DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Muhammad Kurniawan
Sadli Rosyd
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah Menejemen rantai pasok dan rantai nilai ini dibuat untuk melengkapi tugas kuliah
Menejemen rantai pasok dan rantai nilai.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini, serta pihak – pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan,
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna membangun perbaikan makalah yang
akan datang. Penulis juga berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
Sepanjang tahun 1990an, para akademisi maupun pebisnis di Eropa dan Amerika
mulai banyak menaruh perhatian terhadap konsep pengelolaan rantai pasokan (supply chain
management =SCM) dalam penyelenggaraan kegiatan agribisnis. Oleh karena itu, konsep dan
aplikasi SCM telahmenjadi topik kunci penelitian dan fokus komersial dalam agribisnis
selama satu dekade yang lalu.Dalam lima tahun terakhir, ketertarikan terhadap SCM bahkan
berkembang ke arah identifikasi potensidan implikasi penerapan konsep tersebut di negara
negara berkembang.
Perhatian terhadap SCM timbul sebagai akibat dari adanya berbagai perubahan
dalamlingkungan operasional sektor pangan dan agribisnis. Namun demikian, berbagai
argumentasimengindikasikan bahwa pendorong utama ketertarikan terhadap SCM adalah
adaya pertumbuhanintensitas kompetisi atau persaingan dalam menyerap pengeluaran
konsumen. Sejalan denganperkembangan sektor eceran, diferensiasi produk makanan yang
semakin tinggi, perbaikan kualitasproduk dan kemampuan untuk menyelenggarakan
transportasi produk secara efektif dari sisi biaya,telah memberikan penawaran rangkaian
alternatif pilihan produk yang lebih beragam bagi konsumen.Pada tingkat konsumen,
kekuatan-kekuatan penghela yang mengubah sistem agribisnis diantaranyatemasuk,
peningkatan sensitivitas konsumen terhadap aspek kualitas, keamanan, kesehatan dannutrisi
produk makanan. Konsumen juga mulai menunjukkan ketertarikan terhadap asal dan
caraproduksi produk makanan tersebut, bahkan termasuk hal-hal yang sebenarnya tidak
berkaitanlangsung dengan nilai produk makanan (non-food values), misalnya masalah
lingkungan atau pertanianberkelanjutan. Konsumen merespon dengan mempraktekkan
kemampuannya untuk memilih. Hal inisecara tidak langsung menyisipkan kekuatan
konsumen yang lebih besar (dibandingkan sebelumnya)terhadap sistem produksi
pangan/makanan dan sistem pemasaran. Pada gilirannya, hal ini meyakinkanpara pemasok
pangan bahwa keberhasilan pasar akan sangat bergantung pada kemampuan untukmerespon (
responsiveness) permintaan konsumen.
Reorientasi ke arah rantai pasokan yang dihela permintaan konsumen (consumer
drivenchains) menekankan bahwa meningkatnya kekuatan konsumen telah menggugurkan
asumsi yangbiasanya dipasang di tingkat usahatani atau agribisnis. Asumsi yang menyatakan
bahwa tugaspemasok semata-mata hanya memasok produk tanpa harus memperhatikan
kebutuhan konsumenatau eksistensi pasar dari produk tersebut, tidak lagi berlaku. Pertanian
tradisional dan bisnis-bisnispangan yang secara kuat memberikan penekanan terhadap harga
produk, tidak dilengkapi dengankemampuan untuk merespon terhadap permintaan konsumen
yang semakin beragam. Secaraindividual bisnis-bisnis tersebut memiliki keterbatasan untuk
merespon permintaan konsumen denganefektif. Setiap bisnis/usaha hanya merepresentasikan
bagian dari proses produksi produk panganbersangkutan serta proses-proses lainnya
(pengangkutan, pengolahan dan penjualan eceran) yangmembawa produk tersebut ke tangan
konsumen. Dalam kaitan ini, SCM dapat memberikan suatucara/metode
mengkonseptualisasikan pengelolaan dari perubahan-perubahan yang dibutuhkan didalam
suatu sistem, untuk merespon kebutuhan konsumen secara efektif. Konsep ini didasarkan
padaintegrasi dan koordinasi upaya semua unit bisnis yang terlibat dalam proses-proses
produksi danpenyampaian (delivery ) produk.
