Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Bacillus sp.

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Mikrobiologi II

Disusun oleh :

Siska Hidayat (1211C1052)


Afandi Yuditia Pane (1211C
Rahmi (1211C

S1 KIMIA – ANALIS MEDIS & ANALIS KIMIA

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG

2014
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya lah makalah yang
berjudul Bacillus sp..dapat terselesaikan tepat waktu dan tanpa halangan yang berarti.
Makalah ini disusun kedalam empat bab. Bab satu berisi pendahuluan. Bab dua
mengenai landasan teori, Bab tiga mengenai pembahasan, dan Bab empat mengenai
kesimpulan.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengenal lebih jauh mengenai
bakteri bacillus sp. beserta spesiesnya yang sebagian besar merupakan agen patogen dan
mampu untuk melihat gejala, cara pengobatan, cara pencegahan, serta cara pemeriksaan
laboratoriumnya dalam rangka meminimalisir efek patogenitas yang dihasilkan oleh bakteri
kelompok Bacillus sp. ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kelemahan yang perlu dibenahi.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah
dimasa mendatang, dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua Aamiin.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1


1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................ 2
1.3 Identifikasi Masalah ...................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

2.1 Bacillus sp. ...................................................................................

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................

3.1 Bacillus anthracis .........................................................................


3.2 Bacillus cereus ..............................................................................
3.3 Bacillus subtilis .............................................................................
3.4 Identifikasi Bacillus sp .................................................................

BAB IV KESIMPULAN .....................................................................................

Daftar Pustaka .......................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang perlu
dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa, dan
Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat
dianggap sebagai makhluk hidup.
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian
kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau mikroorganisme yang
menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan pathogen untuk menyebabkan
penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah mekanisme infeksi
dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang
memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit.
Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup
yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan terjadinya
kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di
lingkungan akuatik, dan atmosfer ( udara ) serta makanan, dan karena beberapa hal
mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal
menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme
ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga
menimbulkan penyakit.
Bacillus sp. merupakan agen penyakit dari beberapa penyakit seperti infeksi kulit,
paru, usus, dan selaput otak. Selain itu, beberapa tipe Bacillus sp. dipastikan sebagai
penyebab suatu kasus keracunan makanan, apabila hasil isolasi Bacillus sp. menunjukkan
bahwa strain-strain dari serotip yang sama ditemukan pada makanan yang dicurigai dan
dari kotoran atau muntahan pasien, atau hasil isolasi bakteri dari makanan yang dicurigai,
kotoran, atau muntahan pasien menunjukkan adanya sejumlah besar Bacillus cereus dari
serotip yang dikenal sebagai penyebab keracunan makanan. Keracunan pangan yang
diakibatkan oleh Bacillus sp. ditunjukkan dari gejala diare, kejang (kram) perut, dan
muntah
1.2 Maksud dan Tujuan
Dengan dibuatnya makalah “Bacillus sp.” ini diharapkan mahasiswa dapat
mengenal beberapa spesies Bacillus sp yang bersifat patogen, mampu menggambarkan
secara keseluruhan karakteristik dari beberapa spesiesnya baik secara morfologi,
epidemiologi. Serta yang terakhir mahasiswa mampu mengetahui gambaran dari gejala
klinis yang diakibatkan bakteri bacillus sp. cara pengobatan, cara pencegahan beserta
pemeriksaan umum di Laboratoriumnya.

1.3 Identifikasi Masalah


1. Mengenal beberapa spesies Bacillus sp yang bersifat patogen
2. Identifikasi karakteristik spesies Bacillus sp.
3. Gejala klinis, cara pengobatan, cara pencegahan dan cara pemeriksaan Laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum, Kelompok Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan
tergolong dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada medium yang
mengandung oksigen (bersifat aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic
sporeformers. Kebanyakan anggota genus Bacillus dapat membentuk endospora yang
dibentuk secara intraseluler sebagai respon terhadap kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan, oleh karena itu anggota genus Bacillus memiliki toleransi yang tinggi
terhadap kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Beberapa anggota Bacillus memiliki S-layer yang merupakan lapisan crystalline
dipermukaan subunit protein atau glikoprotein. Bagian kapsul kebanyakan anggota Bacillus
mengandung D atau L-glutamic acid, sedangkan beberapa lainnya memiliki kapsul yang
mengandung karbohidrat. Variasi struktur dinding sel seperti pada kebanyakan bakteri gram
negatif tidak ditemukan pada genus Bacillus. Dinding sel vegetatif kebanyakan anggota
Bacillus terbuat dari peptidoglikan yang mengandung Meso-Diaminopimelic acid (DAP)
dengan tipe Glyserol Teichoic Acid sangat bervariasi diantara spesies. Kebanyakan anggota
genus Bacillus merupakan bakteri yang bersifat motil dan memiliki flagela tipe peritrik.
Bakteri Bacillus sp. biasanya banyak ditemukan di tanah. Cara untuk mendapatkan
bakteri Bacillus sp. yaitu dengan mengambil sampel tanah menggunakan sendok yang telah
disterilisasikan terlebih dahulu kemudian ambil tanah sekitar kedalaman 3 cm dari
permukaan tanah. Bacillus sp. merupakan bakteri gram positif dengan sel batang berukuran
0,3-22x1,27-7 πm, sebagian bersifat motil (mampu bergerak) mobilitasnya ini disebabkan
oleh flagel, jika dipanaskan akan membentuk endospora, yaitu bentuk dorman sel vegetatif
sebagai bentuk pertahanan diri yang muncul saat kondisi ekstrim yang tidak menguntungkan
bagi bakteri. Kandungan air endospora sangat rendah bila dibandingkan dengan sel
vegetatifnya, maka endospora berbentuk sangat padat dan sangat refraktil bila dilihat di
bawah mikroskop. Endospora dibentuk dalam sporangium di dalam sel dan dibentuk saat sel
masak. Endospora memiliki dinding tebal, reaktif, dan sangat resisten. Letak endospora
dalam sel ukuran selama pembentukannya tidak sama antara spesies satu dengan lainnya.
Beberapa spesies memiliki spora sentral, terminal, atau letal. Endospora dapat berbentuk
oval, silindris, bulat, atau lainnya.
Bacillus sp. bersifat aerob sampai anaerob fakultatif, metabolisme dengan fermentasi
dan respirasi. Isolat-isolat murni tersebut dipelihara dalam medium agar miring. Untuk
memastikan bahwa koloni-koloni tersebut adalah Bacillus, maka dilakukan serangkaian
pengujian yang bersifat spesifik yaitu pengecetan gram, pengecetan negatif dan motilitasnya.
Bacillus dibedakan dari anggota familia Bacillaceae lainnya berdasarkan sifat-sifatnya yaitu:
keseluruhannya merupakan pembentuk spora, hidup pada kondisi aerob baik sebagai jasad
yang sepenuhnya aerob maupun aerob fakultatif, selnya berbentuk batang, dan memproduksi
katalase.
Bacillus sp. merupakan bakteri gram-positif yang berbentuk batang,dan secara alami
sering ditemukan di tanah dan vegetasi. Bacillus sp.tumbuh di berbagai mesofilik suhu
berkisar 25-35 derajat Celsius. Bacillus sp. juga telah berevolusi sehingga dapat hidup
walaupun di bawah kondisi keras dan lebih cepat mendapatkan perlindungan terhadap stres
situasi seperti kondisi pH rendah (asam), bersifat alkali, osmosa, atau kondisi oksidatif, dan
panas atau etanol Bakteri ini hanya memiliki satu molekul DNA yang berisi seperangkat set
kromosom. Beberapa keunggulan dari bakteri ini adalah mampu mensekresikan antibiotik
dalam jumlah besar ke luar dari sel
Kebanyakan anggota genus Bacillus adalah organisme saprofit yang lazim terdapat
dalam tanah, air, udara, dan tumbuh-tumbuhan, seperti Bacillus cereus dan Bacillus subtilis.
Beberapa di antaranya patogen bagi insekta Bacillus cereus dapat tumbuh pada makanan dan
menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keracunan makanan. Organisme ini kadang-
kadang dapat menimbulkan penyakit pada orang fungsi imun yang terganggu (misalnya
meningitis, endokarditis, endoftalmitis, konjungtivitis, atau gastro enteritis akut). Bacillus
anthracis, penyebab antraks adalah bakteri patogen utama genus ini.
Hampir semua jenis bacillus sp. bersifat motil, kecuali bacillus anthracis yang bersifat
nonmotil.
BAB III
PEMBAHASAN
Klasifikasi Bacillus sp.
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Bacteria
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus anthracis, Bacillus cereus, Bacillus subtilis

