan selain tubuh istri adalah
perbuatan yang terlarang, sebagaimana firman Allah ketika menyebutkan kriteria orang mukmin
yang beruntung,

ََ‫وج ِه َْم ُه َْم َوالَّذِين‬ ُ ِ‫ال ) ( َحاف‬


ِ ‫ظونََ ِلفُ ُر‬ ََّ ‫علَى ِإ‬ ِ ‫ْر فَإِنَّ ُه َْم أ َ ْي َمانُ ُه َْم َملَكَتَْ َما أ َ َْو أ َ ْز َو‬
َ ‫اج ِه َْم‬ َِ ‫ْال َعادُونََ ُه َُم فَأُولَئِكََ ذَلِكََ ََو َرا ََء ا ْبتَغَى فَ َم‬
َ ََ‫ن ) ( َملُومِ ين‬
َُ ‫غي‬

Orang-orang yang menjaga kemaluannya, Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang
mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di
balik itu, maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-Mukminun: 5 – 7)

Diantara sifat mukminin yang beruntung adalah orang yang selalu menjaga kemaluannya dan tidak
menyalurkannya, selain kepada istri dan budak wanita. Artinya, selama suami menggunakan tubuh
istri untuk mencapai klimaks syahwat, maka tidak dinilai tercela. Berbeda dengan “orang yang
mencari selain itu”, baik berzina dengan wanita lain, atau menggunakan bantuan selain istri untuk
mencapai klimaks (baca: onani), Allah sebut perbuatan orang ini sebagai tindakan melampaui batas.

Allahu a’lam

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

www.menikah-islami.blogspot.com

:::Berapa Kali Hubungan Seks dalam Sepekan?:::

Adakah aturan dalam Islam, berapa kali hubungan intim atau hubungan seks dalam sepekan?
Intinya, dalam Islam tidak ada pembatasan berapa kali dalam seminggu untuk hubungan intim.
Mengenai perkara tersebut tergantung pada keadaan dan kemampuan tiap orang.

Namun sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Qudamah dalam Al Mughni (7: 30),

‫ عذر له يكن لم إذا – زوجته يجامع بأن الزوج أي – الرجل على واجب والوطء‬، ‫مالك قال وبه‬

“Hubungan seks wajib dilakukan oleh suami, yaitu ia punya kewajiban menyetubuhi istrinya selama
tidak ada udzur. Demikian dikatakan oleh Imam Malik.”

Ada hadits pula dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menasehatinya,

« ‫ع ْب ََد يَا‬ ََِّ ‫صو َُم أَنَّكََ أ ُ ْخبَ َْر أَلَ َْم‬
َ ‫ّللا‬ ُ َ ‫ار ت‬ ََ ‫ » اللَّ ْي‬. َُ‫ل يَا بَلَى فَقُ ْلت‬
ََ ‫ل َوتَقُو َُم النَّ َه‬ ََ ‫سو‬ ََِّ . ‫ل‬
ُ ‫ّللا َر‬ ََ ‫الَ « قَا‬ ُ ‫ َوأ َ ْفطِ َْر‬، ‫ َونَ َْم َوقُ َْم‬، ‫ن‬
َْ ‫ ت َ ْف َع‬، ‫ص َْم‬
َ َ‫ل ف‬ ََّ ِ ‫سدِكََ فَإ‬
َ ‫ِل َج‬
َ
ََ‫عليْك‬ ًّ
َ ‫ َحقا‬، ‫ن‬ ََّ ِ‫عليْكََ ِلعَ ْينِكََ َوإ‬ َ ًّ
َ ‫ َحقا‬، ‫ن‬ ََّ ِ‫عليْكََ لِزَ ْو ِجكََ َوإ‬ َ ًّ
َ ‫ َحقا‬، ‫ن‬ َ
ََّ ِ‫عليْكََ لِزَ ْو ِركََ َوإ‬ ًّ
َ ‫َحقا‬

“Wahai Abdullah, benarkan aku dapat kabar darimu bahwa engkau terus-terusan puasa dan juga
shalat malam?” Abdullah bin Amr bin Al Ash menjawab, “Iya betul wahai Rasulullah.” Beliau
bersabda, “Jangan lakukan seperti itu. Engkau boleh berpuasa, namun ada waktu tidak berpuasa.
Engkau boleh shalat malam, namun ada waktu untuk istirahat tidur. Ingat, badanmu punya hak,
matamu punya hak, istrimu juga punya hak yang mesti engkau tunaikan. Begitu pula tenggorokanmu
pun memiliki hak.” (HR. Bukhari no. 1975).

Dalam Fathul Bari (9: 299) disebutkan perkataan Ibnu Batthol,

ُ‫ال َوأَنَّ َه‬ َْ َ ‫ضعُف َحتَّى ْال ِعبَا َدة فِي بِنَ ْف ِس َِه يُجْ ِهد أ‬
ََ ‫ن لَ َهُ يَ ْنبَغِي‬ َ ‫ِن بِ َح ِق َها ْال ِقيَام‬
َْ ‫ع‬
ْ َ‫ن ي‬ َ ِ‫َوا ْكت‬
َْ ‫ساب ِج َماع م‬

“Hendaklah suami tidak mempersusah diri dalam ibadah sehingga membuat ia lemas untuk
menunaikan hak istrinya yaitu kebutuhan seks dan bekerja untuk keluarga.”

Ibnu Hajar juga menyebutkan,

َ‫ف‬ ْ ‫ن ْالعُلَ َماء َو‬


َ َ‫اختَل‬ َْ ‫ن كَفَ فِي َم‬ َْ ‫ع‬ ََ ‫ َمالِك فَقَا‬: ‫ن‬
َ ‫ل زَ ْو َجته ِج َماع‬ َْ ِ‫ْر كَانََ إ‬
َِ ‫ورة بِغَي‬
َ ‫ض ُر‬ َ ‫ بَيْنه َما يُف ََّرق أ َ َْو بِ َِه أ ُ ْل ِزم‬، ‫ن َونَحْ وه‬ َ ‫ أَحْ ََمد‬، ‫َو ْال َم ْش ُهور‬
َْ ‫ع‬
َّ ‫ال أَنَّ َهُ ال‬
‫شا ِف ِعيَّة ِع ْند‬ ََ ‫علَ ْي َِه َي ِجب‬
َ ،‫ل‬ََ ‫ َم َّرة َي ِجب َوقِي‬، ‫ن‬ َ ‫سلَف َب ْعض َو‬
َْ ‫ع‬ َّ ‫ لَ ْيلَة أ َ ْر َبعَ ُكلَ فِي ال‬، ‫ن‬َْ ‫ع‬َ ‫ط ْهر كُلَ فِي َب ْعضه َْم َو‬ ُ ‫ َم َّرة‬.

“Para ulama berselisih pendapat bolehkah suami meninggalkan menyetubuhi istrinya. Imam Malik
berpandangan, “Jika tidak darurat melakukannya, suami bisa dipaksa berhubungan seks atau mereka
berdua harus pisah.” Imam Ahmad juga berpendapat seperti itu. Sedangkan yang masyhur dari
kalangan ulama Syafi’iyah, ia tidak wajib berhubungan intim. Ada pula yang berpandangan bahwa
wajibnya sekali. Sebagian ulama salaf berpendapat, setiap empat malam, harus ada hubungan seks.
Ulama lainnya berpandangan, setiap kali suci dari haidh, sekali hubungan seks.”
Ibnu Taimiyah berpendapat,

‫ معيشته عن يشغله أو بدنه ينهك لم ما كفايتها بقدر امرأته وطء الزوج على ويجب‬، .. ‫كالنفقة الحاكم يفرضه أن فينبغي تنازعا فإن‬
‫زاد إذا وكوطئه‬

“Wajib bagi suami berhubungan seks dengan istrinya sesuai kemampuannya selama tidak
mengganggu fisik dan tidak melalaikan dari kewajiban mencari nafkah. Jika ini tidak dipenuhi, maka
seorang hakim peradilan bisa memaksanya sebagaimana dalam hal nafkah atau sebagaimana dalam
hubungan seks yang berlebihan.” (Al Ikhtiyarot Al Fiqhiyyah, hal. 246).

Adapun jika suami bepergian karena tujuan yang disyari’atkan atau ada alasan lainnya yang
dibolehkan, maka hendaklah tidak terlalu lama meninggalkan istri.

Kalau kepergian suami demi kemaslahatan kaum muslimin seperti jihad di jalan Allah atau menjaga
garis perbatasan, maka hendaklah ia tidak meninggalkan istrinya terlalu lama, tidak lebih dari empat
bulan.

Contohnya, ketika pemerintahan Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu. Umar memberikan waktu
bagi para pasukannya untuk pergi meninggalkan keluarganya (istrinya) tidak lebih dari empat bulan.
Kalau ternyata sudah mencapai empat bulan, maka pasukan tersebut siap diganti dengan yang lain.

(Fatwa Al Islam Sual wal Jawab no. 1078 oleh Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid).

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

www.menikah-islami.blogspot.com

:::Bolehkah Istri Menuntut Suami Lebih Rajin Berhubungan?:::

Kita ambil satu peristiwa yang terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tersebutlah seorang sahabat bernama Rifaah al-Quradzi. Dia menikahi seorang wanita bernama
Tamimah bintu Wahb. Setelah beberapa lama menjalani kehidupan berumah tangga, Rifaah
menceraikan istrinya, cerai tiga. Setelah usai iddah, bu Tamimah menikah dengan Abdurahman bin
Zabir al-Quradzi. Namun ternyata Tamimah tidak mencintai Abdurrahman. Dia hanya jadikan itu
kesempatan agar bisa balik ke Rifa’ah.

Hingga wanita ini mengadukan masalah suaminya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia
datang menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan memakai kerudung warna hijau.

Mulailah si wanita ini mengadukan,

َّ ‫ن ِإلَ ْي َِه لِي َما َو‬


َِ‫ّللا‬ َْ ِ‫ ذَ ْنبَ م‬، ‫ال‬ ََّ َ ‫ْس َم َع َهُ َما أ‬
ََّ ‫ن ِإ‬ ََ ‫عنِي بِأ َ ْغنَى لَي‬ َْ ِ‫ن ُه ْدبَ َةً َوأ َ َخذَتَْ – َه ِذَِه م‬
َ ‫ن‬ َْ ِ‫ ث َ ْوبِ َها م‬-

“Suami saya ini orang baik, gak pernah berbuat dzalim kepada saya. Cuma punya dia, tidak bisa
membuat saya puas dibanding ini.” Sambil dia pegang ujung bajunya.”

Maksud Tamimah, anu suaminya itu loyo. Tidak bisa memuaskan dirinya. Seperti ujung baju itu.

Ketika tahu istrinya datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abdurahman datang dengan
membawa dua anaknya, dari pernikahan dengan istri sebelumnya.

Abdurahman bawa dua anak untuk membuktikan bahwa dia lelaki sejati. Mendengar aduhan istri
keduanya ini, Abdurrahman langsung protes,

َْ‫ّللا َكذَ َبت‬


ََِّ ‫ل َيا َو‬ ُ ‫ّللاِ َر‬
ََ ‫سو‬ ُ ُ‫ض َأل َ ْنف‬
ََّ ، ‫ض َها ِإنِي‬ َِ ‫ األَد‬، ‫ نَاشِزَ َولَ ِكنَّ َها‬، ‫ع َةَ ت ُ ِري َُد‬
ََ ‫ِيم نَ ْف‬ َ ‫ِرفَا‬

“Istriku dusta ya Rasulullah, saya sudah sungguh-sungguh dan tahan lama. Tapi wanita ini nusyuz,
dia pingin balik ke Rifaah (suami pertamanya).”

Mendengar aduhan mereka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tersenyum. (HR. Bukhari 5825
& Muslim 1433).

Senyum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap laporan kasus ini, karena beliau heran. Dan
beliau tidak melarangnya atau memarahi pasangan ini, menunjukkan bahwa beliau membolehkan
melakukan laporan semacam ini. Sekalipun ada unsur vulgar.

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,


‫ منها تعجبا كان وسلم عليه هللا صلى وتبسمه‬، ‫ذلك وقوع جواز منه ويستفاد …غالبا به التصريح من النساء يستحيي بما لتصريحها إما‬

Senyum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena beliau heran. Bisa karena melihat wanita ini yang
terus terang padahal umumnya itu malu bagi umumnya wanita… dan disimpulkan dari hadis ini,
bolehnya melakukan semacam ini. (Fathul Bari, 9/466)

Yang kita garis bawahi dalam kasus ini, Tamimah menggugat suaminya dengan alasan masalah
ranjang. Artinya itu bukan suatu yang bernilai maksiat, atau tidakan tercela.

Mengadukan Suami Karena Kurang Rajin

Dari hadis ini, sebagian ulama menyimpulkan bahwa istri boleh menuntut suami untuk
meningkatkan intensitas hubungan.

Kita simak keterangan Ibnul Mulaqin,

‫وفيه‬: ‫ الوطء بقلة اْلمام عند أزواجهن يطلبن أن للنساء أن‬، ‫ كالصريح بينًا تعريضًا بذلك يعرضن وأن‬، ‫ذلك في عليهن عار وال‬

Dalam hadis ini terdapat kesimpulan bahwa istri boleh mengadukan suami mereka kepada pihak
berwenang, karena kurang rajin berhubungan. Dia boleh sampaikan itu dengan terang-terangan.
Dan itu tidak tercela. (at-Taudhih li Syarh al-Jami’ as-Shahih, 27/653)

Allahu a’lam.

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

www.menikah-islami.blogspot.com

:::Hukum Istri Menolak 'Ajakan' Suami:::

Apakah berdosa bila seorang istri menolak ajakan suami untuk ber-jima’ karena istri sedang capek
dan mengantuk? Penyebabnya kelelahan itu adalah karena suami terlalu sering mengajak ber-jima’
sehingga memforsir tenaga istri.
Jawaban:

Suami yang selalu mengajak istrinya untuk berhubungan menunjukkan bahwa dia sayang kepada
istrinya. Kebutuhan suami terhadap istri memang sangat besar, sehingga hendaknya istri menyadari
hal itu.

Apalagi, wanita yang usianya masih muda setiap bulannya ada waktu haid, dan setelah melahirkan
pun sang wanita membutuhkan “cuti” dari suaminya selama kurang lebih 40 hari karena syariat
Islam melarang suami menggauli istrinya dalam kondisi tersebut. Belum lagi bila istri sakit atau ada
uzur lain, dan juga suami yang sering keluar rumah karena mencari nafkah dan sebab-sebab yang
lainnya.

Jika istri menolak permintaannya karena capek atau mengantuk, sedangkan suami hanya punya satu
istri, maka kesalahan ada di pihak isri, karena suami tidak boleh melampiaskan kesenangannya
kecuali kepada istri atau budaknya, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Mukminun ayat 6.

Namun hal ini masih bisa didiskusikan dengan suami. InsyaAllah suami yang shalih bisa memahami
kondisi istri, apalagi ketika istri benar-benar kecapekan. InsyaAllah suami shalih dapat memahami.
Kalaupun istri tidak mampu melayani dalam hubungan badan, istri bisa memainkan 'anunya'
sehingga suami mencapai orgasme. Yang terpenting disini adalah adanya keterbukaan dan saling
memahami.

Selanjutnya, bagaimana seharusnya istri bila diajak oleh suaminya? Perhatikan hadits di bawah ini.

Dari Thalqu bin Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ل إِذَا‬
َُ ‫الر ُج‬ َ ‫ن ََو فَ ْلت َأْتِ َِه زَ ْو َجت َ َه ُ َد‬
َّ ‫عا‬ َْ ِ‫علَى كَانَتَْ إ‬
َ ‫التَّنُّ ْو َِر‬

“Apabila seorang suami mengajak istrinya untuk berkumpul hendaknya wanita itu mendatanginya
sekalipun dia berada di dapur.” (HR. Tirmidzi: 4/387; dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-
Targhib: 2/199)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ‫ال‬
َ ‫ل‬َُّ ِ‫ن ل ِْل َم ْرأَةَِ يَح‬
َْ َ ‫ص ْو ََم أ‬ َ ِ‫بِإ ِ ْذنِ َِه إ‬
ُ َ ‫الَّ شَاهِدَ زَ ْو ُج َها ََو ت‬
“Tidak halal bagi wanita untuk berpuasa (sunnah) sedangkan suaminya berada di rumah, kecuali
dengan izinnya.” (HR. Bukhari: 16/199)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫عا إِذَا‬ َّ ُ ‫ضبََانََ فَأَبَتَْ ف َِرا ِش َِه إِلَى اِ ْم َرأَت َ َه‬


َُ ‫الر ُج‬
َ ‫ل َد‬ ْ ‫غ‬ َ ‫ى ا َ ْل َمآلئِ َك َةُ لَعَنَتْ َها‬
َ ‫علَ ْي َها‬ ََّ ‫ح َحت‬ ْ ُ‫ت‬
ََ ِ‫صب‬

“Apabila suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya lalu istri enggan sehingga suami marah pada
malam harinya, malaikat melaknat sang istri sampai waktu subuh.” (HR. Bukhari: 11/14)

Allahu A'lam

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

www.menikah-islami.blogspot.com

Assalamualaikum ustadz, ustadzah saya Ana Husna domisili Ciamis

Pertanyaan :

Dibolehkan atau tidak melakukan jima ketika istri sedang hamil? Apakah ada atau tidak efek samping
menurut kesehatan dan ketentuan syariat islam?

Terimakasih.

Wa'alaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh

KETIKA seorang istri tengah hamil tua, biasanya secara otomatis suami menghentikan aktvitas jima.
Alasannya, khawatir menganggu kesehatan istri. Apalagi ketika mengandung anak pertama. Namun,
literatur medis menyatakan bahwa jima ketika hamil dapat membantu kelancaran proses persalinan.
Benarkah?

Saat jima, prostaglandin yang dikeluarkan sperma dapat mengakibatkan kontraksi guna membantu
penekanan sehingga kepala bayi dapat masuk ke bagian bawah panggul. Ya membantu juga secara
tidak langsung. Namun jima pada usia kehamilan tua tetap harus hati-hati.
Banyak pendapat medis menyatakan bahwa waktu yang tepat untuk jima sewaktu hamil yaitu
setelah trimester pertama hingga usia 7 bulan. Pada waktu ini, ibu hamil sudah relaks dan lebih
nyaman dengan tubuhnya. Pada trimester pertama kehamilan, sebaiknya Anda menunda jima
terlebih dahulu. Pasalnya, jima di awal kehamilan mudah terjadi kontraksi. Ari-ari belum terbentuk
sehingga dapat mengakibatkan keguguran bila tejadi kontraksi dahsyat.

Sedangkan pada usia kehamilan 7-9 bulan, frekuensi jima sebaiknya dikurangi sampai janin berusia 9
bulan karena sangat membahayakan janin. Pasalnya kontraksi bisa mengakibatkan pecah ketuban
dan bayi dapat terinfeksi. Sementara bila bayi harus dilahirkan, paru-parunya belum matang. Waktu
yang sangat membahayakan yaitu antara kehamilan usia 7-8 bulan.

Pada usia kehamilan 9 bulan, bayi sudah siap untuk dilahirkan bila terjadi kontraksi sehingga air
ketuban pecah. Pasalnya, paru-paru bayi sudah matang. Kalau bisa di atas 36 minggu, bila pecah
ketuban, bayi lahir sudah aman karena telah mampu bernapas di luar tubuh ibu.

Banyak orang menganggap jima saat hamil sangat berbahaya terhadap janin karena penis, orgasme,
atau ejakulasi dianggap dapat mencederai bayi. Sebenarnya tidaklah demikian. Jima dengan
pasangan pada saat hamil apalagi menjelang persalinan dilakukan dengan sangat relaks.

Jadi yang paling penting dalam hal ini adalah mencari posisi yang nyaman terutama untuk istri. Jima
harus dilakukan dengan nyaman agar jangan sampai terjadi kontraksi yang dahsyat untuk
menghindari pecah ketuban. Pasalnya, ketuban pecah dapat menyebabkan infeksi ke tubuh janin.
Namun yang paling aman, tentu saja berkonsultasi dengan dokter keluarga untuk mengetahui
kondisi kehamilan sehingga jima yang dilakukan ketika istri hamil berlangsung aman dan lancar.

Allahu A'lam

:::MENDIDIK ANAK CINTA AL-QUR'AN:::

Anak sebagai karunia dari Allah, merupakan rahmat dan rizki yang dinanti para orang tua. Karena
anak adalah permata hati yang dengan keshalehannya bisa membahagiakan kedua orang tua di
dunia dan di akhirat .
Allah berfirman:

‫عليكم وبركاته هللا رحمة‬

Artinya : " itu adalah rahmat dan berkah Allah curahkan kepadamu" ( QS. 11:73 )

Amal shaleh anak bisa menjadi sedekah jariyah yang pahalanya tidak akan terputus hingga hari
kiamat tiba. Sebab keberadaan anak shaleh dikarenakan adanya pengorbanan dan perjuangan yang
besar dari para orang tua dalam mendidiknya tanpa kenal waktu.

Rasulullah bersabda:

‫له يدعو صالح ولد او به ينتفع علم او جارية صدقة ثالث من اال عمله انقطع ادم ابن مات اذا‬
Artinya: " Apabila anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara , yaitu:
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya" ( HR. Muslim ).

Pantaslah jika anak adalah milik yang paling berharga , menjadi aset yang paling bernilai bagi para
orang tua di dunia dan akhirat. Karena itu wahai para orang tua berilah anak nikmat Allah yang
teragung yaitu pendidikan mencintai Alquran.

Allah berfirman:

‫الرحمن‬. ‫القران علم‬.

Artinya: " Allah Yang Maha Penyayang . Telah mengajarkan Alquran"( QS. 55 : 1-2 ).

Pentingnya pendidikan anak mencintai Al-Quran telah diwasiatkan Rasulullah SAW. kepada para
orang tua dengan sabdanya:

‫ خصال ثالث على اوالدكم ادبوا‬: ‫ظله اال ظل ال يوم هللا عرش ظل في القران حملة فان القران وتالوة بيته ال وحب نبيكم حب‬.
Artinya : " Didiklah anakmu kepada 3 perkara yitu mencintai nabimu, mencintai keluarganya, dan (
mencintai) membaca Al-Qur'an, karena sesungguhnya pelaku Al-Qur'an akan berada di bawah
naungan Arsy Allah saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya" ( HR. Thabrani ).

Mengapa anak harus dididik mencintai Rasulullah, keluarganya dan mencintai Al-Quran ? Karena
dalam konsep Islam, anak harus disiapkan menjadi pemimpin yang beriman kokoh, beribadah benar,
berakhlak mulia, berwawasan pengetahuan yang luas dan bermanfaat , sehat, mandiri, dan menjadi
pejuang dalam melaksanakan dan menegakkan nilai2 Islam hingga kejayaaannya. Merekalah yang
akan menjadi pemimpin bagi orang2 yang bertakwa.

Mendidik anak cinta alquran itu dimulai dengan cinta membacanya, cinta menghafal dan
mengulangnya, cinta memahami ayat2-Nya, hingga cinta untuk mengamalkan dan berdakwah
kepadanya. Urgensi mendidik anak cinta Al-Qur'an :

1. Mendidik anak selalu dekat dengan Allah dan dekat dengan wahyu-Nya.
2. Melatih kecerdasan dan kekuatan hafalannya.

3. Mendidik anak berjiwa kuat agar mampu mengendalikan nafsunya.

‫ايمانا زادتهم اياته عليهم تليت اذا‬

Artinya: "Apabila dibacakan alquran kepada mereka maka bertambahlah imannya" ( QS. 8 : 2 )

4. Mendidik anak berakhlak mulia.


5. Menjaga anak dari penyakit hati dan penyimpangan moral.

6. Mempersiapkan anak lebih dini untuk memiliki potensi menjadi tokoh besar.

7. Menyibukkan anak pada kegiatan yang bermanfaat.

8. Menyiapkan anak bahagia di dunia dan di akhirat.


9. Bernilai sedekah jariah bagi orang tua.

10. Menjadi syafaat bagi anak dan orang tuanya.

Kiat mendidik anak cinta Al-Qur'an:

1. Keteladanan dari kedua orang tua.

2. Banyak berdoa kepada Allah.


3. Memberikan motivasi kepada anak.

4. Disiplin dalam mengajarkan alquran ; membaca, menghafal dan mengamalkan.

5. Banyak memperdengarkan tilawah quran dari qari terbaik.

6. Melekatkan anak kepada guru alquran ( ahli alquran yang fashih, hafidz dan berakhlak alquran ).

7. Menciptakan lingkungan yang kondusif.

8. Memberikan apresiasi dan tidak memberikan sangsi.

9. Bertahap sesuai kemampuan anak.

10. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.


Semoga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan dalam upaya kita mewujudkan anak cinta
alquran, amin

Ustzh. DR. Hj. Aan Rohanah, Lc , M.Ag

www.iman-islam.com

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596
:::NASEHAT AYAH KEPADA ANAK:::

Anak adalah dambaan setiap sepasang manusia yang mengikat tali suci untuk meraih ridho Ilahi.
Dengannya nasab Islam akan berlanjut, dengannya agama Rasulullah Saw insya Allah akan terus
hidup, dan dengannya insya Allah, seluruh alam akan merasakan keberkahan hidup bersama seorang
Muslim. Maka terlahirnya seorang anak bukanlah akhir dari sebuah cita-cita, melainkan awal dari
sebuah pekerjaan besar nan mulia untuk menumpuk investasi jariyah yang nilainya amat tinggi,
mengalahkan investasi materi di dunia.

Untuk inilah sebuah keluarga harus mencurahkan sepenuh jiwanya, bersama do’a kaum muslimin
yang mengharapkan kebaikan, melahirkan sebuah proses berkesinambungan, tanpa harus bersedih
jika hasil tidak sesuai dengan asa, karena Allah Sang Pencipta hanya akan menilai proses bukan hasil
kerja.

Peran seorang ayah begitu penting sebagai imam dalam keluarga, sebagai panutan dalam tindakan,
sebagai guru bagi murid-muridnya, yang tidak lain adalah isteri dan anak-anaknya. Begitu pentingnya
peran seorang ayah, sehingga satu halaman Al-Qur’an secara khusus mengajarkan kepada seorang
ayah nasihat apa yang pantas disampaikan kepada anak-anaknya pada kesempatan pertama seorang
anak mampu untuk menyerap ilmu. Allah mengarahkan seorang ayah agar menjadi guru yang
memberikan mau’izhoh (pelajaran) inti dan mendasar, agar dari lisannya pertama kali seorang anak
mendengarkannya, bukan dari orang lain, meskipun orang lain itu seorang yang shalih, karena
keshalihan utama dalam sebuah keluarga harus terpancar dari seorang imam keluarga.

Allah ‘Azza wa Jalla memilihkan sosok Luqman bin Anqa’ bin Sadun untuk menjadi teladan para ayah
dalam bab ini, karena ia sosok panutan yang sangat pandai bersyukur akan nikmat-Nya, dan akan
kita lihat bagaimana cara Luqman mensyukuri nikmat dikaruniai seorang anak, khususnya puteranya
yang bernama Tsaran.

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah.
Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”. [Q.S. 31.12]

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya :
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. [Q.S. 31.13]
Inilah inti agama para Nabi, hakikat da’wah para Rasul, dan bangunan awal nan mendasar yang
diletakkan di dasar jiwa setiap anak-anaknya. Ketika dasar ini tertanam kokoh dalam relung hati
setiap manusia, niscaya pribadinya akan siap untuk menerima syari’at agama yang akan melahirkan
kepribadian Islam (syakhsiyah Islamiyyah).

Ayah melanjutkan pelajarannya dengan mengingatkan seorang anak untuk mencurahkan


perhatiannya untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya, wa bil khushus, ibunya. Seorang anak
harus belajar mensyukur nikmat Allah, nikmat memiliki ayah dan ibu yang shalih dan shalihah.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” [Q.S. 31.14]
Iman seorang anak adalah kepada Sang Pencipta, bukan kepada ayah dan ibunya. Kalaupun ia
berbakti kepada orang tuanya, itu murni karena penghambaannya kepada Allah Rabbul ‘Izzati wal
Jalalah, bukan karena orang tuanya. Oleh karenanya, ada kalanya orang tua tersimpangkan hidupnya
mengkhianati imannya kepada Allah, maka syariat ini mengajarkan umatnya untuk tetap birrul
walidain (berbakti kepada kedua orang tua), dan mengedepankan akhlak yang mulia dalam bab
mu’amalah sembari sentiasa berusaha mengingatkan untuk kembali ke jalan yang lurus (ash-
shirathal mustaqim). Pelajaran ini harus disampaikan oleh seorang ayah.

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya
di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Q.S. 31.15]

Keyakinan bahwa Allah sentiasa mengawasinya (muraqabatullah), memiliki kunci-kunci keghaiban


sehinga mengetahui hingga hal-hal yang terkecil sekalipun, meskipun sehelai daun yang gugur,
meskipun sebutir biji yang jatuh dalam kegelapan malam, meskipun ia tersimpan rapat di hati
manusia. Allah telah menuliskannya di Lauh al-Mahfuzh, dan Allah akan memberikan balasan dengan
Maha Sempurna dan Maha Adil. “(Lukman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah
akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
[Q.S. 31.16]
Perhatikanlah, bagaimana taujih rabbani Allah kepada seorang ayah untuk membangun kekuatan
jiwa seorang anak. Saat kekuatan jiwa itu telah kokoh, barulah ayah mengajarkan dan membiasakan
seorang anak tata cara ibadah yang benar sebagai wujud syukur, dan kunci semua ibadah adalah
shalat. Shalat adalah ibadah yang pertama kali dihisab, dan menentukan apakah amalah kebaikan
lainnya akan dihisab ataukah tidak tergantung baiknya shalat. Maka seorang anak diajarkan untuk
tidak sekedar memahami bahwa shalat adalah kewajiban, akan tetapi shalat harus dinikmati, dinanti,
dan dirindukan. Ia menjadi sarana seorang manusia untuk berkhalwat kepada Sang Pencipta,
realisasi mi’raj ruhani. Kehidupan adalah waktu yang disiapkan Allah untuk menegakkan shalat, dan
sembari menunggu waktu shalat, manusia mengisi waktunya dengan bekerja, belajar, mengajar, dan
berdakwah, bukan sebaliknya, bukan shalat yang menanti dirinya. Persepsi seperti inilah yang akan
melahirkan pribadi yang mampu shalih tidak hanya di dalam masjid, tetapi dalam seluruh praktik
kehidupannya di luar masjid.

