Utility Theory
Utility Theory
Masalah Kajian
Pada perkembangan selanjutnya, penjelasan teori ini tidak relevan jika risiko
yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dalam skala yang besar
dibandingkan dengan skala kecil. Arrow (1971) dalam ”Essays in the Theory of Risk-
Bearing” menyatakan bahwa dalam memaksimalkan expected utility, ada batas
tertentu dimana individu akan bersikap risk-neutral ketika bertaruh dalam jumlah
yang kecil. Sebagian besar ekonom memahami pandangan ini. Namun, sebagian
lainnya memprediksi bahwa pendekatan risk-neutrality tidak hanya berlaku untuk
taruhan atau spekulasi (investasi dalam konteks pasar modal) dengan risiko dalam
jumlah yang sedikit, tapi juga berlaku pada jumlah yang cukup besar.
Utilitas marginal dari kekayaan yang terus berkurang bukan penjelasan yang
masuk akal bagi orang-orang yang menghindari risiko pada skala $10, $100, $1.000,
atau bahkan lebih. Berdasarkan prediksi di atas, timbul anggapan bahwa para
ekonom seringkali membuat kesimpulan menyesatkan dengan menerapkan
expected-utility theory untuk menjelaskan risk aversion dalam konteks di mana
sebenarnya teori tersebut memprediksi risiko yang netral.
Dalam teori ekspektasi nilai guna yang konvensional, risk aversion semata-
mata hanya dijelaskan oleh kurva cekung dari nilai guna masing-masing individu
yang didefinisikan melalui tingkat kekayaan (wealth level). Ketika bertaruh pada
jumlah yang sedikit, marginal utility dari kekayaan seseorang harus berkurang secara
cepat. Artinya, pada saat tertentu, bahkan jika seseorang ditawarkan kesempatan
untuk keuntungan tidak terduga yang memberinya marginal utilitity yang sedikit, ia
tidak akan mau mengambil risiko apa pun yang signifikan untuk mendapatkan
keuntungan ini.
Tujuan Kajian
Makalah ini akan mempelajari jenis-jenis preferensi risiko, yaitu profil penting
yang harus diidentifikasi guna memaksimalkan nilai guna (utility) investasi seorang
investor. Tujuan umum dari kajian ini adalah mempelajari anomali-anomali pada risk
aversion. Selain itu, tujuan khusus yang ingin dicapai adalah mengidentifikasi faktor-
faktor lain yang dapat menjelaskan risk aversion selain faktor yang telah diduga
sebelumnya, yaitu level of utility.
STUDI LITERATUR
Preferensi Risiko
Utility adalah rasa kesenangan atau kepuasan yang muncul dari konsumsi, ini
merupakan kemampuan memuaskan keinginan dari barang, jasa dan aktivitas.
Dalam literatur, sebagai satuan guna atau kepuasan biasa dipakai satuan ukuran
yang biasa disebut util. Investor akan memaksimalkan utilitas dengan batasan
berupa pendapatan dan harga yang bersangkutan. Nilai guna (utility) terbagi menjadi
2, yaitu:
1. Nilai Guna Total (Total Utility/TU) adalah jumlah seluruh kepuasan yang
diperoleh dari mengkomsumsi sejumlah barang. Dengan nilai marginal utility
yang telah diketahui, TU dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑇𝑈𝑛 = 𝑀𝑈1 + 𝑀𝑈2 + ⋯ + 𝑀𝑈𝑛
atau dapat disingkat:
𝑛
𝑇𝑈𝑛 = ∑ 𝑀𝑈𝑖
𝑖=1
Hipotetis utama teori nilai guna menurut Hukum Utilitas Marginal yang
Semakin Menurun ialah “tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari
mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang
tersebut terus menerus menambah konsumsinya atas barang tersebut dan pada
akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif”.
(c) risk-neutral
ANALISIS
Pada bagian ini, kajian analisis diambil dari artikel di salah satu jurnal berjudul
“Anomalies: Risk Aversion” oleh Matthew Rabin dan Richard H Thaler (2001). Bagian
pertama merupakan ilutrasi dari anomali risk aversion. Bagian kedua menjelaskan
kelemahan dari teori expected-utility. Sedangkan pada bagian akhir diidentifikasi
faktor-faktor lain yang dapat menjelaskan risk aversion pada risiko skala kecil secara
lebih masuk akal.
Beberapa metode penelitian yang digunakan para ekonom saat ini sangat
bergantung pada interpretasi expected utility dari risk aversion pada investasi kecil.
Salah satu contoh muncul dalam suatu eksperimen ekonomi yang dilakukan di
laboratorium ekonomi. Peneliti tertarik untuk menduga-duga perilaku subyektif
partisipan terhadap jumlah hadiah yang berbeda.
