Anda di halaman 1dari 17

RESUME KOMPRES PANAS DAN DINGIN

Inayah Rahmawati P17324419013


Jalum 1A
Kelompok 5

Pedoman Kompres Panas dan Dingin


Pemahaman tentang respon adaptif reseptor termal, fenomena rebound, efek
sistemik, toleransi terhadap panas dan diongin, kontraindikasi merupakan hal yang
penting ketika memberikan kompres panas dan dingin.
A. Adaptasi Reseptor termal
Reseptor termal beradaptasi terhadap perubahan suhu. Ketika reseptor
dingin terpanjan suhu yang tiba-tiba rendah atau ketika reseftor hangat
terpanjan suhu yang tiba-tiba tinggi, pada awalnya reseftor terstimulasi dengan
kuat. Stimulasi yang kuat ini menurun dengan cepat selama beberapa detik
pertama dan kemudian menjadi lebih lambat selama setengah jam berikutnya
atau lebih karena reseftor beradaptasi terhadap suhu yang baru. Perawat perlu
memahami respon adaptif ini ketika memberikan kompres panas dan dingin.
Klien ingin mengubah suhu pada kompres tersebut karena adanya perubahan
sensasi.  5
B. Fenomena Rebound
Fenomena rebaound terjadi pada saat efek terapeutik maksimal dari
kompres panas atau dingin telah mencapai dan kemudian efek yang
berlawanan terjadi. Misalnya, panas menyebabkan vasodilatasi maksimum
dalam 20 sampai 30 menit; melanjutkan kompres melebihi 30 sampai 45
menitakan mengakibatkan kongesti jaringan, dan pembuluh darah kemudian
berkontriksi dengan alasan yang tidak diketahui apabila kompres panas terus
dilanjutkan, klien beresiko mengalami luka bakar, karena pembuluh darahyan
kontriksi tidak mampu membuang panas secara adekuat melalui sirkulasi
darah. Pada kompres dingin vasokonstriksi maksimum terjadi ketika kulit yang
dikompres mencapai suhu 15 C. Dibawah suhu 15 C, vasodilatasi melalui.
Mekanismedingin bersifat protektif: vasodilatasi membantu mencegah
pembekuan jaringan tubuh yang biasa terpanajan dingin, seperti hidung dan
telinga. Hal ini juga menjelaskan merahnya kulit seseorang yang berjalan
dimusim dingin.
Pemahaman tentang fenomena rebound merupakan hal yang penting
bagi perawata. Kompres harus diberhentikan sebelum fenomena rebound
terjadi.  5
C.  Efek Sistemik
Kompres panas diberikan pada area tubuh lokal, terutama pada area
tubuh yang luas, dapat meningkatkan curah jantung dan ventilasi paru.
Peningkatan tersebut adalah hasil vasodilatasi perifer yan berlebihan, yang
mengalihkan sejumlah besar suplai darah dari organ dalam dan menghasilkan
tekanan darah. Penurunan tekanan darah yang signifikan dapat menyebabkan
klien pingsan. Klien yang memiliki penyakit jantung atau paru serta memiliki
gangguan sirkulasi seperti arteriosklerosis akan lebih rentan terhadap efek
kompres ini dibandingkan orang sehat. Kompres dingin yang
berlebihan(seperti ketika klien ditempatkan dalam selimut pendingin) dan
vasokonstriksi dapat mengakibatkan tekanan darah klien meningkat, karena
darah dialihkan dari sirkulasi kutaneus ke pembuluh darah internal.
Pengalihan darah ini adalah respon protektif normal terhadap rasa
dingin yang panjang yang mana merupakan upaya tubuh untuk
mempertahankan suhu inti. Menggigil, efek umum lainnya dari rasa dingin
yang berkepanjangan, adalah respon normal karena tubuh beruoaya untuk
menghangatkan dirinya.  5
D.  Toleransi dan Kontraindikasi
Berbagai bagian tubuh memiliki toleransi panas dan dingin yang
berbeda. Variabel yang mempengaruhi toleransi fisiologi tubuh tersebut
sebagai berikut:
1) Bagian tubuh. Bagian punggung tangan dan kaki adalah bagian yang tidak
terlalusensitif terhadap suhu, sebaliknya, bagian dalam dari pergelangan
tangan dan lengan bawah, leher, dan area perineum adalah bagian yang
sensitif terhadap suhu.
2) Ukuran bagian tubuh yang terpanjan. Semakin besar area yang terpanjan
oleh panas dan dingin, semakin rendah toleransinya.
3) Toleransi perorangan. Individu yang sangat tua umumnya memiliki
toleransi yang paling rendah. Individu yang memiliki kerusakan
neurosensori mungkin memiliki toleransi yang tinggi, tapi resiko cederanya
juga lebih besar.
4) Lama panjanan. Individu paling merasakan kompres panas dan dingin saat
awal kompres diberikan. Setelah jangka waktu tertentu, toleransi akan
meningkat.
5) Keutuhan kulit. Area kulit yang cedera lebih sensitif terhadap variasi suhu.
Kondisi tertentu merupakan kontraindikasi penggunaan kompres panas atau
dingin.