“Hai anakku, dirikanlah salat dan serulah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka)
dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya
yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [Q.S. 31.17]

Kesombongan, menolak kebenaran dan merendahkan manusia, tidak mungkin akan terlahir dari
pribadi yang kokoh dasar imannya dan terlatih dalam kesinambungan ibadah yang benar. Maka tidak
akan sulit bagi seorang ayah mengajarkan ilmu ini kepada anaknya, anak yang akan semakin
tawadhu’ seiring ilmu yang semakin banyak yang ia terima, anak yang tidak memilih-milih sahabat
kecuali karena pertimbangan keshalihannya, anak yang bagus tutur katanya, karena memiliki
motivasi hidup yang benar, yang akan menyuntikkannya energi asa yang tak pernah putus, bahkan
berlimpah sehingga mampu dibaginya kepada alam semesta.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” [Q.S. 31.18] “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” [Q.S. 31.19].

DR. WIDO SUPRAHA

www.iman-islam.com

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596
:::LAPIS-LAPIS TUJUAN PENDIDIKAN KELUARGA:::

Ketika membahas tentang pendidikan anak, maka sejatinya kita adalah sedang membahas tentang
Pendidikan Keluarga. Kenapa keluarga? Karena pendidikan itu berlaku madal hayah, seumur hidup.
Pelakunya dalam keluarga inti adalah orang tua dan anak. Ketika orang tua menuntut anak untuk
belajar, maka orang tua pun perlu belajar. Hakikat wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasul
saw 'iqro bismirobbika aladzi kholaq' merupakan prinsip bahwa pendidikan itu akan berlangsung
sepanjang ruh masih melekat di raga.

Merangkai tujuan pendidikan di keluarga sama dengan menggali hakikat keberadaan manusia di
bumi ini. Mengapa kita diciptakan? Apa tujuan penciptaan kita? Dari sanalah kita kemudian
membuat turunan apa saja yang menjadi langkah demi langkah tujuan hidup kita. Sementara proses
pendidikan adalah tools atau alat untuk menuju ke sana.

Seringkali dalam menjalani proses, kita kebingungan di tengah jalan. Berhenti dan bertanya,
sebenarnya kita mau apa sih? Mau ke mana? Kita sudah melakukan ini dan itu, tapi mengapa begini
jadinya? Trus habis ini apa lagi? Dan seabrek teka teki lainnya..
Ketika setiap hari kita berdoa "Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qinaa
'adzabannar" sebenarnya kita pun setiap hari sudah mengucapkan tujuan hidup kita dan dengannya
kita melakukan hal-hal untuk bisa meraihnya. Tujuan itu perlu diucapkan, diceritakan, disampaikan
bahkan dituliskan.

Sekelumit kisah mimpi besar khalifah Umar bin Abdul Aziz. Umar bin Abdul Aziz adalah seorang
pemuda yang sangat kuat bercita-cita. Ia memiliki mimpi-mimpi besar dalam hidupnya. Saat masih
lajang, cita-citanya adalah menikahi Fatimah binti Abdul Malik bin Marwan, gadis cantik putri
seorang khalifah. Ia persiapan dirinya dengan serius hingga cita-citanya terkabul. Mimpi besarnya
yang lain adalah ingin menjadi Gubernur Madinah. Sebuah posisi prestius saat itu yang menjadi
idaman keluarga besar Bani Umayah. Ia pun berusaha dengan kuat dan terwujudlah cita-citanya.
Kemudian ia pun ingin menjadi seorang khalifah. Tekad yang kuatnya pun membawanya menjadi
seorang khalifah. Masya Allah. Hingga ketika ia sampai pada cita-cita tertinggi yaitu masuk surga
Allah. Maka upaya terkuatnya adalah dengan memilih gaya hidup baru yaitu : Zuhud. Itu ia lakukan
semasa menjadi khalifah.
Umar bin Abdul Aziz muda tak segan mengurai mimpi besarnya. Semua itu mampu ia lakukan karena
ia yakin kuasa Allah mampu mewujudkan mimpinya. Maka ketika kita merangkai tujuan-tujuan
hidup kita, setinggi apapun, langkah selanjutnya sandarkan semuanya pada Allah. Karena hanya
Allah yang Maha Mengetahui yang terbaik untuk kita.

Lalu apa tujuan keluarga kita? Tujuan kita memiliki keluarga? Tujuan kita memiliki anak? Tujuan
pendidikan di keluarga kita?

Saya membagi tahapan tujuan pendidikan keluarga dalam lima lapis.


1. Lapis pertama

Tujuan Pendidikan Keluarga sesuai doa yang biasa kita haturkan kepada Allah 'Azza wa Jalla yang
tersurat pada surah al Furqon : 74.

‫اماما للمتقين‬

Dalam doa tersebut kita meminta kepada Allah untuk menjadikan kita pemimpin bagi umat. Secara
bahasa kata imam berarti al mu'tammu bih (orang yang diikuti) yaitu yang diteladani ucapan dan
perbuatannya baik dalam kebaikan maupun kebatilan. Pengertian itulah diambil para mufassir dalam
menafsirkan ayat ini. Ibnu 'Abbas, al Hasa, al Sudi, Qatadah dan al Rabi' bin Anas berkata : Mereka
menjadi para pemimpin yang diteladani dalam kebaikan. Ibnu 'abbas sebagimana dikutip al
Qurthubi, ayat ini berarti "Jadikanlah kami sebagai pemimpin yang memberi petunjuk".
Sebagaimana gambaran Allah 'Azza wa Jalla pada surah as Sajdah : 24"Dan Kami jadikan di antara
mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk degan perintah Kami ketika mereka sabar".
Juga sebagaimana sabda Rasul saw bahwa setiap kita adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya, maka visi melahirkan pemimpin yang mulia adalah
tujuan besar dalam pendidikan keluarga.

2. Lapis ke dua

Ketika hamil anak ke dua, saya pernah membaca sebuah bait doa dari seorang syaikh dari Kuwait.
Doa ini untuk ibu hamil yang ditujukan untuk janinnya. Di antara bait doa ada yang bertuliskan

‫سلم و عليه هللا صلي محمد رسولك للسنة المحيين ومن لدينك المجددين من اجعلنا اللهم‬
"Ya Allah, jadikan kami bagian dari para mujadid untuk agamaMu dan bagian dari para penghidup
sunnah RasulMu Muhammad saw"

Doa itu menjadi inspirasi saya dalam mengukuhkan pendidikan keluarga. Makna mujadid atau
pembaharu bukan berarti membuat hal-hal baru dalam agama. Mujadid berarti menjadi orang yang
selalu menghidupkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari seakan-akan hal itu adalah hal
yang baru dan selalu bergelora dalam menjalankannya. Sementara aplikasi dalam kehidupan tidak
akan bisa berjalan baik tanpa kita mengenal dan memahami sunnah Rasulullah Muhammad saw.

Lapis ini akan membuat kita memahami mengapa mempelajari dinuLlah baik melalui Al Quran,
sunnah Rasulullah saw dan ayat-ayat kauniyah Allah perlu selalu dan selalu terus diulang. Kehidupan
yang berputar, inti sejarah yang berulang, masalah yang terjadi pun berulang. Pedoman hidup yang
tidak pernah berubah membuat kita mampu mengurai masalah umat dan memberinya solusi.

3. Lapis ke tiga

Anggota keluarga dengan kepribadian seperti apa yang ingin kita lahirkan sebagai persembahan kita
untuk peradaban Robbani? Allah al Hadi menggambarkan dalam surah Ali Imron : 110 bahwa kita
adalah umat terbaik yang dilahirkan ke muka bumi ini untuk kebaikan manusia.

Bayangan saya mengenai kepribadian umat terbaik seperti yang termaktub dalam surah al Ahzab :
35. Pemimpin itu adalah :

1. Seorang Muslim yang kaafah dengan keIslamannya (al Muslim)

2. Seorang Mukmin yang benar dalam keimanannya (Al Mukmin)


3. Seorang yang tetap dalam ketaatan (al Qonit)

4. Seorang yang menjaga integritas atau kejujuran dalam kebenaran (as Shodiq)

5. Seorang yang sabar dalam menjalani proses (as Shobir)

6. Seorang yang khusyu' sehingga mampu tuma'ninah dalam bersikap (al Khosyi')

7. Seorang yang bersedekah baik dalam keadaan lapang dan sempit (al Mutashodiq)

8. Seorang yang berpuasa sehingga mampu mengendalikan hawa nafsunya (as Shoim)

9. Seorang yang menjaga harga diri dan kehormatannya (al Hafidz farjihi)

10. Seorang yang selalu ingat kepada Allah (adz DzakiruLlah)


Apa yang terjabar di atas, membuat kita memiliki gambaran pribadi manusia seperti apa yang akan
kita wujudkan dalam keluarga kita.

4. Lapis ke empat

Setelah terwujud gambaran pada lapis ke tiga, selanjutnya saya memerlukan tools dalam upaya
mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Tools yang saya gunakan adalah 10 model pembentuk
kepribadian muslim. Model tersebut adalah :

1. Aqidah Salimah (‫)سليمة عقيدة‬

Aqidah yang selamat. Hal ini meliputi pengenalan dan pemahaman terhadap Allah, RasulNya dan
Islam secara jelas dan menyeluruh.
2. Shohihul ibadah (‫)العبادة صحيح‬

Pelaksanaan kemurnian aqidah ada pada ibadah yang benar yang sesuai tuntunan Rasulullah
Muhammad saw.

3. Matiinul Khuluq (‫)الخلق متين‬

Akhlaq yang kokoh sebagai upaya mewujudkan Islam rohmatan lil alamin

4. Mutsaqoful fikri (‫)الفكر مثقف‬

Akal yang berwawasan luas

5. Qowiyul jismi (‫)الجسم قوي‬

Tubuh yang sehat dan kuat


6. Harishun 'ala waqtihi (‫)وقته على حريص‬

Pandai menjaga dan menghargai waktu

7. Munadzhom fi syu-unihi (‫)شؤونه فى منظم‬

Teratur dalam urusan

8. Qodirun 'ala kasbi (‫)كسب قادرعلى‬

Mandiri secara ekonomi

9. Mujahidun linafsihi (‫)مجاهدلنفسه‬


Mampu melawan hawa nafsu dalam kesungguhan amal

10. Nafi'un lighoirihi (‫)لغيره نافع‬

Bertekad untuk mampu memberi manfaat bagi manusia dan alam seisinya

Model tersebut di atas saya buat turunannya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anggota
keluarga. Disesuaikan dengan usia, kapasitas dan kemampuannya.

5. Lapis ke lima

Inilah adalah lapis terakhir. Di mana lapis ini suami dan saya membuat 10 pilar keluarga kami sebagai
gambaran yang mengokohkan kami, inilah keluarga yang kami bangun. Poin-poinnya tertulis Pada 10
Pilar keluarga yang kami bangun.
1.Keluarga ini kami bangun dengan atas landasan cinta kami kepada Allah, Rasul Nya dan perjuangan
di jalanNya

2.Keluarga ini kami bangun dengan cita-cita mendapat ridho Allah serta dipertemukanNya kami
kembali di tempat pertemuan terbaik yaitu Syurga

3.Keluarga yang kami bangun adalah keluarga Robbani yang berbahagia karena kedekatan kami
kepada Allah SWT dengan sunnah-sunnah Rasulullah saw dan dengan aktivitas-aktivitas dakwah

4.Setiap anggota keluarga kami senang mengkaji dan menghafal Al Qur’an, Al Hadits serta kajian-
kajian tentang Islam secara keseluruhannya sebagai bekal kami dalam beribadah, beramal shalih dan
berdakwah
5.Setiap anggota keluarga kami memancarkan cahaya akhlaq terpuji, terlihat dalam perbuatan,
perkataan maupun pakaian kami

6.Setiap anggota keluarga kami senang mengembangkan wawasan intelektual dan emosional,
memiliki keahlian dalam belajar dan berkomunikasi, senantiasa melakukan penelitian dan
memproduksi karya-karya intelektual

7.Keluarga yang kami bangun sangat memperhatikan pendidikan yang berkualitas bagi setiap
anggotanya
8.Keluarga yang kami bangun mencintai hidup sehat. Setiap anggota keluarga kami mengerti dan
memperhatikan keseimbangan gizi, mengerti dan memelihara dan mengembangkan kesehatan
tubuh dan lingkungan

9.Setiap anggota keluarga kami peduli sanak saudara, teman, tetangga dan seluruh anggota
masyarakat pada umumnya. Keluarga kami menyadari fungsi kami sebagai contoh, pembina dan
anggota masyarakat yang baik

10.Keluarga yang kami bangun adalah keluarga yang merdeka secara keuangan. Setiap anggota
keluarga kami senang menabung, berbisnis, berinvestasi dan mengembangkan kekayaan
Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan ridho Nya serta memberi kekuatan dan
kemudahan kepada kami sekeluarga.

Lapis-lapis yang terangkai adalah upaya kita melahirkan generasi Robbani yang akan membangun
peradaban umat dalam pondasi kebenaran. Insya Allah

* Setiap keluarga dapat merumuskan tahapan pendidikan anak secara aplikatif, menyesuaikan
dengan karakter keluarga masing-masing.

Allahu ma'ana

Nashrun minaLlah wa fathun qoriib


***

Sharing session dari ummahat yang atas ijin Allah menghantarkan anak-anaknya huffazh Qur'an
dengan Metode home schooling.

Ustzh. Wulandari Eka Sari

www.iman-islam.com
Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::POTRET KASIH SAYANG RASULULLAH ‫ ﷺ‬DALAM PENDIDIKAN ANAK : MENCIUM DAN MEMELUK
ANAK:::

Anas Bin Malik ra berkata :

«‫ل أ َ ْر َح ََم كَانََ أ َ َحدًا َرأَيْتَُ َما‬ َِ ‫ن بِ ْال ِعيَا‬


َْ ِ‫ل م‬ َ ‫صلَّى‬
ُ ‫هللاِ َر‬
َِ ‫سو‬ َ ُ‫هللا‬ َ ‫سلَّ ََم‬
َ ‫علَ ْي َِه‬ َ ‫»و‬،
َ ‫ل‬ ِ ‫ع َوالِي فِي لَ َهُ ُم ْست َْر‬
ََ ‫قَا‬: «ََ‫ضعًا إِب َْراهِي َُم كَان‬ ْ ََ‫ِق فَكَان‬
َ ‫ال َمدِينَ َِة‬، َ ‫يَ ْن‬
َُ ‫طل‬
ْ
َُ ‫لَيُ َّدخَنَُ َو ِإنَّ َه ُ ْالبَيْتََ فَيَ ْد ُخ‬، ََ‫قَ ْينًا ظِ ئْ ُرَهُ َوكَان‬، ُ‫فَيُقَ ِبلُ َهُ فَيَأ ُخذَُه‬، ‫»يَ ْر ِج َُع ث ََُّم‬
َُ‫ل َم َع َهُ َونَحْ ن‬

“Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih sayang kepada anak-anak dari pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Putra Nabi (yang bernama) Ibrahim memiliki ibu susuan di daerah
Awaali di kota Madinah. Maka Nabipun berangkat dan kami bersama beliau. lalu beliau masuk ke
dalam rumah yang ternyata dalam keadaan penuh asap. Suami Ibu susuan Ibrahim adalah seorang
pandai besi. Nabipun mengambil Ibrahim lalu menciumnya, lalu beliau kembali” (HR Muslim)
Dari ‘Aisyah ra ia berkata :

َ‫ل وسلم عليه هللا صلى النَّبِى ِإلَى أَع َْرابِى َجا َء‬
ََ ‫ فَقَا‬: ََ‫الص ْبيَانََ تُقَبِلُون‬ ََ ‫ن لَكََ أ َ َوأ َ ْملِكَُ وسلم عليه هللا صلى النَّبِى فَقَا‬
ِ ، ‫ نُقَبِلُ ُه َْم فَ َما‬، ‫ل‬ َْ َ ‫ع أ‬
ََ َ‫ّللاُ نَز‬
ََّ
ْ‫ن‬ ْ َ َ
َ ِ‫الرحْ َم َة قلبِكََ م‬
َّ

“Datang seorang Arab Badui kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Apakah kalian
mencium anak-anak laki-laki?, kami tidak mencium mereka”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa rahmat/sayang dari hatimu” (HR
Al-Bukhari dan Muslim)

Abu Hurairah ra berkata :

َ‫سنََ وسلم عليه هللا صلى النَّبِىَ قَبَّ َل‬ َ ‫علِىَ بْنََ ْال َح‬
َ ، ُ‫ى َحابِسَ بْنَُ األ ْق َرعَُ َو ِع ْن َدَه‬ َُّ ِ‫سا التَّمِ يم‬
ً ‫ َجا ِل‬، ‫ل‬ َُ ‫ األ ْق َر‬: ‫ن‬
ََ ‫ع فَقَا‬ َ ََ‫َما ْال َولَ َِد مِ ن‬
ََّ ِ‫عش ََرَة ً لِى إ‬
َُ‫ أ َ َحدًا مِ ْن ُه َْم قَب َّْلت‬، ‫ظ ََر‬
َ َ‫ل ِإلَ ْي َِه فَن‬
َُ ‫سو‬ ََِّ ‫وسلم عليه هللا صلى‬، ‫ل ث ََُّم‬
ُ ‫ّللا َر‬ ََ ‫ قَا‬: ‫ن‬
َْ ‫ي ُْر َح َُم ال يَ ْر َح َُم ال َم‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Hasan bin ‘Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro’ bin Haabis
At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata, “Aku punya 10 orang anak, tidak
seorangpun dari mereka yang pernah kucium”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallampun
melihat kepada Al-‘Aqro’ lalu beliau berkata, “Barangsiapa yang tidak merahmati/menyayangi maka
ia tidak akan dirahmati” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits di atas diperlihatkan bahwa mencium anak kecil, menggendongnya, ramah kepadanya
merupakan hal yang mendatangkan rahmat Allah.

“Barangsiapa yang tidak merahmati maka tidak dirahmati”, yaitu barangsiapa yang tidak
merahmati manusia maka ia tidak akan dirahmati oleh Allah Azza wa Jalla.

Mencium anak-anak kecil sebagai refleksi dari rahmat dan sayang kepada mereka, apakah mereka
anak-anak kita ataukah cucu-cucu kita dari putra dan putri kita atau anak-anak orang lain. Dan hal ini
akan mendatangkan rahmat Allah dan menjadikan orang tua memiliki hati yang menyayangi anak-
anak.
Semakin seseorang rahmat/sayang kepada hamba-hamba Allah maka ia semakin dekat dengan
rahmat Allah.

Jika Allah menjadikan rasa rahmat/kasih sayang dalam hati seseorang maka itu merupakan pertanda
bahwa ia akan dirahmati oleh Allah…”

“Maka hendaknya seseorang menjadikan hatinya lembut, ramah, dan sayang (kepada anak-anak).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik dan mulia akhlak dan adabnya. Suatu
hari beliau sedang sujud maka datanglah Hasan bin Ali bin Abi Tholib, lalu Hasanpun menaiki pundak
Nabi yang dalam kondisi sujud. Nabipun melamakan/memanjangkan sujudnya. Para sahabat heran.
Mereka berkata :

َ ‫ط ْلت َ َها قَ َْد‬


َ‫سجْ َدةَ َه ِذ ِه‬ َ َ ‫أ‬، ‫ظنَنَّا‬
َ َ‫ث قَ َْد أَنَّ َهُ ف‬
ََ ‫أ َ ْمرَ َح َد‬، ‫ِإلَيْكََ يُو َحى أَنَّ َهُ أ َ َْو‬
“Wahai Rasulullah, engkau telah memperpanjang sujudmu, kami mengira telah terjadi sesuatu atau
telah diturunkan wahyu kepadamu”,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada mereka,

ََ‫ن لَ َْم ذَلِك‬ ََّ ‫ارت َ َحلَنِي ا ْبنِي َولَك‬،


َْ ‫يَ ُك‬، ‫ِن‬ ْ َُ‫ن فَك َِر ْهت‬ َ ُ ‫ي َحتَّى أ‬
َْ َ ‫ع ِجلَ َهُ أ‬ ِ ‫َحا َجت َ َه ُ يَ ْق‬
ََ ‫ض‬

“Bukan, tetapi cucuku ini menjadikan aku seperti tunggangannya, maka aku tidak suka
menyegerakannya hingga ia menunaikan kemauannya” (HR Ahmad dan An-Nasaai)

Pada suatu hari yang lain Umamah binti Zainab putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang masih
kecil dibawa oleh Nabi ke masjid. Lalu Nabi sholat mengimami para sahabat dalam kondisi
menggendong putri mungil ini. Jika beliau sujud maka beliau meletakkannya di atas tanah, jika beliau
berdiri maka beliau menggendongnya. Semua ini beliau lakukan karena sayang kepada sang cucu
mungil. Padahal bisa saja Nabi memerintahkan Aisyah atau istri-istrinya yang lain untuk memegang
cucu mungil ini, akan tetapi karena rasa kasih sayang beliau. Bisa jadi sang cucu hatinya terikat
senang dengan kakeknya shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Nabi ingin menenangkan hati sang cucu
mungil.
Pada suatu hari Nabi sedang berkhutbah, lalu Hasan dan Husain (yang masih kecil) datang memakai
dua baju. Baju keduanya tersebut kepanjangan, sehingga keduanya tersandung-sandung jatuh
bangun tatkala berjalan. Maka Nabipun turun dari mimbar lalu menggendong keduanya di hadapan
beliau (di atas mimbar) lalu beliau berkata:

ََ‫ص َدق‬ َ ‫ظ ْرتَُ فِتْنَةَ َوأ َ ْوالَ ُد ُك َْم أ َ ْم َوالُ ُك َْم إِنَّ َما‬
َ ُ‫هللا‬ َ َ‫ْن إِلَى ن‬
َِ ‫ْن َهذَي‬
َِ ‫صبِيَّي‬
َّ ‫ان ال‬
َِ َ‫ان يَ ْم ِشي‬ ْ َ ‫ط ْعتَُ َحتَّى أ‬
َِ ‫صبِ َْر فَلَ َْم َو ْي ْعث ُ َر‬ َ َ‫َو ََرفَ ْعت ُ ُه َما َح ِد ْيثِي ق‬

“Maha benar Allah. Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah”, aku melihat
kedua anak kecil ini berjalan dan terjatuh, maka aku tidak sabar hingga akupun memutuskan
khutbahku dan aku menggendong keduanya” (HR At-Thirmidzi)

Kemudian beliau melanjutkan khutbah beliau (lihat HR Abu Dawud)


Hendaknya kita membiasakan diri kita untuk menyayangi anak-anak dan membiasakan
mengekspresikan rasa sayang tersebut berupa ciuman dan pelukan dan tentu saja, pelukan
kita…ciuman kita….akan mendatangkan pahala dan rahmat Allah.

Selain itu, banyak penelitian telah membuktikan betapa besar pengaruh dari sentuhan, pelukan dan
ciuman orang tua terhadap tumbuh kembang anak termasuk kecerdasan anak.

1. Sentuhan dari orang yang kita sayangi akan meningkatkan jumlah hemoglobin di dalam darah.
Hemoglobin merupakan salah satu bagian dari tubuh yang membawa oksigen ke seluruh tubuh,
termasuk jantung dan otak. Suplai hemoglobin yang meningkat ini dipercaya secara ilmiah akan
mempercepat proses penyembuhan setelah sakit.
2. Pada bayi prematur, pelukan dari sang ibu bisa membuatnya lebih kuat dan mempercepat
perkembangan tubuh serta otak. Penelitian dari Bliss Hospital di Montreal, bayi prematur yang
dipeluk ibu jadi lebih cepat kuat, sehat dan besar ketimbang hanya ditempatkan di inkubator.

3. Penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of Epidemiology and Community Health


mengungkapkan fakta bahwa bayi yang sedari lahir selalu diberi sentuhan (pelukan, ciuman, belaian)
pertanda kasih sayang oleh orangtuanya tumbuh menjadi pribadi yang tak mudah stres.

4. Dr. Coolam yang melakukan penelitian kepada ribuan orang membuktikan bahwa ciuman di pagi
hari melahirkan keistimewaan dan susunan kimiawi tertentu, seperti memberikan perasaan senang
dan lapang.
5. Penelitian yang dilakukan psikolog Edward R. Christopherson. Ph.D, menemukan bahwa pelukan
lebih efektif daripada pujian atau ucapan sayang karena membuat anak merasa dicintai dan dihargai
serta memberikan kedekatan dan kekuatan getaran batin antara orangtua dan anak.

6. Dalam bukunya ‘The Hug Therapy’, psikolog Kathleen Keating menyebutkan bahwa pelukan juga
dapat meningkatkan kecerdasan otak dan IQ anak serta dapat menurunkan tekanan darah dan
mengurangi stres.

Tidak hanya itu, sentuhan penuh kasih sayang yang diberikan orang tua juga dapat berdampak
secara kognitif pada anak. Sambil memeluk dan membelai kepala anak, orang tua dapat memberi
masukan mengenai hal-hal baik yang perlu dilakukan olehnya. Masukan-masukan dalam situasi
positif semacam itu akan lebih mudah diproses dalam pikirannya.

Semoga Allah memperkuat kesabaran kita sebaga orang tua dalam mendidik anak-anak kita hingga
mampu untuk menjadi orang tua yang mendidik penuh dengan ekspresi kasih sayang.
Dipersembahkan:

Ustzh. Dra. Indra Asih

www.iman-islam.com

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Bagaimana Agar Anak Ringan Melaksanakan Shalat? :::

‫يصلون أبنائك تجعل گيف‬

‫☝ أنفسهم من‬

‫تذكير أو خصام بدون‬


Bagaimana Membuat Anak-Anak Anda Sholat dengan Kesadaran Mereka Sendiri Tanpa Berdebat
dan Tanpa Perlu Diingatkan?

‫؟ يصلوا أن أجل من أتعبوك أو يصلون ال أوالدك‬

‫تعالى هللا بإذن تغيرونهم كيف لتروا تعالوا‬

Anak-anak anda tidak mau sholat? atau mereka sampai membuat anda capek saat mengingatkan
untuk sholat?

Mari kita lihat bagaimana kita bisa merubah ini semua ~ biidznillah

‫ األخوات إحدى عن‬:

‫انا معي وقعت قصة لكم اقول تقول‬

Seorang sahabat berkisah: "Aku akan menceritakan satu kisah yg terjadi padaku"
‫ابتدائي بالخامس بنتي كانت‬

Saat itu, anak perempuanku duduk di kelas 5 SD

‫عليها ثقيلة الصالة و‬.. ‫وراقبتها صلي قومي يوما لها قلت اني لدرجة‬

‫وجاءتني األرض على ورمتها السجادة أخذت فوجدتها‬

‫نعم قالت صليت هل سألتها‬.. ‫وجها صفعت شعور بدون صدقوني‬

‫أخطأت أني أعرف‬.. ‫هللا من وخوفتها ولمتها وخاصمتها وبكيت ضايقني الموقف ولكن‬

‫ الكالم هذا كل معها ينفع ولم‬..

Sholat baginya adalah hal yg sangat berat...sampai-sampai suatu hari aku berkata kepadanya:
"Bangun!! Shalat!!", dan aku mengawasinya..

Aku melihatnya mengambil sajadah, kemudian melemparkannya ke lantai...Kemudian ia


mendatangiku...

Aku bertanya kepadanya: "Apakah kamu sudah sholat?"

Ia menjawab: " Sudah"

Kemudian aku MENAMPARNYA


Aku tahu aku salah.Tetapi kondisinya memang benar-benar sulit...

Aku menangis..

Aku benar-benar marah padanya, aku rendahkan dia dan aku menakut-nakutinya akan siksa Allah...

Tapi....ternyata semua kata-kataku itu tidak ada manfaatnya...

‫ األيام من يوم في لكن‬... ‫قصة الصديقات إحدى لي قالت‬.. ‫ منقولة‬..‫ وهي‬:

Suatu hari, seorang sahabatku bercerita suatu kisah...

‫)التدين كثيرة ليست( عادية لها قريبة زارت انها‬، ‫الصالة حضرت عندما لكن‬

‫تناديهم أن بدون يصلون أوالدها قام‬

Suatu ketika ia berkunjung kerumah seorang kerabat dekatnya (seorang yg biasa-biasa saja dari segi
agama) , tapi ketika datang waktu shalat, semua anak-anaknya langsung bersegera melaksanakan
shalat tanpa diperintah....

‫ تقول‬.. ‫ لها قلت‬: ‫!!! ؟ وتذكير خصام بدون أنفسهم من أوالدك يصلي كيف‬
Ia berkata: Aku berkata padanya "Bagaimana anak-anakmu bisa shalat dengan kesadaran mereka
tanpa berdebat dan tanpa perlu diingatkan?

‫به ادعو هذا يومنا وإلى الدعاء بهذا هللا ادعو أتزوج أن قبل اني اال لك اقوله شي عندي ليس وهللا قالت‬

Ia menjawab: Demi Allah, aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa sejak jauh sebelum aku
menikah aku selalu memanjatkan DO'A ini...dan sampai saat ini pun aku masih tetap bedo'a dg DO'A
tersebut

‫ الدعاء هذا لزمت هذه نصيحتها بعد انا‬.. ‫ الوتر وفي التسليم وقبل سجودي في‬.. ‫وفي‬

‫االجابه اوقات كل‬

Setelah aku mendengarkan nasehatnya, aku selalu tanpa henti berdoa dengan do'a ini..

Dalam sujudku...

Saat sebelum salam...

Ketika witir...

Dan disetiap waktu-waktu mustajab...


‫اخواتي يا وهللا‬.. ‫بالثانوي اآلن هذه بنتي ان‬.. ‫وهي الدعاء مابدأت اول من‬

‫بها وتذكرنا للصالة توقظنا التي‬

‫!! الصالة على حريصون الحمد وهلل كلهم واخوانها‬

Demi Allah wahai saudara-saudaraku...

Anakku saat ini telah duduk dibangku SMA..

Sejak aku memulai berdoa dengan doa itu, anakku lah yg rajin membangunkan kami dan
mengingatkan kami untuk sholat...

Dan adik-adiknya, Alhamdulillah..mereka semua selalu menjaga shalat!!!

‫توقظنا علينا وتدور تستيقظ بنتي ان انتباهها ولفت عندي ونامت زارتني امي حتى‬

‫!! للصالة‬

Sampai-sampai...saat ibuku berkunjung dan menginap dirumah kami, ia tercengang melihat anak
perempuanku bangun pagi, kemudian membangunkan kami satu persatu untuk shalat...
‫ أعرف‬.. ‫ الدعاء هذا لتعرفوا متشوقون اآلن أنكم‬..

‫ابراهيم سورة في موجود الدعاء‬

Aku tahu anda semua penasaran ingin mengetahui doa apakah itu?

Yaaa..doa ini ada di QS. ibrahim...

‫ هو والدعاء‬...❕

َِ ‫ِيم اجْ عَ ْلنِي َر‬


(‫ب‬ ََ ‫صالََةِ ُمق‬
َّ ‫ال‬

‫َّل َربَّنَا ذُ ِريَّتِي َومِ ن‬


َْ ‫عاء َوتَقََب‬
َ ‫) ُد‬

(‫ إبراهيم‬، 40)

Doa ini adalah...