3.1 Bacillus anthracis


Kuman antraks banyak ditemukan pada penyakit zoonosis, infeksi pada ternak lembu,
kambing, domba dan babi. Kuman dikelurakan melalui feses, urin dan saliva binatang
yang terinfeksi dan bertahan hidup di ladang dalam bentuk spora untuk waktu yang lama
sekali.
Morfologi
Batang dengan ukuran 1 x 3-4 µm, dapat tersusun dengan seperti bamboo, bentuk
batangnya persegi atau cekung ujungnya, sendiri-sendiri, berpasangan atau membentuk
rantai pendek, tidak bergerak, berspora oval yang letaknya sental, kadang-kadang
berkapsul.
Struktur Antigen
Bahan simpai B anthracis, yang terdiri atas polipeptida berbobot molekul tinggi yang
mengandung asam D-glutamat, adalah suatu hapten. Badan bakteri mengandung protein
dan suatu polisakarida somatic, keduanya bersifat antigenik.
Patogenesis
Antraks terutama merupakan penyakit pada biri-biri, sapi, kuda, dan hewan lainnya;
manusia jarang terserang. Infeksi biasanya didapat dengan masuknya spora melalui luka
pada kulit atau selaput lendir, jarang dengan inhalasi spora ke dalam paru-paru. Pada
hewan, pintu masuknya adalah mulut dan saluran pencernaan. Spora dari tanah yang
tercemar mudah masuk bila termakan bersama tumbuhan berduri atau yang merangsang.
Pada manusia, goresan pada kulit atau inhalasi menyebabkan timbulnya infeksi.
Spora tumbuh pada jaringan di tempat masuk, dan pertumbuhan organisme vegetative
mengakibatkan pembentukkan edema gelatinosa dan kongesti. Basil menyebar melalui
getah bening ke dalam aliran darah, bakteri berkembang biak dengan bebas dalam darah
dan jaringan segera sebelum dan setelah kematian hewan. Dalam plasma hewan yang
mati karena antraks, telah ditemukan suatu faktor toksik. Bila diinokulasikan, zat ini
mematikan mencit atau marmot dan secara spesifik dinetralisasi oleh antiserum antraks.
Eksudat antraks mengandung polipeptida yang identik dengan polipeptida pada
simpai Bacillus, dan dapat menimbulkan reaksi histologik yang sama seperti reaksi akibat
infeksi antraks. Protein lain yang diisolasi dari eksudat merangsang kekebalan yang kuat
terhadap antraks bila disutikkan pada hewan. Dari filtrat (“toksin antraks”), telah
dipisahkan tiga zat dengan filtrasi gelas dan kromatrografi: (1) antigen proktektif, (2)
faktor edema, dan (3) faktor letal. Campuran dari (1), (2), dan (3) lebih toksik pada
hewan, dan campuran seperti ini lebih imunogenik daripada masing-masing zat sendiri-
sendiri. Pembentukan toksik berada di bawah pengaruh suatu plasmid; bila plasmid ini
hilang, toksik tidak diproduksi.
Tipe antraks yang lain adalah antraks pernapasan (“penyakit tukang sortir wool”).
Spora atraks yang terhirup dari debu wool, bulu atau kulit mengakibatkan berkembangnya
spora dalam paru-paru atau dalam kelenjar getah bening trakebronkial dan menimbulkan
mediastinitis hemoragik, pneumonia, meningitis, dan sepsis yang biasa cepat
menimbulkan kematian jumlah organisme dalam darah melebihi 10⁷/ mL.
Patologi
Pada hewan yang peka, organisme berkembang biak di tempat masuk. Simpai tetap
utuh, dan organisme dikelilingi oleh sejumlah besar cairan seperti protein yang
mengandung sedikit leukosit, organisme kemudian dengan cepat menyebar dan mencapai
aliran darah.
Pada hewan yang resisten, organisme berkembang biak selama beberapa jam, setelah
itu terkumpul sejumlah besar leukosit. Simpai lambat laun mengalami disintegrasi dan
menghilang. Organisme tetap terlokalisasi.
Gambaran Klinik
Pada manusia, antraks menimbulkan infeksi kulit (pustula ganas). Mula-mula timbul
popula dalam 12-36 jam setelah masuknya organisme atau spora melalui goresan. Papula
ini dengan cepat berubah menjadi visikel, kemudian pustula, dan akhirnya menjadi ulkus
nekrotik; lalu infeksi dapat menyebar, menimbulkan septikemia.