Selama itu beberapa kondisi memerlukan tindakan kewaspadaan ketika


memberikan terapi kompres panas dan dingin. Adapun kontra indikasi kompres
panas dan dingin sebagai berikut:
a.Kontraindikasi pemberian kompres panas, yaitu:
1) Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan meningkatkan
perdarahan dan pembengkakan
2) Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan
perdarahan
3) Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4) Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel,
pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat ,mempercepat
metastase (tumor sekunder)
5) Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas
dapat membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.
b . Kontraindikasi pemberian kompres dingin, yaitu:
1) Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena mengurangi  
aliran ke luka terbuka
2) Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut
dan menyebabkan kerusakan jaringan. Pada klien dengan penyakit raynaud,
dingin akan meningkatkan spasme arteri
3) Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien memiliki
alergi terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan respon inflamasi
(mis, eritema, hive, bengkak, nyeri sendi, dan kadang-kadang spasme otot),
yang dapat membahayakan jika orang tersebut hipersensitif.
E.  Efek fisiologis Kompres Panas dan Dingin
Ada pun efek fisiologi tubuh yang terjadi akibat kompres panas dan dingin
menurut Audery Berman dkk, yaitu sebagai berikut:

Kompres panas Kompres dingin


Vasodilatasi Vasokontriksi
Meningkatkan permeabilitas kapiler Menurunkan permeabilitas kapiler
Meningkatkan metabolisme selulas Menurunkan metabolisme selular
Merelaksasi otot Merelaksasi otot
Menigkatkan inflamasi, meningkatkan Memperlambat pertumbuhan
aliran darah ke suatu area bakteri, mengurangi inflamasi
Meredakan nyeri dengan merelaksasi otot Meredakan nyeri dengan membuat
area menjadi mati rasa,
memperlambat aliran impuls nyeri,
dan menigkatkan ambang nyeri
Efek sedatif Efek anastesi lokal
Mengurangi kekakuan sendi dengan Meredakan perdarahan
menurunkan viskositas cairan senovial
F.    Suhu yang Direkomendasikan untuk Kompres Panas dan Dingin