"Ya Robbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat... Ya Robb
kami, perkenankanlah doaku"

‫الدعاء الدعاء فالدعاء‬

‫المؤمن سالح الدعاء تعلمون وكما‬


Yaa...Doa...Doa...dan Doa...

Sebagaimana anda semua tahu bahwa doa adalah senjata seorang mukmin

‫الفائدة تعم حتى للكل إرسلوها‬

Mohon berkenan mengirimkan tulisan ini agar lebih banyak orang yg mengambil manfaat...

Jazaakumullah khairan

‫ت فال الموضوع أعجبك إذا‬

‫شكـرَا ً قل‬

‫ قل‬:(‫حسناتكم بميزان وجعلها عني ونقلها لي نقلها من هللا رحم‬

Jika anda terkesan dg tulisan ini, jangan katakan syukran. / terimakasih / tanda lainnya ...
Tapi katakan: "Semoga Allah merahmati orang yang bersedia men-share (tulisan ini), kemudian
menjadikannya pemberat bagi timbangan kebaikannya"

Jazaakumullah khairan...

‫ هللا بحفظ سيبقون و ألبنائك الدعاء هذا اقرأ‬.... ‫ورعايته‬

Baca selalu doa ini untuk anak-anakmu, biidznillah mereka akan selalu berada dalam penjagaan dan
perlindungan Allah

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Untukmu Para Ibu yang Dirumah:::

Untukmu para ibu yang dirumah


Mengapa engkau masih galau dan gundah

Atas pilihan yang dianjurkan oleh syariah

Agar engkau tetap berada di rumah

Mengapa pula engkau harus iri dan cemburu

Atas selisih puluhan lembar ratusan ribu

Sedang kau memiliki begitu banyak waktu

Merawat mereka langsung dengan tanganmu

Serta menurunkan berjuta ilmu

Mengapa perasaanmu masih terasa berat

Atas perintah Allah untuk selalu taat

Pada suamimu yang meminta dengan sangat

Agar engkau dapat fokus merawat

Padahal dengannya surga menjadi begitu dekat


Andai kau tahu bahwa peluang surgamu tidak jauh

Cukup bekerja ikhlas dan tanpa banyak mengeluh

Mendidik generasi yang berjiwa tangguh

Memberi nutrisi pada jiwa dan tubuh

Insya Allah kepuasan hatimu diisi Allah secara penuh

Memang betul kau berharap sebuah eksistensi

Merasa melakukan pekerjaan yang tak bergengsi

Seputar masak, sapu pel dan menyuci

Aaaah.... Itu karena kau tak menyadari

Ayunan sapumu berpahala seri

Dengan suami yang mencari rezeki

Yang berkemeja rapi dan berdasi


Aaaah..... Itu karena kau belum mengenal

Bahwa pilihanmu dibalas Allah dalam banyak hal

Pada sisi sisi lain yang tak mampu kau hafal

Kecuali kelak pekerjaan ini engkau tinggal

Aku mengerti kadang engkau resah

Dengan sekian lembar ijazah

Yang kau raih dengan susah payah

Aaaah...... Andai kau mengerti

Ilmumu begitu sangat berarti

Dalam mendidik generasi

Yang berkualitas dan bervisi

Aku tahu kadang kau rindu seperti mereka


Yang setiap hari pergi berkendara

Keluar rumah untuk bekerja

Dan mengukir sejuta karya

Aaaaah...... itu karena kau tidak tahu

Sebagian dari mereka merasa rindu

Mendapat kemewahan seperti dirimu

Yang selalu siap membuka pintu

Seperti engkau menyambut suamimu

Alhamdulillah wa syukurillah

Ketika suamimu hanya memintamu dirumah

Berarti ia siap bekerja keras mencari nafkah

Menyokong semua tanpa berkeluh kesah

Berada dirumah tak berarti tanpa arti


Semoga Allah memberikanmu jalan pengganti

Dalam meraih impian yang kau cari

Dari sudut ternyaman di rumahmu sendiri

Maaf... Lukisan hati ini tak bermaksud membandingkan

Terhadap mereka yang berjasa mengambil peran

Keluar rumah dengan berjuta alasan perjuangan

Tulisan ini dibuat untuk menghibur hati

Para ibu yang merasa kehilangan eksistensi

Bahkan terkadang berkecil hati

Merasa diri begitu tak berarti

Untukmu para ibu yang dirumah


Mari ikhlaskan hatimu dan berpasrah

Agar peluang surga yang ada dirumah

Tak terhapus dengan keluh kesah

Ust. Muhammad Qosim Muhajir, Lc. mudir Al Irsyad

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Perempuan Sempurna:::

Buat para istri... yg bentar lg akan jadi seorang istri.. juga buat yg sdg menanti pinangan mjd istri..
PEREMPUAN SEMPURNA

Bismillahirr Rahmanirr Rahim …

Siapakah Kau, Perempuan Sempurna?

Ketika akhirnya saya dilamar oleh seorang lelaki, saya luruh dalam kelegaan.Apalagi lelaki itu,
kelihatannya ‘relatif’ sempurna. Hapalannya banyak, shalih, pintar. Ia juga seorang aktivis dakwah
yang sudah cukup matang.Kurang apa coba?

Saya merasa sombong! Ketika melihat para lajang kemudian diwisuda sebagai pengantin, saya
secara tak sadar membandingkan, lebih keren mana suaminya dengan suami saya.Sampai akhirnya
air mata saya harus mengucur begitu deras, ketika suatu hari menekuri 3 ayat terakhir surat At-
Tahrim.

Sebenarnya, sebagian besar ayat dalam surat ini sudah mulai saya hapal sekitar 10 tahun silam, saat
saya masih semester awal kuliah.
Akan tetapi, banyak hapalan saya menguap, dan harus kembali mengucur bak air hujan ketika saya
menjadi satu grup dengan seorang calon hafidzah di kelompok pengajian yang rutin saya ikuti.Ini
terjemah ayat tersebut:

66:10. Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya
berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua
istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu
mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); Masuklah ke neraka
bersama orang-orang yang masuk (neraka)”.

66:11. Dan Allah membuat istri Firaun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia
berkata: “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah
aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang lalim”,

66: 12. dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam
rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan
Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk orang-orang yang taat.

SEBUAH KONTRADIKSI

Ada 4 orang yang disebut dalam 3 ayat tersebut. Mereka adalah Istri Nuh, Istri Luth, Istri Firaun dan
Maryam. Istri Nuh (IN), dan Istri Luth (IL) adalah symbol perempuan kafir, sedangkan Istri Firaun (IF)
dan Maryam (M), adalah symbol perempuan beriman.
Saya terkejut, takjub dan ternganga ketika menyadari bahwa ada sebuah kontradiksi yang sangat
kuat. Allah memberikan sebuah permisalan nan ironis. Mengapa begitu?IN dan IL adalah contoh
perempuan yang berada dalam pengawasan lelaki shalih. Suami-suami mereka setaraf Nabi
(bandingkan dengan suami saya! Tak ada apa-apanya, bukan?).

Akan tetapi mereka berkhianat, sehingga dikatakanlah kepada mereka, waqilad khulannaaro ma’ad
daakhiliin…

Sedangkan antitesa dari mereka, Allah bentangkan kehidupan IF (Asiyah binti Muzahim) dan M.
Hebatnya, IF adalah istri seorang thaghut, pembangkang sejati yang berkoar-koar menyebut “ana
rabbakumul a’la.”

Dan Maryam, ia bahkan tak memiliki suami. Ia rajin beribadah, dan Allah tiba-tiba berkehendak
meniupkan ruh dalam rahimnya. Akan tetapi, cahaya iman membuat mereka mampu tetap bertahan
di jalan kebenaran. Sehingga Allah memujinya, wa kaanat minal qaanithiin…

PEREMPUAN SEMPURNA

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:”Sebaik-baik wanita penghuni surga itu adalah
Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Firaun, dan Maryam
binti Imran.” (HR. Ahmad 2720, berderajat shahih).
Empat perempuan itu dipuji sebagai sebaik-baik wanita penghuni surga. Akan tetapi, Rasulullah saw.
masih membuat strata lagi dari 4 orang tersebut.Terpilihlah dua perempuan yang disebut sebagai
perempuan sempurna. Rasul bersabda, “Banyak lelaki yang sempurna, tetapi tiada wanita yang
sempurnakecuali Asiyah istri Firaun dan Maryam binti Imran.

Sesungguhnya keutamaan Asiyah dibandingkan sekalian wanita adalah sebagaimana keutamaan


bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan lainnya.” (Shahih al-Bukhari no. 3411).

Inilah yang membuat saya terkejut! Bahkan perempuan sekelas Fathimah dan Khadijah pun masih
‘kalah’ dibanding Asiyah Istri Fir’aun dan Maryam binti Imran.Apakah gerangan yang membuat Rasul
menilai semacam itu?Ah, saya bukan seorang mufassir ataupun ahli hadits.

Namun, dalam keterbatasan yang saya mengerti, tiba-tiba saya sedikit meraba-raba, bahwa
penyebabnya adalah karena keberadaan suami.

Khadijah, ia perempuan hebat, namun ia tak sempurna, karena ia diback-up total oleh Rasul terkasih
Muhammad saw., seorang lelaki hebat. Fathimah, ia dahsyat, namun ia tak sempurna, karena ada Ali
bin Abi Thalib ra, seorang pemuda mukmin yang tangguh.

Sedangkan Asiyah? Saat ia menanggung deraan hidup yang begitu dahsyat, kepada siapa ia
menyandarkan tubuhnya, karena justru yang menyiksanya adalah suaminya sendiri.
Siksaan yang membuat ia berdoa, dengan gemetar, “Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah
di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku
dari kaum yang lalim.” Siksaan yang membuat nyawanya terbang, ah… tidak mati, namun menuju
surga. Mendapatkan rizki dan bersukaria dengan para penduduk akhirat.

Bagaimana pula dengan Maryam? Ia seorang lajang yang dipilih Allah untuk menjadi ibunda bagi
Nabi Isa. Kepada siapa ia mengadu atas tindasan kaumnya yang menuduh ia sebagai pezina?Pantas
jika Rasul menyebut mereka: Perempuan sempurna…

JADI, YANG MENGANTAR ke Surga, Adalah Amalan KitaJadi, bukan karena (sekadar) lelaki shalih yang
menjadi pendamping kita. Suami yang baik, memang akan menuntun kita menuju jalan ke surga,
mempermudah kita dalam menjalankan perintah agama.

Namun, jemari akan teracung pada para perempuan yang dengan kelajangannya (namun bukan
sengaja melajang), atau dengan kondisi suaminya yang memprihatinkan (yang juga bukan karena
kehendak kita), ternyata tetap bisa beramal dan cemerlang dalam cahaya iman.

Kalian adalah Maryam-Maryam dan Asiyah-Asiyah, yang lebih hebat dari Khadijah-Khadijah dan
Fathimah-Fathimah.

Sebaliknya, alangkah hinanya para perempuan yang memiliki suami-suami nan shalih, namun pada
kenyataannya, mereka tak lebih dari istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth. Yang alih-alih mendukung
suami dalam dakwah, namun justru menggelendot manja, “Mas… kok pergi pengajian terus sih,
sekali-kali libur dong!” Atau, “Mas, aku pengin beli motor yang bagus, gimana kalau Mas korupsi
aja…”
Benar, bahwa istri hebat ada di samping suami hebat. Namun, lebih hebat lagi adalah istri yang tetap
bisa hebat meskipun terpaksa bersuamikan orang tak hebat, atau bahkan tetap melajang karena
berbagai sebab nan syar’i. Dan betapa rendahnya istri yang tak hebat, padahal suaminya orang
hebat dan membentangkan baginya berbagai kemudahan untuk menjadi hebat. Hebat sebagai
hamba Allah Ta’ala!Wallahu a’lam bish-shawwab.

(By : Afifah Afra)

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Apa sih tolak ukur keberhasilan Rumah Tangga ?:::

Bismillah...
Sebagian besar masyarakat mengatakan,

ada 2 hal yang jika terjadi maka Rumah Tangga tersebut terbilang sukses :

1) Punya anak

2) Banyak harta.

Bukan...Bukan itu....

Pertama, Rumah Tangga 'Aisyah Radhiallaahu 'anha tidak dikaruniai anak, lalu apakah kita akan
berkata Suami isteri tersebut tidak harmonis ?

Tidak bahagia ?

Kedua, Rumah Tangga Fatimah Radhiallaahu 'anha sangat

minim harta.

Sang Istri pernah menahan laparnya selama beberapa hari

hingga kuninglah wajah beliau.


Lalu, apakah kita berani mengatakan bahwa Rumah Tangga mereka hancur berantakan diujung
tombak ? Tidak.

Bahkan Suami beliau adalah salah satu penghuni Surga Allah.

Maa syaa'Allah..

Benar, sebagai seorang Isteri jangan bermudah-mudahan untuk menuntut kalimat perpisahan hanya
karena kedua sebab diatas.

Sebab ummahatul mukminin tidak pernah memberatkan suaminya dengan perkataan tercela.

Juga, sebagai seorang Suami jangan bermudah-mudahan

mengatakan

"aku tak punya harta, aku tak pantas untukmu..

Duhai Isteriku.." Innalillaahi wa inna ilayhi raaji'un.

Tau kah para Suami, kalimat tersebut justru enggan didengar oleh Istri kalian.

Sebab para sahabat tidak tercermin dalam diri mereka sifat keputus-asaan.

Tolak ukur keberhasilan Rumah Tangga seorang Muslim ialah :

👉Ketika setelah menikah, maka bertambahlah taqwa mereka kepada Allah..


👉Ketika setelah menikah, maka bertambahlah amalan-amalan sunnah mereka..

👉Ketika setelah menikah, bertambahlah hafalan Al-Qur'an & Hadits mereka..

👉Ketika setelah menikah, bertambahlah kesabaran mereka dalam setiap taqdir Allah..

👉Ketika setelah menikah, bertambahlah semangat mendatangi majelis-majelis 'ilmu Allah..

👉Pun, ketika setelah menikah, bertambah takutlah mereka sebab mengingat hari dimana mereka
akan terpisah dan menghadap sidang Rabb-nya yang paling adil.

Bertambah berharaplah mereka kepada Rabb-nya agar bisa dinikahkan lagi dalam Jannah Allah
tanpa hisab..

Maa syaa'Allah ♡ ♡ ♡

BaarakAllaahu fiikum

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com
WA : 082138929596

:::Romantis Itu... :::

_Seorang ibu setengah baya pada sebuah pengajian rutin bertanya kepada ustadznya; ustadz
bagaimana membangun romantisme dalam keluarga? " pertanyaan yg membuat keringat sang
ustadz mengalir deras....namun tetap mencoba menjawab;

_Romantis itu....

Ketika malam tinggal sepertiga, seorang istri terbangun. Ia berwudhu, menunaikan shalat dua
rakaat. Lalu membangunkan suaminya. “Sayang.. bangun.. saatnya shalat.” Maka mereka berdua
pun tenggelam dalam khusyu’ shalat dan munajat.

_Romantis itu…

Ketika seorang istri mengatakan, “Sebentar lagi adzan, Sayang..” Lalu sang suami melangkah ke
masjid, menunaikan tahiyatul masjid. Tak ketinggalan ia menunaikan dua rakaat fajar. Maka ia pun
menjadi pemenang; dan itu lebih baik dari dunia dan seisinya.

_Romantis itu…
Ketika suami berangkat kerja, sang istri menciumnya sambil membisik mesra, “Hati-hati di jalan,
baik-baik di tempat kerja sayang... kami lebih siap menahan lapar daripada mendapatkan nafkah
yang tidak halal”

_Romantis itu…

Ketika suami istri terpisah jarak, tetapi keduanya saling mendoakan di waktu dhuha: “Ya Allah,
jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati,
tetapkanlah hati kami dalam keimanan, teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan perjuangan,
ringankanlah jiwa kami untuk berkorban, maka mudahkanlah perjuangan dan pengorbanan itu
dengan rezeki halal dan berkah dariMu”

_Romantis itu…

Ketika suami sibuk kerja, saat istirahat ia sempat menghubungi istrinya. Mungkin satu waktu dengan
menghadirkan suara. Mungkin hari lainnya dengan WA dan SMS cinta. “Apapun makanan di rumah
makan, tak pernah bisa mengalahkan masakanmu.” Lalu sang istri pun membalasnya, “Masakanku
tak pernah senikmat ketika engkau duduk di sebelahku.”

_Romantis itu…

Ketika menjelang jam pulang kerja, sang suami sangat rindu untuk segera pulang ke rumah dan
bertemu istrinya. Pada saat yang sama, sang istri merindukan belahan jiwanya tiba.

_Romantis itu…
Ketika suami mengucap salam, sang istri menjawabnya disertai senyuman. Bertemu saling
mendoakan. Istri mencium tangan suami, dan suami mengecup kening istri lalu saling mengecup pipi
kanan dan kiri bergantian.

_Romantis itu…

Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dengan wajah cerah dan bibir merekah. Maka
hilanglah segala penat dan lelah. Beban kerja di pundak mendadak menghilang, terbang melayang.

_Romantis itu…

Ketika syukur selalu menghiasi makan bersama. Meski menunya sederhana, nikmat begitu terasa,
keberkahan pun memenuhi seluruh keluarga.

_Romantis itu…

Ketika suami istri kompak mengajar anaknya mengaji. Meski telah ada TPQ, sang ayah dan sang ibu
tidak berlepas diri dari tanggung jawab untuk mencetak generasi Rabbani. Kelak, merekalah yang
akan mendoakan sang orang tua, saat perpisahan selamanya telah tiba masanya.

_Romantis itu…

Ketika sang istri tidak berat melepas suami. Keluar rumah. Untuk mengaji, atau aktifitas da'wah.
Sebab sang istri ingin suaminya menjadi imam baginya, juga bermanfaat bagi Islam dan umatnya...,
‫فيكم هللا بارك‬

Ustadz Zainal Abidin, Lc

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Bintang di Langit vs Matahari:::

Sepasang Suami-Istri yg dikenal Keluarga Harmonis sejak Pernikahannya sampai menjadi Keluarga
Besar yang Bahagia di tanya seorang dalam sebuah seminar Keluarga

Moderator : "Apakah ibu merasa suami Ibu ada kekurangannya selama berumah tangga?"
.

Jawab Istrinya: "Banyak pak sebanyak Bintang di langit ! Tidak sanggup saya menghitung semuanya!"

Moderator : "Apakah kebaikan suami Ibu juga, banyak sekali?"

Istri tersebut menjawab : "Sedikit sekali ! Bagaikan matahari di langit!"

Moderator : Terus, mengapa Ibu bisa hidup bersamanya lebih dari seperempat abad, dan tetap
saling menyayangi?"

Beliau menjawab : "Karena begitu Matahari terbit, semua bintang di langit jadi tidak kelihatan!"

@sallygiovany

@nasihattaqwa

Distributed :
Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::NEGERI TANPA AYAH:::

1| Jika memiliki anak sudah ngaku-ngaku jadi AYAH, maka sama anehnya dengan orang yang punya
bola ngaku-ngaku jadi pemain bola

2| AYAH itu gelar untuk lelaki yg mau dan pandai mengasuh anak bukan sekedar 'membuat' anak
3| Jika AYAH mau terlibat mengasuh anak bersama ibu, maka separuh permasalahan negeri ini
teratasi

4| AYAH yang tugasnya cuma ngasih uang, menyamakan dirinya dengan mesin ATM. Didatangi saat
anak butuh saja

5| Akibat hilangnya fungsi tarbiyah dari AYAH, maka banyak AYAH yg tidak tahu kapan anak lelakinya
pertama kali mimpi basah

󾀏 6| Sementara anak dituntut sholat shubuh padahal ia dalam keadaan junub. Sholatnya tidak sah.
Dimana tanggung jawab AYAH ?
7| Jika ada anak durhaka, tentu ada juga AYAH durhaka. Ini istilah dari umar bin khattab

8| AYAH durhaka bukan yg bisa dikutuk jadi batu oleh anaknya. Tetapi AYAH yg menuntut anaknya
shalih dan shalihah namun tak memberikan hak anak di masa kecilnya

9| AYAH ingin didoakan masuk surga oleh anaknya, tapi tak pernah berdoa untuk anaknya

10| AYAH ingin dimuliakan oleh anaknya tapi tak mau memuliakan anaknya
11| Negeri ini hampir kehilangan AYAH. Semua pengajar anak di usia dini diisi oleh kaum ibu.
Pantaslah negeri kita dicap fatherless country

12| Padahal keberanian, kemandirian dan ketegasan harus diajarkan di usia dini. Dimana AYAH sang
pengajar utama ?

13| Dunia AYAH saat ini hanyalah Kotak. Yakni koran, televisi dan komputer. AYAH malu untuk
mengasuh anak apalagi jika masih bayi
14| Banyak anak yg sudah merasa yatim sebelum waktunya sebab AYAH dirasakan tak hadir dalam
kehidupannya

15| Semangat quran mengenai pengasuhan justru mengedepankan AYAH sebagai tokoh. Kita kenal
Lukman, Ibrahim, Ya'qub, Imron. Mereka adalah contoh AYAH yg peduli

16| Ibnul Qoyyim dalam kitab tuhfatul maudud berkata: Jika terjadi kerusakan pada anak penyebab
utamanya adalah AYAH

17| Ingatlah! Seorang anak bernasab kepada AYAHnya bukan ibu. Nasab yg merujuk pada anak
menunjukkan kepada siapa Allah meminta pertanggungjawaban kelak
18| Rasulullah yg mulia sejak kecil ditinggal mati oleh AYAHnya. Tapi nilai-nilai keAYAHan tak pernah
hilang didapat dari sosok kakek dan pamannya

19| Nabi Ibrahim adalah AYAH yg super sibuk. Jarang pulang. Tapi dia tetap bisa mengasuh anak
meski dari jauh. Terbukti 2 anaknya menjadi nabi

20| Generasi sahabat menjadi generasi gemilang karena AYAH amat terlibat dalam mengasuh anak
bersama ibu. Mereka digelari umat terbaik.
21| Di dalam quran ternyata terdapat 17 dialog pengasuhan. 14 diantaranya yaitu antara AYAH dan
anak. Ternyata AYAH lebih banyak disebut

22| Mari ajak AYAH untuk terlibat dalam pengasuhan baik di rumah, sekolah dan masjid

23| Harus ada sosokp AYAH yg mau jadi guru TK dan TPA. Agar anak kita belajar kisah Umar yg tegas
secara benar dan tepat. Bukan ibu yg berkisah tapi AYAH

24| AYAH pengasuh harus hadir di masjid. Agar anak merasa tentram berlama-lama di dalamnya.
Bukan was was atau merasa terancam dengan hardikan
25| Jadikan anak terhormat di masjid. Agar ia menjadi generasi masjid. Dan AYAH yang
membantunya merasa nyaman di masjid

26| Ibu memang madrasah pertama seorang anak. Dan AYAH yang menjadi kepala sekolahnya

27| AYAH kepala sekolah bertugas menentukan visi pengasuhan bagi anak sekaligus
mengevaluasinya. Selain juga membuat nyaman suasana sekolah yakni ibunya

28| Jika AYAH hanya mengurusi TV rusak, keran hilang, genteng bocor di dalam rumah, ini bukan
AYAH 'kepala sekolah' tapi AYAH 'penjaga sekolah'
29| Ibarat burung yang punya dua sayap. Anak membutuhkan kedua-duanya untuk terbang tinggi ke
angkasa. Kedua sayap itu adalah AYAH dan ibunya

30| Ibu mengasah kepekaan rasa, AYAH memberi makna terhadap logika. Kedua-duanya dibutuhkan
oleh anak

31| Jika ibu tak ada, anak jadi kering cinta. Jika AYAH tak ada, anak tak punya kecerdasan logika
32| AYAH mengajarkan anak menjadi pemimpin yg tegas. Ibu membimbingnya menjadi pemimpin yg
peduli. Tegas dan peduli itu sikap utama

33| Hak anak adalah mendapatkan pengasuh yg lengkap. AYAH terlibat, ibu apalagi

34| Mari penuhi hak anak untuk melibatkan AYAH dalam pengasuhan. Semoga negeri ini tak lagi
kehilangan AYAH

35| Silahkan share jika berkenan agar makin banyak AYAH yang peduli dengan urusan pengasuhan.

Ust Bendri Jaisyurrahman (@ajobendri)


Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Rahasia Cara Masuk SURGA Sekeluarga:::

1. Coba suatu hari ingatkan seluruh anggota keluarga begini; "Kita kerjasama agar masuk surga
sekeluarga yuk?"

2. Bagaimana caranya? Lihat surat Ath Thur ayat 25-26. Para penghuni Surga membocorkan
rahasianya bagaimana cara masuk Surga sekeluarga. Mau tau?
3. Ceritanya penghuni Surga saling bercengkrama berhadap-hadapan, masing-masing bertanya
jawab bagaimana keluarga kalian dulu, koq bisa masuk Surga?

4. Jawabnya seragam; "Kami bisa masuk Surga karena dulu di Dunia, dikeluarga kami saling
mengingatkan satu sama lain tentang siksa pedih Neraka".

5. Karenanya Visi rumah tangga orang beriman adalah: "Peliharalah dirimu dan keluargamu dari
siksa Neraka" (QS At Tahrim; 6).

6. Rumahku Surgaku, akan terjadi jika masing-masing anggota keluarga memelihara dirinya dan
mengingatkan anggota keluarga lainnya dari siksa Neraka.

7. Siapa yang tak sedih jika ada salah seorg anggota keluarganya (ayah, ibu, kakak atau adik)
terjerumus ke lingkungan siksa "Neraka"?.

8. Setiap anggota keluarga pasti sangat sedih jika Bahtera Keluarga pecah dan karam akibat terpaan
gelombang kehidupan dunia yang mematikan.

9. Agar masuk Surga sekeluarga, ingatkan anggota keluarga kita yang sedang khilaf berbuat dosa
atau lalaikan perintah Allah, jangan dibiarkan.
10. Jangan kecewa kalau peringatan kita diabaikan, atau malah dilecehkan, karena dakwah di tengah
keluarga kadang lebih berat, jangan lupa doakan.

11. Nabi Nuh as tak pernah lelah mengingatkan anaknya yg tersesat, Nuh as terus mendoakannya
sampai akhirnya Allah tenggelamkan Kan'an.

12. Nabi Luth as tak pernah berhenti memperingatkan isterinya yang membangkang, sampai
akhirnya Allah binasakan isterinya bersama kaum Sodom.

13. Asiah binti Muzahim, tertatih -tatih peringatkan suaminya Fir'aun, konsisten mendidik Masyithah
& Musa as, akhirnya Asiah yang dibunuh Fir'aun.

14. Habil tak pernah takut mengingatkan dan menasehati kakaknya Qabil, rasa iri dan dengki
berkecamuk sampai akhirnya Habil dibunuh Qabil.

15. Agar bisa masuk Surga sekeluarga perlu perjuangan dan pengorbanan yang besar, selain itu
kesabaran dan konsistensi juga harus dilakukan.
16. Ingatkan suami agar bekerja ditempat yang halal, jangan bawa pulang penghasilan yg haram, krn
akan jadi bahan bakar neraka Rumah Tangga.

17. Ingatkan isteri agar memperhatikan Pola Konsumsi Halal untuk keluarga, anak-anak akan susah
diajak taat dan ibadah jika mengkonsumsi yang haram.

18. Ingatkan anak-anak bahwa bahan bakar Neraka adalah Batu dan Manusia, jangan sampai salah
seorang dari kita jadi bahan bakarnya Neraka.

19. Ceritakan bahwa penjaga Neraka adalah Para Malaikat Perkasa yang kuat dan kasar, mereka tak
pernah khianati Allah & pasti laksanakan perintahNYA.

Semoga bermanfaat buat kita dan keluarga kita masing-masing. Selamat beraktifitas yang indah
bersama keluarga kita sampai akhirat yang husnul khotimah...

Aamiin..

Ustadz Bachtiar Nasir


Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Tantangan Orangtua Masa Kini Dalam Mendidik Anak:::

Banyak yang menyatakan tantangan orangtua masa kini adalah kemajuan teknologi yang membuat
pola pikir dan sikap anak sekarang jauh berbeda dengan anak zaman dulu. Benarkah demikian?

Mungkin hal tersebut benar menjadi salah satu tantangan zaman, akan tetapi sebenarnya banyak hal
yang lebih bersifat internal yang perlu disadari sebagai tantangan orangtua dalam pendidikan putra-
putrinya:

1. Kurangnya ilmu parenting

Yap, banyak orangtua yang masih tak paham pentingnya ilmu dalam mendidik anak. Ada yang
mendidik anak dengan kekerasan berupa bentakan, pukulan, hardikan, padahal kekerasan hanya
akan merusak mental anak.
Ada pula orangtua yang terlalu memanjakan anak hingga anak tak punya kemampuan untuk hidup
mandiri sampai ia dewasa.

Ilmu parenting perlu dipelajari oleh setiap orangtua, terutama yang terkait dengan parenting
kekinian. Kurangnya ilmu merupakan tantangan terbesar orangtua dalam mendidik anak-anaknya.

Bayangkan betapa mengerikannya jika kita salah mendidik, salah pola asuh, sehingga anak bukannya
menjadi aset ke surgaNya, tapi justru malah menjadi beban karena ketidakbecusan kita
mendidiknya.

2. Abai terhadap kehalalan sumber rezeki dan makanan anak

Ini adalah tantangan internal selanjutnya. Sudahkah kita sebagai orangtua konsen penuh terhadap
kehalalan sumber rezeki dan makanan yang masuk ke perut anak?

Bagaimana mungkin kita berharap anak menjadi shaleh jika salah memberinya makanan haram?

3. Kurangnya kemampuan berkomunikasi dengan anak


Faktor internal lainnya adalah kurangnya kemampuan dan kemauan orangtua untuk berkomunikasi
dengan anak. Banyak orangtua yang berkomunikasi satu arah saja seperti bos dengan anak buahnya.

Orangtua ingin anak jadi penghafal quran, langsung menjebloskan anak ke pesantren tanpa
menanyakan persetujuan anak terlebih dulu. Walaupun niatnya baik, tapi cara keliru seperti ini
justru rawan untuk mental anak. Ia akan merasa seperti robotnya orangtua, dikhawatirkan
perkembangan mentalnya bisa terganggu di masa mendatang.

4. Kemajuan teknologi

Banyak orangtua yang alih-alih memanfaatkan teknologi untuk mendidik anak, namun malah justru
menjauhkan anak sama sekali dari teknologi. Padahal anak-anak nantinya akan menghadapi
persaingan berat yang memerlukan kecakapan dalam penguasaan teknologi.

Orangtua perlu bersikap bijak dalam hal ini. Agar anak-anak tak lantas jadi gaptek dan tak
mempunyai kemampuan ketika dewasa kelak.

