Anda di halaman 1dari 120

Jamaludin, S.

Pd

Teacherpreneur
Kiat Menjadi Guru Profesional
Berbudaya Entrepreneurship

EnDeCe Press
TEACHERPRENEUR
Kiat Menjadi Guru Profesional
Berbudaya Entrepreneurship

Penulis : Jamaludin, S.Pd


Editor : Arifuddin M. Arief
Lay Out : Den Binikna
Desain Cover : Den Binikna

EnDeCe Press
Jln. Tanderante Lr. Kenangan No. 9B
Kel. Kabonena, Palu Barat, Sulawesi Tengah
Telp. (0451) 462285, 08124290194

Cetakan Pertama, Januari 2014


Testimoni

“Guru bukan hanya dituntut untuk mentransformasi


pengetahuan, sikap mental dan keterampilan anak
didik, tetapi dituntut untuk memiliki kompetensi secara
universal baik dalam pengembangan diri secara internal
mau­p un secara eksternal. Termasuk kompetensi jiwa
entrepreneurship sebagai jawaban tuntutan globalisasi.
Sejahtera diri, sejahtera guru, dan sejahtera masyarakat
itulah visi dan alur pikiran yang tertuang dalam buku ini”.

Drs. Nursalam, MM
Ketua PGRI Provinsi Sulawesi Tengah

“Sebagai Pengurus Yayasan Karuna Dipa merasa


bangga dan bahagia salah seorang guru SMA Karuna Dipa
Palu dapat menyumbangkan karyanya yaitu menyusun
se­b uah buku tentang profesi guru. Dari judul buku ini
“TeacherPreneur: Kiat Menjadi Guru Profesional Berbudaya
Entrepreneurship” Isinya sangat menyentuh kehidupan
guru saat ini. Buku ini merupakan terobosan baru dalam
dunia pendidikan yang memiliki nilai dan wawasan baru
yang memadukan antara profesional dan bisnis. Sehingga
tidak berlebihan saya mengatakan Penulis merupakan guru

v
yang sudah berpengalaman dan profesional, peduli sesama
guru, dan berjiwa bisnis”.

Robby Chandra
Ketua Yayasan Karuna Dipa dan Pengusaha

“Persaingan di dunia pendidikan saat ini sulit dihindari,


karena kebutuhan masyarakat terus berkembang sesuai
dengan tuntutan jaman. Seorang guru yang bergelut dalam
dunia pendidikan tentu dituntut untuk terus kreaktif dan
memngembangkan profesional. Buku “Teacher Preneur:
Kiat Menjadi Guru Profesional Berbudaya Entrepreneurship”
merupakan salah satu buku referensi yang dapat dimilki
oleh para guru atau calon guru (mahasiswa) untuk menjadi
spirit dalam meningkatkan profesional. Isi buku ini sangat
sederhana tapi luar biasa, karena apa yang dilakukan guru
selama ini tanpa disadari sesungguhnya sangat berpotensi
untuk menjadi suatu bisnis”.

Drs. H. La Ode Baisu, M.Si


Dosen FKIP Universitas Tadulako Palu.

Filosofi bisnis saat ini telah memasuki disegala segi


kehidupan manusia, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan
dalam hal ini guru sebagai pelaku bisnis. Memang menjadi
problematik jika seorang guru terlibat dalam suatu usaha
atau bisnis, tetapi itulah kenyataan yang berkembang saat
ini. Disisi lain guru selalu dituntut untuk meningkatkan

vi
profesionalnya sebagai pelayan anak didik. Buku “Teacher
Preneur: Kiat Menjadi Guru Profesional Berbudaya Entre­
preneurship” merupakan salah satu buku referensi sekaligus
penuntun para guru untuk berbisnis, tetapi masih dalam
kontek prefesi sebagai guru. Saya sebagai pelaku bisnis
yang bergerak dalam dunia pendidikan sangat tertarik
dengan isi buku ini, semoga menjadi spirit dan motivator
bagi guru dan calon guru yang berjiwa bisnis.

Asdar, S.Pi
Pelaku Bisnis

vii
viii
Kata Pengantar

Saya tidak pernah menduga dan bermimpi menjadi


sorang penulis, karena saya dilahirkan dan dibesarakan
dari lingkungan keluarga yang kurang faham tentang
menulis. Motivasi untuk menulis tumbuh setelah Allah
SWT mempertemukan saya dengan orang-orang hebat
dan luar biasa. Merekalah yang merupakan motivator
saya untuk memulai menulis. Bermula dengan pertemuan
saya dengan Arifuddin M. Arif (Presiden Komisaris Rumah
Cerdas Entrepreneur Indonesia (RCEI) sekaligus sebagai
Direktur Education Development Center Sulawesi Tengah),
dan Ambo Tang Tibi (Direktur Rumah Cerdas Entrepreneur
Indonesia (RCEI), serta dengan sang Motivator dan Trainer
Kepenulisan Bapak Abdul Hakim El Hamidy yang datang
pada tanggal 5 Nopember 2013 di Palu melakukan training
kepenulisan.
Pengalaman yang sangat luar biasa dan berharga ini
sulit saya gambarkan, hanyalah saya bersyukur kepada
Allah SWT. Insya Allah pertemuan ini merupakan awal
kebangkitan saya untuk menulis. Sebagai penulis pemula,
tentu banyak hambatan dan tantangan, tetapi hambtan itu
dapat teratasi, karena selalu konsultasi terutama dengan

ix
Arifuddin M. Arif dan dorongan moril dari segenap keluarga,
terutama istri tercinta Irma Gani, SH. Di sisi lain, walaupun
telah berusaha secara maksimal, saya menyadari bahwa
buku ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran
dari semua pihak sangat diharapkan.
Buku ini hanyalah merupakan salah satu instrumen
motivasi terutama bagi guru, untuk selalu meningkatkan
kreaktifitas berbasis spirit entrepreneurship dan profesional.
Tuju kiat yang saya tawarkan dalam buku ini untuk
meningkatkan profesional sebagai guru, sesunggunya su­
dah merupakan aktifitas guru setiap harinya. Yang menjadi
pertanyaan apakah guru sudah mendesain dengan baik
tujuh kiat tersebut. Ternyata, belum semua guru telah
mendesain dengan baik, salah satu contoh menyusun LKS
atau menyusun Bank Soal. Padahal kegiatan ini merupakan
aktifitas guru setiap mengajar di kelas, karena pasti guru
malakukan pos test atau pra test.
Dilandasi pemikiran di atas, saya mencoba memberikan
motivasi yang dilengkapi dengan langkah-langkah dan cara
menyusunnya. Sedangkan bisnis hanya merupakan imbas
dari peningkatan profesional. Oleh karena itu, mulailah dari
sekarang untuk berbuat menuju guru yang profesional dan
sejahtera. Amin!.
Palu, 5 Desember 2013
Penulis,

Jamaludin, S.Pd.

x
Daftar Isi

Kata Pengantar ix

Bagian 1: Be a Professional Teacher 1

1. Guru Sebagai Profesi 2


2. Kode Etik Guru 5
3. Standar Kompetensi Guru 8
4. Guru Profesional 11

Bagian 2: Membangun Budaya TeacherPreneur 17

1. Bolehkah Guru Berbisnis? 18


2. Tujuh Peluang Usaha Berbasis Teacher­
Preneurship 21
• Mengelola dan Mengajar Les Privat 21
• Mengelola Atau Mengajar Bimbingan Belajar 27
• Menulis Buku 30
• Menulis di Media Masa 55
• Menyusun LKS dan Bank Soal 61

xi
• Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 65
• Mengikuti Forum Ilmiah Guru (FIG) 89

Daftar Pustaka 95
Lampiran 1 97
Lampiran 2 99
Lampiran 3 103
Sekilas Tentang Penulis 107

xii
Bagian 1
Be a
Professional
Teacher
1. Guru Sebagai Profesi
Profesi dan pekerjaan sering kita dengar di masyarakat. Pada
umumnya, masyarakat awam tidak dapat membedakan
antara profesi dan pekerjaan. Mungkin termasuk anda.
Untuk lebih memahami perhatikan contoh berikut ini: sopir,
pedagang asongan, dokter, dan guru. Sopir dan pedagang
asongan termasuk pekerjaan. Adapun dokter dan guru
termasuk profesi.
Contoh di atas dapat diberikan pengertian bahwa
profesi adalah suatu pekerjaan berdasarkan basic sains
dan teknologi tetentu sehingga diperlukan pendidikan
dan keahlian (skill) tertentu, sedangkan pekerjaan adalah
kegiatan manusia yang menggunakan tenaga, pikiran,
peralatan, tetapi tidak memerlukan keahlian (skill) tertentu.
Guru atau profesi guru bukanlah sesuatu istilah yang
asing didengar, karena gurulah yang mengubah hidup
dari tidak tau menjadi tau, dari bodoh menjadi pintar.
Sesungguhnya harus bangga dan diakui bahwa dari
tangan gurulah sehingga melahirkan pemimpin terkenal,
pengusaha sukses, politikus hebat, bahkan menjadi guru.
Guru begitu besar jasanya dalam mencerdaskan anak-
anak bangsa, sehingga muncul ungkapan “Pahlawan Tanpa
Tanda Jasa”. Ungkapan ini sebagian guru menganggap
suatu pelecehan profesi, karena guru merupakan pahlawan
berijazah dan berjasa. Hal itu tidak dapat diungkiri bahwa
ungkapan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” selalu menarik

2 Teacherpreneur
untuk diperbincangkan samapai kapan pun, apalagi ka­
lau itu dikaitkan dengan kompetensi, status sosial, dan
kesejahtraan guru. Hal ini selalu menjadi fokus perhatian,
baik di kalangan internal guru, orang tua, maupun ma­
syarakat luas, karena pola hidup guru yang selalu menjadi
perhatian para siswanya. Namun, sahabat guru tidak perlu
memperdebatkan ungkapan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”,
tetapi marilah berkarya untuk bangsa dan anak cucu yang
akan melanjutkan estafet bangsa.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun
2009 Bab I Pasal 1 Ayat 2 bahwa yang dimaksud dengan
guru adalah “pendidik profesional dengan tugas utama
men­didik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar
dan pendidikan menengah”.
Permen PAN tersebut dapat difahami bahwa tugas dan
peran guru sangat besar, bahkan guru pada hakikatnya
merupakan komponen strategis yang memilih peran penting
dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan,
keberadaan guru merupakan faktor yang tidak mungkin
digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan
bangsa sampai kapan pun.
Predikat yang bergengsi tersebut pantas dialamatkan
kepada guru yang benar-benar berprofesi sebagai guru
atau guru yang berjiwa guru. Hal ini karena eksistensi,

Be a Professional Teacher 3
beban, dan tugas guru kontemporer berkembang ke arah
yang lebih kompleks. Sekarang, guru dihadapkan dengan
berbagai problem, misalnya kemajuan teknologi di bidang
pendidikan, kondisi sosial masyarakat yang cenderung
anarkis, serta kebijakan pemerintah yang terus berkembang
sehingga dibutuhkan guru yang benar-benar kreatif dan
profesional.
Berdasarkan dengan perkembangan zaman dan per­
saingan global, maka pengembangan beban tugas guru
tidak sekedar berupa aktivitas mencerdaskan, tetapi
guru lebih dituntut untuk dapat menyiapkan peserta didik
menjadi manusia yang unggul, memiliki integritas, disiplin,
siap bersaing secara sehat, dan berdaya nalar tinggi serta
memiliki wawasan nasional dan internasional yang luas.
Hal ini menunjukkan bahwa spektrum tugas yang di­
emban guru lebih luas dari pada sekedar proses men­
transmisikan aspek yang termuat dalam ranah kongnitif,
afektif dan psikomotorik. Dalam spektrum tugas guru terdapat
fungsi-fungsi produktifitas. Guru harus mampu menjadi
media dan wadah bagi peserta didik dalam menyampaikan
ide-ide mereka, membangun pola pikir nasional dengan
melontarkan argumentasi dalam berpendapat.

4 Teacherpreneur
2. Kode Etik Guru
Sebagai guru, sangat menyadari bahwa pendidikan
merupakan pengabdian baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sebagai pencipta alam dan seisinya, sebagai
bakti pada bangsa, negara, maupun kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang menjiwai Pancasila dan
setia pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggung
jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945, yaitu kesejahteraan,
keadilan dan kemakmuran. Oleh sebab itu, guru senantiasa
terpanggil untuk menyumbangkan pikiran dan karyanya,
terutma di bidang pendidikan. Namun, guru Indonesia
menyadari bahwa dalam menyumbangkan pikiran dan karya
terhadap bangsa dan negara tidak semudah membalikkan
tangan. Untuk itu, diperlukan suatu asas atau pedoman
dalam menjalankan tugas profesional.
Menyadari hal tersebut di atas, maka pada Kongres PGRI
XIII pada 21-25 Nopember 1973 di Jakarta menghasilkan
Kode Etik Guru. Kode Etik yang dihasilkan lebih dikenal
dengan Kode Etik Guru Indonesia.

Apa itu kode etik guru itu?


Sehubungan dengan kode etik guru, masih ada
sebagian masyarakat bahkan mungkin sebagian guru
belum memahami sepenuhnya apa itu kode etik guru. Untuk
lebih jelas saya kutipkan hasil kongres PGRI bagian satu

Be a Professional Teacher 5
pasal 1 yang menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia
adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh
guru-guru Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku
dalam menjalankan tugas profesi sebagai pendidik, anggota
masyarakat, dan warga negara.

Apa saja yang menjadi kode etik guru Indonesia?


Ada sembilan poin kode etik guru yang disepakati dalam
Kongres dan telah disempurnakan pada Kongres XVI tahun
1989 di Jakarta yaitu:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk
membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
ber­jiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran pro­
fesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang pe­
serta didik sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya
yang menunjang berhasilnya proses belajar-
mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua
murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina
peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.

6 Teacherpreneur
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama me­
ngembangkan dan meningkatkan mutu dan mar­
tabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat
kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan me­
ning­katkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah
dalam bidang pendidikan.
Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa kode etik guru
merupakan dasar hukum serta pedoman bagi guru dalam
menjalankan tugas, baik sebagai pengajar, pendidik,
maupun pembimbing peserta didik. Di samping itu, kode
etik juga merupakan pedoman pergaulan bagi guru, baik
di sekolah maupun di luar sekolah. Berkaitan dengan kode
etik, perhatikan tema hari guru nasional 2013 dan hari ulang
tahun PGRI ke 68 sebagai berikut:

“Wujudkan Guru Kreaktif dan Inspiratif dengan


Menegakkan Kode Etik untuk Penguatan Implementasi
Kurikulum 2013”
Tema tersebut dapat dimaknai bahwa kurikulum 2013
adalah merupakan upaya pemerintah dalam rangka pe­
ngembangan dan penyempurnaan kuriukulum se­belum­nya
(KTSP). Dalam rangka implementasi kuri­kulum 2013 ini,
tentu banyak persoalan yang dihadapi, sehingga dibutuhkan

Be a Professional Teacher 7
guru yang kreatif dan inspiratif yang berpedoman pada kode
etik. Dengan demikian, kode etik merupakan pedoman
sekaligus alat kontrol bagi guru dalam menjalankan tugas,
baik sebagai pengajar, pendidik, maupun pelatih.

3. Standar Kompetensi Guru


Apa itu kompetensi guru ?. Berdasarkan pasal 1 ayat
10 Undang-Undang Guru dan Dosen, yang dimaksud
dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh pendidik dan tenaga kependidikan dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Sedangkan pasal 10
UU Guru dan Dosen jo. Pasal 28 Ayat (3) PP No. 19 tahun
2005 menentukan bahwa kompetensi pendidik sebagai
agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a. Kompetensi Pedagogis
b. Kompetensi Kepribadian
c. Kompetensi Profesional
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi Padagogis merupakan kemampuan
guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meliputi:
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2. Pemahaman terhadap peserta didik;
8 Teacherpreneur
3. Pengembangan kurikulum atau silabus;
4. Perancangan pembelajaran;
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dia­
logis;
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran;
7. Evaluasi hasil belajar;
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktua­
lisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya men­
cakup kepribadian yaitu:
1. Beriman dan bertakwa;
2. Berakhlak mulia;
3. Arif dan bijaksana;
4. Demokratis;
5. Berwibawa;
6. Stabil;
7. Dewasa;
8. Jujur;
9. Sportif;
10. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
11. Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri;
12. Mengembangkan diri secara mandiri dan ber­
ke­
lanjutan.