Derajat Panas Suhu Bentuk dan Kegunaan


Sangat dingin Di bawah 15° C Kantong es
Dingin 15- 18° C Kemasan pendingin
Sejuk 18- 27° C Kompres dingin
Hangat kuku 27- 37° C Mandi spons- alkohol
Hangat 37- 40° C Mandi dengan air hangat
Panas 40- 60° C Berendam dalam air panas,
irigasi, kompres panas
Sangat panas Di atas 60° C Kantong air untuk orang dewasa
G.  Proses Keperawatan
H.  Pengkajian
Kaji :
i. Kemampuan klien untuk mengenali kapan rasa dapat menyebabkan ceder. Kaji
apaan klien menyadari rasa dingin serta dapat membedakan suhu yang terlalu
dingin untuk jaringan tubuh
ii. Tingkat kesadaran dan kondisi fisik umum klien. Klien yang sangat muda, sangat
tua, tidak sadar,atau yang lemah tidak dapat menoleransi panas dengan baik.
iii. Area yang dikompres dengan memeriksa :
1. Perubahan integritas kulit, seperti adanya edema, memar, kemerahan, lesi terbuka,
adanya rabas, dan perdarahan.
2. Status sirkulasi (warna, suhu, dan sensasi). Jaringan yang terasa dingin, berwarna
pucat atau kebiruan, dan kurangnya sensasi atau mati rasa mengindikasikan
kerusakan sirkulasi.
3. Tingkat ketidaknyamanan dan rentang pergerakan sendi jika spasme otot atau nyeri
sedang dikompres.
4. Denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Faktor ini penting dikaji sebelum
kompres diberikan pada area tubuh yang luas.
2.  Perencanaan
Sebelum memberikan kompres panas atau dingin, tentukan:
a. Apakah klien perlu menandatangani surat persetujuan tindakan (jika surat
persetujuan diperlukan, periksa surat tersebut pada catatan klien).
b. Tipe kompres panas atau dingin yang akan digunakan, suhu, dan durasi serta
frekuensi kompres (periksa program dokter jika perlu).
c. Protokol institusi tentang tipe perlengkapan yang digunakan, suhu yang
direkomendasikan, dan durasi kompres (periksa program dokter jika perlu),
d. Waktu kompres diberikan
3.    Pendelegasian
Pemberian kompres panas dan dingin tertentu dapat didelegasikan kepa
UAP (misalnya rendam jongkok, mandi air dingin) jika mereka memenuhi kriteria
untuk menjalankan tugas yang didelegasikan. Kan tetapi, pada semua kasus,
pengkajian klien dan penentuan bahwa tindakan tersebut aman untuk dilakukan
adalah tanggungjawab perawat. UAP dapat mengobservasi area yang dikompres
selama perawatan sehari-hari dan mereka harus dilaporkan temuan yang abnormal
pada perawat. Temuan yang abnormal harus divalidasi dan diintervensi oleh
perawat.
4.    Implementasi
A. Kompres Hangat
a. Pengertian Kompres Hangat
Memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat
yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres hangat
diberikan satu jam atau lebih.
b. Tujuan Kompres Hangat
Pada umunya bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan.
Tujuan khususnya yaitu:
1) Memperlancar sirkulasi darah
2) Mengurangi rasa sakit
3) Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
4) Memperlancar pengeluaran eksudat
5) Merangsang peristaltic usus
c. Jenis-Jenis Kompres Hangat
 Kompres hangat kering
Dapat digunakan secara local, untuk konduksi panas, dengan menggunakan botol
air panas, bantalan pemanas elektrik, bantalan akuatermia, atau kemasan pemanas
disposable.
 Kompres hangat basah
            Dapat diberikan melalui konduksi, dengan cara kompres kasa, kemasan pemanas,
berendam atau mandi.
d. Kompres Hangat dilakukan:
1) Pada radang persendian
2) Pada kekejangan otot
3) Bila perut kembung
4) Bila ada bengkak (abses) akibat pemberian suntikan
5) Bila pasien kedinginan (misalnya akibat narkose, iklim atau ketegangan dll)
6) Pada bagian tubuh yang abses
7) Bila ada haematoom
e.   Memberikan Kompres Hangat Kering (Botol Air Panas, bantalan Pemanas Elektrik,
bantalan Akuatermia, Kemasan Pemanas Disposabel)
Perlengkapan:
Ø   Botol (kantong) air panas
 Botol air panas dengan tutupnya
 Sarung botol
 Air panas dan sebuah thermometer
 Bengkok
 Sarung tangan
 Baki dan alasnya
 Tempat sampah basah dan kering
 Baskom
 Kom
Ø  Bantalan Pemanas elektrik
 Bantalan elektrik dan pengontrolnya
 Sarung (gunakan bahan yang kedap air jika kemungkinan bagian bawah bantalan
akan menjadi lembab)
 Pengikat kasa (pilihan)
 Bengkok
 Sarung tangan
 Baki dan alasnya
 Tempat sampah basah dan kering
 Baskom
 Kom
Ø   Bantalan Akuatermia
 Bantalan
 Air Suling
 Unit pengontrol
 Sarung
 Pengikat kasa atau plester (pilihan)
 Bengkok
 Sarung tangan
 Baki dan alasnya
 Tempat sampah basah dan kering
 Baskom
 Kom
Ø  Kemasan Pemanas Disposabel
 Satu atau dua buah kemasan pemanas disposable yang telah dipersiapkan secara
komersial
f.    Pelaksanaan
Langkah –Langkah :
1. Menjelaskan pada klien apa yang akan dilakukan, serta beri tahu tujuannya agar dapat
menjalankan perawatannya
2. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
3. Cuci tangan dengan 7 langkah
4. Berikan kompres panas
5.    Memberikan klien instruksi sebagai berikut :
o Jangan memasukan benda-benda tajam, benda berujung runcing (misalnya
peniti) ke dalam bantalan atau botol.
o Jangan meletakkan botol atau bantalan secara langsung. Permukaan di bawah
objek meningkatkan absorpsi panas, bukan pengeluaran panas iar yang normal
o Untuk mencegah cedera, jangan mengatur panas lebih tinggi dari yang telah
ditentukan. Derajat panas yang dirasakan akan menurun dengan cepat setelah
pemberian kompres karena reseptor suhu tubuh beradaotasi dengan cepat
terhadap suhu. Mekanisme adaptif ini dapat menyebabkan cedera jaringan jika
suhu diatur lebih tinggi
6.  Meletakkan kemasan pemanas pada tempatnya hanya selama jangka waktu yang telah
ditentukan guna menghindari fenomena rebound. Untuk bantalan elektrik, selama 1—15
menit.
7. Mendokumentasikan pemberian kompres panas dan respon klien pada catatan klien
dengan menggunakan format atau daftar tilik yang disertai catatan narasi jika perlu.