1.3 Tujuan
1.) Untuk mengetahui pengertian dari mata ratai pasok
2.) Untuk mengetahui pengeloalaan mata rantai pasok dengan baik dan benar
3.) Untuk mengetahui supply chain managemen
4.) untuk mengetahu pola pengelolaan mata rantai pasok.
BAB II
PEMBAHASAN
Rantai suplai, rantai pasokan, jaringan logistik, atau jaringan suplai adalah sebuah
sistem terkoordinasi yang terdiri atas organisasi, sumber daya manusia, aktivitas, informasi,
dan sumber-sumber daya lainnya yang terlibat secara bersama-sama dalam memindahkan
suatu produk atau jasa baik dalam bentuk fisik maupun virtual dari suatu pemasok kepada
pelanggan. Badan usaha yang melaksanakan fungsi suplai pada umumnya terdiri dari
manufaktur, penyedia layanan jasa, distributor, dan saluran penjualan (seperti: pedagang
eceran, ecommerce, dan pelanggan (pengguna akhir). Aktivitas rantasi suplai (rantai nilai dan
proses siklus hidup) mengubah bahan baku dan bahan pendukung menjadi sebuah barang jadi
yang dapat dikirimkan kepada pelanggan pengguna akhir. Rantai suplai menghubungkan
rantai nilai. Ada berbagai jenis model rantai suplai, yang masing-masing menghubungkan
mulai dari sisi hulu hingga hilir. Tujuan utama supply chain management adalah untuk
memenuhi permintaan pelanggan melalui penggunaan sumber daya yang pailng efisien,
termasuk kapasitas distribusi, persediaan dan sumber daya manusia.
1. Organisasi :
Kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang
relatif dapat diidentifikasi, bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu
tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Tujuan tersebut biasanya tidak dapat dicapai oleh individu-individu yang bekerja sendiri,
tetapi tujuan tersebut dapat dicapai secara lebih efisien melalui usaha kelompok.
Komponen sebuah struktur organisasi :
a.) Kompleksitas :
Mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi. Termasuk di
dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan dalam hierarki
organisasi, serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis.
b.) Formalitas :
Tingkat sejauh mana sebuah organisasi menyan-darkan dirinya kepada peraturan dan
prosedur untuk mengatur perilaku dari para pegawainya.
c.) Sentralisasi :
Mempertimbangkan di mana letak dari pusat pengambilan keputusan.
Fragmentasi organisasi
Di dalam setiap perusahaan memiliki tiga fungsi utama manajemen, yaitu keuangan,
operasi, dan pemasaran. Bagian pemasaran bertanggung jawab memaksimalkan pendapatan,
bagian operasi bertanggung jawab memproduksi dengan biaya rendah dan bagian keuangan
bertanggung jawab memaksimalkan perputaran investasi perusahaan. Dalam menjalankan
tanggung jawabnya, setiap bagian memerlukan transportasi dan organisasi logistik
perusahaan merupakan suatu organisasi utama yang mampu menciptakan seluruh
fungsifungsi tersebut di dalam perusahaan, yaitu menyediakan segala keperluan fungsi-fungsi
tersebut. Maka, perusahaan harus mampu menciptakan organisasi logistik yang baik.
• Strategi ini memerlukan investasi yang besar, kemampuan prima dalam distribusi,
pengecer
• dan pemasok yang dikendalikan dengan sistem informasi yang baik.
• Perlu pengangkutan yang cepat dan handal.
• Peramalan yang baik.
• Sistem ini hanya tepat untuk distribusi barang dalam frekuensi dan jumlah yang besar.
4. Desain produk
• Desain produk bisa menimbulkan biaya penyimpanan dan pengangkutan yang besar,
biaya
• pembuatan yang besar dalam waktu yang lama. Perlu dilakukan desain ulang.