Begitupun ketika anak terlalu sering atau bahkan kecanduan dengan smartphone maupun game
maka orangtua harus tegas dan bijak menangani. Jangan biarkan anak bebas bermain dengan game
di smartphone maupun tablet, batasi dengan peraturan yang dibuat dengan mengajak anak bersama
membuat peraturan. Misalnya boleh main game hanya sekali dalam sepekan dan maksimal 2 jam.
Disini orangtua harus tegas dalam pelaksanaan aturan. Buat kesepakatan dengan anak. Bagaimana
bila sudah kecanduan game? Harus ada langkah tegas dari orang tua untuk menghindarkan anak dari
game tersebut. Kurangi perlahan-lahan, aliran aktivitas anak dengan aktivitas lainnya. Bila perlu
libatkan psikolog untuk membantu.

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::Mengikat Hati Anak, Menjalin Emotional Bonding:::

1| Salah satu tugas pengasuhan adalah membuat ikatan emosi yang kuat antara ortu dan anak yang
dikenal dengan istilah emotional bonding

2| Ikatan emosi atau batin ini berpengaruh bagi anak dalam menjalani masa-masa sulit semasa
hidup sekalipun tak ada ortu di sisi
3| Tak selamanya ortu mendampingi hidup anak. Ia harus tumbuh mandiri dengan potensinya.
Emotional bonding yang kuat terhadap ortu sebagai pengarah

4| Setidaknya ada beberapa masa kehidupan dalam diri anak dimana ia alami krisis : pra sekolah, pra
puber, pubertas, pra nikah dan nikah

5| Di masa-masa tersebutlah ia butuh bimbingan dan arahan. Maka meski tak ada ortu di sisi,
nasehat-nasehat dan teladan ortu tetap dijaga selama masih ada ikatan batin

6| Hal ini lah yang dialami oleh Nabi Yusuf muda saat terpesona dengan kecantikan zulaikha dan
diajak berbuat mesum. Ia punya hasrat

7| Hasratnya hampir saja menjerumuskannya seandainya Allah tak berikan ‘pertanda’. Seperti yang
terdapat dalam surat Yusuf : 24. Sila dibaca

‘Pertanda’ yg dimaksud adalah nasehat ayahnya yang tiba-tiba muncul saat ia hampir saja terpedaya
oleh nafsunya. Ini kata ibnu katsir

9| Bayangkan! Nabi yusuf yang terpisah jauh oleh ayahnya, terjaga diri dari bujukan setan. Tak jadi
berbuat zina. Tersebab ikatan batin dengan ayahnya
10| Itu pula yang diharapkan dari anak kita. Jauh terpisah namun menjaga kehormatan keluarga
karena nasehat indah ortu yang tertanam dalam jiwa

11| Saat krisis jiwa melanda, tak kemana-mana cari solusi. Yakin ada ortu yang siap membantu cari
jalan keluar. Percaya sepenuhnya

12| Seorang wanita yang sedang konflik dengan suaminya, akan curhat ke ayahnya. Bukan ke lelaki
lain. Rumah tangga terselamatkan. Sebab ada father bonding

13| Anak yg tak punya emotional bonding maka tak percaya dengan ortunya. Lebih dengar kata
temannya sekalipun buruk

14| Bagaimana menciptakan emotional bonding dengan anak? Usia dini jangan diabaikan. Bermula
dari bayi dalam kandungan. Ayah bunda terlibat bersama

15| Saat bayi dalam kandungan, jadikan suara ayah-bunda nya yg lebih banyak didengar. Ajak ia
bicara sambil mengusap perut bunda
16| Saat anak lahir, sambutlah anak dalam pelukan yang hangat. Hadapkan wajah kita ke
hadapannya. agar perlahan di scan dalam memorinya

17| Usia 0-2 tahun adalah fase pengikatan. Disinilah fase dimana ayah-bunda harus jadi aktor utama
dalam pengasuhan. Bukan yg lain

18| Di fase inilah Allah perintahkan ibu untuk memberinya ASI. Yang bukan sekedar susunya, namun
juga belaian yang dibutuhkan anak

19| Betapa banyak ibu yang lebih sering menitipkan ASI nya pada botol. Tak memberinya langsung
dari puting. Sehingga anak sehat namun jiwanya kosong

20| Fase ini juga seorang ayah harus banyak terlibat mengasuh. Luangkan waktu tuk ganti pampers,
gendong anak sambil cerita, bacakan quran, dll

21| Dalam usia 0-2 tahun jangan terburu-buru kenalkan anak pada media meskipun isinya bagus.
Sebab emosi belum terikat sepenuhnya

22| Jika ingin ajarkan anak tentang quran, jangan dari kaset. Akan lebih elok jika ortunya yang
menyuarakan sekaligus belum fasih. Agar tercipta ikatan batin
23| Sekalipun ada pengasuh lain, peran mereka hanya membantu. Bukan tokoh sentral. Agar ikatan
yang terjalin bukan kepada mereka namun kepada ortunya

24| Keluarkan segala energi: suara, bahasa tubuh, dan ekspresi muka agar terekam kuat dalam
memori anak. Inilah yang menjadi dasar munculnya ikatan hati

25| Bagaimana jika anak sudah melewati usia 2 th sementara kita terlambat melakukan upaya
emotional bonding ?

26| Jika anak sudah melewati usia 2 tahun, bisakah kita ciptakan emotional bonding dengannya?
Masih sangat bisa. Asal kita bisa membaca golden moment

27| Golden moment ini adalah situasi dimana anak benar-benar butuh hadirnya kita. Bisa tanpa
sengaja atau juga kita rekayasa

28| Golden moment yang dimaksud minimal ada dua : yakni saat anak sedih dan saat anak unjuk
prestasi. Hadirlah dengan sungguh-sungguh di dua waktu ini
29| Saat anak sedih, ia butuh sandaran jiwa. Butuh ada yang memeluk dan dengarkan curhatnya.
Hadirlah segera. Jangan sampai orang lain yang ambil alih

30| Tak pekanya ortu saat anak sedih malah buat ikatan hati makin rapuh. Kepercayaan menurun.
Anak lari kepada sosok lain

31| Dan hadirlah saat anak unjuk prestasi : baca puisi di skolah, ambil raport, menari, dan
sejenisnya. Ini adalah persembahan untuk ortu dari anak

32| Saat unjuk prestasi, yang anak butuhkan adalah tepuk tangan dan apresiasi ortunya. Jika ortu tak
hadir, rusaklah kepercayaan anak

33| Kehadiran ortu dalam kegiatan mereka adalah pengakuan eksistensi anak. Ortu yang cerdas,
akan paksakan diri tuk hadir. Demi tercipta emotional bonding

34| Semoga kita bisa menjadi ortu yg jalin emotional bonding dengan anak kita. Agar anak
terdampingi selamanya meski kita tiada.

Salam cinta
(Ust. bendri jaisyurrahman)

www.grupmanis.blogspot.com

Distributed :

Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

:::MENJADI IBU YANG DIRINDUKAN:::

Ibu adalah profesi utama, yang lain adalah sambilan. Jangan menjadikan mengasuh anak adalah
Sambilan. Karena kalau tidak si anak akan jadi 'sambal-sambal'an, cikal bakal cabe-cabean.

Kisah keteladan Ibu yang mencetak anak anak hebat,

Adalah Al-Nawar binti Malik, mempunyai anak bernama Zaid bin Tsabit.

Zaid waktu itu masih belia, tatkala ia mendengar seruan Rasulullah tentang Jihad. Ia mengambil
pedang Ayahnya, dengan semangat 45 ia menemui Rasulullah. Pedang dan tubuh Zaid, masih lebih
besar pedangnya. Rasulullah yang melihat Zaid yang begitu bersemangat, memerintahkan ia untuk
pulang kembali pada Ibu nya. Karena memang aturan Perang dilarang Anak-anak, wanita dan
orangtua. Zaid sedih dan kecewa. Tersedu ia menangis karena ditolak Rasulullah berjihad. Disinilah
Peranan Bunda Hebat yang harus bisa membesarkan jiwa si anak. Ia tidak meremehkan motivasi
kuat si anak. Bunda Al-Nawar mengatakan pada Zaid "anakku.. Jika Rasulullah, belum
mengizinkanmu berjihad ke medang perang, ketahuilah nak, berjihad lah dengan jalan lain..
Berjihadlah lewat Pena anakku, Belajar, belajar, dan Hafalkan Alqur'an. Zaid lalu pergi kembali pada
Rasulullah, kali ini tidak untuk berjihad memakai Pedang, tapi diminta mendengarkan Hafalan
Alqur'annya. Waktu itu Alqur'an baru turun 17 juz. Dalam kurun singkat, Zaid telah merampungkan
hafalannya. Allahu Akbar.

Zaid bin Tsabit si Pencatat Wahyu, anak muda dengan kecerdasan dan potensi gemilang.

Siapa yg berperan? Ibu.

Ibu jangan mematikan potensi anaknya.

Ulama mujahid bernama Faruq mempunyai istri yg ditinggal selama 30 tahun. Diamanahkan uang
kurang lebih sebesar 60 Milyar. Tapi ia tidak mempergunakan untuk hal keduniawian. Terbukti
setelah 30 tahun, Faruq kembali, dan rumah mereka masih seperti yang dulu. Ternyata istri nya
menginvestasikan uang tersebut untuk pendidikan anak nya. Anaknya seorang ulama besar bernama
Rabi'atul Rabbiy, guru Imam Malik dan Imam Hanifah.

Lisan seorang ibu Keramat.

Alkisah seorang ibu yang sudah bersusah payah membuat jamuan makan yang lezat untuk para
tamu nya. Tamu mulai berdatangan. Ketika hendak disajikan, terperanjat si ibu, mendapati anak nya
menabur pasir diatas jamuan tersebut. Marah bukan kepalang. Ia memikirkan kalimat yang pas
untuk itu. Lalu ia berujar "Anakku, ibu marah padamu, ibu doakan kamu jadi Imam Masjidil Haram",
terbukti si anak kemudian hari menjadi Imam Masjidil Haram. Dialah Syeikh Abdurahman Assudais.

Apa yang terjadi jika lisan ibu mendoakan yang buruk untuk anak? Walau dalam keadaan marah pun,
ibu harus bisa mendoakan yang terbaik untuk anak. Karena lisan ibu keramat. Doa nya makbul.

Ibu adalah Pilar Negara.

Berdayakan Majelis Ta'lim. Majelis ta'lim adalah aset. Jika majelis ta'lim di Indonesia, didalamnya
dibahas bagaimana mendidik anak, ada modul, dan kurikulum menjadi ibu yg hebat, maka kedepan
kita tidak butuh menteri pemberdayaan wanita. Indonesia akan tumbuh menjadi negara yang kuat
cerminan akhlaknya.
Dikisahkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Ada seorang lelaki, meninggalkan Istri nya
selama 2 tahun. Ketika kembali, ia mendapati istri nya tengah bersiap melahirkan. Marah, kecewa, ia
menuduh istri nya berselingkuh. Ia membawa Istri nya pada Khalifah Umar untuk diadili, dihukum
rajam. Tiba tiba, Muaz bin Jabal, seorang pemuda yang terkenal kefasihannya akan ilmu fiqih
berkata.. "Ada 3 hak yang harus dilaksanakan terlebih dahulukan wahai Khalifah. Hak bayi untuk
hidup, hak mendapat ASI selama 2 tahun, dan terakhir, pastikan dulu jangan-jangan lelaki tersebut
memang bapak bayi tsb. Ketika si bayi lahir, terkejutlah lelaki tersebut, ternyata si bayi sudah
memiliki gigi lengkap. Jadi ia berada di kandungan ibu nya selama 2 tahun. Lelaki itu menyesal telah
menuduh istri nya.

Hari itu Umar bin Khatab mengumpulkan rakyatnya, dihadapan mereka ia memuji Muaz bin Jabal. Ia
memuji Muaz yg menghindarkan Umar dari kesalahan seorang Khalifah. Ia memuji Ibu Muaz yg
melahirkan anak sehebat dan sepintar Muaz bin Jabal. Lelaki sholeh yang cerdas.

▶Sifat seorang ibu yg harus dimiliki :

Kata Rasulullah, nikahilah wanita yg memiliki sifat wadud (kasih sayang) dan subur (bisa melahirkan).

Tapi kenyataan, banyak ibu bisa melahirkan tapi tidak memiliki sifat wadud.

▶Fenomena Mother distrust

Silahkan browsing "mama bangs*t", maka akan muncul ribuan tweet anak-anak remaja mengtweet
"mama bangs*t" atau memaki ibu mereka pada akun sosialnya. Menyedihkan. Apa pasal?

Rupanya, banyak ibu sekarang, yang melupakan arti bonding, atau kelekatan kasih sayang untuk
anak anaknya.

Ada seorang anak Pejabat, yang memiliki kelimpahan materi. Membuang Iphone seharga 3juta
rupiah, melempar laptop mac seharga 35juta rupiah ke kolam renang rumahnya. Hanya karena
dilarang keluar malam oleh Ayahnya. Ketika si ibu datang, melarang anaknya, keluar lah kalimat
kebun binatang pada si ibu.. *Astaghfirullah..

Setelah diselidiki. Si anak curhat. Bahwa sejak bayi, ia tidak punya bonding terhadap ibu nya. Ibu nya
terlalu sibuk bekerja meraih karir, ia jarang merasakan belai kasih ibu nya.

Para Bunda, ternyata hak anak untuk bisa menyusui adalah mutlak, dia menemukan kasih sayang,
kenyamanan, cinta kasih lewat emotional bonding dgn ibu nya ketika menyusu. Jangan pernah
cepat-cepat disapih.
Maka nya, ketika anak masih bayi, tidak ada istilah bau tangan, anak butuh segera gendong. Karena
dia butuh mendapatkan rasa aman dan cinta. Kalau dibiarkan lama-lama, dia akan menjadi anak yg
memikirkan diri sendiri tidak memahami perasaan orang lain.

Fungsi ibu memberi rasa aman. Sedang Ayah, menegakkan aturan. Ketika ibu sebagai ratu di rumah
tidak lagi dirindukan, anak akan betah lama lama di luar.

Harus menularkan energi positif kepada anak.

Ketika melihat anak bandel, nakal, harusnya anak tersebut lebih butuh kasih sayang dan perhatian
kita.

Kebutuhan seorang ibu :

1. Ibu harus punya 'me time'

2. Couple

(ibu harus punya waktu berdua bersama pasangan. Wanita yang sehat jiwa nya, harus mengeluarkan
20.000 kata per hari. Jalan bersama, membahas tentang anak)

3. Family time

(waktu bersama keluarga inti)

4. Social Time

Aspek diatas harus seimbang. Skill dasar seorang wanita, menulis. Karena emosi yang tidak keluar
atau disalurkan, akan rentan membuat ibu menjadi kasar dan emosional. Curahkan isi kepala dan
hati lewat tulisan.

Rumus mendidik anak di era sekarang, adalah menjebol privasi si anak. Jangan GR ketika anak
memprotect hp, jangan menganggap dia mandiri. Hati hati.

Kejadian nyata, anak 2 smp, punya akun fb, berteman dengan pemuda yang status FB nya penuh
motivasi. Si gadis kagum. Kopi darat, si ibu tidak tahu.Ternyata si cowok punya niat tidak baik. Awal
ketemuan pegangan tangan, lalu mulai berani yang lebih. Tapi si anak perempuan selalu menolak.
Sampai suatu waktu, anak gadis di telepon pacarnya tengah malam, ia berbohong bilang menjadi
korban begal. Si gadis karena kadung cinta, keluar malam itu hendak menolong pacarnya. Di tempat
sepi, ia nyaris mau dinodai. Bersyukur ada bapak bapak melihat dan segera menolong anak gadis
tersebut. Si ibu nyaris pingsan. Anak yang dikira baik, dikira tidur di kamarnya, ternyata sudah
pacaran 2 tahun dengan pemuda tersebut. Si anak tidak mau cerita dan terbuka dengan bunda nya.
Kenapa? Karena bunda nya bukan menjadi tempat yang asik untuk diajak curhat.

Ibu harus punya skill dasar agar dirindukan anak.

*bisa memasak
(audience heboh banyak yg protes), Ustadz mengatakan memang tugas seorang ibu bukan
memasak, di kitab fiqih mana pun tdk dijelaskan tugas utama ibu memasak, krn kita membangun
rumah tangga, bukan rumah makan. Harus bisa masak, agar anak kangen dgn masakan ibu.

*memijit

Anak sampai usia berapa pun butuh dipeluk dan disentuh. Ketika anak yg biasa dipijat di punggung,
perut, dan tangan, maka ia akan terbiasa lancar bercerita. Maka nya profesi tukang pijit sekalian
tukang pijit jadi konselor juga. Pelajari ilmu akupresure, akupuntur.

*mendengarkan

Kalau wanita ditanya banyak, jawab singkat, berarti dia lagi sedih. Kalau ditanya sedikit jawabannya
banyak, tanda si ibu lagi happy.

Penutup :

Ketika ibu sudah dirindukan, maka akan punya definisi indah tentang rumah.. Rumah dimana disana
ibu berada. Ibu yang selalu punya cinta yg membuat anak ingin pulang.

----

〰〰〰

Ustadz Bendri Jaisyurrahman

By : Nailah Assagaf

ikatlah ilmu dengan menulis

Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -


www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

:::Tanya Jawab Pendidikan Keluarga:::

1. Pertanyaan :

Assalamualaikum, Jika melihat beberapa lapis dalam membangun keluarga yang Islami sangatlah
bagus dan ideal untuk semua keluarga muslim. Tapi dalam praktek di lapangan sehari-hari seringnya
kita menemukan kendala-kendala terutama dalam mendidik anak-anak kita. Wa bil khusus untuk
anak yang mulai menginjak remaja. Karena faktor pergaulan dan lingkungan di luar rumah mau tidak
mau juga ikut andil dalam membentuk pribadi anak kita. Sekuat tenaga kita sebagai orang tua
pastilah kita upayakan untuk tetap melakukan yang terbaik untuk menjaga anak kita dari pengaruh
buruk pergaulannya di luar rumah. Nah yg saya mau tanyakan adalah, kiat-kiat apa atau apa yg perlu
kita lakukan sebagai ortu bagi anak yang mulai remaja agar anak kita bisa tetap ada pada rule-rule
yang sudah kita susun dalam mencapai keluarga muslim yang diharapkan Allah seperti yang
ustadzah wulan sampaikan. (Ukhti Yani)

Jawaban :

Kendala dalam proses pendidikan di keluarga adalah hal yang lumrah. Merupakan bagian dari
kehidupan. Maka ada beberapa hal yang bisa kita siapkan agar ketika kendala menghadang, solusi
bisa diperoleh.

Yang pertama : Dalam menjalani proses pendidikan keluarga kita harus selalu bersandar pada Allah.
Bahwa setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan, itu bagian dari penciptaan Allah.
"kenakalan" tidak hanya mutlak milik anak, orang dewasa pun bisa melakukannya. Karena itu dalam
upaya pendidikan keluarga, selalu ingat bahwa Allah yang punya kuasa dalam menentukan
segalanya. Kita hanya berupaya.
Yang ke dua : Dalam proses pendidikan keluarga semuanya berperan, semua bisa menjadi subyek
dan obyek. Anak bisa belajar dari ortu dan sebaliknya. Hal ini melahirkan rasa saling menghargai dan
membutuhkan. inilah prinsip tawashowbil haq tawashowbishobr tawashowbil marhamah.

Yang ketiga : Bangun komitmen bersama melalui komunikasi yang intensif dan ramah. Mengapa al
quran banyak bercerita tentang kisah-kisah? Karena berkisah adalah sarana terbaik dalam
membangun komunikasi. Dengan komunikasi yang harmonis antar anggota keluarga, proses
pendidikan bisa dijalankan dengan baik...

Proses pendidikan untuk anak memiliki keunikan di tiap fase usia. Seperti pesan Ali bin Abi Thalib ra,
ada 3 fase yaitu usia 0-7 di mana anak ibarat raja, 7-14 anak ibarat tawanan dan di atas 14 anak
adalah sahabat. Namun 3 fase itu saling berkelindan (berkaitan laksana rajutan). Bila dirasa anak usia
baligh sulit diajak berkomunikasi, mungkin ada yang sempat 'miss' pada hubungan kita sebagai ortu
dengan si anak di fase sebelumnya. Namun tidak ada kata terlambat utk perbaikan....

Allahu A'lam

2. Pertanyaan :

Seperti apa langkah-langkah teknis yg dapat kami terapkan untuk anak umur 0-5 tahun agar kami
orang tua dapat melahirkan anak-anak dengan kepribadian seperti yang di gambarkan dalam surah
Al Ahzab ayat 35? ( Ummu Hisyma)

Jawaban :

Salam kenal Ummu Hisyma.. Usia 0-5 tahun adalah fase penting di mana sel neuron dalam otak
sangat aktif membangun jaringan. Informasi apapun yg masuk di otak anak sangat melekat. Dalam
ilmu neuroscience, dalam otak ada bagian 'ketuhanan'. Di mana pada hakekatnya manusia itu
mengakui keberadaan Dzat yang Maha Besar yang menguasai dirinya. Di usia ini, sangat baik dimulai
dengan menstimulan pengenalan terhadap Allah. Misal ortu sering menyebut-nyebut Asmaul Husna,
tilawah alQuran di dekatnya, kalau ortu memiliki bacaan al Quran yg bagus bisa juga mentalaqqi
anak hafalan al Quran dan bercerita banyak kisah. Terkait perkembangan motorik kasar dan halus
bisa dilakukan di rumah dan sekitarnya oleh keluarganya, misal pengenalan tubuh, alam, hal-hal di
dalam dan sekitar rumah. Namun perlu diingat, pada fase ini fungsi pengembangan kognitif anak
bukan prioritas. Sehingga tidak disarankan anak utk diajari membaca, menulis bila ia tidak tertarik.
Stimulan dengan banyak hal yg bisa membuatnya mengenal Robbnya, RasulNya dan kondisi
sekitarnya..

3. Pertanyaan
Bisa diceritakan ustdzh, pendampingan seperti apa yg ustdzh. Wulan berikan, hingga anak anak bisa
terus termotivasi untuk mengambil jalannya dengan penuh kesadaran? (Ummu Ahda)

Jawaban :

Salam kenal Ummu Ahda. Pendampingan seperti apa yang kami lakukan, saya sendiri merasa belum
optimal dan masih terus belajar.

📌Upaya pertama yg kami lakukan adalah ada kesamaan pandang antara suami dan istri dalam
menjalani proses pendidikan, sehingga bisa saling sinergi. Karena dalam pendidikan anak, ada peran
ayah dan peran ibu dalam proses pendampingan tersebut. Misal ada saat di mana ayah yg harus
bersikap dan berbicara. Saya sendiri kadang ada momen merasa sulit utk bisa menyampaikan
maksud saya ke anak2, lalu saya komunikasikan ke suami dan beliaulah yg berbicara ke anak2. Begitu
juga kadang ada momen di mana anak butuh kelembutan sikap seorang ibu.

Yang kedua, membangun komitmen bersama dengan anak adalah upaya pendampingan ortu ke
anak. Kita tidak bisa mengawasi mereka 24 jam. Komitmen inilah yang menjadi kesepakatan kita.

Yang ke tiga, mereview komitmen bersama sebagai upaya menyegarkan kembali hubungan ortu dan
anak.

Yang ke empat, selalu mohon kepada Allah utk penjagaanNya kepada keluarga kita.

4. Pertanyaan :

Ustadzah, bagaimana membuat kurikulum yang pas bagi putra-putri kita, agar tercapai tujuan-tujuan
sebagaimana tersebut di materi? (Ummu Maryam, Riyadh)

Jawaban :

Salam kenal Ummu Maryam di Riyadh. Bila ditanyakan ke saya, sebagai praktisi Homeschooling, saya
sekarang menyebutnya Familyschooling, tidak bisa menyatakan kurikulum yg pas itu seperti apa.
Karena tiap manusia unik. Apa yg saya tulis di artikel ttg 10 model pembentuk pribadi muslim adalah
sarana yg saya coba pakai sebagai standar. Saya sendiri membuat kurikulum bisa utk 6 bulan atau
untuk setahun disesuaikan dengan masing-masing anak.

Yang kita perlukan sebagai langkah pertama dalam membuat kurikulum adalah membangun
kedekatan kita dengan anak. Output dari kedekatan ini adalah pengenalan satu dengan yang lain.
Yang kedua dengan melakukan dokumentasi misal foto, pencatatan dll yg bisa dibuat menjadi
portofolio yg bisa dijadikan tolak ukur perkembangan proses pendidikan anak.

Yang ketiga, kurikulum perlu direview dengan kembali melihat tujuan dengan anak sebagai subyek.
Disesuaikan dg potensi, kapasitas dan kemampuan anak.

5. Pertanyaan :

Ustadzah, mau tanya bagaimana memotivasi anak agar bersemangat dlm menghafal al qur'an dan
tumbuh kecintaannya thd al qur'an atas kesadaran pribadi , bkn atas suruhan ortu.

Jawaban :

Pengenalan terhadap al Quran bisa dilakukan sejak usia dini.

Yang pertama adalah banyak berdoa khusus meminta kepada Allah agar keluarga kita dirahmati
dengan al Quran. Allahummarhamna bil Qur'an, Allahumma yassirlana litilawatil Qur'an, yassir lana li
hifdzil Qur'an...

📌Yang kedua, banyak menghidupkan al Quran dalam kehidupan, bisa dengan tilawah, menghafal,
berkisah yg diambil dr al Quran, membaca terjemah, mendengar murottal. Bahkan di saat iman
sedang lemah, tetaplah dekat dengan al Quran walaupun hanya mendengar murottal, sedikit
tilawah. anak-anak yang melihat kebiasaan ini jadi terbiasa hidup dengan al Qur'an dan tidak merasa
canggung...

Yang ketiga, tidak mengapa di awal anak membaca dan menghafal Qur'an atas suruhan ortu. Tentu
saja kita memotivasinya dengan niat liLlah dan dengan cara yg positif. Setelah menjalaninya, insya
Allah pada diri anak perlahan tumbuh rasa cintanya pada al Qur'an dan mulai berinteraksi dg al
Qur'an secara mandiri... Allahu a'lam bish showab.

6. Pertanyaan :

Bagaimana caranya agar dalam mendidik anak si anak tidak merasa sebagai objek tunggal tetapi
mereka melihat bahwa ortu pun termasuk dalam proyek besar pendidikan dlm keluarga itu sendiri.
Jawaban :

Dalam proses pendidikan keluarga semua anggota keluarga terlibat. Ini yang perlu dihidupkan. Mulai
dari yang kecil seperti saling membangunkan pagi, membersihkan rumah hingga yang besar seperti
cara mewujudkan keinginan dll. Komunikasi, walaupun sepertinya sederhana tapi ternyata
merupakan batu terbesar yang sering sulit dipecahkan dalam proses harmonisasi dalam keluarga.
Inilah hal yang sangat perlu dibangun sejak awal. Jangan biarkan siapapun, suami, istri atau anak
bahkan ortu kita, bila masih ada, membangun impian atau cita-citanya sendiri. Tak perlu sungkan
menceritakan impian kita ke orang terdekat. Maka impian anak pun kita genggam bersama. Katakan
padanya, kita jalan bareng yuk menuju ke impianmu.

7. Pertanyaan :

Ustadzah Wulan, dalam mendidik anak di rumah, apa kiat Ustadzah dlm manajemen emosi
menghadapi rutinitas bersama anak?

Jawaban :

Manajemen emosi memang butuh jam terbang. Kalau teringat saya dulu sering tidak mampu
mengontrol emosi pada anak ketika anak masih kecil dan pemahaman saya yg masih minim, saya
merasa malu dan mohon ampun kepada Allah. Itu pun karena minimnya ilmu saya. Alhamdulillah itu
tidak berlangsung lama. Kesadaran demi kesadaran Allah berikan dari kejadian-kejadian dalam
kehidupan yg membuka mata saya untuk selalu move on. Rasa kesal kadang muncul baik kepada
pasangan atau anak adalah hal lumrah. Namun yg membedakan kita dg org lain adalah pada cara
mengendalikannya.

Yang pertama yang perlu menjadi kesadaran utama adalah tidak ada manusia sempurna. Begitu juga
anak kita. Kesalahan yg dilakukannya atau hal yang tidak menyenangkan bagi kita, bukan pula hal yg
diharapkannya. Karena itulah Rasul saw mengatakan bahwa kesabaran itu ada pada pukulan
pertama. Ketika masalah itu muncul di hadapan kita, istighfar, bertasbih, mencoba tenang, berpikir
positif dan bersikap positif.

📌Yang kedua, ajak anak utk menyelesaikan masalah bersama. Tidak melempar masalah ke pihak
lain dan meminta pihak lain menyelesaikannya.

📌Yang ke tiga, utk keluar dr rutinitas yg kadang menjenuhkan kita, buatlah hal-hal yang di luar dari
rutinitas kita dan buang pikiran bahwa itu akan membebani kita nantinya. Misal bila kita ingin
bersantai di hari ahad, biarlah rumah berantakan, makanan apa adanya, anak-anak tidak mandi dll..
Itu hanya terjadi sehari, dan tidak akan mengubah banyak hal... asal ibadah tetap baik loh...

Allahu a'lam bi showab....


Bismillah... Tidak ada manusia sempurna kecuali Rasulullah saw.. Dalam proses pendidikan keluarga,
hanya Allah yang berkehendak menentukan kita akan bagaimana. Semoga Allah mudahkan cita-cita
mulia dan langkah-langkah kita... fa idza 'azamta fa tawakkal 'alaLlah...

Ustadzah Wulandari Eka Sari

www.iman-islam.com

Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

📝 Vitamin A untuk Anak Kita 👦👧

Tantangan zaman yang luar biasa berat bagi anak-anak kita saat ini membutuhkan Vitamin A (Ayah)
yang memiliki peranan sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak 💪👨

Ayah…

Engkaulah nahkoda, penentu Garis Besar Haluan Keluarga, engkau yang menentukan kemana
keluarga kita akan kau bawa 🚢⛵🚤🚣⚓
Engkau bukan hanya pencari rizki yang penuh berkat, yang menyediakan makanan lezat dan pakaian
yang hangat, serta rumah dan isinya yang tak mudah berkarat, bagi kami kau adalah pembimbing
anak & istri yang hebat 🍲🍹👕👚🏡

Ayah..

Engkau adalah pembuat kebijakan dan peraturan, engkau pula yang menentukan standar
keberhasilan. 👍👊👏

Ayah..

Engkau senantiasa melakukan pemantauan dan perawatan terhadap kami dan harta benda yang kau
titipkan. 👫💍💎🚲🚗🚘

Ayah..