Pada antraks pernapasan, gejala dini dapat berupa mediastinitis, sepsis, meningitis
atau edema paru-paru hemoragik. Pneumonia hemoragik dengan syok merupakan gejala
yang terakhir.
Hewan sering terkena antraks dengan memakan sporanya dan organisme menyebar
lewat saluran usus, tetapi pada manusia hal ini jarang terjadi. Karena itu, sakit perut,
muntah dan diare berdarah jarang merupakan tanda-tanda klinik.
Tes Diagnostik Laboratorium
A. Bahan: Cairan atau nanah dari lesi lokal, darah, dahak.
B. Pewarnaan Sediaan: Dari lesi lokal atau darah hewan yang mati; rantai bakteri
terbentuk batang besar Gram-positif sering terlihat. Antraks dapat diidentifikasi
pada sediaan kering dengan teknik pewarnaan imunofluoresensi.
C. Biakan: Bila dibiakkan pada lempeng agar darah, organisme ini membentuk
koloni kelabu nonhemolitik dengan morfologi mikroskopis yang khas. Peragian
karbohidrat tidak bermanfaat. Pada perbenihan setengah padat, basil antraks selalu
tidak bergerak, sedangkan organisme tidak patogen yang sejenis (misal B cereus)
menunjukkan pergerakkan dengan “menyebar”. Biakan antraks virulen mematikan
mencit atau marmot bila disutikkan secara intraperitoneal.
D. Tes Serologi: Antibodi penyebab presipitasi atau hemaglutinasi dapat
diperlihatkan dalam serum orang atau hewan yang telah divaksinasi atau
terinfeksi.
Resistensi dan Kekebalan
Beberapa hewan (marmot) sangat peka, sedangkan yang lain (tikus) sangat resisten
terhadap infeksi antraks. Kenyataan ini diperkirakan akibat sejumlah mekanisme
pertahanan: aktivitas leukosit, suhu badan, dan daya bakterisidal darah. Polipeptida
tertentu yang mematikan hasil antraks telah diisolasi dari jaringan hewan. Polilisin
sintetik mempunyai daya kerja yang mirip.
Kekebalan aktif terhadap antraks dapat diinduksi pada hewan yang peka oleh
vaksinasi dengan basil hidup yang telah dilemahkan, dengan suspensi spora, atau dengan
antigen proktektif dan filtrate biakan. Serum imun kadang-kadang disuntikkan bersama
dengan basil hidup pada hewan. Imunisasi antraks didasarkan pada percobaan klasik
Louis Pasteur, yang pada tahun 1881 membuktikkan bahwa biakan yang telah tumbuh
dalam kaldu pada 42-52°C selama beberapa bulan akan kehilangan sebagian besar
virulensinya dan dapat disuntikkan hidup-hidup pada biri-biri dan sapi tanpa
menyebabkan penyakit; selanjutnya hewan-hewan ini terbukti kebal. Terdapat banyak
variasi mengenai kemanjuran berbagai vaksin.
Pengobatan
Banyak antibiotika efektif terhadap antraks pada manusia, tetapi pengobatan harus
dimulai sedini mungkin. Penisilin cukup memuaskan, kecuali pada pengobatan antraks
pernapasan, dimana mortilitas tetap tinggi. Beberapa basil Gram-positif lainnya mungkin
resisten terhadap penisilin karena membentuk-β-laktamase. Tetrasiklin, eritromisin, atau
klidamisin mungkin efektif.
Epidemiologi, Pencegahan dan Pengendalian
Tanah tercemar oleh spora antraks dari bangkai hewan. Spora-spora ini dapat tetap
hidup selama puluhan tahun. Mungkin spora dapat tumbuh dalam tanah pada pH 6,5 pada
suhu yang cocok. Hewan merumput yang terinfeksi melalui luka pada selaput lendir
menjadi penyambung rantai infeksi terus-menerus. Kotak dengan hewan yang terinfeksi
atau dengan kulit, rambut dan bulunya merupakan sumber infeksi pada manusia.
Tindakan pengendalian meliputi (1) pembuangan bangkai hewan dengan membakar atau
mengubur pada sumur yang dalam disertai kapur, (2) dekontaminasi produk-produk
hewan (biasanya dengan autoklaf), (3) baju dan sarung tangan pelindung waktu mengenai
bahan-bahan yang mungkin tercemar dan (4) imunisasi aktif hewan peliharaan dengan
vaksin hidup yang dilemahkan. Orang yang mempunyai resiko besar karena pekerjaanya
harus diimunisasi dengan vaksin bebas-sel yang dapat diperoleh dari Centers for Disease
Control, Atlanta, GA 30333.