 Prosedur kerja

Pelaksanaan Botol Air Panas Rasionalisasi


1. Mengukur suhu air. Ikuti praktek Memastikan suhu yang akan
institusi tentang penggunaan suhu yang diberikan agar terapi berefek
tepat. maksimal
Suhu yang sering diberikan:
a.       46 – 52 °C untuk orang dewasa
normal
b.      40,5 – 46 °C untuk orang dewasa yang
tidak sadar atau yang kondisinya sedang
lemah
2. Mengisi sekitar dua pertiga botol dengan Agar air tidak terlalu penuh dan
air panas tidak tumpah
3. Mengeluarkan udara dari botol. Udara Untuk menjaga suhu agar tetap
yang tetap berada di botol akan stabil
mencegah botol mengikuti bentuk tubuh
yang sedang dikompres.
4. Menutup botol dengan kencang Agar air tidak tumpah dari
tempatnya
5. Membalikkan botol dan memeriksa Untuk memastikan ada atau
adanya kebocoran tidaknya kebocoran
6. Mengeringkan botol Agar saat terapi dilaksanakan
pakaian pasien tidak terkena
basah
7. Membungkus botol dengan handuk atau Agar panas air tidak langsung
sarung botol air panas menyentuh kulit. Ditakutkan kulit
melepuh
8. Meletakkan bantalan pada bagian tubuh Untuk memberikan kenyamanan
dan menggunakan bantal untuk pada pasien
menyangganya jika perlu
Pelaksanaan Bantalan Pemanas Elektrik Rasioalisasi
1. Memastikan arca tubuh kering. Penggunaan listrik pada area
yang lembab dapat
mengakibatkan syok
2. Memeriksa bahwa bantalan elektrik
tersebut berfungsi dan berada dalam
kondisi yang baik. Kawat tidak boleh
bercelah dan kabel harus utuh, komponen
pemanas tidak boleh terbuka, dan
pendistribusian suhu pada bantalan harus
rata.
3. Memasang sarung bantalan. Beberapa Tempat yang lembab dan
model memiliki sarung kedap air yang menyebabkan arus pendek pada
dapat digunakan jika bantalan diletakkan bantalan sehingga membakar
di atas balutan basah. atau membuat klien syok.
4. Menyambungkan bantalan ke stop Untuk menghidupkan bantalan
kontak listrik listrik
5. Mengatur pengontrol suhu pada suhu Agar terapi yang diberikan
yang tepat efektif
6. Setelah bantalan dipanaskan, meletakkan Untuk memberikan efek kompres
bantalan di atas bagian tubuh yang
memerlukan bantalan tersebut
7. Menggunakan ikatan basa, bukan peniti untuk memfiksasi bantalan agar
tetap berada di tempatnya
Pelaksanaan Bantalan Akuatermia
1. Mengisi unit dengan air suling sampai memenuhi 2/3 inut. Unit akan
menghangatkan air, yang bersirkulasi di bantalan
2. Mengeluarkan gelembung udara, dan fiksasi tutup bantalan
3. Mengatur suhu pada tombol pengatur jika memang belum diatur. Suhu
normal adalah 40,5 °C. periksa instruksi pabrik
4. Membungkus bantalan dengan sebuah handduk atau sarung bantal
5. Menyambungkan unit ke aliran listrik
6. Memeriksa adanya kebocoran atau fungsi bantalan yang tidak benar
sebelum digunakan
7. Menggunakan plester atau pengikat kasa untuk memfiksasi bantalan di
tempatnya. Jangan menggunakan peniti, Karena dapat mengakibatkan
kebocoran
8. Jika terjadi kemerahan atau nyeri yang tidak biasa, hentikan terapi, dan
laporkan reaksi klien
Pelaksanaan Kemasan Pemanas Disposabel
1. Masukkan ke microwave, pukul-pukul, peras atau remas kemasan sesuai
dengan petunjuk pabrik
2. Perhatikan instruksi pabrik mengenai lama waktu produksi panas.