Untuk mengetahui hal tersebut, dibutuhkan informasi tentang nilai relatif yang
dimiliki subyek penelitian untuk tiap besaran hadiah yang berbeda. Jika seseorang
lebih memilih $5 dalam kejadian A daripada $10 di kejadian B, maka ia percaya
bahwa A sekurang-kurangnya memiliki probabilitas dua kali dari B hanya jika
diasumsikan bahwa setidaknya ia dua kali lebih menyukai $10 daripada $5. Namun,
teori ekonomi mengatakan, karena adanya penurunan nilai utilitas marginal, asumsi
bahwa seseorang dua kali lebih menyukai $10 daripada $5 tidak bisa dibenarkan.
Para peneliti telah mengembangakan skema yang cerdas untuk menghindari
masalah ini. Daripada memberikan hadiah $10 dan $5, subyek penelitian diberikan
hadiah 10% kesempatan untuk memenangkan $100 atau 5% kesempatan untuk
memenangkan $100. Teori expected-utility mengatakan bahwa, terlepas dari fungsi
utilitas, subyek menilai 10% kesempatan dua kali lebih besar daripada 5%
kesempatan atas hadiah yang sama.
Teori expected-utility menyatakan bahwa individu akan netral dalam
mengambil keputusan dalam skala besar. Di sisi lain, jika subyek dalam penelitian
tersebut bersifat risk-averse, maka mereka tidak bisa disebut sebagai expected-utility
maximizer. Oleh karena itu, prosedur undian yang dilakukan di laboratorium dengan
asumsi mengikuti teori expected-utility (preferensi bersifat linear terhadap
probabilitas dan sikap terhadap risiko berasal dari kurva utility function) memiliki
sedikit anggapan adanya ”netralisasi” risk aversion. Dalam arti, prosedur rumit ini
ada karena para ekonom telah menginterpretasikan hipotesis expected utility secara
harfiah, tapi tidak serius.
Anggapan teori expected-utility bahwa risk aversion, baik risiko kecil maupun
besar, berasal dari fungsi utility-of-wealth yang sama berhubungan dengan implikasi
teori yang sudah sering dibahas, yaitu tiap individu memiliki risiko yang kurang lebih
sama terhadap suatu agregasi (kesatuan) taruhan independen yang identik.
Pengamatan ini diperkenalkan dalam sebuah artikel terkenal oleh Samuelson (1963)
yang menunjukkan bahwa teori expected-utility mengimplikasikan jika (untuk
beberapa level kekayaan yang cukup beragam) seseorang menolak gamble tertentu,
maka ia juga harus menolak tawaran untuk melakukan n>1 dari gamble tersebut.
Dengan demikian, ketika dekat dengan level kekayaan saat ini, individu tidak
bersedia menerima kemungkinan 50-50 rugi $100/untung $200 dan ia juga harus
tidak menerima 100 dari taruhan-taruhan yang diambil secara bersamaaan.
Teori Alternatif
Mental accounting bisa jadi merupakan teori yang menjelaskan risk aversion.
Mental accounting mengacu kepada cara individu atau kelompok mengevaluasi
transaksi keuangan. Teori ini memainkan peran penting karena risk aversion pada
risiko skala kecil tampaknya berasal dari kecenderungan untuk menilai risiko dalam
sudut pandang yang lebih sempit. Jika risiko dengan skala kecil lebih baik daripada
tidak bertaruh sama sekali dilihat dari perspektif yang lebih luas, ada kemungkinan
investor lebih memilih untuk mengambil risiko tersebut.
Terdapat teori lain yang mampu menjelaskan risk aversion secara lebih
masuk akal, yaitu loss aversion dan mental accounting. Loss aversion adalah
perasaan yang sangat kuat dari dorongan hati untuk menghindari kerugian daripada
mendapatkan keuntungan. Sedangkan mental accounting mengacu kepada cara
individu atau kelompok mengevaluasi transaksi keuangan. Dengan adanya kajian ini,
maka investor dapat mempertimbangkan alternatif perilaku yang lebih realistis
sehingga dapat meningkatkan analisis ekonomi mereka.
Opini
Pada kenyataannya investor sering bersikap irrasional. Maka dari itu, ada
baiknya untuk mempertimbangkan behavioral finance dalam mengungkap anomali
risk aversion, salah satunya teori loss aversion. Behavioral finance merupakan ilmu
tentang bagaimana fenomena psikologi mempengaruhi perilaku keuangan. Ilmu ini
berusaha mengungkap prediksi pasar keuangan yang berfokus pada penerapan
prinsip psikologi dan ekonomi sebagai pengembangan proses pengambilan
keputusan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Copeland, Thomas E., J. Fred Weston, & Kuldeep Shastri. 2005. Financial Theory
and Corporate Policy. 4th ed. Pearson Addison Wesley. New York.
Kountor, R. 2007. “Teori Utilitas dapat Menjelaskan Mengapa Manajemen Risiko itu
Penting”. Majalah Eksekutif. April 2007.
Read, D., G. Loewenstein & M. Rabin. 1999. "Choice Bracketing". Journal of Risk
and Uncertainty. December, 19:1-3, 171-97.
Weston, J. Fred & Eugene F. Brigham. 1985. Managerial Finance. 7th ed. Erlangga.
Jakarta.