Anda di halaman 1dari 20

Kompres Panas Dingin

.5 Kompres Panas Dingin


2.5.1 Pendahuluan
Suhu tubuh yang optimum sangat penting untuk kehidupan sel agar dapat
berfungsi secara efektif. Perubahan suhu tubuh yang eksterem dapat membahayakan
bagi tubuh. Oleh karena itu, perawata harus berusaha untuk dapat memelihara suhu
tubuh klien agar tetap normal. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
memelihara suhu tubuh di antaranya adalah melalui kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang
memerlukan.
Terdapat 2 jenis kompres, yaitu kompres panas dan kompres dingin.
Berbeda dengan kompres, terapi adalah suatu proses usaha untuk memulihkan
kesehatan orang yang sakit dengan cara menggunakan alat-alat psikologis yang
bertujuan menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada untuk
mencapai kesembuhan. 5
2.5.2 Pedoman Kompres Panas dan Dingin
Pemahaman tentang respon adaptif reseptor termal, fenomena rebound, efek
sistemik, toleransi terhadap panas dan diongin, kontraindikasi merupakan hal yang
penting ketika memberikan kompres panas dan dingin. 5
a. Adaptasi Reseptor termal
Reseptor termal beradaptasi terhadap perubahan suhu. Ketika reseptor dingin
terpanjan suhu yang tiba-tiba rendah atau ketika reseftor hangat terpanjan suhu yang
tiba-tiba tinggi, pada awalnya reseftor terstimulasi dengan kuat. Stimulasi yang kuat
ini menurun dengan cepat selama beberapa detik pertama dan kemudian menjadi
lebih lambat selama setengah jam berikutnya atau lebih karena reseftor beradaptasi
terhadap suhu yang baru. Perawat perlu memahami respon adaptif ini ketika
memberikan kompres panas dan dingin. Klien ingin mengubah suhu pada kompres
tersebut karena adanya perubahan sensasi. 5
b. Fenomena Rebound
Fenomena rebaound terjadi pada saat efek terapeutik maksimal dari kompres
panas atau dingin telah mencapai dan kemudian efek yang berlawanan terjadi.
Misalnya, panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam 20 sampai 30 menit;
melanjutkan kompres melebihi 30 sampai 45 menitakan mengakibatkan kongesti
jaringan, dan pembuluh darah kemudian berkontriksi dengan alasan yang tidak
diketahui apabila kompres panas terus dilanjutkan, klien beresiko mengalami luka
bakar, karena pembuluh darahyan kontriksi tidak mampu membuang panas secara
adekuat melalui sirkulasi darah. Pada kompres dingin vasokonstriksi maksimum
terjadi ketika kulit yang dikompres mencapai suhu 15 C. Dibawah suhu 15 C,
vasodilatasi melalui. Mekanismedingin bersifat protektif: vasodilatasi membantu
mencegah pembekuan jaringan tubuh yang biasa terpanajan dingin, seperti hidung
dan telinga. Hal ini juga menjelaskan merahnya kulit seseorang yang berjalan
dimusim dingin.
Pemahaman tentang fenomena rebound merupakan hal yang penting bagi
perawata. Kompres harus diberhentikan sebelum fenomena rebound terjadi. 5
c. Efek Sistemik
Kompres panas diberikan pada area tubuh lokal, terutama pada area tubuh
yang luas, dapat meningkatkan curah jantung dan ventilasi paru. Peningkatan
tersebut adalah hasil vasodilatasi perifer yan berlebihan, yang mengalihkan sejumlah
besar suplai darah dari organ dalam dan menghasilkan tekanan darah. Penurunan
tekanan darah yang signifikan dapat menyebabkan klien pingsan. Klien yang
memiliki penyakit jantung atau paru serta memiliki gangguan sirkulasi seperti
arteriosklerosis akan lebih rentan terhadap efek kompres ini dibandingkan orang
sehat. Kompres dingin yang berlebihan(seperti ketika klien ditempatkan dalam
selimut pendingin) dan vasokonstriksi dapat mengakibatkan tekanan darah klien
meningkat, karena darah dialihkan dari sirkulasi kutaneus ke pembuluh darah
internal.
