Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MANAJEMEN RANTAI PASOK DAN RANTAI NILAI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

Eka Renu Manggala (050113816211

M. Fadil Rajahasby (05011381621126)

M. Imam Kurniawan (05011381621140)

Muhammad Kurniawan

Sadli Rosyd

DOSEN PEMBIMBING : DR. IR. ELISA WILDAYANA, M.SI.

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah Menejemen rantai pasok dan rantai nilai ini dibuat untuk melengkapi tugas kuliah
Menejemen rantai pasok dan rantai nilai.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini, serta pihak – pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan,
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna membangun perbaikan makalah yang
akan datang. Penulis juga berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepanjang tahun 1990an, para akademisi maupun pebisnis di Eropa dan Amerika
mulai banyak menaruh perhatian terhadap konsep pengelolaan rantai pasokan (supply chain
management =SCM) dalam penyelenggaraan kegiatan agribisnis. Oleh karena itu, konsep dan
aplikasi SCM telahmenjadi topik kunci penelitian dan fokus komersial dalam agribisnis
selama satu dekade yang lalu.Dalam lima tahun terakhir, ketertarikan terhadap SCM bahkan
berkembang ke arah identifikasi potensidan implikasi penerapan konsep tersebut di negara
negara berkembang.
Perhatian terhadap SCM timbul sebagai akibat dari adanya berbagai perubahan
dalamlingkungan operasional sektor pangan dan agribisnis. Namun demikian, berbagai
argumentasimengindikasikan bahwa pendorong utama ketertarikan terhadap SCM adalah
adaya pertumbuhanintensitas kompetisi atau persaingan dalam menyerap pengeluaran
konsumen. Sejalan denganperkembangan sektor eceran, diferensiasi produk makanan yang
semakin tinggi, perbaikan kualitasproduk dan kemampuan untuk menyelenggarakan
transportasi produk secara efektif dari sisi biaya,telah memberikan penawaran rangkaian
alternatif pilihan produk yang lebih beragam bagi konsumen.Pada tingkat konsumen,
kekuatan-kekuatan penghela yang mengubah sistem agribisnis diantaranyatemasuk,
peningkatan sensitivitas konsumen terhadap aspek kualitas, keamanan, kesehatan dannutrisi
produk makanan. Konsumen juga mulai menunjukkan ketertarikan terhadap asal dan
caraproduksi produk makanan tersebut, bahkan termasuk hal-hal yang sebenarnya tidak
berkaitanlangsung dengan nilai produk makanan (non-food values), misalnya masalah
lingkungan atau pertanianberkelanjutan. Konsumen merespon dengan mempraktekkan
kemampuannya untuk memilih. Hal inisecara tidak langsung menyisipkan kekuatan
konsumen yang lebih besar (dibandingkan sebelumnya)terhadap sistem produksi
pangan/makanan dan sistem pemasaran. Pada gilirannya, hal ini meyakinkanpara pemasok
pangan bahwa keberhasilan pasar akan sangat bergantung pada kemampuan untukmerespon (
responsiveness) permintaan konsumen.
Reorientasi ke arah rantai pasokan yang dihela permintaan konsumen (consumer
drivenchains) menekankan bahwa meningkatnya kekuatan konsumen telah menggugurkan
asumsi yangbiasanya dipasang di tingkat usahatani atau agribisnis. Asumsi yang menyatakan
bahwa tugaspemasok semata-mata hanya memasok produk tanpa harus memperhatikan
kebutuhan konsumenatau eksistensi pasar dari produk tersebut, tidak lagi berlaku. Pertanian
tradisional dan bisnis-bisnispangan yang secara kuat memberikan penekanan terhadap harga
produk, tidak dilengkapi dengankemampuan untuk merespon terhadap permintaan konsumen
yang semakin beragam. Secaraindividual bisnis-bisnis tersebut memiliki keterbatasan untuk
merespon permintaan konsumen denganefektif. Setiap bisnis/usaha hanya merepresentasikan
bagian dari proses produksi produk panganbersangkutan serta proses-proses lainnya
(pengangkutan, pengolahan dan penjualan eceran) yangmembawa produk tersebut ke tangan
konsumen. Dalam kaitan ini, SCM dapat memberikan suatucara/metode
mengkonseptualisasikan pengelolaan dari perubahan-perubahan yang dibutuhkan didalam
suatu sistem, untuk merespon kebutuhan konsumen secara efektif. Konsep ini didasarkan
padaintegrasi dan koordinasi upaya semua unit bisnis yang terlibat dalam proses-proses
produksi danpenyampaian (delivery ) produk.

