Chree
Chree
Chree
II.1. UMUM
Tanah saja biasanya tidak cukup untuk kuat dan tahan, tanpa adanya
deformasi yang berarti terhadap beban roda berulang. Untuk itu perlu adanya
suatu lapis tambahan yang terletak antara tanah dan roda, atau lapis paling atas
dari badan jalan. Lapis tambahan ini dibuat dari bahan khusus yang terpilih (yang
Perkerasan adalah struktur yang terdiri dari banyak lapisan yang dibuat
untuk menambah daya dukung tanah agar dapat memikul repetisi beban lalu-lintas
sehingga tanah tadi tidak mengalami deformasi yang berarti (Croney, D, 1977).
dari satu atau lebih lapisan perkerasan yang dibuat dari bahan yang memiliki
kualitas yang baik (Basuki, H, 1986). Jadi, perkerasan jalan adalah suatu
konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah dasar (subgrade), yang berfungsi
aman pada segala kondisi cuaca, serta tebal dari setiap lapisan harus cukup aman
beban berulang yang bekerja di atasnya. Setiap kali muatan lewat, terjadi
deformasi pada permukaan perkerasan. Apabila muatan ini berlebihan atau lapisan
terjadinya gelombang atau retakan yang akan berlanjut kepada kualitas keamanan
Bilamana indeks daya layan jalan (present serviceability index) dari suatu
dipertanggungjawabkan lagi (pt = 2.5 untuk jalan raya utama/arteri, pt = 2.0 untuk
jalan lalu lintas rendah), perkerasan dapat dibuat kembali (konstruksi ulang), di
ulang (overlay) di atas perkerasan jalan yang sudah ada (Oglesby, CH, dkk).
bahan pengikat.
yaitu perpaduan antara perkerasan lentur dan kaku. Dan tipe inilah yang dibahas
dalam tugas akhir ini yaitu pelapisan ulang campuran beraspal (AC) di atas
perkerasan beton.
dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis
pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
(Basuki, H, 1986). Sehingga dengan sifat ini, maka dapat dilihat apakah lapisan
permukaan yang terdiri dari pelat beton tersebut akan pecah atau patah.
dibawah ini :
terjadi pada tanah dasar, untuk mempercepat pekerjaan konstruksi, serta menjaga
Reaction)
• Melindungi dari gejala pumping pada daerah sambungan, retakan dan ujung
samping perkerasan
Pada perkerasan kaku ini, lapisan pondasi bisa ada atau tidak ada pada
suatu struktur perkerasan, sebab bila kondisi tanah dasar atau tanah asli baik
maka pelat beton ini dapat langsung diletakkan diatas tanah dasar atau tanah asli.
Lapisan beton dibuat untuk memikul beban yang bekerja diatasnya, dan
tinggi, akan mendistribusikan beban terhadap bidang area tanah yang cukup luas,
sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari slab
beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan
struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam
merencanakan perkerasan jalan beton semen Portland adalah kekuatan beton itu
• Pembebanan ujung
• Pembebanan pinggir
• Pembebanan tengah
mengakibatkan :
• Pengembangan
• Penyusutan
Gejala pumping ini dapat diatasi dengan menggunakan lapisan pondasi bawah
• Analisa lalu lintas : mencakup umur rencana, lalu lintas harian rata-rata,
• Terminal serviceability
• Initial serviceability
• Serviceability loss
• Realiability
• Drainage coefficient
dibawah ini :
∆PSI
log10
log10 w18 = Z R S 0 + 7,35 log10 ( D + 1) − 0,06 + 4,5 − 1,5
+ (4,22 − 0,32 pt ) x log10
[
S c ' Cd x D 0,75 − 1,132 ]
1,624 x107
1+
( D + 1)8, 46 18,42
215,63 xJx D 0,75 − 0 , 25
Ec
k
Tugas akhir ini hanya membahas pelapisan ulang campuran beraspal (AC)
PERKERASAN BETON
dengan kebutuhan dan kondisi lalu lintas, misalnya umur rencana 10 - 20 tahun,
dengan harapan dalam kurun waktu tersebut jalan masih mampu melayani lalu
lintas dengan tingkat pelayanan pada kondisi yang mantap. Untuk itu, diperlukan
adanya upaya pemeliharaan dan peningkatan jalan selama umur rencana tersebut.