Luangkan waktumu lebih banyak lagi ya. Obrolan sederhana yang kau bangun dengan anak kita,
membuat ia menjadi anak yang:

🌸Tumbuh menjadi orang dewasa yang suka menghibur

🌸Punya harga diri yang tinggi

🌸Prestasi akademis di atas rata-rata, dan

🌸Lebih pandai bergaul

Ayah lain yang kurang ngobrol dan bercengkrama dengan anak, ternyata menyebabkan anak
perempuannya:

👧Cenderung mudah jatuh cinta dan mencari penerimaan dari laki-laki lain

👧7-8 kali lebih mungkin memiliki anak diluar pernikahan.

👧Cenderung suka lelaki yang jauh lebih tua, dan

👧Cenderung lebih mudah bercerai

Ternyata hal ini berlaku pada anak perempuan dari latar belakang sosial ekonomi apapun.😵😣😖

Sedangkan anak laki-laki yang jarang diajak ngobrol oleh ayahnya,

👦Lebih beresiko terlibat pornografi, narkoba, dan tindak kriminal

👦Cenderung lebih cepat puber di usia yang lebih muda


👦Cenderung join a gang, dan

👦Cenderung menemui kesulitan mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan di masa dewasa

Ciri anak yang kekurangan vitamin A adalah lebih rentan terhadap peer pressure😢

Ayah…

Ingat yuk peran kita sebagai orangtua; anak itu AMANAH; kita mendapatkan tugas dari Allah untuk
mengasuh dan membesarkan anak dengan baik dan benar. Sebab itu butuh perjuangan (pikir, rasa,
jiwa, tenaga, waktu dan biaya).💪🔥🙏

Ayah…

Yuk pimpin keluarga dengan membuat Visi Pengasuhan bersama Ibu. Visi membuat Ayah dan Ibu
lebih mudah mengayuh bahtera keluarga bersama-sama.🚩🇮🇩👌

Keluarga Nabi Ibrahim (QS. Ibrahim: 35-37) mempunyai misi:

✅Penyelamatan aqidah,

✅Pembiasaan ibadah,

✅Pembentukan akhakul karimah dan

✅Pengajaran lifeskill (entrepreneur).

Sedangkan Visi Keluarga Imran (QS. Ali Imran: 35), yakni menciptakan hamba Allah yang taat.

Ayah…

Mari kita terus perbaiki pola pengasuhan selama ini. Anak kita perlu mendapat validasi dari kita agar
ia tidak perlu mencari dari orang lain. Ia membutuhkan 3P:

❤ Penerimaan,

❤ Penghargaan, dan

❤ Pujian.

Ayah..

Mari kita bedakan pola pengasuhan anak laki-laki dan perempuan kita, sebab:
👫Otak mereka berbeda

👫Tugas dan tanggung jawab mereka kelak dewasa juga berbeda

👫Sehingga, tujuan pengasuhannya pun berbeda. Anak laki-laki kita kelak mengemban
tanggungjawab yang lebih besar daripada anak perempuan kita. Selain menjadi hamba yang
bertakwa dan berperan di masyarakat, anak laki-laki kita kelak akan menadi pendidik dan pengayom
keluarga.

Ayah…

Penting sekali vitamin A bagi anak; bukan hanya meluangkan ‘waktu lebih’, tapi kuantitas dan
kualitas berjalan seimbang. Tidak hanya terlibat secara fisik, tapi melakukan authoritative parenting
(kasih sayang tinggi – tuntutan tinggi, yakni orangtua memberikan dorongan, dukungan, perhatian
dan menawarkan perhatian tanpa kekerasan).❤⏰

Ayah…

Biasakan tanya perasaan anak kita setiap hari ya, itu berarti kau sedang membangun kekuatan emosi
dan kedekatan batin dengan mereka. Ingat PERASAAN ya Yah… 💗💓💛💙💜💚

Biarkan dirimu menjadi tempat curhat anak-anakmu, tempat mereka meluapkan perasaannya.
Kalian bisa ngobrol tentang apaaaa saja, tentang hal-hal yang pribadi, tentang hal yang
menyenangkan, tentang kesulitan yang dialami, tentang hal yang yang dianggap tabu dan menjadi
tantangan anak zaman sekarang.💭💬💌🙈

Ayah…

Berikan fondasi bagi anak-anakmu agar kelak mereka kuat dan mampu berdiri sendiri dengan arif
dan disayangi banyak orang.😊😉

Ayah..

peranmu tak tergantikan untuk membantu Ibu membesarkan anak yang sehat dan bahagia, yang
nantinya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan kestabilan Negara👏

Pesan Rasul tercinta, manusia yang baik adalah mereka yang paling baik kepada KELUARGAnya.👳👴

Mohon sampaikan untuk ayah-ayah lainnya 👨󾀏


Elly Risman, Psi

(Direktur dan Psikolog Yayasan Kita dan Buah Hati)

Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

📚 POLA ASUH RENTAN LGBT

Pola asuh anak telah terjadi saat anak masih dalam kandungan. Seorang bunda/ayah yang telah
"mematok target" jenis kelamin anak, dan ternyata berbeda dengan ketetapan Allah, dapat
membuat anak mengalami disorientasi seksual di alam bawah sadarnya.

Saat anak tersebut lahir, orangtua yang tertalu berharap dengan jenis kelamin tertentu pasti akan
kecewa, dan inipun akan menimbulkan "kerenggangan" hubungan bathin antara ayahbunda dengan
anaknya. Inipun memiliki dampak psikologis tertentu.

Selanjutnya, ekspektasi akan melahirkan preferensi, dan preferensi akan menimbulkan pola dan
gaya asuh. Dimulai dari memberikan nama pada anak. Apakah nama anak-anak kita telah clear laki-
laki atau perempuan ? Dan sudahkah kita memanggilnya dengan panggilan-panggilan yang sesuai
jenis kelaminnya
Jangan sampai karena kita begitu berharap punya anak laki-laki, kita telah mengkoleksi baju dan
pernak-pernik anak-laki laki jauh sebelum kelahirannya. Dan ketika ternyata yang lahir adalah anak
perempuan, lalu kita pakaikan baju laki-laki itu padanya, dengan alasan "dibuang sayang".
mainannya pun tak menunjukkan peran seksualnya.

Lalu, sudahkah anak merasakan diferensiasi gender pada kehidupan dan perilaku orangtuanya
sebagai sebuah teladan ? Ketika ia tidak melihat adanya perbedaan yang signifikan antara "Sang
Ayah" dengan "Sang Ibu", baik dalam sikap, peran dan pembagian tugas kehidupan, adalah wajar jika
anak mengalami "sexual and gender confuses" dalam identifikasi dirinya

Yang lebih repot lagi adalah jika AYAH absen dalam mendidik anak. Sehari-hari ia hanya menyaksikan
ibunya sebagai role model tunggal. Bagaimana ia akan memahami tentang "lelaki" dan
"perempuan", baik persamaan maupun perbedaannya ? Bagaimana ia akan memahami tentang
femininitas dan maskulinitas ? Ibu Elly Risman bilang : "Indonesia is the fatherless country"

Pendidikan yang terburu-buru melakukan segregasi (pemisahan) seksual pada anak juga nggak bagus
terhadap pemahaman perbedaan seksual. Makanya Rasulullah SAW memerintahkan segregasi
seksual pada anak saat ia berusia 10 tahun.

Banyak anak-anak yang mengalami misidentitas dan disorientasi seksual karena tugasinya sejak kecil
hanya satu : belajar. Dia tak pernah. dilibatkan dalam kehidupan, agar fokus mengejar kecakapan
akademik dan nilai raport. Yang laki-laki nggak pernah mengangkat barang belanjaan orangtua. Yang
perempuan nggak pernah membantu memasak di dapur. Pokoknya : BELAJAR !!!

Tak heran jika orang-orang yang mengalami misidentitas dan orientasi seksual itu pintar-pintar
secara akademik, tapi banci.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

🔛 Tanya-Jawab:

1⃣Nurul Endah IIPSby2

Bagaimana cara orang tua yang paling bijaksana mengarahkan anak supaya menyikapi orang dengan
LGBT ini, (*karena teman saya ada yg lgbt , anak saya memang masih kecil saat ini.. saya perlu
persiapan dari sekarang)
👳󾀏Ust. Aad:

Ibu-ibu sekalian tentang lgbt kita harus membedakan antara pelaku perilaku dan gerakan

sebagai pelaku kita tetap harus bersifat kasih sayang mendakwahi dan mengajak mereka kembali
kepada Fitrah jalan Allah

sedangkan terhadap perilaku kita harus dengan tegas bersikap bahwa itu keliru

Sedangkan terhadap sebuah gerakan Kita harus melakukan perlawanan dengan keras, karena ini
adalah sesuatu yang sangat membahayakan

Jadi tidak ada masalah jika anak-anak kita bergaul dengan mereka-mereka yang punya
kecenderungan lgbt yang penting anak-anak kita punya imunitas mana yang benar mana yang salah
akan lebih baik lagi jika anak-anak kita mampu mengarahkan temannya ke jalan yang benar melalui
dakwah

2⃣ Sri Wulandari IIP Sby 2:

Yang ingin saya tanyakan

1. Bagaimana cara saya mengetahui seorang anak adalah banci/sedang berproses menjadi banci?

2. Jika memang terdeteksi, apa yang harus saya lakukan sebagai seorang ibu?

3. Planing saya, tahun ajaran ini akan memasukkan putra saya ke ponpes. Apakah ini tindakan yang
tepat? Putra saya semangat untuk masuk ponpes. Saya pun juga. Tapi perpisahan berjangka dan
prospek tidak bisa menjaganya membuat ada setitik ragu.

👳󾀏Ust Aad:

Bunda Sri Wulandari, untuk deteksi dini Apakah anak-anak kita punya kecenderungan terhadap
perilaku lgbt atau tidak pertama Mari kita perhatikan minatnya, Apakah dia berminat terhadap
aktivitas yang sesuai dengan jenis kelaminnya atau justru dia berminat dengan aktivitas lawan
jenisnya.

kalau dia sudah cukup besar misalnya sudah di atas 10 atau 11 tahun di mana hormon-hormon
sudah mulai menunjukkan gejala-gejala kematangan, kita bisa melihat misalnya dari tatapan
matanya. Jika dia laki-laki. namun tatapan matanya Sayu kita sudah mulai harus mencurigai bahwa
dia punya kecenderungan seksual yang keliru.
begitu juga misalnya dia laki-laki tapi Pipinya sudah mulai merona merah, bulu matanya cenderung
lentik dan sebagainya, kita sudah mulai mewaspadai hal-hal yang semacam itu.

yang terpenting adalah yang kita mesti perhatikan Bagaimana minat dia terhadap kaum sejenis dan
kaum lawan jenisnya saat dia telah berusia 10 tahun.

Jika kita sudah mulai mendeteksi adanya kecenderungan kecenderungan perilaku seksual
menyimpang pada anak-anak kita, Saya berharap deteksi itu dapat kita lakukan sedini mungkin.
karena semakin terlambat kita mendeteksinya semakin sulit kita meluruskannya

nah jika kita telah mendapati gejala-gejala penyimpangan seperti itu yang pertama harus kita
lakukan tentunya adalah mencoba mencek apa yang keliru dalam pola asuh kita terhadapnya.
Apakah misalnya aktivitasnya sehari-hari tidak mendukungnya untuk berperilaku sesuai dengan jenis
kelaminnya . Apakah teman-teman dia bergaul itu tidak mendukung dia berperilaku sesuai dengan
jenis kelaminnya. Apakah peran peran dalam rumah tangga antara Ayah dan Bunda tidak
menunjukkan perilaku yang mampu memberikan contoh mana seharusnya seorang laki-laki dan
mana seharusnya seorang perempuan.

kalau kita sudah menemukan indikasinya maka tolong koreksi segera hal tersebut. jika misalnya
aktivitas-aktivitasnya tidak sesuai dengan jenis kelaminnya maka kita koreksi aktivitasnya . kalau
penyebabnya adalah pergaulan, maka kita koreksi pergaulannya. Begitu juga kalau persoalannya
ada di Peran ayah bunda di rumah tangga maka Tolong segera dikoreksi

yang patut juga disampaikan pada anak-anak kita bahwa Islam mengajarkan laki laki dan perempuan
berbeda. laki-laki harus seperti ini, perempuan harus seperti ini, dan bagaimana laknat dan murka
Allah mereka mereka yang tidak sesuai dengan fitrahnya.

Memasukkan anak ke pesantren, Tolong diyakinkan dulu Apakah identitas dan orientasi diri anak
sudah jelas. Apakah sudah dia akil baligh. jika belum, cukup berbahaya memasukkan anak ke dalam
sebuah pondok dimana di pondok tersebut interaksinya hanya dalam satu jenis kelamin. dia tidur
bersama-sama, berinteraksi bersama-sama, hanya dalam 1 jenis kelamin sehingga sangat rentan
terhadap kemungkinan terjadinya perilaku seksual yang menyimpang.

harus kita akui secara diam-diam Pesantren adalah sebuah tempat dimana perilaku homoseksual
terjadi, yang menurut beberapa pihak itu sampai pada 17 % santri melakukan aktivitas homoseksual

3⃣ Assalaamu'alaikum, Ustadz. Saya Nov Anggraini mau tanya:


1.Cara menghadapi seorg lesbi / sejenisnya agar tdk mempengaruhi org lain.

2.Berapa lama wkt yg dibutuhkan utk menyembuhkan para LGBT?

Jazakallahu khoiron. Wassalaamu'alaikum

👳󾀏Ust. Aad:

Bunda Anggraini, menghadapi orang-orang yang sudah memiliki kecenderungan gay atau lesbi sikap
pertama yang harus kita berikan adalah ketegasan. ketegasan untuk menunjukkan bahwa kita
heteroseksual, dan kita tidak berkompromi dengan itu. ceritakan kepadanya bahwa kita perempuan,
dan menyenangi laki-laki.

Jangan beri kesempatan atau peluang peluang di mana dia menunjukkan ketertarikannya kepada
kita.

Saya telah mendapati satu kasus seorang Ukhti tertarbiyah dengan hijab yang rapi didekati berkali-
kali oleh seorang lesbi tomboy, dan sekarang mereka telah berpacaran

jadi Sekali lagi saya ingatkan bahwa Tunjukkan posisi kita tanpa ragu-ragu Tunjukkan sikap kita
dengan tegas kalau perlu tegur dan marahi dia

Bahkan bukan sekedar bersifat pasif dan defensif, kita Justru harus memberikan perilaku proaktif
terhadap orang-orang semacam ini, mendakwahinya menyatakan bawa perbuatannya keliru, dan
agama tidak menyukai perbuatan yang semacam itu. Tapi tetap tentunya dengan lemah lembut
kasih sayang, tidak mengkriminalisasi, tidak melakukan pemojokan yang membuat mereka semakin
defensif terkucil dan mempertahankan kebiasaan buruknya

Waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan para pengidap lgbt itu sangat beragam

jika penyebabnya adalah pergaulan yang keliru, itu dapat diperbaiki tidak terlalu sulit, mungkin 1
sampai 3 bulan pun sudah bisa

masalahnya menjadi lebih rumit jika penyebabnya adalah pola asuh yang keliru Atau dia pernah
mengalami Trauma di masa lalu
jika kedua penyebab itu yang terjadi, maka kita membutuhkan kesabaran yang lebih lama. bisa
dalam rentang waktu mungkin cuma 3 bulan bahkan bisa sampai 1 tahun. terima kasih

4⃣ Meli, iip Jakarta:

Apakah Bisa diperjelas yang dimaksud dengan segregasi yg terburu2 ?

Perintah rosul utk segregasi anak usia 10 th itu berdasarkan apa? Hadist atau apa?

Bagaimana dgn pemisahan tempat tdr anak? Dari usia brapa?

Terima kasih.

👳󾀏Ust Aad:

Bunda Meli, segregasi seksual yang terburu-buru itu maksudnya adalah bahwa anak laki-laki dan
anak perempuan telah dipisahkan aktivitasnya terlalu dini.

Misalnya TK pun sudah begitu dipisahkan mana laki-laki mana perempuan. padahal hadits Rasulullah
jelas mengatakan bahwa "ajarilah anakmu shalat pada saat dia berusia 7 tahun, dan pukullah pada
saat (tidak shalat) berusia 10 tahun, dan pisahkanlah tidur mereka (antara anak laki-laki dengan anak
perempuan)".

Jadi hadis tersebut jelas menggambarkan bahwa segregasi seksual atau pemisahan seksual secara
tegas itu terjadi pada usia 10 tahun

kenapa kita tidak perlu terburu-buru melakukan segregasi seksual ? agar anak-anak kita itu mampu
membedakan mana laki-laki mana perempuan. laki-laki itu secara fisik seperti apa, perempuan
seperti apa. perilakunya seperti apa, perbedaannya seperti apa

Biarkan saja secara naluriah laki-laki menyenangi yang perempuan dan perempuan menyenangi yang
laki-laki.itu naluriah.

betapa banyaknya kasus di sekolah sekolah Islam saat ini, dimana anak laki-laki menyukai anak
perempuan, lalu diomelin. anak perempuan menyukai anak laki-laki, lalu diomelin. akibatnya
mereka menganggap bahwa menyenangi lawan jenis itu adalah sesuatu yang keliru. ini adalah benih
benih dari terjadinya lgbt
5⃣ust Andriano Rusfi, perkenalkan saya Yani :

Banyak orang pintar tp banci akibat kesalahan pola asuh. Dlm Community Based Education (CBE),
pola asuh akil baligh ada peran komunitas yg sangat berarti. Sedangkan di negara kita, beberapa
pihak terkait belum bisa bersinergi. Beban akademis yg berat, meskipun di lingkungan Pondok
Pesantren, mungkin bisa memunculkan jg masalah LGBT ini. Langkah apa yg ditempuh agar
beberapa pihak bisa bersinergi untuk melindungi generasi dari bahaya LGBT ini terutama untuk
generasi akil baligh?

👳󾀏Ust Aad:

Bunda Yani, Seperti yang saya sampaikan dalam pengantar, salah satu penyebab munculnya perilaku
lgbt adalah kecenderungan akademisi yang terlalu tinggi.

Anak hanya disuruh belajar belajar belajar dan belajar. anak laki-laki tidak pernah diizinkan,
misalnya, memotong rumput, mengangkat sesuatu yang berat. anak perempuan tidak diizinkan
membantu ibunya memasak, melakukan aktivitas aktivitas menjahit dan sebagainya, karena semua
itu dianggap mengganggu pelajaran

kita terlalu mendewa-dewakan dunia akademik, akhirnya muncul anak-anak pintar tapi nggak jelas
orientasi seksualnya, tidak jelas identitas seksualnya

itu yang menyebabkan Kenapa mereka mereka yang lgbt punya kecenderungan cerdas cerdas
dengan nilai-nilai akademik yang tinggi, prestasi-prestasi di dunia perkuliahan yang tinggi, karena
mereka dari kecil memang hanya diminta belajar belajar dan belajar. ini kesalahan kita

Tentang pondok pesantren juga begitu. anak-anak kita belum aqil baligh. mereka sudah baligh, tapi
belum Aqil, dan kita begitu terburu-buru memasukkan mereka ke dalam Pesantren

mereka belum kokoh Sebagai pribadi, belum kokoh struktur egonya, belum Kokoh identitas dan
orientasi Dirinya, tiba-tiba dia masuk ke dalam satu pendidikan satu jenis kelamin (uniseks), di mana
mereka bersama-sama di dalamnya. Padahal mereka sudah memiliki hasrat hasrat seksual sebagai
manusia, dan akhirnya dilampiaskan kepada sejenis

Jadi saya sangat berharap bahwa kalau kita ingin memasukkan anak-anak kita ke pesantren,
masukkanlah setelah kita yakin bahwa anak kita telah dewasa, setelah akil baligh telah memiliki
identitas dan orientasi diri yang jelas setelah itu terjadi, silahkan pesantrenkan.
Kita jangan pernah menunggu-nunggu pemerintah merubah kebijakan kurikulumnya, mengurangi
beban beban akademik dan sebagainya. mari kita mulai dari diri sendiri. mari kita mulai dari
komunitas kita sendiri

6⃣Assalamu'alaikum, Ustadz

Pola asuh yang bagaimana yang dapat menimbulkan Biseks pada anak? Dan, apakah Biseks sama
dengan Same Sex Attraction (SSA) ?

👳󾀏Ust Aad: Pada dasarnya perilaku biseks adalah perilaku yang lahir dari sebuah petualangan
seksual. Jadi sebenarnya faktor pergaulan, faktor pola pikir lebih berpengaruh pada perilaku
biseksual ini

pada perempuan biseks biasanya lebih disebabkan karena mereka tidak mendapatkan kepuasan
seksual dari lawan jenisnya, dari laki-laki. Laki-laki cenderung terlalu egois. dia hanya minta
dipuaskan secara seksual, dan sebaliknya dia tidak memberikan kepuasan seksual kepada
perempuan. akibat dari kekecewaan tersebut, maka mereka mulai mencari kepuasan kepada
sesama perempuan, karena mereka menganggap perempuan jauh lebih mengerti Bagaimana
memuaskan perempuan lain secara seksual

Beberapa pola asuh yang dapat membuat seorang anak menjadi Biseksual adalah pengawasan yang
buruk, sehingga anak menonton tayangan-tayangan porno yang menceritakan perilaku-perilaku
sejenis padahal sebenarnya kecenderungan dia bersifat normal alias heteroseks

Selain itu Perilaku biseksual itu dalam perspektif pola asuh bisa juga disebabkan karena peran-peran
antara ayah dan bunda di rumah tidak jelas, begitu rancu atau misalnya ada satu peran yang hilang
dalam rumah. seorang anak perempuan hanya hidup dengan ibunya, ayahnya tidak hadir karena
berbagai macam alasan, sehingga dia hanya mengerti tentang perempuan, dia mencintai perempuan
lain seperti dia mencintai ibunya, walaupun sistem keyakinan yang dimiliki sebenarnya adalah
heteroseksual

Same sex attraction atau SSA pada dasarnya adalah perilaku homoseksual, tapi masih dalam batas
batas di permukaan, lebih kepada bersifat gaya-gayaan, eksperimentasi dan pertualangan seksual
saja .

tapi jika itu diikuti terus-menerus lama-lama ya menjadi homoseks beneran.


🚪Penutup

🎤Yang terakhir mohon berkenan Ustadz memberikan closing statement

"sikap apa yang harus ibu-ibu ambil didalam menjaga putra putri menghadapi gerakan LGBT ini?"

👳󾀏 Adriano Rusfi:

Para Bunda sekalian yang dirahmati Allah, yang pertama harus kita miliki adalah ridha kepada setiap
anak yang Allah telah titipkan kepada kita, Apakah dia laki-laki atau dia perempuan.

Ketidakridhaan terhadap jenis kelamin anak yang telah Allah titipkan kepada kita, seringkali
merupakan asal muasal pola asuh yang keliru. Kemudian yang kedua, mari kita berhati-hati dalam
memperlakukan anak, terutama pada usia dini. karena setiap trauma yang dimiliki oleh anak ketika
dia masih kecil, itu memiliki dampak penyimpangan perilaku yang bermacam-macam, termasuk
diantaranya adalah lgbt

yang ketiga tolong pahamkan dengan baik kepada anak tentang nilai-nilai dasar ajaran Islam, apa
apa yang Allah ridha dan apa-apa Ya Allah Benci

Dan kemudian yang terakhir Mari kita jaga pergaulan anak-anak kita. mari kita jaga tontonan anak-
anak kita, dan Mari kita jaga apa apa yang didengar oleh anak-anak kita

dan jangan lupa kita berdoa dan bertawakal kepada Allah, karena hanya Allah yang bisa membantu
dan membimbing kita menghadapi kehidupan yang semakin berat dan edan ini terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Adriano Rusfi (Ust. Aad)

Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah


- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

:::Istri, Boleh Manja, tapi Jangan Lebay:::

Sosok istri selalu diidentikkan dengan sifat manja-nya. Ketika menyebut kata istri akan terlintas
bahwa ia makhluk yang tidak bisa dipisahkan dari karakternya yang manja.

Sebenarnya manja bukanlah sesuatu yang patut untuk dipermasalahkan sebab Allah Ta'ala
menciptakan makhluknya, laki-laki dan perempuan dengan sifat alamiahnya masing-masing. Ketika
ada istri yang tidak ada kepribadian manja pada dirinya justru hal itu perlu dipertanyakan.

Tabiat manja yang dimiliki istri merupakan suatu anugerah yang Allah Ta'ala karuniakan kepada
kaum istri sebagai penyeimbang sifat lembut dan sifat penyayangnya. Sebab perempuan adalah
(calon) ibu yang kelak akan menjadi sosok pelindung yang mengayomi anak-anaknya.

Sifat manja pada diri istri adalah hal yang sangat dominan akan tetapi meski begitu istri tidak baik
jika memiliki sifat manja yang terlalu berlebihan. Perilaku manja pada tiap-tiap istri pasti tidaklah
sama.

Seorang istri sudah selayaknya bersikap manja kepada suaminya tapi tidak perlu di atas batas
kewajaran. Sebab, sikap manjanya istri yang berlebihan justru akan menyusahkan suaminya.
Misalnya saking terlalu manjanya untuk memperbaiki paku jam dinding yang lepas musti nungguin
suami pulang kerja, bisa bawa motor sendiri tapi maunya kemana-mana dianterin sama suami,
jemur pakaian harus nunggu bantuan suaminya dan sebagainya.

Untuk perempuan yang belum menikah pun juga begitu harus bisa menempatkan sifat manja pada
orang yang tepat, misalnya bersikap manja pada orang tuanya, pada saudaranya dengan porsi yang
sepantasnya dan tidak boleh berlebihan, sekedar manja dalam batas kasih sayang antara keluarga.
Bukan segalanya minta dilayani,menyuruh seenaknya dan lain sebagainya.

Aisyah RA juga biasa bermanja-manja dengan Rasulullah SAW. Itu artinya bersikap manja tidak
dilarang dalam Islam. Selama ada batasnya dan memberi makna memperkuat jalinan kasih sayang
yang sudah terbina. []

Muntarsih Zakiyya Sakhie

Islampos

Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai.

:::Segera Balas Pesan Pasangan Anda!:::


Pada zaman cyber ini, komunikasi sudah sangat mudah dengan menggunakan berbagai fitur yang
disediakan oleh teknologi. Dengan smartphone dan gawai canggih, komunikasi suami istri menjadi
semakin lancar dan mudah. Namun, di balik kemudahan dan kelancarannya, juga terdapat sisi
bahaya yang ada di dalamnya.

Misalnya saat anda mengirim pesan kepada pasangan melalui SMS, WA, Line, Telegram, BBM atau
fitur komunikasi lainnya, kemudian pasangan anda tidak membalasnya, bagaimanakah perasaan
anda? Anda mengirim pesan waktu pagi hari. Ternyata sampai malam pasangan anda belum juga
membalasnya. Pasti anda merasa tidak nyaman dengan kejadian ini. Bahkan pada beberapa orang,
bukan saja merasa tidak nyaman, namun terasa menyakitkan.

Beberapa fitur komunikasi, seperti WhatsApp, sudah memberikan informasi lengkap tentang kapan
terakhir dilihat, apakah sedang online atau tidak, apakah pesan sudah sampai atau belum, apakah
pesan sudah dibaca atau belum. Bahkan ketika pasangan anda sedang mengetik saja, sudah
diinformasikan oleh WA. Informasi lengkap semacam ini membuat tidak ada yang bisa
disembunyikan. Semua ketahuan.

Untuk menghindari berbagai kesalahpahaman dalam berkomunikasi melalui teknologi dengan


pasangan, semestinya kedua belah pihak selalu menjaga etika komunikasi. Bagaimana etika
komunikasi melalui teknologi agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada pasangan?

Sepuluh Etika Membalas Pesan Pasangan

Berikut sepuluh etika membalas pesan pasangan saat melakukan komunikasi melalui teknologi agar
tidak menimbulkan kesalahpahaman dan ketidaknyamanan pada pasangan.

1. Cepat Balas Pesan Pasangan


Segera balas pesan pasangan anda, walau hanya dengan jawaban singkat. Jangan suka menunda-
nunda, karena nanti bisa terlupa. Walau hanya dengan menulis kata-kata pendek, itu sudah
menandakan adanya “quick respon” dari anda terhadap pesan pasangan. Suasana yang muncul
adalah, pasangan merasa diperhatikan dan diutamakan.

Balasan pendek namun dilakukan dengan cepat, sudah sangat memadai. Dibanding dengan jawaban
panjang tapi sangat lama melakukannya. Contoh jawaban pendek seperti ini:

“Ok.”

“Ya”.

“Yes”.

“Oche”.

“Hmmm”.

“Ha ha ha...”

Bahkan hanya dengan mengirim emoticon sekalipun. Atau dengan tanda jempol. Jangan menunda
membalas pesan pasangan agar tidak menimbulkan dugaan dan syak wasangka berlebihan.
Dengan jawaban cepat ini pasangan anda merasa nyaman karena mengetahui anda memperhatikan
dan mengutamakannya. Lebih dari itu, pasangan anda mengerti bahwa pesan sudah sampai dan
sudah anda pahami.

2. Beritahukan Jika Belum Sempat Menjawab

Jika pesan dari pasangan memerlukan balasan panjang namun anda belum sempat menuliskannya,
tetap beritahukan kepada pasangan. Jangan menunda membalas yang berdampak anda terlupa dan
akhirnya tidak pernah membalas pesannya.

"Maaf ya sayang. Aku balas nanti ya. Ini masih belum sempat menulis jawaban...."

“Sebentar ya Bang, nanti segera aku jawab setelah turun dari angkot....”

“Sebentar dik, aku lagi di toilet nih....”

Dengan demikian pasangan anda tidak cemas dan tidak gelisah menunggu jawaban. Ia mengerti
bahwa pesan sudah sampai kepada anda hanya saja anda belum sempat menjawab lengkap.

3. Gunakan Kalimat Positif

Cobalah selalu menggunakan kalimat yang positif dan menyenangkan perasaan pasangan, baik
waktu mengirim pesan maupun membalas atau menjawab pesan pasangan. Kalimat positif yang
dimaksud adalah kalimat yang mengandung makna dan rasa kebaikan.
Contoh kalimat positif adalah yang mengandung pengertian, pemahaman, permaafan, pujian, doa,
dan lain sebagainya. Perhatikan kalimat positif berikut ini:

"Maafkan aku ya Sayang.... Nanti kita bicarakan lagi kalau aku sudah sampai di rumah ya..."

"Aku mengerti Mama sedih. Tapi kita selesaikan nanti malam ya. Aku lagi sibuk sekarang..."

“Abang baik banget, mau mengerti aku. Nanti deh aku ceritakan kalau Abang sudah pulang...”

Kalimat positif akan mengirimkan emosi positif dan menimbulkan perasaan nyaman pada pasangan.

4. Hindari Kalimat Negatif

Hindari kalimat negatif dan menyakiti hati pasangan, waktu menulis pesan maupun membalas atau
menjawab pesan pasangan. Kalimat negatif yang dimaksud di sini adalah kalimat yang mengandung
makna dan rasa yang negatif.