1.2 Rumusan Masalah

1.) Apa pengertian dari mata rantai pasok.


2.) Bagaimana pengelolaan mata rantai pasok.
3.) Bagaimana pengelolaan supply chain management
4.) Bagaiman pola pengelolaan rantai pasok

1.3 Tujuan
1.) Untuk mengetahui pengertian dari mata ratai pasok
2.) Untuk mengetahui pengeloalaan mata rantai pasok dengan baik dan benar
3.) Untuk mengetahui supply chain managemen
4.) untuk mengetahu pola pengelolaan mata rantai pasok.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mata Rantai Pasok

Rantai suplai, rantai pasokan, jaringan logistik, atau jaringan suplai adalah sebuah
sistem terkoordinasi yang terdiri atas organisasi, sumber daya manusia, aktivitas, informasi,
dan sumber-sumber daya lainnya yang terlibat secara bersama-sama dalam memindahkan
suatu produk atau jasa baik dalam bentuk fisik maupun virtual dari suatu pemasok kepada
pelanggan. Badan usaha yang melaksanakan fungsi suplai pada umumnya terdiri dari
manufaktur, penyedia layanan jasa, distributor, dan saluran penjualan (seperti: pedagang
eceran, ecommerce, dan pelanggan (pengguna akhir). Aktivitas rantasi suplai (rantai nilai dan
proses siklus hidup) mengubah bahan baku dan bahan pendukung menjadi sebuah barang jadi
yang dapat dikirimkan kepada pelanggan pengguna akhir. Rantai suplai menghubungkan
rantai nilai. Ada berbagai jenis model rantai suplai, yang masing-masing menghubungkan
mulai dari sisi hulu hingga hilir. Tujuan utama supply chain management adalah untuk
memenuhi permintaan pelanggan melalui penggunaan sumber daya yang pailng efisien,
termasuk kapasitas distribusi, persediaan dan sumber daya manusia.

2.2 Pengelolaan Mata Rantai Pasok.

Suatu perusahaan harus mampu menyuguhkan layanan bermutu tinggi secara


konsisten dan berkesinambungan dengan memperhatikan beberapa hal, sebagai berikut.:

1. Organisasi :
Kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang
relatif dapat diidentifikasi, bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu
tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Tujuan tersebut biasanya tidak dapat dicapai oleh individu-individu yang bekerja sendiri,
tetapi tujuan tersebut dapat dicapai secara lebih efisien melalui usaha kelompok.
Komponen sebuah struktur organisasi :
a.) Kompleksitas :
Mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi. Termasuk di
dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan dalam hierarki
organisasi, serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis.

b.) Formalitas :
Tingkat sejauh mana sebuah organisasi menyan-darkan dirinya kepada peraturan dan
prosedur untuk mengatur perilaku dari para pegawainya.
c.) Sentralisasi :
Mempertimbangkan di mana letak dari pusat pengambilan keputusan.

Fragmentasi organisasi
Di dalam setiap perusahaan memiliki tiga fungsi utama manajemen, yaitu keuangan,
operasi, dan pemasaran. Bagian pemasaran bertanggung jawab memaksimalkan pendapatan,
bagian operasi bertanggung jawab memproduksi dengan biaya rendah dan bagian keuangan
bertanggung jawab memaksimalkan perputaran investasi perusahaan. Dalam menjalankan
tanggung jawabnya, setiap bagian memerlukan transportasi dan organisasi logistik
perusahaan merupakan suatu organisasi utama yang mampu menciptakan seluruh
fungsifungsi tersebut di dalam perusahaan, yaitu menyediakan segala keperluan fungsi-fungsi
tersebut. Maka, perusahaan harus mampu menciptakan organisasi logistik yang baik.

