Anda di halaman 1dari 6

Pendidikan Konservatif

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan ada 2 hal yang saling berhubungan, yaitu mendidik dan
pendidikan. Keduanya mempunyai arti yang sama. Dilihat dari segi bahasa mendidik
merupakan kata kerja sedangkan pendidikan dalai kata benda, yaitu sama-sama mengandung
kegiatan komunikasi antara dua orang atau lebih.

Jadi Mendidik adalah membantu anak dengan sengaja menjadi manusia dewasa yang
bertanggung jawab terhadap diri sendiri baik biologis, psikologis, pedagogis (ilmu pendidikan)
dan sosiologis. Sedangkan pendidikan konservatif yaitu suatu pendidikan dimana si pendidik
memberikan pelajaran pada murid tidak sesuai dengan keinginan murid, karena mereka
beranggapan bahwasanya perkembangan IQ seorang anak timbul dari luar bukan dari anak itu
sendiri.

B. Rumusan Masalah

Setelah penulis memaparkan latar belakang masalah diatas dapat di ambil beberapa
rumusan masalah agar memudahkan dalam memaparkan materi ini.

1. Pengertian Ideologi Pendidikan

2. Macam-macam Pendidikan Konservatif

3. Peranan Pendidikan Konservatif

Bab II

Pembahasan
A. Pengertian Ideologi Pendidikan

Menurut John Dewey pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan fundamental


secara intelektual dan emosional kearah alam dan semesta manusia.[1] Berdasarkan
pendapatnya maka mendidik ialah membantu anak dengan sengaja (dengan jalan
membimbing) menjadi menusia dewasa yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri baik
biologis, psikologis, paedagogis serta sosiologis.

Adapun menurut John Dewey pendidikan itu terdapat dua teori yang saling
bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya, yaitu :

- Paham Konservatif mengemukakan pendidikan adalah sebagai suatu pembentukan terhadap


pribadi anak tanpa memperhatikan kekuatan-kekuatan atau potensi-potensi yang ada
dalam diri anak. Pendidikan akan menentukan segalanya. Dalam artian pendidikan
merupakan suatu proses pembentukan jiwa dari luar dimana mata pelajaran telah
ditentukan menurut kemauan pendidik, sehingga anak tinggal menerima saja.

- Paham Unfolding Theory berpandangan bahwa anak akan berkembang dengan sendirinya,
karena ia telah memiliki kekuatan-kekuatan latin dimana perkembangan si anak telah
memiliki tujuan yang pasti, tujuan yang dimaksud selalu digambarkan sebagai suatu yang
lengkap dan pasti.[2]

B. Macam-macam Pendidikan Konservatif

Pendapat William F. O'neil tentang pendidikan, bahwa pendidikan yang meminimkan


kebebasan itu disebut sebagai pendidikan yang konservatif, dan itupun terbagi menjadi 3. yaitu
:

1. Fundamentalis Pendidikan

Fundamentalisme meliputi semua corak konservatif politik yang pada dasarnya anti
intelektual dalam arti bahwa mereka ingin meminimalkan pertimbangan filosofis dan atau
intelektual, serta cenderung untuk mendasarkan diri mereka pada penerimaan yang relatif
tanpa kritik terhadap kebenaran yang diwahyukan atau consensus sosial yang sudah mapan
yang biasanya diabsahkan sebagai akal sehat.[3]

Ada dua variasi dari sudut pandang politisnya yang itu diterapkan dalam dunia pendidikan.

- Variasi fundamentalisme pendidikan religius yaitu tampak dalam gereja-gereja Kristen


tertentu yang lebih bersifat fundamentalis, yang memiliki komitmen sangat kuat
terhadap pandangan atas kenyataan yang cukup kaku serta harfiah

- Variasi fundamentalis pendidikan sekuler, yaitu berciri mengembangkan komitmen yang


sama tidak luwesnya dibanding yang religius, terhadap cara pendang dunia melalui akal
sehat yang disepakati, yang umumnya menjadi pandangan orang dewasa.

2. Intelektualisme Pendidikan

Intelektualisme dari ungkapan-ungkapan konservatisme politik yang didasarkan pada


sistem-sistem pemikiran filosofis atau religius yang pada dasarnya otoriterian. Secara
umum, konservatisme filosofis ingin mengubah praktek-praktek politik yang ada
(termasuk praktek-praktek pendidikan) demi menyesuaikan secara lebih sempurna dengan
cita-cita intelektual atau rohaniah yang sudah mapan dan tidak bervariasi.