• Pembuatan desain baru dan mengubah desain lama membutuhkan waktu dan biaya
yang
• besar. Tapi jika dapat menguntungkan dalam jangka panjang tentu perlu
dipertimbangkan.
5. Teknologi informasi dan sistem penunjang
• Tujuan utama menghubungkan titik produksi dan penjualan dalam satu rantai
pasokan.
• Informasi harus selalu informasi terkini.
6. Nilai pelanggan (customer value)
• Menunjukkan kontribusi perusahaan pada pelanggannya meliputi kualitas produk
dalam hal harga, mutu dan layanan.
• Manajemen rantai pasokan sangat mengutamakan nilai pelanggan
Pengembanga Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam
n produk perancangan produk baru
Proses supply chain management adalah proses saat produk masih berbahan mentah,
produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas
yang terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material. Bila digambarkan dalam
bentuk bagan akan nampak sebagaio berikut:
Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui
rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan
pembuangan
Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status
pesanan
Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan
alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai
tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan
maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Dengan tercapainya
koordinasi dari rantai supply perusahaan, maka tiap channel dari rantai supply perusahaan
tidak akan mengalami kekurangan barang juga tidak kelebihan barang terlalu banyak.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) dalam supply chain ada beberapa pemain utama
yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan didalam arus barang,
para pemain utama itu adalah:
1. Supplier
2. Manufacturer
3. Distributor / wholesaler
4. Retail outlets
5. Customers
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut:
Chain 1: Supplier
Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan
pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam
bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku
cadang dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini
termasuk juga supplier’s suppliers atau sub-suppliers. Jumlah supplier bisa banyak atau
sedikit, tetapi supplier’s suppliers biasanya berjumlah banyak sekali.
3. Vertical Integration
Artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya
dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau distributor. Integrasi vertical dapat
berupa:
4. Kairetsu Network.
Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli dari
sedikit pemasok dan integrasi vertical dengan cara misalnya mendukung secara financial
pemasok melalui kepemilikan atau pinjaman. Pemasok kemudian menjadi bagian dari koalisi
perusahaan yang lebih dikenal dengan kairetsu. Keanggotaannya dalam hubungan jangka
panjang oleh sebab itu diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan keahlian tehnis
dan kualitas produksi yang stabil kepada perusahaan manufaktur. Para anggota kairetsu dapat
beroperasi sebagai subkontraktor rantai dari pemasok yang lebih kecil.
tetap dan bergerak sehingga memungkinkan terciptanya perusahaan yang unik agar dapat
memenuhi permintaan pasar yang cenderung berubah. Hubungan yang terbentuk dapat
memberikan pelayanan jasa diantaranya meliputi pembayaran gaji, pengangkatan karyawan,
disain produk atau distribusinya. Hubungan bisa bersifat jangka pendek maupun jangka
panjang, mitra sejati atau kolaborasi, pemasok atau subkontraktor. Apapun bentuk
hubungannya diharapkan akan menghasilkan kinerja kelas dunia yang ramping. Keuntungan
yang bisa diperoleh diantaranya adalah: keahlian manajemen yang terspesialisasi, investasi
modal yang renadh, fleksibilitas dan kecepatan. Hasil yang diharapkan adalah efisiensi.
2. Ketidakpastiaan
Ketidakpastian permintaan
Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku, dll.
Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna,
ketidakpastian kualitas produksi dll.