terus meningkat sehingga beban lalu lintas yang diterima oleh suatu perkerasan
kemampuan pelayanan jalan tersebut. Akibat pengaruh beban lalu lintas dan
mengalami penurunan kinerja, baik dari segi fungsional maupun segi struktural
(NAASRA, 1987).
perkerasan beton diantaranya adalah faktor beban dan lalu lintas, faktor tanah
dasar, kekuatan beton, material, dan faktor lingkungan. Menurut Huang (2004),
faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja perkerasan beton adalah lalu-lintas dan
perkerasan. Hampir sama dengan diatas, Yoder dan Witczak (1975) juga
lain adalah beban lalu-lintas, faktor tanah dasar, faktor lingkungan (drainase
Secara umum, untuk semua jenis perkerasan, kondisi lalu lintas yang akan
Beban sumbu
Konfigurasi sumbu
kendaraan berat.
Jarak sumbu
Beban sumbu
jenis yaitu :
b. Lajur Rencana
praktisnya akan dibuat sama. Untuk itu dibuat lajur rencana yaitu lajur
c. Umur Rencana
Jumlah lalu lintas akan bertambah baik pada keseluruhan usia rencana
atau pada sebagian masa tersebut. Angka pertumbuhan lalu lintas dapat
yang berlebih (overload) yang diterima oleh struktur perkerasan beton akan
lain :
a. Keamanan
bentuk dan kondisi ban, tekstur permukaan jalan, dan kondisi cuaca.
pelayanan.
Tanah dasar yang umumnya adalah berupa tanah asli, galian ataupun
berupa tanah timbunan yang memiliki kekuatan dan stabilitas yang tidak kuat.
yang telah dipilih (Yoder, E.J. and Witczak, M.W, 1975). Agar dapat menahan
beban lalu-lintas yang bekerja diatasnya, maka digunakan prinsip perkerasan yaitu
paling atas memiliki kekuatan bahan yang paling tinggi. Tujuannya agar lapisan
tegangan yang terjadi pada tanah dasar. Sifat dari masing-masing jenis tanah
tergantung dari tekstur, kepadatan, kadar air kondisi lingkungan dan lain
sebagainya.
Semakin kuat tanah dasar, maka semakin tipis tebal lapisan perkerasan yang
pengerjaan lapisan pondasi dilakukan dulu uji pengukuran daya dukung subgrade
dengan :
Hal ini bertujuan untuk mengestimasi nilai daya dukung subgrade yang
deangan sifat dasarnya, akibat beban lalu lintas (NAASRA ’87) yaitu :
Material berbutir terdiri atas kerikil atau batu pecah yang mempunyai
• Material terikat
atau zat cair lainnya dalam jumlah tertentu untuk menghasilkan bahan
• Aspal
dalam massa dari bitumen dan adhesi antara bitumen dan agregat. Ini
• Beton semen
jalan akan memberikan dampak yang baik dalam menopang beban lalu
dengan baik sebelum digunakan untuk campuran beton. Pilihlah agregat dengan
gradasi baik untuk mendapatkan pelayanan jalan beton yang lebih lama.
basah. Lapisan beton semen dapat digunakan sebagai lapisan pondasi bawah pada
perkerasan kaku maupun perkerasan lentur, dan sebagai lapisan pondasi atas pada
perkerasan kaku.
saja pada area dengan kondisi tanah dasar yang jelek (poor subgrade)
yang harus diketahui dan dievaluasi adalah modulus, angka Poisson dan
campuran abu batu (flyash) dan 7 Mpa jika tanpa abu batu.