g.      Memberikan Kompres Hangat Kasa Dan Kemasan Basah


Perlengkapan
Disesuaikan berdasarkan kebutuhan
1. Untuk kompres basah hangat:
a.  Seperangkat peralatan steril terdiri dari:
 Pinset 2 buah
 Kasa secukupnya
 Mangkok berisi cairan hangat
b.      Peralatan non-steril yang terdiri dari:
 Buli-buli
 Air panas
 Pembalut atau kain segitiga
 Gunting pembalut
 Perlak kecil dan alasnya
 Bengkok (nierbekken)
 Kapas bersih
 Plester
PELAKSANAAN
1. Untuk kompres basah hangat kain bias diambil dengan
pinset, kemudian dicelupkan ke dalam cairan, diperas
sedikit selanjutnya diletakkan pada bagian yang
dikompres. Kain kasa harus dibalut atau ditutupdengan
kain kasa kering, lalu di plester
2. Bilanenggunakan air panas
a.       Buli-buli diisi air panas 1/3 sampai 2/3 bagian
b.      Udara dikeluarkan dengan cara : buli-buli ditempatkan
di tempat rata, lalu bagian atasnya ditekuk sampai air
kelihatan, selanjutnya ditutup
c.       Di bungkus dengan kantong buli-buli
d.      Diletakkan pada bagian yang akan dikompres
e.        
3. Bila menggunakan elektrikal pad:
a.       Periksa tegangan listrik (voltage), disesuaikan voltage
alat.
b.      Stopkontak dipasang
c.       Panas diukur sesuai kebutuhan
d.      Elektrikal pad diletakkan pada bagian yang akan
dikompres.
           
Perhatian :
a. Untuk kompres basah hangat, pada luka terbuka peralatan harus steril
b. Untuk kompres basah hangat pada jaringan permukaan yang tertutup (bengkak atau
memar), alat tidak harus steril tapi harus bersih
c. Bila cairan atau alat kompres terlalu panas, pada bagian kulit yang dikompres bias
terjadi luka bakar
d. Cegah terjadinya luka bakar pada pemberian kompres hangat. Luka bakar bias terjadi,
jika cairan atau alat kompres terlalu panas.
Indikasi
1. Sprain dan strain
2. Sebagai tindakan pendahuluan (preliminary) sebelum dilakukan latihan  untuk kondisi
stiff joint (kekakuan sendi)
3. Low back pain yang disertai spasme otot
4. Arthritis kronis
Kontraindikasi
1.      Gangguan sensibilitas
2.      Buerger diseases
3.      Gangguan peredaran darah arterial perifir