Be a Professional Teacher 9
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru se­
bagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya
meliputi:
1. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara
santun;
2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional;
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
dengan mengindahkan norma serta sistem nilai
yang berlaku;
5. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan se­
mangat kebersamaan.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru
dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya se­
kurang-kurangnya meliputi penguasaan:
1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai
dengan standar isi, program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran
yang akan diampuh;
2. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi,
atau seni yang relevan, yang secara konseptual
menaungi atau koheren dengan program satuan

10 Teacherpreneur
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok
mata pelajaran yang akan diampuh.
Uraian di atas, dapat dimaknai bahwa guru begitu besar
perannya dalam kehidupan bangsa dan negara terutama
dalam dunia pendidikan, sehingga dituntut menugusai
berbagai kompetensi. Kompetensi tersebut tidaklah mudah
bagi guru, karena guru selain sebagai pengajar di kelas
juga sebagai panutan terutama bagi peserta didik. Oleh
sebab itu, untuk mengaplikasikan kompetensi-kompetensi
tersebut dibutuhkan guru yang kreaktif dan inspiratif yang
dilandasi kode etik.

4. Guru Profesional
Apa itu guru profesional? Guru profesional, pada dasarnya
adalah guru yang telah memiliki atau menguasai empat
standar kompetensi, yaitu; kompetensi pedagogis, ke­
pribadian, profesional, dan sosial. Sebagai tanda bukti
bahwa guru sudah memiliki standar kompetensi terutama
kompetensi profesional, yaitu adanya sertifikat profesi atau
sertifikasi guru. Sertifikasi guru saat ini lagi trend, karena
bila telah memiliki sertifikat akan mendapatkan tunjangan
profesi sebesar satu kali gaji pokok, dan bagi guru non PNS
diberikan tunjangan sesuai gaji pokok inpassing. Misalnya,
inpassing III/d maka tunjangan profesinya sebesar gaji
pokok golongan III/d PNS.

Be a Professional Teacher 11
Sebagai guru profesional dituntut mampu meng­
akomodasi dimensi intrisik atau ukuran pribadi guru yang
sasarannya adalah mampu menciptakan proses pen­
didikan secara universal. Dalam hal ini, guru mengemban
misi sejati yaitu memproduksi out put berpengetahuan
luas, berkepribadian luhur dan memiliki kemauan untuk
maju. Dengan perspektif instrumental atau alat pandang
pendidikan, guru menjadi ujung tombak dalam rangka
menjadikan pendidikan sebagai instrumen inovasi sosial
yang berhasrat maju (progresif) dengan misi utama
menciptakan kesinambungan out put dengan kebutuhan
dunia kerja. Sehingga keberadaan seorang guru pro­
fesional menjadi sangat dibutuhkan dan diidolakan, bila
dia berhalangan hadir akan membuat peserta didik dan
guru yang lain merasa kehilangan. Guru jenis ini, dalam
aktifitas sehari-harinya memang selalu tersenyum tulus
ketika berjumpah siapa pun, bertutur kata sopan, rama,
berpenampilan rapi, bersih, bersahaja, tidak sombong
meskipun ilmu dan golongannya lebih tinggi, bertindak
independen terhadap atasan dan sesama guru, serta
beribadah dengan sangat baik.
Guru profesional selalu dituntut untuk mengikuti
per­
kembangan dan perubahan zaman, terutama per­
kembangan dunia pendidikan dan karakter para peserta
didik yang selalu mengikuti keadaan lingkungan dan
zaman. Istilah yang lagi trend bagi peserta didik saat ini
adalah guru harus tampil “Gaul” bukan “Galau” atau lebih
dikenal “Guru Gaul”. Sepintas kita dengar istila “guru

12 Teacherpreneur
gaul” mungkin bisa ditafsirkan ke arah yang negatif, tetapi
sebagai guru profesional harus arif memaknai suatu istilah
apalagi berhungan dengan profesi guru.
Seorang pakar pendidikan sekaligus seorang penulis
yaitu Arifuddin M. Arif (2013) memiliki kepekaan melihat
istilah tersebut sehingga beliau menguraikan secara rinci
sebagai berikut: “Guru Gaul” merupakan akronim dari
GAUL yaitu Guru yang Antusias, Unggul, dan Luwes.
Sedang­kan GALAU merupakan akronim dari Guru yang
Apatis, Lebay, Apa adanya, dan Ujub. Jadi guru yang dahsyat
adalah guru yang memiliki performance (penampilan yang
antusias, unggul, dan luwes. Bukan guru yang suka apatis,
lebay, tampil apa adanya, dan suka ujub (banggakan diri)
secara berlebihan.
Untuk menambah pemahaman tentang guru profesional
dapat dibaca dalam kutipkan sebuah artikel di: http://
jembersantri.blogspot.com/2013/08/10-ciri-ciri-guru-
profesional.html. Memberikan 10 ciri-ciri guru profesional.
10 ciri-ciri guru profesional yang dimaksud diuraikan se­
bagai berikut:

1. Selalu memiliki energi untuk peserta didiknya


Guru yang baik harus memberikan perhatian pada
peserta didik saat melakukan diskusi atau percakapan
di dalam maupun di luar kelas. Guru yang baik pun
harus memiliki kemampuan mendengar yang baik dan
saksama.

Be a Professional Teacher 13
2. Memiliki tujuan jelas untuk pelajaran.
Setiap pelajaran yang diajarkan haruslah memiliki
tujuan dan manfaat tertentu. Seorang guru yang baik
seharusnya menetapkan tujuan jelas pada setiap
pelajaran yang diajarkan. Selain itu, sang guru harus
bekerja guna memenuhi tujuan tertentu yang telah
ditetapkan dalam setiap kelas.

3. Menerapkan kedisiplinan;
Sebagai figur yang akan dicontoh peserta didik, guru
harus memiliki kedisiplinan. Kedisiplinan sangat penting
dimiliki oleh seorang guru agar mampu menciptakan
perubahan perilaku positif baginya dan bagi peserta
didik di dalam kelas.

4. Memiliki manajemen kelas yang kaik.


Seorang guru wajib memiliki manajemen atau cara
mengatur kelas yang baik. Dalam hal ini, guru dituntut
untuk menciptakan suasana kondusif dalam kelas.
Guru harus memastikan peserta didiknya memiliki
perilaku baik saat belajar maupun berdiskusi dengan
kelompok. Guru pun harus menanamkan rasa hormat
pada seluruh komponen di dalam kelas.

5. Menjalin komunikasi dengan orang tua


Guru yang baik harus menjalin komunikasi yang baik
pula dengan orang tua peserta didik. Sang guru harus
mengabarkan hal-hal yang berkaitan dengan peserta

14 Teacherpreneur
didik selama di sekolah, termasuk dalam hal perilaku,
prestasi, dan kedisiplinan. Guru yang baik harus mampu
bekerja sama secara terbuka dengan orang tua demi
kebaikan dan kemajuan peserta didik.

6. Menaruh harapan tinggi pada peserta didik.


Seorang guru harus mampu menciptakan harmonisasai
dan semangat belajar yang baik guna meningkatkan
potensi dan prestasi peserta didik. Guru harus
mendukung potensi terbaik setiap peserta didik
dan meyakinkan bahwa potensi tersebut mampu
mendatangkan manfaat dan keuntungan. Dalam hal ini,
guru bertindak sebagai motivator yang baik.

7. Mengetahui kurikulum sekolah


Untuk memberikan pengajaran yang baik dan tepat,
seorang guru harus menguasai serta mengetahui
kurikulum yang ditetapkan sekolah berikut standar-
standar lain secara mendalam. Dengan demikian,
guru akan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan
pengajaran yang memenuhi standar.

8. Menguasai materi yang diajarkan


Hal ini merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi
oleh setiap guru ketika memulai pelajaran. Guru yang
baik harus memiliki pengetahuan luar biasa mengenai
materi yang di bawanya. Pengetahuan yang cukup akan
memudahkan guru untuk menjawab semua pertanyaan
yang diajukan peserta didk.

Be a Professional Teacher 15
9. Selalu memberikan yang terbaik bagi peserta didik
Seorang guru yang baik pasti memberikan gairah
mengajar terbaik yang ia miliki. Guru yang baik
akan merasa senang saat berada dalam kelas dan
mengajarkan berbagai pengetahuan pada peserta
didik. Sang guru pun akan memastikan bahwa pelajaran
yang disampaikannya akan berdampak baik bagi
perkembangan peserta didik hingga dewasa.

10. Memiliki hubungan berkualitas dengan peserta didik


Seorang guru yang baik sejatinya menerapkan
hubungan yang kuat serta menanamkan sikap saling
menghormati dengan peserta didiknya. Hal yang tidak
kalah penting, guru harus menjalin sikap saling percaya
dengan peserta didik.

16 Teacherpreneur
Bagian 2
Tujuh Kiat Budaya
Teacherpreneur
1. Bolehkah Guru Berbisnis?
Sebagian orang akan menjawab pertanyaan ini bahwa
guru tidak boleh berbisnis. Alasannya sederhana, bila guru
sudah terlibat dalam dunia bisnis, maka sudah pasti akan
mengganggu profesinya sebagai guru. Sebagian orang
akan menjawab bahwa guru boleh berbisnis. Alasanya juga
sederhana, yaitu untuk meningkatkan kesejahtraan guru
atau taraf hidup yang lebih baik.
Sesungguhnya pemerintah telah berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan guru, salah satunya adalah
melalui tunjangan profesi (sertifikasi). Dengan melalui
tunjangan profesi ini diharapkan guru lebih konsentrasi
pada profesinya yaitu sebagai guru, sehingga terus
meningkatkan kreatifitas dan kemampuannya, namun
kenyataan di lapangan masih ada guru yang berbisnis
dengan berbagai alasan.

Mengapa guru masih berbisnis padahal tunjangan profesi


sudah cukup memadai ?
Mari lihat istilah yang berkembang saat ini “Guru Juga
Manusia”. Artinya, setiap orang termasuk guru memiliki
kebutuhan yang bervariasi. Malah ada ungkapan semakin
tinggi pendapatan, maka semakin tinggi pula pengeluaran.
Kesimpulannya adalah seberapa pun penghasilan tidak
akan pernah mencukupi kebutuhan. Inilah sehingga
tidak pernah berhenti bekerja, karena kebutuhan selalu
bertambah dan bertambah.

18 Teacherpreneur
Sekarang muncul polemik baru terhadap guru, yaitu
antara profesinya dengan berbisnis (untuk meningkatkan
kesejahteraan). Kalau terlarut dalam membahas
permasalahan di atas, maka problem tersebut tidak pernah
ada titik temunya, karena pihak (yang setuju dan menolak
guru berbisnis) tetap bertahan pada alasan masing-masing.
Untuk menengahi minimal memberikan pemahaman
persoalan di atas maka muncul suatu pertanyaan:

Adakah bisnis bagi guru sehingga meningkatkan


profesionalnya?
Coba lihat salah satu bisnis yang sering dilakukan
oleh guru di sekolah, yaitu memasarkan atau menjual
buku pelajaran atau Lembar Kerja Siswa (LKS). Kalau
sudah menjelang penerimaan siswa baru, penjualan buku/
LKS di sekolah mulai diperbincangkan baik masyarakat
umum maupun peserta didik. Secara umum bisnis seperti
ini bukan suatu persoalan, karena alsannya cukup kuat,
yaitu untuk dipakai peserta didik pada saat proses belajar-
mengajar. Anehnya, yang terjadi adalah kadang guru belum
mempelajari atau membaca buku/LKS yang diperjual-
belikan. Kalau ini terjadi, berarti kompetensi tidak tercapai.
Padahal, yang diharapkan adalah kompetensi guru
dan bisnis yang lakoni dapat berjalan seiring, sehingga
keduanya dapat tercapai.
Oleh karena itu, guru diharapkan dapat menyusun sendiri
buku/LKS sehingga menguasai materinya (kompetensi
tercapai) kemudian memasarkan (bisnis tercapai). Inilah
salah satu kiat yang saya tawarkan dalam buku ini.
Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 19
Bagaimana strategis bisnis yang dapat dilakukan oleh
guru ?
Untuk memberikan gambaran strategis bisnis yang
dilakukan oleh guru, saya kutipkan pendapat Ambo Tang
Tibi (2013), yaitu “berani berkompetensi”. Ia mengatakan
bahwa “kompetensi sama dengan nilai jual”. Semakin
banyak dan tinggi kompetensi yang dimiliki, akan semakin
tinggi nilai jual produk bisnis kita. Pengertian kompetensi
di atas, lebih terfokus kepada produk (yang dijual), bukan
kepada palaku bisnis (orang). Sebagai contoh yaitu:
1. Produk bisnis berupa barang atau buku, maka buku
harus berkualitas tinggi sehingga dapat menarik
minat pembaca.
2. Produk bisnis bergerak di bidang jasa, misalnya:
Bimbingan belajar (bimbel), maka pelayanan yang
prima, terpercaya sangat diperlukan.

Oke ... sekarang Anda tinggal menunggu waktu yang tepat untuk
berbisnis sekaligus untuk meningkatkan profesional sebagai
guru.

20 Teacherpreneur
2. Tujuh Peluang
Usaha Berbasis
TeacherPreneurship

• Mengelola dan Mengajar Les


Privat
Sebelum membahas lebih jauh dan mendalam tentang kiat-
kiat menjadi guru profesional sekaligus menangkap peluang
usaha atau pebisnis yang sukses berbasis pendidikan,
maka untuk mengawali pembahasan saya mencoba me­
munculkan suatu pertanyaan yang berkaitan langsung
antara kiat yang sedang dibahas dengan profesional
dan bisnis. Oleh karena akan membahas kiat pertama
(mengelola dan mengajar les privat), maka pertanyaan
yang muncul adalah:

Apa hubungan antara profesional sebagai guru dengan


mengelola dan mengajar les privat?
Mengajar atau mengelola les privat sudah pasti akan
meningkatkan profesional seorang guru, karena sebelum
mengajar apalagi mengelola les privat sudah pasti mem­
persiapkan segala sesuatunya termasuk belajar atau mem­
baca buku sebagai penunjang, karena guru privat dituntut
memiliki kemampuan lebih.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 21


Apa hubungan antara mengelola dan mengajar les privat
dengan bisnis?
Seseorang yang ingin menjadi pengusaha atau pebisnis
pada intinya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih baik atau untuk memperoleh keuntungan (duit). Jika
dilihat kegiatannya, mengelola dan mengajar les privat sudah
kelihatan bahwa sasaranya adalah untuk mendapatkan
honor atau uang (di dalamnya terdapat bisnis).

Oke... Pertanyaan di atas sudah terjawab.


Belajar di sekolah waktunya sangat terbatas, sehingga
sebagian peserta didik atau orang tua merasa belum cukup
untuk menggali ilmu pengetahuan atau belajar di sekolah.
Oleh sebab itu, peserta didik atau orang tua berusaha untuk
menambah waktu belajarnya dengan melalui les tambahan
di rumah atau di tempat yang disetujui dengan gurunya.
Les tambahan di rumah lebih populer atau dikenal dengan
istilah “Les Privat”. Istilah les privat ini pada awalnya hanya
trend oleh peserta didik yang berada di perkotaan atau
peserta didik yang berasal dari ekonomi mampu, namun
saat ini les privat sudah membudaya hingga ke pedesaan.
Hal ini ditengarai oleh beberapa faktor, di antaranya:
1. Orang tua sibuk, sehingga tidak punya waktu untuk
membimbing atau mendampingi anaknya belajar di
rumah.
2. Orang tua tidak menguasai semua mata pelajaran
yang diajarkan di sekolah, sehingga membutuhkan
guru untuk membimbing anaknya di rumah.
22 Teacherpreneur
3. Orang tua tidak percaya diri atas prestasi anaknya,
jika tidak mengikuti les privat, padahal dia berasal
dari ekonomi mampu.
4. Anak-anak cenderung ogah-ogahan, jika orang
tuanya yang membimbingnya, sehingga orang tua
kewalahan membimbingnya.
Seorang guru dapat memanfaatkan fenomena tersebut,
karena merupakan peluang untuk menjadi guru les privat,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan sekaligus
meningkatkan profesionalnya sebagai guru. Dari segi pe­
serta didik, les privat di golongkan dua jenis yaitu:

1. Peserta didik melakukan les privat secara sendirian.


Peserta didik melakukan les privat tanpa ditemani oleh
peserta didik yang lain, karena beberapa alasan, seperti
waktu yang tersedia tidak pas dengan temannya, tidak
bisa belajar maksimal kalau ada temannya, orang
tuanya tidak mengizinkan belajar bersama temannya
atau tidak ada temanya yang sejalan dengan dia.
Biasanya peserta didik seperti ini ekonomi orang tuanya
cukup memadai.

2. Peserta didik melakukan les privat secara berkelompok.


Les privat berkelompok ini biasanya jumlah peserta
didik dibatasi. Berdasarkan pengalaman penulis jumlah
peserta didik maksimal lima orang, agar belajarnya
dapat dikontrol dan hasil belajarnya lebih maksimal.
Kalau lebih dari lima orang biasanya mereka disibukkan
bercerita sesama mereka dan gurunya juga tidak mak­
Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 23
simal memberikan bimbingan kepada peserta didik
yang lambat pemahamannya.