Komunikasi terbuka
Gambaran mengenai ketidak pastian dalam supply chain adalah sebagai berikut:
Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), bentuk fisik dari
suatu barang dalam supply chain dapat dilihat sebagai tahapan jaringan nilai tambah bahan
pengolahan yang masing-masing didefinisikan dengan pasokan input, transformasi material
dan output permintaan. Berikut diberikan bagan Supply chain untuk produk barang
Rantai pasokan bagaikan darah dari setiap organisasi bisnis karena menghubungkan
pemasok, produsen, dan pelanggan akhir di jaringan yang sangat penting untuk penciptaan
dan pengiriman barang dan jasa. Dalam mengelola rantai pasokan memerlukan suatu proses
yaitu, proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan. Tujuan
manajemen rantai pasokan adalah dengan menyelaraskan permintaan dan penawaran
seefektif dan seefisien mungkin. Masalah-masalah utama dalam rantai pasokan terkait dengan
(Stevenson, 2009):
1. Menentukan tingkat outsourcing yang tepat
2. Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3. Mengelola pemasok
4. Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5. Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6. Mengelola risiko
Sedangkan menurut I Nyoman Pujawan, supply chain memiliki tujuan strategis yang
perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau setidaknya bertahan dalam
persaingan. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka supply chain harus bisa
menyediakan produk yang,
1. Murah
2. Berkualitas
3. Tepat waktu
4. Bervariasi
Menurut Hitt, Ireland dan Hoskisson (2001), semua tindakan yang diambil oleh
perusahaan ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan mencapai daya saing strategisnya
dan menghasilkan laba di atas rata-rata. Daya saing strategis dicapai ketika sebuah
perusahaan berhasil memformulasikan dan menerapkan strategi penciptaan nilai. Ketika
perusahaan mengimplementasikan suatu strategi yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain
atau terlalu mahal untuk menirunya, perusahaan ini memiliki keunggulan persaingan bertahan
atau dapat bertahan (sustained atau sustainable competitive advantage, selanjutnya disebut
sebagai keunggulan persaingan). Setelah perusahaan mendapatkan daya saing strategis dan
sukses mengeksploitasi keunggulan persaingannya, suatu perusahaan mampu mencapai
tujuan utamanya: mendapatkan laba diatas rata-rata, yaitu kelebihan penghasilan yang
diharapkan oleh seorang investor dari investasi.
e. Postponement,
yaitu menunda modifikasi atau customization produk selama mungkin dalam proses
produksi.
f. Channel Assembly,
yaitu menunda perakitan akhir suatu produk sehingga jalur distribusi dapat dipasang.
h. Blanket Order,
merupakan komitmen pembelian jangka panjang kepada supplier untuk item yang
dapat dikirim dalam jangka pendek, artinya ordernya kosong, diisi sesuai kebutuhan saja.
i. Standardization,
yaitu pengurangan jumlah variasi material dan komponen sebagai bantuan
mengurangi biaya.
k. Pemilihan Vendor
Suatu perusahaan mungkin memiliki kemampuan di semua bidang manajemen,
walaupun demikian fungsi operasi memerlukan adanya hubungan dengan vendor yang
sempurna. Agar hubungan tersebut efektif maka perlu dilakukan tiga proses yaitu:
1. Evaluasi Penjual
Tahap ini mencakup kegiatan pencarian penjual potensial dan penentuan
kemungkinan penjual tersebut menjadi pemasok yang baik. Penilaian dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai variabel atau factor yang dipertimbangakan untuk memilih
penjual, yang mana tiap variabel diberi bobot tergantung pada kebutuhan organisasi.
Kemudian menentukan beberapa alternative untuk diberi penilaian , setelah dianalisa maka
bisa menentukan mana yang dipilih.
2. Pengembangan Penjual
Apabila perusahaan sudah memastikan akan menggunakan jasa penjual tertentu, maka
cara agar pemasok dapat diintegrasikan ke dalam system yang berlaku adalah dengan
memastikan bahwa penjual menghargai kebutuhan akan mutu, dan kebijakan perolehan bahan
baku. Pengembangan dimulai dari pelatihan sampai membantu rekayasa dan produksi juga
format transfer informasi elektronik.
3. Negosiasi
Strategi Negosiasi terdiri dari tiga jenis yaitu: 1) Model harga berdasarkan biaya (Cost
Based price model), yang mengharuskan pemasok terbuka kepada pembeli. 2) Model
berdasarkan harga pasar (market Based price model), harga didasarkan pada publikasi atau
indeks. 3) Perebutan tender (competitive bidding),terjadi pada kasus dimana pemasok tidak
bersedia membahas biaya dan tidak ada pasar yang mendekati sempurna.