KOMPRES DINGIN
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompres adalah kain pembebat yang
dibasahi dengan air dingin (es, dan sebagainya) untuk menyejukkan kepala dan sebagainya.
Kompres dingin dibagi menjadi dua, yaitu kompres dingin kering (kirbat) dan
kompres dingin basah. Kompres dingin kering terdiri dari kompres es biasa, kompres es
leher, dan kompres es gantung.
Kompres dingin kering diberikan untuk mendapat efek lokal dengan
menggunakan kantong es kolar es, sarung tangan es, dan kemasan pendingin
disposabel. Kompres dingin basah diberikan pada bagian tubuh untuk memberi efek
lokal. Kompres dingin sering kali digunakan untuk meredakan perdarahan dengan cara
mengkonstriksi pembuluh darah, meredakan inflamasi dengan vasokonstrisi, dan
meredakan nyeri dengan memperlambat kecepatan konduksi saraf, menyebabkan mati rasa,
dan bekerja sebagai counterirritant.
A.  Kompres Dingin Kering atau Kirbat
a. Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Biasa
Pengertian
Memberikan kompres dingin kepada pasien yang memerlukannya, dengan menggunakan
kirbat es yang telah diisi dengan potongan es.
Tujuan
1. Membantu menurunkan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3. Membantu mengurangi perdarahan
4. Membatasi peradangan
Dilakukan pada :
1. Pasien yang suhunya tinggi
2. Pasien perdarahan hebat
3. Pasien yang kesakitan
Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Pelaksanaan

NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI


1 Menyiapkan alat dan bahan Memudahkan kita dalam
1.      Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, melakukan tindakan
potongan es dicelupkan dulu ke dalam air
untuk menghilangkan ujung- ujungnya yang
runcing.
2.      Isi alat dengan keping es sebanyak stengah
hingga dua pertiga kantong.
3.      Keluarkan udara yang berlebihan dengan
menekuk atau memelintir alat
4.      Pasang tutup kantong atau kolar es dengan
kuat, atau buat sebauh simpul pada sarung
tangan di bagian ujung yang terbuka. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kebocoran cairan
jika es meleleh.
5.      Pegang alat secara terbalik dan periksa jika
ada kebocoran
6.      Bungkus alat dengan sarung penutup yang
lembut, jika alat tersebut belum dibungkus.
7.      Pertahankan alat tersebut pada tempatnya
dengan menggunakan kasa gulung,
pengikat,atau handuk. Fiksasi dengan plester
sesuai kebutuhan.
2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap Memastikan apakah kompres
pasien tersebut benar diberikan untuk
pasien tersebut
3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam
melakukan tindakan dengan
bekerja sama dengan pasien
karena antara bidan dan pasien
sudah ada perjanjian
4. Mencuci tangan di bawah ait mengalir Mencegah penularan infeksi
5. Memasang perlak dan alasnya Mencegah air membasahi kasur
pasien
6. Mendekatkan alat dan bahan Memudahkan dalam
pelaksanaan prosedur kerja
7. Memakai sarung tangan Pencegahan infeksi
8. Memasang kompres pada bagian tubuh yang Memberikan efek kompres
memerlukan dan hanya pada jangka waktu yang optimal
yang telah ditentukan guna menghindari efek
yang mebahayakan dari kompres dingin yang
berkepanjangan
9. Membereskan alat- alat
10. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin Dekontaminasi
11. Mencuci tangan Pencegahan infeksi
12. Mendokumentasikan di buku catatan Pencatatan yang tepat pada
waktunya mencegah kesalahan
dalam pemberian kompres
(misal, pengulangan pemberian
atau pemberian terlewat)

b.      Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Leher


Pengertian
Memasang kompres dingin pada leher
Tujuan
Mengurangi perdarahan, rasa sakit, dan lain- lain
Dilakukan pada
Pasien pasca bedah tonsil (tonsilectomi), dan lain- lain
Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Pelaksanaan

NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI


1 Menyiapkan alat dan bahan Memudahkan kita dalam
1.      Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, melakukan tindakan
potongan es dicelupkan dulu ke dalam air
untuk menghilangkan ujung- ujungnya yang
runcing.
2.      Isi alat dengan keping es sebanyak stengah
hingga dua pertiga kantong.
3.      Keluarkan udara yang berlebihan dengan
menekuk atau memelintir alat
4.      Pasang tutup kantong atau kolar es dengan
kuat, atau buat sebauh simpul pada sarung
tangan di bagian ujung yang terbuka. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kebocoran cairan
jika es meleleh.
5.      Pegang alat secara terbalik dan periksa jika
ada kebocoran
6.      Bungkus alat dengan sarung penutup yang
lembut, jika alat tersebut belum dibungkus.
7.      Pertahankan alat tersebut pada tempatnya
dengan menggunakan kasa gulung,
pengikat,atau handuk. Fiksasi dengan plester
sesuai kebutuhan.
2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap Memastikan apakah kompres
pasien tersebut benar diberikan untuk
pasien tersebut
3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam
melakukan tindakan dengan
bekerja sama dengan pasien
karena antara bidan dan pasien
sudah ada perjanjian
4. Mencuci tangan di bawah ait mengalir Mencegah penularan infeksi
5. Memasang perlak dan alasnya Mencegah air membasahi kasur
pasien
6. Mendekatkan alat dan bahan Memudahkan dalam
pelaksanaan prosedur kerja
7. Memakai sarung tangan Pencegahan infeksi
8. Memasang kompres pada bagian leher yang Memberikan efek kompres
memerlukan dan hanya pada jangka waktu yang optimal
yang telah ditentukan guna menghindari efek
yang mdbahayakan dari kompres dingin yang
berkepanjangan
9. Membereskan alat- alat
10. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin Dekontaminasi
11. Mencuci tangan Pencegahan infeksi
12. Mendokumentasikan di buku catatan Pencatatan yang tepat pada
waktunya mencegah kesalahan
dalam pemberian kompres
(misal, pengulangan pemberian
atau pemberian terlewat)

c.       Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Gantung


Pengertian
Memasang kompres es secara tidak langsung di atas tubuk pasien yang memerlukan
Tujuan
Mengurangi perdarahan, rasa nyeri, dan pergerakan
Dilakukan pada
Pasien dengan perdarahan pada usus (dalam rongga perut), sakit kepala yang hebat
Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
4. Lengkungan atau busur selimut
5. Tali khusus kompres es
6. Kain atau handuk untuk mengantungkan kompres es
7. Peniti secukupnya
Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom2
Pelaksanaan

NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI


1 Menyiapkan alat dan bahan Memudahkan kita dalam
1.      Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, melakukan tindakan
potongan es dicelupkan dulu ke dalam air
untuk menghilangkan ujung- ujungnya yang
runcing.
2.      Isi alat dengan keping es sebanyak stengah
hingga dua pertiga kantong.
3.      Keluarkan udara yang berlebihan dengan
menekuk atau memelintir alat
4.      Pasang tutup kantong atau kolar es dengan
kuat, atau buat sebauh simpul pada sarung
tangan di bagian ujung yang terbuka. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kebocoran cairan
jika es meleleh.
5.      Pegang alat secara terbalik dan periksa jika
ada kebocoran
6.      Bungkus alat dengan sarung penutup yang
lembut, jika alat tersebut belum dibungkus.
7.      Pertahankan alat tersebut pada tempatnya
dengan menggunakan kasa gulung,
pengikat,atau handuk. Fiksasi dengan plester
sesuai kebutuhan.
2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap Memastikan apakah kompres
pasien tersebut benar diberikan untuk
pasien tersebut
3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam
melakukan tindakan dengan
bekerja sama dengan pasien
karena antara bidan dan pasien
sudah ada perjanjian
4. Mencuci tangan di bawah ait mengalir Mencegah penularan infeksi
5. Memasang perlak dan alasnya Mencegah air membasahi kasur
pasien
6. Mendekatkan alat dan bahan Memudahkan dalam
pelaksanaan prosedur kerja
7. Memakai sarung tangan Pencegahan infeksi
8. Lengkungan atau busur selimut dipasang
9. Tali dipasang pada busur agar kendor,
sehingga bagian tengah melengkung ke dalam
dan hampir menyentuh perut atau kepala
pasien
10. Pada handuk atau kain diberi peniti
11. Kompres es diletakkan di atas handuk atau
kain tepat di atas bagaian tubuh yang akan
dikompres.
12. Pasien diselimuti
13. Membereskan alat- alat
14. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin
15. Mencuci tangan
16. Mendokumentasikan