3.2 Bacillus cereus


Dapat menyebabkan keracuann makanan dan juga menyebabkan pneumonia,
bronkopneumonia dan luka.
Morfologi
Bacillus cereus merupakan salah satu anggota genus Bacillus yang pertama kali
diisolasi pada tahun 1969 dari darah dan cairan pleura pasien pneumonia. Bacillus cereus
memiliki beberapa karakter morfologi diantaranya: Gram positif dengan lebar sel 0,9 –
1,2 µm dan panjang 3 – 5 µm. motilitas positif, spora elipsoidal, sentral atau parasentral,
spora jarang keluar dari sporangia. Tidak membentuk kapsul, biasanya muncul dalam
bentuk rantai panjang tipe R. Bentuk koloni irregular, opague terkadang waxy. Pada
medium cair membentuk turbiditas moderate .
Enterotoksin
Bacillus cereus memiliki karakter yang mirip dengan Bacillus thuringiensis dan
Bacillus anthracis, namun tetap dapat dibedakan berdasarkan determinasi motilitas
(kebanyakan Bacillus cereus bersifat motil) dan adanya kristal toxin (hanya dihasilkan
oleh B. thuringiensis), aktivitas hemolisis (B cereus memiliki sifat ini, sedangkan B.
anthracis bersifat non-hemolitik).
Bacillus cereus menghasilkan beberapa enterotoksin dapat dalam makanan atau
dibentuk dalam usus penyebab penting dari infeksi mata, keratitis berat, endoftalmitis dan
panoftalmitis (khasnya bakteri masuk ke dalam mata melalui benda asing yang berkaitan
dengan trauma). Enterotoksin penyebab diare bersifat keracunan lewat makan (diarrheal
type). Enterotoksin penyebab muntah berkaitan pada nasi panas tercemar (emetic type)
dengan gejala mual, kejang otot perut. Dalam pertumbuhan Bacillus cereus menghasilkan
toksin selama pertumbuhan atau selama sporulasi.
Beberapa strain dari Bacillus cereus bersifat patogen dan berbahaya bagi manusia
karena dapat menyebabkan foodborne illness, namun beberapa diantaranya yang bersifat
saprofitik dapat bermanfaat sebagai probiotik dan juga penghasil antibiotik yang
potensial. Bacillus cereus kebanyakan ditemukan terkandung dalam bahan pangan dan
menyebabkan 2 tipe keracunan makanan: 1) emetic yang merupakan keracunan yang
dimediasi oleh toksin yang sangat stabil yang dapat bertahan pada temperatur tinggi, pH
ekstrim serta tahan terhadap enzim pencernaan seperti: trypsin, pepsin. 2) diarrhoeal
yang dimediasi oleh enterotoksin yang labil terhadap panas dan asam. Bacillus cereus
merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kisaran temperatur yang luas dan
terdapat strain yang tergolong psychrophilic hingga thermophilic. Karena kebanyakan
strain Bacillus cereus hidup dalam gastro-intestinal dan menyebabkan infeksi diarrhoeal,
maka temperatur 37oC merupakan temperatur pertumbuhan yang optimal.
Antibiotika
Beberapa species utama genus Bacillus yang dapat memproduksi peptida antibiotik
diantaranya: Bacillus brevis (contoh: Gramicidin, Tyrothricin), Bacillus cereus (Cerexin,
Zwitermicin), Bacillus circulans (contoh: Circulin) , Bacillus laterosporus (contoh:
Laterosporin). Bacillus licheniformis (contoh: Bacitracin), Bacillus polymyxa (Polymixin,
Colistin), Bacillus pumilus (contoh: Pumilin) dan Bacillus subtilis (Difficidin, Subtilin,
Mycobacillin).
Bacillus cereus merupakan salah satu anggota genus Bacillus yang memiliki potensi
antibiotik. Bacillus cereus memproduksi Biocercin yang efektif menghambat
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus dengan menggunakan protease pepton
agar sebagai medium uji. Spesies ini diketahui bersifat antagonistik terhadap Fusarium
roseum var sambucinum yang merupakan agen penyebab Potato Dry Root dengan
menggunakan medium uji potato dextrose agar.
Bacillus cereus memproduksi Mycocercin yang merupakan antibiotik peptida yang
efektif terhadap beberapa jenis yeast maupun mold dengan rentang minimal inhibitory
concentration antara 19,5 – 78 mikrogram/mL. Cerexin B merupakan antibiotik yang
efektif terhadap bakteri gram positif yang diproduksi oleh Bacillus cereus Gp-3 dan
merupakan antibiotik amphoteric acylpeptide. Bacillus cereus BMG 366-UF5 melalui
fermentasi dengan menggunakan spora sebagai inokulum awal, dapat memproduksi
Prumycin yang merupakan antibiotik yang juga diproduksi oleh Streptomyces
kagawaensis dengan aktivitas yang tidak jauh berbeda.
Zwittermicin A merupakan salah satu antibiotik golongan aminopolylol yang
diketahui efektif dalam menghambat beberapa patogen yang menyerang tanaman dengan
spektrum luas meliputi bakteri (baik gram positif maupun gram negatif), beberapa fungi
(seperti: oomycetes) dan protista (contohnya: alga). Zwittermicin A diketahui diproduksi
oleh beberapa strain Bacillus cereus diantaranya: Bacillus cereus UW 11, UW 32, UW
52, UW 56, UW 64, UW 78, UW 89, UW 96,UW 119 dan UW 120. Beberapa strain
tersebut selain memproduksi Zwittermycin A, juga memproduksi Kanosamin yang
merupakan antibiotik dengan spektrum luas.
Gejala-gejala Penyakit
Keracunan makanan karena B. cereus merupakan penamaan secara umum, walaupun
ada dua tipe penyakit yang disebabkan oleh dua metabolit yang berbeda. Penyakit dengan
gejala diare (tipe diare) disebabkan oleh protein dengan berat molekul besar, sementara
penyakit dengan gejala muntah (tipe emetik) diyakini disebabkan oleh peptida tahan
panas dengan berat molekul rendah.
Gejala-gejala keracunan makanan tipe diare karena B. cereus mirip dengan gejala
keracunan makanan yang disebabkan oleh Clostridium perfringens . Diare berair, kram