2. Intergrasi rantai pasokan dan strategi partnering


• Kompetisi yang ketat menyebabkan perusahaan melakukan partnering untuk
mengintegrasikan rantai pasokan.
• Keuntungan yang diperoleh dari partnering atau alliance antara lain :
a. menambah nilai produk.
b. Memperbaiki akses pasar
c. Memperkuat operasi
d. Menambah kemampuan teknologi
e. Memperlancar pertumbuhan
f. Menambah ketrampilan organisasi
g. Membangun kekuatan finasial.
3. Strategi Distribusi
• Strategi distribusi dengan menjadikan gudang di pusat sebagai koordinator pasokan,
tetapi
• tidak menyimpan barang.
• Sistem di atas dapat mengurangi biaya penyimpanan barang dan mempercepat lead
time

• Strategi ini memerlukan investasi yang besar, kemampuan prima dalam distribusi,
pengecer
• dan pemasok yang dikendalikan dengan sistem informasi yang baik.
• Perlu pengangkutan yang cepat dan handal.
• Peramalan yang baik.
• Sistem ini hanya tepat untuk distribusi barang dalam frekuensi dan jumlah yang besar.
4. Desain produk
• Desain produk bisa menimbulkan biaya penyimpanan dan pengangkutan yang besar,
biaya
• pembuatan yang besar dalam waktu yang lama. Perlu dilakukan desain ulang.
• Pembuatan desain baru dan mengubah desain lama membutuhkan waktu dan biaya
yang
• besar. Tapi jika dapat menguntungkan dalam jangka panjang tentu perlu
dipertimbangkan.
5. Teknologi informasi dan sistem penunjang
• Tujuan utama menghubungkan titik produksi dan penjualan dalam satu rantai
pasokan.
• Informasi harus selalu informasi terkini.
6. Nilai pelanggan (customer value)
• Menunjukkan kontribusi perusahaan pada pelanggannya meliputi kualitas produk
dalam hal harga, mutu dan layanan.
• Manajemen rantai pasokan sangat mengutamakan nilai pelanggan

2.3 Supply Chain Management


Supply Chain Management merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai
bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke
distribusi sampai kepada konsumen. Istilah supply chain management pertama kali
dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982. Supply chain adalah jaringan fisiknya,
yakni perusahaan–perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi
barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, supply chain management adalah
metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya.

Dengan demikian, berdasarkan berbagai definisi supply chain management sebagaimana


telah disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa supply chain management adalah semua
kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain.
Lebih jauh cakupan supply chain management akan meliputi hal-hal berikut:

Bagian Cakupan kegiatan antara lain

Pengembanga Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam
n produk perancangan produk baru

Pengadaan Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian


bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan
memelihara hubungan dengan supplier

Perencanaan & Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas,


Pengendalian perancanaan produksi dan persediaan

Operasi / Eksekusi produksi, pengendalian kualitas


Produksi

Pengiriman / Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan


Distribusi memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor
service level di tiap pusat distribusi
Proses Supply Chain Management

Proses supply chain management adalah proses saat produk masih berbahan mentah,
produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas
yang terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material. Bila digambarkan dalam
bentuk bagan akan nampak sebagaio berikut:

Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)


Bagan di atas menunjukkan bahwa supply chain management adalah koordinasi dari
material, informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang berpartisipasi.

 Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui
rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan
pembuangan

 Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status
pesanan

 Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal


pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman

Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan
alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai
tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan
maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Dengan tercapainya
koordinasi dari rantai supply perusahaan, maka tiap channel dari rantai supply perusahaan
tidak akan mengalami kekurangan barang juga tidak kelebihan barang terlalu banyak.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003) dalam supply chain ada beberapa pemain utama
yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan didalam arus barang,
para pemain utama itu adalah:
1. Supplier
2. Manufacturer
3. Distributor / wholesaler
4. Retail outlets
5. Customers
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut:
Chain 1: Supplier
Jaringan yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan
pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa dalam
bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, subassemblies, suku
cadang dan sebagainya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini
termasuk juga supplier’s suppliers atau sub-suppliers. Jumlah supplier bisa banyak atau
sedikit, tetapi supplier’s suppliers biasanya berjumlah banyak sekali.