Pengalihan darah ini adalah respon protektif normal terhadap rasa dingin yang
panjang yang mana merupakan upaya tubuh untuk mempertahankan suhu inti.
Menggigil, efek umum lainnya dari rasa dingin yang berkepanjangan, adalah respon
normal karena tubuh beruoaya untuk menghangatkan dirinya. 5
d. Toleransi dan Kontraindikasi
Berbagai bagian tubuh memiliki toleransi panas dan dingin yang berbeda.
Variabel yang mempengaruhi toleransi fisiologi tubuh tersebut sebagai berikut:
a. Bagian tubuh. Bagian punggung tangan dan kaki adalah bagian yang tidak
terlalusensitif terhadap suhu, sebaliknya, bagian dalam dari pergelangan tangan dan
lengan bawah, leher, dan area perineum adalah bagian yang sensitif terhadap suhu.
b. Ukuran bagian tubuh yang terpanjan. Semakin besar area yang terpanjan oleh panas
dan dingin, semakin rendah toleransinya.
c. Toleransi perorangan. Individu yang sangat tua umumnya memiliki toleransi yang
paling rendah. Individu yang memiliki kerusakan neurosensori mungkin memiliki
toleransi yang tinggi, tapi resiko cederanya juga lebih besar.
d. Lama panjanan. Individu paling merasakan kompres panas dan dingin saat awal
kompres diberikan. Setelah jangka waktu tertentu, toleransi akan meningkat.
e. Keutuhan kulit. Area kulit yang cedera lebih sensitif terhadap variasi suhu. Kondisi
tertentu merupakan kontraindikasi penggunaan kompres panas atau dingin.
Selama itu beberapa kondisi memerlukan tindakan kewaspadaan ketika
memberikan terapi kompres panas dan dingin. Adapun kontra indikasi kompres panas
dan dingin sebagai berikut:
a.Kontraindikasi pemberian kompres panas, yaitu:
1 . Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan meningkatkan
perdarahan dan pembengkakan
2. Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan
perdarahan
3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4. Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,
pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat ,mempercepat metastase
(tumor sekunder)
5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapat membakar
atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.
b . Kontraindikasi pemberian kompres dingin, yaitu:
1. Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena mengurangi aliran ke
luka terbuka
2. Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut dan
menyebabkan kerusakan jaringan. Pada klien dengan penyakit raynaud, dingin akan
meningkatkan spasme arteri
3. Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien memiliki alergi
terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan respon inflamasi (mis, eritema, hive,
bengkak, nyeri sendi, dan kadang-kadang spasme otot), yang dapat membahayakan
jika orang tersebut hipersensitif.
e. Efek fisiologis Kompres Panas dan Dingin
Ada pun efek fisiologi tubuh yang terjadi akibat kompres panas dan dingin
menurut Audery Berman dkk, yaitu sebagai berikut:
Kompres panas Kompres dingin
Vasodilatasi Vasokontriksi
Meningkatkan permeabilitas kapiler Menurunkan permeabilitas kapiler
Meningkatkan metabolisme selulas Menurunkan metabolisme selular
Merelaksasi otot Merelaksasi otot
Menigkatkan inflamasi, meningkatkan Memperlambat pertumbuhan
aliran darah ke suatu area bakteri, mengurangi inflamasi
Meredakan nyeri dengan merelaksasi otot Meredakan nyeri dengan membuat
area menjadi mati rasa,
memperlambat aliran impuls nyeri,
dan menigkatkan ambang nyeri
Efek sedatif Efek anastesi lokal
Mengurangi kekakuan sendi dengan Meredakan perdarahan
menurunkan viskositas cairan senovial
f. Suhu yang Direkomendasikan untuk Kompres Panas dan Dingin
Derajat Panas Suhu Bentuk dan Kegunaan
Sangat dingin Di bawah 15° C Kantong es
Dingin 15- 18° C Kemasan pendingin
Sejuk 18- 27° C Kompres dingin
Hangat kuku 27- 37° C Mandi spons- alkohol
Hangat 37- 40° C Mandi dengan air hangat
Panas 40- 60° C Berendam dalam air panas,
irigasi, kompres panas
Sangat panas Di atas 60° C Kantong air untuk orang dewasa
g. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Kaji :
1. Kemampuan klien untuk mengenali kapan rasa dapat menyebabkan ceder. Kaji apaan klien
menyadari rasa dingin serta dapat membedakan suhu yang terlalu dingin untuk jaringan tubuh
2. Tingkat kesadaran dan kondisi fisik umum klien. Klien yang sangat muda, sangat tua, tidak
sadar,atau yang lemah tidak dapat menoleransi panas dengan baik.