Dari segi guru les privat, dapat dibedakan pula dua cara
yaitu:

1. Dilakukan secara mandiri


Les privat ini biasanya dilakukan oleh guru pemula,
karena belum berpengalaman membuat lembaga les
privat. Walaupun dilakukan secara mandiri, diharapkan
dapat melakukan langkah-langkah berikut:
a. Tetap melakukan kerjasama dengan guru lain.
Misalnya Anda guru Kimia boleh kerjasama
dengan guru fisika, biologi, matematika, dan guru
lain. Tujuanya adalah agar saling memasarkan
atau mempromosikan, serta dapat kerjasama
jika ada kendala yang dihadapi. Misalnya, Anda
guru kimia, maka anda bisa mempromosikan
guru fisika untuk mengajar fisika.
b. Memiliki buku-buku yang menjadi pegangan
pesertadidik. Tujuannya agar tidak kesulitan
menjawab pertanyaan peserta didik atau me­
nyelesaikan PR peserta didik.
c. Promosikan diri Anda. Promosi dapat dilakukan
melalui iklan baris di koran, brosur yang di­
bagikan kepada peserta didik atau ditempel
di tempat yang dianggap strategis yang dapat
dilihat oleh orang banyak.

24 Teacherpreneur
d. Disarankan jangan melakukan les privat pada
peserta didik yang anda ajar di kelas, karena
akan menimbulkan penilaian yang subyektif.
Misalnya anda guru kimia mengajar di kelas X,
tidak mengajar di kelas XI dan XII, maka anda
jangan les privat kelas X tetapi les privat kelas XI
dan XII. Lebih baik lagi kalau peserta didik yang
diajar berasal dari sekolah yang berbeda–beda,
sehingga membuat anda lebih mempersiapkan
diri dengan demikian anda semakin profesional.

2. Dilakukan secara lembaga.


Bagi guru yang sudan perpengalaman mengajar sebagai
guru les privat secara mandiri, maka bisa membuka
les privat secara kelembagaan. Anda adalah pemilik
lembaga les privat dan teman-teman anda adalah
gurunya. Kendatipun anda sudah punya pengalaman
mengajar di les privat, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
a. Dikelola secara profesional. Persaingan di dunia
bisnis termasuk les privat tidak dapat dihindari
seiring dengan perkembangan zaman. Ingat,
yang ingin membuka les privat bukan cuman
anda, sehinga selalu membaca kebutuhan
peserta didik terutama kepuasan mereka.
Pernahkah melihat tulisan terutama di tempat
pelayanan jasa yang berbunyi “Kepuasan Anda
adalah tujuan kami”. Ini bukan sekedar tulisan

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 25


tetapi mengandung makna bahwa kepuasan
pelanggan harus diperhatikan dan diutamakan.
b. Berilah nama lembaga anda. Nama suatu
lembaga termasuk nama les privat sangat
penting, agar mudah diketahui oleh peserta
didik atau orang tua yang ingin memasukkan
anaknya. Nama lembaga diserahkan kepada
anda, tapi usahakan yang berhubungan dengan
pendidikan atau lebih mudah diingat. Dalam
suatu lembaga biasanya harus punya izin,
tetapi tidak usah dulu direpotkan dengan izin.
Jalankan saja dulu sambil mengurus izin kalau
sudah dianggap perlu.
c. Perhatikan tiga hal, yatiu akademik, pemasar­
an, dan administrasi. Akademik misalnya me­
nyangkut jumlah guru dan pengembangan
kurikulum. Guru yang mengajar jangan terlalu
banyak, sesuaikan dengan jumlah peserta
didik. Sedangkan kurikulumnya harus mengikuti
perkembangan dan perubahan kurikulum dan
sesuaikan dengan kebutuhan pasar. Sedangkan
pemasaran misalnya melalui promosi separti
pamflet, brosur, spanduk di jalan, dan sarana
komnikasi yang siap 24 jam. Di samping
itu harga jual dan honor pengajar harus di­
perhatikan. Administrasi yaitu berhubungan
dengan buku informasi, perjanjian kerjasama
dengan pengajar. Program pengembangan

26 Teacherpreneur
lembaga, kwitansi pembayaran, stempel, absen
dan hal-hal lain yang berhubungan. Program
pengembangan lembaga harus diperhatikan
dengan serius, karena program dapat berubah
setiap saat sesuai kebutuhan.

• Mengelola Atau Mengajar


Bimbingan Belajar
Apa hubungan antara profesional sebagai guru dengan
mengelola atau mengajar bimbingasn belajar? Jawaban
pertanyaan di atas tidak jauh berbeda dengan jawaban
pertanyaan pada kiat pertama, karena sudah pasti akan
meningkatkan profesional seorang guru. Seorang guru
se­
belum mengajar apalagi mengelola bimbingan belajar
sudah pasti mempersiapkan segala sesuatunya termasuk
belajar atau membaca buku sebagai penunjang, karena
guru yang mengajar pada bimbingan belajar dituntut me­
miliki kemampuan lebih dan krekarifitas.
Apa hubungan antara mengelola atau mengajar bim­
bingan belajar dengan bisnis? Jika kita lihat kegiatannya,
yaitu mengelola atau mengajar bimbingan belajar, sudah
kelihatan bahwa sasarannya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan atau untuk mendapatkan uang.
Bimbingan belajar berbeda dengan les privat. Bimbingan
belajar memiliki kelas atau jenjang tertentu dan memiliki
buku panduan. Sedangkan les privat tidak memiliki jenjang

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 27


dan tidak memiliki buku panduan, karena diajar sesuai
kebutuhan peserta didik. Guru yang mengajar di bimbingan
belajar disebut “Mentor”. Untuk menjadi mentor di sebuah
bimbingan belajar tidaklah mudah, karena seleksinya
cukup ketat. Seleksinya seperti tes tertulis, micro teaching,
magang, dan mengajar langsung di kelas. Akan tetapi
guru yang sukses mengajar di sekolah peluangnya sangat
tinggi untuk diterima sebagai guru dibimbingan belajar.
Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk mengikuti
seleksi untuk menjadi guru bimbingan belajar, terlebih
dahulu memperbaiki cara mengajar dan penguasan materi
pelajaran di sekolah tempat mengajar, sehingga lebih
memudahkan untuk menjadi guru bimbingan belajar.
Kalau sudah matang mengajar di les privat atau sudah
berpengalaman mengajar di bimbingan belajar, maka
saatnya Anda mendirikan lembaga bimbingan belajar.
Tinggal sedikit lagi menjadi pengusaha sukses yang dapat
meningkatkan kesejahteran sekaligus meningkatkan pro­
fe­
sional sebagai guru, namun harus diingat mendirikan
bimbingan belajar tidak semudah membalikan tangan,
karena modalnya cukup besar maka resikonya juga besar.
Banyak bimbingan-bimbingan belajar yang bermunculan,
tetapi tidak eksis lagi.
Terus bagaimana cara membuka bimbingan belajar agar
tetap eksis? Anda sebagai pemula sebaiknya perhatikan
langkah-langkah berikut:

28 Teacherpreneur
1. Pikirkan nama bimbingan belajar anda.
Karena ini merupakan suatu lembaga, maka nama
adalah sesuatu yang wajib. Di samping sebagai
penunjuk suatu lembaga, nama juga dapat memotifasi
peserta didik dan para orang tua.

2. Carilah lokasi atau tempat yang strategis.


Lokosi tempat bimbingan belajar diusahakan mudah
dijangkau, mudah dilihat, transportasi tidak sulit, dan
diyakini tempat tersebut aman dan kondusif.

3. Cari tim yang satu visi dengan Anda.


Anda tidak mungkin mengelola sendiri, harus
membutuhkan orang lain dalam bentuk tim. Tim yang
bekerja cukup tiga orang dan diusahakan yang sejalan
dengan visi anda, agar tidak terjadi perbedaan atau
banyak kepentingan.

4. Siapkan sarana dan agenda pemasaran.


Sarana pemasaran yang harus disiapkan yaitu: Brosur
progran, brosur penjualan, spanduk program, dan
papan nama. Untuk pemasaran tinggal melihat kondisi
misalnya:
a. Try out UN, SPBM, atau pada saat semester.
b. Seminar kiat khusus menghadapi UN dan SPBM
c. Seminar kiat sukses menjadi juara, dan acara-acara
yang relevan.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 29


5. Siapkan panduan belajar.
Untuk menyusun panduan suatu bimbingan belajar,
tidaklah mudah, oleh karena itu disarankan sebagai
langka awal konsentrasi lebih dahulu di salah satu
jenjang, dan melihat panduan bimbingan belajar yang
lain sebagai rujukan.

6. Rekrut dan pelatihan mentor


Mentor dapat diseleksi dari mahasiswa tingkat akhir
atau dari guru yang berminat mengajar di bimbingan
belajar. Seleksinya bisa tes tertulis, micro teaching,
magang, dan mengajar langsung di kelas.

7. Siapkan administrasi
Semua alat dan bahan yang berkaitan dengan
administrasi harus disiapkan, seperti buku administrasi
pembayaran peserta didik, daftar hadir pengajar, kom­
puter dan lain-lain.

• Menulis Buku
Ingin menjadi orang luar biasa? Jika jawabannya ya, maka
salah satu caranya adalah menjadi penulis. Seorang penulis
menjadi hebat dan luar biasa minial ada empat alasan yaitu:

1. Menjadi tekenal dan dikenang. Ada suatu ungkapan “


Jika kamu ingin menjelajahi dunia, maka membacalah
dan jika anda ingin dikenal dunia maka menulislah”.
Pernahkah anda menonton Ustad Yusuf Mansur di TV?

30 Teacherpreneur
2. Beliau pernah bercerita bahwa pada mulanya beliau
adalah orang biasa, tidak terkenal, dan keadaam eko­
nominya yang begitu sulit. Tetapi siapakah yang tidak
mengenal Ustad Yusuf Mansur saat ini? Beliau terkenal
melalui tulisan alias buku diantaranya “Keajaiban
Sedekah”. Hampir semua lapisan masyarakat Indonesia
bahkan dunia mengenal Ustad Yusuf Mansur apalagi
beliau saat ini tergolong orang sukses di Indonesia.
Penulis bukan hanya dikenal oleh masyarakat luas,
tetapi akan dikenang sampai kapan pun terutama anak
cucu, karena Ia meninggalkan pusaka yang berharga
yang dapat dibaca kapan pun dan oleh siapa pun.

3. Penghasilan bertambah dan sejahtera. Apabila sudah


berhasil menulis buku, maka sudah pasti buku akan
dipasarkan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Artinya, bisa menjual sendiri atau melalui
penerbit, tinggal menerima royalti. Jika penghasilan
sudah bertambah, maka perjalanan menuju yang
namanya sejahtera akan lebih mudah.

4. Memiliki wawasan dan pandangan yang luas. Seorang


penulis, memiliki wawasan yang luas dan memiliki misi
atau pandangan ke depan yang telah direncanakan
dengan jelas. Tentu hal ini bukan terjadi begitu saja,
tetapi melalui analisis dan kajian yang mendalam yang
didasari pengetahuan dan pengalaman.

5. Disegani dan dikagumi. Jika seseorang sudah menjadi


penulis, maka pasti akan disegani dan dikagumi. Ini

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 31


terjadi tentu dengan berbagai alasan, salah satunya
adalah karena penulis dianggap banyak mengetahui
berbagai hal dan memiliki pengetahuan yang luas
yang tidak dapat dimiliki oleh semua orang, sehingga
mengagumi karya-karyanya (buku).

Apa hubungan antara profesional sebagai guru


dengan menulis buku? Guru yang melakukan kegiatan
menulis buku, sudah pasti telah membaca buku atau
referensi sebagai penunjang. Seorang guru yang ingin
menulis buku dibutuhkan kemauan dan motivasi yang tinggi,
karena menulis buku dibutuhkan ketrampilan terutama
menyusun ide-ide yang muncul yang selanjutnya menjadi
tulisan. Jika ini sudah dilakukan oleh seorang guru, maka
dengan sendirinya kompetensinya sebagai guru semakin
meningkat.

Apa hubungan antara menulis buku dengan bisnis?


Seseorang yang telah menulis buku, tentu ingin dicetak
dan diperbanyak selanjutnya untuk dijual kepasaran. Kalau
kita sudah bicara jual-beli, maka yang ada dipikiran adalah
keuntungan atau penghasilan (duit). Jadi jelas bahwa
hubungan antara menulis buku dan bisnis sangat erat.

Menulis buku adalah merupakan salah satu bisnis


yang dapat dilakukan oleh setiap orang termasuk guru.
Sesungguhnya bila guru berhasil menulis buku, maka inilah
bisnis yang paling menjanjikan. Coba bayangkan jika buku
yang di buat berhasil di terbitkan oleh salah satu penerbit,

32 Teacherpreneur
maka royalti atau bonus mengalir terus selama buku laku
di pasaran. Inilah yang dimaksud passive income, sekali
kerja untuk mendapatkan royalti tidak terbatas. Akan te­
tapi guru-guru masih banyak yang enggan menulis
buku, mereka cenderung menjual buku yang dipasarkan
oleh penerbit. Memang tidak ada salahnya, tetapi yang
didapatkan hanyalah duitnya tetapi kompotensi guru tidak
tercapai. Padahal, yang kita harapkan guru dapat berbisnis
atau menjadi pengusaha dengan karyanya sendiri, karena
di samping mendapatkan duit juga dapat meningkatkan
kompetensinya sebagai guru. Buku yang dapat ditulis oleh
guru boleh yang berhubungan dengan profesinya, berupa
buku pelajaran (misalnya buku Kimia), buku motivasi
(seperti buku saya ini), LKS, novel, cerpen dan lain-lain.
Menurut pengamatan penulis, guru-guru masih banyak
kesulitan menulis buku dengan berbagai alasan. Alasan-
alasan tersebut diantaranya:
1. Tidak berbakat menulis buku.
2. Menulis membutuhkan waktu lama.
3. Tidak memiliki ilmu yang cukup.
4. Kalau sudah ada tulisan diterbitkan dimana?
Sebelum saya menguraikan alasan mengapa sehingga
tidak menulis, perlu saya sampaikan lebih dahulu bahwa
saya bukanlah penulis yang berpengalaman seperti yang
anda bayangkan. Tetapi saya penulis pemula (buku yang
pertama), hanya modal kemauan dan keberanian. Mungkin

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 33


muncul pertanyaan “Mengapa berani menguraikan ten­
tang menulis buku padahal masih penulis pemula?”.
Jika pertanyaan tersebut ada dibenak hati para guru, saya
tidak akan menjawabnya, namun saya hanya sekedar
memberikan motivasi dan berbagi pengalaman, karena
me­nurut saya menyampaikan kebenaran tidak terbatas dari
siapa saja, dari mana saja, dan kapan saja.
Saya tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang
penulis buku. Saya hanya berpikir bagaimana bekerja
dengan baik untuk menghasilkan duit lebih banyak. Ternyata
tidak dapat mencapai mimpi saya, terutama mendapatkan
duit lebih banyak. Memang diakui bahwa saat ini persoalan
duit bagi sebagian besar guru bukan lagi masalah yang
berarti, karena dengan adanya tunjangan profesi. Tetapi,
ternyata menulis merupakan kepuasan batin yang tidak
ternilai harganya bagi penulisnya. Saya termotivasi menulis
setelah mengikuti training kepenulisan “Dahsyat Writing: 7
Jurus Menulis Dengan Otak Kanan” yang diselenggarakan
Education Development Center (EnDeCe) Provinsi Sulawesi
Tengah bekerjasama dengan Rumah Cerdas Entrepreneur
Indonesia (RCEI) tanggal 5 Nopember 2013 di Auditorium
IAIN Palu. Sebagai nara sumber adalah Abdul Hakim El
Hamidy. Ia sebagai Penulis dan Motivator kepenulisan yang
luar biasa.
Ketika training berlangsung, yang membuat saya
terkesan adalah ketika Abdul Hakim El Hamdiy me­
ngungkapkan:

34 Teacherpreneur
1. Mimpi tidak dibayar alias gratis, tetapi mengapa kita
tidak pernah bermimpi, termasuk mimpi menulis
buku?
2. Menulislah sebelum namamu ditulis di batu nisan.
3. Gerakkanlah jari-jari tanganmu untuk menulis, se­
belum tanganmu dihentikan oleh Allah SWT.

Selanjutnya beliau memberikan motivasi pada semua


peserta dimana disuruh membacakan Proklamasi menulis
yaitu:

PROKLAMASI
Kami penulis pemula dengan ini menyatakan kemerdekaan berpikir
dan bertindak untuk menulis buku. Hal-hal yang mengenai ketidak
percayaan diri, ketidaktahuan, dan kemiskinan ide akan
dihilangkan secara saksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya.