Contoh kalimat negatif adalah yang mengandung emosi, tuduhan, caci maki dan kemarahan.
Perhatikan kalimat berikut ini:

"Kamu ribut melulu sih... Aku gak suka kalau kamu selalu begini..."
"Kamu memang menyebalkan. Menyesal aku dulu menikah denganmu...."

Kalimat negatif akan mengirim emosi negatif. Pasangan menjadi tidak nyaman dan justru
menimbulkan permasalahan dengan pasangan atau bahkan memperparah permasalahan yang
sudah ada sebelumnya.

5. Hindari Tanda Baca yang Tidak Tepat

Sewaktu menulis pesan kadang menggunakan tanda baca yang tidak pada tempatnya. Hal ini bisa
mengubah makba atau rasa bahasa. Untuk itu hindari penggunaan tanda baca seperti tanda seru
dan tanda tanya yang tidak tepat dalam menuliskan pesan maupun menjawab pesan. Karena bisa
menimbulkan ketidaknyamanan pada pasangan anda.

"Cukuuuuuppp !!!!! Jangan ganggu aku lagi !!!! Aku lagi kerja, tau????!!"

Rasa bahasa dari tulisan tersebut sangat berbeda dengan tulisan berikut ini:

"Cukup dulu ya sayang. Aku masih ada pekerjaan ini. Kamu pasti juga lagi sibuk dengan anak-anak....
Daaag..."

Kalimat yang dibubuhi tanda seru berlebihan akan menimbulkan kesan emosi dan kemarahan
bahkan kebencian.

“Iyyyaaa !!!!! Aku sudah ngerti !!!!!!!”


Berbeda rasa bahasanya dengan :

“Iya Sayang.... Aku mengerti....”

6. Hindari Menulis dengan Huruf Kapital Semuanya

Pilihan huruf saat menulis pesan melalui teknologi komunikasi sangat menentukan rasa bahasa.
Menulis pesan dengan menggunakan huruf kapital semuanya, memberikan kesan anda sedang
marah atau emosi. Padahal situasinya tidak selalu seperti itu. Bahkan kadang hanya karena faktor
teknis, seperti kepencet mode “Caps Lock” yang membuat semua huruf menjadi kapital.

Perhatikan perbedaan rasa bahasa dari pesan yang ditulis dengan normal, dan ditulis dengan serba
kapital. Jika pesan ditulis dengan huruf kapital semua, menimbulkan suasana tertentu:

“AKU LAGI RAPAT. JANGAN GANGGU”.

Rasa bahasanya menjadi berbeda dengan pesan yang ditulis secara normal :

“Aku lagi rapat. Tolong jangan diganggu dulu ya....”

“CEPAT PULANG ! PENTING !”


Rasa bahasanya menjadi berbeda dengan tulisan normal :

“Pa, cepat pulang ya... Ada yang penting...”

7. Hindari Singkatan yang Tidak Lazim

Kadang demi kepraktisan, kita suka menulis pesan dengan singkatan. Jika singkatan tersebut lazim
digunakan, tentu mudah dipahami maksudnya. Namun jika semua serba singkatan, dan singkatan
yang tidak lazim, akan membuat kebingungan dalam membaca. Bahkan bisa menimbulkan salah
paham dan salah mengerti maksud pesan.

Pesan yang ditulis dengan serba singkatan membuat tidak nyaman dalam membaca. Perhatikan
pesan berikut:

“Aq tdk mgrt mksd km. Mgp km brskp spt it kpdq. Aq tdk bs trm”.

“Aq nt plg tlbt. Mgkn sp rmh sdh mlm”.

“Mm dmn skrg?”

“Bs jpt aq?”


Walaupun si pembaca pesan bisa memahami maksudnya, tetap saja menimbulkan suasana yang
tidak nyaman. Kesannya, menulis dengan malas, tidak punya semangat berkomunikasi. Apalagi jika
menimbulkan salah persepsi.

8. Hindari Membalas dalam Suasana Tergesa-gesa

Suasana tergesa-gesa bisa muncul dalam berbagai peristiwa. Misalnya membalas pesan sembari
berkendara. Menulis pesan sambil berkendara motor atau mobil sangat membahayakan
keselamatan diri dan orang lain. Berapa banyak kecelakaan lalu lintas terjadi karena pengemudi
tengah menulis pesan melalui handphone atau gadget sehingga kehilangan konsentrasi.

Jika anda tengah berkendara, bisa berhenti terlebih dahulu untuk membalas pesan pasangan.
Misalnya tengah naik motor atau mobil, dan mendengar notifikasi pesan dari pasangan. Anda bisa
memanfaatkan waktu berhenti di trafict light, atau sengaja menepi dan berhenti demi membalas
pesan pasangan dengan cermat dan tidak tergesa-gesa.

Dampak dari tergesa-gesa bisa menimbulkan salah tulis yang fatal. Hanya karena kurang kata
“TIDAK”, bisa berdampak sangat panjang. Karena mengubah arti dengan sangat jauh berbeda
maksudnya. Pesan berikut ini bisa menimbulkan pertengkaran hebat pada pasangan suami istri.

“Aku pernah selingkuh. Kamu sudah tahu itu”.

Padahal maksudnya ingin menulis pesan:

“Aku tidak pernah selingkuh. Kamu sudah tahu itu”.


Pesan berikut juga potensial menimbulkan pertengkaran suami istri:

“Aku membencimu. Aku hanya sedang lelah”.

Padahal maksudnya ingin menulis pesan:

“Aku tidak membencimu. Aku hanya sedang lelah”.

Maka menulislah dalam suasana yang tenang dan tidak tergesa-gesa. Karena kesalahan tulisan bisa
berdampak fatal.

9. Bicara Saja di Telepon

Kadang ada jawaban yang sulit untuk dituliskan. Mungkin karena berupa rangkaian cerita atau
karena terlalu panjang jika harus dituliskan. Jika tidak bisa menuliskan jawaban, bagus kalau dijawab
langsung lewat telpon. Kadang ada bias dalam memahami tulisan, yang bisa menimbulkan
kesalahpahaman. Dengan bicara melalui telpon, akan lebih bisa memberikan penjelasan yang
diperlukan.

10. Hindari Salah Kirim

Ada satu tambahan etika lagi, yaitu : pastikan anda benar-benar mengirim pesan tersebut ke nomer
pasangan anda. Jangan salah kirim. Bisa menjadi masalah baru jika pesan anda salah kirim
Anda merasa sudah menjawab dan membalas pesan WA dari pasangan, padahal ternyata anda salah
mengirim balasan ke nomer orang lain, atau justru mengirim ke sebuah grup WA yang baru saja
anda buka. Dampaknya, pasangan anda menunggu jawaban, dan mengira anda tidak
mempedulikannya.

Segera balas pesan pasangan anda dengan sepuluh etika tersebut. Jangan suka menunda membalas
pesan pasangan.

Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

:::Merawat Cinta dan Amanah:::

Sahabat surgaku, cinta memang suatu rasa yang tiada habisnya untuk diperbincangkan. Dia
menyertakan perasaan tersebut dalam setiap penciptaan-Nya. Hingga tak seorang pun di dunia ini
yang tidak memiliki rasa cinta pada apapun.
Secara fitrah, Dia menjadikan indah setiap pandangan manusia dan kecintaan terhadap apa-apa
yang ia ingini. Ini telah tersurat dalam firman-Nya pada QS Ali Imran ayat 14, “Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”

Sudah sunatullah, seorang laki-laki mencintai wanita, begitu pun sebaliknya. Namun, Allah telah
menurunkan petunjuk-Nya yang sempurna agar rasa cinta itu tak menjadi permainan nafsu dan
syahwat yang menjadikannya hina. Islam menghalalkannya sepanjang pemenuhannya dilakukan
sesuai fitrah dan syariat, yaitu melalui mitsaqon gholidho, melalui pernikahan.

Dengannya, Dia menambahkan ketenangan, cinta dan kasih sayang. Demikianlah yang tersurat
dalam QS Ar Ruum ayat 21, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”

Di awal pernikahan, umumnya lebih mudah merawat cinta pada pasangan. Banyak hal yang dapat
dilalui berdua, kebutuhan hidup masih sedikit, perhatian pun dapat tercurah sepenuhnya untuk
pasangan kita. Namun, seiring bertambahnya usia pernikahan, adanya anak-anak yang lahir
kemudian akan memperpanjang daftar kebutuhan yang juga meminta perhatian. Apalagi bila suami
dan istri sama-sama bekerja, urusan pekerjaan pun banyak memangkas perhatian pada pasangan.
Masing-masing lelah dengan kesibukannya sendiri. Kehidupan hanya seperti rutinitas yang kemudian
mengikis rasa cinta itu sendiri sedikit demi sedikit, menjadikannya layu dan kering kerontang.

Sahabat surgaku, pernikahan adalah mitsaqon gholidho, karenanya ada amanah yang besar di
dalamnya, amanah untuk menjaga pasangan dan anak-anak yang dititipkan Allah. Penjagaan yang
bukan hanya secara fisik dan finansial, namun juga penjagaan fitrahnya sebagai hamba Allah.
Ingatlah perintahnya dalam QS At Tahrim ayat 5, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Sahabat surgaku, keimanan tak dapat diwariskan. Keimanan adalah masalah hati, dan hati hanya
dapat disentuh dengan cinta dan kasih sayang. Bagaimanakah engkau dapat membuatnya tumbuh
kokoh bila engkau seperti tidak punya waktu untuk merawatnya?

Bagaimana bila kemudian mereka mencari cinta dan kasih sayang dari yang lain? Yang tidak
mengajarkan tentang iman yang hakiki? Inilah pentingnya merawat cinta dalam keluarga agar selalu
berbunga, agar lebih mudah untuk menjaga keluarga kita. Lalu, bagaimana cara merawatnya?

1. Biasakan curhat dengan pasangan.

Terkadang, kita terlalu membatasi pembicaraan kita dengan pasangan, utamanya tentang pekerjaan
kita dengan segala permasalahannya. Alasannya, agar pasangan tidak terbebani, dan belum tentu
dapat memecahkan masalah yang kita hadapi. Sebenarnya, keadaan ini justru banyak menimbulkan
prasangka ketika waktu anda dengan pasangan semakin berkurang. Biasakan membicarakan segala
sesuatu dengan pasangan kita, termasuk masalah pekerjaan. Andai dia tidak dapat membantu
memecahkan persoalan, setidaknya dia bisa melapangkan dadamu dengan bersabar mendengarkan
dan menghiburmu. Karena setiap orang ingin didengar keluhannya, curahan hatinya, dan pasangan
kitalah yang paling layak untuk kita curhati. Ini akan mengokohkan rasa saling percaya di antara
pasangan suami istri.

2. Menangani anak bersama-sama.

Pada umumnya, berkembang anggapan bahwa mencari nafkah tugas suami dan tugas istri adalah
mendidik anak. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar.

Anak adalah amanah yang dititipkan Allah bukan hanya untuk ibunya saja, namun juga ayahnya.
Bagaimana merawat mereka, menghadapi kenakalan mereka, membentuk akhlak mereka,
bagaimana membekali mereka dengan iman dan ilmu pengetahuan.
Semuanya adalah tanggungjawab berdua. Benar, ‘al ummu madrosatul ‘ula’ ibu adalah sekolah
pertama, namun ayahlah kepala sekolahnya. Kepala sekolah bertanggungjawab atas kurikulum yang
akan diajarkan, karenanya dia harus terlibat aktif dalam proses pendidikan yang dilaksanakan
guru/sekolah. Demikian pula seorang ayah, harus terlibat aktif dalam mendidik anak-anaknya.

Seringkali, kesibukan ayah menjadikan ibu seolah-olah menjadi single parent. Akibatnya, kedekatan
anak-anak kepada sosok ayah menjadi sangat kurang. Apalagi, bila ayah dan ibu sama-sama bekerja
dan kurang berinteraksi pengan putra-putrinya, mereka akan mencari perhatian dan kasih sayang
dari orang lain.

Sahabat surgaku, luangkan waktumu. Tak ada tanggungjawab yang lebih besar daripada mendidik
anak. Karena, Dia yang menyerahkan amanah ini langsung kepadamu, tidak melalui orang lain.

3. Menjaga adab-adab pergaulan.

Interaksi dengan lawan jenis di luar rumah memang sesuatu hal yang tak dapat dihindari. Namun,
islam mengajarkan adab-adab pergaulan agar hubungan pertemanan dan persaudaraan tidak
menjadi sesuatu yang menyimpang dan melanggar syariat. Jaman sekarang, pergaulan dengan lawan
jenis dapat dilakukan di dunia nyata maupun di dunia maya.

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau
putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan
kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS An Nuur ayat 30-31)
Banyaknya fasilitas kemudahan menjadikan seseorang dapat dengan mudah berhubungan melalui
telpon, sms, whats app, bbm, facebook, dan media-media sosial lainnya tanpa harus bertemu secara
nyata. Ketika fasilitas tersebut hanya digunakan untuk membahas masalah pekerjaan yang memang
harus diselesaikan, tentu takkan jadi masalah baru. Namun, adakalanya, fasilitas ini digunakan untuk
ajang bercanda/ main-main. Dan saat dua orang berlawanan jenis sudah nyaman bercanda, maka
satu per satu pun mulai dicurhatkan, termasuk permasalahan yang ada dalam keluarga masing-
masing. Ingat, sebagian besar perselingkuhan diawali dengan hal semacam ini.

“Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang
mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka
telah kerjakan.” (QS Sl An-aam ayat 120)

Sahabat surgaku, batasi pergaulanmu dengan lawan jenis, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Allah maha melihat apa yang engkau kerjakan. Bila engkau tak menjaganya, Dia akan mencabut
keberkahan darimu, bersebab itu hilang pula cinta dan kasih sayang dari pasangan.

4. Gunakan fasilitas yang ada secara bijak.

Dewasa ini, banyak fasilitas kemudahan yang dapat dinikmati. Kita dapat menikmati beragam acara
TV, tidak suka dengan yang satu bisa pindah chanel dan tak dibatasi waktu. Kita bisa mendengarkan
musik dengan headset tanpa terganggu oleh suara-suara di sekitar kita. Kita dapat menikmati
fasilitas kemudahan dari ponsel kita, berfesbuuk ria, twitteran, main game, atau membuka you tube
semau kita. Dan seringkali, kita tidak bisa memanage waktu, mengabaikan pasangan dan anak-anak,
sibuk untuk menyenangkan diri sendiri. Akibatnya, mereka pun tak merasa memiliki kita dan
kehilangan rasa percaya. Ketika rasa percaya terkikis, cinta dan kasih sayang pun ikut habis.

Gunakanlah fasilitas secara bijak, gunakan saat-saat di rumah untuk bercengkerama dengan
pasangan dan anak-anak. Jadikan dirimu tempat mereka untuk bercerita tentang segala sesuatu. Di
waktu-waktu ini, kalian bisa saling menyemangati dan saling meluruskan, mengajarkan dan
berdiskusi tentang ilmu Allah ataupun hal-hal lainnya. Atau, saling memijat sebagai bentuk
perhatian. Dekatkan dirimu maka akan kokoh pula sakinah mawaddah warrahmah.
Jangan jadikan dirimu seperti orang-orang yang dimaksud Allah dalam QS At Takatsuur ayat 1-
8, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, 2 – sampai kamu masuk ke dalam kubur. 3 –
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), 4 – dan janganlah begitu,
kelak kamu akan mengetahui. 5 – Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan
yang yakin, 6 – niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, 7 – dan sesungguhnya kamu
benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. 8 – kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari
itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

5. Hiasi rumahmu dengan sunnah dan adab kenabian.

Sahabat surgaku, QS Al Furqon ayat 74, mungkin menjadi satu doa yang selalu kita lantunkan, “Ya
Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Semua itu kita lakukan agar kita termasuk orang-orang yang dimaksud Allah dalam QS At Tuur ayat
21, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”

Karenanya, hiasi rumahmu dengan sunnah dan adab kenabian, wahai sahabat surgaku. Ajarkan adab
pada keluargamu, sayangi yang muda dan muliakanlah yang lebih tua. Hidupkan Alqur’an dalam
keseharian. Lemahkan hawa nafsu dan syahwat dengan puasa. Dan hidupkan sepertiga malammu
dengan bersujud menemui-Nya. Karena Dialah yang maha memiliki segalanya.

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS Al Baqoroh ayat 45)

Sahabat surgaku, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya tetap harus kita dahulukan di atas segalanya.
Seperti itulah yang dikehendaki Allah dalam QS At Taubah ayat 24: “Katakanlah: “jika bapa-bapa,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih
kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”

Sahabat surgaku, mari jadikan apa-apa yang kita miliki sebagai sarana untuk meraih ridho dan
ampunan-Nya. Andai kelak nanti, kalian berada di surga dan tidak mendapati aku di sana. Tolong,
sampaikan pada Robbku, bahwa aku adalah sahabat kalian yang mengingatkan kalian akan Dia
sehingga Dia berkenan mengampuniku dan mengumpulkan aku bersama kalian di surga. Aamiin.

Titien SDF

Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

:::Ibu Gorila Ini Bahkan Tidak Memiliki Gadget:::


Gadget, perangkat kecil yang memiliki fungsi dan kapasitas yang sangat besar, bisa menggenggam
dunia, namun juga bisa mengakibatkan anak-anak dan orang dewasa meninggal dunia. Gadget telah
memberikan sangat banyak manfaat, sangat banyak kemudahan, namun juga telah merenggut
banyak nyawa akibat terlalu asyik menggunakannya. Dunia telah berubah karena adanya gadget,
corak interaksi, corak komunikasi antar manusia, sudah menjadi sangat berbeda dibandingkan
dengan masa-masa sebelum ada gadget.

Dehumanisasi, mungkin agak berlebihan, namun saya kira begitulah kondisinya. Terjadi penurunan
nilai-nilai kemanusiaan kita akibat dijajah oleh teknologi informasi dan komunikasi melalui gadget
yang sangat merebak akhir-akhir ini. Manusia itu makhluk sosial, yang memerlukan satu dengan
yang lainnya. Namun ternyata, interaksi itu sekarang tidak terjadi di ruang-ruang silaturahim yang
nyata. Terjadinya komunikasi dan interaksi melalui jejaring sosial, membuat orang bersilaturahim
secara tidak nyata.

Berbagai fitur komunikasi, fitur kantor, fitur game, juga fitur hiburan yang disediakan oleh gadget
membuat manusia semakin asyik dan merasa hidupnya sudah selesai hanya dengan memegang
gadget. Bahkan orang merasa linglung dan pikun, hanya karena sehari tidak memegang gadget.
Keasyikan menggunakan gadget membuat banyak orang kehilangan kehati-hatian. Mereka
menggunakan gadget pada waktu dan kondisi yang tidak tepat. Bahaya besar bisa mengancam
kehidupan manusia.

Kita sering mendengar berita kecelakaan yang menewaskan korban, karena berkendara sambil asyik
bermain gadget. Ada banyak anak muda menggunakan gadget sambil mengendarai motor maupun
mobil. Ada yang tertabrak mobil karena berjalan kaki di tepi jalan raya sambil memainkan gadget,
saking asyiknya hingga tidak memperhatikan lalu lintas yang sangat padat di sekitarnya. Korban
meninggal dunia berjatuhan di jalan raya karena sembrono menggunakan gadget yang tidak pada
pada tempat dan waktu yang tepat.

Yang lebih menyedihkan lagi, dalam dunia pendidikan dan keluarga, terjadi pula penggerusan nilai-
nilai kesakralan sebuah ikatan karena kehadiran gadget. Ikatan suami dan istri bisa rusak dengan
mudah, karena di tengah mereka ada gadget. Ikatan orang tua dengan anak bisa memudar dengan
cepat karena di tengah mereka ada gadget. Duduk bersama di ruang keluarga, bukannya mengobrol
dan bercengkerama bersama seluruh anggota keluarga, namun semua asyik dengan gadget masing-
masing.
Ibu lebih asyik dengan gadget, ayah lebih asyik dengan gadget, anak lebih asyik dengan gadget.
Kehangatan keluarga mereka menjadi hilang, berganti kehangatan dengan gadget. Orang tua
membiarkan anak-anak yang masih kecil asyik bermain sendiri, tanpa ditemani, tanpa diawasi,
karena mereka tengah asyik dengan gadget. Menganggap lebih penting gadget daripada pengasuhan
anak, adalah sebuah bencana kemanusiaan. Bencana sangat besar yang melanda kehidupan di
zaman cyber saat ini.

ilustrasi : www.dailymail.co.uk

Kasih Sayang Ibu Gorila kepada Anak Demikian Besarnya

Rupanya kita harus diingatkan oleh binatang, bagaimana mereka menyayangi anaknya. Binatang
tidak mengenal gadget, mereka tidak disibukkan dengan internet, mereka tidak ribut dengan media
sosial. Kehidupan mereka natural, dan ternyata Allah memberikan kepada mereka “perasaan kasih
sayang” terhadap anak-anak yang mereka lahirkan. Justru karena mereka tidak mengenal gadget dan
internet, waktu mereka tercurah penuh untuk mengurus anak-anak. Banyak binatang yang memiliki
naluri keibuan yang sangat besar, dalam pengasuhan anak.

Saya memandangi foto-foto binatang yang tampak sedemikian mesra dan hangat dengan anak-anak
mereka. Foto di web www.bintang.com itu sangat menyentuh hati. Menggambarkan kasih sayang
orang tua binatang terhadap anak-anak binatang. Tentu mereka tidak asyik dengan gadget. Bahkan
banyak kejadian pada dunia binatang yang sangat menyentuh perasaan kemanusiaan kita. Kejadian
dan kisah tentang kasih sayang binatang terhadap anak mereka.

Beberapa waktu lalu, dunia dikejutkan oleh berita dari kebun binatang Frankfurt, Jerman. Seekor
induk gorila bernama Shira, telah mengingatkan ketulusan cinta ibu kepada anaknya. Shira tampak
sangat sayang kepada sang bayi. Sejak lahir, Shira selalu mengurus si bayi. Saking sayangnya, Shira
selalu menggendong anak, tanpa mengetahui bahwa si anak sudah mati seminggu. Banyak media
memberitakan, Shira mondar-mandir kebingungan di dalam kebun binatang itu sambil membawa
anak dalam dekapan.

Shira tidur bersama mayat anaknya dan setiap pagi, Shira berusaha membangunkan sang anak.
Seperti ia tidak bisa menerima kematian anak yang dicintainya. Menurut Direktur Utama kebun
binatang Frankfurt Zoo, si bayi gorila sebelumnya baik-baik saja. Tidak ada gejala sakit, akan tetapi
pada sore harinya tiba-tiba bayi gorila tersebut meninggal. Tentu saja pihak pengelola kebun
binatang Frankfurt sangat kaget dengan kematian bayi gorila tersebut, terlebih-lebih Shira, sang ibu,
yang sedemikian menjaga dan merawat anaknya.

Luar biasa, ibu gorila sedemikian menjaga dan mencintai anaknya. Karena gorila tidak punya gadget?

Manusia Lebih Cintai Gadget Daripada Anaknya?

Jika tidak berhati-hati dan tidak proporsional, gadget bisa merusak kehangatan hubungan orang tua
dengan anak. Orang tua disibukkan dengan gadget mereka, sehingga tidak mempedulikan kondisi
anak. Gadget berubah menjadi sihir yang sangat memukau dan mengasyikkan. Dimensi waktu
menjadi kacau balau. Sudah asyik dengan gadget selama empat jam, merasa seperti hanya empat
menit atau empatpuluh menit saja. Waktu efektif terbuang dengan sangat cepat, dan tiba-tiba hari
sudah malam dan akan segera berganti hari lagi.

Sudah sangat banyak kejadian di berbagai negara, akibat keasyikan dengan gadget, anak-anak
menjadi korban hingga meninggal dunia. Media pernah ramai memberitakan, seorang balita usia
dua tahun meninggal dunia tertabrak mobil, di depan mal Zhengzhou, Tiongkok. Balita itu lepas dari
pantauan sang ibu yang tengah asyik dengan smartphone-nya. "Awalnya balita itu bermain-main di
trotoar, lalu berlari ke jalanan dan tertabrak mobil," ujar saksi mata.

Pasti sang ibu sangat sedih dan menyesal setelah kejadian kecelakaan yang merenggut nyawa
anaknya. Hanya karena lalai tidak mengawasi anak, karena tengah asyim dengan gadget di
tangannya, menyebabkan harus kehilangan buah hati. Si ibu ini merasa bermain gadget hanya
sebentar. Itu karena perasaan asyik dan pengaruh “sihir” gadget yang demikian merenggut
konsentrasi, ternyata si ibu sudah cukup lama bermain gadget. Dimensi waktu sudah sedemikian
jungkir balik. Semula si anak bermain di sekitar ibu, namun si anak terus bermain menjauh dari ibu
hingga ke jalan raya yang sangat padat kendaraan.

Media juga pernah ramai memberitakan, di China, seorang balita berumur 14 bulan tenggelam di
dalam ember dan meninggal dunia setelah dibawa ke rumah sakit oleh ibunya. Balita tersebut
meninggal karena tidak diawasi oleh sang ibu, yang sedang asyik bermain smartphone. Bayi
perempuan ini meninggal dunia karena tenggelam dalam ember yang berisi air. Saat sang anak
berjuang untuk hidup, justru sang ibu yang masih muda belia (23 tahun) asyik bermain smartphone.
Tidak diberitakan dimanakah bapak dari si anak tersebut sedang berada.
Itu dua dari sekian banyak contoh kejadian keasyikan dengan gadget yang membahayakan jiwa
manusia. Apakah hanya terjadi di luar negeri? Apakah di Indonesia tidak memiliki contoh kasusnya?
Tentu sudah ada. Beberapa media lokal Jawa Timur memberitakan kejadian serupa di Surabaya.
Seorang ibu tidak menyadari anak dan keponakannya tenggelam di kolam renang hingga meninggal
dunia, karena ia tengah sibuk dengan smartphone-nya. Insiden itu telah merenggut nyawa dua anak
yang masih kecil, keduanya belum genap berumur 9 tahun.

Tak ada yang mengetahui secara pasti bagaimana kedua anak kecil itu bisa tenggelam. Namun sang
ibu terlambat menyadari adanya insiden tersebut. Saat ia mencebur ke dalam kolam untuk
menyelamatkan anak dan keponakan, keduanya sudah tidak bisa diselamatkan. Mungkin saja sang
ibu merasa hanya sebentar saja bermain gadget, karena saking asyiknya, semua terasa sangat
sebentar. Rasanya hanya sesaat, namun ternyata sudah cukup lama, hanya saja tidak terasa karena
saking asyiknya. Penyesalan akan dirasakan seumur hidupnya.

Maka, mari lebih berhati-hati menggunakan gadget. Jaga buah hati, sayangi buah hati, rawat dan
didik buah hati. Utamakan mengurus mereka, bukan gadget anda. Ciptakan keasyikan dengan
mereka, bukan dengan gadget anda.

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai


Sediakan Pelampung Sebelum Rumah Tangga Anda Bermasalah

“Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Suami saya sudah tidak bisa diajak berbicara. Apapun
yang saya lakukan jadi salah”, keluh seorang istri di ruang konseling. Ia mengeluhkan sikap suaminya
akhir-akhir ini.

“Saya berpikir untuk bercerai saja. Saya sudah lelah dengan sikap dan perilakunya yang tidak mau
berubah,” ungkap seorang suami di ruang konseling. Ia tengah jengkel dengan sikap istrinya.

Begitulah keluhan yang sering dijumpai para konselor di ruang konseling. Banyak pasangan suami
istri merasa sudah buntu, tidak mengerti jalan keluar dari masalah yang tengah mereka hadapi.
Akhirnya tidak jarang yang memilih untuk menempuh jalan pintas dengan bercerai. Di saat situasi
darurat dalam keluarga telah terjadi, mereka tidak memiliki kesepakatan tentang tindakan
pengamanan dan penyelamatan yang harus dilakukan. Akhirnya masing-masing memilih jalannya
sendiri, yang kian menjauhkan satu dengan yang lain.

Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati

Dalam dunia kesehatan, berlaku idiom “lebih baik mencegah daripada mengobati”, demikian pula
dalam konteks kebahagiaan keluarga secara umum dan luas. Keluarga harus diberi kemampuan
untuk melakukan pencegahan dari berbagai permasalahan. Sesungguhnya keluarga tidak perlu
terjebak atau terjatuh ke dalam persoalan yang rumit dan membahayakan, selama mereka sudah
memiliki kemampuan pencegahan yang baik.

Sepanjang kurang lebih 16 tahun pengalaman menjadi konselor keluarga di Jogja Family Center (JFC),
hampir semua persoalan hidup berumah tangga bermula dari hal-hal kecil dan sederhana. Seperti
membiarkan persoalan-persoalan kecil menumpuk, akhirnya membesar tanpa bisa dikendalikan.
Bermula dari komunikasi yang tidak nyaman, tidak saling terbuka satu dengan yang lain, lebih suka
menutup diri, lebih percaya kepada orang lain daripada pasangan sendiri, hingga merembet kepada
persoalan yang lebih besar. Sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit, demikian kata pepatah
mengatakan.

Kami menyebut kondisi ini sebagai “fenomena gunung pasir”. Mengapa gunung pasir? Karena itulah
yang saya lihat setiap hari di Yogyakarta. Begitu saya membuka jendela rumah, langsung tampak
Gunung Merapi. Usai erupsi besar tahun 2010, masyarakat sekitar Merapi mendapat limpahan
berkah berupa pasir yang berkualitas bagus untuk bahan bangunan. Kini pasir itu ditumpuk di
berbagai tempat, dari kejauhan tampak seperti gunung yang sangat tinggi. Namun begitu kita dekati,
lalu kita ambil dengan tangan kita, ternyata hanyalah tumpukan butir-butir pasir yang sangat kecil
dan halus.

Demikian juga persoalan hidup berumah tangga. Pasangan suami istri yang dilanda persoalan besar
dan rumit, pada dasarnya adalah tumpukan dari butir-butir persoalan kecil yang dibiarkan
menumpuk. Tidak ada upaya mencegah agar tidak terjadi penumpukan, justru yang sering terjadi
adalah gejala pembiaran. Masalah demi masalah dibiarkan, konflik demi konflik dibiarkan, akhirnya
muncul tumpukan permasalahan yang menjadi berat. Tidak selalu karena adanya partikel masalah
yang besar, namun lebih karena bertumpuknya partikel-partikel masalah kecil.

Sama seperti fenomena gunung pasir. Jika kita melihat dari segi satuan butir pasir, hanyalah partikel
yang kecil dan ringan. Namun jangan pernah menyepelekan, karena jika partikel kecil dan ringan itu
ditumpuk hingga menggunung, niscaya akan menjadi gunung masalah yang siap meledak sewaktu-
waktu. Tergantung ada pemicu atau tidak, dan sepanjang apa sumbu ledaknya. Jika ada faktor
pemicu, dan termasuk tipe sumbu pendek, maka akan sangat mudah meledak.