3. Area yang dikompres dengan memeriksa :
 Perubahan integritas kulit, seperti adanya edema, memar, kemerahan, lesi terbuka, adanya
rabas, dan perdarahan.
 Status sirkulasi (warna, suhu, dan sensasi). Jaringan yang terasa dingin, berwarna pucat atau
kebiruan, dan kurangnya sensasi atau mati rasa mengindikasikan kerusakan sirkulasi.
 Tingkat ketidaknyamanan dan rentang pergerakan sendi jika spasme otot atau nyeri sedang
dikompres.
 Denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Faktor ini penting dikaji sebelum kompres
diberikan pada area tubuh yang luas.
2. Perencanaan
Sebelum memberikan kompres panas atau dingin, tentukan:
a. Apakah klien perlu menandatangani surat persetujuan tindakan (jika surat
persetujuan diperlukan, periksa surat tersebut pada catatan klien).
b. Tipe kompres panas atau dingin yang akan digunakan, suhu, dan durasi serta
frekuensi kompres (periksa program dokter jika perlu).
c. Protokol institusi tentang tipe perlengkapan yang digunakan, suhu yang
direkomendasikan, dan durasi kompres (periksa program dokter jika perlu),
d. Waktu kompres diberikan
3. Pendelegasian
Pemberian kompres panas dan dingin tertentu dapat didelegasikan kepa UAP
(misalnya rendam jongkok, mandi air dingin) jika mereka memenuhi kriteria untuk
menjalankan tugas yang didelegasikan. Kan tetapi, pada semua kasus, pengkajian
klien dan penentuan bahwa tindakan tersebut aman untuk dilakukan adalah
tanggungjawab perawat. UAP dapat mengobservasi area yang dikompres selama
perawatan sehari-hari dan mereka harus dilaporkan temuan yang abnormal pada
perawat. Temuan yang abnormal harus divalidasi dan diintervensi oleh perawat.
4. Implementasi
2.5.3 Kompres Hangat
a. Pengertian Kompres Hangat
Memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat
yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres hangat diberikan
satu jam atau lebih.
b. Tujuan Kompres Hangat
Pada umunya bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan.
Tujuan khususnya yaitu:
a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Mengurangi rasa sakit
c. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
d. Memperlancar pengeluaran eksudat
e. Merangsang peristaltic usus
c. Jenis-Jenis Kompres Hangat
Kompres hangat kering
Dapat digunakan secara local, untuk konduksi panas, dengan menggunakan botol air
panas, bantalan pemanas elektrik, bantalan akuatermia, atau kemasan pemanas disposable.
Kompres hangat basah
Dapat diberikan melalui konduksi, dengan cara kompres kasa, kemasan pemanas,
berendam atau mandi.