B.     Kompres Dingin Basah


Pengertian
Kompres basah adalah balutan kasa basah yang sering diletakkan di atas luka
terbuka. Kompres kasa dan kemasan basah dapat diberikan dalam bentuk panas atau
dingin.
Tujuan
1. Membersihkan luka
2. Mengobati luka
3. Mencegah kekeringan pada luka tertentu
Dilakukan pada
1. Luka yang kotor
2. Pasien colostomi sebelum dilakukan opersi
Alat dan bahan
Kompres
1. Sarung tangan disposabel atau sarung tangan steril
2. Wadah untuk larutan
3. Larutan dengan kekuatan dan suhu yang telah ditetapkan oleh dokter
4. Termometer
5. Kasa segiempat
6. Sarung tangan, forsep, dan lidi kapas (jika kompres harus steril)
7. Jeli minyak
8. Handuk penyekat
9. Plastik
10. Tali
11. Botol air panas atau bantalan akuatermia atau antung es
12. Balutan steril (ika perlu)
 Kemasan basah
1. Sarung tangan disposabel
2. Kain flanel atau kemasan handuk
3. Baskom air dengan beberapa keping es
4. Termometer
5. Sarung tangan steril, forsep, dan lidi kapas (jika sterilitas harus dipertahankan)
6. Jeli minyak
7. Material penyekat
8. Plastik
9. Kantong es
10. Balutan steril jika perlu
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melakukan informed concent
3. Mencuci tangan di bawah ait mengalir
4. Memasang perlak dan alasnya pada bagian yang akan dikompres
5. Mendekatkan alat dan bahan
6. Berikan privasi klien
7. Siapkan klien
 Bantu klien ke posisi nyaman
 Pajankan area tubuh yang akan dikompres
 Sangga bagian tubuh yang memerlukan kompres kasa atau kemasan basah
 Pasang sarung tangan disposabel, dan lepaskan balutan luka, jika ada.
8.      Basahi kompres kasa atau kemasan
 Letakkan kasa di dalam larutan
 Dinginkan flanel atau handuk di dalam baskom berisi airu dan keping es
9.      Lindungi kulit sekitar luka sesuai indikasi
 Denga lidi kapas, oleskan jeli minyak ke kulit di sekeliling luka, jangan oleskan ke
luka atau area kulit yang rusak. Jeli minyak melindungi kulit  dari kemungkinan
efek iritasi dari beberaa larutan
10.  Tempelkan kompres kasa basah atau kemasan basah
 Peras kompres kasa sehingga larutan tidak menetes dari kompres kasa tersebut
 Tempelkan kasa secara lembut dan bertahap pada area yang dituju dan jika dapat
ditoleransi klien, tempelkan kompres kasa hingga menutupi area yang dikompres
dengan baik. Padatkan kasa sampai pas memenuhi semua permukaan luka.
 Peras flanel
 Tempelkan flanel ke area tubuh, tutupi area tubuh yang dikompres
11.  Segera sematkan dan fiksasi kompres
 Tutupi kasa atau flanel segera dengan handuk kering atau selembar plastik.
Langkah ni membantu mempertahankan efektivitasnya
 Fiksasi kompres kasa atau kemasan di tempatnya dengan menggunakan pengikat
kasa ayau plester.
12.  Pantau klien
13.  Angkat kompres kasa atau kemasan pada waktu yang telah ditentukan.
14.  Dokumentasikan

Anda mungkin juga menyukai