Konflik atau pertengkaran antara suami dan istri, atau antara orang tua dengan anak, tidak akan
terjadi dan membesar begitu saja. Semua ada prosesnya, ada tahap dan levelnya. Yang sering terjadi
adalah membiarkan saja gejala awal munculnya konflik, hingga akhirnya berubah level dan sampai
puncak ledakan yang tak terelakkan. Jika mereka mengenal gejala konflik, sesungguhnya bisa
melakukan pencegahan sejak dini, agar konflik tidak berkembang dan meluas. Konflik segera bisa
diakhiri dengan damai dan aman.

Untuk itu setiap keluarga hendaknya memiliki “Pintu Darurat Keluarga” (PDK) di mana mereka sudah
mengerti akan melakukan tindakan apa jika suatu ketika mereka berada dalam situasi darurat. PDK
dimaksudkan agar suami dan istri mengerti apa yang harus mereka lakukan saat konflik, namun
sudah terumuskan jauh sebelum adanya konflik. Sediakan terlebih dahulu pintu daruratnya, sebelum
terjadi persoalan keluarga yang memberatkan. Dengan demikian, bisa meminimalisasi peluang
terjadinya masalah, sekaligus sudah mengerti apa yang harus dilakukan saat kondisi darurat keluarga
benar-benar terjadi.

Prinsip PDK sama dengan pintu darurat pada pesawat terbang. Saat kita naik pesawat, selalu ada
peragaan dan petunjuk dari pramugari mengenai berbagai sisi keselamatan penerbangan. Salah
satunya diberitahukan tentang pintu-pintu darurat. Pramugari mengatakan, “Pesawat ini dilengkapi
dengan sepuluh pintu darurat, Empat di bagian depan, dua di bagian tengah, dan empat di bagian
belakang. Pada saat terjadi kondisi darurat, lampu petunjuk akan menyala yang menuntun anda ke
pintu darurat terdekat... bla bla bla...”

Pintu darurat dan cara mencapainya, cara membuka dan menggunakannya, semua sudah lengkap
dijelaskan. Sementara itu pilot dan co pilot ---suami dan istri, dalam kehidupan berumah tangga---
berusaha untuk menerbangkan pesawat dengan senyaman mungkin, yang menjamin penumpang
sampai tujuan bukan hanya dengan selamat, namun juga dengan tenang, damai dan bahagia. Di saat
terjadi kondisi darurat, maka semua anggota keluarga sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk
penyelamatan. Ini membuat kondisi darurat cepat teratasi dan tidak berlarut-larut.

Ini bermanfaat untuk mencegah munculnya kondisi darurat yang berkelanjutan apalagi permanen.
Lebih detail tentang PDK, silakan dilihat selengkapnya di PDK, "PIntu Darurat Keluarga" . Pada
dasarnya, pembuatan PDK dalam setiap keluarga merupakan salah satu upaya pencegahan, agar
keluarga tidak perlu terjatuh ke dalam permasalahan yang berat.

Keluar Dari Konflik Sejak Mengenali Gejalanya

Keluarga juga perlu dibekali dengan kemampuan dan ketrampilan mengelola konflik yang pasti
datang dalam kehidupan. Hendaknya suami dan istri bisa memahami sisi-sisi perbedaan kejiwaan
dan karakter antara suami dan istri, mampu meredam konflik, mengerti cara keluar dari konflik,
serta memahami cara menghindari pertengkaran berkelanjutan dalam kehidupan rumah tangga.
Ketrampilan mengelola konflik ini masuk kategori aspek pencegahan, karena sesungguhnya konflik
bisa dicegah dengan prinsip “keluar dari konflik pada level pertama”. Artinya, begitu merasa ada
gejala konflik, langsung melakukan tindakan pencegahan sehingga tidak membesar dan tidak masuk
ke level berikutnya yang lebih besar dan lebih membahayakan.

Tidak perlu menunggu konflik menjadi sekam yang diam-diam siap membakar seluruh bangunan
kehidupan berumah tangga. Karena sejak masuk level pertama konflik yang berupa the unvisible
conflict. Konflik yang terjadi pada tingkatan ini masih ada di batin atau perasaan. Belum tampak
pada permukaan. Suami dan istri bisa merasakan gejalanya, berupa ketidaknyamanan perasaan,
tidak nyaman komunikasi, tidak bisa saling berbicara, dan lain sebagainya. Segera keluar dari level
pertama ini. Lebih detail tentang teori menghadapi konflik, bisa dilihat di Menghadapi Konflik Pasutri
Secara Dewasa.

Program bimbingan bisa dilakukan untuk upaya pencegahan agar tidak perlu terjadi persoalan berat
yang bisa merusak kebahagiaan yang mengancam keutuhan keluarga. Prinsip mencegah lebih baik
daripada mengobati, hendaknya benar-benar dipahami dan diterapkan oleh semua keluarga, agar
tidak perlu menghadap konselor atau psikolog. Semua bisa diselesaikan secara adat di rumah tangga
masing-masing.

Ust. Cahyadi Takariawan


Kompasiana.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

:::5 Langkah Penyegaran Keluarga:::

Keluarga adalah organisme hidup, maka ia selalu mengalami pertumbuhan, perkembangan dan
perubahan dari waktu ke waktu. Kondisi dan situasi keluarga tidak pernah flat, selalu berubah sesuai
dengan siklus kehidupan dan logika permasalahan yang ada dalam setiap siklusnya. Karena
organisme hidup, keluarga juga bisa mengalami kelesuan, kejenuhan, kelayuan, bahkan kematian,
apabila tidak ada upaya untuk menjaga dan menyegarkannya.

Menyegarkan Kehidupan Keluarga

Untuk itu setiap keluarga harus pandai melakukan berbagai usaha untuk menyegarkan situasi dan
kondisi keluarga. Tidak perlu menunggu situasi layu atau mengering, namun perlu tindakan nyata
dan terus menerus untuk menyegarkan kehidupannya. Ada beberapa usaha yang bisa dilakukan oleh
suami istri dalam menyegarkan kehidupan berumah tangga.
Ingat Selalu “Nilai Sakral” Pernikahan

Sebagai manusia beriman, kita selalu meyakini bahwa pernikahan memiliki nilai dan posisi dan nilai
sakral. Dihalalkannya “segala sesuatu” antara seorang lelaki dan seorang perempuan, adalah atas
nama Allah. Karena ada kehalalan yang disahkan oleh agama, karena ada contoh teladan dari
kehidupan Nabi Mulia, karena ada pengesahan dari negara. Ikatan pernikahan bukan semata janji
hati dan ikrar lisan dua insan yang bersepakat membangun rumah tangga, namun pernikahan adalah
ikatan suci atas nama Ilahi dan melaksanakan arahan Nabi.

Pernikahan dinyatakan dalam kitab suci sebagai “mitsaqan ghalizha”, sebuah ikatan yang kokoh,
yang tidak boleh diurai secara sembarangan tanpa alasan yang bisa dibenarkan. Pernikahan
bukanlah sebuah uji coba atau semata-mata sarana penyaluran kesenangan antara dua manusia. Jika
dipahami semata-mata sarana memperoleh kesenangan, maka tatkala rasa senang itu sudah mulai
berkurang atau hilang, maka akan segera mengakhiri ikatan pernikahan, dan mencari kesenangan
yang baru. Kawin cerai, demi mendapatkan kesenangan-kesenangan baru.

Jika dipahami semata-mata untuk mendapatkan teman dalam menjalani kehidupan, maka tatkala
mengalami kebosanan dan ketidakcocokan sifat maupun karakter, akan segera mengakhiri ikatan
pernikahan, untuk mendapatkan teman baru yang lebih mengasyikkan. Kawin cerai demi
mendapatkan teman-teman baru yang lebih menyenangkan. Seakan-akan pernikahan tidak memiliki
nilai sakral sama sekali, semata-mata hanya demi mendapatkan kesenangan dan keasyikan saja.

Hal yang menyegarkan kehidupan berumah tangga adalah dengan selalu mengingat posisi dan nilai
sakral pernikahan. Bahwa menikah berarti ibadah, bahwa menikah berarti menjalankan sunnah,
maka tidak layak dijadikan permainan atau semata dipahami sebagai kesenangan. Oleh karena itu,
saat mengalami ketidaksenangan, saat mengalami kebosanan, saat mengalami kenelangsaan, saat
mengalami kepahitan, tidak layak cepat-cepat memutuskan untuk mengakhiri pernikahan, karena
ada nilai yang sangat sakral.

Kembali Kepada Motivasi Awal

Istri anda cantik, suami anda ganteng, dan anda dulu menikah karena tertarik oleh kecantikan dan
kegantengannya? Mungkin saja, tapi tentu ada motivasi yang lebih asasi dibanding sejumlah asesori
yang menjadi penghias keindahan pernikahan. Sebagai insan beriman, kita memiliki motivasi yang
suci dan mulia dalam membangun hidup berumah tangga. Motivasi untuk ibadah kepada Allah,
motivasi untuk menjalani sunnah Nabi Saw, motivasi untuk membangun peradaban kemanusiaan
yang bermartabat, motivasi untuk menjaga kehormatan diri, motivasi untuk mewariskan generasi
Rabbani. Ini adalah sejumlah motivasi suci yang sudah menjadi kesadaran setiap insan beriman
dalam menjalani pernikahan.

Berbagai motivasi itu merupakan idealisme yang dibangun menjelang proses pernikahan. Hendaknya
motivasi ini selalu dijaga dan dijadikan pengingat di sepanjang kehidupan. Motivasi ini yang mampu
menjadi daya tahan terhadap keperihan hidup, yang membuat suami dan istri segera melenting
berdiri saat sempat terpuruk dan terjatuh. Semacam adegan film action Hollywood di bagian akhir
yang sang jagoan sempat kalah, namun segera bangkit berdiri dengan gagah memenangkan
pertarungan di bagian akhir.

Dalam kisah-kisah heroik manusia zaman sekarang, sekedar balas dendam saja bisa menjadi motivasi
yang sanggup menyalakan api semangat dalam diri seseorang. Sekedar ingin menang dalam sebuah
perlombaan saja bisa melejitkan gelora semangat untuk melakukan banyak hal. Apalagi ketika
motivasi itu bercorak profan, yang melibatkan ikatan yang paling dalam dan paling primordial dalam
diri seseorang. Tentu akan lebih dahsyat lagi ledakan yang ditimbulkan.

Dengan selalu kembali kepada motivasi awal dalam membangun keluarga, suami dan istri akan
selalu bisa melawan kejenuhan, kebosanan, kegersangan, kehambaran, dan kelayuan kehidupan
berumah tangga. Suami dan istri akan sanggup menahan berbagai kegetiran dan kesakitan yang bisa
didapatkan dalam mengarungi hidup berkeluarga. Maka keluarga akan bisa disegarkan suasananya,
dengan menghadirkan kekuatan dan kesucian motivasi awal dalam membangun rumah tangga.

Konsisten Dengan Tujuan

Coba ingat kembali, apa tujuan anda menikah dan membentuk keluarga. Tidak mungkin anda
menikah begitu saja. Mustahil anda tidak memiliki kesadaran tentang tujuan saat melaksanakan
prosesi pernikahan. Bisa saja tujuan itu sejak awal anda nyatakan dengan yakin, namun bisa pula
tujuan itu anda ciptakan kemudian. Sedangkan naik angkot saja anda punya tujuan, bagaimana
mungkin menikah tidak memiliki tujuan? Pasti semua orang memiliki.

Di antara tujuan penting dari pernikahan adalah membentuk keluarga yang sakinah, mawadah wa
rahmah. Membentuk keluarga yang menjadi sarana pengabdian kepada Allah dan sarana
mengoptimalkan potensi kemanusiaan. Tujuan menikah adalah untuk menciptakan keseimbangan
dalam kehidupan, juga memberikan kebahagiaan yang tidak mungkin bisa didapatkan kecuali
dengan menjalani pernikahan. Tujuan menikah adalah merawat hasrat syahwat dengan
menyalurkan secara benar dan halal serta bertanggung jawab.
Semua tujuan itu adalah proses yang harus diusahakan dan diperjuangkan, karena tidak akan
tercapai dengan sendirinya hanya dengan melaksanakan akad nikah. Semua tujuan mulia dari
pernikahan adalah sebuah obsesi yang memerlukan tindakan nyata, memerlukan daya dan upaya
untuk menggapainya. Bagian-bagian dari tujuan itu ada yang sudah didapatkan sejak awal menjalani
kehidupan pernikahan, namun ada tujuan jangka panjang yang harus diusahakan di sepanjang
perjalanan.

Tujuan-tujuan pernikahan ini merupakan sarana penyegaran, bahwa suami dan istri tidak bisa
semena-mena menyatakan mengakhiri ikatan pernikahan hanya karena ada permasalahan atau
pertengkaran. Capat memutuskan untuk bercerai hanya karena ketidakcocokan, atau karena didera
kekecewaan. Bukankah ada sangat banyak tujuan yang hendak anda wujudkan dan belum semuanya
bisa didapatkan. Maka sudah seharusnya suami dan istri fokus memikirkan dan mengupayakan
tercapainya berbagai tujuan tersebut. Karena ada sejumlah tujuan itulah dulu anda menikah, maka
upayakan terwujudnya tujuan secara bersama-sama.

Memutar Ulang Kehidupan

Jika anda telah melewati sepulun tahun usia pernikahan, ada baiknya anda mencari waktu untuk
duduk bercengkerama berdua dengan pasangan tercinta. Putar ulang kehidupan anda sejak awal
pertemuan. Ingat kembali rekaman kejadian yang membahagiakan. Hadirkan kembali momentum
romantis yang pernah anda lalui bersama pasangan. Datangi kembali tempat-tempat yang sangat
mengesankan dalam sepanjang kehidupan pernikahan.

Anda memerlukan kebersamaan untuk menikmati waktu-waktu istimewa, sembari merasakan


getaran-getaran cinta yang dulu anda temukan bersama pasangan. Sunset yang sangat indah,
sunrise yang berkesan, ombak pantai yang menawan, panorama yang memberikan kejutan,
cerahnya udara yang pernah anda abdikan, hujan yang memberikan kesempatan anda berdua
menikmati basah kuyup dan kedinginan, pengalaman tersesat di jalan yang tak terlupakan, dan
aneka peristiwa berkesan lainnya. Putar ulang rekaman indah kehidupan anda bersama pasangan.

Jangan memutar ulang hal-hal yang menyedihkan dan menyakitkan. Jangan menghadirkan kembali
kenangan pahit yang menimbukan luka tak tersembuhkan. Biarkan kenangan buruk itu dikuburkan
tanpa perlu dibangkitkan kembali pada kehidupan saat ini. Anda hanya memerlukan waktu khusus
untuk melewati berdua saja dengan pasangan tercinta, di tengah berbagai kesibukan kerja yang
mendera anda. Jangan biarkan waktu selalu berlalu tanpa ada kesempatan untuk melewati bersama
pasangan.

Itulah pentingnya menciptakan momentum romantis dalam hidup berumah tangga. Karena
momentum inilah yang bisa anda putar ulang kapan saja terutama di saat anda berdua tegah
mengalami konflik dan ketegangan bersama pasangan. Redakan dan segarkan hubungan dengan
memutar ulang kehidupan roman terindah bersama pasangan. Rasakan kembali sensai keindahan
dan percintaan yang dulu telah anda nikmati, walau kini itu hanya kenangan, namun memberikan
semangat untuk anda lakukan kembali.

Fokus Kepada Masa Depan

Jangan hidup di masa lalu. Hiduplah di masa kini dan masa yang akan datang. Masa lalu anda sudah
selesai, ia tinggal sejarah dan kenangan. Maka lihatlah hidup anda pada hari ini untuk melakukan hal
terbaik, demi masa depan yang jauh lebih baik lagi. Maka fokuslah menatap masa depan. Anda
memiliki peran sejarah yang harus anda tulis dan anda pertanggungjawabkan.

Jika di masa lalu banyak mengalami kegetiran, itu adalah pembelajaran agar kita semua lebih dewasa
dan memiliki daya tahan. Jika hari ini anda merasakan kepahitan, itu ada hikmah untuk membuat
anda bisa menikmati manisnya masa depan. Pandanglah masa depan yang masih panjang
membentang. Anda memiliki anak-anak, anda memiliki aset kehidupan, anda memiliki keluarga dan
orang-orang yang mencintai anda. Tutup saja masa lalu yang buram, untuk diganti dengan lembatan
baru yang lebih memberikan harapan perbaikan.

Fokuslah menata kebaikan masa depan, baik dunia maupun akhirat. Ini akan membuat anda selalu
berpandangan optimistik, bahwa keluarga harus dijaga dan dirawat keutuhannya, untuk meraih
kebaikan di masa depan. Mungkin saja ada banyak kenangan buram di sepanjang perjalanan hidup
berumah tangga, namun itu semua pasti ada hikmah kebaikan di masa yang akan datang. Mungkin
ada suasana yang tidak anda kehendaki pada fase tertentu dalam hidup berumah tangga, namun itu
akan menjadi keindahan saat anda mampu melewatinya dengan penuh kedewasaan bersama
pasangan.

Inilah beberapa cara untuk selalu menyegarkan kehidupan berumah tangga, sebagai salah satu
bagian penting untuk mewujudkan ketahanan keluarga. Semoga keluarga Indonesia selalu berada
dalam suasana yang segar cerah ceria, sehingga menjadi aset untuk menyegarkan masa depan
bangsa dan negara.

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -


www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

:::Akhlaq Terhadap Istri Tercinta:::

Islam Agama Akhlak

“َُ‫ح ِألُتَمِ ََم بُعِثْت‬


ََ ‫صاَِل‬ َِ َ‫”األ َ ْخال‬
َ ‫ق‬ ْ

“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

(H.R. Al-Hakim).

Sedemikian besar Islam memperhatikan perealisasian akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

Islam tidak hanya menjelaskan hal ini secara global, namun juga menerangkannya secara terperinci.

Islam menjelaskan secara rinci bagaimana akhlak seorang muslim kepada Rabb-nya, keluarganya,
tetangganya, bahkan kepada hewan dan tetumbuhan sekalipun.

Hal yang tidak terlepas dari pembahasan adalah penjelasan tentang barometer akhlak mulia.

Kapankah seseorang itu berhak dinilai memiliki akhlak mulia?

Qudwah kita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,


“َ‫”أل َ ْهلِي َخي ُْر ُك َْم َوأَنَا ِأل َ ْه ِل َِه َخي ُْر ُك َْم َخي ُْر ُك ْم‬
ِ

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di
antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.”

(H.R. Tirmudzi).

Beberapa contoh kemuliaan akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap keluarganya.

Sebagai teladan umat, amatlah wajar jika praktik keseharian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
bergaul dengan keluarganya kita pelajari. Dan tentu saja lautan kemuliaan akhlak beliau terhadap
keluarganya tidak bisa dikupas dalam tulisan sederhana ini.

Oleh karena itu, di sini kita hanya akan menyampaikan beberapa contoh saja.

1. Turut membantu urusan pekerjaan istri

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk ikut turun tangan membantu pekerjaan para istrinya.

َ‫ع ْن‬ َ َ ‫ل ع ُْر َوَة‬ َ ِ‫ش ْيءَ أي ْال ُمؤْ مِ نِيْنََ أ ََُّم َيا ِل َعائ‬
ََ ‫ش َةَ قُ ْلتَُ قَا‬ َ ََ‫صنَ َُع كَان‬ َُ ‫س ْو‬
ْ ‫ل َي‬ ُ ‫هللاِ َر‬ َُ ‫فِي أ َ َح ُد ُك َْم َي ْف َع‬
َ ‫قَالَتَْ ِع ْندَكِ ؟ كَانََ ِإذَا وسلم عليه هللا صلى‬: “‫ل َما‬
‫ف أ َ ْه ِل َِه مِ ْهنَ َِة‬
َُ ‫ص‬ َُ ‫” َد ْل َوَهُ َويَ ْرفَ َُع ث َ ْوبَ َهُ َويُخِ ْي‬
ِ ‫ط نَ ْعلَ َهُ يَ ْخ‬

Urwah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah menjawab, “Beliau
melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya.
Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember.” (H.R. Ibnu Hibban).

Subhanallah!

Di tengah kesibukannya yang luar biasa padat berdakwah, menjaga stabilitas keamanan negara,
berjihad, mengurusi ekonomi umat dan lain-lain, beliau masih bisa menyempatkan diri mengerjakan
hal-hal yang mungkin dipandang rendah oleh banyak suami di zaman ini!

Andaikan saja para suami-suami itu mau mempraktekkan hal-hal tersebut, insyaAllah keharmonisan
rumah tangga mereka akan langgeng.
2. Berpenampilan prima di hadapan istri dan keluarga

Berikut Aisyah, salah satu istri Rasul shallallahu ‘alahi wa sallam menyampaikan pengamatannya;

“َ‫ي أ َ َّن‬ ََ ‫” ِبال ِس َواكَِ َب َدَأ َ َب ْيت َ َهُ َد َخ‬


ََّ ‫ل ِإذَا كَانََ وسلم عليه هللا صلى النَّ ِب‬

“Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam jika masuk ke rumahnya, hal yang pertama kali beliau lakukan
adalah bersiwak.” (H.R. Muslim).

Bersiwak ketika pertama kali masuk rumah??!

Suatu hal yang mungkin tidak pernah terbetik di benak banyak suami. Tetapi, begitulah cara Nabi
kita shallallahu ‘alahi wa sallam menjaga penampilannya di hadapan istri dan putra beliau.

Ini hanya salah satunya lho! Dan beginilah salah satu potret kemuliaan akhlak Rasulullah kepada
keluarganya.

3. Tidak bosan untuk terus menasehati istri dan keluarga

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

“ََ‫ص ْوا أَال‬


ُ ‫ساءَِ َوا ْست َْو‬
َ ِ‫” َخي ًْرا بِالن‬

“Ingatlah, hendaknya kalian berwasiat yang baik kepada para istri.” (H.R. Tirmidzi).

Timbulnya riak-riak dalam kehidupan rumah tangga merupakan suatu hal yang lumrah. Namun, jika
hal itu sampai mengotori keharmonisan jalinan kasih sayang antara suami dan istri, atau bahkan
menghancurkan bahtera pernikahan, tentulah sangat berbahaya. Agar mimpi buruk itu tidaklah
terjadi, seyogyanya ditumbuhkan budaya saling memahami dan kebiasaan saling menasehati antara
suami dan istri.

Oleh karenanya, benih-benih kesalahan yang ada dalam pasangan suami-istri hendaknya tidaklah
didiamkan begitu saja hanya karena dalih menjaga keharmonisan rumah tangga. Justru sebaliknya,
kesalahan-kesalahan itu harus segera diluruskan.
Dan tentunya hal itu harus dilakukan dengan cara yang elegan:

tutur kata yang lembut, raut muka yang manis dan metode yang tidak menyakiti hati pasangannya.

Ustadzah Indra Asih

www.grupmanis.blogspot.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

📘📘📘📘📘📘

:::Tanya Jawab Mengenal Pintu-pintu Perusak Moral Anak:::

1.

Bagaimana jk anak sudah terbiasa dg tv dan gadget lainnya?


Jawab :

ِ ِ‫ن ّللاَِ ب‬
َ‫سم‬ َِ ‫الرحْ َم‬
َّ ‫الرحِ يْم‬
َّ

Orangtua harus segera bertindak. Dengan cara bagaimanapun agar anak tidak tertarik lagi. Memang
sulit jika juga ketagihan karena kondisi seperti ini tidak jauh dari kondisi orang yang sudah
kecanduan.

Dalam kondisi kecanduan seperti ini seseorang sudah tidak menjadi dirinya sendiri, tetapi ia sudah
dikendalikan oleh Syetan.

Dan syetan tidak hanya merasuki manusia dewasa tetapi juga anak-anak akan sangat mudah mereka
masuki.

Salah satu cara efektif adalah dengan orangtua berusaha keras memperbaiki keadaan. Apa yang bisa
dilakukan orangtua ?

Pertama :

Harus banyak bertaubat kepada Allah. Karena anak adalah amanah. Ketika mereka rusak maka tidak
lepas dari peran dan andil orangtuanya yang telah dalam mendidiknya.

Kedua :

Perbanyak doa, minta tolong kepada Allah agar keadaan anaknya diperbaiki, dan dijauhkan dari
godaan syetan.

Ketiga :

Sembari berdoa tentu orang tua harus berusaha sungguh-sungguh memcegah anaknya, mungkin
dengan tidak memberi fasilitas yang dapat membuat mereka kecanduan itu.

Dan yang penting adalah mengajaknya pada kesholihan. Ini prinsip. Ajak dan didik mereka untuk
rajin beribadah kepada Allah. Karena dengan beribadah yang ihlas kepada Allah syetan tidak akan
mampu mendekatinya lagi.
َٰ ‫ص َّواب أ َ ْعلَ َُم‬
َ‫ّللاُ َو‬ َّ ‫بِال‬

2.🙋󾀏

Bismillah, indikasi lingkungan baik untuk dirumah maupun disekolah yang termasuk tidak baik itu
seperti apa dan apa yang harus kita lakukan untuk merubah itu?

Jawab :

ِ ‫ن ّللاَِ ِب‬
َ‫سم‬ َِ ‫الرحْ َم‬
َّ ‫الرحِ يْم‬
َّ

Setiap orangtua kelak akan menghadapi saat pertamggungjawaban atas kepemimpinan anaknya
dihadapan Allah. Jadi bukan guru mereka. Tetapi orangtua. Ingat hal ini.

Karena itu sebagai orangtua kita harus pandai menjaga diri kita sendiri dari segala perbuatan buruk.
Kesholihan orangtua sangat berpengaruh terhadap kondisi anak.

Jika kita melihat suatu kekurangan atau kelebihan dari seorang anak maka bisa dikatakan kita lihat
bagaimana orangtuanya.

Terkait pertanyaan diatas bagaimana cara memperbaikinya ?

Tentuk kita harus punya senjata untuk melawan suatu yang tidak baik yang menimpa diri kita.
Apakah itu ? Yakni Doa.

Doa yang disertai dengan ihtiar yang sungguh-sungguh dan didukung dengan konsistensi dalam amal
sholih dari orangtua kemudian diturunkan kepada anaknya. InsyaAllah akan dapat memperbaiki
keadaan.

َٰ ‫ص َّواب أ َ ْعلَ َُم‬


َ‫ّللاُ َو‬ َّ ‫ِبال‬
3. 🙋󾀏

Kadang disaat mencontohkan hal2 kebaikan , orang tua terbentur dengan kesibukan , sehingga
berkesan tidak istiqomah didepan anak , sehingga disaat bersama dengan kita anak2 bisa
mengerjakan sesuai dengan yang kita contohkan, sedang disaat kita ad kesibukan anak jadi ogah2n
apa yang harus kita lakukan umm?

Jawab :

ِ ِ‫ن ّللاَِ ب‬
َ‫سم‬ َِ ‫الرحْ َم‬
َّ ‫الرحِ يْم‬
َّ

Jawaban hampir sama dengan pertanyaan sebelumnya ya. Prinsipnya kita sebagai orangtua adalah
pangkal utama penanggung jawab anak kiya kelah dihadapan Allah.

Syetan memang selalu menyibukkan orangtua masa kini untuk berada diluar Rumah dan beraktivitas
dengan dalih mencari tambahan penghasilan. Padahal syariat Islam jelas menejankan bahwa tempat
nya wanita adalah dirumah dan mengabdi (mendidik anak) dan melayani suami serta mengatur
segala urusan dan keperluan keluarganya.

Ketika seseorang menyalahi kondratnya dan syariat islam tidak menjadi acuan dalam kehidupannya,
maka kita akan melihat akibat kekacauan yang akan muncul dalam keluarga itu.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajarkan agat kita menjaga Allah, artinya menjaga Hukum dan SyariatNya. Sehingga
Allah pun akan terlibat dalam penjagaan segala urusan kehidupan kita dan keluarga kita.

َٰ ‫ص َّواب أ َ ْعلَ َُم‬


َ‫ّللاُ َو‬ َّ ‫بِال‬

4. 🙋󾀏

Bagaimana cara agar anak tidak mudah terpengaruh dengan teman sekolah yg mempunyai
kebiasaan kurang baik,???

Jawab :
ِ ِ‫ن ّللاَِ ب‬
َ‫سم‬ َِ ‫الرحْ َم‬
َّ ‫الرحِ يْم‬
َّ

Setiap anak ketika berada diluar jangkauan penglihatan kita, maka ia sudah berada diluar kendali
kita. Yang akan "bermain" dalam menjadi sumber pengaruhnya adalah lingkungan dimana dia
sedang berada. Dalam hal ini ketika mereka sedang berada disekolah maka teman-teman sekolahnya
lah yang akan banyak berperan mempengaruhi mereka. Betul tidak ?

Namun, sebagai orang beriman, kita harus punya keyakinan bahwa segala sesuatu penjagaan adalah
dari Allah. Ketika kita ingin anak kita selalu dijaga oleh Allah dalam segala hal, maka mintalah selalu
kepada Allah.

Hal ini yang mungkin sering dilupakan oleh orangtua.

Meminta kepada Allah itu dianjurkan dalam segala hal, khususnya untuk kebaikan dan juga
perlindungan dari keburukan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajarkan doa yang mana insyaAllah bisa menjadi pengaman anak-anak kita dari
segala gangguan makhluk Allah yakni :

A'udzubikalimaati taamati min'syarrimaa lholaq.

Yang sudah terbiasa membaca al Ma'tsurat silahkan selalu dibaca. Karena didalam doa tersebut kita
bisa menyisipkan niat memohon agar Allah selalu menjaga anak-anak kita dimana saja ia sedang
berada.

Selain doa diatas. Tentu haris ada upaya untuk memberi pengertian kepada anak tentang baik dan
burik, hal yang halal dan yang diharamkan. Semua ini perlu proses. Anak2 akan sulit memahaminya
ketika proses pendidikan dan pemahaman mereka tidak dimulai dari tauhid dan bangunan
keimanan kepada Allah dan nilai-nilai kesholihan yang ditanamkan sejak kecilnya. Serta bimbingan
kepada mereka untuk selalu menjaga amal Sholihnya. Karena dengan anak rajin menjaga amal
sholihnya Syetan akan sulit mendekatinya. Dan dengan akal pikirnya yang didalamnya terdapat
penjagaan Allah atas dirinya otomatis dia akan mempunyai semacam sistem sensor jika menghadapi
suguhan pengaruh2 buruk darimanapun apakah dari teman sekolah, tayangan TV , gadget dll.