d. Kompres Hangat dilakukan:
1. Pada radang persendian
2. Pada kekejangan otot
3. Bila perut kembung
4. Bila ada bengkak (abses) akibat pemberian suntikan
5. Bila pasien kedinginan (misalnya akibat narkose, iklim atau ketegangan dll)
6. Pada bagian tubuh yang abses
7. Bila ada haematoom
e. Memberikan Kompres Hangat Kering (Botol Air Panas, bantalan Pemanas Elektrik,
bantalan Akuatermia, Kemasan Pemanas Disposabel)
Perlengkapan:
 Botol (kantong) air panas
 Botol air panas dengan tutupnya
 Sarung botol
 Air panas dan sebuah thermometer
 Bengkok
 Sarung tangan
: Baki dan alasnya
 Tempat sampah basah dan kering
 Baskom
 Kom
 Bantalan Pemanas elektrik
 Bantalan elektrik dan pengontrolnya
 Sarung (gunakan bahan yang kedap air jika kemungkinan bagian bawah bantalan akan
menjadi lembab)
 Pengikat kasa (pilihan)
 Bengkok
 Sarung tangan
 Baki dan alasnya
 Tempat sampah basah dan kering
 Baskom
 Kom
 Bantalan Akuatermia
 Bantalan
 Air Suling
 Unit pengontrol
 Sarung
 Pengikat kasa atau plester (pilihan)
 Bengkok
 Sarung tangan
 Baki dan alasnya
 Tempat sampah basah dan kering
 Baskom
 Kom
 Kemasan Pemanas Disposabel
 Satu atau dua buah kemasan pemanas disposable yang telah dipersiapkan secara komersial
f. Pelaksanaan
Langkah –Langkah :
1. Menjelaskan pada klien apa yang akan dilakukan, serta beri tahu tujuannya agar dapat
menjalankan perawatannya
2. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
3. Cuci tangan dengan 7 langkah
4. Berikan kompres panas
Prosedur kerja1
Pelaksanaan Botol Air Panas Rasionalisasi
1. Mengukur suhu air. Ikuti praktek Memastikan suhu yang akan
institusi tentang penggunaan suhu yang diberikan agar terapi berefek
tepat. maksimal
Suhu yang sering diberikan:
a. 46 – 52 °C untuk orang dewasa normal
b. 40,5 – 46 °C untuk orang dewasa yang
tidak sadar atau yang kondisinya sedang
lemah
2. Mengisi sekitar dua pertiga botol dengan Agar air tidak terlalu penuh dan
air panas tidak tumpah
3. Mengeluarkan udara dari botol. Udara Untuk menjaga suhu agar tetap
yang tetap berada di botol akan stabil
mencegah botol mengikuti bentuk tubuh
yang sedang dikompres.
4. Menutup botol dengan kencang Agar air tidak tumpah dari
tempatnya
5. Membalikkan botol dan memeriksa Untuk memastikan ada atau
adanya kebocoran tidaknya kebocoran
6. Mengeringkan botol Agar saat terapi dilaksanakan
pakaian pasien tidak terkena
basah
7. Membungkus botol dengan handuk atau Agar panas air tidak langsung
sarung botol air panas menyentuh kulit. Ditakutkan kulit
melepuh
8. Meletakkan bantalan pada bagian tubuh Untuk memberikan kenyamanan
dan menggunakan bantal untuk pada pasien
menyangganya jika perlu
Pelaksanaan Bantalan Pemanas Elektrik Rasioalisasi
1. Memastikan arca tubuh kering. Penggunaan listrik pada area
yang lembab dapat
mengakibatkan syok
2. Memeriksa bahwa bantalan elektrik
tersebut berfungsi dan berada dalam
kondisi yang baik. Kawat tidak boleh
bercelah dan kabel harus utuh, komponen
pemanas tidak boleh terbuka, dan
pendistribusian suhu pada bantalan harus
rata.
3. Memasang sarung bantalan. Beberapa Tempat yang lembab dan
model memiliki sarung kedap air yang menyebabkan arus pendek pada
dapat digunakan jika bantalan diletakkan bantalan sehingga membakar
di atas balutan basah. atau membuat klien syok.