didasarkan pada kuat lentur 90 hari. Kuat lentur rencana beton 90 hari
Dimana :
tarik silinder sampai terbelah atau uji tarik tidak langsung (Brazilian
berikut :
Dimana :
Mpa.
sebagai berikut :
dimana :
Kalau ditinjau dari metoda AASHTO, Perkerasan beton yang kaku dan
bidang area tanah yang cukup luas, sehingga bagian terbesar dari kapasitas
struktur perkerasan diperoleh dari slab beton itu sendiri. Karena yang paling
menggunakan benda uji silinder (15 x 30) cm. Kuat tekan beton fc’ ditetapkan
sesuai dengan spesifikasi pekerjaan. Di Indonesia saat ini umumnya digunakan fc’
= 350 kg/cm2 untuk pelat beton sedangkan untuk beton pondasi bawah (wet lean
concrete) juga demikian dengan menggunakan silinder fc’ = 105 kg/cm2. Dan
Kondisi drainase perkerasan dilihat dari mutu drainase yaitu berapa lama
dilihat pada saat hujan. Makin lama air keluar dari perkerasan, maka kondisi
perkerasan sangat jelek (poor) dan sebaliknya (AASHTO ’93). Hal ini sangat
drainage (Cd).
Excellent 2 jam
Good 1 hari
Fair 1 minggu
Poor 1 bulan
perkerasan erat kaitannya dengan rendahnya kekesatan. Hal ini disebabkan karena
kehilangan friction sebagai akibat adanya film air di permukaan perkerasan ketika
kurang memadai
pada perkerasan tersebut (Huang, Y.H, 2004). Kondisi lingkungan seperti curah
kondisi curah hujan yang tinggi dan temperatur yang berubah-ubah dapat
mengurangi keawetan bahan lebih cepat dari masa umur layan yang direncanakan.
Kelembaban
Maka dari itu, untuk wilayah yang curah hujannya tinggi perencanaan
suatu jalan baru harus menjadi perhatian seperti sistem drainase jalan.
Suhu Lingkungan
karakteristik dan sifat aspal yang kaku dan regas pada temperatur
rendah dan sebaliknya akan lunak dan visko elastis pada suhu tinggi.
Konstruksi jalan yang telah habis masa pelayanannya atau telah mencapai
indeks permukaan akhir yang diharapkan perlu diberikan lapis ulang untuk dapat
menopang kembali beban lalu lintas yang bekerja di atasnya untuk jangka waktu
yang lebih panjang lagi. Sebelum melakukan lapis ulang, perlu dilakukan terlebih
perkerasan.
pelayanan kepada pengguna jalan. Survai ini dilakukan secara visual ataupun
Percent of people pt
Stating unacceptable
12 3.0
55 2.5
85 2.0
kenyamanan atau kinerja dari jalan dan bisa juga sebagai nilai kemunduran
jalan secara fungsional yang dapat diperoleh dari hasil pengukuran dengan
Kinerja jalan dari segi fungsional secara umum tidak menjadi patokan
suatu jalan itu untuk di overlay. Suatu perkerasan jalan itu sudah seharusnya di
jalan lama.
Weight Deflectometer).
1. Lendutan (Deflection)
menempatkan sensor pada 0, 12, 24, dan 36 inchi dari pusat beban. Alat uji
seperti FWD dianjurkan untuk mengukur lendutan dengan beban berat dan
beban sebesar 9000 lbs (4,1 Ton). Plat beban yang digunakan berbentuk
lingkaran dengan jari-jari 5.9 inchi atau 15 cm. Pada metoda AASHTO,
perkerasan eksisting seperti modulus reaksi tanah dasar (k) dan modulus
elastisitas pelat beton (Ec). Selain itu nilai k dan Ec juga dapat ditentukan
menggunakan alat FWD mendekati 0.02 inchi (0.005 mm) (AASHTO ’93).