perut, dan rasa sakit mulai terjadi 6-15 jam setelah konsumsi makanan yang
terkontaminasi. Rasa mual mungkin menyertai diare, tetapi jarang terjadi muntah
(emesis). Pada sebagian besar kasus, gejala-gejala ini tetap berlangsung selama 24 jam.
Keracunan makanan tipe emetik ditandai dengan mual dan muntah dalam waktu 0.5
sampai 6 jam setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Kadang-kadang kram
perut dan/atau diare dapat juga terjadi. Umumnya gejala terjadi selama kurang dari 24
jam. Gejala-gejala keracunan makanan tipe ini mirip dengan gejala keracunan makanan
yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus . Beberapa strain B. subtilis dan B.
licheniformis telah diisolasi dari kambing dan ayam yang dicurigai menjadi penyebab
kasus keracunan makanan. Organisme-organisme ini menghasilkan racun yang sangat
tahan panas yang mungkin mirip dengan racun penyebab muntah yang diproduksi oleh B.
cereus .
Keberadaan B. cereus dalam jumlah besar (lebih dari 10 6 organisme/g) dalam
makanan merupakan indikasi adanya pertumbuhan dan pembelahan sel bakteri secara
aktif, dan berpotensi membahayakan kesehatan.
Diagnosis
Bacillus cereus dipastikan sebagai penyebab suatu kasus keracunan makanan, apabila
(1) hasil isolasi Bacillus cereus menunjukkan bahwa strain-strain dari serotip yang sama
ditemukan pada makanan yang dicurigai dan dari kotoran atau muntahan pasien, atau (2)
hasil isolasi bakteri dari makanan yang dicurigai, kotoran, atau muntahan pasien
menunjukkan adanya sejumlah besar Bacillus cereus dari serotip yang dikenal sebagai
penyebab keracunan makanan, atau (3) dengan cara mengisolasi Bacillus cereus dari
makanan yang dicurigai dan menentukan kemampuannya dalam menghasilkan
enterotoxin ( enterotoxigenicity ) dengan uji serologis (untuk toxin penyebab diare) atau
uji biologis (untuk tipe diare dan emetik). Pada tipe emetik, waktu yang cepat munculnya
gejala segera setelah infeksi, didukung dengan beberapa bukti pada makanan, seringkali
sudah cukup untuk mendiagnosis keracunan makanan tipe ini.
Tes Diagnostik Laboratorium
Bacillus cereus non pathogen menunjukkan pergerakan dengan penyebaran
(swarming) pada media kultur seengah padat. Sel vegetatif dari Bacillus cereus dapat
tumbuh pada rentang temperatur 5– 50 oC dengan temperatur optimal antara 35 - 40 oC,
resisten terhadap pH 4,5–9,3. Dapat tumbuh pada anaerobic agar dan nutrien broth dan
penambahan NaCl 7%, nutritive agar serta nutritive agar dengan 7 – 10 % darah domba.
Waktu generasi relatif singkat, antara 20 – 30 menit. Dalam medium GA, Bacillus cereus
telah mencapai fase eksponensial pada 6 jam inkubasi dan mencapai fase stasioner 20 jam
setelah inkubasi.
Patogenesis
Bacillus cereus bertanggung jawab untuk sebagian kecil penyakit bawaan makanan
(2-5%), menyebabkan mual muntah, parah dan diare penyakit bawaan makanan Bacillus.
Terjadi karena kelangsungan hidup endospora bakteri ketika makanan tidak benar
matang. Memasak suhu kurang dari atau sama dengan 100 ° C (212 ° F) memungkinkan
beberapa spora Bacillus cereus untuk bertahan hidup. Masalah ini diperparah ketika
makanan itu tidak benar didinginkan, yang memungkinkan endospores untuk
berkecambah. Makanan dimasak tidak dimaksudkan untuk dipakai sendiri atau
pendinginan yang cepat dan pendinginan harus disimpan pada suhu di atas 60 ° C (140 °
F). Perkecambahan dan pertumbuhan umumnya terjadi antara 10-50 ° C (50-122 ° F),
meskipun beberapa strain psychrotrophic hasil pertumbuhan bakteri dalam produksi
enterotoksin, salah satunya sangat tahan terhadap panas dan pH antara 2 dan 11;.
konsumsi menyebabkan dua jenis penyakit, diare dan muntah (muntah) sindrom .
Makanan yang Terkait
Berbagai jenis makanan, termasuk daging, susu, sayuran, dan ikan, berkaitan dengan
penyebab keracunan makanan tipe diare. Kasus-kasus tipe emetik umumnya berkaitan
dengan makanan dari beras. Walaupun demikian, makanan bertepung lainnya seperti
kentang, pasta, dan keju juga dapat menjadi penyebabnya. Campuran makanan seperti
saus, pudding, sup, casserole (sejenis makanan yang dimasak dalam wadah tertutup di
atas api kecil), pastry (sejenis kue), dan salad sering dicurigai sebagai penyebab dalam
kasus-kasus keracunan makanan.
Pencegahan
Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan. Namun demikian, makanan
yang dimasak, dipanaskan, dan disimpan dengan benar umumnya aman dari racun yang
menyebabkan muntah. Resiko paling besar yaitu kontaminasi silang, yakni apabila
makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan yang
terkontaminasi (misalnya alas pemotong).
Tipe emetik umumnya berkaitan dengan makanan yang mengandung tepung, yang
disimpan dengan cara yang tidak benar (misalnya nasi, pasta). Penyimpanan dengan
benar (di bawah 7°C dan hanya untuk beberapa hari) akan mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dan produksi racun.
Populasi Rentan
Semua orang diyakini rentan terhadap keracunan makanan oleh Bacillus cereus.
Epidemiologi
Bacillus sp termasuk kedalam family Bacillaceae. Untuk bakteri Bacillus cereus
sendiri merupakan bakteri gram positif, bersifat aerobik, dan mampu membentuk spora
yang dapat ditemukan di tanah, pada sayuran maupun produk pangan (Tay, et al., 1982).
Spora dari jenis bakteri ini tahan terhadap panas dan kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan dan mampu membentuk kecambah dalam larutan yang mengandung
NaOH dan HCL.