4. Menyambungkan bantalan ke stop Untuk menghidupkan bantalan
kontak listrik listrik
5. Mengatur pengontrol suhu pada suhu Agar terapi yang diberikan
yang tepat efektif
6. Setelah bantalan dipanaskan, meletakkan Untuk memberikan efek kompres
bantalan di atas bagian tubuh yang
memerlukan bantalan tersebut
7. Menggunakan ikatan basa, bukan peniti untuk memfiksasi bantalan agar tetap
berada di tempatnya
Pelaksanaan Bantalan Akuatermia
1. Mengisi unit dengan air suling sampai memenuhi 2/3 inut. Unit akan
menghangatkan air, yang bersirkulasi di bantalan
2. Mengeluarkan gelembung udara, dan fiksasi tutup bantalan
3. Mengatur suhu pada tombol pengatur jika memang belum diatur. Suhu
normal adalah 40,5 °C. periksa instruksi pabrik
4. Membungkus bantalan dengan sebuah handduk atau sarung bantal
5. Menyambungkan unit ke aliran listrik
6. Memeriksa adanya kebocoran atau fungsi bantalan yang tidak benar
sebelum digunakan
7. Menggunakan plester atau pengikat kasa untuk memfiksasi bantalan di
tempatnya. Jangan menggunakan peniti, Karena dapat mengakibatkan
kebocoran
8. Jika terjadi kemerahan atau nyeri yang tidak biasa, hentikan terapi, dan
laporkan reaksi klien
Pelaksanaan Kemasan Pemanas Disposabel
1. Masukkan ke microwave, pukul-pukul, peras atau remas kemasan sesuai
dengan petunjuk pabrik
2. Perhatikan instruksi pabrik mengenai lama waktu produksi panas.
5. Memberikan klien instruksi sebagai berikut :
 Jangan memasukan benda-benda tajam, benda berujung runcing (misalnya peniti) ke dalam
bantalan atau botol.
 Jangan meletakkan botol atau bantalan secara langsung. Permukaan di bawah objek
meningkatkan absorpsi panas, bukan pengeluaran panas iar yang normal
 Untuk mencegah cedera, jangan mengatur panas lebih tinggi dari yang telah ditentukan.
Derajat panas yang dirasakan akan menurun dengan cepat setelah pemberian kompres karena
reseptor suhu tubuh beradaotasi dengan cepat terhadap suhu. Mekanisme adaptif ini dapat
menyebabkan cedera jaringan jika suhu diatur lebih tinggi
6. Meletakkan kemasan pemanas pada tempatnya hanya selama jangka waktu yang telah
ditentukan guna menghindari fenomena rebound. Untuk bantalan elektrik, selama 1—15
menit.
7. Mendokumentasikan pemberian kompres panas dan respon klien pada catatan klien dengan
menggunakan format atau daftar tilik yang disertai catatan narasi jika perlu.
Memberikan kompres pada kondisi rawat jalan dan komunitas
Memberikan kompres panas Bayi/Anak
 Suhu air dalam botol air panas harus 40,5 – 46 °C untuk anak-anak berusia kurang dari 2
tahun.
Memberikan kompres panas pada Lansia
 Berikan perhatian khusus saat mengkaji yang akan diterapi dan ketika mengevaluasi efek
terapi karena lansia memiliki banyak kondisi yang merupakan predispodidi terjadinya cedera
pada pemberian kompres.
h. Memberikan Kompres Hangat Kasa Dan Kemasan Basah
Perlengkapan
Disesuaikan berdasarkan kebutuhan
1. Untuk kompres basah hangat:
a. Seperangkat peralatan steril terdiri dari:
 Pinset 2 buah
 Kasa secukupnya
 Mangkok berisi cairan hangat
b. Peralatan non-steril yang terdiri dari:
 Buli-buli
 Air panas
 Pembalut atau kain segitiga
 Gunting pembalut
 Perlak kecil dan alasnya
 Bengkok (nierbekken)
 Kapas bersih
 Plester
PELAKSANAAN
1. Untuk kompres basah hangat kain bias diambil dengan
pinset, kemudian dicelupkan ke dalam cairan, diperas
sedikit selanjutnya diletakkan pada bagian yang
dikompres. Kain kasa harus dibalut atau ditutupdengan
kain kasa kering, lalu di plester
2. Bilanenggunakan air panas
a. Buli-buli diisi air panas 1/3 sampai 2/3 bagian
b. Udara dikeluarkan dengan cara : buli-buli ditempatkan di
tempat rata, lalu bagian atasnya ditekuk sampai air
kelihatan, selanjutnya ditutup
c. Di bungkus dengan kantong buli-buli
d. Diletakkan pada bagian yang akan dikompres
e.