Chain 1 – 2: Supplier – Manufacturer


Rantai pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer atau
plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat,
memfabrikasi, meng-assembling, merakit, mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang
(finishing). Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk
melakukan penghematan. Misalnya inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan
jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer dan tempat transit merupakan target untuk
penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh
dari inventory carrying cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier
partnering misalnya, penghematan tersebut dapat diperoleh.

Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufactures – Distributor


Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai disalurkan kepada
pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke pelanggan, yang
umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain.
Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau
pedagang dalam jumlah yang besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan
dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.

Chain 1 – 2 – 3 – 4: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet


Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau dapat juga
menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan
ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam
bentuk jumlah inventories dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-
pola pengiriman barang baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail
outlet).

Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet –


Customer
Dari rak-raknya, para pengecer atau retailer ini menawarkan barangnya langsung
kepada para pelanggan, pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlet adalah
toko, warung, toko serba ada, pasar swayalan, atau koperasi dimana konsumen melakukan
pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan ini adalah mata rantai terakhir, sebetulnya
masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlet) ke real
customer dan real user, karena pembeli belum tentu pengguna akhir. Mata rantai supply baru
benar-benar berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba di real customers dan real user.

Strategi Rantai Pasokan


Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian
kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut:
1. Banyak Pemasok (Many Supplier)
Strategi ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dan
membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Para pemasok saling bersaing
secara agresif. Meskipun banyak pendekatan negosiasi yang digunakan dalam strategi ini,
tetapi hubungan jangka panjang bukan menjadi tujuan. Dalam pendekatan ini, tanggung
jawab dibebankan pada pemasok untuk mempertahankan teknologi, keahlian, kemampuan
ramalan, biaya, kualitas dan pengiriman.

2. Sedikit Pemasok (Few Supplier)


Dalam strategi ini, perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang dengan para
pemasok yang komit.Karena dengan cara ini, pemasok cenderung lebih memahami sasaran-
sasaran luas dari perusahaan dan konsumen akhir. Penggunaan hanya beberapa pemasok
dapat menciptakan nilai denganmemungkinkan pemasok mempunyai skala ekonomis dan
kurva belajar yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah.
Dengan sedikit pemasok maka biaya mengganti partner besar, sehingga pemasok dan pembeli
menghadapi resiko akan menjadi tawanan yang lainnya. Kinerja pemasok yang buruk
merupakan salah satu resiko yang dihadapi pembeli sehingga pembeli harus memperhatikan
rahasia-rahasia dagang pemasok yang berbisnis di luar bisnis bersama.

3. Vertical Integration
Artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya
dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau distributor. Integrasi vertical dapat
berupa:

 Integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti penguasaan kepada sumber


daya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Pabrik Baja.

 Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada


konsumennya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Dealer yang semula
sebagai distributornya.

4. Kairetsu Network.
Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli dari
sedikit pemasok dan integrasi vertical dengan cara misalnya mendukung secara financial
pemasok melalui kepemilikan atau pinjaman. Pemasok kemudian menjadi bagian dari koalisi
perusahaan yang lebih dikenal dengan kairetsu. Keanggotaannya dalam hubungan jangka
panjang oleh sebab itu diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan keahlian tehnis
dan kualitas produksi yang stabil kepada perusahaan manufaktur. Para anggota kairetsu dapat
beroperasi sebagai subkontraktor rantai dari pemasok yang lebih kecil.

5. Perusahaan Maya (Virtual Company)


Perusahan Maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk memberikan
pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya mempunyai batasan organisasi yang tidak

tetap dan bergerak sehingga memungkinkan terciptanya perusahaan yang unik agar dapat
memenuhi permintaan pasar yang cenderung berubah. Hubungan yang terbentuk dapat
memberikan pelayanan jasa diantaranya meliputi pembayaran gaji, pengangkatan karyawan,
disain produk atau distribusinya. Hubungan bisa bersifat jangka pendek maupun jangka
panjang, mitra sejati atau kolaborasi, pemasok atau subkontraktor. Apapun bentuk
hubungannya diharapkan akan menghasilkan kinerja kelas dunia yang ramping. Keuntungan
yang bisa diperoleh diantaranya adalah: keahlian manajemen yang terspesialisasi, investasi
modal yang renadh, fleksibilitas dan kecepatan. Hasil yang diharapkan adalah efisiensi.