3.3 Bacillus subtilis


Dapat menyebabkan meningitis, endokarditis, infeksi mata dan lain-lainnya.
Morfologi
Bacillus subtilis termasuk jenis Bacillus. Bakteri ini termasuk bakteri gram positif,
katalase positif yang umum ditemukan di tanah. Bacillus subtilis mempunyai kemampuan
untuk membentuk endospora yang protektif yang memberi kemampuan bakteri tersebut
mentolerir keadaan yang ekstrim. Tidak seperti species lain seperti sejarah, Bacillus
subtilis diklasifikasikan sebagai obligat anaerob walau penelitian sekarang tidak benar.
Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai patogen walaupun kontaminasi makanan tetapi
jarang menyebabkan keracunan makanan. Sporanya dapat tahan terhadap panas tinggi
yang sering digunakan pada makanan dan bertanggung jawab terhadap kerusakan pada
roti.
Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis. Biasanya
bentuk rantai atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil. Semua
membentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Bacillus subtilis merupakan jenis
kelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 45 °C – 55 °C dan
mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60 °C – 80 °.
Bacilus Subtilis ini awalnya bernama Vibro subtilis oleh Christian Gottfried
Ehrenberg pada tahun 1835. Kemudian nama Bacillus subtilis dikenalkan oleh Ferdinand
Cohn pada 1872. Bacillus subtilis telah digunakan sepanjang 1950 sebagai alternatif dari
obat karena efek immunostimulatory sel dari masalah, yang pada pencernaan telah
ditemukan secara signifikan untuk kekebalan aktivasi antibodi spesifik GM, IgG ,dan Iga
keluarnya. Bakteri ini dipasarkan di seluruh Amerika dan Eropa dari 1946 sebagai
immunostimulatory bantuan dalam usus dan perawatan dari penyakit urinary tract seperti
Rotavirus dan Shigella, tetapi ditolak popularitasnya setelah pengenalan konsumen
antibiotik murah walaupun kurang menyebabkan reaksi alergi kesempatan yang cukup
rendah dan racun normal flora usus.
Toksik
Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai manusia pathogen; dapat mencemari makanan
tetapi jarang menyebabkan keracunan makanan. Bacillus subtilis produces the proteolytic
enzyme subtilisin . Bacillus subtilis menghasilkan enzim proteolytic yang subtilisin.
Bacillus subtilis spores dapat hidup yang ekstrim pemanasan yang sering digunakan
untuk memasak makanan, dan bertanggung jawab untuk menyebabkan kekentalan yang
lengket, membenang konsistensi yang disebabkan oleh bakteri produksi panjang rantai
polysaccharides dan manja dalam adonan roti.
Bacillus subtilis dapat membagi asymmetrically, memproduksi sebuah endospore
yang tahan terhadap faktor lingkungan seperti panas, asam, dan garam, yang dapat berada
di dalam lingkungan dalam jangka waktu yang lama. Endospore adalah yang dibentuk
pada saat gizi stres, memungkinkan organisme untuk terus berada di dalam lingkungan
sampai kondisi menjadi baik. Sebelum proses untuk menghasilkan spora bakteri melalui
proses produksi flagella dan mengambil DNA dari lingkungan.
Bacillus subtilis terbukti untuk manipulasi genetik, karena itu telah menjadi banyak
diadopsi sebagai model organisme untuk penelitian laboratorium, terutama dari
sporulation, yang merupakan contoh sederhana dari diferensiasi selular. Hal ini juga
sangat flagellated, yang memberikan B. subtilis kemampuan untuk bergerak sangat cepat.
Keguanaan lain bakteri ini cukup banyak sekarang dangan berkembangnya teknologi.
Bacillus subtilis strain QST 713 (dipasarkan sebagai QST 713 atau serenade) memiliki
alam berhubung dgn fungisida aktivitas, dan bekerja sebagai agen kontrol biologi.
populer di seluruh dunia sebelum pengenalan konsumen antibiotik immunostimulatory
sebagai agen untuk membantu perawatan gastrointestinal dan penyakit urinary tract. Hal
ini masih banyak digunakan di Eropa Barat dan Timur Tengah sebagai alternatif obat.
dapat dikonversi menjadi peledak berbahaya compounds dari nitrogen, karbon dioksida,
dan air. recombinants Bacillus subtilis str. pBE2C1 dan Bacillus subtilis str. pBE2C1AB
digunakan dalam produksi polyhydroxyalkanoates (PHA) dan agar mereka dapat
menggunakan gandum terendam air limbah sebagai sumber karbon untuk menurunkan
biaya produksi PHA
Epidemiologi
Bacillus subtilis biasanya digunakan sebagai indikator biologi untuk test strerilisasi
etylen oxide (EtO) sebuah sampel yang mengandung spora dalam suspensi kultur
ditempatkan dengan beban gas yang akan disterilkan. jika kondisi sterilisasi telah
dipenuhi, suspensi tetap warna merah, yang berarti bakteri spora tewas, warna kuning
berarti spora hidup dan berkembang biak

3.4 Identifikasi Bakteri


Tujuan identifikasi bakteri, yaitu:
1. Menentukan arti penting pengobatan
2. Pedoman perawatan klinis
3. Menentukan uji kepekaan terhadap antibiotika
4. Menentukan apakah jenis mikroorganisme berbahaya berpengaruh pada kesehatan
Adapun prinsip identifikasi, yaitu:
1. Identifikasi mikroorganisme menggunakan kriteria Genotip:
Identifikasi karakteristik bakteri menggunkan teknik molekuler untuk analisis DNA
dan RNA
2. Identifikasi mikroorganisme menggunakan kriteria Fenotif:
- Mikroskopis dengan pewarnaan Gram
- Isolasi : morfologi koloni dengan identifikasi
- Kebutuhan lingkungan untuk pertumbuhan
- Kebutuhan nutrisi dan kemampuan metabolik