3. Bila menggunakan elektrikal pad:
a. Periksa tegangan listrik (voltage), disesuaikan voltage
alat.
b. Stopkontak dipasang
c. Panas diukur sesuai kebutuhan
d. Elektrikal pad diletakkan pada bagian yang akan
dikompres.
Perhatian :
a. Untuk kompres basah hangat, pada luka terbuka peralatan harus steril
b. Untuk kompres basah hangat pada jaringan permukaan yang tertutup (bengkak atau memar),
alat tidak harus steril tapi harus bersih
c. Bila cairan atau alat kompres terlalu panas, pada bagian kulit yang dikompres bias terjadi
luka bakar
d. Cegah terjadinya luka bakar pada pemberian kompres hangat. Luka bakar bias terjadi, jika
cairan atau alat kompres terlalu panas.
Indikasi
1. Sprain dan strain
2. Sebagai tindakan pendahuluan (preliminary) sebelum dilakukan latihan untuk kondisi stiff
joint (kekakuan sendi)
3. Low back pain yang disertai spasme otot
4. Arthritis kronis
Kontraindikasi
1. Gangguan sensibilitas
2. Buerger diseases
3. Gangguan peredaran darah arterial perifir
2.5.4 Kompres Dingin
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompres adalah kain pembebat yang dibasahi
dengan air dingin (es, dan sebagainya) untuk menyejukkan kepala dan sebagainya.
Kompres dingin dibagi menjadi dua, yaitu kompres dingin kering (kirbat) dan
kompres dingin basah. Kompres dingin kering terdiri dari kompres es biasa, kompres es
leher, dan kompres es gantung.
Kompres dingin kering diberikan untuk mendapat efek lokal dengan menggunakan
kantong es kolar es, sarung tangan es, dan kemasan pendingin disposabel. Kompres dingin
basah diberikan pada bagian tubuh untuk memberi efek lokal. Kompres dingin sering kali
digunakan untuk meredakan perdarahan dengan cara mengkonstriksi pembuluh darah,
meredakan inflamasi dengan vasokonstrisi, dan meredakan nyeri dengan memperlambat
kecepatan konduksi saraf, menyebabkan mati rasa, dan bekerja sebagai counterirritant.
A. Kompres Dingin Kering atau Kirbat
a. Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Biasa
Pengertian
Memberikan kompres dingin kepada pasien yang memerlukannya, dengan menggunakan
kirbat es yang telah diisi dengan potongan es.
Tujuan
1. Membantu menurunkan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3. Membantu mengurangi perdarahan
4. Membatasi peradangan
Dilakukan pada :
1. Pasien yang suhunya tinggi
2. Pasien perdarahan hebat
3. Pasien yang kesakitan
Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Pelaksanaan1
NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI
1 Menyiapkan alat dan bahan Memudahkan kita dalam melakukan
1. Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan es tindakan
dicelupkan dulu ke dalam air untuk menghilangkan ujung-
ujungnya yang runcing.
2. Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua
pertiga kantong.
3. Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau
memelintir alat
4. Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau buat
sebauh simpul pada sarung tangan di bagian ujung yang
terbuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebocoran
cairan jika es meleleh.
5. Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada kebocoran
6. Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika alat
tersebut belum dibungkus.
7. Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan
menggunakan kasa gulung, pengikat,atau handuk. Fiksasi
dengan plester sesuai kebutuhan.