َٰ ‫ص َّواب أ َ ْعلَ َُم‬


َ‫ّللاُ َو‬ َّ ‫ِبال‬
Ummi Endria

📘📘📘📘📘📘📘

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

Anakku... Dunia Bukan Tolok Ukur Kesuksesan (Bag-1)

Suatu hari ‘Umar mendatangi rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan beliau sedang tidur di
atas dipan yang terbuat dari serat, sehingga terbentuklah bekas dipan tersebut di lambung beliau.
Tatkala ‘Umar melihat hal itu, maka ia pun menangis.

Nabi yang melihat ‘Umar menangis kemudian bertanya, “Apa yang engkau tangisi wahai ‘Umar?”

‘Umar menjawab, “Sesungguhnya bangsa Persia dan Roma diberikan nikmat dengan nikmat dunia
yang sangat banyak, sedangkan engkau dalam keadaan seperti ini?”
Nabi pun berkata, “Wahai ‘Umar, sesungguhnya mereka adalah kaum yang Allah segerakan
kenikmatan di kehidupan dunia mereka.”

Di dalam hadits ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir disegerakan nikmatnya oleh Allah di
dunia, dan boleh jadi itu adalah istidraj dari Allah. Namun apabila mereka mati kelak, sungguh adzab
yang Allah berikan sangatlah pedih. Dan adzab itu semakin bertambah tatkala mereka terus berada
di dalam kedurhakaan kepada Allah ta’ala.

Anakku...

Sungguh Allah telah memberikan kenikmatan yang banyak kepada kita, dan kebanyakan kita lupa
akan hal itu, kenikmatan itu adalah kenikmatan Islam dan Iman. Keduanyalah yang membedakan
kita semua dengan orang kafir. Sungguh kenikmatan di dunia, tidaklah bernilai secuil pun dibanding
kenikmatan di akhirat.

Mari kita bandingkan antara dunia dan akhirat, menurut Teladan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,

“Demi Allah! Tidaklah dunia itu dibandingkan dengan akhirat, kecuali seperti salah seorang dari
kalian yang mencelupkan jarinya ke lautan. Maka perhatikanlah jari tersebut kembali membawa
apa?” (HR. Muslim)

Anakku...

Al Qur’an membimbing kita agar memahami bahwa ukuran kebaikan seorang insan adalah dari iman
dan amal shalihnya. Adapun merasa sudah dalam kebaikan atau berpatokan dengan karunia dunia
yang Allah berikan padanya, atau dengan kedudukannya, semua ini merupakan sifatnya kaum yang
menyimpang.

ََ ‫ال ُز ْلفَىَ عِن َدنَا تُقَ ِربُ ُك َْم بِالَّتِي أ َ ْو َال ُد ُكم َو‬
‫ال أ َ ْم َوالُ ُك َْم َما‬ ََّ ‫ن ِإ‬
َْ ‫ل آ َمنََ َم‬
ََ ِ‫عم‬ َ ََ‫الض ْعفَِ َجزَ ا َُء لَ ُه َْم فَأُولَئِك‬
َ ‫صا ِل ًحا َو‬ ِ ‫عمِ لُوا بِ َما‬
َ

“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada
Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah
yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan” (QS.
Saba: 37)

Allah Ta’ala juga berfirman:


ََ ‫ال َمالَ يَنفَ َُع‬
َ‫ال يََ ْو َم‬ ََ ‫ال بَنُونََ َو‬ َََّ َ‫سلِيمَ بِقَ ْلب‬
َْ ‫ّللا أَت َى َم‬
ََّ ِ‫ن إ‬ َ

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap
Allah dengan hati yang bersih” (QS. Asy Syu’ara: 88-89).

dan banyak lagi ayat yang menjadikan iman dan amal shalih sebagai ukuran kebaikan di hadapan
Allah, dan menafikan harta dan perkara dunia sebagai ukuran kebaikan.

Anakku...

Al Qur’an juga memberikan hikmah yang berharga bahwasanya sikap gemar mengaku-ngaku bahwa
kita sudah berada dalam kebaikan tanpa dibuktikan dengan praktek nyata dan sikap gemar
menjadikan perkara dunia sebagai ukuran kebaikan adalah sikapnya orang-orang yang menyimpang.

َ ‫اال ِم ْنكََ أ َ ْكث َ َُر أَنَا يُ َحا ِو ُرَهُ َوه ََُو ِل‬
َ‫صاحِ ِب َِه فَقَا َل‬ َ َ ‫نَف ًَرا َوأ‬
ًَ ‫ع َُّز َم‬

“maka ia (orang kafir) berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia:
“Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat“" (QS. Al Kahfi: 34).

Ia pun berkata:

ُ َ ‫ع َةَ أ‬
َُّ ‫ظ‬
‫ن َو َما‬ َ ‫ِن قَائِ َم َةً السَّا‬ ََّ ‫ُم ْنقَلَبًا مِ ْن َها َخي ًْرا َأل َ ِج َد‬
َْ ‫ن َربِي إِلَىَ ُر ِددْتَُ َولَئ‬

“dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada
Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu”(QS.
Al Kahfi: 36)

Allah Ta’ala berfirman, menceritakan kelakuan kaum Yahudi dan Nasrani:

ََ ‫ال ْال َجنَّ َةَ يَ ْد ُخ‬


‫ل لَن َوقَالُوا‬ ََّ ِ‫ارىَ أ َ َْو هُودًا كَانََ َمن إ‬
َ ‫ص‬َ َ‫ل ۗ أ َ َمانِيُّ ُه َْم ت ِْلكََ ۗ ن‬
َْ ُ‫صا ِدقِينََ ُكنت َُْم إِن ب ُْرهَانَ ُك َْم هَاتُوا ق‬
َ

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang
(yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong
belaka. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar“” (QS. Al
Baqarah: 111).

Allah menjawab pengakuan mereka tersebut:

َ ‫ال بِأ َ َمانِيِ ُك َْم لَّي‬


َ‫ْس‬ َ ‫ل أ َ َمان‬
ََ ‫ِي ِ َو‬ َِ ‫ل َمن ۗ ْال ِكت َا‬
َِ ‫ب أ َ ْه‬ ََ ‫ُون مِ ن لَ َه ُ يَ ِج َْد َو‬
َْ ‫ال بِ َِه يُجْزََ سُو ًءا يَ ْع َم‬ َِ ‫ّللا د‬ ََ ‫يرا َو‬
ََِّ ‫ال َو ِليًّا‬ ً ‫َص‬
ِ ‫ن‬

“Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut
angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan
dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari
Allah” (QS. An Nisa: 123).

Pengakuan tetapkan hanya pengakuan, Allah Maha Mengetahui keadaan hamba-Nya.

Dengan demikian jelaslah bahwa tidak ada gunanya mengaku-ngaku dan merasa sudah baik, sudah
shalih, sudah rajin beribadah, namun yang dilihat oleh Allah adalah amalan kita, bukan pengakuan
kita.

Apakah amalan kita sudah sesuai dengan pengakuan?

Apakah amalan kita sudah shalih?

Ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan-Nya?

Inilah yang semestinya menjadi perhatian.

Anakku...

Jelaslah bahwa kesuksesan dunia itu sama sekali bukanlah patokan kebaikan seseorang...!

Orang yang mendapat kelebihan dalam perkara dunia, bukan berarti Allah merahmatinya. Dan orang
yang diuji dengan kekurangan dalam perkara dunia, bukan berarti Allah memurkainya.

Allah Ta’ala berfirman:

‫سانَُ فَأ َ َّما‬ ِ ْ ‫ل َونَعَّ َم َهُ فَأ َ ْك َر َم َه ُ َربُّ َهُ ا ْبت ََالَهُ َما إِذَا‬
َ ‫اْل ْن‬ َِ ‫علَ ْي َِه فَقَ َد ََر ا ْبت ََالَهُ َما إِذَا َوأ َ َّما أ َ ْك َر َم‬
َُ ‫ن َربِي فَيَقُو‬ َِ ‫َال أَهَان‬
َُ ‫َن َربِي فَيَقُو‬
َ ُ‫ل ِر ْزقَ َه‬ َ َّ ‫ۗ ك‬
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya
mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. Sama sekali
bukanlah demikian!” (QS. Al Fajr: 15-17).

Anakku...

Pendapat orang-orang sholih tentang dunia, antara lain:

- Umar bin Al-Khaththab berkata,

“Kalaulah aku tidak takut kebaikanku berkurang, aku akan mengikuti pola hidup kalian yang enak.
Namun aku telah mendengar Allah menjelaskan tentang suatu kaum:

َ‫ط ِيبَاتِ ُك َْم أ َ ْذ َه ْبت ُ ْم‬


َ ‫ِب َها َوا ْست َ ْمت َ ْعت َُْم ال ُّد ْنيَا َحيَاتِ ُك َُم فِي‬

“Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniamu(saja) dan kamu telah
bersenang-senang dengannya” (Al-Ahqaaf : 20).

- Sebagian orang sholih berkata,

"Jika engkau melihat seseorang yang mengajakmu berlomba untuk dunia, maka ajaklah ia berlomba
dalam urusan agama”.

- Al-Hasan Al-Bashri berkata,

"Yang kuketahui, bahwa sebagian dari orang-orang sholih itu berusaha keras agar Allah tidak
melihatnya tertawa, sampai ia mendapatkan kepastian antara dua tempat kembalinya, di surga
ataukah di neraka”.

Ustadzah Dra. INDRA ASIH

www.iman-islam.com
#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

:::Anakku... Dunia Bukan Tolok Ukur Kesuksesan::: (Bag-2)

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁 🌿

Anakku...

Engkau sukses jika engkau bisa merealisir pelajaran dari nasehat Lukman pada anaknya, yang
mengajarkan akhlak-akhlak yang luhur.

1⃣ Jauhilah Syirik

Allah Ta’ala berfirman,

ََ ‫ي يَا يَ ِعظُ َهُ َوه ََُو ِال ْبنِ َِه لُ ْق َمانَُ قَا‬
َ‫ل َو ِإ ْذ‬ ََّ َ‫ال بُن‬ َْ ‫الِل ت ُ ْش ِر‬
ََ ‫ك‬ ََّ ِ‫ظ ْلمَ الش ِْركََ إ‬
ََِّ ِ‫ن ب‬ ُ َ‫عظِ يمَ ل‬
َ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar”.” (QS. Lukman: 13).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Lukman menasehati anaknya yang tentu amat ia sayangi, yaitu
dengan nasehat yang amat mulia. Ia awali pertama kali dengan nasehat untuk beribadah kepada
Allah semata dan tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun.”

2⃣ Berbaktilah Kepada Orang Tua

‫ص ْينَا‬
َّ ‫سانََ َو َو‬ ِ ْ ‫علَى َو ْهنًا أ ُ ُّم َهُ َح َملَتْ َهُ ِب َوا ِل َد ْي َِه‬
َ ‫اْل ْن‬ َ َ‫صالُ َهُ َو ْهن‬
َ ِ‫ْن فِي َوف‬
َِ ‫عا َمي‬ َِ َ ‫ي َول َِوا ِل َديْكََ لِي ا ْش ُك َْر أ‬
َ ‫ن‬ ََّ َ‫ير ِإل‬ ِ ‫ْال َم‬
َُ ‫ص‬

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu” (QS. Lukman: 14).

َ‫علَى َجا َه َداكََ َو ِإ ْن‬ َ ‫ن‬ َْ َ ‫ْس َما بِي ت ُ ْش ِركََ أ‬ََ ‫ال ع ِْلمَ بِ َِه لَكََ لَي‬ َ ‫ل َواتَّبِ َْع َم ْع ُروفًا ال ُّد ْنيَا فِي َو‬
َ َ َ‫صاحِ ْب ُه َما تُطِ ْع ُه َما ف‬ ََ ‫سبِي‬ ََ ‫ي أَن‬
َْ ‫َاب َم‬
َ ‫ن‬ ََّ َ‫ي ث ََُّم إِل‬
ََّ َ‫إِل‬
ُ ُ
‫ت َ ْع َملونََ ُك ْنت َُْم بِ َما فَأنَبِئ ُ ُك َْم َم ْر ِجعُ ُك َْم‬

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya
di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Lukman: 15).

Nasehat kedua ini banyak dilupakan oleh anak-anak saat ini. Banyak yang sering menyusahkan orang
tua, membuat orang tua sedih dan menangis. Namun tentu saja ketaatan pada orang tua hanyalah
dalam perkara kebaikan dan mubah. Jika mereka memaksa untuk berbuat syirik dan maksiat lainnya,
tentu tidak boleh ditaati.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Jika kedua orang tua memaksamu agar mengikuti keyakinan
keduanya, maka janganlah engkau terima. Namun hal ini tidaklah menghalangi engkau untuk
berbuat baik kepada keduanya di dunia secara ma’ruf (dengan baik)” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11:
54).

3⃣ Lakukan kebaikan sekecil apapun dan hindarilah dosa dengan keyakinan sekecil apapun perbuatan
akan dibalas Allah SWT

ََّ َ‫ن إِنَّ َها بُن‬


‫ي يَا‬ ََ ‫ن َحبَّةَ مِ ثْقَا‬
َْ ِ‫ل ت َكَُ إ‬ َْ ِ‫ن خ َْر َدلَ م‬ َ ‫ت فِي أ َ َْو‬
َْ ‫ص ْخ َرةَ فِي فَت َ ُك‬ َّ ‫ض فِي أ َ َْو ال‬
َِ ‫س َم َاوا‬ َِ ْ ‫ّللاُ بِ َها يَأ‬
َ ِ ‫ت ْاأل َ ْر‬ ََّ ‫ن‬ َََّ َ‫َخبِيرَ لَطِ يف‬
ََّ ِ‫ّللا إ‬
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ini adalah wasiat yang amat berharga yang Allah ceritakan
tentang Lukman Al Hakim supaya setiap orang bisa mencontohnya. Kezholiman dan dosa apa pun
walau seberat biji sawi, pasti Allah akan mendatangkan balasannya pada hari kiamat ketika setiap
amalan ditimbang. Jika amalan tersebut baik, maka balasan yang diperoleh pun baik. Jika jelek, maka
balasan yang diperoleh pun jelek” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11: 55).

4⃣ Dirikanlah shalat, amar ma’ruf nahi mungkar dan bersabarlah terhadap cobaan

‫ي يَا‬ َّ ‫ن َوا ْن َهَ بِ َْال َم ْع ُروفَِ َوأْ ُم َْر ال‬


ََّ َ‫ص َالَة َ أَق َِِم بُن‬ َِ ‫ع‬ َِ ‫صبِ َْر ْال ُم ْنك‬
َ ‫َر‬ ْ ‫علَى َوا‬ َ َ‫ن أ‬
َ ‫صابَكََ َما‬ ََّ ‫ن ذَلِكََ ِإ‬
َْ ِ‫ع ْز َِم م‬ َِ ‫ْاأل ُ ُم‬
َ ‫ور‬

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS. Lukman: 17).

5⃣ Janganlah sombong

َ‫ِر َو َال‬ َ ُ ‫اس َخدَّكََ ت‬


َْ ‫صع‬ َ ِ َّ‫ال لِلن‬
ََ ‫ش َو‬ َ ِ ‫ن َم َر ًحا ْاأل َ ْر‬
َ ِ ‫ض فِي ت َ ْم‬ ََّ ِ‫ّللا إ‬ ََّ ‫خورَ ُم ْخت َالَ ُك‬
ََ َُّ‫ل يُحِ ب‬
َََّ ‫ال‬ َُ َ‫ف‬

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).

6⃣ Bersikaplah tawadhu

ِ ‫ن َوا ْغضُضَْ َم ْشيِكََ فِي َوا ْق‬


َ‫ص ْد‬ َْ ِ‫ص ْوتِكََ م‬ ََ ‫ت أ َ ْنك‬
ََّ ِ‫َر إ‬
َ ‫ن‬ ْ َ ‫ص ْوتَُ ْاأل‬
َِ ‫ص َوا‬ َِ ِ‫ْال َحم‬
َ َ‫ير ل‬

“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai.” (QS. Lukman: 19).

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹
📝 Ustdzh Dra. INDRA ASIH

www.iman-islam.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

:::Mendidik Sikap Adil:::

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁

💦Ayah, sering kali kedekatan dengan sanak kerabat, menjadikan kita berlaku tidak adil.

Dari situlah muncul kekacauan dalam keluarga dan akhirnya merambah ke ranah yang lebih luas.
Kita mesti berhati-hati.

Sekali salah kemudian terulang akan menjadi rekam jejak yang sulit dihapuskan.

💦Nabi Saw mengajari kita berlaku adil meski kepada seorang anak kecil.
Dari Sahl bin Sa’ad r.a., Rasulullah Saw pernah disuguhi minuman. Beliau meminumnya sedikit. Di
sebelah kanan beliau ada seorang bocah dan di sebelah kiri beliau duduk orang tua.

Beliau bertanya kepada si bocah, “Apakah engkau rela jika minuman ini aku berikan kepada
mereka?”

Si Bocah menjawab, “Aku tidak rela, ya Rasulullah. Demi Allah, aku tidak akan memperkenankan
siapa pun merebut bagianku dari Tuan.”

Rasulullah Saw meletakkan minuman tersebut ke tangan bocah kecil itu. (H.r. Bukhari Muslim)

💦Ayah, sebagai pemimpin besar Rasulullah Saw mendidikkan nilai-nilai luhur dengan rela
berkumpul dengan anak-anak kecil dan orantua dalam suatu tempat.

Inilah nilai ketawadhuan sekaligus keadilan yang menjadi jembatan menuju kecintaan.

Tanpa jarak, rasa cinta itu tumbuh sekaligus merekahkan berkah berjamaah.

Bahkan hak seorang bocah kecil terlindungi dalam naungan cinta. Nabi memberi ruang dengan
bertanya kepadanya.

Prolog Nabi ini membangun rasa aman, menumbuhkan rasa hormat, menambahkan rasa cinta dan
menghadirkan moralitas yang luhur akan pentingnya menanamkan nilai keadilan di tengah umat,
terhadap siapa pun.

Namun bagaimana bila Ayah dihadapkan pada orang-orang yang begitu dekat dan begitu cinta yang
hendak melakukan upaya mencederai keadilan seperti yang dilakukan Usamah, orang yang dicintai
Nabi.

Usamah diutus menjadi perantara bagi keluarga Bani Makhzum yang kedapatan melakukan tindak
kriminal untuk meminta keringanan hukuman.

💧Namun, sikap tegas Nabi menjadi sebuah monumen bersejarah, “Seandainya Fatimah binti
Muhammad mencuri, maka akan aku potong tangannya.”
Itulah keadilan Nabi.

Akhirnya Siapa pun tak bermain-main untuk mempermainkan hukum.

💦Ayah, ujian terbesar bagi seorang ayah adalah ketika yang terlibat kasus hukum adalah anaknya
sendiri sedangkan ayah dituntut menegakkan keadilan itu. Inilah saat-saat integritas harus benar-
benar ditegakkan.

Bagaimana mampu berlaku adil terhadap darah dagingnya sendiri, orang-orang yang dicintai. Lebih-
lebih bila hal itu akan berimplikasi kepada harta, jabatan, kehormatan. Bagaimana seorang Ayah
harus bersikap?

🌷Syuraih dikenal sebagai hakim yang adil dan piawai dalam menyelesaikan masalah-masalah pelik.
Kini beliau harus memutuskan kasus hukum yang menimpa anaknya.

Syuraih yang terkenal keadilannya didatangi oleh putranya.

Dia berkata, “Ayah, saya punya masalah dengan seseorang. Tolong Ayah dengar dulu
permasalahannya. Jika menurut Ayah saya yang benar, maka saya bermaksud membawanya ke
pengadilan. Namun jika sebaliknya, saya akan menyelesaikannya secara damai.”

Setelah mendengar pemaparan permasalahannya, hakim Syuraih tahu bahwa putranya berada di
pihak yang salah. Namun dia tidak memberitahukannya secara terus terang.

Bahkan sebaliknya dia mendorong putranya untuk maju ke pengadilan. “Perkarakan saja ke
pengadilan,” begitu kata Qadhi Syuraih kepada putranya.

Ketika sidang digelar, putranya tidak menyangka ternyata ayahnya, Qadhi Syuraih sebagai hakim
menyatakan putranya kalah dalam perkara tersebut.

Anak itu marah dan kecewa. Dia merasa ditipu oleh ayahnya sendiri. Setelah keduanya sama-sama di
rumah, sang anak melampiaskan kekecewaan kepada ayahnya.

Syuraih pun menjelaskan, “Dengarlah, wahai anakku. Di dunia ini kamu adalah orang yang paling aku
cintai. Namun, Allah jauh lebih aku cintai.
Seandainya aku berterus terang bahwa kamu berada di pihak yang salah sebelum kamu maju ke
pengadilan, aku khawatir kamu akan berdamai dengan cara menyuap orang yang punya masalah
denganmu. Bila itu kamu lakukan, itu sama sekali tidak bisa dibenarkan, wahai anakku.”

Sikap adil Qadhi Syuraih telah melahirkan rasa aman bagi lawan hukum anaknya. Pada saat yang
sama sikap ini mengajarkan kepada anaknya rasa aman bagi yang lain. Rasa aman karena tidak
melanggar hukum apalagi menyuap orang lain. Inilah pendidikan tentang keluhuran jiwa agar anak-
anak berani bertanggung jawab.

💦Ayah, memang anak-anak kita tidak harus selalu berhasil dalam semua hal, namun pastikan
bahwa mereka harus bertanggung jawab menjadi dirinya sendiri.

Sehingga, setiap anak akan belajar untuk menghormati hukum, peraturan, dan menjunjung nilai-nilai
keadilan. Ini adalah kerja iman yang tertanam dalam jiwa dan hati anak-anak kita. Iman yang
menghidupkan. Iman yang melahirkan keluhuran jiwa.

Bagaimana memulainya?

Keteladanan ayah dalam menegakkan keadilan pada setiap permasalahan keluarga akan menjadi
bekal yang mahal bagi ananda tercinta.

Mereka yang akan merekam sikap ayah dalam file fitrah yang akan diputar saat mereka menghadapi
masalah.

Keadilan sikap ini perlu dikomunikasikan agar tidak disalahtafsirkan oleh anak-anak kita. Sebab, jika
tidak dikomunikasikan akan bisa menimbulkan permasalahan yang lebih besar.

Qadhi Syuraih telah mengajarkan komunikasi itu dengan indah sehingga putranya bisa menerimanya
dan masyarakat merasa aman karenanya.

💦Semoga kita bisa meneladani kisah ini dan menerapkannya dalam membersamai anak-anak kita
agar berintegritas, berkeadilan, tidak mendompleng kepada kebesaran ayahnya dalam soal hukum
dan keadilan.

🌿🌺🍂🍀🌼🍄🌷🍁🌹
📝 Ustadz Solikhin

www.iman-islam.com

#Materi Spesial Kuliah Keluarga Sakinah

- Mewujudkan Keluarga Sakinah Dalam Naungan Ridha-Nya -

www.menikah-islami.blogspot.com

WA : 082138929596

#Diperbolehkan share materi setelah program ini selesai

:::Pengumuman-pengumuman Kuliah Keluarga Sakinah:::

- Bagi peserta yang sudah siap menikah bisa mendaftar dalam program Kontak Jodoh Islami
(KJI) Annisa. Prosedurnya InsyaAllah akan kami infokan setelah ini.

- Bila berkenan, mohon tidak keluar dari group. InsyaAllah kami akan tetap memberikan materi-
materi pilihan sepekan sekali.

Jazaakumullah khairan atas perhatiannya


Spesial Untuk Muslim & Muslimah

(Gadis, janda, perjaka maupun duda)

"Kontak Jodoh Islami Annisa"

-Solusi Syar'i Menuju Pernikahan Islami-

Lintas harakah, lintas organisasi yang penting muslim/muslimah tanpa melihat latar belakang
harakah/ organisasi /tempat mengaji.

Tidak menerima anggota dari Syiah, Ahmadiyah, Gafatar & aliran sesat lainnya.

Persyaratan ;

1. Muslim / Muslimah

2. Sudah siap menikah

3. Mengisi formulir ta'aruf

4. Mengirimkan foto terbaru setengah badan dan seluruh badan

5. Mengikuti salah satu program kami (Karimah, Kiprah, KKS atau KIPAS)

Kerahasiaan terjaga karena identitas anggota Kji Annisa tidak dipublikasikan. Hanya panitia khusus
dan orang-orang yang berkepentingan yang tahu.

Tersedia forum khusus Karimah di group WhatsApp bagi anggota untuk saling mengenal, saling
berbagi, memperbaiki diri & menjalin ukhuwah sesama anggota di seluruh Indonesia.

Sudah lebih dari 500 anggota KJI Annisa yang tersebar di seluruh Indonesia.

Gratis konsultasi masalah taaruf, pernikahan & keislaman.

Prosedur Kontak Jodoh Islami Annisa ;

1. Peserta mendownload formulir dengan link berikut ini :

- https://www.dropbox.com/s/xo87qi6lff5sngn/Biodata%20Taaruf%20Kontak%20Jodoh%20Islami%
20Annisa.docx?dl=0
Atau

-
https://onedrive.live.com/redir?resid=8CBF4C05380024DB!1087&authkey=!AHDWlZN0E1_sU08&ith
int=folder%2cdocx

Bila tidak berhasil mendownload dengan link tersebut, dimohon berkenan untuk konfirmasi ke
panitia menyertakan alamat email via WA ke 085292004056, insyaAllah akan dikirimkan via email.

2. Setelah selesai mengisi formulir taaruf, dimohon mengirimkan via email ke:
forumtaaruf@gmail.com beserta foto berwarna terbaru setengah badan dan seluruh badan.
Dimohon untuk konfirmasi ke admin via WA bahwa telah mengirimkan formulir taaruf. Mohon
bersabar menunggu konfirmasi dari admin.

3. Program KJI Annisa pada dasarnya gratis, namun apabila berkenan diperbolehkan berinfaq sesuai
kemampuan untuk operasional, kegiatan dan pengembangan dakwah serta kesejahteraan da'i.

Infak bisa dikirim ke:

No. Rek BSM ; 7017802245 a.n MIFTAHUDIN

atau bisa juga dengan membelikan pulsa ke no hp 085292004056

Mohon berkenan konfirmasi bila sudah berinfaq untuk kerapian administrasi.

4. Peserta KJI Annisa yang memiliki WA dimohon berkenan mengikuti program MKJI (Majelis Kontak
Jodoh Islami) untuk menjalin komunikasi dengan kami dan bersama peserta lain memperbaiki diri.

5. Setelah mempertimbangkan kriteria calon pasangan hidup yang dicari, maka panitia akan
memilihkan peserta lain sesuai kriteria yang ditulis dalam biodata taaruf. Dalam waktu kurang lebih
3 bulan, panitia akan menghubungi pihak pemohon jika ada calon sesuai kriteria melalui sms / WA.

6. Bila sudah sama-sama cocok dengan biodata masing-masing, maka akan ada ta'aruf lanjutan
dengan didampingi perantara sebagai sarana untuk melihat langsung dan saling bertanya mengenai
hal-hal yang perlu penjelasan dari biodata yang sudah diterima.

Waktu dan tempat ta'aruf sesuai kesepakatan dengan masing-masing pihak dengan
mempertimbangkan domisili.
7. Bila domisili masing-masing pihak di wilayah Jogjakarta maka panitia akan mengusahakan agar
bisa memerantarai langsung, namun apabila domisili masing-masing pihak diluar Jogjakarta maka
masing-masing pihak diminta untuk mencari pendamping yang menjadi perantara proses ta'aruf
tersebut.

Bila diperlukan, sebelum agenda ta'aruf langsung tersebut di jalani, panitia memberikan kesempatan
ke pihak-pihak yang akan bertaaruf untuk bertanya jawab lewat sms / WA terlebih dahulu, tentunya
tetap ada perantara yaitu sms / WA dari panitia.

8. Setelah ta'aruf langsung dijalani, panitia memberi waktu maksimal 1 bulan pada masing-masing
pihak untuk istikharah, mempertimbangkan lagi apakah mau lanjut ke jenjang selanjutnya atau tidak,
sekaligus sebagai sarana pengkondisian keluarga masing-masing pihak. Bila sudah sama-sama yakin,
maka panitia akan menyerahkan proses selanjutnya kepada pihak yang bertaaruf karena sudah
masuk ke proses antar keluarga. Panitia akan membantu bila memang diperlukan, seperti
mendampingi pihak-pihak yang sedang ta'aruf saat perkenalan awal dengan keluarga.

Program spesial lainnya :

ABM (Akademi Beladiri Muslim)

APMAJA (Akademi Panahan Muslim Jogja)

HASTA-Qu (Hafalan Satu Hari Satu Ayat Al-Qur'an)

KATA-Qu (Kajian Tadabbur Al-Qur'an)

KIBAR (Kuliah Singkat Bahasa Arab)

KILAT-Qu (Kuliah Singkat Tahsin Al-Qur'an)

KIPAS (Kuliah Parenting Spesial)

KIPRAH (Kuliah Pra Nikah)

KISAH plus (Kuliah Intensif Al-Qur'an dan Hadits)

KISSAH (Kuliah Intensif Islam Kaffah)

KITABI (Kajian Intensif Kitab Islami)

KJI Annisa (Kontak Jodoh Islami Annisa)

KKS (Kuliah Keluarga Sakinah)

Jihad Pagi (Kajian Ahad Pagi)

KONSTAN (Konsultasi Taaruf, Pernikahan & Keislaman)

MKJI (Majelis Kontak Jodoh Islami)


SMST Community (Layanan Tausiyah Islami, Penyejuk Hati Generasi Qur'ani)

SUKMA (Silaturahim, Ukhuwah & Kajian Muslimah)

Info: 085292004056 (WA)

www.menikah-islami.blogspot.com

Organizers ;

Tim Da'i KJI Annisa

Sekretariat ; Kompleks Masjid Raya Arrasul Jl. Karanglo no.94 Kotagede, Jogjakarta

:::Kata Penutup Kuliah Keluarga Sakinah:::

Alhamdulillah, tanpa terasa sudah lebih dari 3 bulan kita lalui bersama. Bersama belajar kesabaran,
memperbaiki akhlak dan menambah keilmuan. Semuanya bermuara pada satu tujuan, yakni mencari
ridha Allah Ta'ala.

Kami sebagai manusia tentunya tidak luput dari kesalahan. Baik dalam pilihan kata maupun respon
yang terkadang kurang cepat karena banyaknya kesibukan.

Bila berkenan, kami mohon maaf bila ada kata yang kurang berkenan di hati selama ini. Ataupun
kesalahan lainnya yang terkadang tidak kami sadari.

Kami berharap semoga seluruh peserta bisa mengamalkan ilmu yang telah diterima dan senantiasa
tidak bosan untuk terus menimba ilmu.
Sekali lagi kami mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati.

Jazaakumullah khairan atas perhatiannya

Jogjakarta, 13 Agustus 2016

Admin & pembina KKS

Anda mungkin juga menyukai