Isolasi dan Identifikasi Bacillus


A. Alat
- Jarum ose - Tabung reaksi - Pembakar spirtus
- Object glass - Pipet tetes - Inkubator
- Mikroskop - Beaker glass - Wrapper
- Mikrometer - Cawan petri
- Kertas merang - Oven
B. Bahan
- Aquades - Skim Milk Agar - Kristal Violet
- Alkohol 70% (SMA) - Lugol’s Iodine
- Alumunium foil - Simon Citrat - Safranin
- Medium Nutrient - MR-VP Broth - Etanol 96%
Agar (NA) - KOH-Alfanafto - Reagen H₂O₂
- Nitrat Broth (NB) - Reagen A dan B, - Media Rafinosa
- Malachite Green - NB 0% - Laktosa
- Sterch Agar (SA) - NB +NaCl (6,5%, - Reagen Oksidase
- SIMA Semisolid dan 10 %)
C. Metode
- Hari I :
Spesimen ditanam pada Blood agar plate dan Mac Conkey.
Masuk inkubator 37°C 24 jam. (hasil pada Hari II)
- Hari II :
Koloni yang tersangka dari Blood agar plate dicat Gram. Kalau ditemukan Gram
(+) batang kemudian ditanam pada media gula dan media lainnya.
Masuk inkubator 37°C 24 jam. (hasil pada Hari III)
- Hari III :
Dibaca dan dicatat pertumbuhan pada media gula dan media lainnya, dilakukan
test kimia.
D. Cara Kerja
a. Pengambilan Sampel
1. Tanah diambil secara aseptis
2. Alumunium foil disiapkan yang sebelumnya disterilkan terlebih dahulu dengan
alkohol 70%
3. Sampel diambil dengan cepat dan dengan hati-hati dimasukkan ke dalam
alumunium foil steril kemudian ditutup rapat.
b. Tahap Isolasi Bacillus
1. Preparasi suspensi dilakukan
2. Sampel tanah dimasukkan ke dalam tabung pengenceran pertama
3. Sampel tanah direbus pada suhu 80oC selama 10 menit
c. Tahap Pemurnian Dengan Metode Streak Kuadran
1. Dipilih satu koloni yang nampak terdiri dari satu tipe sel
2. Jarum ose dibakar, setelah dingin disentuhkan ke permukaan koloni bakteri
yang akan disteak pada plating NA
3. Streak ini dianggap sebagai sterak primer pada permukaan NA
4. Jarum ose dibakar, diangkat lalu didinginkan dan disteakan melewati streak
primer kesatu atau kedua dan kemudian dilanjutkan kestreak sekunder tanpa
kembali kestreak primer
5. Jarum ose dibakar, diangkat lalu didinginkan melewati streak sekunder dan
kemudian dilanjutkan kestreak tersier tanpa kembali kestreak primer dan
sekunder diinkubasi pada suhu 30oC selama 2 x 24 jam
d. Pengamatan Morfologi Koloni
1. Dibuat biakan pada media Nutrient Agar (NA) cawan
2. Diinkubasi 2 x 24 jam pada suhu 30oC
3. Diamati perbedaan bentuk koloni, ukuran, margin, elevasi, dan permukaan.
e. Pengukuran Panjang Dan Lebar Sel
1. Disiapkan mikroskop yang telah dipasang mikrometer okuler yang sudah
terkalibrasi
2. Dibuat preparat ulas bakteri uji dengan metode pewarnaan sederhana
mengggunakan pewarna Methylen Blue
3. Diukur panjang dan lebar sel, kemudian dihitung panjang dan lebar sel
sebenarnya
f. Uji Pewarnaan Gram
1. Dibuat ulasan bakteri pada object glass, kemudian difiksasi
2. Ditetesi dengan gram A (Kristal violet), dibiarkan selama 60 detik
3. Dicuci dengan air mengalir, lalu dikeringanginkan
4. Ditetesi dengan gram B (lugol’s iodine), dibiarkan selama 60 detik
5. Dicuci dengan air mengalir, lalu dikeringanginkan
6. Dicuci dengan gram C(ethanol 96%) setetes demi settee sampai etanol yang
jatuh berwarna bening
7. Ditetesi dengan gram D (safranin), dibiarkan selama 45 detik, dicuci dan
dikeringanginkan
8. Diamati dibawah mikroskop
g. Uji Pewarnaan Endospora
1. Dibuat ulasan bakteri pada object glass lalu ditutupi dengan kertas merang
2. Ditetesi dengan Malachite Green diatas kertas merang dan diletakkan di atas
air mendidih
3. Dibiarkan selama lim menit, jika pinggir mulai mongering, ditambahkan lagi
Malachite Green
h. Uji Motilitas
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium SIMA semisolid sebanyak 1 ose
2. Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC
3. Dilihat pertumbuhan koloni bakterinya yang ada pada amedium SIMA
semisolid
i. Uji Hidrolisis Starch
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium padat Starch Agar sebanyak 1 ose.
2. Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperature 30oC
3. Permukaan media ditetesi dengan larutan Lugol’s Iodine.
4. Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitar koloni
menandakan hasil uji positif, dan jika tidak terbentuk zona jernih (warna biru
reagen) menandakan hasil uji negatif
j. Uji Hidolisis kasein
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium padat SMA sebanyak 1 ose.
2. Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC
3. Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk zona jernih di sekitar koloni
menandakan hasil uji positif, dan jika warna media tetap menandakan hasil uji
negatif
k. Uji VP (Voges Proskauer)
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium cair MR-VP sebanyak 1 ose
2. Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC
3. Bakteri ditetesi dengan alfanaftol 3 tetes dan KOH 40 % 2 tetes
4. Diamati perubahan yang terjadi, jika media berubah menjadi merah muda s.d
merah setelah penambahan alfanaftol dan KOH 40% menandakan hasil uji
positif, dan jika tidak terbentuk warna tersebut maka menandakan hasil uji
negatif
l. Uji Katalase
1. Dibuat preparat ulas bakteri pada objek glass
2. Ditetesi dengan larutan H2O2
3. Diamati perubahan yang terjadi
4. Jika terbentuk gelembung gas menunjukka bahwa hasil uji positif dan
sebaliknya
m. Uji Oksidase
1. Dibuat preparat ulas bakteri pada objek glass, tutup dengan potongan tissue
2. Ditetesi dengan reagen oksidase
3. Diamati perubahan yang terjadi
4. Hasil positif jika berwarna biru marun, hasil uji negatif yaitu tidak terbentuk
warna biru marun
n. Uji Penggunaan Sitrat
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium agar miring Simon’s Citrate sebanyak
1 ose
2. Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC
3. Diamati perubhan yang tejadi, jika hasil positif media berwarna biru
sedangkan hasil negatif tetap berwarna hijau.
o. Uji Gula
1. Bakteri uji ditumbuhkan pada medium Rafinosa dan Laktosa
2. Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC
3. Diamati perubahannya, hasil positif jika media berubah warna dari ungu
menjadi kuning dan hasil negatif jika media tetap berwarna ungu.
p. Uji Reduksi Nitrat
1. Diinokulasikan bakteri uji pada medium cair Nitrate Broth sebanyak 1 ose
2. Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC
3. Diteteskan 1 ml nitrat reagen A dan dilanjutkan dengan nitrate reagen B
4. Hasil positif jika terbentuk warna merah tua/ merah gelap, jika belum
terbentuk warna merah, ditambahkan bubuk seng (sampai dengan 5 mg/ml
media) dan diamati jika terbentuk warna merah maka hasi pengujian positif
q. Uji Toleransi NaCl
Dibuat tiga buah tabung Nutrient Broth yang mengandung Nacl 0%, 6,5 %, dan
10 %
1. Isolat diinokulasikan dengan streak kontinyu
2. Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada temperatur 30oC
3. Diamati hasilnya dengan melihat tingkat kekeruhan pada media
r. Penentuan Spesies Melalui Pendekatan Homologi
1. Data-data yang diperoleh dibandingkan dengan data karakter bakteri dari
sumber
2. Ditentukan persen homologinya dengan rumus