2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap pasien Memastikan apakah kompres tersebut
benar diberikan untuk pasien tersebut
3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam melakukan
tindakan dengan bekerja sama dengan
pasien karena antara bidan dan pasien
sudah ada perjanjian
4. Mencuci tangan di bawah ait mengalir Mencegah penularan infeksi
5. Memasang perlak dan alasnya Mencegah air membasahi kasur pasie
6. Mendekatkan alat dan bahan Memudahkan dalam pelaksanaan
prosedur kerja
7. Memakai sarung tangan Pencegahan infeksi
8. Memasang kompres pada bagian tubuh yang memerlukan Memberikan efek kompres yang optim
dan hanya pada jangka waktu yang telah ditentukan guna
menghindari efek yang mebahayakan dari kompres dingin
yang berkepanjangan
9. Membereskan alat- alat
10. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin Dekontaminasi
11. Mencuci tangan Pencegahan infeksi
12. Mendokumentasikan di buku catatan Pencatatan yang tepat pada waktunya
mencegah kesalahan dalam pemberia
kompres (misal, pengulangan pember
atau pemberian terlewat)
b. Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Leher
Pengertian
Memasang kompres dingin pada leher
Tujuan
Mengurangi perdarahan, rasa sakit, dan lain- lain
Dilakukan pada
Pasien pasca bedah tonsil (tonsilectomi), dan lain- lain
Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Pelaksanaan1
NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI
1 Menyiapkan alat dan bahan Memudahkan kita dalam melakukan
1. Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan es tindakan
dicelupkan dulu ke dalam air untuk menghilangkan ujung-
ujungnya yang runcing.
2. Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua
pertiga kantong.
3. Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau
memelintir alat
4. Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau buat
sebauh simpul pada sarung tangan di bagian ujung yang
terbuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebocoran
cairan jika es meleleh.
5. Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada kebocoran
6. Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika
alat tersebut belum dibungkus.
7. Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan
menggunakan kasa gulung, pengikat,atau handuk. Fiksasi
dengan plester sesuai kebutuhan.
2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap pasien Memastikan apakah kompres tersebut
benar diberikan untuk pasien tersebut
3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam melakukan
tindakan dengan bekerja sama dengan
pasien karena antara bidan dan pasien
sudah ada perjanjian
4. Mencuci tangan di bawah ait mengalir Mencegah penularan infeksi
5. Memasang perlak dan alasnya Mencegah air membasahi kasur pasie
6. Mendekatkan alat dan bahan Memudahkan dalam pelaksanaan
prosedur kerja
7. Memakai sarung tangan Pencegahan infeksi
8. Memasang kompres pada bagian leher yang memerlukan Memberikan efek kompres yang optim
dan hanya pada jangka waktu yang telah ditentukan guna
menghindari efek yang mdbahayakan dari kompres dingin
yang berkepanjangan
9. Membereskan alat- alat
10. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin Dekontaminasi
11. Mencuci tangan Pencegahan infeksi
12. Mendokumentasikan di buku catatan Pencatatan yang tepat pada waktunya
mencegah kesalahan dalam pemberia
kompres (misal, pengulangan pember
atau pemberian terlewat)
c. Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Gantung
Pengertian
Memasang kompres es secara tidak langsung di atas tubuk pasien yang memerlukan
Tujuan
Mengurangi perdarahan, rasa nyeri, dan pergerakan
Dilakukan pada
Pasien dengan perdarahan pada usus (dalam rongga perut), sakit kepala yang hebat
Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
4. Lengkungan atau busur selimut
5. Tali khusus kompres es
6. Kain atau handuk untuk mengantungkan kompres es
7. Peniti secukupnya
Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom2
Pelaksanaan1
NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI
1 Menyiapkan alat dan bahan Memudahkan kita dalam melakukan
1. Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan es tindakan
dicelupkan dulu ke dalam air untuk menghilangkan ujung-
ujungnya yang runcing.
2. Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua
pertiga kantong.
3. Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau
memelintir alat
4. Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau buat
sebauh simpul pada sarung tangan di bagian ujung yang
terbuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah kebocoran
cairan jika es meleleh.
5. Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada kebocoran
6. Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika alat
tersebut belum dibungkus.
7. Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan
menggunakan kasa gulung, pengikat,atau handuk. Fiksasi
dengan plester sesuai kebutuhan.
2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap pasien Memastikan apakah kompres tersebut
benar diberikan untuk pasien tersebut
3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam melakukan
tindakan dengan bekerja sama dengan
pasien karena antara bidan dan pasien
sudah ada perjanjian
4. Mencuci tangan di bawah ait mengalir Mencegah penularan infeksi
5. Memasang perlak dan alasnya Mencegah air membasahi kasur pasie
6. Mendekatkan alat dan bahan Memudahkan dalam pelaksanaan
prosedur kerja
7. Memakai sarung tangan Pencegahan infeksi
8. Lengkungan atau busur selimut dipasang
9. Tali dipasang pada busur agar kendor, sehingga bagian
tengah melengkung ke dalam dan hampir menyentuh perut
atau kepala pasien
10. Pada handuk atau kain diberi peniti
11. Kompres es diletakkan di atas handuk atau kain tepat di
atas bagaian tubuh yang akan dikompres.