Palu, 5 Nopember 2013


Atas Nama Diri Sendiri

Dari kalimat proklamasi di atas, dapat dimaknai


bahwa sesungguhnya telah diberikan karunia oleh Allah

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 35


SWT. untuk berpikir (bermimpi) dan pikiran itu disalurkan
melalui jari-jari tangan dalam bentuk tulisan. Subhanallah
mudahan-mudahan pemahaman saya ini bukan sesuatu
yang berlebihan. Tetapi kuat dugaan saya bahwa konsep
di atas adalah hidayah dari Allah SWT. melalui hambanya
yang taat kepada-Nya seorang Ustad yang sederhana,
gaul, dan luar biasa, sang Motivator kepenulisan Abdul
Hakim El Hamidy.
Oke, mari kita kembali membahas tentang alasan
sehingga tidak menulis.

Tidak Berbakat Menulis


Banyak membaca, mengetahui banyak hal. Bacaan
apa saja pasti ada sesuatu yang dapat diambil dari
bacaan tersebut. Bagi anda yang belum membaca buku
tentang kepenulisan, maka pasti anda bertahan dengan
prinsip bahwa menulis merupakan bakat. Padahal dari
sekian penulis tentang buku kepenulisan misalnya Abdul
Hakim El Hamidy terkenal dengan bukunya “Dahsyat
Writing: 7 Jurus Menulis Dahsyat Ala Otak Kanan”, juga
mengatakan bahwa menulis bukanlah bakat. Tentu anda
penasaran. Saya terinspirasi cerita seorang penulis, yang
menceritrakan dirinya sebelum menjadi penulis. Beliau
membuktikan bahwa menulis bukanlah bakat. Tetapi, kali
ini ingin menceritrakan pengalaman saya sendiri sampai
tahap penyelesaian buku ini. Silakan membacanya mudah-
mudahan bermanfaat buat Anda.

36 Teacherpreneur
“Saya hanya seorang guru dengan tugas
tambahan sebagai Kepala SMA Swasta. Dunia menulis
merupakan tempat “angker”. Saya juga tergolong malas
membaca buku apalagi menulis. Yang pernah saya
baca hanya tentang menulis skripsi dan menulis PTK.
Sedangkan menulis buku tidak pernah bermimpi untuk
melakukannya. Saya belum pernah melatih diri untuk
menulis. Saya menganggap diri saya tidak berbakat
menulis.
Tanggal 24 Oktober 2013, saya bergabung dengan
Rumah Cerdas Entrepreneur Indonesia (RCEI). Bertemu
dengan Presiden Komisarisnya Arifuddin M. Arif, M.Pd.I.
Beliau menantang saya agar menulis buku dan Lauching
bulan Januari 2014, sebagai kado ulang tahun saya
yang ke 44 tepat tanggal 01 Januari 2014. Dengan nada
tanya bisakah saya menulis?. Sementara saya masih
awam dengan dunia menulis. Beliau menjawab “Tidak
ada yang tidak bisa kalau ada kemauan”
Akhirnya tanggal 28 Oktober 2013 bertepatan
dengan hari Sumpah Pemuda, saya jadikan moment
“Hari Bangkit untuk Menulis”, dan pada hari itu hanya
menulis judulnya saja, karena belum tau mau mulai
dari mana. Nanti tanggal 5 Nopember 2013 bertepatan
01 Muharam 1435 Hijriyah saya mengikuti training
kepenulisan, dan pada hari itulah saya hijrah dari tidak
menulis menjadi penulis. Alhamdulillah, tanggal 5
Desember 2013 tulisan saya sudah rampung”.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 37


Dari cerita pengalaman di atas, saya ingin mempertegas
bahwa menulis bukanlah bakat seseorang tetapi kemauan
untuk menulis dan berubah. “Tidak ada yang tidak bisa
kalau ada kemauan”. Sebenarnya dunia menulis bagi guru
bukanlah sesuatu yang baru. Setiap hari guru menulis
dengan berbagai hal. Misalnya catatan kejadian peserta
didik, persiapan mengajar, dan catatan pribadi. Seandainya
tulisan itu dikumpul mungkin sudah 100 lebih halaman. Jika
tulisan itu dijadikan buku, bukankah anda sudah membuat
buku?
Mengapa anda tidak bermimpi menjadi seorang pe­
nulis? Padahal mimpi itu gratis alias tidak di bayar. Ubah
mindset atau pola pikir , agar di kenang melalui tulisan
sendiri. Tanamkan dalam hati “tidak ada yang tidak bisa
kalau ada kemauan”. Saya sebagai penulis pemula, tidak
mungkin tidak ada hambatan, tetapi hambatan itu menjadi
motivasi untuk berubah. Saran saya sebelum anda menulis
lakukanlah hal-hal di bawah ini untuk mendapatkan inspirasi.
Inilah yang saya lakukan sebelum menulis :
1. Bermimpilah menulis buku. Mimpi yang dimaksud
di sini adalah munculkan cita-cita menjadi se­
orang penulis yang hebat, sebagai wadah untuk
menuangkan semua ide-ide cermerlang yang ter­
pendam selama ini.
2. Tentukan tema atau topik yang akan ditulis. Sebagai
penulis pemula disarankan memilih topik yang telah

38 Teacherpreneur
dikuasai atau disukai, sehingga anda lebih enjoy
dan serius dalam menulis naskah.
3. Buatlah kerangka atau outline. Kerangka akan me­
mudahkan alur pikiran penulis, sehingga dapat ter­
susun rapi dan konsisten.
4. Perbanyaklah membaca buku terutama yang ber­
hubungan dengan topik. Buku-buku penunjang
yang relevan dengan topik perlu dibaca untuk me­
nambah wawasan, melengkapi data, dan tidak
kala pentinganya agar penulis tidak kehabisan
bahasa atau istilah. Ikutilah prinsip dalam dunia
tulis menulis yaitu “filsafat kencing”. Jika anda tidak
pernah minum air, maka kencing yang keluar pasti
sedikit. Air yang keluar hanya berasal dari makanan
yang anda makan. Semakin sering anda minum,
maka semakin sering anda kencing atau keinginan
untuk kencing. Minum air diibaratkan membaca,
artinya semakin banyak buku yang dibaca, semakin
banyak sesuatu atau ide dikeluarkan yang bisa
anda tulis.
5. Silaturrahim. Silaturrahim sangat penting terutama
kepada tokoh penulis, aktivis, pelaku bisnis dan lain-
lain, terutama yang berhungan dengan tulisan anda.
Tujuanya adalah di samping untuk mendapatkan
inspirasi, juga akan melengkapi koleksi data-data
anda.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 39


6. Mulailah menulis dengan otak kanan. Istilah otak
kanan dan otak kiri sebelumnya saya juga bingung,
karena saya tidak mampu membedakan mana
kalimat yang dihasikan otak kanan, mana kalimat
yang dihasilkan otak kiri. Tetapi semuanya terjawab
setelah saya mengikuti training kepenulisan dan
membaca buku “Dahsyat Writing 7 Jurus Menulis
Dahsyat Ala Otak Kanan“ karya Abdul Hakim EL
Hamidy (2011) seorang Spritual Motivator dan
Trainer Dahsyat Writing. Untuk membedakan otak
kanan dan otak kiri saya kutipkan dari buku tersebut,
dan beliau juga mengutip dari buku “Marketing Is
Bullshit” kayia Ippho Santosa.

OTAK KIRI OTAK KANAN


Terkait IQ Terkait EQ
Intrapersonal, self-centric Intrapersonal, other-centric
Kongnitif, logis Afektif, intuitif
Analistik Aristrik
Kuantitatif Kualitatif
Realistis Imajinatif
Verbal, tertera Visual, tergambar
Eksplisit Implisit
Segmental, fokus Holistik, difus

40 Teacherpreneur
Serial, linier Paralel, lateral
Terencana, cautious Tak terencana, impulsive
Mencari perbedaan Mencari persamaan
Bergantung waktu Tak tergantung waktu.

Masih kutipan yang sama, silakan anda memilih salah


satu (silang a atau b) dari 10 pertanyaan ini mana yang
mencerminkan kepribadian anda.
1. Meja kerja saya cenderung ...............
a. Rapi
b. Berantakan

2. Saya lebih suka menuntaskan pekerjaan ........


a. Sekaligus
b. Satu persatu

3. Ketika mengingat teman-teman sekolah, saya


familiar dengan .......
a. Nama
b. Wajah

4. Gagasan terbaik saya sering muncul saat saya .......


a. Bersantai-santai
b. Berada di ruang kerja

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 41


5. Saat berbicara, tangan saya.........
a. Jangan bergerak-gerak
b. Sering bergerak-gerak

6. Saya ....... bergurai


a. Selalu
b. Jarang

7. Terhadap sesuatu saya cenderung .......


a. Betah
b. Cepat bosan

8. Ketika berbicara, saya .......


a. Berbasa-basi dahulu
b. Langsung kepokok permasalahan

9. Terhadap risiko, saya cenderung .......


a. Menghindarinya
b. Mengambilnya

10. Pada waktu senggang, saya lebih suka .......


a. Bertemu teman
b. Membaca buku.

42 Teacherpreneur
Jawaban:

1. a. Kiri 6. a. Kanan
b. Kanan b. Kiri
2. a. Kanan 7. a. Kiri
b. Kiri b. Kanan
3. a. Kiri 8. a. Kanan
b. Kanan b. Kiri
4. a. Kanan 9. a. Kiri
b. Kiri b. Kanan
5. a. Kiri 10. a. Kanan
b. Kanan b. Kiri

Totol = .............. kanan, ............ kiri

Hasil:
# Jika jawaban “kanan” lebih banyak, maka anda cen­
derung Otak Kanan.
# Jika jawaban “kiri” lebih banyak, maka anda cen­
derung Otak Kiri
# Jika jumlahnya sama, kemampuan otak anda se­
imbang.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 43


Dari kutipan di atas dapat mengambil gambaran bahwa
otak kanan biasanya imajinatif, impulsif, dan kreaktif.

Menulis Membutuhkan Waktu Yang Lama


Ada bebrapa guru yang saya tanya mengapa tidak
menulis buku. Ada yang menjawab tidak ada waktu untuk
menulis. Dia mengajar 24 jam dalam seminggu, karena
sudah menjadi kewajiban guru yang sudah tersertifikasi.
Kalau waktu kita tidak diatur, maka tidak mengajar pun
alasannya juga tidak ada waktu. Oke, mari kita hitung
dengan sampel SMA (1 jam pelajaran 45 menit). 24 jam
pelajaran setiap minggu kalau kita rata-ratakan berarti
mengajar 4 jam pelajaran setiap hari (6 hari kerja). Jika jam
kerja mulai jam 07.00 sampai jam 14.00, maka jam kerja
adalah 7 jam setiap hari. Artinya, anda berada di sekolah
selama 7 jam. Jika kita konfersikan 4 jam pelajaran menjadi
jam kerja sama dengan 180 menit (3 jam). Ini menunjukkan
bahwa ada 4 jam kerja anda tidak mengajar. Kalau ada
kemauan untuk menulis, maka satu jam (60 menit) dapat
Anda gunakan untuk menulis. Dalam satu jam anda
menulis satu halaman berarti 60 hari atau 2 bulan anda
sudah memiliki satu buah buku. Mudahkan? Sekali lagi,
yang penting ada kemauan untuk menulis. Uraian waktu
di atas hanya sewaktu anda berada di sekolah, sedangkan
selebihnya tidak dihitung. Padahal, waktu yang tersedia di
luar jam sekolah cukup banyak.

44 Teacherpreneur
Penjelasan waktu di atas hanyalah untuk menepis
anggapan bahwa menulis memerlukan waktu yang lama.
Ada beberapa penulis yang menyelesaikan bukunya sekitar
30 hari. Sebagai bukti diantaranya: Abdul Hakim El Hamidy
menulis buku Getaran Muhasabah, Cinta Untuk Ar-Rahman,
Biarkan Cinta Menepis Siksa, dan Kun Sa’idan, hanya 10
hari saja. Sajidin El Qharidja menulis buku 9 ayat Penulis
Best Seller hanya 27 hari, dan saya sendiri Jamaludin
menulis buku Teacherpreneur diselesaikan hanya 30 hari.
Kalau Abdul Hakim El Hamidy, Sajidin El Qharidja, dan
Jamaludin bisa menuli , anda juga pasti bisa.
Cobalah .....!!!

Tidak Memiliki Ilmu Yang Cukup


Orang enggan menulis buku, karena tidak percaya
diri. Ada yang takut disalahkan, karena dia hanya tamatan
SMA atau hanya sarjana. Padahal, yang akan membaca
bukunya semua lapisan masyarakat termasuk magister,
doktor, bahkan seorang profesor. Konsep pemikiran
tersebut sepintas didengar apalagi masyarakat awam
yang mendengar, maka 100 % menyatakan benar. Coba
perhatikan di lingkungan kerja, tetangga, bahkan di
lingkungan keluarga banyak yang punya pendidikan tinggi
seperti magister, doktor dari berbagai disiplin ilmu. Tetapi
mereka belum menuangkan ilmunya dalam bentuk buku.
Mereka menulis sebatas tesis, penelitian karena tuntutan
kenaikan pangkat atau golongan terutama bagi PNS. Untuk
lebih meyakinkan anda saya berikan beberapa contoh :

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 45


• Iman Al-Ghazali yang terkenal dengan kitab
fenomenalnya, Ihya Ulumuddin, adalah seorang
yang tidak memiliki gelar.
• KH. Aceng Zakaria, seorang ulama telah
menghasilkan Al-Hadayah fi Masaila Fiqhiyah
Muta’aridhah dan puluhan buku lainnya, padahal ia
hanya tamat Muallimin (setingkat SMA).
• Andrie Wongso, Motivator No. 1 Indonesia, telah
menulis beberapa buku, padahal dia tidak tamat
SD. Sehingga dia dikenal dengan gelar SDTT TBS
(Sekolah Dasar Tidak Tamat Tapi Bisa Sukses).

Dari uraian dan bukti-bukti di atas masih bertahan


dengan alasan Anda?
Saya tidak bisa memaksa anda untuk menulis, karena
itu adalah hak anda, tapi minimal alasan anda secara
kenyataan sudah terbantahkan. Oleh sebab itu, sekali lagi
tidak ada yang tidak mungkin kalau ada kemauan. Saya
ingat motto sahabat saya yang dimuat dalam sebuah
skripsinya “Mencoba sesuatu yang benar dengan penuh
sabar adalah ciri khas kemajuan tersbesar”. Mengapa
tidak pernah mencoba untuk menulis, padahal menulis
merupakan kemajuan dan perubahan besar dalam hidup.

46 Teacherpreneur
Kalau Sudah Ada Tulisan Diterbitkan Dimana?
Masalah ini sesungguhnya bukan lagi masalah berat,
karena banyak alternatif untuk mengatasinya. Di sinilah
sesungguhnya yang saya maksudkan “Guru Profesional
Menjadi Pengusaha”. Terus di mana peluang bisnis yang
dapat mengumpulkan duit sebanyak mungkin? Anda
sebagai penulis. jika tulisan Anda sudah dianggap rampung,
maka yang anda lakukan selanjutnya adalah:

Menawarkan kepada penerbit konvensional (mayor).


Menawarkan kepada penerbit ibaratnya kita melamar
pekerjaan. Artinya, tulisan kita bisa diterima atau ditolak.
Biasanya naskah yang dikirim ke benerbit dijawab selama
dua hingga empat bulan untuk memastikan tulisan
layak diterbitkan atau tidak. Jika tulisan diterima oleh
pihak penerbit, maka pihak penerbit akan menawarkan
kerjasama. Penerbit konvensional memang sangat
sederhana dan memudahkan, karena semua pekerjaan dan
biaya dilakukan oleh pihak penerbit. Misalnya percetakan,
desain, editing, pendistribusian, dan biaya penerbitan
ditanggulangi oleh pihak penerbit. Penulis hanya membantu
dalam mempromosikan dan menerima royalti dari penerbit
(passive income) seperti yang saya sampaikan diawal
penulisan buku ini. Royalti dari pihak penerbit biasanya dua
macam yang ditawarkan kepada penulis, yaitu:

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 47


1. Royalti dengan sistem putus, yaitu penulis menjual
naskahnya ke penerbit dan penulis menerima
royalti sekali saja, ketika buku selesai dicetak dan
siap pasarkan.
2. Royalti dari penjualan buku, yaitu royalti yang di­
berikan kepada penulis yang diperoleh dari pen­
jualan buku. Besarnya royalti biasanya berkisar
8 hingga 10 persen tergantung dari kebijakan
penerbit.
Jika tulisan anda ditolak, maka anda tidak boleh putus
asah, tetapi perbaiki kembali tulisan anda kemudian
kirimkan kepada penerbit yang lain. Yakinlah bahwa tulisan
anda ditolak bukan berarti kualitasnya buruk. Lakukan
hal ini sampai anda sukses. Sebagai contoh, JK. Rowling
pernah ditolak 12 penerbit dengan naskah Harry Potter dan
Batu Bertuah. Tetapi begitu sabarnya seorang wanita JK.
Rowling sehingga saat ini menikmati hasilnya. Memang
keberhasilan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah
seperti yang diungkapkan JK. Rowling bahwa keberhasilan
adalah kegagalan yang diakumulasikan. Begitu ribetnya
penerbit konfesional, maka sebelum anda memutuskan
ke salah satu penerbit sebaiknya anda memperhatikan
beberapa tips berikut ini:
1. Carilah alamat penerbit melalui internet, melalui
penulis, atau orang yang Anda kenal pernah bekerja
disalah satu penerbit.