Tantangan Dalam Mengelola Supply Chain Management


1. Kompleksitas struktur supply chain

 Melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda

 Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan

2. Ketidakpastiaan

 Ketidakpastian permintaan

 Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku, dll.
 Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna,
ketidakpastian kualitas produksi dll.

 Pengembangan strategi kolektif

 Pemikiran secara win-win

 Komunikasi terbuka

Gambaran mengenai ketidak pastian dalam supply chain adalah sebagai berikut:

Untuk menghadapi masalah ketidakpastian pemesanan dalam rantai pasokan atau


bullwhip effect, diperlukan sharing informasi di sepanjang rantai pasokan, optimalisasi
tingkat persediaan, penciptaan tim rantai pasokan, pengukuran kinerja rantai pasokan,
maupun membangun koordinasi dan kolaborasi di antara mitra bisnis sehingga proses
pengiriman produk dari pemasok ke perusahaan dan ke konsumen dapat berjalan lancar dan
memungkinkan perusahaan untuk mencapai biaya persediaan yang rendah.

Mengukur Performa Supply Chain Management


1. Pengiriman
Mengacu pada ketepatan waktu pengiriman: persentase pesanan dikirimkan secara
lengkap dan tidak melewati pada tanggal yang diminta oleh pelanggan.
2. Kualitas
Ukuran langsung dari kualitas adalah kepuasan pelanggan dan dapat diukur melalui
beberapa cara. Salah satunya, dapat diukur terhadap apa yang pelanggan harapkan.
Pengukuran ini erat kaitannya dengan loyalitas pelanggan.
3. Waktu
Waktu pengisian total dapat dihitung langsung dari tingkat persediaan. Jika kita
mengasumsikan ada tingkat penggunaan konstan dari persediaan, maka waktu dalam
persediaan hanya tingkat persediaan dibagi dengan tingkat penggunaan.
4. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah volume atau bauran
produk dengan persentase tertentu atau jumlah.
5. Biaya
Ada dua cara untuk mengukur biaya. Pertama, perusahaan dapat mengukur total biaya
pengiriman, termasuk manufacture, distribusi, biaya persediaan tercatat, dan biaya rekening
membawa piutang.

Penggerak Supply Chain


1. Inventory
Adalah semua bahan mentah, dalam proses dan barang-barang yang telah
diselesaikan. Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain yang penting karena
perubahan kebijakan inventory dapat mengubah secara drastis tingkat responsivitas dan
efisiensi supply chain.
2. Transportation
Transportasi adalah memindahkan persediaan dari titik ke titik dalam supply chain.
Transportasi terdiri atas banyak kombinasi dari model dan bentuk yang memiliki keunggulan
masing-masing. Pemilihan transportasi juga mempunyai dampak besar dalam tingkat
responsifitas dan efisiensi supply chain.
3. Fasilitas
Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana inventory disimpan,
dirakit, atau diproduksi. Dua jenis umum dari fasilitas adalah tempat produksi dan tempat
penyimpanan. Bila perusahaan memilih tingkat efisiensi tinggi, maka memiliki lebih sedikit
gudang.
4. Information
Informasi terdiri dari data dan analisis yang berkaitan dengan inventory, transportasi, fasilitas
dan pelanggan diseluruh supply chain. Informasi menyajikan pihak manajemen kesempatan
untuk membuat supply chain lebih responsif dan efisien. Informasi secara potensial adalah
penggerak terbesar performa supply chain

2.4 Pola Pengelolaan Rantai Pasok


Indrajit dan Djokopranoto (2002) menjelaskan mengenai pelaku utama yang
mempunyai kepentingan didalam arus barang dapat dikembangkan suatu model supply chain,
yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut
yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Supplier’s
suppliers telah dimasukkan untuk menunjukan hubungan yang lengkap dari sejumlah
perusahaan atau organisasi yang bersama-sama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan
mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk
mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak
secara mudah dan akurat antara jaringan atau mata rantai tersebut dan pergerakan barang
yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal. Secara ringkas dapat
digambarkan sebagai berikut:

Sumber: Indrajit dan Djokopranoto (2002)

Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), bentuk fisik dari
suatu barang dalam supply chain dapat dilihat sebagai tahapan jaringan nilai tambah bahan
pengolahan yang masing-masing didefinisikan dengan pasokan input, transformasi material
dan output permintaan. Berikut diberikan bagan Supply chain untuk produk barang

Sumber: James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006)

Supplier, manufacturing, distribution, retailing, dan recycling/remanufacturing yang


terhubung dengan tanda panah menggambarkan aliran material dengan saham persediaan
antara tiap tahap. Pengiriman informasi ke arah yang berlawanan ditampilkan sebagai garis
putus-putus dan termasuk kegiatan yang dilakukan oleh supplier, proses desain produk, dan
layanan pelanggan. Tahap pada manufacturing mewakili operasi tradisional yang dimana
bahan baku tiba dari pemasok eksternal; material berubah dalam beberapa cara untuk
menambah nilai, menciptakan persediaan barang jadi. Tahap pada bagian hilir lainnya seperti
distribusi dan ritel juga menambah suatu nilai terhadap material.

2.5 Komponen Pengelolaan Rantai Pasokan


Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri dari tiga komponen
utama yaitu:
1. Upstream Supply Chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat manufacturers, assemblers, atau
kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada para penyalur mereka (para penyalur second-tier).
Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal
material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain,
aktivitas yang utama adalah pengadaan.

2. Internal Supply Chain


Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang digunakan
dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal
ini meluas dari waktu masukan ke dalam organisasi. Di dalam internal supply chain,
perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.

3. Downstream supply chain


Downstream (hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian
diarahkan pada distribusi, pergudangan transportasi dan after-sale service.

2.6 Tujuan Strategis Supply Chain Management

Rantai pasokan bagaikan darah dari setiap organisasi bisnis karena menghubungkan
pemasok, produsen, dan pelanggan akhir di jaringan yang sangat penting untuk penciptaan
dan pengiriman barang dan jasa. Dalam mengelola rantai pasokan memerlukan suatu proses
yaitu, proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan. Tujuan
manajemen rantai pasokan adalah dengan menyelaraskan permintaan dan penawaran
seefektif dan seefisien mungkin. Masalah-masalah utama dalam rantai pasokan terkait dengan
(Stevenson, 2009):
1. Menentukan tingkat outsourcing yang tepat
2. Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3. Mengelola pemasok
4. Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5. Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6. Mengelola risiko

Sedangkan menurut I Nyoman Pujawan, supply chain memiliki tujuan strategis yang
perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau setidaknya bertahan dalam
persaingan. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka supply chain harus bisa
menyediakan produk yang,
1. Murah
2. Berkualitas
3. Tepat waktu
4. Bervariasi

Menurut Hitt, Ireland dan Hoskisson (2001), semua tindakan yang diambil oleh
perusahaan ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan mencapai daya saing strategisnya
dan menghasilkan laba di atas rata-rata. Daya saing strategis dicapai ketika sebuah
perusahaan berhasil memformulasikan dan menerapkan strategi penciptaan nilai. Ketika
perusahaan mengimplementasikan suatu strategi yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain
atau terlalu mahal untuk menirunya, perusahaan ini memiliki keunggulan persaingan bertahan
atau dapat bertahan (sustained atau sustainable competitive advantage, selanjutnya disebut
sebagai keunggulan persaingan). Setelah perusahaan mendapatkan daya saing strategis dan
sukses mengeksploitasi keunggulan persaingannya, suatu perusahaan mampu mencapai
tujuan utamanya: mendapatkan laba diatas rata-rata, yaitu kelebihan penghasilan yang
diharapkan oleh seorang investor dari investasi.