Di dalam dunia pendidikan kontemporer, konservatisme filosofis mengungkapkan diri


terutama sebagai intelektualisme pendidikan, dimana dua variasi mendasar intelektualisme
pendidikan yang pada intinya bersifat skuler dan dapat diamati dalam pemikiran beberapa
orang teoritis pendidikan kontemporer.

3. Konservatisme Pendidikan

Pada dasarnya konservatisme adalah posisi yang mendukung ketaatan terhadap


lembaga-lembaga dan proses-proses budaya yang sudah teruji oleh waktu (sudah cukup
tua dan mapan) didampingi dengan rasa hormat mendalam terhadap hukum dan tatanan,
sebagai landasan perubahan sosial yang konstruktif. Sejalan dengan itu, ditingkat politisi
orang-orang konservatif cukup mewakili dalam tulisan-tulisan para tokoh seperti Edmund
Burke.
Dalam dunia pendidikan, seorang konservatif beranggapan bahwa sasaran utama
sekolah dalai pelestarian dan penerusan pola-pola sosial serta tradisi-tradisi yang sudah
mapan.

Adapun dua ungkapan dasar konservatif dalam pendidikan yaitu :

a. Konservatisme Pendidikan Religius, yaitu menekankan peran sentral pelatihan rohaniah


sebagai landasan pembangunan karakter moral yang tepat.

b. Konservatisme Pendidikan Sekuler yang memusatkan perhatiannya pada perlunya


melestarikan dan meneruskan keyakinan-keyakinan dan praktek-praktek yang sudah
ada, sebagai cara untuk menjamin pertahanan hidup secara sosial serta efektifitas secara
kuat oleh orientasi pendidikan yang bersifat lebih al-kitabiyah dan evangelis
(mendakwah agama) yang secara teologis jelas-jelas kurang liberal jika dibanding
dengan berbagai aliran utama. Sedangkan konservatisme sekuler cenderung terwakili
oleh para kritisi yang tajam dari kalangan pendukung progresifme dan perminisifisme
pendidikan.[4]

C. Peranan Pendidikan Konservatif

Peranan pendidikan konservatif ialah salah satu tanggung jawab kurikulum untuk
mentranmisikan dan mentafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Maka, sekolah
sebagai salah satu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa
sesuai dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan
pendidikan sebagai suatu proses sosial, karena pendidikan itu sendiri pada hakekatnya
berfungsi pula untuk menjembatani antara para siswa selaku anak didik dengan orang dewasa
di dalam suatu proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih komplek,
dengan adanya peranan konservatif ini maka sesungguhnya pendidikan itu berorentasi pada
masa lampau. Namun peranan pendidikan konservatif ini sangat mendasar sifatnya.[5]

Sebagaimana pendapatnya John Dewey, bahwasanya pendidikan konservatif


merupakan suatu pembentukan terhadap pribadi anak tanpa memperhatikan kekuatan atau
kemampuan IQ peserta didik yang ada di dalam dirinya. Pendidikan akan menentukan
segalanya. Dalam artian pendidikan merupakan suatu proses pembentukan jiwa dari luar.[6]

Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Pendidikan Konservatif yaitu merupakan system pendidikan yang bersifat ortodok


(lama) yang diterapkan di lembaga-lembaga sekolah. John Dewey menyatakan bahwa
pendidikan konservatif merupakan suatu pembentukan pada diri anak dari luar. Mereka
beranggapan bahwasanya kemampuan atau perkembangan diri anak tergantung gemblengan
dari luar bukan dari diri anak.

B. Saran

Dalam makalah ini kami sadari tentunya masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki oleh sebab itu, kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan makalah kami
selanjutnya.

Daftar Pustaka

Hamalik Oemar, Pengembangan kurikulum, Bandung, Mandar Maju, 1990

Idris Zahra, Dasar-dasar kependidikan, Padang Angkasa Raya, 1981

Sadullah Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2009

Wiliiam O'nail F, Ideologi-ideologi Pendidikan, Amerika, Pustaka Pelajar, 2002

Http//groups.yahoo.com/group/pakguruonline/massage/1866
[1] Zahra Idris, Dasar-dasar Kependidikan (Padang; Angkasa raya, 1981) hlm, 9

[2] Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung, Alfabeta, 2009) hlm, 124

[3] http://groups.yahoo.com/group/pakguruonline/massage/1866

[4] William F. O'nail, Ideologi-ideologi Pendidikan (Amerika: Pustaka Pelajar, 2002) hlm, 105

[5] Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum (Bandung; Mandar Maju, 1990), hlm, 10

[6] Zahra Idris, Dasar-dasar Kependidikan (Padang; Angkasa raya, 1981) hlm, 9

Anda mungkin juga menyukai