48 Teacherpreneur
2. Ketehui visi dan misi penerbit serta jenis buku yang
biasa diterbitkan. Misalnya buku Anda bergenre
pendidikan, maka Anda harus mengirim ke penerbit
yang biasa menerbitkan buku-buku pendidikan.
3. Buatlah tulisan Anda dengan menarik dan jumlah
konsumen lebih besar, karena biasanya editor
mempertimbangkan dua hal tersebut.
4. Ikuti semua tata tertib yang dikeluarkan oleh pe­
nerbit.

Menerbitkan buku secara Indie/Self Publishing/


Minor.
Menerbitkan buku dengan cara minor pada umumnya
dilakukan oleh penulis yang memiliki modal besar, karena
harus membiayai semua biaya yang dibutuhkan. Dilihat dari
segi keuntungan, cara ini sangat menguntungkan, tetapi
harus orang yang berjiwa menjual atau bisa memasarkan
buku dengan baik, karena harus memasarkan sendiri
bukunya. Jika Anda memilih penerbitan buku secara minor,
maka yang perlu diperhatikan adalah:
1. Memilki modal yang cukup.
2. Meyakini bahwa buku yang diterbitkan bisa
dipasarkan.
3. Menyiapkan editor, atau berkolaborasi dengan
orang lain yang dianggap mampu membantu
terutama dalam bidang editor.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 49


4. Buku yang diterbitkan memilki konsumen yang luas.

Melalui Print on Demand (PoD).


Print on Demand (PoD), yaitu proses percetakan yang
menggunakan teknologi digital atau cetak tanpa plat.
Data dari file komputer langsung dicetak seperti cetak
komputer biasa. Munculnya percetakan jenis ini adalah
merupakan salah satu untuk menyahuti perkembangan di
dunia penulisan, sekaligus mempermudah penulis untuk
mencetak bukunya. Beberapa kelebihan menggunakan
Print on Demand (PoD) adalah:
1. Dapat mencetak buku dalam jumlah sedikit,
sekalipun hanya satu buku.
2. Waktu yang digunakan relatif singkat.
3. Dapat melakukan cetak jarak jauh.
4. Mengurangi resiko kerugian atas hasil cetakan.
5. Tidak memerlukan ruangan yang besar.
6. Tenaga kerja yang digunakan dalam jumlah sedikit.

Di samping kelebihan tersebut di atas Print on


Demand (PoD) terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut
diantaranya:
1. Kualitas editing tidak terjamin. Penyedia jasa
PoD tidak menyediakan editor sehingga penulis
sekaligus merangkap editor. Padahal persoalan
editor bukan semata-mata penguasaan ejaan

50 Teacherpreneur
bahasa Indonesia, tetapi memerlukan pengetahuan
khusus dan pengalaman.
2. Wilayah pemasaran terbatas. Buku tidak dapat
didistribusikan sebelum ada pemesanan.
3. Harga buku terlampau mahal. Ini disebabkan
di samping biayah cetak yang mahal, biayah
pengiriman juga mahal.

Melalui Penerbitan Kolaborasi.


Jika anda mengalami kesulitan pada penerbit secara
konfensional, secara Indie/Self Publishing/Minor, atau
melaui Print on Demand (PoD), masih ada jalan yang
ditawarkan melalui penerbitan kolaborasi. Penerbitan
kolaborasi ini merupakan konsep baru yang ditawarkan
kepada penulis. Tentunya konsep ini bukanlah serta merta,
tetapi sudah melalui kajian yang mendalam oleh pemikir-
pemikir yang profesional di bidangnya.
Istila kolaborasi bukanlah istilah yang begitu asing,
terutama bagi penulis yang sudah melalang buana dalam
dunia tulisan. Kolaborasi artinya kerjasama, jadi penerbitan
kolaborasi berarti kerjasama dalam penerbitan buku. Anda
pasti bingung bagaimana caranya kerjasama dengan
penerbit. Untuk lebih jelasnya saya perkenalkan dengan
salah satu lembaga yang bergerak bidang pendidikan dan
pelatihan yang berkonsetrasi dalam kepenulisan.
Lembaga yang saya maksud adalah “Rumah Cerdas
Entrepreneur Indonesia (RCEI)” dengan mottonya “Men­

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 51


cerdaskan, Menyehatkan, dan Menyejahtrakan” Lem­baga ini
telah melahirkan penulis-penulis baru, dengan memberikan
layanan penerbitan dikenal dengan Mix Publishing.

Mengapa lembaga ini saya contohkan?


Karena lembaga inilah yang melahirkan saya sebagai
penulis. Penerbitan melalui lembaga ini banyak kemudahan,
misalnya tulisan kita tidak diseleksi seketat penerbitan
konvensional (mayor), dan juga menyiapkan editor. Di
samping itu lembaga RCEI juga menawarkan beberapa
progran diantaranya yaitu:
1. Royalti penulis berkesinambungan.
2. Penulis memperoleh konsultasi gratis.
3. Jaminan pendistribusian buku.
4. Memperoleh hak usaha.

Royalti yang berkesinambungan


Rumah Cerdas Entrepreneur Indonesia (RCEI) selain
bergerak di bidang training kepenulisan dan penerbitan juga
bergerak di bidang bisnis network. Salah satu produknya
adalah perpustakaan digital. Jika penulis menggunakan
EnDeCe Press atau Lantas Publishing sebagai penerbit
bukunya, dan bukunya menjadi koleksi perpustakaan
digital dalam bentuk e-book, maka pihak RCEI memberikan
royalti kepada kontributor e-book sebesar Rp. 5.000 setiap
postingan yang dibayarkan setiap bulan. Misalnya, dalam

52 Teacherpreneur
satu bulan terdapat 1.000 mitra dan sampai bulan tersebut
terdapat 10 kontributor e-book, maka 1.000 mitra x Rp.
5.000 : 10 kont. E-book = Rp. 5.000.000 : 10 = Rp. 500.000.
Jadi, di bulan tersebut penulis memperoleh royalti sebesar
Rp. 500.000.

Penulis memperoleh konsultasi gratis


Salah satu program yang ditawarkan oleh pihak RCEI
kepada penulis atau calon penulis adalah konsultasi gratis
tanpa batasan waktu. Program ini sangat menguntungan
kepada penulis, tidak dapat dipungkiri bahwa penulis atau
calon penulis pasti membutuhkan yang namanya konsultasi.
Konsultasi tidak terbatas, misalnya konsultasi pemilihan
tema, pemilihan judul, untuk medapatkan ide dan lain-lain
dengan biayah murah.

Jaminan pendistribusian buku


Setiap buku yang diterbitkan di EnDeCe Press atau
Lantas Publishing, maka secara otomatis mendapatkan
fasilitas pendistribusiannya. Dalam setiap event yang
diselenggarakan pihak RCEI seperti training, workshop,
seminar, dan lain-lain, buku merupakan salah satu produk
alat bantu. Contoh pendistribusian misalnya: RCEI
mengadakan event dalam satu bulan di 10 daerah, dengan
peserta rata-rata setiap daerah 400 orang. Jadi buku yang
berhasil terjual adalah:

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 53


1 bln x 10 daerah x 400 org = 4.000 eksemplar. Jika
penulis yang bermitra 10 orang, maka buku anda terjual
400 eksemplar. Jadi, penulis jangan khawatir bahwa
buku Anda tidak laku, yang penting perbaiki terus
kualitas bukunya.

Memperoleh hak usaha


Setiap perusahaan terutama yang bergerak di bidang
usaha network, termasuk Rumah Cerdas Entrepreneur
Indonesia (RCEI) selalu memperhatikan mitra-mitranya.
Diakui bahwa RCEI merupakan perusahan baru, tetapi
RCEI telah menunjukan kemampuannya. Keberhasilan
tersebut tidak berlebihan dikatakan karena kehebatan
orang-orang yang duduk dalam manajemennya, terutama
Presiden Komisarisnya, yaitu Arifuddin M. Arif, M.Pd.I
bersama Presiden Direkturnya, yaitu Ambo Tang Tibi, M.
Pd.I. Keduanya adalah sosok generasi muda bangsa yang
visioner dan peduli terhadap kemajuan pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat.
Sesuai dengan misinya, RCEI memberikan terobosan-
terobosan salah satunya dengan sistem kemitraan. Hak
usaha yang dibangun RCEI sangatlah luar biasa, karena
bukan hanya diperuntukan bagi penulis tetapi semua mitra
yang sudah bergabung di RCEI. Sistem ini merupakan solusi
yang tepat bagi kaula muda untuk dijadikan pekerjaan pokok
yang sangat menjanjikan di masa depan. Setiap event yang
dilaksanakan oleh RCEI, anda bisa menjadi personal agent.
Penghasilan anda ditentukan oleh seberapa banyak orang

54 Teacherpreneur
yang anda perkenalkan untuk menjadi peserta dalam setiap
event, seperti: Training spirit of learning, Training spirit of
life, Training kepenulisan, Training the magic of teaching,
Training motivasi bisnis.

• Menulis di Media Masa


Apa hubungan antara profesional sebagai guru dengan
menulis di media masa? Setiap kegiatan guru yang
berhubungan dengan menulis termasuk menulis di media
masa, sudah pasti akan meningkatkan kompetensi guru.
Hal ini terjadi secara alami, artinya profesional guru ber­
kembang seiring dengan aktifitasnya yang berkaitan de­
ngan profesinya. Semakin banyak atau semakin sering
me­nulis, maka wawasan guru semakin hebat atau semakin
berkembang.

Apa hubungan antara menulis di media masa dengan


bisnis?
Menulis di media baik di surat kabar, majalah pasti
diberikan royalti, namun besarnya royalti tergantung pada
masing-masing perusahaan. Coba bayangkan kalau tulisan
dapat dimuat di media masa, maka ribuan orang yang dapat
membacanya. Kalau tulisan dianggap berbobot, maka akan
menjadi incaran media masa. Jika sudah demikian, maka
duit akan mengalir dengan sendirinya. Oke, saya yakin
tanpa penjelasan panjang lebar anda sudah mengerti.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 55


Sejak era reformasi media masa mulai dibuka krannya,
sehingga banyak bermunculan seperti; majalah, koran,
tabloit, televisi, radio. Fenomena ini tentu memberikan
peluang kepada majalah, koran, tabloi, televisi, dan radio
untuk memberikan kontribusinya kepada masyarakat peng­
gemarnya. Dengan berkembangnya media masa, maka
persaingan sulit dihindari. Untuk memenangkan persaingan
minimal dapat berkembang dengan baik, maka media
masa terus berkreasi untuk menarik minat penggemarnya
dengan berbagai program. Salah satu programnya adalah
mengundang penulis untuk menuangkan pikiran dan
karyanya melalui tulisan berupa:
1. Artikel
2. Cerpen
3. Resensi
4. Puisi
5. Feature

Program majalah, koran, atau tabloid tersebut dapat


dimanfaatkan oleh guru untuk menuangkan pikiran atau
idenya, sekaligus dapat meningkatkan kesejatraannya.
Apalagi saat ini banyak bermunculan majalah atau tabloid
yang mengangkat isu-isu di sekitar dunia pendidikan.
Jangankan guru, peserta didik pun saat ini sudah diwadahi
oleh media masa untuk menuangkan idenya di sekitar
pendidikan atau di sekitar sekolahnya. Apabila guru sudah
banyak terlibat dalam dunia tulisan di media masa, sudah
bisa dipastikan bahwa guru tersebut akan semakin kreaktif
dan profesional. Sekali lagi inilah yang saya maksudkan

56 Teacherpreneur
guru berbisnis tetapi sekaligus dapat meningkatkan pro­
fesionalnya sebagai guru.
Yang ingin saya uraikan dalam tulisan ini adalah artikel
dan cerpen, karena dua tulisan ini sering dimuat di media
masa baik media masa lokal maupun media masa nasional.

Artikel
Artikel merupakan karangan yang dimuat di koran,
majalah, tabloid, dan media-media lain. Menulis artikel
di koran, majalah atau tabloid sesungguhnya tidak sulit,
hanya menyangkut kemauan. Namun dalam mengirim­kan
tulisan yang perlu diperhatikan isi tulisan harus berbobot
yang memenuhi unsur aktual, tajam dan terpercaya
(sama dengan motonya SCTV). Di samping isi tulisan
agar menembus redaksi, topik atau tema tulisan harus
tepat dengan waktu atau momentumnya. Anda juga dapat
menyiapkan artikel dengan tema yang berhubungan de­
ngan hari-hari besar. Sebagai contoh tanggal 2 Mei
hari Pendidikan Nasional, tepatnya Anda mengirimkan
artikel yang berhubungan dengan pendidikan. Tanggal 22
Desember hari Ibu, tepatnya Anda mengirim artikel yang
ber­hubungan dengan pemberdayaan perempuan. Cara
mengirimkan atikel kemedia masa dapat dilihat pada media
masa yang dimaksud.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 57


Contoh Pengumuman di Radar Sulteng :
Mengundang Penulis

Redaksi menerima artikel dari akademisi, praktisi,


profesional, pengamat, dan mahasiswa. Artikel berupa
analis persoalan aktual, maksimal 1.200 kata. Jangan
lupa sertakan foto copy identitas diri. Redaksi berhak
menyeleksi dan melakukan editing dengan tidak
mengubah makna tulisan. Bagi yang mengirim surat
pembaca, mohon disertai fotocopy identitas. Artikel
bisa dikirim melalui email radarsulteng@yahoo.com.

Contoh Judul Artikel :

Hari / Tanggal
No. Judul Artikel
Terbit

1. Wilfrida, Prabowo, dan Kita Radar Sulteng


Oleh: Ahmad Sahidah (Dosen Kamis,
Filsafat dan Etika Universitas 3 Oktober 2013
Utara Malaysia)

2. Menyapu Korupsi di Parlemen Radar Sulteng


Absolut Kamis,
Oleh: Emerson Yuntho 3 Oktober 2013
(Anggota Badan Pekerja
Indonesia Corruption Wactch).

58 Teacherpreneur
3. Pahlawan pada Beku Monumen Radar Sulteng
Oleh: Bandung Mawardy ( Senin,
Pengelola Abjad Solo) 11 Nopember
2013

Cerpen
Menulis cerpen tidak jauh beda dengan cara menulis
buku atau menulis artikel, karena pada prinsipnya adalah
kemaun untuk menulis. Kita akui bahwa tidak semua guru
suka menulis cerpen, karena dianggap hanya bercerita
doang. Tetapi bagi guru yang suka berkhayal dan menulis
buku harian, menulis cerpen salah satu pilihan untuk
menuangkan pikirannya melalui tulisan. Kalau potensi
ini dikomersilkan di media masa, maka sudah pasti akan
meningkatkan kesejahteraan.

Bagaimana cerpen yang bagus?


Cerpen agar berhasil menembus redaksi majalah atau
koran , maka kita perhatikan beberapa tips berikut ini:
1. Gaya bahasa yang digunakan bagus.
2. Tema dan idenya menarik.
3. Alur ceritanya menawan.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 59


Kesimpulannya cerpen yang bagus adalah membuat
pembaca tidak berhenti sampai akhir, kaya bahasa yang
digunakan dapat difahami, tema dan idenya lagi menarik
serta alur ceritanya membuat penasaran.

Bagaimana langkah-langkah menulis cerpen ?