Apabila nilai lendutan yang diperoleh lebih besar dari yang telah ditentukan
pelayanan jalan itu dari segi struktural. Hasil lendutan yang diperoleh
nilai lendutan dan transfer beban (load transfer) dari sambungan pelat
perkerasan, nilai modulus reaksi tanah dasar (k) ditentukan berdasarkan nilai
nilai load transfer pada sambungan dilakukan pada sisi luar jejak roda
lebih kecil dari 800 F (270 C). Penempatan pelat beban dilakukan pada satu
ukur pada titik tengah pelat beban dan pada 12 inci dari titik tengah.
Nilai load transfer yang diperoleh dari nilai lendutan pada titik
penyebaran beban yang diterima setiap sambungan pelat tersebut. Jika nilai
dari sambungan tersebut bagus, tetapi jika nilainya lebih kecil maka
Dimana : ∆a ∆l
= lendutan di awal (mendekati) slab beton
50 – 70 3.5 Sedang
Pavement type
1. plain jointed & jointed 3.2 3.8 – 4.4 2.5 – 3.1 3.6 – 4.2
reinforced
2. CRCP 2.9 – 3.2 N/A 2.3 – 2.9 N/A
tulangan load transfer koefisiennya (J) harus berkisar antara 2.5 – 3.1.
perkerasan (joint seal defects), kerusakan bagian tepi slab (edge drop-off)
di overlay di lihat dari kondisi struktural perkerasan itu sendiri yaitu kondisi
Teknik Sipil ITB, Kadiar Yunas (12/12/2007) yang dikutip dari ITB Central
dari manusia itu sendiri, apakah jalan masih aman dan nyamankan di lalui “.
dari segi struktural perkerasan yang diukur selama survai kondisi untuk
banyaknya kerusakan.
a. Retak (Cracks)
Retak yang terjadi pada perkerasan beton berdasarkan pada tekanan yang
Retak ini disebabkan oleh material dan disain yang kurang cocok pada
awal perencanaan.
selama pelaksanaan.
Retak yang terjadi pada tengah pelat (center slab) membentuk arah
tekanan yang sangat berat di atas tengah pelat (Yoder, E.J. and
seperti lumpur (silt) atau tanah liat (clay), sehingga menyebabkan lapisan
c. Deformasi (Deformation)
• Pemompaan (pumping)
akibat gerakan lendutan atau gerakan vertikal pelat beton karena beban
lalu lintas, setelah adanya air bebas yang terakumulasi di bawah pelat
• Patahan (faulting)
retakan.
• Amblas (depression)
retakan.
• Rocking
bahu yang berdekatan dengan tepi slab. Disebabkan oleh drainase bahu
yang kurang baik dan material pada bahu yang tidak stabil.
hujan turun.
f. Lubang (pothole)
dalam sambungan.
dari ketentuan yang telah ditetapkan maka perkerasan jalan telah siap untuk
Faktor beban dan Overload, beban berulang, Overload, beban berulang, Overload dan beban Overload dan beban
lalu lintas pembebanan yang tidak pembebanan yang tidak berulang berulang
rata di pelat beton rata di pelat beton
Faktor tanah dasar Kekuatan tanah dasar Kekuatan tanah dasar Tanah asli, galian -
(sugbrade) secara langsung secara langsung ataupun timbunan
mempengaruhi tebal dipengaruhi oleh kondisi harus distabilisasi
perkerasan. Semakin kuat tanah pada lapisan tanah untuk mendapatkan
tanah dasar, maka semakin dasar tersebut. nilai daya dukung
tipis tebal lapisan tanah yang baik.
perkerasan yang
dibutuhkan. Sebaliknya
apabila semakin lemah
stabilitas tanah dasar, maka
semakin tebal lapisan
Material perkerasan Beton dengan agregat Beton dengan agregat Beton dengan agregat -
bergradasi baik bergradasi baik bergradasi baik
Faktor lingkungan Kondisi cuaca, iklim, Kondisi cuaca, iklim, Temperatur dan muka Kelembaban, suhu,
curah hujan dan curah hujan, temperatur air tanah (kelembaban) curah hujan dam iklim
kelembaban dan kelembaban