2.7 Hal yang Diperhatikan dalam Pengelolaan Rantai Pasokan


Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dapat mengelola rantai pasokan secara efektif
yaitu:
a. Accurate data,
Untuk dapat meningkatkan akurasi data maka yang dapat dilakukan adalah dengan
melalui sharing: 1) POS (Point Of Sales) informasi, sehingga tiap anggota rantai dapat
menjadwalkan secara efektif. 2) CAO (Computer-Assisted Ordering). Dengan menggunakan
keduanya maka pengumpulan data dan kemudian menyesuaikan dengan: factor pasar,
persediaan, order yang ada, serta mengirimkannya kepada supplier yang bertanggung jawab
menjaga persediaan barang akhir.

b. Lot Size Reduction,


ini dilakukan oleh manajemen yang agresif dengan cara: 1) Mengembangkan
pengiriman yang ekonomis . 2) Memberikan diskon yang didasarkan total volume tahunan
daripada ukuran pengiriman individual. 3) Mengurangi biaya order melalui teknik order yang
ada dan variasi bentuk pembelian elektronik.

c. Singe Stage Control of Replenishment,


Supervisor bertanggung jawab secara tetap untuk memonitor dan mengelola inventory
untuk pengecer. Pendekatan ini mengarah pada distorsi informasi dan peramalan multiple
yang menciptakan bullwhip effect.

d. Vendor Managed Inventory,


Persediaan dikelola Vendor yang artinya supplier menjaga material bagi pembeli,
seringkali mengirimkan langsung ke pembeli menggunakan departemen.

e. Postponement,
yaitu menunda modifikasi atau customization produk selama mungkin dalam proses
produksi.

f. Channel Assembly,
yaitu menunda perakitan akhir suatu produk sehingga jalur distribusi dapat dipasang.

g. Drop Shipping and Special Packaging,


Drop Shipping berarti pengiriman langsung dari supplier ke konsumen akhir berarti
hemat waktu dan biaya pengiriman kembali. Selain itu biasanya disertai pengemasan yang
khusus sesuai kebutuhan konsumen.

h. Blanket Order,
merupakan komitmen pembelian jangka panjang kepada supplier untuk item yang
dapat dikirim dalam jangka pendek, artinya ordernya kosong, diisi sesuai kebutuhan saja.

i. Standardization,
yaitu pengurangan jumlah variasi material dan komponen sebagai bantuan
mengurangi biaya.

j. EDI (Electronic Data Interchange)


Merupakan standardisasi format transmisi data untuk komunikasi komputerisasi
diantara organisasi. Perluasan EDI adalah ASN (Advanced Shipping Notice) yang mana notis
pengiriman dikirim secara langsung dari vendor ke pembeli.

k. Pemilihan Vendor
Suatu perusahaan mungkin memiliki kemampuan di semua bidang manajemen,
walaupun demikian fungsi operasi memerlukan adanya hubungan dengan vendor yang
sempurna. Agar hubungan tersebut efektif maka perlu dilakukan tiga proses yaitu:
1. Evaluasi Penjual
Tahap ini mencakup kegiatan pencarian penjual potensial dan penentuan
kemungkinan penjual tersebut menjadi pemasok yang baik. Penilaian dilakukan dengan
mempertimbangkan berbagai variabel atau factor yang dipertimbangakan untuk memilih
penjual, yang mana tiap variabel diberi bobot tergantung pada kebutuhan organisasi.
Kemudian menentukan beberapa alternative untuk diberi penilaian , setelah dianalisa maka
bisa menentukan mana yang dipilih.

2. Pengembangan Penjual
Apabila perusahaan sudah memastikan akan menggunakan jasa penjual tertentu, maka
cara agar pemasok dapat diintegrasikan ke dalam system yang berlaku adalah dengan
memastikan bahwa penjual menghargai kebutuhan akan mutu, dan kebijakan perolehan bahan
baku. Pengembangan dimulai dari pelatihan sampai membantu rekayasa dan produksi juga
format transfer informasi elektronik.