Langkah-langkan menulis cerpen secara umum:
1. Mendapatkan Ide. Ide cerita dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi, pengalaman teman, curhat
teman atau peserta didik. Catat dan kumpulkan
pengalaman tersebut, sehingga menghasilkan tulis­
an yang sangat bermanfaat.
2. Tentukan tema. Agar terarah dan tersusun baik
dalam tulisan, maka tentukan tema yang akan
ditulis. Untuk remaja, biasanya yang bertema
romantis, tetapi biasanya juga misteri, detektif, dan
komedi.
3. Membangun kerangka cerita. Kerangka cerita
hanya merupakan rambu-rambu dalam menulis,
agar alur cerita dapat terarah. Akan tetapi, bukan
berarti ide-ide yang muncul harus dibatasi.
4. Mulai menulis. Sekarang tibalah saat anda
menulis. Carilah waktu yang tepat dan tempat yang
menyenangkan, agar imajinasi atau ide-ide me­
ngalir ibarat air mengalir. Jika anda penggemar
musik, siapkanlah musik sebagai selingan dan
siapkan makanan ringan yang menjadi vaforitmu.

60 Teacherpreneur
5. Menentukan judul. Suatu tulisan apakah buku atau
cerpen, harus memiliki judul. Isi tulisan kadang-
kadang tergambar dari judul. Tetapi tidak semua
judul menggambarkan isi tulisan. Mudahkan? ting­
gal anda memulai.

• Menyusun LKS dan Bank Soal


Apa hubungan antara profesional sebagai guru dengan
menyusun LKS dan bank soal? Kata profesional seperti
yang telah dibahas sebelumnya hubungannya dengan
me­nyusun LKS dan bank soal tidak perlu dibahas secara
mendalam, karena setiap guru pasti yakin bahwa menyusun
LKS dan bank soal akan meningkatkan profesionalnya
sebagai guru. Hal ini dimungkinkan karena guru sebelum
menyusun LKS atau bank soal memerlukan penguasaan
materi sesuai bidangnya.

Apa hubungan menyusun LKS dan bank soal dengan bisnis ?


Seseorang yang ingin menjadi pengusaha atau pebisnis
pada intinya adalah untuk mendapatkan kehidupan yang
lebih baik atau untuk memperoleh keuntungan (duit).
Tidak berlebihan saya katakan bahwa menyusun LKS dan
bank soal dapat mendatangkan keuntungan (duit). Contoh
sederhananya adalah jika LKS dan bank soal yang telah
disusun dipasarkan minimal di sekolah tempat kita mengajar
(seizin kepala sekolah), maka sudah pasti mendatangkan
duit. Ini masih skala kecil, bagaimana jika LKS atau bank

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 61


soal yang berhasil disusun (berkualitas) dapat digunakan
dalam lingkup Kabupaten/Kota atau lingkup Provinsi.
Lembar kerja siswa (LKS) sebenarnya merupakan buku
kecil atau buku saku yang mudah di bawah ke mana-mana
baik guru maupun peserta didik. LKS merupakan kumpulan
soal-soal yang disertai dengan penjelasan singkat dan
biasanya disusun untuk satu semester atau satu tahun
pelajaran, tergantung keinginan penyusun dan kebutuhan
pasar. LKS sesungguhnya sangat mudah disusun oleh guru,
karena guru sudah memiliki kumpulan soa-soal seperti:
Soal post tes, pra test, ulangan harian, ulangan semester,
dan soal-soal lainnya yang dianggap memenuhi syarat dan
standar kurikulum.
Pertanyaanya adalah apakah guru sudah menyusun
LKS?. Kenyataan di lapangan masih banyak guru belum
menggunakan LKS karyanya sendiri, tetapi lebih cenderung
menggunakan LKS yang diperjual belikan oleh penerbit.
Jika hal ini terjadi terus-menerus alias kita tidak merubah
mindset ini, maka yang didapatkan guru hanya bisnisnya
sementara kompetensinya belum tercapai. Memang lebih
mudah menjual daripada menyusun, tetapi perlu diingat
bahwa menulis adalah merupakan kepuasan batin yang
tidak bisa dinilai harganya. Masih ingat unkapan “pahlawan
tanpa tanda jasah” ? Ungkapan tersebut kadang menjadi
sorotan tentang pro dan kontra. Menurut saya tidak perlu
ikut pro kontra, tetapi mari berbuat yang terbaik untuk
bangsa agar nama selalu di kenang. Sekali lagi menurut

62 Teacherpreneur
saya agar dapat dikenang oleh anak cucuk , tinggalkanlah
tulisan minimal sebuah buku.
Bank soal adalah kumpulan soal-soal yang diambil dari
soal-soal LKS, soal ulangan harian, ujian semester, ujian
kenaikan kelas, ujian nasional, ujian masuk PTN (untuk
SMA), olimpiade, ujian masuk PNS, dan sumber lain yang
dapat dipertanggung jawabkan. Pada umumnya, memasuki
semester genap atau semester penentuan kelulusan bagi
kelas ujian baik tingkat SD/sederajat, SMP/sederajat,
maupun SMA/sederajat, Bank Soal merupakan hal yang
sudah biasa. Paru guru yang mengajar di kelas ujian
disibukkan dengan mencari Bank Soal, sebagai bahan untuk
melatih peserta didiknya dalam menyelesaikan soal-soal.
Asumsinya adalah soal yang ada di bank soal mendekati
soal-soal ujian nasional, di lain sisi pada Bank Soal sebagian
sudah ada kunci jawaban dan cara menyelesaikan soal-
soalnya. Sangat memudahkan bagi guru tinggal mengajar.
Pertanyaanya adalah apakah guru di sekolah tidak
mampu membuat atau menyusun bank soal? Melihat
sumber bank soal yang sudah diuraikan di atas sebenarnya
guru mampu menyusun bank soal yang penting ada
kemauan. Menyusun bank soal sebenarnya tidak sulit,
karena soal-soalnya sudah ada tinggal disusun berdasarkan
pokok bahasan yang diinginkan. Untuk lebih memudahkan
menyusun bank soal lakukan langkah-langka berikut sesuai
bidang keahlian masing-masing:

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 63


1. Kumpulkan soal-soal ulangan harian tiga hingga
lima tahun terakhir.
2. Kumpulkan soal-soal ujian semester tiga hingga
lima tahun terakhir
3. Kumpulkan soal-soal ujian kenaikan kelas tiga
hingga lima tahun terakhir
4. Kumpulkan soal-soal ujian nasional tiga hingga lima
tahun terakhir
5. Kumpulkan soal-soal ujian masuk PTN (untuk SMA/
sederajat) tiga hingga lima tahun terakhir.
6. Kumpulkan soal-soal Olimpiade tiga hingga lima
tahun terakhir, baik tingkat Kabupaten/Kota,
Propinsi, Nasional, maupun tinggkat Internasional
7. Kumpulkan soal-soal ujian masuk PNS tiga hingga
lima tahun terakhir.
8. Kunpulkan soal-soal yang sumbernya dapat
dipertanggungjawabkan.

Setelah soal-soal terkumpul, pisahkan dan satukan


berdasarkan pokok bahasan/sub pokok bahasan dan
urut berdasarkan tingkat kesukaran soal. Satu hal yang
mungkin menyulitkan anda, yaitu setiap soal dilengkapi cara
menyelesaikan soal atau kunci jawaban setiap soal. Untuk
mengatasi masalah tersebut anda bisa membuat team,
minimal team sekolah atau bekerjasama dengan instruktur
atau Dosen. Misalnya guru matematika di sekolah anda
tiga orang, maka anda bisa kerjasama dan membagi pokok

64 Teacherpreneur
bahasan atau sub pokok bahasan setiap guru. Kalau ini
dapat dilakukan maka sekolah anda sudah memiliki bank
soal, dan dapat dijual kepada peserta didik melalui koperasi
sekolah atau wadah lain yang legal. Jika guru sudah
melakukan, maka guru semakin kreatif dan profesional
sekaligus dapat meningkatkan kesejahtraan. Agar bank
soal yang anda susun dapat dipakai oleh sekolah lain, anda
dapat dipromosikan melalui wadah MGMP, launching buku,
seminar, atau melalui brosur atau pamflet.

• Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Apa hubungan antara profesional sebagai guru dengan PTK?
Kata profesional seperti yang telah dibahas sebelumnya,
hubungannya dengan PTK tidak perlu dibahas secara
mendalam, karena setiap guru pasti yakin bahwa PTK akan
meningkatkan profesionalnya sebagai guru. Oleh karena itu,
pemerintah dalam hal ini melalui Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan mewajibkan guru untuk melakukan PTK
sebagai wadah untuk meningkatkan profesional.

Apa hubungan antara PTK dengan bisnis?


Seseorang yang melakukan bisnis pada intinya adalah
untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik atau untuk
memperoleh keuntungan. Tidak berlebihan saya katakan
bahwa PTK dapat mendatangkan keuntungan (duit). Contoh
sederhananya adalah jika PTK merupakan kredit poin
untuk kenaikan pangkat atau golongan bagi PNS, maka

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 65


jumlah pendapatan atau gaji bagi PNS juga bertambah
seiring kenaikan pangkat atau golongan. Selain contoh di
atas, apabila kita sudah profesional di bidang PTK, maka
peluang untuk mendapatkan duit semakin besar. Misalnya,
menjadi supervisor atau penilai PTK bagi guru lain, atau
menjadi instruktur bidang studi yang diampuh, karena
dianggap sudah profesional.
Penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian
tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan
untuk memperbaiki kualitas proses dan kualitas belajar
sekelompok peserta didik. Pada umumnya, pengertian
kelas adalah suatu ruangan yang dapat digunakan sebagai
tempat mengajar. Akan tetapi seiring dengan perkembangan
dunia pendidikan terutama dalam proses pembelajaran,
maka kelas dapat diartikan sebagai tempat aktivitas belajar
dua orang atau lebih peserta didik. Ini menunjukkan bahwa
belajar tidak harus di dalam ruangan atau kelas, tetapi di
mana saja dapat berlangsung. Sebagai contoh; di pantai, di
hutan, di gunung, atau di tempat yang dapat memberikan
kesejukan belajar untuk mendapatkan inspirasi.
Untu lebih jelasnya saya kutipkan dari buku “Praktik
Penelitian Tindakan Kelas” oleh E. Mulyasa, mengutip
dari pendapat Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi (2006)
sebagai berikut:
1. Penelitian, menunjuk pada kegiatan mencermati
suatu objek, dengan menggunakan cara dan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan

66 Teacherpreneur
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting
bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan
yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Dalam penelitian dalam bentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk peserta didik.
3. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian
ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih
spesifik. Seperti yang telah lama dikenal dalam
bidang pendidikan dan pengajaran. Yang dimaksud
dengan istilah kelas adalah sekelompok peserta
didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula.
Berdasarkan uraian di atas muncul pertanyaan sebagai
berikut: Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang
paling ditonjolkan apakah perlakuan guru atau perlakuan
para peserta didik? Pertanyaan tersebut memang sangat
sederhana, tetapi di sinilah kadang kekeliruan guru dalam
mengaplikasikan penelitian tindakan kelas. Kadang
pertanyaan tersebut diabaikan dengan asumsi yang penting
meneliti. Untuk lebih jelas perhatikan contoh berikut!
1. Guru memberikan tugas kepada para peserta didik
untuk percobaan membedakan larutan elektrilit dan
non elektrolit.
2. Para peserta didik melakukan percobaan untuk
membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit di
bawah bimbingan guru.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 67


Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa pada
pernyataan pertama guru lebih menonjol dari pada para
peserta didik. Sedangkan pada pernyataan kedua para
peserta didik lebih menonjol dari pada guru. Oleh karena
Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu penelitian
ilmiah, maka harus mengikuti aturan suatu penelitian ilmiah.
Dan yang harus ditonjolkan dalam Penelitian Tindakan
Kelas haruslah para peserta didik bukan guru, sehingga
yang tepat adalah pernyataan kedua. Bagi guru, Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) saat ini bukanlah sesuatu yang
menyulitkan karena buku-buku tentang PTK, situs-situs di
internet, atau blog-blog yang mengupas tentang pendidikan
sudah cukup banyak dengan menawarkan dengan berbagai
strategi dan jurus penulisan PTK. Sebelum melakukan
penelitian, sebaiknya guru melakukan hal-hal berikut agar
tidak kesulitan minimal akan menjadi spirit dalam penulisan
PTK.
1. Baca buku-buku yang membahas masalah PTK,
baca penelitian-penelitian PTK sebelumnya.
Membaca buku atau hasil PTK sebelumnya akan
memudahkan kita dalam menyusun kerangka
penelitian, karena ide akan muncul dan mungkin
saja persoalan yang diangkat dalam penelitian
sebelumnya sama dengan persoalan yang ada di
sekolah tempat kita mengajar tetapi objeknya yang
berbeda.

68 Teacherpreneur
2. Bertanya kepada supervisor atau teman peneliti.
Bertanya kepada supervisor atau teman yang
dianggap pengalaman dalam PTK akan banyak
memberikan kontribusi, karena mereka sudah
berpengalaman dalam dunia penelitian. Mungkin
saja tema penelitian bersumber dari mereka, tinggal
Anda memilih yang sesuai dengan peroblem yang
ada di sekolah.
3. Anda mencari informasi melalui internet. Dunia
internet saat ini sudah cukup maju seiring dengan
perkembangan teknologi sehingga informasi begitu
mudah diakses, tidak ketinggalan informasi di
bidang penelitian tindakan kelas.

Jika sudah mendapatkan gambaran, terutama problem


yang ingin diberikan solusi, maka tentukanlah tema
penelitian dan mulailah menulis. Yang perlu diperhatikan
dalam memilih tema penelitian yaitu tema diminati dan
dapat meningkatkan motivasi sehingga dapat meningkatkan
profesional sebagai guru. Kalau tema diminati, maka setiap
problem dalam melakukan penelitian akan menjadi suatu
motivasi yang sangat luar biasa. Sebaliknya, jika tema tidak
diminati tetapi hanya untuk menyelesaikan kewajiban, maka
setiap problem penelitian akan mengendorkan motivasi
kita.
Agar lebih terfokus pada penelitian tindakan kelas mari
kita perhatikan pertanyaan berikut:

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 69


Bagaimana ruang lingkup PTK?
Untuk mendapatkan gambaran jawaban pertanyaan
tersebut, maka saya kutipkan pendapat:
1. Menurut Suharjono (2006) yang dikutip oleh Jasa
Ungguh Muliawan (2010) penelitian tindakan kelas
dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu: penelitian
diskriptif dan ekspemerimen.
2. Menurut Jasa Ungguh Muliawan (2010), jenis-jenis
penelitian tindakan kelas tidak hanya terdiri dari dua
bentuk, melaikan tiga bentuk yaitu: Penelitian kasus,
penelitian eksperimen, dan penelitian diskriptif.
Dari dua pendapat di atas, saya cenderung membahas
pendapat kedua, yaitu ruang lingkup PTK terdiri tiga
bentuk, yaitu: Penelitian kasus, penelitian eksperimen,
dan penelitian diskriptif. Ketiga bentuk penelitian tersebut
memiliki tujuan, pola pikir, dan mekanisme kerja yamg
berbeda-beda.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Studi Kasus


Dalam satu sekolah terdapat beberapa kelas, misalnya
kelas X terdiri lima kelas, kelas XI terdiri lima kelas, dan
kelas XII terdiri lima kelas. Setiap kelas memiliki karakteristik
masing-masing, sehingga problemnya atau kasusnya juga
berbeda-beda. Mungkin jenis kasusnya sama tetapi pelaku
dan penyebabnya berbeda, sehingga penyelesaiannya
pun berbeda-beda. Untuk menelusuri dan mencari solusi

70 Teacherpreneur
persoalan atau kasus, maka dibutuhkan sutu penelitian.
Model penelitian yang tepat adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) studi kasus. Untuk memahami lebih mendalam
tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) jenis studi kasus,
mari kita perhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut:

Apa itu penelitian tindakan kelas (PTK) studi kasus?


Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis mengutip
pendapat Jasa Ungguh Muliawan (2010) sebagai berikut:
“Penelitian tindakan kelas (PTK) jenis studi kasus, adalah
suatu jenis penelitian tindakan yang bertujuan mencari tau,
menelusuri, meneliti, menganalisa, dan menemukan solusi
atau jalan keluar yang paling baik dan tepat untuk mengatasi
suatu masalah”. Dari kutipan di atas, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa, penelitian tindakan kelas (PTK) studi
kasus dilakukan karena adanya persoalan yang terjadi dan
untuk menemukan pengobatan atau penyembuhannya
agar tidak berkelanjutan.