% Homologi = x 100%
BAB IV
KESIMPULAN

Kelompok Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan tergolong


dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada medium yang mengandung
oksigen (bersifat aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic sporeformers.
Bacillus adalah organisme saprofit yang lazim terdapat dalam tanah, air, udara, dan
tumbuh-tumbuhan.
Penyebab antraks adalah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini bersifat aerob,
memerlukan oksigen untuk hidup. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang tahan
puluhan tahun dalam tanah dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia.
Hewan tertular akibat memakan spora yang menempel pada tanaman yang dimakan.
Hewan yang mati akibat antraks harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh dilukai
supaya bakteri tidak menyebar. Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora
yang ada di tanah, tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau
darah); mengonsumsi produk hewan yang kena antraks: atau melalui udara yang
mengandung spora, misalnya, pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang. Karenanya
ada empat tipe antraks yaitu antraks kulit, antraks usus (pencernaan), antraks paru
(pernapasan) dan antraks otak.Antraks otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke
otak.
Bacillus cereus dapat menyebabkan keracuann makanan oleh enterotoksin yang
terdapat pada makanan seperti nasi yang telah dimasak tetapi kemudian diletakkan
ditempatyang hangat sehingga terjadi sporulasi dan terbentuklah toksin itu. Dapat juga
menyebabkan pneumonia, bronkopeumonia dan luka.
Bakteri ini adalah jenis bakteri yang umum ditemukan di tanah, air, udara dan
materi tumbuhan yang terdekomposisi. Termasuk kelompok bakteri gram positif, aerobik,
mampu membentuk endospora. Bacillus subtilis memiliki kemampuan memproduksi
antibiotik dalam bentuk lipopeptida, salah satunya adalah iturin. Iturin membantu Bacillus
subtilis berkompetisi dengan mikroorganisme lain dengan cara membunuh
mikroorganisme lain atau menurunkan tingkat pertumbuhannya. Iturin juga memiliki
aktivitas fungisida terhadap pathogen. ada beberapa penelitian ditemukan bahwa
penambahan Bacillus subtilis perairan dapat meningkatkan kualitas perairan dengan
mengurangi konsentrasi CO2 perairan. Penggunaan Bacillus subtilis pada tambak udang
menunjukkan bahwa Bacillus subtilis mampu meningkatkan kesintasan larva udang
windu dan mencegah dari penyakit vibriosis akibat Vibrio harveyi. Selain itu Bacillus
subtilis secara alami bersimbiosis pada saluran pencernaan udang windu.
Bacillus sp. memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut: koloni berbentuk bulat
atau circular, berukuran sedang atau moderate, elevasi convex, permukaan halus
mengkilap, dan margin entre. Lebar sel Bacillus sebenarnya 2,5 sedangkan Panjang sel
sebenarnya 2,5 . Hasil uji positif yaitu uji pewarnaan gram, pewarnaan endospora, uji
hidrolisis starch, uji hidrolisis kasein, uji VP, uji katalase, dan uji oksidase. Hasil uji
negatif yaitu uji lactose dan raffinosa, uji motilitas, uji penggunaan sitrat, dan uji
toleransi NaCl.
Daftar Pustaka

Jawetz, Melnick dan Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.


Rahim, Abdul dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa Aksara:
Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar – dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang.
Soemarno. 2000. Isoalsi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis Kesehatan:
Yogyakarta.
Akoso., B. 2009. Epidemiologi dan Pengendalian Anthrax Penyakit Menular pada Hewan
dan Manusia. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI): Yogyakarta.
Barrow, G. I and Feltham, R.K.A.1993. Cowan and Steel’s Manual for The Identification of
Medical Bacteria Third Education. Cambridge: University Press, Australia.
Dwipayana., Herto. D. 2010. Identification of Bacterial Diversity in Waste Recycling Paint
Sludge by Conventuonal Microbiological Technique. Environmental Engineering Study Program.
Bandung.
James. J., Colin. B. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Penerbit Erlangga:
Jakarta.
Sudjadi. B., S. Laila. 2006. Biologi Sains dalam Kehidupan. Penerbit Yudhistira.
Priyani. N., Liliyanto., dan Kiki. N. 2006. Uji Potensi Bacillus sp. dan Escherichia coli dalam
Mendegradasi Alkil Berzen Sebagai Bahan Aktif Detergen.Jurnal Biologi Sumatra. Vol. 1 (2).
ISSN 1907-5537. Hal 35-37.
http://dede-bogel.blogspot.com/2011/07/karakteristik-dan-potensi-antibiotik.html
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biochemistry/2174115-bakteri-bacillus-
cereus/#ixzz1raKQo3MA
http://lutfiblurry.blogspot.com/2011/02/bacillus-subtilis-dan-aplikasinya-dalam.html
http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/2008/11/22/4141
file:///F:/laporan-isolasi-dan-identifikasi.html
https://id.scribd.com/doc/124616381/Makalah-Mikrobiologi-Pak-Gde
id.wikipedia.org/wiki/Mikrobiologi
haeryn.wordpress.com/2012/05/30/makalah-bakteriologi-patogenesis/
books.google.co.id/books?id=wC9bv5i4MsYC&pg=PR54&lpg=PR54&dq=epidemiologi+dari+b
acillus+subtilis&source=bl&ots=4d0_-YYsQj&sig=aEjp-umQl7WY8ZWXxFCFgcse-
14&hl=id&sa=X&ei=4JI0VMnpD5T_ugTD-oDwCg&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

Anda mungkin juga menyukai