4. Internet Purchasing
Kadang-kadang disebut sebagai e-procurement yaitu order dilakukan melalui
komunikasi atau menyetujui catalog vendor yang didapat melalui internet untuk digunakan
oleh karyawan dari perusahaan di bagian pembelian.
l. Pembelian - Purchasing
Strategi pembelian yang efektif merupakan hal yang strategis dalam konsep Supply Chain
Management, bagaimanapun pembelian memberikan peluang besar pengurangan biaya dan
peningkatan marjin kontribusi, karena porsi terbesar dari pendapatan digunakan untuk
melakukan pembelian. Kebutuhan akan strategi pembelian dan penerapan strategi itu
mengarah pada pembentukan fungsi pembelian.
Membantu mengidentifisikasi produk barang dan jasa yang dapat diperoleh secara
eksternal.
2. Fokus Pembelian
Pembelian terjadi di lingkungan operasi produk barang maupun jasa.
Fungsi pembelian biasanya dikelola oleh agen pembelian yang secara formal memegang
wewenagn untuk melaksanakan kontrak atas nama perusahaan. Di perusahaan besar, agen
pembelian ini dapat juga merupakan staf yang juga pembeli dan ekspenditur. Pembeli
mewakili perusahaan yang bersangkutan, menjalankan semua kegiatan departemen
pembelian kecuali penanda tanganan kontrak. Ekspenditur membantu pembeli dalam
menindaklanjuti pembelian agar dapat dipastikan bahwa pengiriman tepat waktu. Di
perusahaan manufaktur, Fungsi pembelian didukung engineering drawing dan spesifikasi
dari produk- produk yang dibuat, dokumen-dokumen pengendalian mutu, dan kegiatan-
kegiatan pengujian yang mengevaluasi ietm yang dibeli.
Peranan pembelian agak tidak begitu penting karena produk utamanya merupakan produk
intelektual, contoh yang dapat dikemukakan misalnya di organisasi hukum maupun
kesehatan, item utama yang diperoleh adalah fasilitas kantor, perabotan dan peralatan, mobil
serta perlengkapan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengelolaan Rantai Pasokan merupakan sebuah sistem terkoordinasi yang terdiri atas
organisasi, sumber daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber-sumber daya lainnya yang
terlibat secara bersama-sama dalam memindahkan suatu produk atau jasa baik dalam
bentuk fisik maupun virtual dari suatu pemasok kepada pelanggan. Badan usaha yang
melaksanakan fungsi suplai pada umumnya terdiri dari manufaktur, penyedia layanan jasa,
distributor, dan saluran penjualan (seperti: pedagang eceran, ecommerce, dan pelanggan
(pengguna akhir).
Dalam membuat pengelolaan rantai pasokan ini banyak hal yang perlu diperhatikan
Pada waktu perusahaan sudah masuk dalam pasar global, maka perluasan rantai pasokan
yang dimiliki menjadi suatu tantangan strategis. Agar supaya rencana strategi tentang
manajemen rantai pasokan menjadi sukses, maka beberapa karakteristik kapabilitas yang
harus dimiliki antara lain: 1) Fleksibel dalam arti cukup reaktif terhadap perubahan yang ada
baik dari ketrersediaan komponen, distribusi, jalur pengiriman, aturan impor dan nilai tukar.
2) Dapat menggunakan teknologi mutahir untuk menjadwal dan mengelola pengiriman
komponen dan produk akhir. 3) Menetapkan staff yang mempunyai keahlian secara local
mengenai cara menyikapi peraturan, perdagangan, pengangkutan, penanganan konsumen
dan isu politik.
3.2 Saran
Dalam pengelolaan rantai pasokan ada baiknya kita selalu memiliki inovasi produk
dan informasi tentang pasar agar dapat melakukan supply chain management terebut