Bagaimana ciri penelitian tindakan kelas (PTK) studi


kasus ?
Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas (PTK) studi kasus
dapat di lihat sebagai berikut:
a. Munculnya suatu objek bermasalah dan dapat
menghambat proses kerja terhadap sistem yang
telah berlaku. Contoh kasus: Budi (nama samaran)
siswa kelas X-A selalu terlambat datang ke

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 71


sekolah. Kasus ini harus diselesaikan agar tidak
mengganggu proses belajar mengajar di kelas baik
pada Budi (nama samaran) sendiri maupun pada
teman-temannya di kelas.
b. Menghasilkan saran, masukan atau alternatif
penyelesaian masalah. Seperti pada contoh
di atas, akan diperoleh beberapa informasi
penyebab keterlambatan Budi datang di sekolah,
sehingga akan diperoleh beberapa alternatif untuk
menyelesaikan masalah.
c. Datanya bersifat riil dan nyata. Maksudnya adalah
kasus yang dimunculkan atau yang diteliti adalah
kasus yang betul-betul terjadi (bukan rekayasa),
yang dialami oleh guru, wali kelas atau guru bidang
studi.
d. Hasilnya dapat diaplikasikan. Ciri yang keempat
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada studi
kasus adalah hasil kesimpulan seperti alterantif
penyelesaian kasus dapat diaplikasikan atau
diterapkan, bukan sekedar kajian teoritisnya. Hal ini
memungkinkan bahwa peserta didik yang kasusnya
sama, altrenatif penyelesaian kasusnya bisa
berbeda, karena penyebab kasusnya juga berbeda.

72 Teacherpreneur
Apa sasaran utama penelitian tindakan kelas (PTK)
studi kasus ?
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) studi kasus
sasaran utamanya adalah:
a. Asal-usul penyebab masalah. Suatu masalah
muncul sudah pasti ada penyebabnya. Oleh karena
itu, guru peneliti tindakan kelas studi kasus harus
memahami benar kondisi objek penelitian. Seperti
faktor lingkungan keluarga, lingkungan tempat
tinggal, lingkungan sekolah serta karakter pribadi
objek yang merupakan bawaannya. Ini penting
agar dalam memberikan saran atau alternatif
penyelesaian masalah dapat mengenah sesuai
yang diharapkan.
b. Sistem dan pola kerja kasus. Setiap kasus memiliki
kronologi yang berbeda, walaupun kasusnya sama.
Perbedaan kronologi terjadinya kasus, sudah
tentu solusi yang ditawarkan sebagai alternatif
penyelesaian masalah juga akan berbedah. Contoh
kasus: Budi (samaran) sering terlambat di sekolah,
karena malas bangun pagi. Ahmad (samaran)
sering terlambat di sekolah, karena antara sekolah
dan rumahnya cukup jauh. Alternatif penyelesaian
kedua masalah tersebut pasti berbeda, karena
kronologinya berbeda, walaupun masalahnya sama
yaitu terlambat di sekolah. Budi, salah satu alternatif
penyelesaian masalahnya adalah di berikan sanksi,

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 73


sedangkan Ahmad salah satu alternatif penyelesaian
masalahnya adalah diberikan beasiswa agar dia
angkot atau kendaraan.
c. Akibat yang ditimbulkan. Maksudnya adalah satu
masalah dapat menimbulkan masalah baru, atau
lebih dikenal masalah yang berantai.
d. Alternatif penyelesaian masalah. Penelitian
tindakan kelas studi kasus sebagai tahap akhirnya
adalah memberikan saran, atau memberikan
alternatif penyelesaian masalah. Jika tidak dapat
memberikan saran, atau memberikan alternatif
penyelesaianya, maka penelitian tersebut bisa
dinyatakan gagal atau sia-sia.

Bagaimana cara kerja penelitian tindakan kelas


(PTK) studi kasus ?
Sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan di atas,
saya kutipkan dari buku Jasa Unggul Muliawan sebagai
berikut: Pelaksanaan PTK menurut pembagianya terdiri
atas 4 (empat tahap) yaitu:

1. Perencanaan (planning)
Yang termasuk dalam perencanaan penelitian tindakan
kelas studi kasus adalah:
a. Penentuan sumber masalah.
b. Penelusuran argumen dan hipotesis yang mungkin
dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
74 Teacherpreneur
c. Penyusunan program kerja.
d. Spesifikasi langkah-langkah penelitian.
e. Prediksi atas kemungkinan penyimpangan yang
terjadi selama penelitian.
f. Penentuan alternatif penyelesaian masalah

2. Tindakan (action)
Tahap tindakan atau tahap pelaksanaan program
kerja yang perlu diperhatikan adalah naturalisasi atau
dikondisikan sealami mungkin pada objek yang diteliti.
Walaupun status peneliti adalah guru peserta didik yang
bermasalah atau objek penelitian, tetapi tidak dilakukan
dengan penuh hati-hati, objek bisa saja bersikap negatif
sehingga mengganggu tujuan penelitian.

3. Pengamatan dan evaluasi (observation


and evaluation)
Pada tahap ini yang dilakukan sebagai bahan evaluasi
adalah:
a. Pencatatan hasil pengamatan langsung (lebih
objektif).
b. Pencatatan hasil informasi dari pihak ketiga (kurang
objektif).

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 75


4. Refleksi (reflection).
Tahap refleksi adalah tahap terakhir, di mana penelitian
dianggap selesai. Akar persoalan yang menjadi pusat
perhatian dan alternatif penyelesaian masalah sudah
ditemukan. Tinggal di buat laporan.

Bagaimana cara pelaksanaan penelitian tindakan


kelas (PTK) studi kasus?
Menurut struktur dan cara kerjanya pelaksanaan Pe­
nelitian Tindakan Kelas (PTK) studi kasus terdiri dari ta­
hapan-tahapan sebagai berikut:
1. Munculnya masalah.
2. Munculnya kesadaran dan keinginan memperbaiki
keadaan.
3. Pengamatan pendahuluan.
4. Perencanaan teoritis.
5. Pengumpulan data teori dan informasi dasar.
6. Penentuan variabel penelitian.
7. Perencanaan dan persiapan teknis
8. Koordinasi dengan pihak terkait.
9. Pelaksanaan penelitian
10. Pengamatan, pencatatan, pengukuran, dan penilai­
an proses.

76 Teacherpreneur
11. Evaluasi dan analisis masalah.
12. Kesimpulan dan saran
13. Representasi hasil PTK.

Munculnya masalah
Setiap peserta didik memiliki masalah, bahkan guru
pun memiliki masalah. Masalah yang muncul bermacam-
macam, misalnya peserta didik sering terlambat, sering
bolos, prestasi menurun, terjadi perkelahian sesama
teman, kesenjangan sosial, dan lain-lain. Masalah-
masalah tersebut apabila telah mengganggu proses belajar
mengajar di kelas, maka perlu dicarikan solusinya agar
tidak berkelanjutan.

Munculnya kesadaran dan keinginan memperbaiki


keadaan
Dengan adanya masalah yang telah mengganggu
proses belajar mengajar di kelas, maka muncul kesadaran
dalam diri guru atau peneliti untuk mencarikan solusinya.
Guru atau peneliti sadar betul bahwa masalah yang muncul
tidak terjadi begitu saja, tetapi ada akar masalah. Untuk
mendapatkan informasi secara mendalam dan menyeluruh,
maka dibutuhkan suatu penelitian tindakan sehingga
pada akhirnya dapat memberikan saran atau alternatif
penyelesaian masalah.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 77


Pengamatan pendahuluan.
Pada tahap ini guru atau peneliti mulai memusatkan
perhatian terhadap masalah, sehingga menemukan atau
memperoleh gambaran tentang akar persoalan. Dari akar
persoalan inilah guru atau peneliti membangun imajinasi
untuk memikirkan pola kerja dan kerangka dasar penelitian.

Perencanaan teoritis
Guru atau peneliti dalam membangun imajinasi se­
benarnya telah memasuki perencanaan teoritis, karena
dalam imajinasi tersebut untuk telah merumuskan pola
kerja, kerangka dasar penelitian, termasuk memikirkan
asal-usul munculnya masalah.

Pengumpulan data teori dan informasi dasar


Guru atau peneliti telah yakin benar dengan teori yang
dikembangkan, namun untuk mendukung teori tersebut
guru atau peneliti harus membaca literatur atau buku-buku
yang relevan, terutama yang membahas masalah yang
sedang dihadapi. Dari literatur atau buku-buku inilah dapat
melengkapi imajinasi guru atau peneliti.

Penentuan variabel penelitian


Yang termasuk variabel dalam penelitian yaitu; in­
strumen, faktor, dan komponen. Variabel penelitian disusun
dan direncanakan dengan lengkap, sehingga memudahkan
dalam pelaksanaan selanjutnya.

78 Teacherpreneur
Perencanaan dan persiapan teknis
Semua yang berhubungan dengan tindakan penelitian
pada tahap ini direncanakan ulang, agar lebih terfokus dan
detail. Pada tahap ini, semua yang dianggap kurang atau
lemah mulai di benahi dan dilengkapi, termasuk teori-teori
pendukung yang belum kuat dapat diperbaiki sehingga
lebih aplikatif.

Koordinasi dengan pihak terkait


Setelah semua persiapan perencanaan dan teknis
pe­laksanaan sudah dianggap rampung, maka langkah
selanjutnya adalah mengadakan koordinasi dengan atasan
atau pejabat yang berwewenang dan memberikan penilaian
terhadap PTK. Misalnya, Kepala Sekolah, Pengawas pem­
bina, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP).

Pelaksanaan penelitian
Penelitian yang telah dirancang sebelumnya dengan
segala persiapan, maka pada tahap ini siap untuk di­
laksanakan.

Pengamatan, pencatatan, pengukuran, dan penilaian


proses
Pengamatan dilakukan mulai dari asal-usul, motif awal,
pola kerja, kronologi munculnya masalah sampai hubungan
sebab-akibat antara objek dan subjek. Pengamatan ini di­
catat dalam bentuk cacatan harian atau lembar angket

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 79


penelitian. Dari cacatan tersebut dibuat ukuran dan standar
penilaian dasar yang telah diprogramkan pada saat me­
nyusun instrumen hipotesis penelitian.

Evaluasi dan analisis masalah


Hasil penelitian direviw ulang dan dievaluasi, serta
melakukan pengkajian secara mendalam terhadap ma­
salah. Hasil pengkajian tersebut dapat mengisyaratkan
apakah hipotesis yang telah disusun sebelumnya tepat
untuk mengatasi masalah, atau perlu diajukan solusi baru
untuk menyelesaikannya. Bila dari hasil evaluasi didapatkan
kesalahan atau kegagalan, maka penelitian harus diulang
dari awal atau diperbaiki dan dilengkapi jika kesalahan itu
hanya bersifat teknis.

Kesimpulan dan saran


Pada tahap ini penelitian dianggap selesai, di mana
masalah yang diteliti sudah dapat diselesaikan dengan
baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya saran untuk
menyelesaikan masalah.

Presentasi hasil PTK


Pada tahap ini adalah tahap penyusunan laporan hasil
penelitian, di mana data-data yang diperoleh disusun ulang
dalam bentuk tertulis. Biasanya pada tahap ini peneliti
(dosen) mempertanggung jawabkan secara lisan dan ilmiah
didepan tim penilai, tetapi guru pada umumnya hanya
membuat laporan tertulis.

80 Teacherpreneur
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Eksperimen

Apa itu penelitian tindakan kelas (PTK) eksperimen?


Untuk memberikan jawaban pertanyaan di atas,
saya kutipkan dari bukunya Jasa Ungguh Muliawan
(2010) sebagai berikut: “Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
eksperimen adalah jenis penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dengan cara merekayasa atau mengkondisikan
keadaan tertentu pada subjek atau objek yang diteliti,
dan kemudian menyelusuri hubungan sebab akibat yang
ditimbulkanya”. Dari uraian tersebut, dapat kita mengambil
kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
eksperimen yaitu mengkondisikan suatu keadan tertentu
pada subjek atau objek penelitian (berdasarkan suatu
teori) kemudian menelusuri hubungan sebab-akibat yang
ditimbulkanya.

Bagaimana ciri penelitian tindakan kelas (PTK)


eksperimen?
Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Eksperimen
adalah sebagai berikut:
a. Merupakan percobaan keadaan tertentu di mana
subjek atau objek yang teliti mendapat perlakuan
khusus dan berbeda dari biasanya. Perlakuan
khusus tersebut misalnya perubahan perilaku guru,
perubahan sistem atau perubahan cara mengajar.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 81


b. Bertujuan menguji kebenaran suatu hipotesis.
c. Mengandung banyak resiko.
d. Alternatif penyelesaian masalah lebih dari satu.
e. Terbatas dalam ruang lingkup siswa di kelas.

Apa sasaran utama penelitian tindakan kelas (PTK)


eksperimen?
Sasaran utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) eks­
periman adalah:
a. Kebenaran teori. Kebenaran yang sesungguhnya
bagi peneliti eksperimentalis adalah kebenaran
yang bukan hanya logis, sah, dan masuk akal, tetapi
kebenaran yang bersifat konkrit, riil, dan nyata.
b. Penemuan teori baru. Teori baru yang bukan se­
kedar imajinasi atau angan-angan ilmiah, tetapi teori
baru yang aplikatif, detail, lengkap, dan nyata dapat
dirasakan kebenarannya pada tataran konkrit.

Apa syarat pelaksanaan penelitian tindakan kelas


(PTK) eksperimen?
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) eksperimen sangat
beresiko, sehingga dibutuhkan syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat tersebut dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan bagi objek maupun peneliti. Syarat-syarat
tersebut diantaranya:

82 Teacherpreneur
a. Tidak melanggar kaidah etika dan norma-norma
hu­kum yang berlaku, termasuk kaidah dan norma
hukum agama.
b. Tidak melanggar hak asasi manusia (HAM).
c. Bersifat terbuka. Maksudnya harus diketahui oleh
pihak-pihak tertentu, misalnya Kepala Sekolah atau
Kepala Dinas pendidikan.
d. Direncanakan dan diperhitungkan dengan teliti dan
hati-hati.
e. Berusaha memperkecil resiko.
f. Mampu melakukan, baik dari segi waktu, tenaga,
psikologis, teknis, dan biayah.
g. Tidak mengganggu jam belajar mengajar.
h. Tidak menyebabkan pengaruh buruk kepada siswa
atau objek yang diteliti.
i. Bertujuan positif.

Bagaimana cara kerja penelitian tindakan kelas


(PTK) eksperimen?
Prosedur atau cara kerja Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) eksperimen adalah:
a. Perencanaan. Seorang peneliti sebelum melakuk­
an penelitian perlu mengembangkan imajinasinya
untuk merencanakan suatu penelitian. Dalam me­

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 83


ngembangkan imajinasinya, tentu untuk mendukung
teori yang ada.
b. Simulasi penjajakan. Simulasi penjajakan yaitu
suatu percobaan awal yang dikondisikan sesuai
ren­cana kerja yang dibuat sebelumnya. Tujuannya
adalah untuk memprediksi kemungkinan yang akan
terjadi jika program kerja utama dilakukan.
c. Pelaksanaan rencana. Jika simulasi penjajakan
sudah dianggap rampung, maka dilanjutkan de­
ngan pelaksanaan sesuai rencana. Namun pelak­
sanaanya terjadi penyimpangan, maka harus
dihentikan dan dianggap simulasi penjajakan ke
dua.
d. Pencatatan, pengukuran, dan penilaian proses.
Jika penelitian sudah berjalan, maka tugas peneliti
adalah melakukan pencatatan, pengukuran, dan
penilaian terhadap rekayasa kedaan pada objek
penelitian.
e. Analisis dan diagnosa. Analisa yaitu hasil penelitian
yang berbentuk data atau informasi dikaji secara
mendalam untuk mendapatkan hubungan sebab-
akibat suatu kejadian pada objek yang diteliti.
Diagnosa yaitu penyelidikan mengenai sebab-
musabab munculnya suatu masalah (penyakit)
dalam dunia kedokteran. Dari diagnosa inilah mun­
culnya hipotesis yang baik dan benar.

84 Teacherpreneur
f. Kesimpulan. Kesimpulan dari hasil penelitian secara
menyeluruh dapat dievaluasi dan ditindaklanjuti.
Bila teori yang dijadikan dasar hipotesis adalah
benar, maka hasil penelitian tersebut layak untuk
direkomendasikan sebagai inovasi baru teori ke­
pendidikan.
g. Penuyusunan laporan. Sebgai langkah terakhir
adalah menyusun laporan hasil penelitian.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Diskripsi

Apa itu penelitian tindakan kelas (PTK) diskripsi?


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diskripsi adalah
metode penelitian yang berusaha menggambarkan
dan mempresentasikan objek sesuai keadaan yang se­
sungguhnya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian
eksperimen sebab tidak ada rekayasa dan pengkondisian
khusus terhadap objek yang diteliti.

Bagaimana ciri penelitian tindakan kelas (PTK)


diskripsi?
Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diskripsi
adalah sebagai berikut:
a. Bersifat diskriptif (menggambarkan).
b. Dilakukan secara detail dan terperinci.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 85


c. Tidak banyak memasukan pendapat subjektif/
pribadi.
d. Objektif- reflektif dan apa adanya.