12. Pasien diselimuti
13. Membereskan alat- alat
14. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin
15. Mencuci tangan
16. Mendokumentasikan
B. Kompres Dingin Basah
Pengertian
Kompres basah adalah balutan kasa basah yang sering diletakkan di atas luka terbuka.
Kompres kasa dan kemasan basah dapat diberikan dalam bentuk panas atau dingin.
Tujuan
1. Membersihkan luka
2. Mengobati luka
3. Mencegah kekeringan pada luka tertentu
Dilakukan pada
1. Luka yang kotor
2. Pasien colostomi sebelum dilakukan opersi
Alat dan bahan
Kompres
1. Sarung tangan disposabel atau sarung tangan steril
2. Wadah untuk larutan
3. Larutan dengan kekuatan dan suhu yang telah ditetapkan oleh dokter
4. Termometer
5. Kasa segiempat
6. Sarung tangan, forsep, dan lidi kapas (jika kompres harus steril)
7. Jeli minyak
8. Handuk penyekat
9. Plastik
10. Tali
11. Botol air panas atau bantalan akuatermia atau antung es
12. Balutan steril (ika perlu)
Kemasan basah
1. Sarung tangan disposabel
2. Kain flanel atau kemasan handuk
3. Baskom air dengan beberapa keping es
4. Termometer
5. Sarung tangan steril, forsep, dan lidi kapas (jika sterilitas harus dipertahankan)
6. Jeli minyak
7. Material penyekat
8. Plastik
9. Kantong es
10. Balutan steril jika perlu
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melakukan informed concent
3. Mencuci tangan di bawah ait mengalir
4. Memasang perlak dan alasnya pada bagian yang akan dikompres
5. Mendekatkan alat dan bahan
6. Berikan privasi klien
7. Siapkan klien
 Bantu klien ke posisi nyaman
 Pajankan area tubuh yang akan dikompres
 Sangga bagian tubuh yang memerlukan kompres kasa atau kemasan basah
 Pasang sarung tangan disposabel, dan lepaskan balutan luka, jika ada.
8. Basahi kompres kasa atau kemasan
 Letakkan kasa di dalam larutan
 Dinginkan flanel atau handuk di dalam baskom berisi airu dan keping es
9. Lindungi kulit sekitar luka sesuai indikasi
 Denga lidi kapas, oleskan jeli minyak ke kulit di sekeliling luka, jangan oleskan ke luka atau
area kulit yang rusak. Jeli minyak melindungi kulit dari kemungkinan efek iritasi dari
beberaa larutan
10. Tempelkan kompres kasa basah atau kemasan basah
 Peras kompres kasa sehingga larutan tidak menetes dari kompres kasa tersebut
 Tempelkan kasa secara lembut dan bertahap pada area yang dituju dan jika dapat ditoleransi
klien, tempelkan kompres kasa hingga menutupi area yang dikompres dengan baik. Padatkan
kasa sampai pas memenuhi semua permukaan luka.
 Peras flanel
 Tempelkan flanel ke area tubuh, tutupi area tubuh yang dikompres
11. Segera sematkan dan fiksasi kompres
 Tutupi kasa atau flanel segera dengan handuk kering atau selembar plastik. Langkah ni
membantu mempertahankan efektivitasnya
 Fiksasi kompres kasa atau kemasan di tempatnya dengan menggunakan pengikat kasa ayau
plester.
12. Pantau klien
13. Angkat kompres kasa atau kemasan pada waktu yang telah ditentukan.
14. Dokumentasikan5

http://dianhusadanindyputri.blogspot.com/p/kompres-panas-dingin.html tgl 19 maret 2013

Anda mungkin juga menyukai