3. Negosiasi
Strategi Negosiasi terdiri dari tiga jenis yaitu: 1) Model harga berdasarkan biaya (Cost
Based price model), yang mengharuskan pemasok terbuka kepada pembeli. 2) Model
berdasarkan harga pasar (market Based price model), harga didasarkan pada publikasi atau
indeks. 3) Perebutan tender (competitive bidding),terjadi pada kasus dimana pemasok tidak
bersedia membahas biaya dan tidak ada pasar yang mendekati sempurna.
4. Internet Purchasing
Kadang-kadang disebut sebagai e-procurement yaitu order dilakukan melalui
komunikasi atau menyetujui catalog vendor yang didapat melalui internet untuk digunakan
oleh karyawan dari perusahaan di bagian pembelian.

l. Pembelian - Purchasing
Strategi pembelian yang efektif merupakan hal yang strategis dalam konsep Supply Chain
Management, bagaimanapun pembelian memberikan peluang besar pengurangan biaya dan
peningkatan marjin kontribusi, karena porsi terbesar dari pendapatan digunakan untuk
melakukan pembelian. Kebutuhan akan strategi pembelian dan penerapan strategi itu
mengarah pada pembentukan fungsi pembelian.

1. Tujuan Fungsi Pembelian


Pembelian berarti perolehan barang dan jasa, tujuan kegiatan pembelian adalah:

Membantu mengidentifisikasi produk barang dan jasa yang dapat diperoleh secara
eksternal.

Mengembangkan, mengevaluasi dan menentukan supplier, harga dan pengiriman yang


terbaik bagi produk barang dan jasa tersebut.

2. Fokus Pembelian
Pembelian terjadi di lingkungan operasi produk barang maupun jasa.

 Dalam lingkungan operasi produk barang,

Fungsi pembelian biasanya dikelola oleh agen pembelian yang secara formal memegang
wewenagn untuk melaksanakan kontrak atas nama perusahaan. Di perusahaan besar, agen
pembelian ini dapat juga merupakan staf yang juga pembeli dan ekspenditur. Pembeli
mewakili perusahaan yang bersangkutan, menjalankan semua kegiatan departemen
pembelian kecuali penanda tanganan kontrak. Ekspenditur membantu pembeli dalam
menindaklanjuti pembelian agar dapat dipastikan bahwa pengiriman tepat waktu. Di
perusahaan manufaktur, Fungsi pembelian didukung engineering drawing dan spesifikasi
dari produk- produk yang dibuat, dokumen-dokumen pengendalian mutu, dan kegiatan-
kegiatan pengujian yang mengevaluasi ietm yang dibeli.

 Dalam lingkungan jasa,

Peranan pembelian agak tidak begitu penting karena produk utamanya merupakan produk
intelektual, contoh yang dapat dikemukakan misalnya di organisasi hukum maupun
kesehatan, item utama yang diperoleh adalah fasilitas kantor, perabotan dan peralatan, mobil
serta perlengkapan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Pengelolaan Rantai Pasokan merupakan sebuah sistem terkoordinasi yang terdiri atas
organisasi, sumber daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber-sumber daya lainnya yang
terlibat secara bersama-sama dalam memindahkan suatu produk atau jasa baik dalam
bentuk fisik maupun virtual dari suatu pemasok kepada pelanggan. Badan usaha yang
melaksanakan fungsi suplai pada umumnya terdiri dari manufaktur, penyedia layanan jasa,
distributor, dan saluran penjualan (seperti: pedagang eceran, ecommerce, dan pelanggan
(pengguna akhir).
 Dalam membuat pengelolaan rantai pasokan ini banyak hal yang perlu diperhatikan

 Pada waktu perusahaan sudah masuk dalam pasar global, maka perluasan rantai pasokan
yang dimiliki menjadi suatu tantangan strategis. Agar supaya rencana strategi tentang
manajemen rantai pasokan menjadi sukses, maka beberapa karakteristik kapabilitas yang
harus dimiliki antara lain: 1) Fleksibel dalam arti cukup reaktif terhadap perubahan yang ada
baik dari ketrersediaan komponen, distribusi, jalur pengiriman, aturan impor dan nilai tukar.
2) Dapat menggunakan teknologi mutahir untuk menjadwal dan mengelola pengiriman
komponen dan produk akhir. 3) Menetapkan staff yang mempunyai keahlian secara local
mengenai cara menyikapi peraturan, perdagangan, pengangkutan, penanganan konsumen
dan isu politik.
3.2 Saran
Dalam pengelolaan rantai pasokan ada baiknya kita selalu memiliki inovasi produk
dan informasi tentang pasar agar dapat melakukan supply chain management terebut

Anda mungkin juga menyukai