Apa sasaran utama penelitian tindakan kelas (PTK)


diskripsi?
Objek atau sasaran utama Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) diskripsi antara lain:
a. Unsur penampilan. Penampilan yang menjadi sa­
saran penelitian diskriptif pada umunya terdiri atas
komponen-komponen seperti karakter khusus, pola
detail tampilan objek, cara kerja . dan sistimatika
kronologis.
b. Unsur kualitas. Kualitas yang dimaksud dalam
penelitian ini seperti kemampuan dasar objek,
pengendalian diri, kemampuan bersosialisasi,
ka­rakter, dan prilaku keagamaan yang dijalani.
Pada umumnya kualitas objek yang diteliti sudah
dipersiapkan menurut ukuran dan standar penilaian
tertentu. Misalnya untuk mengukur intelektual de­
ngan angka-angka, sedangkan untuk mengukur
tingkat kepekaan sosial secara subjektif (boleh dari
orang terdekat).
c. Unsur sifat khusus. Sifat khusus yang dimaksud
yaitu sifat yang berhubungan dengan pemicu
yang menyebabkan perilaku objek mengalami pe­
rubahan, misalnya pengaruh budaya lingkungan.

86 Teacherpreneur
Pengaruh tersebut bisa bersifat positif atau bersifat
negatif.
d. Unsur potensi (kemampuan terpendam). Jika pe­
nelitian berhubungan dengan manusia, maka
potensi yang dimaksud yaitu sebagai bakat atau
terpendam yang dimiliki. Potensi ini bisa bersifat
positif atau bersifat negatif, misalnya sifat pemarah
atau pendendam. Jika yang diteliti berbentuk sis­
tem atau cara kerja tertentu, maka potensi yang
dimaksud yaitu prediksi kelemahan suatu teori.

Apa prinsip umum penelitian tindakan kelas (PTK)


diskripsi?
Prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam penelitian
tindakan kelas diskripsi adalah:
a. Direncanakan dan dijadwalkan dengan baik.
b. Dilakukan secara detail, teliti, dan hati-hati.
c. Tidak boleh menabah atau mengurangi, misalnya
angka tiga harus ditulis angka tiga.
d. Hindari pendapat subjektif. Pendapat subjektif
hanya boleh masuk pada saat analisa dan atau
diagnosa masalah.

Bagaimana cara kerja penelitian tindakan kelas


(PTK) diskripsi?
Prosedur atau cara kerja Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) diskripsi secara teknis banyak memiliki model.
Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 87
Namun yang akan di bahas dalam buku ini hanya “Model
klaksik” Penelitian tindakan kelas diskripsi model klasik
yaitu objek dibiarkan apa adanya, sehingga tidak ada
perlakuan khusus atau rekayasa terhadap objek penelitian.
Cara kerjanya kurang lebih sama dengan penelitian pada
umumnya, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penentuan objek pengamatan.
2. Perencaan sistem dan cara kerja.
3. Penentuan komponen variabel penelitian.
4. Pelaksanaan penelitian:
a. Pengamatan
b. Pencatatan/rekam data
c. Pengukuran
d. Penilaian
e. Evaluasi.
5. Analisa dan diagnosa.
6. Penarikan kesimpulan.
7. Penyusunan laporan.

88 Teacherpreneur
• Mengikuti Forum Ilmiah Guru
(FIG)
Apa hubungan antara profesional sebagai guru dengan
mengikuti FIG? Forum Ilmiah Guru adalah merupakan
wadah kompetisi guru-guru yang kreatif, berprestasi, dan
profesional. Guru yang mengikuti FIG tingkat Nasional,
adalah guru yang telah lolos seleksi tingkat Kabupaten/Kota
dan Tingkat Provinsi. Jadi jelas bahwa guru yang mengikuti
FIG adalah guru yang sudah matang dan lebih profesional.

Apa hubungan mengikuti FIG dengan bisnis?


Pada FIG guru-guru yang mewakili daerahnya akan
berkompetisi dengan guru-guru dari daerah lain. Yang
namanya kompetisi berarti ada sesuatu yang diperebutkan,
diantaranya adalah piala dan bonus. Tapi saya sarankan
jangan mengikuti FIG karena dominan bonusnya, tapi
jadikan mengikuti FIG merupakan kepuasan batin yang
tidak ternilai harganya.
Forum ilmiah guru atau lomba karya ilmiah guru
adalah merupakan salah satu upaya pemerintah dalam
hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan untuk
memberikan ruang kepada guru untuk berkreatif. Sayangnya
tidak semua guru dapat mengikuti forum ilmiah tersebut,
dengan berbagai alasan:

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 89


1. Sebagian guru belum mengusai penelitian ilmiah.
2. Sebagian guru belum memahami prosedur untuk
mengikuti FIG.
3. Kurangnya sosialisasi tentang FIG.
Kendala di atas sesungguhnya bukan suatu masalah
yang sulit, apabila guru selalu aktif dan kreatif. Perkembangan
dunia pendidikan saat ini tidak ada alasan bagi guru bahwa
belum menguasai penelitian ilmiah, karena PTK termasuk
penelitian ilmiah dan dapat diikutkan pada lomba ilmiah
guru. Prosedur dan informasi-informasi tentang pendidikan
saat ini dapat diakses sampai kepelosok desa, karena dunia
internet betul-betul sedah mendunia. Harapannya adalah
bahwa setiap ada lomba atau FIG guru dapat mengikuti,
untuk menambah pengalaman dan wawasan. Oleh sebab
itu, menang dalam lomba jangan menjadi tujuan, tetapi
mengikuti lomba menjadi kewajiban.
Tujuan, manfaat, dan hasil yang diharapkan dari forum
ilmiah guru berdasarkan pedoman penyelenggaraan Forum
Ilmiah Guru, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
dan Kebudayaan, dan Penjamin Mutu Pendidikan Tahun
2013 adalah sebagai berikut:

90 Teacherpreneur
Tujuan penyelenggaraan forum ilmiah guru
Tujuan Penyelenggaraan Forum Ilmiah Guru adalah:
1. Memberi kesempatan kepada guru untuk
memperoleh wawasan dan pengalaman ilmiah yang
berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran.
2. Memberikan motivasi kepada guru untuk
meningkatkan kemampuan profesional dalam
pelaksanaan pembelajaran.
3. Menumbuhkembangkan budaya menulis karya
ilmiah bagi guru yang terkait dengan upaya
meningkatkan kualitas pendidikan.
4. Meningkatkan mutu pendidikan dan proses
pembelajaran.
5. Memberikan kebanggaan terhadap profesi guru.

Manfaat penyelenggaraan forum ilmiah guru


Manfaat penyelenggaraan Forum Ilmiah Guru adalah:
1. Bagi guru, akan dapat meningkatkan kompetensi
dan kemampuan yang tinggi dalam pelaksanaan
tugas keprofesian.
2. Bagi satuan pendidikan untuk memotivasi guru lain
untuk menghasilkan karya tulis ilmiah.
3. Bagi lembaga terkait dan organisasi profesi, dapat
digunakan sebagai masukan dalam memfasilitasi
peningkatan mutu guru.

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 91


Hasil yang diharapkan pada penyelenggaraan forum
ilmiah guru
Hasil yang diharapkan pada penyelenggaraan forum
ilmiah guru adalah :
1. Terpilihnya guru yang kreatif dan inovatif dalam
melaksanakan tugas secara profesional.
2. Tumbuhnya budaya menulis bagi guru dalam rangka
melaksanakan tugas pengembangan profesi.
3. Terhimpunnya berbagai karya ilmiah yang
berkualitas di bidang pendidikan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
forum ilmiah guru bertujuan mewujudkan profesi guru  yang 
bermartabat dan diharapakan meningkatkan kompetensi
guru, serta diharapkan menghasilkan guru yang kreatif
dan inovatif. Di sisi lain, kegiatan ini dapat menanamkan
budaya menulis untuk dapat menghasilkan sebuah karya
ilmiah yang berkualitas dan bermutu.
Forum ilmiah guru dilaksanakan secara berjenjang,
mulai dari tingkat Kabupaten/Kota yang diselenggarakan
oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, bersama PGRI
Kabupaten/Kota dan mitra lainnya. Tingkat Provinsi
diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi
Penjaminan Mutu Pendidikan, PGRI Provinsi dan mitra
lainnya. Sedangkan, penyelenggara Forum Ilmiah Guru
tingkat Nasional adalah BPSDMPK-PMP, bersama
Pengurus Besar PGRI dan mitra lainnya.

92 Teacherpreneur
Karya ilmiah yang diikutsertakan dalam Forum Ilmiah
Guru harus merupakan karya perorangan yang orisinal
dan belum pernah diikut sertakan dalam forum atau lomba
lainnya di tempat lain. Karya ilmiah yang diikutsertakan
adalah karya tulis hasil penelitian kuantitatif, pengembangan
model, penelitian tindakan kelas, penelitian kualitatif, atau
karya kreatif lain, sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah.

Bagaimana sistematika penulisan forum ilmiah guru?


Sistematika penulisan pada forum ilmiah guru, tentu
mengikuti kaidah atau sistematika yang telah baku. Untuk
lebih jelasnya saya kutipkan contoh dan sistematika
penulisan karya ilmiah dari pedoman penyelenggaraan
Forum Ilmiah Guru Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan Tahun
2013. (Contoh terlampir).

Tujuh Kiat Budaya Teacherpreneur 93


94 Teacherpreneur
Daftar Pustaka

Abdul Hakim El Hamidy. 2011. Dahsyat Writing! 7 Jurus


Menulis Dahsyat Ala Otak Kanan. Bandung: Hakim
Publishing.

Aip Badrujaman dan Dede Rahmat Hidayat. 2010. Penelitian


Tindakan Kelas. Jakarta: Trans Info Media.

Ambo Tang Tibi dan Abdul Hakim El Hamidy. 2013. 11 Jurus


Berani Bisnis. Bandung: Hakim Publishing.

Arifuddin M. Arif. 2013. The Magic of Teaching. Bandung:


Hakim Publishing.

Dian Malik Alamsyah: http://jembersantri.blogspot.


com/2013/08/10-ciri-ciri-guru-profesional.html.
H.E.Mulyasa, 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Jasa Ungguh Muliawan. 2010. Penelitian Tindakan Kelas.


Yogyakarta: Gava Media.

M. Hasyim Ashari. 2008. Siapa Bilang Jadi Guru Hidupnya


Susah?. Yogyakarta: Pinus.

Daftar Pustaka 95
Moh. Uzer Usman. 2001. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sajidin El Qharidja. 2013. 9 Ayat Penulis Best Seller.


Bandung: Hakim Publishing.

Team Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.


Pedoman Penyelenggaraan Forum Ilmiah Guru.
Jakarta.

96 Teacherpreneur
Lampiran 1

CONTOH SECARA UMUM


SISTEMATIKA PENULISAN PROPOSAL PTK

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Penjelasan Mengenai Kompetensi
2. Uraian Tentang Kompetensi
3. Uraian Masalah dalam Pemberian Layanan
4. Uraian Keunggulan Tindakan yang Dipilih

B. Identifikasi Masalah
1. Masalah 1
2. Masalah 2
3. Masalah 3

C. Rumusan Masalah
1. Apa Motif dan Latar Belakang Munculnya
Masalah ?
2. Bagaimana Pola Kerja dan Bentuk yang
Diakibatkannya?
3. Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengatasi
Masalah?

D. Tujuan Penelitian
Lampiran 97
1. Mencari Tau Motif dan Latar Belang Munculnya
Masalah
2. Merumuskan Bentuk dan Mekanisme Kerja
3. Mencari dan Menemukan Alternatif Solusi
Pemecahan Masalah

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
2. Bagi Guru
3. Bagi Sekolah

BAB II KAJIAN TEORI


A. Teori Variabel Penelitian
B. Teori Variabel Masalah
C. Hipotesis Tindakan
D. Indikator Keberhasilan

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
B. Karakteristik Subyek Penelitian
C. Prosedur Kerja Penelitian:
1. Rencana Tindakan
2. Pelaksanaan Tindakan
3. Observasi

Daftar Pustaka

98 Teacherpreneur
Lampiran 2

CONTOH SECARA UMUM


SISTEMATIKA PELAPORAN PTK

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi masalah
C. Rumusan masalah
D. Manfaat/ Kegunaan Penelitian.

BAB II ACUAN TEORITIK


A. Landasan Teori
B. Hipotesis Tindakan
C. Indikator Keberhasilan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.


A. Tujuan Penelitian
B. Setting Penelitian
C. Metode Penelitian
D. Partisipan dalam Penelitian

Lampiran 99
E. Peran dan Posisi Peneliti
1. Pelaksana Tindakan
2. Kolaborator
F. Tahapan Penelitian
1. Rencana Siklus Penelitian
a. Perencanaan Tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Observasi –Interpretasi
d. Refleksi
G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
H. Data dan Sumber Data
I. Teknik Pengumpulan Data
J. Instrumen Pengumpulan Data
K. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
L. Analisis Data Dan Interpretasi Hasil Analisis.

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Siklus I
1. Deskripsi Data Hasil Siklus I
2. Refleksi Siklus I
3. Keputusan
B. Siklus II
1. Perencaan
2. Deskripsi Data Hasil Siklus II

100 Teacherpreneur
3. Refleksi Siklus II
4. Keputusan
C. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Tujuan Penelitian dan Hipotesis Tindakan.
2. Temuan-temua Penting
B. Implikasi
C. Saran
1. Saran Untuk Penelitian Lanjut
2. Saran Untuk Penerapan Hasil Penelitian

Daftar Pustaka

Lampiran 101
102 Teacherpreneur
Lampiran 3

CONTOH FORMAT FORUM ILMIAH GURU


SISTEMATIKA PENULISAN KARYA ILMIAH
(PENELITIAN KUANTITATIF UJI HIPOTESIS)

Halaman Judul
Halaman Pengesahan (oleh Kepala Sekolah)
Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah (diketahui oleh atasan
langsung)
Kata Pengantar Abstrak (maksimal 1 halaman)
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Definisi Operasional Variabel

Lampiran 103
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
B. Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Rancangan Penelitian
B. Populasi dan Sampel
C. Metode Pengumpulan Data
D. Pengembangan Instrumen (Uji Validitas dan
Reliabilitas)
E. Metode Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
B. Saran
C. Daftar Pustaka

Lampiran- lampiran, antara lain:


1. Izin Penelitian
2. Instrumen penelitian

104 Teacherpreneur
3. Contoh-contoh hasil kerja/pengembangan
instrumen
4. Dokumen pelaksanaan penelitian (foto-foto
kegiatan dan penjelasannya, daftar hadir dan lain-
lain.)
5. Biodata penulis.

Lampiran 105
106 Teacherpreneur
Sekilas Tentang Penulis

Jamaludin akrab dipanggil pak


Jamal. Saat ini dikenal sebagai
Kepala Sekolah Menengah
Atas (SMA) swasta “Karuna
Dipa Palu”. SMA swasta Karuna
Dipa Palu cukup dikenal di
Kota Kaledo (makanan khas
Kota Palu), karena prestasinya
cukup baik, maka sejak tahun 1999 sampai saat ini
Yayasan Karuna Dipa masih mempercayakan kepadanya
untuk memimpin SMA Karuna Dipa Palu. Sudah 14 tahun
memimpin SMA Karuna Dipa Palu, sehingga tidak heran
beliau sudah cukup berpengalaman. Susah-senang ber­
gelut di dunia pendidikan sudah cukup matang, sehingga
buku yang pertama ini merupakan luapan pengalaman dan
inspirasi selama ini.
Buku TeacherPreneur: Kiat Menjadi Guru Profesional
Berbudaya Entrepreneurship, hanya sekedar memberikan
motivasi kepada sahabat guru agar mindset selama ini
serba sulit menjadi serba mudah dan serba bisa.
Jamaludin dikenal dengan nama kecil “La Jala’ali”
dilahirkan di Desa La Lemba Kecamatan Lawa Kabupaten
Sekilas Tentang Penulis 107
Muna Provinsi Sulawesi Tenggara, pada tanggal 01 Januari
1970. Beliau merupakan anak bungsu dari 10 bersaudara
dari pasangan (Alm) La Pati dan (Alm) Wa Mbote. Pak Jamal
bisa dihubungi melalui telepon seluler : 081341024045 atau
melalui Email : Jamalirga@gmail.com.
Jenjang Pendidikan formal yang pernah dilalui yaitu:
• SD Negeri Lambubalano 2 Kecamatan Lawa
Kabupaten Muna tamat tahun 1983
• SMP Negeri Lasosodo Kecamatan Lawa
Kabupaten Muna tamat tahun 1986
• SMA Negeri 2 Raha Kecamatan Lawa Kabupaten
Muna tamat tahun 1989
• S1 FKIP Universitas Tadulako Palu Jurusan
Pendidikan Kimia tamat tahun 1994

108 Teacherpreneur

Anda mungkin juga menyukai